-
PROFILKESEHATANPROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN 2017
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMURJl. Ahmad Yani 118 Surabaya 60231
2018
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMURJl. Ahmad Yani 118 Surabaya 60231
2018
KEMENTERIANKESEHATANREPUBLIKINDONESIA
-
i
SAMBUTAN
KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa buku Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 ini dapat diterbitkan setelah beberapa lama
berproses dalam penyusunannya. Disadari sepenuhnya bahwa penyusunan buku Profil
Kesehatan ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena beberapa kendala dalam
pengelolaan data dan informasi di tingkat kabupaten/kota dan juga di tingkat Provinsi serta
dikarenakan proses penyusunan atau pengumpulannya belum sepenuhnya memanfaatkan
sarana elektronik/teknologi informasi.
Atas terbitnya Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2017, kami
memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan jajarannya, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur dan
jajarannya, Tim Penyusun Profil Kesehatan di lingkunan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur yang telah berupaya memberikan kontribusinya, serta kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan data dan informasi guna penyusunan buku Profil Kesehatan ini.
Di tahun mendatang, kiranya Buku Profil Kesehatan dapat diterbitkan lebih awal dengan
memuat data dan informasi berkualitas, serta tetap memperhatikan kedalaman analisis dan
konsistensi datanya, sehingga buku Profil Kesehatan ini dapat dijadikan rujukan penting dan
utama dalam proses manajemen pembangunan kesehatan khususnya di Jawa Timur.
Semoga Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2017 ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, baik di lingkungan pemerintahan, akademisi, organisasi profesi, swasta serta
masyarakat umum yang membutuhkan informasi di bidang kesehatan. Kami tetap
mengharapkan kritik, saran atau masukan dari para pembaca guna penyempurnaan Profil
Kesehatan di masa datang.
-
50
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Halaman ini sengaja dikosongkan
-
ii
DAFTAR ISI
SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR i DAFTAR ISI ii DAFTAR LAMPIRAN iv DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL xi BAB 1 DEMOGRAFI
A. Kondisi Geografis dan Administrasi 1 B. Kependudukan 2
BAB 2 SARANA KESEHATAN A. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) 5 B. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 7 C. Rumah Sakit 10 D. Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan 13
1. Ketersediaan Obat 13 2. Cakupan Sarana Produksi Bidang Kefarmasian 18 3. Cakupan Sarana Distribusi Bidang Kefarmasian 20
BAB 3 TENAGA KESEHATAN A. Jumlah Tenaga Kesehatan 23
BAB 4 PEMBIAYAAN KESEHATAN A. Alokasi dan Realisasi Anggaran Kesehatan Tahun Anggaran 2017 25 B. Jaminan Kesehatan Nasional 26
BAB 5 KESEHATAN KELUARGA A. Kesehatan Ibu 29
1. Angka Kematian Ibu 29 2. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 31 3. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin 33 4. Pelayanan Komplikasi Kebidanan 35 5. Pelayanan Kontrasepsi 36
B. Kesehatan Anak 39 1. Angka Kematian Bayi 39 2. Pelayanan Kesehatan Neonatal 39 3. Pelayanan Kesehatan Bayi 42 4. Pelayanan Kesehatan Anak Balita 44
C. Imunisasi 44 1. Cakupan Imunisasi Dpt-Hb3/ Dpt-Hb-Hib, Polio, Campak Dan
Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi 44
2. Cakupan Imunisasi Bcg Pada Bayi Provinsi Jawa Timur 2017 45 3. Cakupan Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) Pada Ibu Hamil 45 4. Cakupan Desa/kelurahan UCI 45
D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 1. Pencapaian Penimbangan Balita (D/S) 46 2. Pencegahan dan Penanggulangan GAKY 47 3. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi 47 4. Pemberian ASI Eksklusif 48
-
iii
BAB 6 PENGENDALIAN PENYAKIT A. Penyakit Menular Langsung 51
1. Tuberkolosis (TB) 51 2. Kusta 52 3. Human Immunodeficiency Virus (HIV) Dan Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) 53
4. Pneumonia 55 5. Diare 56
B. Penyakit Menular Bersumber Binatang 57 1. Demam Berdarah Dengue (DBD) 57 2. Malaria 58 3. Filariasis 59
C. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) 60 1. Polio dan AFP 61 2. Difteri 62 3. Tetanus Neonatorum 62 4. Campak 63 5. Hepatitis B 63
D. Penyakit Tidak Menular 64 1. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) 64 2. Obesitas 64 3. Kanker Leher Rahim 65 4. Kanker Payudara 65
E. Kejadian Luar Biasa 65 BAB 7 KESEHATAN LINGKUNGAN
A. Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar 67 B. Rumah Sehat 67 C. Penyelenggaraan Air Minum 68 D. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 68 E. Keamanan Pangan 70 F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 70
LAMPIRAN
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Luas Wilayah, Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah
Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Lampiran 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur,
Lampiran 3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf Menurut
Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 4 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 5 Jumlah Kematian Neonatal,Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin
dan Kabupaten /Kota
Lampiran 6 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur dan Kabupaten/Kota
Lampiran 7 Jumlah Kasus Baru TB BTA+ seluruh Kasus TB,TB pada anak dan
CNR dan Kabupaten/Kota
Lampiran 8 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut
Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 9 Jumlah Angka Kesembuhan dan Pengobatan lengkap TB Paru BTA+
serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten / Kota
Lampiran 10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 11 Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin
dan Kabupaten/Kota
Lampiran 12 Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 13 Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 14 Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 15 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 16 Jumlah Kasus dan Angka Pre5alensi Penyakit Kusta Menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 17 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat RFT Menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 18 Jumlah Kasus AFP ( Non Polio ) Menurut Kabupaten / Kota
Lampiran 19 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
-
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Luas Wilayah, Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah
Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Lampiran 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur,
Lampiran 3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf Menurut
Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 4 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 5 Jumlah Kematian Neonatal,Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin
dan Kabupaten /Kota
Lampiran 6 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur dan Kabupaten/Kota
Lampiran 7 Jumlah Kasus Baru TB BTA+ seluruh Kasus TB,TB pada anak dan
CNR dan Kabupaten/Kota
Lampiran 8 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut
Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 9 Jumlah Angka Kesembuhan dan Pengobatan lengkap TB Paru BTA+
serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten / Kota
Lampiran 10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 11 Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin
dan Kabupaten/Kota
Lampiran 12 Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 13 Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 14 Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 15 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 16 Jumlah Kasus dan Angka Pre5alensi Penyakit Kusta Menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 17 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat RFT Menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 18 Jumlah Kasus AFP ( Non Polio ) Menurut Kabupaten / Kota
Lampiran 19 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
-
v
Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 20 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 21 Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 22 Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 23 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 24 Pengukuran Tekanan Darah Penduduk ≥ 18 Tahun Menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten / Kota
Lampiran 25 Pemeriksaan Obesitas Menurut jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 26 Cakupan Deteksi dini Kanker leher Rahim dengan Metode 4A dan
Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Klinik ( CBE ) dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 27 Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB menurut jenis Kejadian
Luar Biasa ( KLB) dan Kabupaten/Kota
Lampiran 28 Kejadian Luar Biasa ( KLB ) di Desa Kelurahan yg ditangani ≤ 24 jam
Lampiran 29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil,Persalinan di Tolong Tenaga
Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kabupaten /
Kota
Lampiran 30 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut
Kabupaten/Kota
Lampiran 31 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur Menurut
Kabupaten/Kota
Lampiran 32 Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet FE 1 dan FE 3 Menurut
Kabupaten/Kota
Lampiran 33 Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan
Komplikasi Neonatal Menurut Kabupaten / Kota
Lampiran 34 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Menurut
Kabupaten/Kota
Lampiran 35 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Menurut
Kabupaten/Kota
Lampiran 36 Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota
Lampiran 37 Bayi Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) Menurut Kabupaten / Kota
Lampiran 38 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Kabupaten/Kota
Lampiran 39 Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin dan
-
vi
Kabupaten/Kota
Lampiran 40 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 41 Cakupan Desa / Kelurahan Un4ersal Child Immunization ( UCI )
Menurut Kabupaten / Kota
Lampiran 42 Cakupan Imunisasi Hepatitis B ≤ 7 Hari dan BCG Pada Bayi Menurut
Kabupaten / Kota
Lampiran 43 Cakupan Imunisasi DPT- HB / DPT –HB-Hib, Polio,Campak dan
Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Menurut Kabupaten/Kota
Lampiran 44 Cakupan Pemberian 5itamin A Pada Bayi dan Anak Balita Menurut
Kabupaten/Kota
Lampiran 45 Jumlah Anak 0 - 23 Bulan ditimbang Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 46 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 47 Jumlah Balita Di Timbang Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 48 Cakupan Kasus Balita gizi Buruk yang Mendapatkan Perawatan
Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan ( Penjaringan ) Siswa SD & Setingkat
Menurut Kabupaten / Kota
Lampiran 50 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 51 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat
Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
Lampiran 52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin
dan Kabupaten/Kota
Lampiran 53 Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota
Lampiran 54 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kunjungan
Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan
Lampiran 55 Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit
Lampiran 56 Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit
Lampiran 57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat ( Ber
PHBS ) Menurut Kabupaten/Kota
Lampiran 58 Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota
-
vii
Lampiran 59 Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum
Berkualitas ( Layak ) Menurut Kabupaten / Kota
Lampiran 60 Persentase Kualitas Air Minum di Pelayanan Air Minum yang
Memenuhi Syarat Kesehatan
Lampiran 61 Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas yang Layak ( Jamban
Sehat ) Menurut Kabupaten/Kota
Lampiran 62 Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Lampiran 63 Persentase Tempat Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan
Menurut Kabupaten/Kota
Lampiran 64 Tempat Pengelolaan Makanan ( TPM ) Menurut Status Higiene
Sanitasi
Lampiran 65 Tempat Pengelolaan Makanan Di Bina dan Uji Petik
Lampiran 66 Persentase Ketersedian Obat dan Vaksin
Lampiran 67 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan
Lampiran 68 Persentase Sarana Kesehatan ( Rumah Sakit) Dengan Kemampuan
Pelayanan Gawat Darurat ( GADAR ) Le5el 1 Menurut
Kabupaten/Kota
Lampiran 69 Jumlah Posyandu Menurut Strata per Kabupaten/Kota
Lampiran 70 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
Menurut Kabupaten/Kota
Lampiran 71 Jumlah Desa Siaga Menurut Kabupaten / Kota
Lampiran 72 Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan
Lampiran 72 Jumlah Posyandu Menurut Strata per Kabupaten/Kota
Lampiran 73 Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan
Lampiran 74 Jumlah Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan
Lampiran 75 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di
Fasilitas Kesehatan
Lampiran 76 Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan
Lampiran 77 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan
Lampiran 78 Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Fasilitas Kesehatan
Lampiran 79 Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan
Lampiran 80 Jumlah Tenaga Penunjang / Pendukung Kesehatan Di Fasilitas
Kesehatan
Lampiran 81 Anggaran Kesehatan Kabupaten / Kota
-
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Administrasi Provinsi Jawa Timur 1
Gambar 1.2 Piramida Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kelompok
Umur Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
2
Gambar 2.1 Persentase Strata Posyandu Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 5
Gambar 2.2 Perkembangan Strata Posyandu Provinsi Jawa Timur Tahun
2017
6
Gambar 2.3 Peta Penyebaran Jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2017
7
Gambar 2.4 Persentase Akreditasi Puskesmas di Provinsi Jawa Timur Tahun
2017
8
Gambar 2.5 Perkembangan Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap
di Puskesmas Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 – 2017
9
Gambar 2.6 Sebaran Pondok Kesehatan Desa per Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
10
Gambar 2.7 Persentase Rumah Sakit Menurut Kelas di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2017
12
Gambar 2.8 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
16
Gambar 2.9 Cakupan Sarana Distribusi di Bidang Kefarmasian Provinsi
Jawa Timur Tahun 2017
22
Gambar 3.1 Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2017
24
Gambar 3.2 Jumlah Tenaga Medis di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 24
Gambar 4.1 Cakupan Kepemilikan Jaminan Kesehatan Penduduk di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2017
26
Gambar 5.1 Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup Provinsi
Jawa Timur Tahun 2010 - 2017
29
Gambar 5.2 Angka Kematian Ibu (AKI) per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Timur Tahun 2017
30
Gambar 5.3 Penyebab Kematian Ibu Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 -
2017
30
Gambar 5.4 Perkembangan Capaian Cakupan K1 Provinsi Jawa Timur
Tahun 2013 - 2017
31
Gambar 5.5 Cakupan K1 per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 32
-
ix
2017
Gambar 5.6 Perkembangan Capaian Cakupan K4 Provinsi Jawa Timur
Tahun 2011 - 2017
32
Gambar 5.7 Cakupan K4 per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun
2017
33
Gambar 5.8 Perkembangan Cakupan Pertolongan oleh Tenaga Kesehatan
dan Pertolongan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 - 2017
34
Gambar 5.9 Cakupan Pertolongan Linakes per Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Timur Tahun 2017
34
Gambar 5.10 Perbandingan Jumlah Desa dan Jumlah Bidan Desa Tinggal per
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
35
Gambar 5.11 Perkembangan Capaian Penanganan Komplikasi Kebidanan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 - 2017
35
Gambar 5.12 Cakupan Komplikasi Kebidanan per Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Timur Tahun 2017
36
Gambar 5.13 Cakupan KB Aktif per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur
Tahun 2017
37
Gambar 5.14 Cakupan Kepesertaan KB Aktif MJKP dan Non MJKP Provinsi
Jawa Timur Tahun 2017
37
Gambar 5.15 Cakupan KB Baru Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur
Tahun 2017
38
Gambar 5.16 Cakupan KB Baru Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur
Tahun 2017
38
Gambar 5.17 Angka Kematian Bayi (AKB) Per 1.000 Kelahiran Hidup Provinsi
Jawa Timur Tahun 2013 - 2017
39
Gambar 5.18 Cakupan KN1 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 40
Gambar 5.19 Perkembangan Capaian KN Lengkap Provinsi Jawa Timur
Tahun 2017
40
Gambar 5.20 Capaian KN Lengkap Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur
Tahun 2017
41
Gambar 5.21 Cakupan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani per
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
42
Gambar 5.22 Cakupan Neonatal Risiko Tinggi Ditangani Provinsi Jawa Timur
Tahun 2017
42
Gambar 5.23 Cakupan Kunjungan Bayi Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa 43
-
x
Timur Tahun 2017
Gambar 5.24 Perkembangan Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Timur
Tahun 2013 - 2017
43
Gambar 5.25 Cakupan Pelayanan Anak Balita Per Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Timur Tahun 2017
44
Gambar 5.26 Perkembangan Cakupan Rumah Tangga yang Menggunakan
Garam Yodium Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 –2017
47
Gambar 5.27 Perkembangan Cakupan Pemberian Fe1 dan Fe3 pada Ibu
Hamil Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 - 2017
48
Gambar 5.28 Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 0-6 bulan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2013 - 2017
49
Gambar 6.1 Cnr Semua Penderita Tuberkolosis Provinsi Jawa Timur Tahun
2015 – 2017
51
Gambar 6.2 Proporsi Kasus AIDS Berdasarkan Faktor Resiko Penderita di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
54
Gambar 6.3 Proporsi Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Provinsi Jawa
Timur Tahun 2013 - 2017
55
Gambar 6.4 Cakupan Pneumonia Ditemukan dan Ditangani Provinsi Jawa
Timur Tahun 2017
56
Gambar 6.5 Cakupan Program Diare Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 -
2017
56
Gambar 6.6 Jumlah Kasus DBD Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 - 2017 58
Gambar 6.7 Sebaran Kasus Filariasis Kronis Provinsi Jawa Timur Tahun
2017
59
Gambar 6.8 Jumlah Kasus Campak Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 - 2017 63
Gambar 7.1 Cakupan Penduduk Dengan Sanitasi Layak (Jamban Sehat)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
69
-
50
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Halaman ini sengaja dikosongkan
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikan di Provinsi Jawa
Timur Tahun 2017
11
Tabel 2.2 Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2016 - 2017
13
Tabel 2.3 Tabel Item Obat dan Vaksin 14
Tabel 2.4 Cakupan Sarana Produksi di Bidang Kefarmasian Provinsi Jawa
Timur Tahun 2014 - 2017
19
Tabel 2.5 Cakupan Sarana Distribusi di Bidang Kefarmasian Provinsi Jawa
Timur Tahun 2014 - 2017
20
Tabel 6.1 Angka Keberhasilan Pengobatan TB Baru BTA+ (Succes Rate)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 - 2017
52
Tabel 6.2 Pencapaian Program Pemberantasan Penyakti Kusta Provinsi
Jawa Timur Tahun 2011 - 2017
53
Tabel 6.3 Pencapaian Hasil Kinerja Program DBD Provinsi Jawa Timur
Tahun 2017
57
Tabel 6.4 Pencapaian Hasil Kinerja Program Malaria Provinsi Jawa Timur
Tahun 2012 - 2017
59
Tabel 6.5 Capaian Hasil Kegiatan Penemuan Kasus Filariasis Provinsi Jawa
Timur Tahun 2012 - 2017
60
Tabel 6.6 KLB Menurut Jumlah Desa/Kelurahan yang Terserang Provinsi
Jawa Timur Tahun 2013 - 2017
66
-
50
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Halaman ini sengaja dikosongkan
-
BAB 1DEMOGRAFI
-
1
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
A. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Provinsi Jawa Timur terletak di bagian timur Pulau Jawa yang memiliki luas
wilayah daratan 47.959 km2 (sumber Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Timur).
Jawa Timur berada pada 111º0’ hingga 114º4’ Bujur Timur (BT) dan 7º12’ hingga 8º48’
Lintang Selatan (LS) dengan batas wilayah sebagai berikut :
sebelah utara : Laut Jawa
sebelah selatan : Samudera Hindia
sebelah barat : Selat Bali
sebelah timur : Provinsi Jawa Tengah
Gambar 1.1 Peta Administrasi Provinsi Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur memiliki 229 pulau, yang terdiri dari 162 pulau bernama dan
67 pulau tidak bernama, dengan panjang pantai sekitar 2.833,85 km. Pulau Madura
merupakan pulau terbesar yang saat ini sudah terhubung dengan wilayah daratan Jawa
Timur melalui jembatan ‘Suramadu’. Di sebelah timur Pulau Madura terdapat gugusan
pulau-pulau, yang paling timur adalah Kepulauan Kangean dan yang paling utara
adalah Kepulauan Masalembu. Di bagian selatan Provinsi Jawa Timur, terdapat 2 (dua)
pulau kecil, yakni Nusa Barung dan Pulau Sempu. Sedangkan di bagian utara terdapat
Pulau Bawean yang berada 150 km sebelah utara Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi
memiliki wilayah paling luas di antara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Timur.
