Download - BUDIDAYA IKAN BETUTU
BUDI DAYA
IKAN BETUTU
DAVID MULYONO
Penerbit Kanisius
KATA PENGANTAR
Ikan betutu pada saat ini makin populer dan telah banyak dihidangkan sebagai menu masakan di
mmah makan besar, restoran, dan hotel-hotel mewah. Ikan betutu yang dihidangkan sebagai menu
masakan di rumah makan besar, restoran, dan hotel-hotel tersebut sebagian besar berasal dari hasil
tangkapan di alam bebas dan masih sangat sedikit yang berasal dari hasil budi daya. Penangkapan
ikan Betutu di alam bebas yang dilakukan secara semena-mena tentu akan mengakibatkan
kepunahan terhadap ikan tersebut. Saat ini ikan Betutu yang hidup di alam sudah makin jarang dan
makin sulit untuk dicari. Oleh karena itu, solusi untuk mengantisipasi kepunahan ikan betutu di alam
bebas ini hams segera dicari. Salah satu cara untuk melestarikan ikan Betutu di alam bebas adalah
dengan cara membudi dayakannya. Dengan demikian, kebutuhan pasar akan ikan betutu dapat
dipenuhi dari hasil budi daya tersebut.
Di beberapa daerah seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, dan Sumatra sudah ada
yang berhasil membudidayakan ikan Betutu. Namun, hasil budi daya di daerah-daerah tersebut belum
mencukupi kebutuhan pasar. Negara yang telah berhasil membudidayakan ikan Betutu adalah
Thailand. Oleh karena itu, bagi mereka yang merasa terpanggil dalam usaha pelestarian alam,
diharapkan dapat juga melestarikan ikan Betutu ini melalui usaha budi daya secara intensif.
Buku ini dapat menjadi petunjuk praktis bagi mereka yang berminat mencoba membudidayakan
ikan betutu. Buku ini disusun berdasarkan pengalaman penulis sendiri ditambah dengan pengalaman
orang lain yang sudah berhasil serta dipadukan dengan tulisan para ahli di bidang perikanan, dari
kalangan perguruan tinggi dan beberapa literatur pendukung. Buku ini tentu saja masih jauh dari
sempuma. Oleh karena itu, penulis menerima dengan senang hati segala saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan buku ini. Akhimya, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat dalam usaha
pengembangan perikanan di Indonesia.
Penulis
DAFTAR ISI
KAIAPENGANTAR........................,................,..................................................................................7
DAFTARISI.....................................................................................................................................….9
BAB I.PENDAHULUAN...................................................................................................................11
A.Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sub-Sektor Perikanan .....11
B.Potensi Perikanan Air Tawar........................................................................................11
C.Potensi dan Prospek Agribisnis Ikan Betutu.............................................12
BAB II.MENGENAL IKAN BETUTU..............................................-.;..............,.................15
A.Daerah Asal dan Penyebaran Ikan Betutu...................................................15
B.Taksonomi dan Morfologi.....................................................................................16
C.Jenis-Jenis Ikan Betutu.....................................................................................................17
D.Daur Hidup Ikan Betutu ...................................................................................17
E.Habitat dan Tingkah Laku Ikan Betutu ..............................................18
F.K-ebiasaan Makan............................................................................................................ 20
G.Pertumbuhan Ikan Betutu.....................................................................................21
BAB III.PEMBENIHAN IKAN BETUTU ......................................................22
A.Pemilihan Lokasi.............................................................................................................22
B.Sarana dan Prasarana Pembenihan......................................................24
C.Penyiapan Induk Jantan dan Betina.....................................................................27
D.Pemeliharaan Induk..........................................................................................28
E.Tata Laksana Pemijahan ................................................................................29
F.Penetasan dan Perawatan Telur.................................................................................32
G.Perawatan dan Pemeliharaan Larva...........................................................32
H.Pemeliharaan Benih (Pendederan)........................................................................34
BAB IV. PEMBESARAN IKAN BETUTU .................................................................
A. Lokasi Pembesaran..................................................................................................
B. Metode Pembesaran...........................................................................................................
C. Pengiriman Benih ke Kolam Pembesaran .............................................
D. Tata Laksana Pembesaran ........................................'.................................................
BAB V. PANEN DAN PASCA PANEN ..........................................................................
A. Cara Panen.......................................................................................................................
B. Pemasaran dan Pengiriman Ikan Betutu..................................................
BAB VI. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT.............................
A. Jenis-jenis Hama dan Cara Pengendaliannya ...................................
B. Jenis-jenis Parasit dan Cara Pengendaliannya................................
C. Jenis Penyakit dan Cara Pengendaliannya...........................................
BAB VII. ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN BETUTU..
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................................
BAB I
PANDAHULUAN
Bangsa kita sangat membutuhkan sumber protein untuk menjadi suatu bangsa yang sehat dan
cerdas. Ikan mempakan salah satu sumber protein yang bermutu tinggi. Daging ikan rata-rata
mengandung protein (9 % - 22 %), lemak (0,1 % - 20 %), mineral (1 % - 3 %), vitamin, lecithin, guanin,
dan sedikit mengandung kolesterol.
A. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sub-Sektor Perikanan
Dengan luasnya perairan dan melimpahnya berbagaijenis ikan di Indonesia, maka pemerintah
mencanangkan atau mengharapkan bahwa kebutuhan protein hewani bangsa Indonesia dapat
dipenuhi dari sub-sektor perikanan. Dengan demikian, tujuan dan sasaran pembangunan sub-sektor
perikanan, di samping meningkatkan devisa bagi negara, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dengan sasaran agar target tiap orang Indonesia dapat mengkonsumsi ikan ± 25
kg/orang/tahun tercapai. Bila target tersebut dapat dicapai, maka bangsa Indonesia pasti akan menjadi
bangsa yang sehat dan cerdas.
B. Potensi Perikanan Air Tawar
Pembangunan sub-sektor perikanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta,
tidak hanya di perairan laut, tetapijuga di perairan darat (air tawar). Perairan tawar di Indonesia
menurut para ahli perikanan memiliki kualitas yang bagus. Parairan tawar di Indonesia memiliki tingkat
keasaman (pH) air yang stabil dan memiliki suhu air yang lebih stabil dibandingkan dengan negara-
negara yang mengalami 4 musim seperti Jepang dan Taiwan. Di samping itu, perairan tawar Indonesia
memiliki aneka ragam jenis plankton, benthos, ataupun detritus yang dapat menjadi sumber makanan
alami bagi ikan.
Dilihat dari luas sumber perairan
umum (sungai, danau, rawa,
waduk/dam, dsb.) dan kualitas
aimya yang sangat baik, maka
perairan tawar di Indonesia sangat
potensial untuk usaha
pengembangan prikanan. Salah
satu contoh adalah perairan
umum di Jawa Tengah saja seperti
pada tabel berikut ini :Jenis Perairan Air
TawarLuas(Ha)
Produksi(Ton)
Hasil(Rp. 1.000)
Sungai
Kolam
Telaga
Waduk
Sawah
Rawa
Jumlah
18.203,0200
2.708,3105
579,9000
24.995,9600
6.836,0000
4.656,7800
57.9979,8050
7.409,0200
9.913,1450
230,0000
4.176,5000
1.366,2620
1.236,9000
24.332,4070
14.050.904,5000
25.727.957,0000
547,0310
7.014,3960
2.718,036
2.641,4610
39.791.782,3940Sumber : Perikanan Jawa Tengah Dalam Angka. 1995
C. Potensi dan Prospek Agribisnis Ikan Betutu
Ikan Betutu mungkin masih asing bagi sebagian orang. Namun, bagi orang yang telah lama
berkecimpung dalam dunia perikanan, ikan betutu sudah tidak asing lagi. Bagi masyarakat Sumatra
Selatan, khususnya di sekitar Sungai Ogan, Sungai Komering, dan Sungai Musi, sudah tidak asing lagi
terhadap ikan Betutu. Bahkan, ikan Betutu dijadikan maskot kota (ingat kota Talang Betutu).
Di dunia bisnis, ikan Betutu lebih dikenal dengan sebutan ikan Malas atau Gabus malas.
Masyarakat Kalimantan menyebut ikan betutu dengan nama ikan Bakut atau ikan Bakukut yang artinya
"diam". Ada pula yang menyebut ikan Betutu dengan nama ikan bodoh atau ikan goblog. Sementara
etnis Cina, termasuk Cina keturunan, menyebut ikan betutu dengan nama ikan Sun Hok. Dunia
Internasional menyebut ikan betutu dengan nama ikan marbledgpby atau sand goby. Ikan Betutu
memiliki nama ilmiah Oxyeletris marmorata. Bikr.
Dari uraian di atas jelas bahwa ikan Betutu termasuk salah satu jenis ikan yang sudah mendunia.
Menu masakan ikan betutu telah masuk di kota-kota besar seperti Palembang, Medan, Jakarta,
Surabaya, Semarang, Bandung, dan Yogyakarta. Tarip menu ikan betutu di hotel-hotel berbintang
berkisar antara Rp 250.000,00 - Rp 300.000,00 untuk satu porsi dengan ukuran 0,8 kg -1 kg.
Sedangkan harga ikan betutu hidup di tingkat tengkulak atau brooker bervariasi antara Rp 75.000,00 -
Rp 100.000,00 per kilogramnya.
Mahalnya harga ikan betutu diduga ada beberapa versi, mungkin karena cita rasanya lezat,
dagingnya putih, empuk, dan nyaris tidak bertulang. Ikan betutu juga dipercaya mengandung khasiat
tertentu bagi kaum wanita dan bagi kaum pria. Bagi kaum'wanita, ikan betutu dipercaya dapat
membuat awet muda dan dapat menambah kehalusan kulit karena banyak mengandung vitamin B1,
B2, B6 vitamin F, dan vitamin E sehingga dapat menghambat proses penuaan. Bagi kaum pria, ikan
betutu dipercaya banyak mengandung anzim dan hormon tertentu sehingga dapat menambah
keperkasaan sebagai laki-laki. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa ikan betutu hanya sebagai
arena adu gengsi untuk meloby relasi.
Secara teknis, ikan betutu memang masih sulit untuk dibudidayakan. Bisnis ikan betutu hingga
saat ini sebagian besar masih tergantung pada penangkapan di alam bebas. Oleh karena itu, jenis
ikan ini dikhawatirkan akan semakin langka dan akhimya punah jika penangkapan di alam bebas
dilakukan secara terus-menerus. Usaha pembenihan dan pembudidayaan ikan betutu diharapkan
dapat melestarikan, menambah populasi, dan mencukupi kebutuhan konsumen.
Usaha budi daya ikan betutu di Thailand dapat berhasil dengan baik sehingga saat ini menjadi
pesaing utama bagi Indonesia sebagai asal muasal dari ikan betutu itu sendiri. Di Jawa Barat dan di
Jawa Tengah sudah ada orang yang mulai membudidayakannya secara intensif walaupun hasilnya
belum menggembirakan.
Kendala utama pembudidayaan ikan betutu adalah lamanya pertumbuhan ikan tersebut.
Pertumbuhan ikan betutu dari menetas hingga mencapai ukuran konsumsi (400 g ke atas)
membutuhkan waktu sekitar 2 tahun. Di samping itu, angka kematian ikan ini cukup tinggi sehingga
membuat orang enggan untuk membudidayakannya. Walaupun tingkat kematian ikan betutu cukup
tinggi, namun masih dapat diatasi melalui serangkaian uji coba dan teknih budi daya yang intensif.
BAB II
MENGENAL IKAN BETUTU
Ikan betutu memiliki daerah penyebaran dan sifat-sifat yang unik. Pada Bab II ini secara khusus
diperkenalkan tentang daerah penyebaran dan sifat-sifat ikan betutu kiranya dapat bermanfaat untuk
usaha pengembangan budi daya ikan betutu itu sendiri.
A. Daerah Asal dan Penyebaran Ikan Betutu
Ikan betutu diduga ikan asli Indonesia yang berasal dari pulau Kalimantan. Namun, sementara
orang ada juga yang berpendapat bahwa ikan betutu berasal dari Sumatra karena sejak dulu sudah
ada di sana, bahkan menjadi maskot Kabupaten Talang Betutu. Mengingat nama betutu menjadi nama
tunggal di pulau tersebut, maka ikan betutu diduga berasal dari Sumatra. Sedangkan di Kalimantan
ikan ini dinamai ikan bakut atau ikan bakukut yang berarti diam. Di kota Pontianak, ikan ini bemama
ikan bodoh atau ikan goblog karena sifatnya yang selalu diam. Ikan ini hanya bergerak bila lapar dan
bila ada mangsa yang kebetulan lewat di depannya. Bila sudah kenyang, ikan ini akan diam saja
meskipun melihat mangsa yang sudah dikuasai direbut oleh ikan lain.
