BUPATI NABIRE
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NABIRE NOMOR 8 TAHUN 2013
TENTANG
KETERTIBAN UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI NABIRE,
Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat
menjadi urusan wajib, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota, yang menjadi kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Nabire yang dalam pelaksanaannya harus dijalankan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan tata kehidupan Kabupaten Nabire dalam membangun Keanekaragaman demi kasih guna mewujudkan
kemandirian masyarakat yang tertib, tenteram, nyaman, bersih dan indah, diperlukan adanya pengaturan di bidang ketertiban umum yang mampu melindungi warga kota dan prasarana kota beserta kelengkapannya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan
Propinsi Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3789);
5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
6. Undang-Undang……/2
SALINAN
-2-
6. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi
Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884);
7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
9. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4441);
10. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4635);
11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2006 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
12. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058);
14. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
15. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5094);
17. Peraturan.........../3
-3-
17. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1973 tentang Perubahan
Nama Propinsi Irian Barat menjadi Irian Jaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1973 Nomor 9);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1996 tentang
Pembentukan Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Paniai, Perubahan Nama dan Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Paniai di
Wilayah Propinsi Irian Jaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 76);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2737 );
20. Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 13 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nabire Tahun 2008-2028 (Lembaran Daerah Kabupaten Nabire Tahun 2008 Nomor 13).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NABIRE
dan
BUPATI NABIRE
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KETERTIBAN UMUM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Nabire;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah;
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nabire yang selanjutnya disingkat DPRD;
4. Bupati ialah Bupati Nabire;
5. Badan adalah perseroan terbatas, perseroan komanditer, badan usaha milik Negara atau Daerah, dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, firma, kongsi, perkumpulan,
koperasi, yayasan atau lembaga dan bentuk usaha tetap;
6. Ketertiban……/4
-4-
6. Ketertiban Umum adalah suatu keadaan dimana Pemerintah dan rakyat dapat
melakukan kegiatan secara tertib dan teratur;
7. Ketenteraman Masyarakat adalah suatu keadaan dimana pemerintah dan rakyat dapat melakukan kegiatan secara tenteram dan nyaman;
8. Kepentingan Pemerintah adalah kepentingan yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;
9. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel;
10. Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk di pergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran;
11. Jalur Hijau adalah setiap jalur-jalur yang terbuka sesuai dengan rencana kota yang
peruntukkan penataan dan pengawasannya dilakukan oleh pemerintah daerah;
12. Taman adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari ruang terbuka hijau kota yang mempunyai fungsi tertentu, ditata dengan serasi, lestari dengan menggunakan
material taman, material buatan, dan unsur-unsur alam dan mampu menjadi areal penyerapan air;
13. Tempat Umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh Pemerintah, swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat, termasuk di dalamnya adalah semua gedung-gedung perkantoran milik Pemerintah Daerah Kabupatenr Nabire,
gedung perkantoran umum, mall dan pusat perbelanjaan;
14. Pedagang Kaki Lima adalah seseorang yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan
jasa yang menempati tempat-tempat prasarana kota dan fasilitas umum baik yang mendapat izin dari Pemerintah Daerah maupun yang tidak mendapat izin Pemerintah Daerah antara lain badan jalan, trotoar, saluran air, jalur hijau, taman, bawah jembatan
dan jembatan penyeberangan;
15. Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan bermotor dan tempat untuk menurunkan serta menaikkan orang dan/atau barang yang bersifat tidak segera;
16. Hiburan adalah segala macam atau jenis keramaian, pertunjukan, permainan atau segala bentuk usaha yang dapat dinikmati oleh setiap orang dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dimana untuk menonton serta menikmatinya atau mempergunakan fasilitas yang disediakan baik dengan dipungut bayaran maupun tidak dipungut bayaran;
17. Ternak Potong adalah hewan untuk keperluan dipotong yaitu sapi, kerbau, domba, babi,
kuda dan hewan lainnya yang dagingnya lazim dikonsumsi;
18. Pemasukan Ternak adalah kegiatan memasukkan ternak dari luar Daerah Kabupaten Nabire untuk keperluan dipotong dan/atau diperdagangkan;
19. Pencemaran adalah akibat-akibat pembusukan, pendebuan, pembuangan sisa-sisa pengolahan dari pabrik, sampah minyak, atau asap, akibat dari pembakaran segala
macam bahan kimia yang dapat menimbulkan pencemaran dan berdampak buruk terhadap lingkungan, kesehatan umum dan kehidupan hewani/nabati;
20. Keadaan……/5
-5-
20. Keadaan Darurat adalah suatu keadaan yang menyebabkan baik orang maupun badan
dapat melakukan tindakan tanpa meminta izin kepada pejabat yang berwenang untuk melakukan pencegahan, penanganan dan penyelamatan atas bahaya yang mengancam keselamatan jiwa manusia;
21. Demonstrasi atau Unjuk Rasa adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara demonstratif
dimuka umum;
22. Kendaraan sungai atau lebih populer disebut dengan wather ways adalah sebuah sistem transportasi alternatif melalui sungai ;
23. Penyidik pegawai negeri sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah aparat pemerintah yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya di bidang ketertiban umum diberi wewenang
khusus sebagai penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB II
TERTIB JALAN, ANGKUTAN JALAN DAN ANGKUTAN SUNGAI
Pasal 2
(1) Setiap pejalan kaki wajib berjalan di tempat yang telah ditentukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap orang yang akan menyeberang jalan wajib menggunakan sarana jembatan
penyeberangan atau rambu penyeberangan/zebra cross yang telah disediakan.