BAB 1 PENDAHULUAN
-
2
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Secara administratif, Provinsi Jawa Timur terdiri dari 29 kabupaten, 9 kota, 664
kecamatan dan 8.501 desa/kelurahan (dapat dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan
Tabel 1).
B. KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur tahun 2017 sebesar 39.292.972 jiwa
dengan rincian jumlah penduduk laki-laki 19.397.878 jiwa dan penduduk perempuan
19.895.094 jiwa. Daerah dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Surabaya
(2.874.699 jiwa), sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kota Mojokerto
(127.279 jiwa). Kepadatan penduduk di kota relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kabupaten. Kota Surabaya memiliki kepadatan penduduk tertinggi dengan 8.808,10
km2/jiwa yang artinya 1km2 dihuni oleh 8.809 jiwa.
Gambar 1.2 Piramida Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur
Dari grafik piramida di atas, komposisi penduduk terbesar adalah kelompok umur
15-19 tahun dengan jumlah penduduk laki-laki 1.571.368 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan 1.506.603 jiwa. Sedangkan komposisi penduduk paling sedikit adalah
kelompok umur 70-64 tahun dengan jumlah penduduk laki-laki 381.349 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan 474.537 jiwa.
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan
untuk mengetahui produktivitas penduduk yaitu Angka Beban Tanggungan atau
Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan
perbandingan antara banyaknya orang berumur tidak produktif (belum produktif/umur di
bawah 15 tahun dan tidak produktif lagi/umur 65 tahun ke atas) dengan yang berumur
3
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
produktif (umur 15–64 tahun). Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara
kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi persentase
dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk
yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah
menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Angka Beban Tanggungan penduduk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016
sebesar 44. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Provinsi Jawa Timur yang produktif, di
samping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 44 orang yang tidak produktif.
-
2
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Secara administratif, Provinsi Jawa Timur terdiri dari 29 kabupaten, 9 kota, 664
kecamatan dan 8.501 desa/kelurahan (dapat dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan
Tabel 1).
B. KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur tahun 2017 sebesar 39.292.972 jiwa
dengan rincian jumlah penduduk laki-laki 19.397.878 jiwa dan penduduk perempuan
19.895.094 jiwa. Daerah dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Surabaya
(2.874.699 jiwa), sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kota Mojokerto
(127.279 jiwa). Kepadatan penduduk di kota relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kabupaten. Kota Surabaya memiliki kepadatan penduduk tertinggi dengan 8.808,10
km2/jiwa yang artinya 1km2 dihuni oleh 8.809 jiwa.
Gambar 1.2 Piramida Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur
Dari grafik piramida di atas, komposisi penduduk terbesar adalah kelompok umur
15-19 tahun dengan jumlah penduduk laki-laki 1.571.368 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan 1.506.603 jiwa. Sedangkan komposisi penduduk paling sedikit adalah
kelompok umur 70-64 tahun dengan jumlah penduduk laki-laki 381.349 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan 474.537 jiwa.
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan
untuk mengetahui produktivitas penduduk yaitu Angka Beban Tanggungan atau
Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan
perbandingan antara banyaknya orang berumur tidak produktif (belum produktif/umur di
bawah 15 tahun dan tidak produktif lagi/umur 65 tahun ke atas) dengan yang berumur
3
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
produktif (umur 15–64 tahun). Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara
kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi persentase
dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk
yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah
menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Angka Beban Tanggungan penduduk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016
sebesar 44. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Provinsi Jawa Timur yang produktif, di
samping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 44 orang yang tidak produktif.
-
4
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Halaman ini sengaja dikosongkan
-
4
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Halaman ini sengaja dikosongkan BAB 2SARANAKESEHATAN
-
5
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
BAB 2 SARANA KESEHATAN A. UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) adalah suatu upaya
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama masyarakat, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar.
Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat di Jawa Timur
ditujukan dalam rangka mencapai visi Departemen Kesehatan yaitu mewujudkan
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan serta mencapai misi meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta
dan masyarakat madani serta untuk mencapai visi Dinas Kesehatan Provinsi Jatim yaitu
mewujudkan masyarakat Jawa Timur mandiri untuk hidup sehat serta misi mendorong
terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat .
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam pembangunan bidang kesehatan. Terutama kegiatan peningkatan tumbuh
kembang bayi dan balita, kesehatan dasar bagi para ibu hamil, ibu menyusui dan wanita
usia subur. Upaya Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah melalui
pembentukan berbagai UKBM seperti Posyandu balita, Posyandu Lansia, Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes), dan lain-lain. Gambar 2.1 Persentase Strata Posyandu
Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber : Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi Jatim
Jawa Timur mempunyai jumlah Posyandu sampai dengan akhir tahun 2017 total
Posyandu berjumlah 46.710. Strata Posyandu di Jawa Timur pada tahun 2017
2%
21%
69%
8%
PRATAMA MADYA
PURNAMA MANDIRI
-
5
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
BAB 2 SARANA KESEHATAN A. UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) adalah suatu upaya
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama masyarakat, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar.
Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat di Jawa Timur
ditujukan dalam rangka mencapai visi Departemen Kesehatan yaitu mewujudkan
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan serta mencapai misi meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta
dan masyarakat madani serta untuk mencapai visi Dinas Kesehatan Provinsi Jatim yaitu
mewujudkan masyarakat Jawa Timur mandiri untuk hidup sehat serta misi mendorong
terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat .
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam pembangunan bidang kesehatan. Terutama kegiatan peningkatan tumbuh
kembang bayi dan balita, kesehatan dasar bagi para ibu hamil, ibu menyusui dan wanita
usia subur. Upaya Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah melalui
pembentukan berbagai UKBM seperti Posyandu balita, Posyandu Lansia, Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes), dan lain-lain. Gambar 2.1 Persentase Strata Posyandu
Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber : Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi Jatim
Jawa Timur mempunyai jumlah Posyandu sampai dengan akhir tahun 2017 total
Posyandu berjumlah 46.710. Strata Posyandu di Jawa Timur pada tahun 2017
2%
21%
69%
8%
PRATAMA MADYA
PURNAMA MANDIRI
-
6
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
terbanyak adalah Tingkat Purnama sebanyak 32.275 (69%). Sedangkan posyandu
Purnama Mandiri kini mencapai 77 % atau 35.858 Posyandu.
Gambar 2.2 Perkembangan Strata Posyandu Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 - 2017
Sumber : Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi Jatim
Grafik di atas menggambarkan bahwa seiring dengan berkurangnya strata
Pratama dan Madya maka strata Purnama dan Mandiri dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Dalam mewujudkan kepedulian kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi masalah terkait masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan,
sejak tahun 2006 telah dicanangkan Desa Siaga. Sesuai Kepmenkes RI Nomor 1529 /
Menkes / SK / X / 2010 Tahun 2010 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif bahwa Desa Siaga yang terbentuk ditingkatkan menjadi
Desa Siaga Aktif. Sampai tahun 2017 telah terbentuk 8.495 Desa Siaga dari 8.501
Desa yang ada, dimana 6 desa terendam lumpur Lapindo dan 2 desa pemekaran di
wilayah Sumenep . Sampai dengan tahun 2017 Desa Siaga Aktif telah mencapai 98%
(8.304 Desa), jumlah ini mengalami penurunan sebanyak 75 desa (0,8%) dari tahun
2016 yang sudah mencapai 8.409 Desa. Penurunan ini banyak terdapat di Kabupaten
Probolinggo dimana tahun 2016 yang belum aktif hanya 16 dan meningkat menjadi 83
pada tahun 2017, ditambah lagi dari Kabupaten Mojokerto sebanyak 10 desa. Pada
tahun 2017 ini masih didominasi aktif pratama sebanyak 3554 Desa ( 41, 8 %) .
Meskipun demikian Desa Siaga Aktif Pratama sudah mengalami penurunan dari tahun
2016 sebanyak 168 Desa (1,9%) dari tahun 2017 dimana tahun 2016 Aktif pratamanya
sebanyak 3.722, sehingga meningkat ke tahap aktif madya. Desa Siaga Aktif Purnama
5%
33%
57%
5% 4%
30%
61%
6% 3%
25%
65%
7% 3%
24%
66%
7% 2%
21%
69%
8%
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
2013 2014 2015 2016 2017
7
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
meningkat 1 % (87 desa) disbanding tahun 2016, demikian juga Desa Siaga Aktif
Mandiri meningkat 0,2% ( 20 desa) dari 167 desa tahun 2016 menjadi 187 desa tahun
2017. Desa Siaga Aktif PURI jadinya meningkat juga sebanyak 1,2 %( 107 desa) dari
15,9%(1.345 desa ) pada tahun 2016 menjadi 17,1 %( 1.452 desa ) pada tahun 2017.
Wadah pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan desa siaga aktif adalah
Pos Kesehatan Desa yaitu sebanyak 8.355 Pos, dengan strata terbanyak adalah
Madya 3.003 (35,9 %).
B. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat
Kecamatan. Sampai dengan tahun 2017, jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur
sebanyak 964 puskesmas yang terdiri dari 623 puskesmas rawat inap dan 341
puskesmas non rawat inap. Puskesmas yang sudah teregistrasi di Kementerian
Kesehatan sebanyak 964 unit (1 Puskesmas Jeli Kabupaten Tulungagung teregistrasi
Maret 2018).
Gambar 2.3 Peta Penyebaran Jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Primer Dinkes Jatim
Puskesmas merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
dasar. Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu.