Ikan betutu saat ini sudah banyak dijumpai di pulau Jawa, antara lain di di sungai Ciliwung,
Citarum, waduk Cirata, waduk Gajah Mungkur, dan di tempat-tempat lainnya. Penyebaran ikan betutu
di pulau Jawa diduga karena adanya usaha budi daya di daerah tersebut yang kemudian terlepas ke
suatu perairan dan masuk ke sungai-sungai kemudian berkembang biak secara alami. Menurut
Axelrod, daerah penyebaran ikan betutu meliputi daerah Malaysia, Thailand, Vietnam, Campuchea,
Burma, Australia Utara, Filipina, dan Cina Selatan.
B. Taksonomi dan Morfologi
Ikan betutu mempunyai kemiripan dengan ikan gabus (Jw : kutuk), baik bentuk maupun sifatnya.
Oleh karena itu, sementara ahli menduga bahwa ikan betutu masuk dalam golongan Goboidae (satu
famili dengan ikan gabus). Namun, Axelrod memasukkan ikan betutu ke dalam golongan
Percormorphoidei. Adapun sistematika selengkapnya menurut Axelrod (1951) adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub-Phylum : Craniata
Super-Classis : Gnatostomata
Classis : Osteichthyes
Super-Ordo : Telestei
Ordo : Percomorphodei
Sub-Ordo : Gobiformes
Familia : eleotridae
Genus : Oxyeleotris
Species : Oxyeleotris marmorata. Blkr.
Gambar 1. Sosok Ikan Betutu
Tanda-tanda atau ciri-ciri morfologi spesifik yang dimiliki oleh ikan betutu (Oxyeleotris marmorata.
Bikr) adalah sebagai berikut :
1. bentuk badan bulat panjang seperti torpedo
2. badan bagian depan bundar dan di bagian belakang agak pipih
3. kepala rendah, mata besar yang dapat bergerak, dan mulut lebar
4. perut luas dan sirip punggung terdiri atas dua bagian
5. sisik sangat kecil-kecil, halus, dan lembut sehingga tampak hampir tidak bersisik
6. warna badan kekuning-kuningan dengan bercak-bercak hitam keabu-abuan seperti di
batik;
7. bagian ventral berwarna putih
8. panjang maksimum 50 cm dan dapat mencapai berat 7 kg/ekor.
C. Jenis-Jenis Ikan Betutu
Sampai saat ini ditemukan 7 (tujuh) jenis ikan betutu dan 2 (dua) jenis lagi yang bukan dari spesies
Oxyeleotris marmorata. Bikr., tetapi di pasaran sering disebut ikan betutu. Adapun jenis-jenis ikan
betutu selengkapnya adalah Oxyeleotris marmorata. Bikr. (yang banyak dicari dan harganya mahal),
Oxyeleotris urophthalmus. Bikr, Oxyeleotris urophthalmoides. Bikr, Oxyeleotris sineolatus. Bikr.,
Oxyeleotris heterodon. Seen, Oxyeleotris fimbriatus. Weber, dan Oxyeleotris ereuntris.E.
Sedangkan ikan betutu yang bukan dari genus Oxyeleotris tetapi sering disebut ikan betutu adalah
Belobranchus. Sp. (jenis ini banyak terdapat di Thailand dan Cina) dan Neogobus melanostomus. Pall.
(jenis ini banyak dijumpai di Papua hingga Australia Utara).
D. Daur Hidup dan Pembiakan
Ikan betutu yang hidup di alam bebas memiliki periode pemijahan yang relatif pendek dengan
frekuensi lebih dari satu kali dalam setahun, yaitu pada awal dan pada akhir musim hujan. Ikan betutu
melakukan pemijahan tidak sendiri-sendiri, tetapi secara berkelompok. Ikan betutu jantan dan ikan
betutu betina yang sudah matang kelamin (matang gonad) bersama-sama bermigrasi ke daerah-
daerah yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan air yang berdaun atau yang berbatang halus
sebagai persiapan untuk meletakkan telur-telurnya. Di tempat-tempat tersebut, ikan betutu melakukan
pemijahan dan bertelur.
Telur ikan betutu umumnya menempelkan telur-telumya pada substrat berupa tumbuhan air.
Namun, ikan betutu kadang-kadang juga menempelkan telur-telurnya pada benda-benda lain yang
berada di perairan, misalnya kayu, bebatuan, dan lain-lain. Pada suhu air 24°C, telur-telur ikan betutu
akan menetas dalam waktu 7 hari, pada suhu air 26,5°C akan menetas dalam waktu 5 hari, dan pada
suhu air 28°C telur tadi akan menetas dalam waktu 2 - 3 hari.
Tan dan Lam pada tahun 1973 mengadakan uji pemijahan ikan betutu dengan sistem hipofysasi
dan didapatkan hasil telur yang dibuahi (dalam akuarium) dapat menetas 90 % pada suhu 26°C -
28°C. Ikan betutu melakukan pemijahan secara monogami, yakni satu jantan dengan satu betina.
Menurut Tavarutmaneegul dan Lin (1988), ikan betutu akan produktif pada saat ia mencapai
ukuran 250 - 500 g/ekor dengan fekunditas 24.000 butir telur. Widiyati dan kawan-kawannya (1992)
melakukan uji lapang pemijahan ikan betutu. Uji coba tersebut memperoleh hasil bahwa ikan betutu
betina ukuran 400 g yang diberi pakan buatan dengan kandungan protein 47 % selama 3 bulan akan
memiliki fekunditas 40.000 butir telur.
Ikan betutu muda akan dibiarkan induknya untuk mencari makan sendiri. Anak-anak ikan betutu ini
akan dewasa pada umur ± 20 - 24 bulan. Setelah dewasa, ikan-ikan betutu ini akan mencari
pasangannya untuk mengadakan pemijahan.
E. Habitat dan Tingkah Laku Ikan Betutu
Ikan betutu di alam aslinya hidup di air tawar, seperti di sungai-sungai, di rawa-rawa, di telaga-
telaga, di danau-danau, dan di waduk-waduk. Ikan-ikan betutu yang masih kecil sampai ukuran ± 100
g lebih senang tinggal di perairan yang dangkal, sedangkan yang sudah besar lebih suka tinggal di
daerah yang arusnya tidak terlalu deras. Ikan betutu senang tinggal di perairan yang banyak ditumbuhi
tumbuh-tumbuhan air seperti enceng gondok (Eichornia crassipes), kayu apu (Pistia.Sp), ganggeng
(Hydrilla Sp.), kangkung (Ipomoea. Sp.), dan lain-lain.
Di alam bebas, ikan betutu juga banyak dijumpai di perairan yang memiliki derajat kesamaan (pH)
air yang agak rendah (5,5 – 6,5). meskipun ia tidak menolak tinggal di air netral dengan pH 7 – 7,5
Ikan betutu dapat hidup dengan baik pada temperatur air berkisarantara 19°C - 29°C, bahkan ia bisa
beradaptasi dengan baik sampai pada suhu air 30°C. Berbeda dengan ikan-ikan lain, ikan betutu ini
sangat tahan terhadap kadar. Amoniak dan kadar CO2 yang cukup tinggi. Hal ini sangat
menguntungkan dalam usaha budidayanya, terutama dalam usaha pembesaran.
Ikan betutu termasuk ikan labirin sehingga ia dapat menyerap O2 langsung dari udara. Dengan
demikian, ikan betutu sangat tahan terhadap kondisi air yang kurang baik (kurang oksigen) sehingga
sangat menguntungkan dalam hal transportasi/pengiriman ke tempat yangjauh. Ditinjau dari
aktivitasnya, ikan betutu golongan ikan nocturnal. Oleh karena itu, ikan betutu aktif mencari makan
pada malam hari. Di waktu malam, ikan betutu sangat aktif dan sangat agresifdan banyak dijumpai di
dasar-dasar perairan dan sangat jarang dijumpai berenang di permukaan air, kecuali pada saat
menderita sakit. Ikan betutu sangat menyukai tempat-tempat yang ada lubang-lubangnya entah
berupa timbunan batu atau lubang kayu atau lubang lain seperti potongan plpa pralon, tempayan, atau
kaleng yang tenggelam.
Ikan betutu termasuk ikan yang sangat jinak dan jarang bergerak sehingga mudah di tangkap.
Walaupun demikian, ikan betutu juga mampu bergerak cepat, terutama pada saat lapar dan melihat
mangsa lewat didepannya. Ikan betutu yang lapar akan melesat dengan cepat dengan mulut terbuka
dan menyergap mangsanya. Ikan betutujuga sering menjunjukkan kemampuan yang istimewa, yaitu
bergerak dengan sangat cepat dan berhenti dengan tiba-tiba sehingga sulit diikuti dengan mata.
F. Kebiasaan Makan
Ikan betutu sangat menyukai jenis pakan hidup (carnivora) dan dapat memburu mangsanya
(predator) jika keadaan memaksanya. Dalam mencari pakan, ikan betutu tidak peduli terhadap
buruannya. Jenisnya sendiri yang masih kecil, bahkan anaknya sendiri akan dilahap jika dalam
keadaan lapar (kanibal).
Gambra 3. Pakan alami ikan betutu
Makanan ikan betutu terdiri atas ikan-ikan kecil, udang liar tawar, remis, cacing dan organisme lain
yang lebih kecil yang dapat dimangsa. Ikan betutu juga tidak menolakjika diberi pakan yang terdiri atas
ikan mati atau bangkai hewan lain. Namunjika masih adajenis pakan hidup dalamjumlah banyak, ikan
betutu akan memilih pakan yang hidup tersebut. Ikan betutu yang belum sangat lapar tidak akan keluar
untuk memburu mangsanya. Jika mangsa tersebut sudah didahului oleh ikan lain, ikan betutu yang
belum lapar tidak akan merebutnya atau meminta belas kasihan untuk mendapatkan sisa makanan.
Sisa-sisa makanan dari ikan lain pun tidak pemah diambilnya.
Makanan utama larva ikan betutu adalah plankton seperti rotifera, sufosutoria, dan mikro-plankton
lain. Setelah berumur beberapa hari dan sudah lebih besar, anak-anak ikan betutu akan berganti jenis
pakan, yaitu berupa zooplankton yang lebih besar seperti Moina.sp., Dapnia. Sp., dan Bosmina Sp.
Pada saat ia lebih besar lagi (3 - 7 cm), anak-anak ikan betutu akan Memangsa ArtemiaSp., larva
Chironomit, cacing sutera (Tubifex), dan lain-lain. Rupanya, dalam hal pakan, ikan betutu
menyesuaikan diri dengan lebar bukaan mulutnya. Pada waktu sudah mencapai ukuran fingerling (di
atas 9 cm), ikan betutu sudah mulai memangsa anak-anak ikan yang lebih kecil ataupun cacahan isi
perut ikan.
G. Pertumbuhan Ikan Betutu
Seperti yang telah dikemukakan di depan bahwa ikan betutu memiliki pertumbuhan yang sangat
lambat. Untuk mencapai ukuran konsumsi, ikan betutu membutuhkan waktu sekitar 24 - 30 bulan. Oleh
karena itu, pembudidayaan ikan betutu disarankan dibagi 3 tahap, yaitu pembenihan sampai ukuran
fingerling, kemudian dijual ke pengusaha pendederan sampai ukuran 80 - 120 g. Selanjutnya, benih
ikan tersebut dijual ke pengusaha pembesaran. Pengusaha pembesaran akan memelihara dan
membesarkan benih ikan ukuran 100 g sampai ukuran konsumsi (± 400 g ke atas). Lamanya
pertumbuhan ikan betutu sebenamya sama dengan ikan gurami, yakni untuk mencapai ukuran
konsumsi memakan waktu minimal 18 - 24 bulan.
BAB III
PEMBENIHAN IKAN BETUTU
Pembenihan ikan betutu dimulai dari pemilihan lahan (lokasi), pengadaan sarana dan prasarana
pembenihan, pemilihan induk (jantan dan betina), pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan larva,
serta pendederan benih sampai ukuran tertentu hingga siap untuk dibesarkan menjadi ikan konsumsi.
A. Pemilihan Lokasi
Lokasi untuk budi daya ikan betutu hams mempertimbangkan ketinggian tempat, keadaan tanah,
keadaan air, dan keadaan lingkungan setempat.
1. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat (lokasi) usaha budi daya ikan betutu, baik usaha pembenihan, pendederan,
maupun pembesaran, hams diperhatikan dengan saksama. Ketinggian tempat berhubungan erat
dengan temperatur udara dan temperatur air yang merupakan faktor pembatas bagi ikan betutu.
Seperti diuraikan di depan bahwa ikan betutu dapat hidup dengan baik pada suhu air 19°C - 29°C.
Dengan demikian, ikan betutu akan dapat hidup baik pada ketinggian tempat dari 0 - 500 m di atas
permukaan laut karena pada ketinggian tersebut suhu air akan berkisar 19°C - 29°C.
