Download - BIMBINGAN KONSELING
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan,
mengamanatkan bahwa setiap satuan pendidikan harus menyusun kurikulum yang
disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP.
Pada penerapan KTSP, Guru Bimbingan Konseling di sekolah memberikan
pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam memfasilitasi “Pengembangan Diri”
siswa sesuai minat , bakat serta mempertimbangkan tahapan tugas
perkembangannya. Mengingat adanya keberagaman individu siswa maupun
keberagaman kemampuan Guru Bimbingan Konseling di sekolah maka perlu
ditegaskan bahwa pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah harus menyusun
program guna mengakomodasi Undang-undang nomor 20 tahun 2003 dan
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tersebut beserta peraturan-peraturan
yang menyertainya.
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya memuat
struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya disusun dan dilaksanakannya
program pengembangan diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru,
atau tenaga pendidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan
pelayanan Bimbingan dan Konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi,
kehidupan social, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal,
dalam bimbingan pribadi, social, belajar dan karir, melalui berbagai jenis
pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistemik dalam
memfasilitasi individu mencapai perkembangan yang optimal, pengembangan
perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan peningkatan
keberfungsian individu dalam lingkungannya. Semua perilaku tersebut merupanan
proses perkembangan yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan.
Pengampu bimbingan dan konseling adalah guru bimbingan dan konseling atau
konselor yang merupakan salah satu kualifikasi pendidik.
Dalam permendiknas Nomor 23 tahun 2006 dirumuskan SKL yang harus dicapai
peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka kompetensi peserta
didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling
adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self actualization) dan
pengembangan kapasitasnya (capacity development) yag dapat mendukung
pencapaian kompetensi lulusan. Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam
mencapai SKL akan secara signifikan menunjang terwujudnya pengembangan
kemandirian.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan bimbingan konseling?
2. Apa saja tujuan bimbingan konseling?
3. Apa saja fungsi bimbingan konseling?
4. Apa saja asas-asas dalam bimbingan konseling?
5. Apa saja jenis-jenis dalam bimbingan konseling?
6. Bagaimana langkah kerja program bimbingan konseling?
7. Apa saja prinsip-prinsip bimbingan konseling?
8. Apa saja aspek-aspek program bimbingan konseling?
9. Bagaimana kegiatan pokok dalam bimbingan konseling?
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bimbingan konseling
2. Mengetahui tujuan bimbingan konseling
3. Mengetahui fungsi bimbingan konseling
4. Mengetahui asas-asas dalam bimbingan konseling
5. Mengetahui jenis-jenis dalam bimbingan konseling
6. Mengetahui langkah kerja program bimbingan konseling
7. Mengetahui prinsip-prinsip bimbingan konseling
8. Mengetahui aspek-aspek program bimbingan konseling
9. Mengetahui kegiatan pokok dalam bimbingan konseling
D.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku (SK
Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam
memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal,
pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan
fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku
tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara
individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif.
Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting
untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu
dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah
dan memperbaiki perilaku.
Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan
mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi,
melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (Naskah
Akademik ABKIN, Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal,
2007).
Merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan
untuk guru pembimbing dimantapkan menjadi ’Konselor.” Keberadaan konselor
dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi
pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor,
widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6).
Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu
dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik,
termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting
layanan spesifik yang mengandung keunikan dan perbedaan.
Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan
konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak
adanya landasan hukum, undang-undang atau ketentuan dari atas, namun yang
lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya
secara optimal (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-
spiritual).
Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan bahwa layanan
bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena
banyaknya masalah peserta didik di Sekolah/Madrasah, besarnya kebutuhan
peserta didik akan pengarahan diri dalam memilih dan mengambil keputusan,
perlunya aturan yang memayungi layanan bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik dalam aspek ketenagaan
maupun manajemen.
Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik dalam
pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta
memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya untuk
peserta didik yang bermasalah tetapi untuk seluruh peserta didik. Layanan
bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik tertentu atau yang
perlu ‘dipanggil’ saja”, melainkan untuk seluruh peserta didik.
B. TUJUAN BIMBINGAN KONSELING
Tujuan layanan bimbingan ialah agar siswa dapat :
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupan-nya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik
secara optimal.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat
serta lingkungan kerjanya.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan
untuk :
1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas
perkembangannya.
2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di
lingkungannya,
3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana
pencapaian tujuan tersebut
4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan
lembaga tempat bekerja dan masyarakat.
6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara
optimal.
C. FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik
(siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan
pemahaman ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya
secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis
dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.
Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang
cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi,
informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu
diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah
laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras,
merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free
sex).
3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif
dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa.
Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai
teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan
program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya
membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan
yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi
kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan
karyawisata.
4. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat
kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada
siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan
remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih
kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan
ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu
bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga
pendidikan.
6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan
program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan,
dan kebutuhan siswa (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai
mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam
memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi
Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun
menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa.
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa)
agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis
dan konstruktif.
D. ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING
Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling
sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.
1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang peserta didik
(konseli) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang
tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data
dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (konseli) mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan
tersebut.
3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat
terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan
tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan
materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini
guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta
didik (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas
kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi
sasaran layanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, guru
pembimbing terlebih dahuu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi
secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam
hal ini guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam
setiap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan
baginya.
5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk
pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik (konseli)
sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi
siswa-siswa yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri
sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan
serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan
peserta didik (konseli) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang
berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat
dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang
diperbuat sekarang.
7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (konseli) yang
sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan
pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma
yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat,
ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau
kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan
apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang
dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik
(konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma
tersebut.
10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas
dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar
ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru
pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis
layanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu
kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih
tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian
pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata
pelajaran/praktik dan lain-lain.
E. JENIS- JENIS KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING
1. Bimbingan akademik
Bertujuan:
a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif.
b. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat
c. Memiliki keterampilan belajar yang efektif.
d. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
belajar/pendidikan.
e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
f. Memiliki keterampilan membaca buku.
2. Bimbingan pribadi/social
Bertujuan:
a. Mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.
b. Memiliki pemahaman ttg irama kehidupan yg bersifat fluktuatif (antara
anugrah dan musibah) dan mampu meresponnya dg positif.
c. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif
d. Memiliki sikap respek thd diri sendiri
e. Dapat mengelola stress
f. Mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang diharamkan agama
g. Memahami perasaan diri dan mampu mengekspresikannya secara wajar
h. Memiliki kemampuan memecahkan masalh
i. Memiliki rasa percaya diri
j. Memiliki mental yang sehat
3. Bimbingan karier
Bertujuan:
a. Memiliki pemahaman tentang sekolah-sekolah lanjutan.
b. Memiliki pemahaman bahwa studi merupakan investasi untuk meraih
masa depan.
c. Memiliki pemahaman tentang kaitan belajar dengan bekerja.
d. Memiliki pemahaman tentang minat dan kemampuan diri yang terkait
dengan pekerjaan.
e. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir.
f. Memiliki sikap positif terhadap pekerjaan.
g. Memiliki sikap optimis dalam menghadapi masa depan.
h. Memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan yang terkait dg
pekerjaan.
4. Bimbingan keluarga
Bertujuan:
a. Memiliki sikap pemimpin dalam keluarga
b. Mampu memberdayakan diri secara produktif
c. Mampu menyesuaikan diri dengan norma yang ada dalam keluarga
d. Mampu berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang
bahagia.
Tujuan diberikannya layanan Bimbingan dan Konseling
1. Menghayati nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam berperilaku
2. Berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek
nilai dan berani menghadapi resiko.
3. Memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-control) dalam
mengekspresikan emosi atau dalam memenuhi kebutuhan diri.
4. Mampu memecahkan masalah secara wajar dan objektif.
5. Memelihara nilai-nilai persahabatan dan keharmonisan dalamberinteraksi
dengan orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kodrati laki-laki atau perempuan sebagai
dasar dalam kehidupan sosial
7. Mengembangkan potensi diri melalui berbagai aktivitas yang positif
8. Memperkaya strategi dan mencari peluang dalam berbagai tantangan
kehidupan yang semakin kompetitif.
9. Mengembangkan dan memelihara penguasaan perilaku, nilai, dan
kompetensi yang mendukung pilihan karir.
10. Meyakini nilai-nilai yg terkandung dalam pernikahan dan berkeluarga
sebagai upaya untuk menciptakan masyarakat yg bermartabat.
F. LANGKAH-LANGKAH PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Langkah-langkah Program Bimbingan dan Konseling
Slameto (1996:140) langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
penyusunan program bimbingan dan konseling antara lain:
a. Menginventarisasikan masalah dan kebutuhan yang ada. Seharusnya
yang diperhatikan adalah masalah yang rill dihadapi siswa atau
kebutuhan siswa sehubungan dengan masa perkembangannya.