Puskesmas juga semakin memberikan pelayanan yang berkualitas dan untuk menjamin
perbaikan mutu tersebut dilakukan melalui mekanisme akreditasi. Akreditasi
Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di Puskesmas yaitu Administrasi
Manajemen, Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan.Jika
-
6
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
terbanyak adalah Tingkat Purnama sebanyak 32.275 (69%). Sedangkan posyandu
Purnama Mandiri kini mencapai 77 % atau 35.858 Posyandu.
Gambar 2.2 Perkembangan Strata Posyandu Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 - 2017
Sumber : Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi Jatim
Grafik di atas menggambarkan bahwa seiring dengan berkurangnya strata
Pratama dan Madya maka strata Purnama dan Mandiri dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Dalam mewujudkan kepedulian kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi masalah terkait masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan,
sejak tahun 2006 telah dicanangkan Desa Siaga. Sesuai Kepmenkes RI Nomor 1529 /
Menkes / SK / X / 2010 Tahun 2010 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif bahwa Desa Siaga yang terbentuk ditingkatkan menjadi
Desa Siaga Aktif. Sampai tahun 2017 telah terbentuk 8.495 Desa Siaga dari 8.501
Desa yang ada, dimana 6 desa terendam lumpur Lapindo dan 2 desa pemekaran di
wilayah Sumenep . Sampai dengan tahun 2017 Desa Siaga Aktif telah mencapai 98%
(8.304 Desa), jumlah ini mengalami penurunan sebanyak 75 desa (0,8%) dari tahun
2016 yang sudah mencapai 8.409 Desa. Penurunan ini banyak terdapat di Kabupaten
Probolinggo dimana tahun 2016 yang belum aktif hanya 16 dan meningkat menjadi 83
pada tahun 2017, ditambah lagi dari Kabupaten Mojokerto sebanyak 10 desa. Pada
tahun 2017 ini masih didominasi aktif pratama sebanyak 3554 Desa ( 41, 8 %) .
Meskipun demikian Desa Siaga Aktif Pratama sudah mengalami penurunan dari tahun
2016 sebanyak 168 Desa (1,9%) dari tahun 2017 dimana tahun 2016 Aktif pratamanya
sebanyak 3.722, sehingga meningkat ke tahap aktif madya. Desa Siaga Aktif Purnama
5%
33%
57%
5% 4%
30%
61%
6% 3%
25%
65%
7% 3%
24%
66%
7% 2%
21%
69%
8%
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
2013 2014 2015 2016 2017
7
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
meningkat 1 % (87 desa) disbanding tahun 2016, demikian juga Desa Siaga Aktif
Mandiri meningkat 0,2% ( 20 desa) dari 167 desa tahun 2016 menjadi 187 desa tahun
2017. Desa Siaga Aktif PURI jadinya meningkat juga sebanyak 1,2 %( 107 desa) dari
15,9%(1.345 desa ) pada tahun 2016 menjadi 17,1 %( 1.452 desa ) pada tahun 2017.
Wadah pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan desa siaga aktif adalah
Pos Kesehatan Desa yaitu sebanyak 8.355 Pos, dengan strata terbanyak adalah
Madya 3.003 (35,9 %).
B. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat
Kecamatan. Sampai dengan tahun 2017, jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur
sebanyak 964 puskesmas yang terdiri dari 623 puskesmas rawat inap dan 341
puskesmas non rawat inap. Puskesmas yang sudah teregistrasi di Kementerian
Kesehatan sebanyak 964 unit (1 Puskesmas Jeli Kabupaten Tulungagung teregistrasi
Maret 2018).
Gambar 2.3 Peta Penyebaran Jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Primer Dinkes Jatim
Puskesmas merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
dasar. Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu.
Puskesmas juga semakin memberikan pelayanan yang berkualitas dan untuk menjamin
perbaikan mutu tersebut dilakukan melalui mekanisme akreditasi. Akreditasi
Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di Puskesmas yaitu Administrasi
Manajemen, Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan.Jika
-
8
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
standar-standar tersebut terpenuhi, maka akan dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas.
Puskesmas di Provinsi Jawa Timur yang sudah terakreditasi tahun 2017
sebanyak 41,7 %. Namun hingga Maret 2018 Puskesmas yang terakreditasi sebesar
68% (652 puskesmas).
Gambar 2.4 Persentase Akreditasi Puskesmas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
Dinas Kesehatan Provinsi Jatim
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (42%) puskesmas
di Jawa Timur terakreditasi madya. Kabupaten/Kota yang memiliki Puskesmas yang
terakreditasi paripurna yaitu Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, Kabupaten Magetan,
dan Kota Surabaya.
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam beberapa
bentuk diantaranya rawat jalan dan rawat inap. Pada tahun 2017 jumlah kunjungan
pasien baru sebanyak 26.730.460 orang untuk rawat jalan dan 395.389 orang untuk
rawat inap. Trend pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat dalam mencari
pertolongan kesehatan pada tahun 2012 sampai dengan 2017 terlihat pada gambar
dibawah ini.
13%
42%
12%
1%
32%
DASAR MADYA UTAMA PARIPURNA BELUM TERAKREDITASI
9
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Gambar 2.5 Perkembangan Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Puskesmas Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 – 2017
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa trend jumlah kunjungan rawat
jalan mengalami kenaikan dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Pada tahun 2012, kunjungan
rawat jalan di Puskesmas hingga tahun 2017 meningkat sebesar 20%. Sebagian besar
(56,87%) adalah pengunjung perempuan, sedangkan pasien Rawat Inap sebanyak
401.950 pasien dan sebagian besar (54%) berjenis kelamin perempuan. Dari 38
kabupaten/Kota di Jawa Timur , kunjungan rawat jalan tertinggi terdapat di Kabupaten
Sidoarjo yaitu sebesar 1.591.073 dengan jumlah Puskesmas sebanyak 26
puskesmas.Hal tersebut berbeda dengan kunjungan rawat Jalan di Kota Surabaya yang
memiliki 63 Puskesmas yaitu sebesar 562.758 pasien. Hal tersebut menunjukkan
bahwa masyarakat di Kota Besar seperti Surabaya cenderung masih belum memilih
Puskesmas dalam mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan bagi ODGJ berat melalui
pelayanan rawat jalan dan rawat inap dengan dilengkapi tempat tidur (Puskesmas
perawatan). Sementara rumah sakit dilengkapi berbagai fasilitas merupakan sarana
rujukan bagi Puskesmas terhadap kasus ODGJ yang membutuhkan penanganan lebih
lanjut melalui perawatan rawat inap, disamping tetap menyediakan pelayanan rawat
jalan bagi masyarakat yang langsung datang ke rumah sakit.
Sebagaimana Riskesdas tahun 2013 estimasi Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) berat adalah 0,22% dari jumlah penduduk Jawa Timur atau 86.445 orang
jumlah penduduk tahun 2015 (39.292.972), pada tahun 2017 jumlah ODGJ yang telah
memanfaatkan pelayanan Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan sebanyak
22.140.143
24.605.285
20.579.633 20.261.932
23.953.813
26.773.765
422.510 512.386 528.595 442.059 444.665 401.950
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Rawat Jalan Rawat Inap
-
8
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
standar-standar tersebut terpenuhi, maka akan dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas.
Puskesmas di Provinsi Jawa Timur yang sudah terakreditasi tahun 2017
sebanyak 41,7 %. Namun hingga Maret 2018 Puskesmas yang terakreditasi sebesar
68% (652 puskesmas).
Gambar 2.4 Persentase Akreditasi Puskesmas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
Dinas Kesehatan Provinsi Jatim
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (42%) puskesmas
di Jawa Timur terakreditasi madya. Kabupaten/Kota yang memiliki Puskesmas yang
terakreditasi paripurna yaitu Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, Kabupaten Magetan,
dan Kota Surabaya.
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam beberapa
bentuk diantaranya rawat jalan dan rawat inap. Pada tahun 2017 jumlah kunjungan
pasien baru sebanyak 26.730.460 orang untuk rawat jalan dan 395.389 orang untuk
rawat inap. Trend pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat dalam mencari
pertolongan kesehatan pada tahun 2012 sampai dengan 2017 terlihat pada gambar
dibawah ini.
13%
42%
12%
1%
32%
DASAR MADYA UTAMA PARIPURNA BELUM TERAKREDITASI
9
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Gambar 2.5 Perkembangan Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Puskesmas Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 – 2017
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa trend jumlah kunjungan rawat
jalan mengalami kenaikan dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Pada tahun 2012, kunjungan
rawat jalan di Puskesmas hingga tahun 2017 meningkat sebesar 20%. Sebagian besar
(56,87%) adalah pengunjung perempuan, sedangkan pasien Rawat Inap sebanyak
401.950 pasien dan sebagian besar (54%) berjenis kelamin perempuan. Dari 38
kabupaten/Kota di Jawa Timur , kunjungan rawat jalan tertinggi terdapat di Kabupaten
Sidoarjo yaitu sebesar 1.591.073 dengan jumlah Puskesmas sebanyak 26
puskesmas.Hal tersebut berbeda dengan kunjungan rawat Jalan di Kota Surabaya yang
memiliki 63 Puskesmas yaitu sebesar 562.758 pasien. Hal tersebut menunjukkan
bahwa masyarakat di Kota Besar seperti Surabaya cenderung masih belum memilih
Puskesmas dalam mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan bagi ODGJ berat melalui
pelayanan rawat jalan dan rawat inap dengan dilengkapi tempat tidur (Puskesmas
perawatan). Sementara rumah sakit dilengkapi berbagai fasilitas merupakan sarana
rujukan bagi Puskesmas terhadap kasus ODGJ yang membutuhkan penanganan lebih
lanjut melalui perawatan rawat inap, disamping tetap menyediakan pelayanan rawat
jalan bagi masyarakat yang langsung datang ke rumah sakit.