(3) Setiap orang yang akan menggunakan/menumpang kendaraan umum wajib menunggu
di halte atau tempat pemberhentian yang telah ditetapkan.
(4) Setiap pengemudi kendaraan umum wajib menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang pada tempat pemberhentian yang telah ditentukan.
(5) Setiap kendaraan umum harus berjalan pada setiap ruas jalan yang telah ditetapkan.
(6) Setiap orang atau badan dilarang membuat, merakit atau mengoperasikan angkutan umum kendaraan jenis roda empat yang bermesin dua tak.
(7) Setiap orang dan/atau badan dilarang membuat rakit, keramba, dan angkutan penyeberang lainnya di sepanjang jalur kendaraan umum sungai/water w a y .
(8) Setiap orang/badan dilarang mengangkut menggunakan jalan umum melebihi tonase.
(9) Setiap orang/badan dilarang membuang yang akan menggunakan/menumpang kendaraan umum, benda dalam bentuk apapun, sampah/plastik di kawasan jalan,
trotoar, selokan dan sungai.
Pasal 3
Setiap orang atau badan dilarang, kecuali dengan izin Bupati atau pejabat yang ditunjuk :
a. menutup jalan; b. membuat atau memasang portal; c. membuat atau memasang tanggul jalan;
d. membuat atau memasang pintu penutup jalan; e. membuat, memasang, memindahkan atau membuat tidak berfungsi rambu-rambu lalu
lintas; f. menutup……/6
-6-
f. menutup terobosan atau putaran jalan;
g. membongkar trotoar dan memasang jalur pemisah, rambu-rambu lalu lintas, pulau-pulau jalan, marka jalan dan sejenisnya;
h. membongkar, memotong, merusak atau membuat tidak berfungsi pagar pengamanan
jalan; i. menggunakan bahu jalan (trotoar) tidak sesuai dengan fungsinya;
j. melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat berakibat merusak sebagian atau seluruh badan jalan dan membahayakan keselamatan lalu lintas. Menempatkan benda dan/atau barang bekas pada tepi-tepi jalan raya dan jalan-jalan di lingkungan permukiman;
k. melakukan galian, urugan dan menyelenggarakan angkutan tanah; l. setiap orang atau badan dilarang memanfaatkan ruang terbuka di bawah jembatan.
Pasal 4
(1) Bagi Pengemudi Ojek, dilarang Mengambil Penumpang pada areal atau tempat dan jam yang ditentukan dalam Peraturan Daerah tentang Ojek.
(2) Bagi pengemudi ojek wajib memiliki tanda peserta anggota Ojek yang terdaftar pada
Koperasi Ojek dan nomor anggota Ojek pada Helm sesuai ketentuan Peraturan Daerah tentang Ojek.
Pasal 5
Setiap orang atau badan dilarang: a. mengangkut bahan berdebu dan bahan berbau busuk dengan menggunakan alat
angkutan yang terbuka;
b. mengangkut bahan berbahaya dan beracun, bahan yang mudah terbakar, dan/atau bahan peledak dengan menggunakan alat angkutan yang terbuka.
Pasal 6
(1) Setiap orang atau sekelompok orang yang tidak memiliki kewenangan dilarang melakukan pengaturan lalu lintas pada persimpangan jalan, tikungan atau putaran jalan dengan
maksud mendapatkan imbalan jasa.
(2) Setiap orang atau sekelompok orang yang tidak memiliki kewenangan dilarang melakukan pungutan uang terhadap kendaraan umum maupun angkutan barang.
Pasal 7
Setiap pengendara kendaraan bermotor dilarang membunyikan klakson dan wajib mengurangi kecepatan kendaraannya pada waktu melintasi tempat ibadah selama ibadah
berlangsung, lembaga pendidikan, rumah sakit dan rumah duka.
Pasal 8
(1) Setiap orang yang mengendarai /menumpang kendaraan umum dan/atau kendaraan
pribadi/kendaraan dinas dilarang: a. membuang sampah; b. membuang kotoran permen karet;
c. meludah dalam bentuk apapun; d. merokok.
(2) Setiap……/7
-7-
(2) Setiap kendaraan umum/pribadi harus menyediakan tempat sampah di dalam
kendaraan.
Pasal 9
Setiap orang atau badan dilarang memungut uang parkir di jalan-jalan ataupun di tempat-
tempat umum, kecuali yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.
Pasal 10
(1) Setiap Orang wajib memarkir kendaraan di tempat yang telah ditentukan.