2. Keadaan Tanah
Lahan untuk budi daya ikan betutu harus dipilih yang tanahnya subur sebab kesuburan kolam dan
air kolam tergantung pada kesuburan tanah. Tanah dasar kolam yang aimya subur akan banyak
ditumbuhi plankton sebagai pakan alami bagi ikan. Tanah yang subur ditandai dengan pertumbuhan
tanaman yang subur di lahan tersebut.
Tanah untuk kolam juga hams dipilih dari jenis tanah liat yang tidak sarang/porous, tidak terlalu
berpasir dan juga tidak terlalu berlumpur. Tanah yang cukup liat cukup kedap air sehingga air kolam
tidak cepat meresap ke dalam tanah. Demikian juga, pematang atau tanggul yang dibuat dari tanah
yang cukup liat tidak mudah longsor, apalagi jika pembuatan tanggul dipadatkan dan ditanami rumput.
Dasar kolam yang sedikit berlumpur sangat baik untuk ikan betutu karena ikan tersebut suka
membenamkan diri di dalam lumpur. Tanah yang terlalu berlumpur akan mempersulit pemanenan ikan
betutu karena hams membalik-balik tanah dasar untuk mencarinya ketika panen. Di samping itu, tanah
dasar kolam yang berlumpur dapat menyebabkan ikan betutu mabuk karena insangnya kemasukan
lumpur. Tanah dasar kolam akan lebih baik lagi jika ditumbuhi tanaman air sebagai tempat ikan
berlindung dan bersembunyi sehingga merasa lebih aman.
3. Keadaan Air
Ikan betutu termasuk ikan labirin sehingga tahan terhadap kondisi air yang kurang baik, misalnya
air kolam yangjarang berganti atau hanya sedikit terjadi pergantian air. Ikan betutu dapat hidup dengan
baik pada pH air 5,5 - 7,5 dengan suhu air berkisar 19°C - 29°C. Ikan betutu juga cukup tahan
terhadap kadar amonia dan ILS yang cukup tinggi dan juga tahan terhadap air keruh.
Walaupun ikan betutu tahan terhadap kondisi air yang kurang baik, namun air kolam yang
digunakan untuk membudidayakan ikan betutu tersebut sebaiknya selalu berganti. Kualitas air kolam
yang baik akan mendorong pertumbuhan ikan betutu lebih sempuma. Penggantian air dapat dilakukan
dengan cara mengalirkan air barn yang bersih ke dalam kolam. Penggantian air kolam sebaiknya
dilakukan sesering mungkin supaya ikan betutu yang dipelihara tetap sehat dan lebih cepat menjadi
besar.
4. Keadaan Lingkungan Kolam
Lingkungan kolam juga sangat berperan pada keberhasilan budi daya ikan betutu. Lingkungan
kolam yang tenang dan tidak sering terganggu oleh adanya kegiatan-kegiatan di sekitar kolam akan
membuat ikan betutu dapat hidup lebih nyaman.
Dasar kolam diusahakan agar ditumbuhi tanaman air, misalnya tumbuhan Hidryla dan Salvinia. Di
dalam kolam pemeliharaan ikan betutu sebaiknya juga tersedia pakan alaminya dengan cara ditebari
ikan cetui atau ikan cere, anak ikan mujahir, dan anak ikan gambusa. Di dalam kolam pemeliharaan
ikan betutu sebaiknyajuga disediakan tempat-tempat persembunyian berupa potongan-potongan pipa
pralon, potongan bambu, tumpukan kayu, atau ban bekas agar ikan betutu yang dipelihara dapat
berlindung dan bersembunyi sehingga merasa lebih nyaman dan aman.
Gambar 4. Ikan betutu menyukai perairan yang ada tumbuh-tumbuhan airnya.
B. Sarana dan Prasarana Pembenihan
Setelah menemukan lahan yang memenuhi syarat untuk usaha budi daya ikan betutu, langkah
selanjutnya adalah mempersiapkan sarana dan prasarana pembenihan berupa kolam/bak
pemeliharaan induk, kolam/bak pemijahan, kolam/bak penetasan dan perawatan telur, kolam/bak
perawatan benih (kolam pendederan), dan peralatan-peralatan pendukung lainnya seperti heater,
aerator, atau blower.
1. Kolam Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk ikan betutu dapat dilakukan di kolam beton atau di kolam tanah. Bentuk
bak/kolam pemeliharaan induk dapat dibuat empat persegi panjang atau bujur sangkar. Dari
pengalaman di lapangan, induk ikan yang dipelihara dalam kolam tanah lebih baik dan lebih sehat
daripada yang dipelihara di kolam/bak dari beton. Kemungkinan, induk ikan yang dipelihara dalam
kolam beton sering menabrak dinding beton yang keras pada waktu kaget atau menyergap
mangsanya sehingga mengalami stress atau terluka.
Kolam pemeliharaan induk dapat dibuat dengan ukuran 2 m x 3 m x 1 m dan kedalaman air ± 60
cm. Kolam seluas ini dapat dipakai untuk memelihara 20 ekor induk ikan betutu dan jika dipakai untuk
pemijahan dapat menampung 5 pasang induk ikan betutu.
Untuk lebih sempumanya di dalam kolam atau bak ini diberi potong pralon ukuran 3 dim sepanjang
40 cm atau 50 cm atau, tempayan bekas, bisa juga potongan asbes yang dibentuk prisma, gunanya
untuk tempat ikan berlindung supaya tidak mudah stres.
2. Kolam/Bak Pemijahan
Seperti halnya kolam induk, kolam pemijahan dapat terbuat dari beton (permanen) dengan ukuran
2 m x 3 m x 1 m dengan ketinggian air ± 50 cm - 60 cm. Kolam pemijahan dilengkapi dengan alat atau
tempat berlindung, sekaligus sebagai alat penempel telur. Alat-alat ini dapat terbuat dari asbes
berukuran 40 cm x 40 cm yang dibuat bentuk prisma atau dari potongan pipa pralon berdiameter 3 dim
sepanjang 40 cm - 50 cm atau dari ban bekas yang dipotong-potong atau tempayan yang sudah tak
terpakai.
Gambar 5. Bak pemijahan ikan betutu
Alat Berlindung
3. Kolam Penetasan dan Perawatan Telur
Kolam/bak perawatan telur dan penetasan telur sekaligus dipakai untuk perawatan larva hingga
umur± 10 - 15 hari. Pemindahan larva ikan sangat rawan karena kondisi tubuhnya masih terlalu lemah.
Oleh karena itu, jika larva anak ikan akan dipindahkan ke kolam/bak lain sebaiknya dilakukan bila anak
ikan sudah dapat bergerak cepat dan sudah dapat mencari makan sendiri.
Kolam/bak penetasan telur pada prinsipnya sama dengan kolam pemeliharaan induk dan kolam
pemijahan, hanya ketinggian aimya yang berbeda.
Gambar 6. kolam penetasan secara alami dengan substrat/penempelTelur dari tumbuhan air.
Ketinggian atau kedalaman air pada kolam/bak penetasan dan perawatan larva hanya sekitar ± 30 - 40
cm. Kolan/bak penetasan telur dilengkapi dengan aerator dan heater. Kolam penetasan ini dapat
digantikan dengan akuarium yang berkapasitas ± 40 liter air. Akuarium yang digunakan untuk
penetasan telur juga harus dilengkapi dengan aerator/blower, heater, dan selang untuk mensifon air
ketika membuang kotoran di dasar akuarium serta untuk mempermudah pembuangan air.
4. Kolam Pendederan
Kolam pendederan pada prinsipnyajuga sama dengan kolam pemeliharaan induk. Kolam
pendederan dapat sekaligus dipakai sebagai kolam pembesaran. Jika dipakai untuk pembesaran,
maka harus diadakan penjarangan dengan cara mengurangi populasi benih dan benih ikan yang
diambil dipelihara di kolam lain.
Kolam pendederan benih sangat dianjurkan untuk memakai kolam dengan dasar tanah agar
plankton dapat tumbuh dengan subur sehingga tersedia cukup banyak pakan alami yang dibutuhkan
oleh benih ikan. Ukuran kolam pendederan dapat dibuat lebih luas, yakni 10 m x 10 m x 1,5 m dengan
ketinggian air berkisar antara 60 - 80 cm.
C. Penyiapan Induk Jantan dan Betina
Calon induk ikan betutu yang akan dipijahkan harus diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan
induk ikan yang berkualitas baik dan memiliki produktivitas yang tinggi. Induk yang berkualitas tinggi
akan menghasilkan keturunan yang berkualitas tinggi pula.
Ikan betutu yang belum matang kelamin memang sangat sulit untuk dibedakan jenis kelaminnya,
kecualijika kita sudah berpengalaman. Di samping memiliki kualitas yang baik, induk ikan betutu yang
akan dipijahkan sebaiknya dipilih yang sudah matang kelamin (matang gonad).
Ciri-ciri induk ikan betutu betina yang matang kelamin (matang gonad) adalah sebagai berikut :
1. badan berwarna lebih gelap dan bercak-bercak hitamnya pekat,
2. perut membesar ke arah anus dan bila diraba terasa lunak/empuk,
3. papilla urogenitalis berwama merah cerah berupa tonjolan memanjang dan lebih
melebar serta membulat,
4. gerakannya menjadi lebih lamban,
5. sehat, tidak cacat, dan tidak mengalami luka-luka.
Sedangkan ciri-ciri induk ikan betutujantan yang matang kelamin (matang gonad) adalah sebagai
berikut :
1. badan berwarna lebih terans dan bercak-bercak hitamnya lebih terang (agak pucat)
bila dibandingkan dengan yang betina,
2. badan dan perut ramping,
3. papilla urogenitalis berbentuk segitiga pipih dan kecil
serta berwarna kemerah-merahan,
4. sehat, tidak cacat, dan tidak mengalami luka-luka.
Induk ikan betutu betina ataupun indukjantan yang siap
dipijahkan biasanya bemkuran 250 - 500 g
dan panjang badan antara 30 - 40 cm. Calon induk ikan betutu
tersebut dapat dipilih dari kolam pembesaran sendiri atau dari orang
lain. Calon induk ikan betutu tersebut dipelihara secara tersendiri
selama 30 hari dan diberi pakan yang cukup dengan kandungan
protein minimal 40 %. Gambar 7. bak/kolam induk sekaligus untuk pemijahan Dan penetasan telur.
D. Pemeliharaan Induk Ikan Betutu
Induk ikan betutu yang akan dipijahkan hams diberokan terlebih dahulu. Artinya, induk jantan dan
induk betina dipelihara secara terpisah di dalam kolam sendiri-sendiri. Setiap hari induk-induk ikan
betutu tersebut diberi pakan alami berupa ikan-ikan kecil, udang air tawar atau cacahan daging ikan
rucah, dan diberi pakan buatan dengan kadar protein 40 %. Air dalam kolam/bak pemeliharaan induk
hams diganti sesering mungkin atau dialiri air secara terus-menerus. Dosis pemberian pakan kurang
lebih 10 % dari berat total induk ikan setiap harinya.
E. Tata Laksana Pemijahan
Biasanya, induk ikan betutujantan dan betina yang telah matang kelamin dan dipelihara secara
terpisah selama 30 hari dan diberi pakan yang cukup sudah siap untuk dipijahkan. Cara pemijahan
ikan betutu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemijahan alami dan pemijahan buatan
(hipofysasi).
1. Pemijahan Alami
Kolam yang akan dipakai untuk pemijahan alami hams dibersihkan dan dikeringkan di bawah sinar
matahari terlebih dahulu hingga benar-benar kering. Biasanya, pengeringan dasar kolam dari tanah
memerlukan waktu ± 5 - 7 hari, sedangkan kolam beton (permanen) membutuhkan waktu ± 1 - 3 hari.
Setelah benar-benar kering, kolam segera diisi air secara cepat dan dasar kolam diberi tempat untuk
menempelkan telur. Tempat untuk menempelkan telur dapat dibuat dari asbes ukuran 30 cm x 40 cm
yang dibentuk prisma atau potongan pipa pralon berdiameter 5 dim atau tempayan yang agak besar.
Gambar 8. Kolam pemijahan ikan betutu secara massal yang dilengkapiDengan tumbuhan air.
Perbandingan indukjantan dan induk betina (sex
ratio) adalah 1 : 1. Artinya, satu indukjantan dijodohkan
dengan satu induk betina. Setiap luas 1 m2 kolam
idealnya dipakai untuk memijahkan 1 - 2 pasang induk.
Namun, jika menginginkan pemijahan secara intensif,
setiap m2 dapat dipakai untuk memijahkan 4 (empat)
pasang induk dengan penambahan oksigen.
Penambahan oksigen dapat dilakukan dengan cara
memberi aerasi dengan menggunakan blower. Kolam
dengan dasar tanah akanjauh lebih efektifbila dipakai
untuk pemijahan secara alami. Biasanya, induk-induk
ikan betutu yang telah matang kelamin akan memijah ±
1 - 3 hari dan telur-telur yang telah dibuahi akan terlihat
menempel pada dinding asbes atau pipa pralon.