Sebagaimana Riskesdas tahun 2013 estimasi Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) berat adalah 0,22% dari jumlah penduduk Jawa Timur atau 86.445 orang
jumlah penduduk tahun 2015 (39.292.972), pada tahun 2017 jumlah ODGJ yang telah
memanfaatkan pelayanan Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan sebanyak
22.140.143
24.605.285
20.579.633 20.261.932
23.953.813
26.773.765
422.510 512.386 528.595 442.059 444.665 401.950
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Rawat Jalan Rawat Inap
-
10
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
889.482 orang untuk kunjungan perawat di rumah sakit 435.342 orang, Sedangkan
kunjungan di sarana pelayanan kesehatan lainnya 49.030 orang sehingga jumlah
kunjungan ODGJ yang telah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan sebanyak
1.373.855 orang sehingga lebih tinggi dari estimasi yang berarti masyarakat sudah
peduli terhadap kesehatan jiwanya dan sebagai indikator bahwa petugas puskesmas
yang telah mendapatkan pelatihan tentang kesehatan jiwa masyarakat telah melakukan
tugasnya secara optimal.
Dalam meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan pendekatan akses
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pemerintahan Provinsi Jawa Timur
melakukan terobosan (program ICON) yaitu melalui Pengembangan Fungsi Polindes
menjadi Ponkesdes. Yang merupakan perluasan fungsi pelayanan Pondok Bersalin
Desa (Polindes) menjadi Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) yang memberikan
pelayanan kesehatan dasar dengan menempatkan tenaga perawat. Ponkesdes di Jawa
Timur sebanyak 3213 Ponkesdes. Berikut Jumlah Ponkesdes di kabupaten/Kota pada
tahun 2017.
Gambar 2.6 Sebaran Pondok Kesehatan Desa per Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
Dinas Kesehatan Provinsi Jatim
C. RUMAH SAKIT Jumlah Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur mengalami perubahan setiap tahun.
Data 3 tahun terakhir, jumlah rumah sakit mengalami perubahan. Tahun 2015 ada 365
rumah sakit ,tahun 2016 menjadi 369 rumah sakit dan tahun 2017 menjadi 373 RS.
45
184
81
159
51
0
390
127
72 26
157
86 125
85 125
211
34 0
40
107
0
197
20
161
225
93 90 69
231
22 0 0 0 0 0 0 0 0
KAB.
PAC
ITAN
KAB.
PO
NO
ROG
OKA
B. T
REN
GG
ALEK
KAB.
TU
LUN
GAG
UN
GKA
B. B
LITA
RKA
B. K
EDIR
IKA
B. M
ALAN
GKA
B. L
UM
AJAN
GKA
B. JE
MBE
RKA
B. B
ANYU
WAN
GI
KAB.
BO
NDO
WO
SOKA
B. S
ITU
BON
DOKA
B. P
ROBO
LIN
GG
OKA
B. P
ASU
RUAN
KAB.
SID
OAR
JOKA
B. M
OJO
KERT
OKA
B. JO
MBA
NG
KAB.
NG
ANJU
KKA
B. M
ADIU
NKA
B. M
AGET
ANKA
B. N
GAW
IKA
B. B
OJO
NEG
ORO
KAB.
TU
BAN
KAB.
LAM
ON
GAN
KAB.
GRE
SIK
KAB.
BAN
GKA
LAN
KAB.
SAM
PAN
GKA
B. P
AMEK
ASAN
KAB.
SU
MEN
EPKO
TA K
EDIR
IKO
TA B
LITA
RKO
TA M
ALAN
GKO
TA P
ROBO
LIN
GG
OKO
TA P
ASU
RUAN
KOTA
MO
JOKE
RTO
KOTA
MAD
IUN
KOTA
SU
RABA
YAKO
TA B
ATU
11
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Bertambahnya rumah sakit ini juga diikuti dengan bertambahnya jumlah Tempat Tidur
(TT). Hal ini diharapkan dapat memenuhi akses pelayanan rujukan masyarakat Provinsi
Jawa Timur. Dari hasil pelaporan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa Timur,
jumlah rumah sakit di Jawa Timur berdasarkan kepemilikan tahun 2017 sebagai berikut.
Tabel 2.1 Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
No. Kepemilikan Jenis 2017
1. Pemerintah
Rumah Sakit kementrian Umum 1
Rumah Sakit Kementerian Pendidikan
Umum 2
Khusus 2
Rumah Sakit Pem Prov
Umum 7
Khusus 7
Rumah Sakit PemKabupat
en/Kota Umum 55
2. TNI POLRI Umum 23
Khusus 2
3. BUMN Umum 15
4. Swasta Umum 173
Khusus 86
Total 373 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Pelayanan rumah sakit terdiri pelayanan dasar medik, pelayanan spesialis, dan
pelayanan penunjang. Salah satu pelayanan dasar medik adalah pelayanan rawat jalan
dan rawat inap. Dari 373 rumah sakit hanya 339 rumah sakit (90,8%) yang melaporkan
data kunjungan rawat jalan dan rawat inap. Jumlah kunjungan rumah sakit pasien
rawat Jalan tahun 2017 di Jawa Timur 7.132.896, Jumlah kunjungan Rumah sakit
pasien rawat inap tahun 2017 di Jawa Timur adalah 683.833.
Rata-rata jumlah kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar rumah sakit
(GDR) jawa timur tahun 2017 adalah 33,65 dan rata-rata jumlah kematian 48 jam
setelah di rawat untuk 1000 penderita keluar (NDR) tahun 2017 adalah 16,89. Jumlah
hari perawatan di jawa timur tahun 2017 adalah 7.777.442 .
-
10
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
889.482 orang untuk kunjungan perawat di rumah sakit 435.342 orang, Sedangkan
kunjungan di sarana pelayanan kesehatan lainnya 49.030 orang sehingga jumlah
kunjungan ODGJ yang telah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan sebanyak
1.373.855 orang sehingga lebih tinggi dari estimasi yang berarti masyarakat sudah
peduli terhadap kesehatan jiwanya dan sebagai indikator bahwa petugas puskesmas
yang telah mendapatkan pelatihan tentang kesehatan jiwa masyarakat telah melakukan
tugasnya secara optimal.
Dalam meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan pendekatan akses
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pemerintahan Provinsi Jawa Timur
melakukan terobosan (program ICON) yaitu melalui Pengembangan Fungsi Polindes
menjadi Ponkesdes. Yang merupakan perluasan fungsi pelayanan Pondok Bersalin
Desa (Polindes) menjadi Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) yang memberikan
pelayanan kesehatan dasar dengan menempatkan tenaga perawat. Ponkesdes di Jawa
Timur sebanyak 3213 Ponkesdes. Berikut Jumlah Ponkesdes di kabupaten/Kota pada
tahun 2017.
Gambar 2.6 Sebaran Pondok Kesehatan Desa per Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
Dinas Kesehatan Provinsi Jatim
C. RUMAH SAKIT Jumlah Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur mengalami perubahan setiap tahun.
Data 3 tahun terakhir, jumlah rumah sakit mengalami perubahan. Tahun 2015 ada 365
rumah sakit ,tahun 2016 menjadi 369 rumah sakit dan tahun 2017 menjadi 373 RS.
45
184
81
159
51
0
390
127
72 26
157
86 125
85 125
211
34 0
40
107
0
197
20
161
225
93 90 69
231
22 0 0 0 0 0 0 0 0
KAB.
PAC
ITAN
KAB.
PO
NO
ROG
OKA
B. T
REN
GG
ALEK
KAB.
TU
LUN
GAG
UN
GKA
B. B
LITA
RKA
B. K
EDIR
IKA
B. M
ALAN
GKA
B. L
UM
AJAN
GKA
B. JE
MBE
RKA
B. B
ANYU
WAN
GI
KAB.
BO
NDO
WO
SOKA
B. S
ITU
BON
DOKA
B. P
ROBO
LIN
GG
OKA
B. P
ASU
RUAN
KAB.
SID
OAR
JOKA
B. M
OJO
KERT
OKA
B. JO
MBA
NG
KAB.
NG
ANJU
KKA
B. M
ADIU
NKA
B. M
AGET
ANKA
B. N
GAW
IKA
B. B
OJO
NEG
ORO
KAB.
TU
BAN
KAB.
LAM
ON
GAN
KAB.
GRE
SIK
KAB.
BAN
GKA
LAN
KAB.
SAM
PAN
GKA
B. P
AMEK
ASAN
KAB.
SU
MEN
EPKO
TA K
EDIR
IKO
TA B
LITA
RKO
TA M
ALAN
GKO
TA P
ROBO
LIN
GG
OKO
TA P
ASU
RUAN
KOTA
MO
JOKE
RTO
KOTA
MAD
IUN
KOTA
SU
RABA
YAKO
TA B
ATU
11
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Bertambahnya rumah sakit ini juga diikuti dengan bertambahnya jumlah Tempat Tidur
(TT). Hal ini diharapkan dapat memenuhi akses pelayanan rujukan masyarakat Provinsi
Jawa Timur. Dari hasil pelaporan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa Timur,
jumlah rumah sakit di Jawa Timur berdasarkan kepemilikan tahun 2017 sebagai berikut.