(2) Setiap orang atau badan dilarang menyelenggarakan dan/atau mengatur perparkiran tanpa izin Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
BAB III
TERTIB JALUR HIJAU, TAMAN DAN TEMPAT UMUM
Pasal 11
Setiap orang atau badan dilarang:
a. memasuki atau berada di jalur hijau atau aman yang bukan untuk umum;
b. melakukan perbuatan atau tindakan dengan alasan apapun yang dapat merusak pagar,
jalur hijau, atau taman, beserta kelengkapannya;
c. bertempat tinggal di jalur hijau, taman dan tempat-tempat umum;
d. menyalahgunakan atau mengalihkan fungsi jalur hijau, taman dan tempat-tempat umum;
e. berdiri dan/atau duduk pada sandaran jembatan dan pagar sepanjang jalan, jalur hijau, taman dan tempat-tempat umum;
f. melompati, atau menerobos sandaran jembatan atau pagar sepanjang jalan, jalur hijau,
taman dan tempat-tempat umum;
g. memotong, menebang pohon atau tanaman yang tumbuh di sepanjang jalan, jalur hijau
dan taman;
h. berjongkok dan berdiri di atas bangku taman serta membuang sisa permen karet pada bangku taman.
BAB IV
TERTIB SUNGAI, SALURAN, KOLAM DAN LEPAS PANTAI
Pasal 12
Setiap orang atau badan dilarang kecuali dengan izin Bupati atau pejabat yang ditunjuk :
a. membangun tempat mandi cuci kakus, hunian/tempat tinggal atau tempat usaha di atas saluran sungai dan bantaran sungai serta di dalam kawasan waduk dan danau;
b. memasang/menempatkan kabel atau pipa di bawah atau melintasi saluran sungai serta di dalam kawasan waduk dan danau.
Pasal……/8
-8-
Pasal 13
(1) Setiap orang dilarang mandi, membersihkan anggota badan, mencuci pakaian, kendaraan
atau benda-benda dan/atau memandikan hewan di sungai dan kolam-kolam
kelengkapan keindahan kota.
(2) Setiap orang dilarang mengambil air dari air mancur, kolam-kolam kelengkapan
keindahan kota dan tempat lainnya yang sejenis kecuali apabila hal ini dilaksanakan oleh petugas untuk kepentingan Pemerintah Daerah dalam Hal Pelayanan kepada Masyarakat.
(3) Setiap orang dilarang memanfaatkan air sungai, telaga dan Kolam-kolam yang terletak di
taman Kota untuk kepentingan usaha penetapan aturan sebagai taman kota.
Pasal 14 Setiap orang atau badan dilarang mengambil, memindahkan atau merusak tutup got, selokan
atau saluran lainnya serta komponen bangunan pelengkap jalan, kecuali dilakukan oleh petugas untuk kepentingan Kedinasan guna Pelayanan Publik.
Pasal 15
(1) Setiap orang atau badan dilarang menangkap ikan dan hasil laut lainnya dengan
menggunakan bahan peledak atau bahan/alat yang dapat merusak kelestarian
lingkungan di perairan lepas pantai.
(2) Setiap orang atau badan dilarang mengambil pasir laut dan terumbu karang yang dapat
merusak kelestarian lingkungan biota laut di perairan lepas pantai.
(3) Setiap orang atau badan dilarang membuang limbah bahan berbahaya dan beracun ke saluran pemukiman, sungai dan laut sebatas 12 (dua belas) mil.
(4) Setiap orang dilarang menebang atau memanfaatkan Hutan Mangrove untuk kepentingan komersial, kecuali atas izin Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
BAB V
TERTIB LINGKUNGAN
Pasal 16
(1) Setiap orang atau badan dilarang menangkap, memelihara, memburu, memperdagangkan
atau membunuh hewan tertentu yang jenisnya ditetapkan dan dilindungi oleh undang-
undang.
(2) Setiap pemilik binatang peliharaan wajib menjaga hewan peliharaannya untuk tidak
berkeliaran di lingkungan pemukiman, jalan raya, taman kota maupun tempat-tempat umum lainnya.
Pasal 17
(1) Setiap orang dilarang membuang sampah bukan pada tempatnya.
(2) Setiap orang diwajibkan menjaga dan memelihara kebersihan dilingkungan masing-masing maupun pada tempat-tempat fasilitas umum.
(3) Setiap rumah tangga wajib menyediakan tempat sampah dilingkungan rumah tangga
masing-masing. BAB……/9
-9-
BAB VI
TERTIB BANGUNAN
Pasal 18
(1) Setiap orang atau badan dilarang:
a. mendirikan bangunan atau benda lain yang menjulang, menanam atau membiarkan, tumbuh pohon atau tumbuh-tumbuhan lain yang dapat mengganggu saluran Kabel
Listrik PLN, Kabel Telkom, Pipa PDAM untuk kepentingan umum;
b. mendirikan bangunan pada ruang milik jalan, ruang milik sungai, ruang milik irigasi,
ruang milik waduk, ruang milik danau, taman dan jalur hijau, kecuali untuk kepentingan Pemerintah.
(2) Setiap orang atau badan yang akan mendirikan bangunan wajib memiliki Izin Mendirikan
Bangunan.
(3) Setiap orang atau badan wajib menjaga serta memelihara lahan, tanah, dan bangunan di lokasi yang menjadi miliknya.