2. Pemijahan Buatan (Hipofisasi)
Pemijahan induk ikan betutu dapat juga dilakukan dengan cara buatan (induced breeding). Bahan
yang digunakan untuk pemijahan buatan adalah ekstrak hipofisa dari ikan donor yang biasanya
menggunakan ikan mas atau ikan karper (Cyprinus carpio.L). Cara yang lebih praktis untuk pemijahan
buatan adalah dengan menggunakan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotrophin). Ada beberapa
merek hormon HCG yang sering digunakan untuk pemijahan buatan, antara lain Ovaprim C, Phota
Hormon, Humigon, dan Prednil.
Pelaksanaan pemijahan buatan pada ikan betutu sama seperti kawin suntik yang dilakukan pada
ikan lele atau ikan lain, yaitu dengan menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa ikan donor. Perbandingan
ikan donor dan ikan resipien untuk induk ikan betutu betina adalah 1 : 2. Artinya, setiap bagian berat
induk betutu membutuhkan 2 bagian berat ikan donor. Sedangkan perbandingan donor dan resipien
untuk induk ikan betutu jantan adalah 1 : 1. Penyuntikan ekstrak hipofisa dilakukan secara intra
musculer pada bagian antara gurat sisi dan sirip punggung ke arah pangkal ekor. Untuk induk ikan
betutu betina, penyuntikan dilakukan 2 kali dan selang waktu antara penyuntikan
Gambar 9. Skema urut-urutan Hipofisasi.Keterangan :
1. Potonglah kepala ikan dengan piau
yang tajam tepat dibelakang insang.
2. Berdirikan kepala ikan dan
potonglah kepala secara membujur, tepat di
atas mata.
3. Maka tampaklah kelenjar Hipophysa
dibawah otak besar bagian belakang
sebesar biji merica berwama kekuningan,
dan ambillah dengan sendok khusus atau
benda lain hati-hati jangan sampai kelenjar
pecah.
4. Tempatkan kelenjar tersebut ke dalam "Tissue Grender" dan geruslah dengan
penggerusnya sampai kelenjar pecah.
5. Berilah air ± 2 cc dengan spuit.
6. Tuanglah ke dalam tabung reaksi.
7. Masukkan tabung yang sudah ada cairan kelenjar Hipophysa ke dalam centrifuge
(bisa Centrifuge putar manual seperti dalam gambar, bisa pula dengan Centrifuge elektronik),
putarlah ± 3 - 5 menit.
8. Ambillah cairannya yangjemih dengan menggunakan Spuit.
9. Suntikkan pada bagian punggung ikan, hati-hati jangan sampai menembus/merusak
organ dalam ikan (Suntikan I ini hanya untuk ikan betina).
10. 8 (Delapan)jam kemudian ulangilah suntikan ini, kali ini baik induk betina maupun
induk jantan disuntik.
11. Lepaskan kedua induk yang telah disuntik kedalam Bak/Kolam pemijahan.
pertama dan penyuntikan kedua adalah antara 3 - 5 jam. Dosis penyuntikan pertama dan penyuntikan
kedua masing-masing sebanyak 50 % dari ekstrak hipofiysa. Penyuntikan induk ikan betutu jantan
dilakukan bersamaan dengan waktu menyuntik induk betina yang kedua kalinya.
Pada pemijahan buatan dengan hormon HCG, dosis penyuntikan pertama untuk induk ikan betutu
betina adalah 4 - 5 iu per gram berat badan. Jika menggunakan hormon Ovaprim C, dosis penyuntikan
pertama untuk induk ikan betutu betina adalah 0,5 cc untuk tiap kilogram berat tubuh). Penyuntikan
kedua dilakukan setelah 24 jam dengan dosis Vz dari penyuntikan pertama. Pada saat induk betina
dilakukan penyuntikan yang kedua, induk ikan betutu jantan disuntik dengan dosis Vi dari penyuntikan
pertama.
Pemijahan ikan betutu dengan kawin suntik amat sulit dilakukan tindakan stripping karena sifat
telurnya disemprotkan oleh induk betina dan dilekatkan pada suatu substrat. Pengambilan sperma
induk ikan jantan juga sulit dilakukan stripping karena hams dilakukan pembedahan. Oleh karena itu,
setelah dilakukan penyuntikan induk ikan betina dan induk ikan jantan sebaiknya langsung
dimasukkan ke dalam kolam atau bak pemijahan yang telah dilengkapi dengan alat untuk melekatkan
telur dan dibiarkan memijah sendiri (secara alami). Satu pasang induk memerlukan 1 (satu) alat
penempel telur.
Selama proses pemijahan, pengontrolan alat penempel telur harus dilakukan setiap hari.
Biasanya, dua hari setelah penyuntikan induk-induk tadi akan memijah dan telur-telumya akan terlihat
memenuhi permukaan dalam alat penempel. Warna telur ikan betutu adalah putih keabu-abuan.
Seekor induk ikan betutu betina seberat 300 - 500 g dapat menghasilkan telur sebanyak 20.000 -
40.000 butir.
F. Penetasan dan Perawatan Telur
Telur yang telah dibuahi dapat ditetaskan di dalam akuarium yang berkapasitas 40 liter air.
Akuarium yang digunakan untuk penetasan telur harus diberi aerasi yang tidak terlalu besar.
Penetasan telur ikan betutu dapat juga dilakukan di dalam bak berukuran 1,5 m x 1,5 m sedalam 1 m.
Penetasan telur ikan betutu di akuarium atau di bak penetasan dilakukan dengan cara
memindahkan telur-telur yang menempel di alat penempel beserta alat penempelnya ke dalam
akuariun atau bak penetasan. Akuarium atau bak penetasan telur tersebut harus diberi aerasi dengan
blower yang tidak terlalu besar. Selama proses penetasan telur, kualitas air dalam akuarium atau bak
harus selalu dikontrol dan sesering mungkin diganti. Jika memungkinkan, penggantian air dapat
dilakukan dengan cara dialirkan secara terus-menerus. Akuarium atau bak penetasan harus diberi
heater dan suhu air diusahakan tetap konstan ± 28°C atau 26°C. Pada suhu air tersebut, biasanya
telur ikan betutu akan menetas dalam waktu ± 3 hari. Larva yang baru menetas berukuran rata-rata 3
mm dengan berat 0,2 mg.
G. Perawatan dan Pemeliharaan Larva
Larva ikan yang baru menetas dapat dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan atau dibiarkan di
bak/akuarium penetasan beberapa waktu hingga kuat. Sisa-sisa telur yang tidak menetas dan kotoran-
kotoran lain dibuang dengan cara disifon memakai selang. Larva ikan yang baru menetas belum
memerlukan pakan tambahan karena masih memiliki persediaan makanan berupa kuning telur (yolk
shell). Persediaan makanan tersebut akan habis setelah 4 hari dihitung sejak menetas. Oleh karena
itu, pada hari ke-5 setelah menetas larva ikan sudah harus diberi pakan tambahan berupa emuisi
kuning telur ayam yang direbus.
Pembersihan (penyifonan) bak atau akuarium pemeliharaan larva ikan harus dilakukan minimal 4
kali sehari dan penggantian sebagian air (± 35%) dilakukan setiap hari. Dosis emuisi kuning telur
adalah 1 butir sehari setiap bak atau akuarium dan diberikan sedikit demi sedikit setiap 3 jam.
Pemberian pakan yang lebih baik lagi adalah dengan membuat kultur plankton dalam bak khusus.
Cara kultur plankton di dalam bak khusus dilakukan dengan merendam kotoran ayam dengan dosis 1
kg/m2 kolam, kemudian ditambah dengan 0,1 kg kapur tohor dan diairi sampai setinggi 0,5 m. Setelah
± 10 hari, air dalam bak ditambah dengan 5 ember air sawah atau air comberan yang banyak
mengandung-plankton, kemudian dibiarkan tumbuh selama ± 5 - 7 hari. Bak kultur plankton yang telah
ditumbuhi plankton akan berwarna hijau kecoklat-coklatan.
Air kultur plankton dialirkan ke dalam bak larva atau akuarium setiap jam selama 1 - 2 menit.
Plankton yang biasa dimakan oleh larva ikan betutu adalah Chlorella sp., Rotifera sp., Sufosutoria, dan
Moina sp. Setelah larva betutu berumur 15 - 20 hari barn diberi kultur Daphnia sp., Cyclops sp., dan
Artemia sp. Pada saat larva ikan mencapai ukuran 3 - 5 cm dapat diberi cacing sutra atau tepung ikan.
Jika perawatan larva ikan dilakukan di akuarium, penjarangan populasi larva harus dilakukan terus-
menerus. Selama pemeliharaan larva suhu hams dijaga supaya tetap stabil antara 27° C - 28C,
keasaman (pH) air 7 - 7,2 dan penggantian air dilakukan setiap hari sebanyak 40 %.
Gambar 10. Corong Penetasan Daphina
Gambar 11. Akuarium Penetasan telur dan pemeliharaanLarva yang dilengkapi aerator dan heater.
H. Pemeliharaan Benih (Pendederan)
Larva ikan betutu yang telah bemmur 15 - 20 hari dapat dipindahkan ke kolam pendederan untuk
dibesarkan hingga mencapai ukuran benih yang siap untuk dibesarkan di kolam pembesaran.
1. Persiapan Lahan Pendederan
Persiapan lahan pendederan untuk larva ikan betutu tidak jauh berbeda dengan persiapan lahan
untuk pendederan jenis ikan lain. Persiapan lahan pendederan di lakukan dengan cara mencangkul
dan membalik-balik tanah dasar kolam, kemudian dibajak dan di biarkan terkena panas matahari
selama beberapa hari agar mendapat kesempatan untuk melakukan pertukaran gas dan membunuh
hama serta bibit penyakit.
Gambar 12. Penyiapan kolam pendederanSetelah dasar kolam benar-benar kering dapat dilakukan pengapuran dan pemupukan.
Pengapuran dasar kolam dapat menggunakan kapur tohor (kapur pertaman) dengan dosis 300 - 500
g/m2 dasar kolam. Pengapuran dasar kolam, selain untuk mematikan bibit penyakit, bertujuan untuk
menstabilkan keasaman (pH) tanah dasar kolam. Setelah dasar kolam diolah, dikeringkan, dan
dikapur, kemudian dilakukan pemupukan. Pemupukan dasar kolam dapat menggunakan pupuk
kandang (kotoran ayam) atau dedakpadi dengan dosis ± 1 kg/m2 dasar kolam.
Kolam pendederan yang telah dipupuk diisi air sampai setinggi 30 cm kemudian biarkan selama 15
hari hingga wama air kolam menjadi hijau kecoklat-coklatan. Setelah air kolam berwama hijau
kecoklat-coklatan kemudian kolan diisi air lagi sampai setinggi 60 - 100 cm. Pemupukan ulang dapat
dilakukan setiap 15 - 12 hari dengan menggunakan pupuk buatan (anorgamk) seperti Urea atau TSP
dengan dosis 20 - 30 g/m2 tanah dasar kolam.
2. Pemindahan Benih ke Kolam Pendederan
Pemindahan benih ikan betutu dari kolam pembenihan ke kolam pendederan dilakukan setelah
benih tersebut berukuran 2 - 5 cm. Pengambilan benih dari kolam pembenihan dilakukan dengan
serok atau kolam dikeringkan sebagian, kemudian benih ikan diserok dengan waring atau seser dan
dimasukkan ke dalam ember untuk ditebarkan di kolam pendederan.
Untuk memacu pertumbuhan, padat penebaran benih ikan di kolam pendederan yang ideal adalah
50 ekor/m2. Pakan untuk benih ikan selama dipelihara di kolam pendederan, selain alami berupa
plankton, dapat ditambah dengan pakan berupa anak ikan seribu (Lebistes sp), ikan gambusa udang
liar air tawar, dan ikan lain yang berukuran lebih kecil daripada benih betutu itu sendiri. Setelah
berukuran 7 - 13 cm atau setelah 2 - 3 bulan pemeliharaan di dalam pendederan, benih ikan sudah
siap untuk dibesarkan di kolam pembesaran. Pembesaran benih ikan betutu hingga mencapai ukuran
konsumsi dapat langsung dilakukan di kolam pendederan atau di kolam pembesaran tersendiri. Jika
pembesaran dilakukan langsung di kolam pendederan, maka populasi benih harus dikurang
(dujarangkan). Padat penebaran yang ideal untuk pembesaran ikan betutu adalah berkisar antara 10 -
20 ekor/m2 air kolam, tergantung pada besar kecilnya debit air.