Inventarisasi hendaknya didasarkan pada pengamatan yang diteliti atau
menggunakan metode kuesioner, wawancara, checklist, dan
sebagainya.
b. Menentukan prioritas masalah atau kebutuhan yang akan ditangani
lewat program bimbingan dan konseling. Proiritas ini perlu ditentukan
mengingat kemampuan tenaga yang ada.
c. Menentukan teknik atau kegiatan dan pendekatan menolong yang tepat
dengan permasalahan atau kebutuhan yang hendak ditangani tadi.
d. Menentukan pelaksanaan untuk masing-masing kegiatan yang hendak
dilakukan dalam rangka pelaksanaan program bimbingan dan
konseling.
e. Evasluasi kerja dilakukan setelah kurun waktu kerja yang telah
ditentukan, apakah untuk jangka waktu satu semester ataukah satu
tahun.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah perlu mengikuti pola
kerja yang sistematis, sehingga program bimbingan dan konseling dapat
terlaksana dengan baik. Tanpa sistem kerja yang baik, pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah akan kurang efektif.
G. PRINSIP- PRINSIP BIMBINGAN KONSELING
Prinsip – prinsip Bimbingan Konseling, antara lain :
1. Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala
kejiwaannya adalah unik dan khas. Keunikan ini memberikan ciri atau
merupakan aspek kepribadian seseorang. Prinsip bimbingan adalah
memerhatikan keunikan, sikap, dan tingkah laku seseorang, sehingga
dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang
sesuai/tepat.
2. Tiap individu memunyai berbagai kebutuhan yang berbeda. Oleh
karenanya, dalam memberikan bimbingan yang efektif, perlu memilih
teknik-teknik yang sesuai dengan perbedaan dan berbagai kebutuhan
individu.
3. Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan, sehingga pada
akhirnya orang yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi
kesulitannya sendiri.
4. Dalam suatu proses bimbingan, orang yang dibimbing harus aktif dan
banyak berinisiatif, karena proses bimbingan pada prinsipnya berpusat
pada orang yang dibimbing.
5. Prinsip pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi apabila
masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oleh sekolah (guru
bimbingan). Untuk menangani masalah tersebut, perlu diserahkan kepada
petugas/lembaga lain yang lebih ahli.
6. Pada tahap awal bimbingan, pada prinsipnya dimulai dengan kegiatan
identifikasi kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang dialami individu
yang dibimbing.
7. Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan secara fleksibel, sesuai
dengan kebutuhan yang dibimbing dan kondisi lingkungan
masyarakatnya.
8. Program bimbingan dan konseling di sekolah harus sejalan dengan
program pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan
keharusan karena usaha bimbingan memunyai peran untuk memperlancar
jalannya proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.
9. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaklah
dipimpin oleh seorang konselor/guru yang benar-benar memiliki keahlian
dalam bidang bimbingan. Selain itu, ia memunyai kesanggupan bekerja
sama dengan konselor/guru lain yang terlibat.
10. Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya senantiasa
dievaluasi secara teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan program
bimbingan. Sayangnya, tahap evaluasi dalam layanan bimbingan
konseling ini tampaknya masih sering dilupakan. Padahal sebenarnya
tahap evaluasi sangat penting artinya, di samping untuk menilai tingkat
keberhasilan juga untuk menyempurnakan program dan pelaksanaan
bimbingan dan konseling
H. ASPEK- ASPEK PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Penyusunan program bimbingan dan konseling dapat dikerjakan oleh tenaga
ahli bimbingan atau guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah
dengan coordinator bimbingan dan konseling yang melibatkan tenaga
bimbingan yang lain. Penyusunan program bimbingan dan konseling harus
merujuk pada kebutuhan sekolah secara dan lingkup bimbingan dan
konseling di sekolah.
Achmad Juntika Nurihsan (2005:27) menguraikan aspek-aspek dalam
pengelolaan layanan bimbingan dan konseling disekolah yaitu:
a. Perencanaan program dan pengaturan pelaksanaan bimbingan dan
konseling
b. Pengorganisasian bimbingan dan konseling.
c. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling
d. Mekanisme kerja pengadministrasian kegiatan bimbingan kegiatan
bimbingan dan konseling
e. Pola penanganan peserta didik
f. Pemanfaatan fasilitas pendukung kegiatan bimbingan dan konseling
g. Pengarahan supervise dan penilaian kegiatan bimbingan dan konseling
Untuk lebih jelasnya masing-masing aspek akan di uraikan sebagai
berikut:
a. Perencanaan Program dan Pengaturan Waktu Pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling
Jika melakukan sebuah kegiatan tentunya harus dilakukan
perencanaan terlebih dahulu agar sesuai dengan program atau tujuan
kegiatan tersebut. Perencanaan adalah suatu proses, ini merupakan
sebuah kegiatan yang teratur rapi dalam menyiapkan dan
mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
Berkaitan dengan perencanaan program layanan bimbingan dan
konseling Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto (2005:28)
mengemukakan ada beberapa aspek kegiatan penting yang perlu
dilakukan yaitu:
1) analisis kebutuhan dan permasalahan siswa
2) penentuan tujuan program layanan bimbingan dan konseling yang
hendak dicapai
3) analisis situasi dan kondisi disekolah
4) penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan
5) penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam
kegiatan
6) penetapan personel-personelyang akan melaksanakan kegiatan
yang akan ditetapkan
7) persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan
bimbingan yang direncanakan
8) perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan
usaha-usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan-
hambatan.