(4) Setiap orang atau badan dilarang untuk melakukan / membangun taman makam dihalaman rumah.
(5) Setiap orang atau badan wajib menggunakan bangunan miliknya sesuai dengan izin yang telah ditetapkan.
Pasal 19
(1) Setiap orang atau badan dilarang membangun menara/tower komunikasi, kecuali
mendapat izin dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Pemilik/pengelola menara/tower komunikasi wajib menjamin keamanan dan keselamatan dari berbagai kemungkinan yang dapat membahayakan dan/atau
merugikan orang lain dan/atau badan dan/atau fungsi menara/tower komunikasi tersebut.
Pasal 20
Setiap orang atau badan pemilik bangunan atau rumah diwajibkan:
a. memelihara pagar pekarangan dan memotong pagar hidup yang berbatasan dengan jalan;
b. memangkas bagian dari pohon, semak-semak dan tumbuh-tumbuhan yang dapat
mengganggu keamanan dan/atau ketertiban;
c. memelihara dan mencegah pengrusakan bahu jalan atau trotoar serta parit/saluran air.
BAB VII
TERTIB SOSIAL
Pasal 21
(1) Setiap orang atau badan dilarang meminta bantuan atau sumbangan yang dilakukan
sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama di jalan, pasar, kendaraan umum, lingkungan pemukiman, rumah sakit, sekolah dan kantor Pemerintah.
(2) Permintaan……./10
-10-
(2) Permintaan bantuan atau sumbangan untuk kepentingan sosial dan kemanusiaan pada tempat selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diberikan izin oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
.(3) Tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. supermarket/mall;
b. rumah makan; c. terminal;
d. pelabuhan udara/laut; e. stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU); f. penyelenggaraan pameran/bazar amal;
g. tempat hiburan/rekreasi; h. hotel.
Pasal 22
Setiap orang atau badan dilarang:
a. mengemis atau perbuatan meminta-minta pada tempat-tempat umum.
b. mengorganisir sekelompok orang untuk mengemis, maupun kegiatan meminta-minta, pengamen, dan pedagang asongan.
Pasal 23
Setiap orang dilarang mabuk-mabukan pada jalan raya, jalur hijau, taman, dan tempat-tempat umum lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
Pasal 24
(1) Setiap orang dilarang bertingkah laku dan/atau berbuat asusila atau menjadi penjaja seks
komersial, menyuruh, memfasilitasi, membujuk, memaksa orang lain untuk menjadi
penjaja seks komersial, memakai jasa penjaja seks komersial pada jalan, jalur hijau, taman atau dan tempat-tempat umum lainnya.
(2) Spa, panti pijat dan lain-lain dilarang menggunakan kegiatan diluar izin.
Pasal 25
Setiap orang atau badan dilarang menyediakan dan/atau menggunakan bangunan atau rumah sebagai tempat untuk berbuat asusila ditempat-tempat permukiman, pendidikan dan
sarana umum lainnya.
Pasal 26
(1) Setiap orang atau badan dilarang menyelenggarakan dan/atau melakukan segala bentuk
kegiatan perjudian. (2) Setiap orang atau badan dilarang menyediakan bangunan atau rumah untuk menjadikan
tempat perjudian.
Pasal 27
Setiap orang atau badan dilarang menyediakan tempat dan menyelenggarakan segala bentuk undian dengan memberikan hadiah dalam bentuk apapun kecuali mendapat izin dari Bupati
atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal……/11
-11-
Pasal 28
Setiap orang atau badan dilarang mengedarkan, menyimpan dan menjual minuman beralkohol tanpa izin dari pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan.
BAB VIII
TERTIB KESEHATAN
Pasal 29
(1) Setiap orang atau badan dilarang:
a. menyelenggarakan dan/atau melakukan praktek pengobatan tradisional;
b. menyelenggarakan dan/atau melakukan praktek pengobatan kebatinan; c. membuat, meracik, menyimpan dan menjual obat-obat ilegal dan/atau obat palsu.
(2) Penyelenggaraan praktek pengobatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf b dapat diizinkan, apabila memenuhi syarat-syarat sesuai ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
(3) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
BAB IX
TERTIB TEMPAT HIBURAN DAN KERAMAIAN
Pasal 30
(1) Setiap orang atau badan dilarang menyelenggarakan tempat usaha hiburan tanpa izin
Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Setiap penyelenggaraan tempat usaha hiburan yang telah mendapat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang melaksanakan kegiatan lain yang menyimpang dari izin
yang dimiliki.
(3) Setiap orang atau badan dilarang menyelenggarakan permainan ketangkasan yang bersifat komersial pada tempat-tempat umum seperti di lingkungan pemukiman, tempat
ibadah, sekolah, rumah sakit serta tempat perbelanjaan.
Pasal 31
Setiap penyelenggaraan kegiatan keramaian wajib mendapat izin dari Bupati atau pejabat
yang ditunjuk. Pasal 32
(1) Bupati menetapkan jenis-jenis kegiatan keramaian yang menggunakan tanda masuk.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang bentuk dan persyaratan tanda masuk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal……/12
-12-
Pasal 33
Penyelenggaraan kegiatan keramaian di luar gedung dan/atau memanfaatkan jalur jalan yang dapat mengganggu kepentingan umum wajib mendapat izin dari Bupati atau pejabat yang
ditunjuk.