Benih ikan yang dipanen dari kolam pendederan dapat juga dijual kepada konsumen (pengusaha)
yang khusus melakukan usaha pembesaran Jika akan dijual lanagsung kepada pengusaha
pembesaran ikan, maka benih-benih ikan tersebut tadi ditampung terlebih dahulu di dalam bak/kolam
penampungan agar mendapatkan kesempatan untuk beristirahat selama ± 2 - 3 hari. Pada pengiriman
(pengangkutan) jarak jauh, benih ikan harus dipuasakan terlebih dahulu selama 2 hari supaya selama
dalam pengangkutan tidak banyak mengeluarkan kotoran. Sebab, kotoran benih ikan tersebut dapat
menjadi racun bagi benih ikan itu sendiri.
Pengangkutan benih ikan dapat dilakukan dengan cara dimasukkan ke dalam kantong plastik
ukuran 50 x 60 cm dengan ketebalan 2 mm. Kantong plastik diisi air bersih sebanyak 1/3 bagian,
kemudian diisi benih ikan sebanyak ± 2 - 3 kg/kantong. Kantong plastik yang telah diisi benih ikan
tersebut diisi oksigen sampai penuh, kemudian bagian ujung plastik diikat dengan karet agar oksigen
di dalamnya tidak keluar. Benih ikan betutu telah siap untuk dikirim ke tempat tujuan.
BAB IV
PEMBESARAN IKAN BETUTU
Tujuan pembesaran ikan adalah untuk membesarkan benih ikan dari ukuran 7 - 12 cm dari
kolam/bak pendederan hingga mencapai ukuran konsumsi (± 400 – 1.000 g/ekor) yang siap untuk
dipasarkan/dijual kepada konsumen.
A. Lokasi Pembesaran
Pembesaran ikan betutu dapat dilakukan langsung di kolam/bak pendederan dengan syarat padat
penebaran dikurangi, yakni dari 50 ekor/m2 menjadi 10 - 20 ekor/m2. Pembesaran ikan betutu dapat
juga dilakukan di kolam/bak permanen atau kolam tanah, di empang, di sungai, rawa, danau, waduk,
atau dam dengan sistem karamba. Ukuran karamba untuk pembesaran ikan betutu dapat dibuat dari
kayu atau bambu dengan ukuran 2 m x 4 m x 1 m menggunakan jaring yang terbuat dari poly ethilen.
Gambar 13. Karamba untuk pembesaran ikan.Jala karamba tancap
Jala karamba apung dengan pengapung dari drum dan dilengkapiGudang/rumah jaga.
Pembesaran ikan betutu yang dilakukan di sungai dengan sistem karamba harus memperhatikan
arus air agar karamba tersebut tidak mengganggu aliran sungai atau arusnya dibuat seminimal
mungkin. Jika pembesaran ikan betutu menggunakan jala/jaring tancap atau jala/jaring apung,
ukurannya dapat dibuat lebih luas daripada ukuran karamba. Jala/jarring tancap atau jala/jaring apung
umumnya mempunyai ukuran 7 m x 7 m x 2 m atau 10 m x 10 m x 2,5 m.
B. Metode Pembesaran
Ditinjau dari jenis pakan yang diberikan, metode pembesaran ikan betutu dapat dilakukan dengan
2 (dua) cara, yakni pembesaran dengan pakan alami dan pembesaran dengan pakan buatan.
1. Pembesaran ikan betutu dengan pakan alami dilakukan dengan pemberian pakan
hidup berupa ikan-ikan lain dan cacahan daging. Jenis ikan yang dapat diberikan pada ikan
betutu antara lain ikan seribu, gambusa, udang liar air tawar, dan anak ikan mujahir.
Sedangkan cacahan daging yang dapat diberikan pada ikan betutu antara lain cacahan usus
ayam cacahan daging bekicot, dan lain-lain. Dosis pemberian pakan alami ± 5 % dari
biomassa/hari.
2. Pembesaran ikan betutu dengan pakan buatan pabrik yang berbentuk poor/crumble
atau pellet dengan kadar protein minimal 20 %. Dosis pemberian pakan adalah 5 % - 10 %
berat total ikan yang dibesarkan.
Ditinjau dari tempatnya, pembesaran ikan betutu dapat dilakukan dengan dua cara, yakni
pembesaran di perairan umum dan pembesaran di perairan terbatas.
1. Pembesaran ikan betutu di perairan umum dilakukan dengan menggunakan perairan
umum sebagai media dengan metode karamba atau jala/jaring apung.
2. Pembesaran ikan betutu di perairan terbatas dilakukan di kolam/bak permanen, di
kolam pekarangan, atau di empang.
C. Pengiriman Benih ke Kolam Pembesaran
Pengiriman atau pengangkutan benih ikan betutu ke kolam pembesaran harus dilakukan dengan
benar agar tidak menimbulkan kematian pada benih tersebut. Kematian benih yang diakibatkan karena
sistem pangiriman atau pengangkutan yang tidak benar biasanya terjadi 2 - 5 hari setelah benih
tersebut ditebarkan di kolam pembesaran.
Teknik pengiriman atau pengangkutan benih ikan betutu ke kolam pembesaran dapat dilakukan
dengan 2 (dua) cara sebagai berikut.
1. Pengiriman Benih Ikan Jarak Defeat (Kurang dari 3 Jam)
Pengiriman benih ikan betutu ke kolam pembesaran dengan jarak tempuh kurang dari 3 jam
relatiflebih mudah dan lebih sederhana. Caranya, bak/kolam pendederan benih dikeringkan sebagian
hingga hanya tinggal yang di caren/kemalimya saja. Anak-anak ikan betutu yang terkumpul di
caren/kemalir diserok dengan seser atau waring, kemudian dimasukkan ke dalam ember yang telah
diisi air bersih. Ember yang telah berisi benih ikan langsung dibawa ke kolam pembesaran dan
ditebarkan dengan cara diadaptasikan terlebih dahulu dengan air kolam pembesaran.
Adaptasi benih ikan betutu dengan air kolam pembesaran dilakukan dengan cara mencampur air
dalam ember yang berisi benih ikan dengan air kolam setempat sedikit demi sedikit sampai sebagian
besar air dalam ember terisi air dari kolam pembesaran. Jika benih ikan sudah tidak kelihatan gelisah,
maka benih ikan tersebut dapat dituangkan ke dalam kolam pembesaran. Padat penebaran benih ikan
adalah 10 – 20 ekor/m2 air kolam, tergantung pada besar kecilnya debit air yang masuk ke dalam
kolam pembesaran. Makin besar debit air yang masuk ke dalam kolam pembesaran, padat penebaran
benih makin banyak. Pengiriman atau pengangkutan dan penebaran benih ikan betutu ke keramba
dilakukan dengan cara yang sama.
Gambar 14. Menyerok benih ikan betutuDi kolam yang luas.
2. Pengiriman Benih Ikan Jarak Jauh (Lebih dari 3 Jam)
Pengiriman benih ikan ke tempat pembesaran yang jaraknya jauh, misalnya keluar kota yang
memerlukan waktu lebih dari 3 jam), sebelum benih ikan dipanen atau diangkut sebaiknya dipuasakan
(tidak diberi makan sama sekali) selama 2 hari - 3 hari. Kemudian, bak/kolam pendederan dikuras
hingga airnya tinggal yang berada di caren/kemalir. Benih ikan yang berada di caren/kemalir diambil
dengan cara diserok, kemudian dimasukkan ke dalam bak fiberglass atau ember besar yang telah diisi
air bersih dan diaerasi dengan aerator atau blower.
Benih ikan yang telah dipuasakan dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran 50 x 60 cm
dengan ketebalan 2 mm. Kantong plastik diisi air bersih yang telah di aerasi sampai V^ bagian dan diisi
benih ikan ± 2 - 3 kg/kantong. Kemudian, kantong plastik diisi oksigen sampai penuh dan bagian ujung
plastik diikat dengan karet. Dengan demikian, benih ikan betutu telah siap untuk dikirim ke tempat
yang jauh. Pengangkutan benih ikan jarak jauh dilakukan dengan kantong plastik sebaiknya di antara
sela-sela tumpukan kantong plastik diberi es batu supaya udara menjadi dingin. Dengan cara
demikian, menurut pengalaman penulis, benih ikan tahan dalam pengangkutan selama 12 jam.
Setibanya di tempat pembesaran, baik bempa kolam maupun karamba, benih ikan diadaptasikan
terlebih dahulu dengan air kolam. Caranya, kantong plastik sebelum dibuka diapungkan/dimasukkan
ke dalam air kolam selama 10 - 15 menit supaya temperatur air di dalam kantong plastik sama dengan
temperatur air kolam/karamba pembesaran. Setelah temperatur air dalam kantong plastik sama
dengan temperatur air kolam, ikatan kantong plastik dibuka dan diisi air kolam sedikit demi sedikit
hingga hampir penuh. Kemudian, kantong plastik yang telah terbuka dan diisi air kolam dimasukkan ke
dalam kolam pembesaran dan benih ikan dibiarkan keluar dari kantong plastik dan masuk ke dalam
kolam.
D. Tata Laksana Pembesaran
Pembesaran ikan Betutu dapat dilakukan di kolam/empang atau di karamba. Adapun tata laksana
pembesaran ikan betutu di kolam/empang atau di karamba adalah sebagai berikut :
1. Pembesaran di Kolam/Empang
Ukuran kolam/empang yang ideal untuk pembesaran ikan betutu adalah seluas 10 m x 10 m
dengan kedalaman 125 cm dan diisi air sampai pada ketinggian 80 cm - 100 cm. Kolam/empang ini
perlu dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Saluran pemasukan dan pengeluaran air
untuk kolam/bak permanen dapat dibuat dari pipa pralon yang diberi knee sehingga memudahkan
pengaturan ketinggian air.
Pembesaran ikan betutu di kolam tanah perlu disiapkan dengan baik sebelum ditebari benih ikan.
Persiapan untuk kolam tanah meliputi pengolahan tanah dasar kolam. Proses pengolahan tanah dasar
kolam pembesaran sama dengan pengolahan tanah dasar kolam pendederan, yakni dicangkul dan
dibolak-balik, dibajak, kemudian dikeringkan beberapa hari hingga benar-benar kering. Setelah dasar
kolam benar-benar kering dapat dilakukan pengapuran dan pemupukan. Pengapuran dasar kolam
dapat menggunakan kapur tohor (kapur pertanian) dengan dosis 300 - 500 g/m2 dasar kolam.
Pengapuran dasar kolam, selain untuk mematikan bibit penyakit, bertujuan untuk menstabilkan
keasaman (pH) tanah dasar kolam. Setelah dasar kolam dikapur, kemudian dipupuk dengan
menggunakan pupuk kandang (kotoran ayam) atau dedak padi dengan dosis ± 1 kg/m2 dasar kolam.
Gambar 15. Pembesaran ikan betutu dikolam permanen.
Kolam pendederan yang telah dipupuk dapat segera diisi air sampai setinggi 30 cm, kemudian
biarkan selama 15 hari hingga wama air kolam menjadi hijau kecoklat-coklatan. Setelah air kolam
berwama hijau kecoklat-coklatan, kemudian kolam diisi air lagi sampai setinggi 80 - 100 cm. Dengan
demikian, kolam pembesaran telah siap untuk ditebari benih ikan betutu. Padat tebar benih ikan
adalah 10 - 20 ekor/m2 dan setiap hari diberi pakan tambahan berupa ikan rucah, isi perut ikan, teri
tawar, atau anak ikan. Dosis pakan ± 5% dari berat biomassa per hari. Pemupukan ulang dapat
dilakuk setiap 15 - 12 hari dengan menggunakan pupuk buatan (anorganik) seperti Urea atau TSP
dengan dosis 20 - 30 g/m2 tanah dasar kolam.
Pembesaran ikan betutu dapat juga dilakukan secara tumpang sari dengan jenis ikan lain,
misalnya ikan nila atau ikan mujair. Caranya, setelah kolam disiapkan dan diisi air, ikan nila atau ikan
mujahir dimasukkan ke dalam kolam/empang tersebut dengan padat penebaran 10 ekor/m2, kemudian
ditebari udang liar air tawar sebanyak-banyaknya. Satu bulan setelah penebaran ikan dan udang,
benih ikan betutu ditebar. Tujuan tumpang sari ini adalah agar anak ikan nila, mujahir, dan udang
berbiak dan anak-anaknya menjadi makanan bagi benih ikan betutu. Dengan cara ini, maka kita tidak
setiap kali hams menabur pakan hidup, tetapi cukup memberi pakan untuk ikan nila, mujahir, dan
udang liar dengan pakan dedak/katul.
Gambar 16. pembesaran ikan betutu diempang dari tanah
Benih ikan betutu dapat juga diberi pakan buatan berupa pallet dengan ukuran yang sesuai
dengan bukaan mulut benih ikan betutu tersebut. Jika benih belum terbiasa makan pallet hams dilatih
terlebih dahulu. Caranya, benih ikan betutu dilaparkan terlebih dahulu, kemudian diberi makan
cacahan daging ikan mcah yang dicampur pallet. Secara bertahap, setiap kali kita memberi makan,
persentase campuran pallet ditambah sampai keseluruhan makanan hanya melulu pallet. Dosis pakan
bempa pellet ± 5 % dari biomassa ikan setiap hari.