Dalam merencanakan program bimbingan dan konseling, faktor waktu
perlu mendapat perhatian. Guru bimbingan harus dapat mengatur
waktu untuk menyusun, melaksanakan, menilai, mengalisis dan
menindak lanjuti program kegiatan bimbingan dan konseling.
b. Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling
Pengorganisasian dalam layanan bimbingan dan konseling berkenaan
dengan bagaimana pelayanan dikelola dan organisasi. Pengelolaan
dan pengroganisasian pelayanan bimbingan dan konseling berkaiatan
dengan model dan pola yang dianut oleh suatu sekolah. sistem
pengorganisasian pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
tertentu bisa diketahui dari struktur organisasi sekolah bersangkutan.
Dari struktur organisasi tersebut juga bisa diketahui pola dan model
apa yang digunakan oleh sekolah bersangkutan
c. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
Unsur-unsur utama yang tedapat didalam tugas pokok guru
pembimbing Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto (2005:35)
meliputi: (a) bidang-bidang bimbingan, (b) jenis-jenis layanan
bimbingan dan konseling, (c) jenis-jenis kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling, (d) tahapan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling, (e) Jumlah siswa yang menjadi tanggung
jawab guru pembimbing untuk memperoleh layanan (minimal 150
siswa).
Tugas pokok guru pembimbing perlu dijabarkan dalan program-
program kegiatan. Program-program kegiatan itu perlu terlebih dahulu
disusun dalam bentuk satuan-satuan kegiatan nantinya akan
merupakan wujud nyata pelayanan langsung bimbingan dan konseling
terhadap siswa asuh.
Program yang telah direncanakan/disusun dilaksanakan melalui :
1) persiapan pelaksanaan
a) persiapan fisik
b) persiapan personel
c) persiapan keterampilan menggunakan motode, teknik khusus.
d) persiapan keterampilan menggunakan metode, teknik khusus,
media dan alat
e) persiapan administrasi
2) pelaksanaan kegiatan sesuai rencana :
a) penerapan metode, teknik khusus, media dan alat
b) penyimpanan bahan
c) pengaktifan nara sumber
d) efisiensi waktu
e) administrasi pelaksanaan.
d. Mekenisme Kerja Pengadministrasian Kegiatan Bimbingan dan
Konseling
Agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat
berjalan secara teratur dan tercapai tujuan, maka perlu ada
administrasi yang baik, teratur dan mantap, maka proses layanan
bimbingan dan konseling tidak akan mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan.
Dengan administrasi yang baik teratur dan mantap setiap proses
personel bimbingan mengetahui posisinya masing-masing, baik
berupa tugas, tanggung jawab maupun wewenang. Dengan
memahami, mengetahui dan melaksanakan tugas, tanggung jawab,
maupun wewenang yang dibebankan kepada masing-masing personel
bimbingan, maka terciptalah suatu meknisme kerja yang mantap.
e. Pola Penanganan Peserta Didik
Pembinaan peserta didik dilaksnaakan oleh seluruh unsur pendidikan,
yaitu personel sekolah, orang tua, masyarakat, dan aparat pemerintah,
dengan pola penanganan secara terpadu pada masing-masing unsur
pendidikan tersebut.
f. Pemanfaatan Fasilitas Pendukung Kegiuatan Bimbingan dan
Konseling
Fasilitas dan pembiayanaan merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan dalamsuatu program bimbingan. Dana diperlukan untuk
menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, seperti
perlengkapan administrasi, kunjungan rumah, penyusunan laporan
kegiatan. Dalam hal ini perlu diingatkan bahwa kekurangan dana tidak
selayaknya mengendurkan semangat para pelaksana untuk
menyelenggarakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab.
g. Pengarahan, Supervisi, dan Penilaian Kegiatan Bimbingan dan
Konseling
Pengarahan merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan
diri program bimbingan dan konseling. Pengarahan dalam program
bimbingan dan konseling itu penting : (a) untuk menciptakan suatu
koordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf yang ada, (b) untuk
mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan
(c) memungkinkan kelancaran dan efektifitas pelaksanaan program
yang telah direncanakan.