Tabel 2.1 Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
No. Kepemilikan Jenis 2017
1. Pemerintah
Rumah Sakit kementrian Umum 1
Rumah Sakit Kementerian Pendidikan
Umum 2
Khusus 2
Rumah Sakit Pem Prov
Umum 7
Khusus 7
Rumah Sakit PemKabupat
en/Kota Umum 55
2. TNI POLRI Umum 23
Khusus 2
3. BUMN Umum 15
4. Swasta Umum 173
Khusus 86
Total 373 Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Pelayanan rumah sakit terdiri pelayanan dasar medik, pelayanan spesialis, dan
pelayanan penunjang. Salah satu pelayanan dasar medik adalah pelayanan rawat jalan
dan rawat inap. Dari 373 rumah sakit hanya 339 rumah sakit (90,8%) yang melaporkan
data kunjungan rawat jalan dan rawat inap. Jumlah kunjungan rumah sakit pasien
rawat Jalan tahun 2017 di Jawa Timur 7.132.896, Jumlah kunjungan Rumah sakit
pasien rawat inap tahun 2017 di Jawa Timur adalah 683.833.
Rata-rata jumlah kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar rumah sakit
(GDR) jawa timur tahun 2017 adalah 33,65 dan rata-rata jumlah kematian 48 jam
setelah di rawat untuk 1000 penderita keluar (NDR) tahun 2017 adalah 16,89. Jumlah
hari perawatan di jawa timur tahun 2017 adalah 7.777.442 .
-
12
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Jumlah pelayanan gawat darurat gadar level 1 rumah sakit Umum di Jawa
Timur sebanyak 239 rumah sakit dari 275 rumah sakit Umum di Jawa Timur (86,91 %),
dan pelayanan gawat darurat gadar level 1 di Rumah sakit khusus 84 dari 98 rumah
sakit khusus di Jawa Timur (85,71%).
Selain berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit juga dikelompokkan berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan menjadi Kelas A, Kelas B, Kelas C, dan Kelas D.
Pada tahun 2017, terdapat 5 RS Kelas A, 56 RS Kelas B, 175 RS Kelas C, dan 137 RS
Kelas D .
Kapasitas tempat tidur yang mencukupi akan menunjang mutu pelayanan
yang ada di rumah sakit. Jumlah tempat tidur (TT) dari 339 rumah sakit yang
melapor tahun 2017 adalah 38.525.
Gambar 2.7 Persentase Rumah Sakit Menurut Kelas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan,
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Indikator BOR (Bed Occupancy Rate) pada tahun 2016 sebesar 59,4 %,
sedangkan pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 40,74 %. Angka tersebut
tidak memenuhi standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI yaitu antara 60-
85%.
Untuk rata-rata lama hari perawatan/Average Length of Stay (ALOS) Jawa Timur
pada tahun 2016 selama 3,78 hari, dan untuk tahun 2017 mengalami penurunan
menjadi 3 hari.
A 1%
B 15%
C 47%
D 37%
13
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
TOI (Turn Over Interval) yaitu nilai rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari
saat terisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat
efisiensi dari penggunaan tempat tidur. Pada tahun 2016 selama 2,6 hari dan pada
tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 4,76 hari.
BTO (Bed Turn Over) yaitu jumlah hari perawatan dibagi jumlah kapasitas tempat
tidur. Pada tahun 2017 didapatkan nilai BTO sebesar 45,46. Angka ini masih sesuai
dengan standar nasional 40-50.
Berdasarkan data diatas khususnya untuk BOR dan TOI dapat diambil
kesimpulan bahwa BOR dan TOI berbanding lurus yang artinya pemanfaatan rumah
sakit belum optimal.
Tabel 2.2 Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 – 2017
Indikator 2016 2017 Standar KEMENKES RI BOR 59.4% 40,74% 60-85% BTO 56.25
kali 45,46 kali 40-50 kali
TOI 2,6 hari 4,76 hari 1-3 hari ALOS 3,78
hari 3 hari 6-9 hari
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
D. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN 1. Ketersediaan Obat
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat
adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
termasuk produk biologi. Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan
dalam pelayanan kesehatan. Sesuai dengan yang tertuang dalam Kebijakan Obat
Nasional Tahun 2006, dalam rangka upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat
dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan
bermutu, dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus
dicapai. Maka dari itu, dalam hal ini, Pemerintah memiliki kewajiban untuk turut serta
menjamin ketersediaan obat yang ada di wilayah kerjanya masing-masing, salah
-
12
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Jumlah pelayanan gawat darurat gadar level 1 rumah sakit Umum di Jawa
Timur sebanyak 239 rumah sakit dari 275 rumah sakit Umum di Jawa Timur (86,91 %),
dan pelayanan gawat darurat gadar level 1 di Rumah sakit khusus 84 dari 98 rumah
sakit khusus di Jawa Timur (85,71%).
Selain berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit juga dikelompokkan berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan menjadi Kelas A, Kelas B, Kelas C, dan Kelas D.
Pada tahun 2017, terdapat 5 RS Kelas A, 56 RS Kelas B, 175 RS Kelas C, dan 137 RS
Kelas D .
Kapasitas tempat tidur yang mencukupi akan menunjang mutu pelayanan
yang ada di rumah sakit. Jumlah tempat tidur (TT) dari 339 rumah sakit yang
melapor tahun 2017 adalah 38.525.
Gambar 2.7 Persentase Rumah Sakit Menurut Kelas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan,
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Indikator BOR (Bed Occupancy Rate) pada tahun 2016 sebesar 59,4 %,
sedangkan pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 40,74 %. Angka tersebut
tidak memenuhi standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI yaitu antara 60-
85%.
Untuk rata-rata lama hari perawatan/Average Length of Stay (ALOS) Jawa Timur
pada tahun 2016 selama 3,78 hari, dan untuk tahun 2017 mengalami penurunan
menjadi 3 hari.
A 1%
B 15%
C 47%
D 37%
13
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
TOI (Turn Over Interval) yaitu nilai rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari
saat terisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat
efisiensi dari penggunaan tempat tidur. Pada tahun 2016 selama 2,6 hari dan pada
tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 4,76 hari.
BTO (Bed Turn Over) yaitu jumlah hari perawatan dibagi jumlah kapasitas tempat
tidur. Pada tahun 2017 didapatkan nilai BTO sebesar 45,46. Angka ini masih sesuai
dengan standar nasional 40-50.
Berdasarkan data diatas khususnya untuk BOR dan TOI dapat diambil
kesimpulan bahwa BOR dan TOI berbanding lurus yang artinya pemanfaatan rumah
sakit belum optimal.
Tabel 2.2 Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 – 2017
Indikator 2016 2017 Standar KEMENKES RI BOR 59.4% 40,74% 60-85% BTO 56.25
kali 45,46 kali 40-50 kali
TOI 2,6 hari 4,76 hari 1-3 hari ALOS 3,78
hari 3 hari 6-9 hari
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
D. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN 1. Ketersediaan Obat
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat
adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
termasuk produk biologi. Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan
dalam pelayanan kesehatan. Sesuai dengan yang tertuang dalam Kebijakan Obat
Nasional Tahun 2006, dalam rangka upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat
dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan
bermutu, dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus
dicapai. Maka dari itu, dalam hal ini, Pemerintah memiliki kewajiban untuk turut serta
menjamin ketersediaan obat yang ada di wilayah kerjanya masing-masing, salah
-
14
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
satunya adalah ketersediaan obat yang ada di pelayanan kesehatan tingkat dasar milik
pemerintah yaitu Puskesmas.
Dalam rangka mengevaluasi tingkat ketersediaan obat dan vaksin dalam satu
wilayah, maka disusunlah suatu alat / tools yang dapat digunakan untuk mengukur nilai
ketersediaan obat dan vaksin yang ada. Adapun alat ukur ketersediaan obat dan vaksin
ini mengalami perubahan dari alat ukur sebelumnya. Perubahan yang ada yaitu dalam
hal cara perhitungan nilai ketersediaan obat dan vaksin serta jumlah item obat dan
vaksin yang diukur. Adapun semula evaluasi dilakukan dengan cara menghitung
persentase dari perbandingan jumlah obat dan vaksin yang dibutuhkan di sarana IFK
(Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota) dengan jumlah obat dan vaksin yang tersedia di
sarana IFK (Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota) dalam satu tahun untuk 144 item obat,
sedangkan saat ini evaluasi dilakukan dengan cara menghitung persentase dari
penilaian terhadap obat dan vaksin yang tersedia di sarana FKTP (Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama, dalam hal ini melalui Puskesmas) dibanding obat dan vaksin yang
diharapkan tersedia di sarana FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, dalam hal ini
melalui Puskesmas) dalam satu bulan untuk 20 item obat. Adapun ketentuan terkait
sasaran perhitungan dan jenis item obat yang diukur nilai ketersediaannya disesuaikan
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan melalui Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, yaitu sebagai berikut :
a. Sasaran : Puskesmas yang melaporkan data ketersediaan obat dan vaksin
adalah seluruh Puskesmas di Indonesia, dalam hal ini adalah seluruh
Puskesmas yang ada di wilayah Provinsi Jawa Timur;
b. Dasar pemilihan item obat dan vaksin : obat-obat yang dipilih sebagai obat
indikator merupakan obat pendukung program kesehatan ibu, kesehatan
anak, penanggulangan dan pencegahan penyakit, serta obat pelayanan
kesehatan dasar esensial dan terdapat di dalam Formularium Nasional, yang
terdiri dari : Tabel 2.3 Tabel Item Obat Dan Vaksin
NO NAMA OBAT BENTUK SEDIAAN
1 Albendazol Tablet
2 Amoxicillin 500 mg Tablet
3 Amoxicillin Sirup 125 mg Syrup
4 Deksametason Tablet
5 Diazepam 5 mg/mL Injeksi
15
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
NO NAMA OBAT BENTUK SEDIAAN
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi
8 Furosemid 40 mg/Hidroklorotiazid Tablet
9 Garam Oralit Serbuk
10 Glibenklamid/Metformin Tablet
11 Kaptopril Tablet
12 Magnesium Sulfat 20 % Injeksi
13 Metilergometrin Maleat 0,200 mg-1 ml Injeksi
14 Obat Anti Tuberculosis dewasa Tablet
15 Oksitosin Injeksi
16 Parasetamol 500 mg Tablet
17 Tablet Tambah Darah Tablet
18 Vaksin BCG Injeksi
19 Vaksin TT Injeksi
20 Vaksin DPT/ DPT-HB/ DPT-HB-Hib Injeksi
Sumber : Seksi Kefarmasian
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
c. Mekanisme pengumpulan data : periode pencatatan data di Puskesmas
dilakukan pada tanggal 25 setiap bulannya; jika tanggal 25 jatuh pada hari
libur, maka pencatatan dilakukan pada hari kerja berikutnya; Puskesmas
melaporkan data ketersediaan obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
paling lambat tanggal 1 bulan berikutnya, kemudian Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat
tanggal 5 bulan berjalan.