Usaha pembesaran ikan betutu di kolam/empang sebaiknya air kolam diganti sesering mungkin
dan tiap penggantian air diusahakan 20 % setiap harinya. Akan lebih baik lagijika ke dalam
kolam/empang diberi potongan pipa pralon, ban bekas, atau asbes yang dibentuk prisma sebagai
tempat ikan betutu berlindung.
2. Pembesaran di Karamba
Pembesaran ikan betutu dapatjuga dilakukan di dalam karamba, baik karamba kayu, bambu, atau
jala karamba (jala karamba tancap atau jala karamba apung). Ukuran karamba kayu atau bambu
dapat dibuat 2,5 m x 2,5 m x 1,5 m atau sedikit lebih besar asal tidak mengganggu aliran sungai,
kecuali bila ditempatkan di danau, rawa, atau waduk/dam.
Ikan betutu umumnya lebih banyak diam, maka penempatan karamba dianjurkan untuk
ditempatkan di pinggir sungai yang arusnya tidak begitu deras. Demikian pula, penempatan karamba
di danau atau waduk dan telaga sebaiknya dipilih tempat yang arus airnya hanya sedikit. Dalam
pembesaran ikan betutu di karamba, arus air ini tetap diperlukan karena pergantian air akan lebih
terjamin dan penambahan kandungan oksigen punjuga lebih terjamin, walaupun arus air tersebut
hanya akibat dari dorongan angin.
Ukuran benih ikan betutu yang dibesarkan di karamba sebaiknya agak lebih besar, yaitu ± 125 - 150
g/ekor dan padat penebaran 30 - 40 ekor/m2. Cara pemberian pakan sama seperti pemberian pakan
pada benih ikan betutu yang dibesarkan di dalam kolam/empang. Pembesaran benih ikan betutu di
karamba biasanya lebih cepat dibandingkan dengan pembesaran di kolam/empang. Setelah 8 bulan
pemeliharaan, biasanya berat ikan sudah mencapai 400 - 1.000 g/ekor.
BAB V
PANEN DAN PEMASARAN
IKAN BETUTU
Ikan betutu termasuk jenis ikan yang memiliki pertumbuhan sangat lambat. Sejak telur menetas
hingga menjadi ikan betutu konsumsi membutuhkan waktu ± 20 - 24 bulan, tergantung pada sistem
pemeliharaannya. Pemeliharaan ikan betutu yang dilakukan secara intensifdengan pemberian pakan
yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya, akan lebih cepat besar (mencapai ukuran konsumsi).
Ukuran ikan betutu yang dikehendaki oleh pasar/konsumen biasanya minimal ± 25 - 30 cm dengan
berat minimal 400 gram dan maksimal 1.000 gram. Namun ada yang mau menerima ikan Betutu
sampai seberat 2 kg/ekor.
A. Cara Panen
Ikan betutu yang telah mencapai ukuran konsumsi dapat segera dipanen. Cara panen ikan betutu
dapat dilakukan dengan dua cara, yakni panen selektif dan panen total.
1. Panen Selektif
Panen selektif dilakukan bila ukuran atau besamya ikan dalam satu kolam pembesaran tidak
seragam. Ketidakseragaman ukuran ikan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
penebaran benih tidak bersamaan, ukuran benih tidak seragam, asal benih dan mutu benih berbeda.
Panen selektif dapat dilakukan dengan cara mengurangi air kolam sampai 2/3 atau 3/4 bagian
atau sampai punggung ikan kelihatan. Kemudian, alat pelindung (pipa pralon, ban bekas, atau benda
lain) dan lubang-lubangnya ditutup dengan tangan. Ikan betutu yang berada dalam alat pelindung
tersebut ditumpahkan ke dalam ember dan kita pilih yang ukurannya sesuai dengan permintaan
konsumen. Pemanenan dengan cara demikian dilakukan secara berulang-ulang sampai ikan dalam
kolam habis. Ikan betutu yang belum sesuai dengan permintaan konsumen dilepas lagi ke dalam
kolam dan dipelihara lagi hingga mencapai ukuran konsumsi.
Ikan-ikan betutu yang kita panen dimasukkan ke dalam bak penampungan yang ukurannya kecil,
misalnya 2 m x 2 m x 1 m, yang telah diisi air bersih. Sedangkan kolam pembesaran yang berisi ikan
sisa dialiri air lagi sampai setinggi 80 cm - 10 cm. Ikan-ikan tersebut kita pelihara lagi sampai mencapai
ukuran konsumsi. (± 1 - 2 bulan lagi).
2. Panen Total
Panen total dilakukan apabila ukuran ikan dalam satu kolam pembesaran relatif seragam.
Keseragaman ukuran ikan dalam satu kolam pembesaran dapat terjadi apabila ukuran anak ikan yang
ditebar relatif seragam, berasal dari kolam pembenihan yang sama, dan memiliki mutu yang relatif
seragam.
Panen total dapat dilaksanakan dengan cara mengeringkan kolam pembesaran dengan
menyisakan sedikit air untuk sekedar ikan betutu yang belum terambil dapat bertahan hidup.
Kemudian, semua ikan yang berada dalam kolam pembesaran ditangkap dengan menggunakan
seser. Ikan-ikan yang telah ditangkap dimasukkan ke dalam bak penampungan, sedangkan ikan-ikan
yang masih kecil dipelihara lagi di kolam lain hingga mencapai ukuran konsumsi. Ikan-ikan yang
ukurannya tidak kurang dari 250 gram dapat di sisipkan ke dalam ikan yang akan kitajual. Biasanya,
konsumen masih dapat menerimanya asal ukurannya tidak kurang dari 250 gram dan jumlahnya tidak
lebih dari 5 % dari total yang dikirim.
B. Pemasaran dan Pengiriman Ikan Betutu
Permintaan pasar terhadap ikan betutu sampai saat ini baru dapat dipenuhi sebanyak 2 % saja.
Konsumen ikan betutu umumnya lebih menyukai ikan betutu yang masih dalam keadaan hidup.
1. Pemasaran Ikan Betutu
Ikan betutu dapat dijual dalam bentuk bibit/benih ataupun dalam bentuk ikan konsumsi. Benih ikan
betutu yang telah mencapai ukuran 9 - 12 cm dapat dijual kepada pengusaha pembesaran ikan betutu.
Pengusaha pembesaran akan membesarkan benih ikan betutu tersebut hingga mencapai ukuran
konsumsi. Penjualan ikan betutu ukuran konsumsi yang telah dipanen dapat dijual langsung atau
melalui brooker/buyer ke pasar-pasar ikan, restauran-restauran di kota-kota besar, atau ke hotel-hotel
yang menyajikan menu masakan ikan betutu.
2. Pengiriman Ikan Betutu
Mengingat pembeli umumnya menghendaki ikan betutu dalam keadaan hidup, maka pengemasan
dan transportasi/pengirimannya harus dilakukan dengan tepat dan benar. Ada 3 (tiga) macam teknik
pengemasan dan pengangkutan ikan betutu, yakni sebagai berikut :
a. Pengemasan dengan Kantong Plastik
Pengemasan ikan betutu dengan kantong plastik sama seperti pengemasan ikan lain.
Pengemasan ikan dengan kantong plastik umumnya dilakukan jika ikan tersebut akan dikirim ke
daerah lain dengan jarak tempuh kurang dari 8 jam.
Gambar 18. pengemasan ikan betutu dengan kantong plastik.Ikan betutu ditimbang.
Ikan betutu dimasukkan ke dalam kantong plastik
Kantong plastik diisi oksigen
Kantong plastik yang digunakan biasanya berukuran 50 cm x 60 cm dengan tebal 2 mm. Kantong
plastik tersebut diisi air hingga 1/3 bagian, kemudian diisi ikan betutu sebanyak ± 3 kg. Setelah
kantong plastik diisi ikan, kemudian diisi oksigen dan ujung plastik bagian atas diikat dengan tali yang
cukup kuat agar oksigen di dalamnya tidak keluar.
Selama dalam pengangkutan, udara di sekeliling katong plastik diusahakan cukup dingin agar ikan
tidak cepat mati karena kepanasan. Caranya, di antara tumpukan plastik yang telah terisi ikan
diselipkan es batu yang di bungkus plastik rapat. Bila memungkinkan, kendaraan pengangkut ikan
tersebut dilengkapi pendingin (AC) agar udara dalam kendaraan cukup dingin.
b. Pengemasan Terbuka
Pengemasan dan pengiriman ikan betutu secara terbuka ini lebih sederhana, tetapi memakan
tempat lebih banyak. Alat pengemas yang digunakan adalah bak atau ember besar. Caranya, bak atau
ember diberi alas lumut basah setebal 1 - 2 cm. Ikan betutu yang akan dikirim diatur di atas lumut
secara berjajar (jangan sampai tertumpuk), kemudian di atas ikan ditutup lumut basah lagi setebal 1 -
2 cm. Selanjutnya, diisi ikan lagi dan ditutup lumut basah lagi. Demikian seterusnya hingga tiga lapis,
tidak boleh lebih dari tiga lapis. Lapisan ikan yang teratas juga ditutup lumut basah.
Bak atau ember yang telah diisi ikan betutu yang dilapisi lumut basah sudah siap untuk dikirim ke
tempat tujuan. Pengiriman ikan betutu secara terbuka menggunakan bak atau ember ini hams
disediakan air untuk memerciki ikan selama dalam perjalanan. Pemercikan air ini harus dilakukan
minimal setiap 2 jam sekali agar lumut penutup ikan tetap basah sampai di tempat tujuan. Bila
memungkinkan, mobil yang digunakan untuk mengangkut ikan dilengkapi pendingin (AC). Jika mobil
pengangkut tersebut tidak ada pendinginnya (AC), maka dapat disediakan es batu yang dibungkus
plastik dan dimasukkan ke dalam ember air sehingga air yang dipercikkan berupa air dingin. Menurut
pengalaman penulis, pengangkutan ikan betutu secara terbuka dalam bak atau ember yang dilapisi
lumut basah bisa bertahan hidup lebih 12 jam.
c. Pengemasan Tertutup Tanpa Air
Pengemasan dan pengangkutan secara tertutup tanpa air banyak dilakukan oleh para pedagang
(eksportir) ikan betutu yang melakukan pengiriman ikan menggunakan pesawat terbang. Pengemasan
dan pengangkutan ikan secara tertutup tanpa air ini lebih praktis, lebih ringan, tidak memakan banyak
tempat, dan menghemat biaya. Pengemasan secara tertutup tanpa air dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Isilah bak dengan air bersih, kemudian beri es batu dan aduk sampai suhu air didalam
bak turun menJadi ± 19°C atau lebih rendah lagi sampai 160C atau 150C.
2. Masukkan ikan-ikan betutu yang sudah dipuasakan selama 3 hari (tanpa diberi makan
sama sekali) ke dalam bak yang berisi air dingin tadi dan biarkan terendam air sampai ± 30 -
50 menit
3. Siapkan kantong plastik dengan ukuran 35 x 55 cm dengan ketebalan 2mm
4. Isilah kantong plastik tersebut dengan es batu dibungkus kertas dibungkus kertas
buram seberat 350 gram atau kira-kira sebesar kepalan tangan orang dewasa.
5. Ambil ikan betutu dari bak sebanyak ± 3 kg dan masukkan ke dalam kantong plastik
yang telah berisi bungkusan es batu.
6. Isilah kantong plastik dengan gas oksigen sampai penuh dan ikat ujung kantong
plastik bagian atas dengan karet supaya gas oksigen tidak keluar.
7. Masukkan kemasan ikan dalam kantong plastik tersebut ke dalam stryrofoam atau dos
ukuran 40 cm x 60 cm x 40 cm. susun kemasan plastik yang telah berisi ikan betutu sampai
terisi 4 kemasan.
8. Sebelum stryrofoam atau dos ditutup, selipkan es batu yang dibungkus Plastik rapat
supaya udara di dalam stryrofoam atau dos awet dingin Dengan demikian, stryrofoam atau
dos telah siap diangkut. Stryrofoam atau does berisi ikan dapat ditumpuk tanpa takut
plastiknya pecah. Pengangkutan sepertiini, menurut pengalaman para eksportir, ikan betutu
dapat bertahan hidup dengan baik selama 12 - 15 jam.
BAB VI
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Hama dan penyakit yang sering menyerang ikan betutu hampir sama dengan hama dan penyakit
yang menyerang jenis ikan lain. Pada bab ini hanya akan dibahas mengenai beberapa jenis hama dan
penyakit penting yang sering menyerang ikan betutu, cara mengendatikan, dan cara mengobatinya
apabila ikan sudah terlanjur terserang oleh hama ataupun penyakit.