BAB X TERTIB PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 34
(1) Setiap orang atau badan dilarang menempatkan atau memasang lambang, simbol, bendera, spanduk, umbul-umbul, maupun atribut-atribut lainnya pada pagar pemisah jembatan, pagar pemisah jalan, jalan, jembatan penyeberangan, halte, terminal,
taman, tiang listrik dan tempat umum lainnya.
(2) Penempatan dan pemasangan lambang, simbol, bendera, spanduk, umbul-umbul maupun atribut-atribut lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
setelah mendapat izin dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(3) Setiap orang atau badan yang menempatkan dan memasang lambang, simbol, bendera,
spanduk, umbul-umbul maupun atribut-atribut lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib mencabut serta membersihkan sendih setelah habis masa berlakunya.
Pasal 35
Setiap orang atau badan dilarang memasang lambang, simbol, bendera, spanduk, umbul-umbul, maupun atribut-atribut lainnya di areal gedung pemerintah kecuali mendapat izin dari pejabat yang berwenang.
Pasal 36
Setiap orang atau badan pemilik rumah dan/atau bangunan/gedung wajib memasang bendera Merah Putih pada peringatan hari besar nasional dan daerah pada waktu tertentu
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pasal 37
Setiap orang yang bermaksud tinggal dan menetap di Kabupaten Nabire wajib memenuhi persyaratan administrasi kependudukan sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 38
(1) Setiap orang yang berkunjung atau bertamu lebih dari 1 x 24 (satu kali dua puluh empat)
jam wajib melaporkan diri kepada pengurus Rukun Tetangga setempat.
(2) Setiap pemilik rumah kost wajib melaporkan penghuninya kepada Lurah/Kepala
Kampung melalui pengurus Rukun Tetangga setempat secara periodik.
(3) Setiap penghuni rumah kontrak wajib melapor kepada Lurah/Kepala Kampung melalui pengurus Rukun Tetangga setempat secara periodik.
BAB……/13
-13-
BAB XI
TERTIB DEMONSTRASI
Pasal 39
(1) Setiap orang atau badan yang melakukan aksi demonstrasi unjuk rasa wajib mendapat
izin dari pejabat yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Setiap orang atau Badan dilarang merusak prasarana dan sarana umum maupun pribadi
pada waktu berlangsungnya penyampaian pendapat, unjuk rasa dan/atau pengerahan massa.
(3) Setiap orang atau badan dilarang membuang benda-benda dan/atau sarana yang
digunakan pada waktu penyampaian pendapat, unjuk rasa, rapat-rapat umum dan pengerahan massa di jalan, jalur hijau dan tempat umum lainnya.
(4). Setiap orang, atau badan yang melakukan aksi Demonstrasi/unjuk rasa dilarang :
a. mengganggu aktifitas kegiatan masyarakat maupun pelayanan publik;
b. membawa alat-alat tajam maupun bahan berbahaya lainnya yang dapat
membahayakan orang lain;
c. membawa minuman beralkohol dan/atau mabuk saat berlangsungnya unjuk rasa.
BAB XII
PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Pasal 40
(1) Pembinaan terhadap penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum dilakukan
Bupati, dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah yang dalam tugas pokok dan fungsinya bertanggung jawab dalam bidang penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum bersama satuan kerja perangkat daerah terkait lainnya.
(2) Pengendalian terhadap penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah yang tugas pokok dan fungsinya bertanggungjawab dalam bidang ketenteraman dan ketertiban umum bersama satuan kerja perangkat
daerah terkait lainnya
(3) Pembinaan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja bersama Penyidik Pegawai Negeri Sipil satuan kerja perangkat daerah terkait sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 41
(1) Setiap orang atau badan yang melihat, mengetahui dan menemukan terjadinya
pelanggaran atas ketertiban umum harus melaporkan kepada petugas yang berwenang.
(2) Setiap orang atau badan yang melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak
mendapat perlindungan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menindaklanjuti dan memproses
secara hukum terhadap laporan yang disampaikan oleh orang atau badan.
BAB……/14
-14-
BAB XIII
PENYIDIKAN
Pasal 42
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah diberi kewenangan khusus untuk melakukan penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah ini.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para pejabat PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan
pemeriksaan;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret orang lain/seseorang;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk bahwa tidak terdapat
cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya
memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Dalam melakukan tugasnya, PPNS tidak berwenang melakukan penangkapan dan/atau
penahanan.
(4) PPNS membuat berita acara setiap tindakan tentang: a. pemeriksaan tersangka; b. pemasukan rumah;
c. penyitaan benda; d. pemeriksaan surat;
e. pemeriksaan saksi; f. pemeriksaan di tempat kejadian dan mengirimkan berkasnya kepada Pengadilan Negeri
dengan tembusan kepada Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.