d. Cara perhitungan : jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n)
Puskesmas dibagi dengan hasil perkalian dari jumlah Puskesmas yang
melapor dikali jumlah total item obat indikator, yang kemudian dikali dengan
100 %.
e. Target : standar nilai ketersediaan obat dan vaksin dengan 20 indikator obat
dan vaksin yang telah ditetapkan adalah sebesar 80% atau sama dengan
minimal 16 item obat dan vaksin tersedia untuk pelayanan.
Dari hasil perhitungan nilai ketersediaan obat dan vaksin periode bulan Januari
sampai Desember tahun 2017 dari 38 Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Timur
-
14
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
satunya adalah ketersediaan obat yang ada di pelayanan kesehatan tingkat dasar milik
pemerintah yaitu Puskesmas.
Dalam rangka mengevaluasi tingkat ketersediaan obat dan vaksin dalam satu
wilayah, maka disusunlah suatu alat / tools yang dapat digunakan untuk mengukur nilai
ketersediaan obat dan vaksin yang ada. Adapun alat ukur ketersediaan obat dan vaksin
ini mengalami perubahan dari alat ukur sebelumnya. Perubahan yang ada yaitu dalam
hal cara perhitungan nilai ketersediaan obat dan vaksin serta jumlah item obat dan
vaksin yang diukur. Adapun semula evaluasi dilakukan dengan cara menghitung
persentase dari perbandingan jumlah obat dan vaksin yang dibutuhkan di sarana IFK
(Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota) dengan jumlah obat dan vaksin yang tersedia di
sarana IFK (Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota) dalam satu tahun untuk 144 item obat,
sedangkan saat ini evaluasi dilakukan dengan cara menghitung persentase dari
penilaian terhadap obat dan vaksin yang tersedia di sarana FKTP (Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama, dalam hal ini melalui Puskesmas) dibanding obat dan vaksin yang
diharapkan tersedia di sarana FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, dalam hal ini
melalui Puskesmas) dalam satu bulan untuk 20 item obat. Adapun ketentuan terkait
sasaran perhitungan dan jenis item obat yang diukur nilai ketersediaannya disesuaikan
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan melalui Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, yaitu sebagai berikut :
a. Sasaran : Puskesmas yang melaporkan data ketersediaan obat dan vaksin
adalah seluruh Puskesmas di Indonesia, dalam hal ini adalah seluruh
Puskesmas yang ada di wilayah Provinsi Jawa Timur;
b. Dasar pemilihan item obat dan vaksin : obat-obat yang dipilih sebagai obat
indikator merupakan obat pendukung program kesehatan ibu, kesehatan
anak, penanggulangan dan pencegahan penyakit, serta obat pelayanan
kesehatan dasar esensial dan terdapat di dalam Formularium Nasional, yang
terdiri dari : Tabel 2.3 Tabel Item Obat Dan Vaksin
NO NAMA OBAT BENTUK SEDIAAN
1 Albendazol Tablet
2 Amoxicillin 500 mg Tablet
3 Amoxicillin Sirup 125 mg Syrup
4 Deksametason Tablet
5 Diazepam 5 mg/mL Injeksi
15
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
NO NAMA OBAT BENTUK SEDIAAN
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi
8 Furosemid 40 mg/Hidroklorotiazid Tablet
9 Garam Oralit Serbuk
10 Glibenklamid/Metformin Tablet
11 Kaptopril Tablet
12 Magnesium Sulfat 20 % Injeksi
13 Metilergometrin Maleat 0,200 mg-1 ml Injeksi
14 Obat Anti Tuberculosis dewasa Tablet
15 Oksitosin Injeksi
16 Parasetamol 500 mg Tablet
17 Tablet Tambah Darah Tablet
18 Vaksin BCG Injeksi
19 Vaksin TT Injeksi
20 Vaksin DPT/ DPT-HB/ DPT-HB-Hib Injeksi
Sumber : Seksi Kefarmasian
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
c. Mekanisme pengumpulan data : periode pencatatan data di Puskesmas
dilakukan pada tanggal 25 setiap bulannya; jika tanggal 25 jatuh pada hari
libur, maka pencatatan dilakukan pada hari kerja berikutnya; Puskesmas
melaporkan data ketersediaan obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
paling lambat tanggal 1 bulan berikutnya, kemudian Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat
tanggal 5 bulan berjalan.
d. Cara perhitungan : jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n)
Puskesmas dibagi dengan hasil perkalian dari jumlah Puskesmas yang
melapor dikali jumlah total item obat indikator, yang kemudian dikali dengan
100 %.
e. Target : standar nilai ketersediaan obat dan vaksin dengan 20 indikator obat
dan vaksin yang telah ditetapkan adalah sebesar 80% atau sama dengan
minimal 16 item obat dan vaksin tersedia untuk pelayanan.
Dari hasil perhitungan nilai ketersediaan obat dan vaksin periode bulan Januari
sampai Desember tahun 2017 dari 38 Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Timur
-
16
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
menunjukkan nilai rata-rata ketersediaan obat dan vaksin sebesar 90,50 % dengan
variasi di setiap Kabupaten/Kota.
Gambar 2.8 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber :
Seksi Kefarmasian Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Dari data di atas dapat diketahui bahwa selama tahun 2017, secara rata-rata nilai
ketersediaan obat dan vaksin di wilayah Provinsi Jawa Timur telah memenuhi standar
yang ada terhadap 20 item obat dan vaksin indikator yang telah ditetapkan. Hal ini
menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah baik Provinsi maupun
Kabupaten/Kota dalam rangka menjamin ketersediaan obat dan vaksin di wilayah Jawa
Timur dapat dilaksanakan dengan baik, meskipun masih diperlukan adanya peningkatan
terhadap upaya yang telah dilakukan, disebabkan karena nilai rata-rata ketersediaannya
yang belum mencapai 100 %.
Adapun dari 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, terdapat 2
Kabupaten/Kota yang memiliki nilai rata-rata ketersediaan obat dan vaksin yang dapat
mencapai 100 %, yaitu Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Bondowoso, yang dapat
diartikan bahwa di 2 Kabupaten/Kota tersebut, seluruh 20 item obat dan vaksin indikator
selalu dalam kondisi tersedia selama tahun 2017 untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan sesuai dengan yang dibutuhkan pada setiap Puskesmas di masing-masing
wilayah Kabupaten/Kota tersebut. Kondisi ini dapat menggambarkan bahwa 2
98,33
74,6
89,22 93,88
85,98 87,5
98,92 97,27 90,53
81,91
100
83,41
97,21 90,56
95,87
85,51 86,16
93,98 91,96
82,78
97,76 94,27
86,48 89,15 94,79 93,54
97,66
86,98
100
87,59
95,97
84,89
92,22
81,04
96,17
88,61 82,33 84
Paci
tan
Pono
rogo
Tren
ggal
ekTu
lung
agun
gKa
b. B
litar
Kab.
Ked
iriKa
b. M
alan
gLu
maj
ang
Jem
ber
Bany
uwan
giBo
ndow
oso
Situ
bond
oKa
b. P
robo
lingg
oKa
b. P
asur
uan
Sido
arjo
Kab.
Moj
oker
toJo
mba
ngN
ganj
ukKa
b. M
adiu
nM
aget
anN
gaw
iBo
jone
goro
Tuba
nLa
mon
gan
Gre
sikBa
ngka
lan
Sam
pang
Pam
ekas
anSu
men
epKo
ta K
ediri
Kota
Blit
arKo
ta M
alan
gKo
ta P
robo
lingg
oKo
ta P
asur
uan
Kota
Moj
oker
toKo
ta M
adiu
nKo
ta S
urab
aya
Kota
Bat
u
-
16
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
menunjukkan nilai rata-rata ketersediaan obat dan vaksin sebesar 90,50 % dengan
variasi di setiap Kabupaten/Kota.