A. Jenis-jenis Hama dan Cara Pengendaliannya
Hama adalah organisme yang memangsa langsung mangsanya. Organisme tersebut biasanya
lebih besar dan lebih ganas bila dibandingkan dengan organisme yang dimangsanya. Jenis hama
yang sering menyerang ikan betutu adalah ular air, bumng pemakan ikan, ikan gabus, ikan lele. ikan
bawal air tawar (Colossoma.sp.), bahkan ikan betutu itu sendiri yang memiliki ukuran jauh lebih besar.
Pengendalian hama-hama tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Mengkontrol kolam sebelum benih ikan betutu ditebar dan menyingkirkan atau
menangkap dan membuang semua organisme yang membahayakan benih ikan betutu yang
ditebarkan di kolam.
2. Menebar benih ikan betutu yang ukurannya seragam untuk mencegah terjadinya
kanibalisme di antara ikan betutu sendiri.
3. Memasang saringan pada saluran pemasukan dan saluran pengeluaran air agar hama
yang membahayakan ikan betutu tidak masuk ke dalam kolam.
4. Memberantas semua hama yang berada dalam kolam ikan dengan jalan ditangkap,
kemudian dibuang jauh-jauh dari areal kolam.
B. Jenis-Jenis Parasit dan Cara Pengendaliannya
Organisme parasit memiliki ukuran lebih kecil daripada ikan yang diserangnya. Organisme parasit
biasanya bersifat mengisap makanan dari tubuh ikan yang diserang. Organisme parasit ini dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu ekstoparasit dan endoparasit.
1. Ekstoparasit
Ekstoparasit adalah parasit yang menyerang bagian luar tubuh ikan, misalnya Lernaea sp.,
Dactylogyrus sp., Gyrodactilus sp., dan Argulus sp.(kutu ikan). Parasit-parasit tersebut cukup
berbahaya bagi ikan betutu karena luka yang ditimbulkan dapat memberijalan bagi masuknya bakteri,
virus, dan jamur yang akan menimbulkan infeksi.
Pengendalian ekstoparasit dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Melakukan sanitasi kolam secara berkala dan teratur, yakni pengolahan kolam dan
pengapuran setiap 2 - 3 bulan sekali.
2. Melakukan penggantian air kolam sesering mungkin agar kualitas air kolam tetap
terjamin.
3. Membersihkan semua kotoran (sampah/sedimen) yang berada di dalam kolam agar
tidak menjadi tempat berkembangbiaknya parasit yang membahayakan ikan.
Sedangkan pemberantasan ekstoparasit dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Bila ikan yang terserang masih sedikit, pemberantasan ekstoparasit dilakukan secara
mekanis, yakni mengambil parasitnya dengan pinset lalu mengambil parasitnya dengan pinset
lalu mengobati luka-luka pada ikan yang diserang dengan betadin atau obat-obatan
sejenisnya.
2. Bila ikan yang terserang sudah bersifat massal, pengobatan dapat dilakukan dengan
salah satu cara sebagai berikut :
a. Larutkan 20 kg garam dapur ke dalam 1 m3 air bersih, kemudian ikan-ikan yang
terserang penyakit parasiter dicelupkan ke dalamnya selama ± 5 menit. Setelah
dicelupkan ke dalam larutan garam dapur, ikan dikembalikan lagi ke dalam kolam yang
telah disanitasi.
b. Ikan yang terserang ekstoparasit dapat juga diobati dengan larutan obat Dipterex
dengan dosis 0,5 - 1 ppm (0,5 - 1 cc) untuk 1 m3 air. Celupkan ikan-ikan betutu yang
terserang ekstoparasit ke dalamnya selama 24 jam. Bila dilakukan di dalam kolam tanpa
memindahkan atau mengentaskan ikannya, dosis obat yang diberikan dihitung
berdasarkan volume air kolam. Misalnya, kolam berukuran 10 m x 10 m dengan
kedalaman 1 m, maka obat Dipterex yang diberikan sebanyak 100 gram yang
dimasukkan ke dalam kolam secara merata. Kemudian, air kolam diaduk-aduk agar obat
Dipterex yang diberikan dapat tercampur air kolam secara merata. Selama dilakukan
pengobatan, kolam tidak dialiri air selama ± 22 - 24 jam. Setelah itu, kolam dapat dialiri
air dengan cara digelontor.
c. Cara lain adalah dengan menggunakan PK (Permanganat Kalicus) atau KMNO4,
dengan dosis 100 ppm. Caranya, buat larutan 100 gram PK ke dalam 100 liter air bersih
atau aquades, kemudian ikan yang terserang ekstoparasit dicelupkan ke dalam larutan
tersebut selama 10 menit. Kemudian, ikan dimasukkan lagi ke dalam kolam yang telah
disanitasi.
2. Endoparasit
Endoparasit menyerang ikan betutu dari bagian dalam tubuh ikan dengan cara masuk ke dalam
daging ikan atau usus sehingga menimbulkan bisul-bisul Contoh endoparasit adalah cacing dari
golongan Trematoda. Gejala serangan endoparasit sulit dideteksi sehingga penanganannya senng
terlambat. Apalagi, ikan betutu termasukjenis ikan camivor, sehingga mudah sekali terserang
endoparasit. .
Pengobatan endoparasit sangat sulit dilakukan lewat mulut (melalui makanan). Ikan betutu yang
tidak biasa makan jenis makanan buatan sulit dilakukan pengobatan. Bagi ikan betutu yang sudah
dibiasakan makan makanan tambahan berupa pellet pengobatan dapat dilakukan dengan cara
mencampur obat ke dalam pellet tersebut.
C. Jenis Penyakit dan Cara Pengendaliannya
Penyakit yang menyerang ikan merupakan interaksi yang sangat kompleks antara lingkungan,
organisme patogen, dan penanganan budi daya itu sendiri Jika kondisi ikan dan lingkungan
memungkinkan berkembangnya organisme pengganggu, maka ikan akan mudah terserang oleh
penyakit Misalnya, air tempat budi daya kotor, penuh sampah, keruh, air jarang diganti, dasar dan tepi
kolam terialu kasar/tajam sehingga mengakibatkan luka pada ikan. Luka-luka pada tubuh ikan
memungkinkan basil-basil penyakit melakukan penetrasi ke dalam tubuh ikan.
Penyakit pada ikan dapat juga terjadi karena nutrisi pakan yang diberikan kurang, baik
kuantitasnya maupun kualitasnya. Kondisi lingkungan budi daya yang tidak memenuhi syaratjuga
dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit, misalnya suhu air dan pH air yang tidak
cocok bagi kehidupan ikan). Penyakit seperti ini disebut penyakit non-infeksi Secara sederhana,
proses terjadinya penyakit dapat digambarkan sebagai Berikut.
Penyakit
Secara umum, tanda-tanda ikan betutu yang terserang suatu penyakit adalah sebagai berikut :
1. nafsu makan menurun drastic
2. memisahkan diri dari kelompoknya dan sering mengambang di permukaan air
3. gerakannya menjadi sangat lamban (ogah-ogahan)
4. bernafas tersengal-sengal (Jw : megap-megap) atau dropshy seperti kekurangan
oksigen
5. warna kulit pucat, timbul luka-luka, lendimya hilang (kesat) atau sangat berlendir, dan
seringkali kulitnya melepuh.
1. Penyakit Tidak Menular
Ada beberapa jenis penyakit ikan, termasuk ikan betutu, yang tidak menular, antara lain luka,
penyakit keturunan (herediter), dan penyakit kurang nutrisi.
a. Luka
Luka pada ikan dapat disebabkan oleh gesekan dengan bagian kolam yang kasar/tajam,
perlakuan yang kasar, dan gigitan organisme lain termasuk perkelahian antar ikan itu sendiri.
Terjadinya perlukaan pada ikan dapat dicegah dengan cara sebagai berikut :
1. Membuat kolam ikan sedemikian mpa sehingga kemungkinan untuk dapat
menimbulkan luka sangat kecil.
2. Memindahkan ikan dengan hati-hati agar ikan tidak mudah mengalami stress.
3. Memberikan pakan yang cukup, baik kuantitasnya maupun kualitasnya.
Lingkungan
Patogen
Ikan
4. Mengatur padat penebaran yang sesuai dengan kapasitas kolam pemeliharaan (padat
penebaran tidak terlalu tinggi).
5. Menjaga kebersihan kolam agar bibit penyakit tidak dapat berkembang di dalam kolam
pemeliharaan ikan.
6. Ikan yang terlanjur mengalami perlukaan diobati dengan Betadine atau sejenisnya
yang dioleskan pada luka-luka tersebut atau direndam ke dalam larutan PK 2 % selama 3 - 5
menit.
b. Penyakit Keturunan (Herediter)
Penyakit keturunan (herediter) disebabkan oleh faktor keturunan, misalnya scoliosis dan kerdil.
Pencegahan penyakit keturunan dapat dilakukan dengan menghindari terjadinya perkawinan dalam
satu keturunan (inbreeding).
c. Penyakit Kurang Nutrisi
Ikan yang menderita kurang nutrisi biasanya menjadi kurus, kepalanya besar, badannya menjadi
pipih, dan kerdil. Pencegahan sekaligus pengobatan terhadap ikan yang menderita kurang nutrisi
dapat dilakukan dengan cara pemberian pakan yang cukup, baik kuantitas maupun kualitasnya. Ikan
yang sudah terlanjur menjadi kerdil karena kekurang nutrisi sangat sulit untuk dipulihkan.
2. Penyakit Menular
Penyakit menular dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) golongan besar berdasarkan pada
organisme patogennya, yakni penyakit viral, penyakit bakterial, penyakit mikotik, dan penyakit parasiter
protozoa.
a. Penyakit Viral
Penyakit viral adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus. Tanda-tanda ikan yang
terserang penyakit viral adalah nafsu makan menurun, hidup menyendiri, gerakannya lamban,
dropshy, badannya kesat atau sangat berlendir, kulitnya melepuh dan timbul mozaik berwama merah,
hijau, dan lain-lain, tergantung pada jenis virusnya.
Pencegahan penyakit viral pada ikan betutu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pemberian pakan yang cukup, baik kuantitas maupun kualitasnya.
2. Sanitasi kolam secara teratur, minimal 3 bulan sekali.
3. Melakukan penggantian air kolam sesering mungkin, bila mungkin setiap hari air
kolam diganti dengan cara dialiri.
4. Menjaga kebersihan kolam agar tidak ada kotoran atau sampah yang dapat
mengundang bibit penyakit.
5. Ikan yang sudah terserang penyakit viral diambil dan dimusnahkan.
Pengobatan penyakit viral masih sulit dilakukan karena belum ditemukan jenis obat yang dapat
menanggulangi pengakit viral. Namun, penyakit viral dapat dikurangi dengan penyuntikan Terramysin
pada dosis 25 mg per kg berat tubuh ikan.
b. Penyakit Bakterial
Adalah penyakit bakterial disebabkan oleh infeksi oleh bakteri. Tanda-tanda ikan yang terserang
penyakit bacterial hampir sama dengan tanda-tanda pada ikan terserang penyakit viral, tetapi tidak
terdapat mozaik walaupun kulitnya juga melepuh.
Penyakit bacterial sering juga disebut dengan furunculoses. Bakteri yang menginfeksi adalah dari
species Aeromonas hidrophylla dan Pseudomonas.sp. Penyakit cacar adalah salah satu contoh
penyakit yang ditimbulkan oleh kedua bacteri tersebut. Penyakit inilah yang paling umum menyerang
semua jenis ikan. Tanda-tanda ikan yang terinfeksi bakteri Aeromonas hidrophylla dan
Pseudomonas.sp. adalah sebagai berikut.
1. Permukaan badan, terutama perut dan pangkal sirip, berwama merah dan sering
berdarah.
2. Kulit melepuh dan sisik hilang sebagian atau rusak.
3. Insang msak dan warnanya berubah dari merah menj adi keputih-putihan atau keabu-
abuan.
4. Lendir banyak yang hilang (kesat) sehingga tubuh ikan terasa kasar dan gerakannya
menghentak-hentak.
5. Semua sirip ikan mengalami kemsakan (Jw : gripis) atau pecah-pecah.
Pencegahan penyakit bakterial dapat dilakukan seperti pada penyakit viral. Sedangkan
pengobatannya dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut.
1. Perendaman dengan larutan PK dosis 2% selama 10 menit Perendaman diulangi
setiap 3 hari sekali sampai sembuh.
2. Penyuntikan dengan Oxytetracyclin HCl atau Teramycen dengan dosis 25 mgr tiap kg
berat tubuh ikan. Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung ikan arah ke belakang.