(5) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya pada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana
BAB……/15
-15-
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 43
(1) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal 3 huruf i, Pasal 4 ayat (2), Pasal 5 huruf a, Pasal1ayat (1), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11 ayat (2), Pasal 12 huruf a, huruf e, huruf h, Pasal 14 ayat (1), ayat
(2),Pasal 17 ayat (2), ayat (3), Pasal 19 huruf b, Pasal 21 huruf a, huruf b, huruf c, Pasal 25 ayat (2), ayat (3), Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal 28 ayat (2), Pasal
29 ayat (3), Pasal 31 ayat (1), Pasal 38 huruf a, huruf b, Pasal 39 ayat (1), Pasal 40 huruf a, huruf c, Pasal 51, Pasal 54 ayat (2) dan Pasal 57 dikenakan ancaman pidana kurungan paling singkat 10 (sepuluh) hari dan paling lama 60 (enam puluh) hari atau
denda paling sedikit Rp. 100.000,- (Seratus Ribu Rupiah) dan paling banyak Rp.20.000.000,- (Dua Puluh Juta Rupiah).
(2) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (4), ayat (8), Pasal 3 huruf
a, huruf f, huruf k, Pasal 4 ayat (1), ayat (3), Pasal 7 ayat (2), Pasal 10 Pasal 11 ayat (2), Pasal 12 huruf c, huruf f, Pasal 13 ayat (1), ayat (2), Pasal 14 ayat (3), Pasal 15, Pasal 22
huruf d, huruf e, Pasal 28 ayat (1), Pasal 29 ayat (1) huruf c, ayat (4), Pasal 30 ayat (1), Pasal 31 ayat (2), ayat (3), Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36 ayat (1), ayat (2), Pasal 38 huruf c, Pasar 40 huruf b, Pasal 42 ayat (2) huruf a, huruf c, Pasal 46, Pasal 47
ayat (1) huruf a, huruf b, Pasal 48, Pasal 49,Pasal 52 ayat (1), ayat (3), Pasal 55 dan Pasal 56 dikenakan ancaman pidana kurungan paling singkat 20 (dua puluh) hari dan paling,
lama 90 (sembilan puluh) hari atau denda paling sedikit Rp. 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah) dan paling banyak Rp. 30.000.000,- (Tiga Puluh Juta Rupiah).
(3) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (7), Pasal 3 huruf g,
huruf h, huruf j, Pasal 5 huruf b, huruf c, Pasal 6, Pasal 12 huruf b, huruf d, huruf g, Pasal 19 huruf a. Pasal 20, Pasal 22 huruf b, huruf f, Pasal 23 ayat (1), Pasal 24 ayat (1), Pasal 36 ayat (3), Pasal 37 ayat (1), ayat (2) dan Pasal 43 dikenakan ancaman
pidana kurungan paling singkat 30 (tiga puluh) hari dan paling lama 180 (Seratus delapan puluh) hari atau denda paling sedikit Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) dan paling
banyak Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah).
(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) adalah tindak pidana pelanggaran.
Pasal 44
(1) Setiap orang atau badan yang membuat dan merakit kendaraan umum angkutan
keempat bermesin dua tak dan melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (6) dikenakan ancaman pidana kurungan paling singkat 20 (dua puluh) hari dan
paling lama 90 (sembilan puluh) hari atau denda paling sedikit Rp.5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) dan paling banyak Rp. 30.000.000,- (Tiga Puluh JutaRupiah).
(2) Setiap orang yang mengoperasikan kendaraan umum jenis angkutan keempat bermesin
dua tak dan melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (6) dikenakan ancaman pidana kurungan paling singkat 10 (sepuluh) hari dan paling lama 60
(enam puluh) hari atau denda paling sedikit Rp. 100.000,- (Seiatus Ribu Rupiah) dan paling banyak Rp. 20.000.000,-(Dua Puluh Juta Rupiah).
(3) Setiap……/16
-16-
(3) Setiap orang atau badan yang membuat, merakit, menjual dan memasukkan becak atau
barang yang difungsikan sebagai becak dan sejenisnya dan melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf a dikenakan ancaman pidana kurungan paling singkat 20 (dua puluh) hari dan paling lama 90 (sembilan puluh) hah
atau denda paling sedikit Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) dan paling banyak Rp. 30.000.000,- (Tiga Puluh Juta Rupiah).
(4) Setiap orang yang mengoperasikan dan menyimpan becak atau barang yang di fungsikan sebagai becak dan sejenisnya dan melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf b dikenakan ancaman pidana kurungan paling singkat 10
(sepuluh) hari dan paling lama 30 (tiga puluh) hari atau denda paling sedikit Rp. 250.000,- (Dua Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) dan paling banyak Rp.5.000.000,- (Lima Juta
Rupiah).
(5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dan ayat (4) adalah tindak pidana pelanggaran.
Pasal 45
(1) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan dalam Pasal 16 ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal 17 ayat (1), Pasal 18, Pasal 22 huruf a, huruf c, Pasal 42 ayat (2) huruf b, Pasal
44, Pasal 45, Pasal 47 ayat (1) huruf c, Pasal 53, Pasal 54 ayat (1) dan Pasal 59 ayat (3) dikenakan hukuman pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindak pidana kejahatan.