Gambar 2.8 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Sumber :
Seksi Kefarmasian Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Dari data di atas dapat diketahui bahwa selama tahun 2017, secara rata-rata nilai
ketersediaan obat dan vaksin di wilayah Provinsi Jawa Timur telah memenuhi standar
yang ada terhadap 20 item obat dan vaksin indikator yang telah ditetapkan. Hal ini
menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah baik Provinsi maupun
Kabupaten/Kota dalam rangka menjamin ketersediaan obat dan vaksin di wilayah Jawa
Timur dapat dilaksanakan dengan baik, meskipun masih diperlukan adanya peningkatan
terhadap upaya yang telah dilakukan, disebabkan karena nilai rata-rata ketersediaannya
yang belum mencapai 100 %.
Adapun dari 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, terdapat 2
Kabupaten/Kota yang memiliki nilai rata-rata ketersediaan obat dan vaksin yang dapat
mencapai 100 %, yaitu Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Bondowoso, yang dapat
diartikan bahwa di 2 Kabupaten/Kota tersebut, seluruh 20 item obat dan vaksin indikator
selalu dalam kondisi tersedia selama tahun 2017 untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan sesuai dengan yang dibutuhkan pada setiap Puskesmas di masing-masing
wilayah Kabupaten/Kota tersebut. Kondisi ini dapat menggambarkan bahwa 2
98,33
74,6
89,22 93,88
85,98 87,5
98,92 97,27 90,53
81,91
100
83,41
97,21 90,56
95,87
85,51 86,16
93,98 91,96
82,78
97,76 94,27
86,48 89,15 94,79 93,54
97,66
86,98
100
87,59
95,97
84,89
92,22
81,04
96,17
88,61 82,33 84
Paci
tan
Pono
rogo
Tren
ggal
ekTu
lung
agun
gKa
b. B
litar
Kab.
Ked
iriKa
b. M
alan
gLu
maj
ang
Jem
ber
Bany
uwan
giBo
ndow
oso
Situ
bond
oKa
b. P
robo
lingg
oKa
b. P
asur
uan
Sido
arjo
Kab.
Moj
oker
toJo
mba
ngN
ganj
ukKa
b. M
adiu
nM
aget
anN
gaw
iBo
jone
goro
Tuba
nLa
mon
gan
Gre
sikBa
ngka
lan
Sam
pang
Pam
ekas
anSu
men
epKo
ta K
ediri
Kota
Blit
arKo
ta M
alan
gKo
ta P
robo
lingg
oKo
ta P
asur
uan
Kota
Moj
oker
toKo
ta M
adiu
nKo
ta S
urab
aya
Kota
Bat
u
17
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
Kabupaten/Kota tersebut telah mampu melakukan rangkaian pengelolaan obat dengan
baik, termasuk dalam hal menangani masalah atau kendala yang mungkin ditemui dalam
tahun berjalan terkait pengelolaan obat dan vaksin, sehingga kebutuhan Puskesmas
terhadap 20 item obat dan vaksin indikator telah mampu dipenuhi ketersediaannya untuk
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya.
Di lain pihak, dapat diketahui pula bahwa masih terdapat 1 Kabupaten/Kota yang
nilai rata-rata ketersediaan obat dan vaksin-nya masih di bawah standar, yang hanya
mencapai 74,60 %, yaitu Kabupaten Ponorogo. Hal ini dapat diartikan bahwa diantara 20
item obat dan vaksin indikator yang ada di Kabupaten Ponorogo tidak selalu dalam
kondisi tersedia selama tahun 2017 untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan sesuai
dengan yang dibutuhkan pada setiap Puskesmas di wilayahnya. Bahkan dapat pula
dinyatakan bahwa ketersediaannya tidak sampai dapat menjamin minimal 16 item obat
dan vaksin tersedia di Puskesmas dalam setiap bulannya. Maka, diperlukan adanya
analisa lebih lanjut mengenai kemungkinan adanya permasalahan dan kendala yang
dialami oleh Kabupaten Ponorogo yang menyebabkan nilai ketersediaan obat dan
vaksinnya masih rendah.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam memenuhi ketersediaan obat dan
vaksin di Puskesmas adalah perlu adanya peran aktif baik dari pihak Puskesmas maupun
IFK masing-masing dalam mengendalikan ketersediaan obat dan vaksin yang dibutuhkan
di Puskesmas sebelum tenggat waktu pelaporan ketersediaan obat dan vaksin berakhir.
Adapun peranan yang perlu dilakukan oleh Puskesmas pada saat dilakukan review
terhadap hasil penilaian ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas, apabila terdapat
nilai obat atau vaksin yang masuk dalam kategori tidak tersedia, maka Puskesmas
sebaiknya secara aktif dapat menginformasikan pada IFK dan melakukan permintaan
obat dan vaksin yang tidak tersedia tersebut di IFK masing-masing. Demikian pula untuk
IFK, ketika mengetahui adanya item obat dan vaksin yang tidak tersedia di Puskesmas
maka sebaiknya IFK dengan aktif dapat melakukan pendistribusian obat dan vaksin
tersebut ke Puskesmas selama persediaan di IFK masih ada. Dengan demikian
diharapkan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas dapat senantiasa terjaga.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai ketersediaan obat dan
vaksin dalam satu wilayah, diantaranya :
a. Faktor pengadaan : tersedia atau tidak-nya suatu item obat dan vaksin dapat
dipengaruhi dari ketepatan dalam pelaksanaan proses pengadaan, baik yang
dilaksanakan di masing-masing daerah maupun yang dilaksanakan di Pusat
dalam hal ini melalui Ditjen Kefarmasian dan Alkes Kementerian Kesehatan
-
18
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
RI utamanya untuk obat dan vaksin yang masuk dalam kategori obat
program; ketepatan proses pengadaan sendiri dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya ketersediaan obat dan vaksin di penyedia,
kecepatan petugas dalam melakukan proses pengadaan, waktu tayang obat
dan vaksin di sistem e-katalog yang dikeluarkan oleh LKPP dan ketersediaan
anggaran yang ada; ketika proses pengadaan terhambat maka dapat
menyebabkan terjadinya kekosongan obat dan vaksin yang dibutuhkan di
Puskesmas sehingga nilai ketersediaan obat dan vaksin-nya juga akan
menjadi rendah.
b. Faktor distribusi : apabila proses distribusi obat dan vaksin, baik mulai dari
Pusat sampai dengan Puskesmas, dapat dilakukan secara tepat tanpa
hambatan maka dapat mencegah terjadinya kekosongan obat dan vaksin
yang dibutuhkan di tingkat Puskesmas, sehingga nilai ketersediaan obat dan
vaksin di Puskesmas dapat selalu terjaga. Salah satu kendala dalam proses
distribusi obat yang mungkin terjadi adalah kadang kala dari pihak penyedia
melalui distributor masing-masing, lebih mengutamakan melakukan
pengiriman obat dan vaksin pada wilayah-wilayah yang masuk dalam
jangkauan masing-masing penyedia atau distributor, sehingga sering kali
daerah-daerah yang jauh, lebih lambat dalam menerima obat dan vaksin yang
dibutuhkan.
c. Faktor pencatatan dan pelaporan : proses pencatatan dan pelaporan obat
dan vaksin sebaiknya senantiasa dilakukan sesuai dengan mekanisme yang
telah ditentukan, petugas harus mematuhi kriteria waktu pencatatan dan
pelaporan yang telah ditetapkan dalam melakukan evaluasi nilai ketersediaan
obat dan vaksin; selain itu dengan adanya peran aktif dan koordinasi yang
baik antara petugas yang ada di Puskesmas dan IFK juga dapat memberikan
dampak terhadap hasil penilaian ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas.
2. Cakupan Sarana Produksi Bidang Kefarmasian
Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana
pelayanan kesehatan yag dimiliki suatu wilayah adalah jumlah sarana produksi dan
distribusi sediaan farmasi.
Cakupan sarana produksi di bidang kefarmasian menggambarkan tingkat
ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di bidang
kefarmasian, Yang termasuk sarana produksi di bidang kefarmasian antara lain Industri
Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), Industri
-
18
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
RI utamanya untuk obat dan vaksin yang masuk dalam kategori obat
program; ketepatan proses pengadaan sendiri dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya ketersediaan obat dan vaksin di penyedia,
kecepatan petugas dalam melakukan proses pengadaan, waktu tayang obat
dan vaksin di sistem e-katalog yang dikeluarkan oleh LKPP dan ketersediaan
anggaran yang ada; ketika proses pengadaan terhambat maka dapat
menyebabkan terjadinya kekosongan obat dan vaksin yang dibutuhkan di
Puskesmas sehingga nilai ketersediaan obat dan vaksin-nya juga akan
menjadi rendah.
b. Faktor distribusi : apabila proses distribusi obat dan vaksin, baik mulai dari
Pusat sampai dengan Puskesmas, dapat dilakukan secara tepat tanpa
hambatan maka dapat mencegah terjadinya kekosongan obat dan vaksin
yang dibutuhkan di tingkat Puskesmas, sehingga nilai ketersediaan obat dan
vaksin di Puskesmas dapat selalu terjaga. Salah satu kendala dalam proses
distribusi obat yang mungkin terjadi adalah kadang kala dari pihak penyedia
melalui distributor masing-masing, lebih mengutamakan melakukan
pengiriman obat dan vaksin pada wilayah-wilayah yang masuk dalam
jangkauan masing-masing penyedia atau distributor, sehingga sering kali
daerah-daerah yang jauh, lebih lambat dalam menerima obat dan vaksin yang
dibutuhkan.
c. Faktor pencatatan dan pelaporan : proses pencatatan dan pelaporan obat
dan vaksin sebaiknya senantiasa dilakukan sesuai dengan mekani