3. Pengobatan secara gabungan dari kedua cara tersebut di atas.
c. Penyakit Mikotik
Penyakit mikotik disebabkan oleh infeksijamur. Tanda-tanda ikan terkena penyakit mikotik mirip
dengan ikan terkena penyakit bakterial. Tanda-tanda khusus pada ikan yang terinfeksi jamur adalah
adanya benang-benang jamur (mycelium). Benang-benang tersebut seringkali sudah berbentuk
anyaman seperti kapas yang menempel, kemudian disertai kulit ikan yang terserang mengelupas.
Pada umumnya, jamur yang suka menyerang ikan adalah dari jenis Saphroregnia.sp.
Pencegahan penyakit mikotik sama dengan pencegahan penyakit bacterial atau viral, ditambah
dengan pemberian larutan garam dapur sebanyak 10 mgr per liter air. Sedangkan pengobatannya
dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut.
1. Perendaman ikan dengan larutan garam dapur pada dosis 20 gr per liter air bersih
selama 5 menit. Perendaman diulangi setiap 2 hari sekali sampai sembuh.
2. Perendaman dengan Methylen Blue pada dosis 5 ppm. Perendaman dapat dilakukan
di dalam kolam tanpa memindahkan ikan. Perendaman dilakukan selama ± 3 jam dan selama
perendaman tersebut diusahakan tidak ada air yang mengalir keluar atau masuk ke kolam.
Setelah 3 jam, kolam dialiri air dengan debit diperbesar (digelontor). Pengobatan semacam ini
dilakukan 2 hari sekali.
d. Penyakit Parasiter Protozoa
Penyakit parasiter protozoa disebabkan oleh serangan protozoa. Protozoa ini sebenamya
termasuk ke dalam endoparasit, namun karena ukurannya yang mikroskopis dan selalu disertai
degnan infeksi jamur, maka serangan protozoa ini senagja dimasukkan ke dalam kategori penyakit.
Protozoa yang menyebabkan penyakit ikan pada umumnya dari species Ichthyopthitius mulsifilis.F.
Protozoa ini amat kecil, sehingga hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Karena serangannya
atau keberadaannya dalam jumlah banyak, maka pada badan ikan tampak seperti bintik-bintik putih,
sehingga disebut sebagai penyakit bintik putih (White Spot Diseas). Protozoa ini sulit dikendalikan
karena diselimuti oleh selaput lendir yang sulit ditembus larutan obat. Protozoa ini menyerang ikan di
bawah selaput lendir yang merupakan benteng pertahanan utama bagi ikan. Jika kita ingin
mengobatinya secara efektif dengan menggunakan obat, maka kita harus merusak selaput lendir ikan.
Siklus hidup protozoa ini mengalami beberapa fase dan ada fase di mana protozoa ini "terpaksa"
meninggalkan tubuh ikan. Pada fase inilah obat-obatan dapat menghancurkannya. Adapun fase-fase
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Fase parasiter : Pada fase ini, protozoa menempel dan menetrasi lapisan lendir ikan
sehingga sulit ditembus oleh larutan obat-obatan.
2. Fase pre-cyste : Pada fase ini, protozoa melepaskan diri dari tubuh ikan sehingga
dengan mudah dihancurkan dengan larutan obat.
3. Fase cyste : Pada fase ini, protozoa membelah diri dan sangat sulit ditembus oleh
larutan obat karena dibentengi oleh lapisan lendir. Pada fase ini biasanya protozoa tersebut
menempel pada benda-benda di perairan.
4. Fase post-larva : Pada fase ini, benih-benih protozoa keluar dari cystenya dan
kondisinya sangat lemah sehingga larutan obat menjadi sangat efektif.
Penyakit parasiter protozoa (bintik putih) biasanya menyerang sirip dan insang ikan, terutama
anak-anak ikan. Tanda-tanda ikan yang terserang penyakit parasiter protozoa (bintik putih) adalah
sebagai berikut :
1. Ikan bergerak lamban dengan nafas tersengal-sengal karena insangnya banyak
ditempeli protozoa sehingga sulit menyerap oksigen dari air.
2. Pada sirip dan insang tampakjelas adanya bintik-bintik putih.
3. Ikan sering menggosok-gosokkan badannya pada benda-benda keras di tepi atau di
dasar kolam sehingga menimbulkan luka dan pendaharan yang diikuti dengan infeksi jamur.
Jamur yang menginfeksi biasanya dari jenis Saphrolegnia.sp.
Pencegahan serangan penyakit parasiter protozoa (bintik putih) dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. sanitasi kolam dan menjaga kebersihan kolam
2. penggantian air sesering mungkin dan kontinue
3. membersihkan segala kotoran dalam kolam, baik sampah organik maupun sampah
anorganik
4. setiap 3 (tiga) bulan sekali kolam diolah, dikeringkan, dan dikapur.
Pengobatan terhadap ikan yang terserang penyakit parasiter protozoa (bintik putih) dapat
dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut :
1. Pengobatan dengan menggunakan larutan Malachit Green Oxalate 0,5 gr ditambah 25
cc larutan formalin dalam 1 m3 air bersih. Ikan-ikan yang terserang penyakit bintik putih
direndam dalam larutan tersebut selama 12 - 24 jam. Air rendaman tersebut hams diaerasi
supaya ikan tidak kekurangan oksigen.
2. Buatlah larutan baku dengan cara melarutkan 10 gr Methylen Blue ke dalam 100 cc
air. Ikan-ikan yang terserang bintik putih dimasukkan ke dalam bak yang berisi air bersih 1 m3.
Ke dalam bak ini, bubuhilah 0,5 liter larutan baku, kemudian rendamlah ikan-ikan yang
terserang penyakit bintik putih selama 24 jam. Perendaman diulangi setiap selang 1 hari.
Larutan baku yang sudah pemah dipakai tidak boleh dipakai lagi.
3. Perendaman dengan larutan garam dapur pada konsentrasi 3 gr per liter air.
Rendamlah ikan yang terserang penyakit bintik putih di dalam larutan garam dapur tersebut
selama 5 - 10 menit. Perendaman diulangi lagi selama 3 hari berturut-turut.
BAB VII
ANALISIS EKONOMI
PEMBESARAN IKAN BETUTU
Budi daya ikan betutu sebenamya dapat dibagi menjadi dua bidang usaha, yakni usaha
pembenihan dan usaha pembesaran. Usaha pembenihan secara khusus memproduksi benih dan
menjualnya kepada pengusaha pembesaran. Sedangkan usaha pembesaran secara khusus
membesarkan benih hingga mencapai ukuran konsumsi dan menjualnya kepada konsumen. Secara
ekonomis, kedua jenis usaha ini dapat dianalisis sendiri-sendiri untuk mendapatkan gambaran tentang
keuntungan yang akan diperoleh oleh pengusaha pembenihan ataupun pengusaha pembesaran.
Pada buku ini disajikan contoh analisis usaha pembesaran ikan betutu skala rumah tangga (skala
kecil) denganjumlah benih sebanyak 1.000 ekor. Contoh analisis ini hanya sekedar untuk memberi
gambaran kepada calon pengusaha pembesaran ikan betutu bahwa usaha tersebut dapat
mendatangkan keuntungan yang cukup besar jika pengelolaannya dilakukan secara intensif. Harga
yang tercantum dalam analsis ini tentu saja dapat beruba-ubah sesuai dengan tempat dan kondisi
perekonomian di negara kita. Harga yang disajikan dalam analisi ekonomi pada buku ini adalah harga
yang berlaku tahun 2000 di daerah Semarang dan sekitarnya.
1. Modal Tetap
1. Sewa tanah 200 m2 selama 5 tahun = Rp 1.000.000,00
2. Pembuatan kolam (10 x 10 x 1,25) m = Rp 1.750.000,00
3. Pembuatan bak penampungan (2 x 2 x 1) m = Rp 500.000,00
4. Pembelian blower 40 titik = Rp 600.000,00
5. Pembelian 1 set alat-alat = Rp 100.000,00
6. Pembuatan saluran air = Rp 50.000,00
7. Pembelian tabung oksigen((3 m3) = Rp 500.000,00
8. Gudang sekaligus rumah jaga = Rp 3.000.000,00
9. Pagarbambu = Rp 150.000,00
10. lain-lain = Rp 250.000,00
Jumlah = Rp 7.900.000,00
2. Bea Operasional : 1 kalipanen (± 7 bulan)
1. Pembelian benih ikan betutu 1.000 ekor
@ 100 gr = 100 kg. @ Rp 70.000,00 = Rp 7.000.000,00
2. Pembelian pakan alami 500 kg
@ Rp2.500.00 = Rp 1.250.000,00
3. Pembelian pakan buatan (pellet) 100kg
@ Rp 2.500,00 = Rp 250.000,00
4. Obat-obatan = Rp 15.000,00
5. Tenaga kerja 7 bulan @ Rp 250.000.00 = Rp 1.750.000,00
6. Transportasi = Rp 300.000,00
7. Penyusutan = Rp 250.000,00
8. Lain-lain = Rp 150.000,00
Jumlah = Rp 10.965.000,00
3. Bunga Bank
2 % x 7 bin x (Rp 7.900.000 + Rp 10.965.000) = Rp 2.641.100,00
4. Beaya Pembesaran Ikan Betutu
Bea operasional + Bunga Bank :
Rp 10.865.000,00 + Rp2.641.100.00 = Rp 13.606.100,00
5. Beaya/Modal Keseluruhan
Modal tetap + Bea operasional + Bunga Bank :
Rp 7.900.000 + Rp 10.865.000 + Rp 2.641.100 = Rp 21.506.100.00
6. Keuntungan (Sisa Hasil Usaha)
1. Jika kematian benih diasumsikan 25 %, maka ikan yang hidup hingga ukuran
konsumsi adalah 75 % x 1.000 ekor = 750 ekor.
2. Jika berat rata-rata 1 ekor ikan 0,4 kg, maka hasil panen adalah 750 x 0,4 kg = 300 kg.
3. Jika hargajual ikan betutu (harga minimal) adalah Rp 70.000,00/kg, maka hasil
penjualan ikan adalah 300 x Rp 70.000,00 = Rp 21.000.000.00.
4. Jadi, keuntungan yang diperoleh adalah : Rp 21.000.000,00 - 13.606.100,00 = Rp
7.393.900,00.
7. Titik Impas Pulang Modal (BEP)
Rp 21.506.100,00 —————————x panen = 2,9 atau 3 kali panen.Rp 7.393.900,00
Bila 1 (satu) kali panen 7 bulan, maka dalam waktu 21 bulan atau dibulatkan 24 bulan modal
usaha sudah kembali.
8. Tingkat Kelayakan Usaha (B/E Ratio)
Rp 13.606.100,00 X
Rp 7.393.900,00 = 1,84
9. Effisiensi Penggunaan Modal
Rp 7.393.900,00 x
Rp21.506.100.00 100 % = 34,37 %
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Perikanan Jawa Tengah Dalam Angka. Dinas Perikanan Prov. Jawa Tengah. Semarang.
___. 1980. "Marbled Goby (Oxyeletris marmorata) and its Prospect." Dalam: INFIS News Letter.II. (03): 2 - 4.
___. 1989. "Cukture ofCoby (Oxyeletris marmoratus.) in Impounding Net." Dalam: INFIS. News Letter.!. (03) : 9.
___. 1990. Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Air Tawar (Jenis-Jenis Ikan Ekonomis Penting). Dirjen. Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta.
___. 1995. "Betutu dan Budi Daya." Dalam: Techne. III. (18): 29 - 31.
Davis HS. 1961. Cukture and Diseases of Games Fishes. University of California Press. Berkeley and Los Angeles.
Djajasewaka, HA. Widiyati dan Tarupay. 1992. "Pematangan Gonade Induk Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata. Bleeker.) dengan Pemberian Berbagai Jenis Pakan." Dalam: Prodding Seminar HasilPenelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta. 235 - 238.
Karwapi. 1977. "Pendidikan Keterampilan Perikanan." Dalam: TIMBUL. Bandung.
Mulyono. D. 1990. "Mungkinkah Ikan Betutu/Ikan Malas Menjadi Ikan Primadona." Dalam: Majalah Dinas Perikanan. No. 18/Th. IV/1990. Semarang.
Rohim.A. 1992. "Inventasi Parasit pada Benih Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata. Bikr.^ dari Pamng Bogor Jawa Barat." Dalam: Skripsi. Fak. Perikanan. Bogor.
Rumawas. dkk. 1989. Uji Coba Pembenihan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata. Bikr./ Lembaga Penelitian TPB. Bogor.
Tavarutmaneegul. F. and Lin. 1988. "Breeding and Rearing of Sand Coby Betutu Oxyeleotris marmorata. Bikr.)." Dalam: Fry Aquaculture. Chulalongkom University. Bangkok.
Wahyuningrum. RD. 1991. "Perkembangan Larva Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata.Blkr.) yang dipelihara di Kolam dan Tangki." Dalam : Tesis. Fak. Perikanan. Bogor.