Pasal 46 Setiap petugas yang tidak menindaklanjuti dan/atau memproses secara hukum atas laporan
orang atau badan dan melanggar ketentuan Pasal 59 ayat (3) dikenakan hukuman disiplin kepegawaian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 47
Semua kebijakan daerah sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 48 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar....../17
-17-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Nabire.
Ditetapkan di Nabire pada tanggal 12 Desember 2013
BUPATI NABIRE
ttd
ISAIAS DOUW
Diundangkan di Nabire
pada tanggal 13 Desember 2013
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NABIRE
ttd
Drs. JOHNY PASANDE
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NABIRE TAHUN 2013 NOMOR 8
Salinan sesuai dengan aslinya;
KEPALA BAGIAN HUKUM,
SIMON PAKAGE, SH
PEMBINA
NIP. 19730305 200012 1 005
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NABIRE NOMOR 8 TAHUN 2013
TENTANG
KETERTIBAN UMUM I. PENJELASAN UMUM
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah provinsi adalah penyelenggaraan Ketertiban Umum dan ketenteraman masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 13 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah Provinsi Daerah
Khusus Ibu Kabupaten Nabire berkomitmen untuk menyelenggarakan urusanan wajib dimaksud dalam rangka penegakkan Peraturan Daerah, menjaga ketenteraman dan ketertiban guna terwujudnya Kabupaten Nabire sebagai kota jasa, kota perdagangan dan kota
pariwisata yang masyarakatnya nyaman, aman dan tenteram.
Kondisi tersebut akan menjadi daya tarik bagi masyarakat internasional untuk datang
dan berkunjung serta menanamkan investasi yang pada akhirnya memberikan kontribusi dalam pengembangan dan pembangunan Kabupaten Nabire.
Pengaturan mengenai ketertiban umum harus diarahkan guna pencapaian kondisi yang
kondusif bagi seluruh aspek kehidupan masyarakat kota dan oleh karena itu ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini perlu disesuaikan dan diatur sesuai dengan
perkembangan, kebutuhan dan perubahan masyarakat.
Dinamika perkembangan dan kebutuhan masyarakat Nabire yang dinamis dirasakan memerlukan Peraturan Daerah yang menjangkau secara seimbang antara subjek dan objek
hukum yang diatur. Oleh karena itu, dalam upaya menampung persoalan dan mengatasi kompleksitas permasalahan dinamika perkembangan masyarakat diperlukan penyempurnaan terhadap Peraturan Daerah dimaksud.
Dengan dilakukannya Peraturan Daerah ini, diharapkan implementasi terhadap penyelenggaraan ketenteraman masyarakat dan ketertiban umum dapat diterapkan secara
optimal guna menciptakan ketenteraman, ketertiban, kenyamanan, kebersihan dan keindahan. Terkait dengan hal tersebut, maka dalam Peraturan Daerah ini mengatur substansi materi muatan sebagai berikut:
1. tertib jalan dan angkutan jalan; 2. tertib jalur hijau, taman dan tempat umum; 3. tertib sungai, saluran, kolam dan lepas pantai;
4. tertib lingkungan; 5. tertib tempat usaha dan usaha tertentu;
6. tertib bangunan; 7. tertib sosial; 8. tertib kesehatan;
9. tertib tempat hiburan dan keramaian; 10. tertib peran serta masyarakat; dan
11. tertib Demonstrasi
Peraturan............../2
-2-
Peraturan Daerah ini mempunyai posisi yang sangat strategis dan penting untuk memberikan motivasi dalam menumbuh kembangkan budaya disiplin masyarakat guna
mewujudkan tata kehidupan Kabupaten Nabire yang lebih tenteram, tertib, nyaman, bersih dan indah, yang dibangun berdasarkan partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat. Hal ini sangat mendasar mengingat kedudukan Kabupaten Nabire sebagai Kota yang sedang
berkembang dan menjadi pusat perdagangan dari berbagai Kota Pemekaran dari Kabupaten Nabire sebagai Kabupaten Induk yang melayani Perdagangan jasa dan Barang bagi beberapa
kabupaten pemekaran disekitar Papua Tengah.
Upaya untuk mencapai kondisi tertib sebagaimana yang menjadi jiwa dan Peraturan Daerah ini tidak semata-mata menjadi tugas dan tanggung jawab aparat, akan tetapi menjadi
tugas dan tanggung jawab masyarakat, perorangan maupun badan untuk secara sadar ikut serta menumbuhkan dan memelihara ketertiban. Namun demikian, tindakan tegas terhadap
pelanggar Peraturan Daerah ini perlu dilakukan secara konsisten dan konsekuen oleh Satuan Polisi Pamong Praja dan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang profesional sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 148 dan Pasal 149 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas. Pasal 2 Ayat (1)
Cukup jelas. Ayat (2)
Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4) Yang dimaksud dengan pemberhentian yang telah ditentukan adalah terminal dan halte. Fungsi halte hanya untuk menaikkan dan menurunkan orang,
sedangkan terminal untuk menunggu, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang. Oleh karena itu, setiap kegiatan menunggu, menaikkan dan
menurunkan orang dan/atau barang yang dilakukan di luar halte dan terminal seperti pool kendaraan umum adalah kegiatan ilegal yang dikenal orang dengan istilah terminalliar/bayangan.
Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6)
Yang dimaksud dengan kendaraan jenis empat bermesin 2 (dua) tak adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan umum seperti bajaj (dua
tak), motor becak (mobec), dan sejenisnya. Ayat (7)
Yang dimaksud adalah ketika sungai atau water way sudah ada tempat
penyeberangan atau kendaraan umum resmi Ayat (8)
Cukup jelas. Huruf a
Yang dimaksud menutup jalan adalah baik menutup sementara atau
selamanya. Huruf b Cukup jelas.
Huruf……/3
-3-
Huruf c
Dimaksud tanggul adalah tanggul pengaman jalan. Pasal 3
Huruf d Cukup jelas.
Huruf e Cukup jelas. Huruf f
Cukup jelas. Huruf g
Cukup jelas. Huruf h Cukup jelas.
Huruf i Cukup jelas. Huruf j
Cukup jelas. Huruf k
Izin yang dikeluarkan terkait dengan kegiatan yang menimbulkan perubahan, pemindahan barang atau tanah baik yang dilakukan secara perorangan maupun badan/instansi teknis terkaitseperti Perusahaan Listrik Negara, Perusahaan
Telekomunikasi, Perusahaan Gas Negara dan Perusahaan Air Minum, harus dilakukan koordinasi.
Huruf l Izin Bupati hanya diberikan untuk kepentingan umum seperti: gardu listrik dan hydrant pemadam.
Pasal 4 Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Yang dimaksud dengan joki adalah orang yang menawarkan diri sebagai
penumpang dengan mendapatkan imbalan berupa uang .Ayat (3) Cukup jelas.
Pasal 5 Huruf a Cukup jelas.
Huruf b Yang dimaksud dengan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah bahan yang
sesuai dengan ketentuan dikategorikan sebagai bahan yang harus mendapat perlakuan khusus.
Pasal 6
Ayat (1) Kegiatan pengaturan lalu lintas dilakukan oleh orang seorang atau sekelompok
orang yang terorganisir dengan maksud memperoleh imbalan uang. Ayat (2)
Pungutan uang oleh orang perorang atau sekelompok orang yang terorganisir
yang dilakukan secara paksa. Pasal 7
Pada setiap tempat ibadah, lembaga pendidikan dan rumah sakit dipasang rambu lalu
lintas.
Pasal……/4
-4-
Pasal 8
Ayat (1) point c Termasuk Meludah Pinang pada waktu menggunakan kendaran Umum
Ayat (2)
Cukup jelas. Pasal 9
Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas.
Pasal 11 Cukup jelas.
Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13
Ayat (1) Yang dimaksud dengan kolam adalah sarana penampungan air yang dibuat sebagai kelengkapan keindahan kota.
Ayat (2) Untuk kepentingan pemadaman kebakaran, petugas Dinas Kebakaran dapat
mengambil air dan kolam air mancur.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15
Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas.
Pasal 17 Yang dimaksud dengan merusak adalah kegiatan memotong, menebang, membakar
atau kegiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan rusaknya hutan mangrove. Pasal 18 Huruf a
Cukup jelas. Huruf b
Izin diberikan dalam rangka acara ceremonial pemerintah, pemerintah daerah,
orang atau badan. Pasal 19
Cukup jelas. Pasal 20 Huruf a
Pemasangan iklan pada kendaraan umum dan halte dapat diperkenankan apabila memenuhi persyaratan dan mendapat izin dari Bupati atau pejabat yang
ditunjuk. Huruf b Cukup jelas.
Huruf c Cukup jelas. Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal……/5
-5-
Pasal 22
Ayat (1) Yang dimaksud dengan air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.Yang dimaksud dengan air tanah adalah air yang terdapat
dalam lapisan tanah atau batuan dibawah permukaan tanah. Ayat (2)
Cukup jelas. Pasal 23 Ayat (1)
Izin tempat usaha berdasarkan Undang-undang Gangguan (HO) diberlakukan pada kegiatanusaha industri dan non industri yang menimbulkan dampak
terhadap lingkungan berupa polusi suara (kebisingan), polusi udara (asap), polusi air (limbah), rentan kebakaran, serta gangguan keamanan dan ketertiban .
Ayat (2) Cukup jelas.
Pasal 24 Cukup jelas.
Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26
Cukup jelas Pasal 27
Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas
Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30
Cukup jelas Pasal 31
Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas
Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34
Cukup jelas Pasal 35
Cukup jelas. Pasal 36 Cukup jelas
Pasal 37 Cukup jelas.
Pasal 38 Cukup jelas Pasal 39
Cukup jelas. Pasal 40 Cukup jelas
Pasal 41 Cukup jelas.
Pasal……/6
-6-
Pasal 42
Cukup jelas Pasal 43 Cukup jelas.
Pasal 44 Cukup jelas
Pasal 45 Cukup jelas. Pasal 46
Cukup jelas Pasal 47
Cukup jelas. Pasal 48 Cukup jelas