Supervisi merupakan salah satu tahap penting dalam program bimbingan
dan konseling. Manfaat supervisi dalam program bimbingan dan
konseling, yaitu : (a) mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel
bimbingan, bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka
masing-masing, (b) mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan
yang ditemui oleh para personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya
masing-masing, (c) memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap
hambatan-hambatan dan permasalahan-permasalahan yang ditemui, (d)
memungkinkan pelaksanaan program bimbingan secara lancar kearah
pencapaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.
Penilaian merupakan langkah penting dalam program bimbingan dan
konseling, tanpa penilaian tidak mungkin dapat diketahui keberhasilan
pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah direncanakan.
Penilaian program bimbingan dan konseling merupakan usaha untuk
menilai sejauh mana pelaksanaan itu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Ada dua macam penilaian program bimbingan dan konseling, yaitu
penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk
mengetahui sampai sejauh mana keefektifan layanan bimbingan dilihat
dari hasilnya.
Aspek yang dinilai baik proses maupun maupun hasil antara lain : (a)
kesesuaian antara program dan pelaksanaannnya, (b) keterlaksanaan
program, (c) hambatan-hamabatan yang dijumpai, (d) dampak layanan
bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar, (e) respon siswa, personel
sekolah, orang tua atau masyarakat terhadap layanan bimbingan, (f)
perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan
bimbingan.
I. KEGIATAN POKOK BIMBINGAN DAN KONSELING
Macam-macam layanan bimbingan dan konseling :
1. Layanan Orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta
didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di
lingkungan yang baru itu.
2. Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi
pendidikan dan jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien).
3. Layanan Penempatan dan penyaluran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya
penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ektrakulikuler)
sesuai dengan potensi, bakat, minat erta kondisi pribadinya.
4. Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam
menguasai meteri pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan
dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
5. Layanan Konseling Individual
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan
guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan
pribadi yang dideritanya.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh
berbagai bahan dari nara sumber tertentu (teruama dari guru pembimbing)
dan/atau membahas secara bersama-ama pokok bahasan (topik) tertentu yang
berguna untuk menunjanguntuk pemahaman dan kehidupannya mereka
sehari-hari dan/atau untuk pengembangan kemampuan sosial, baik sebagai
individu maupun sebagai pelajar, serta untuk pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.
7. Layanan Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
(klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang
dibahas itu adalah maalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota kelompok.
Kegiatan Pendukung diantaranya :
1. Aplikasi Instrumentasi
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan
data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien), keterangan tentang
lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data
ini dapat dilakukan denagn berbagai cara melalui instrumen baik tes maupun
nontes.
2. Himpunan Data
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun
seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan
peserta didik (klien). Himpunan data perlu dielenggarakan secara
berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup.
3. Konferensi Kasus
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas
permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum
pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat
memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan ini dalam rangka konferensi
kasus bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk memperoleh data,
keteranang, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan
peserta didik (klien) melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini
memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga klien
yang lainnya.
5. Alih tangan kasus
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk mendapatkan
penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta
didik (klien) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak
lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat dan amntap antara
berbagi pihak yang dapat memberikan bantuan dan atas penanganan masalah
tersebut (terutama kerjasama dari ahli lain tempat kasus itu dialihtangankan).
Kegiatan layanan dan pendukung bimbingan dan konseling ini, kesemuanya
saling terkait dan saling menunjang baik langsung maupun tidak langsung. Saling
keterkaitan dan tunjang menunjang antara layanan dan pendukung itu menyangkut
pula fungsi-fungi yang diemban oleh masing-masing layanan/kegiatan pendukung
.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. BIMBINGAN DAN KONSELING.
http://www.a741k.web44.net/BIMBINGAN%20DAN
%20KONSELING.htm.
Diunduh 16 Juni 2013.
Anonim. 2011. Pengertian Bimbingan Konseling.
http://www.sarjanaku.com/2011/01/pengertian-bimbingan-konseling.html.
Diunduh
16 Juni 2013.
Anonim. 2013. Program BK. http://rengenanda.blogspot.com/2013/03/program-
bk.html.
Diunduh 16 Juni 2013.
Anonim. 2013. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling.
http://caramembuatblog4227.blogspot.com/2013/03/prinsip-prinsip-
bimbingan
konseling.html. Diunduh 16 Juni 2013.
Bandono. 2008. Program Kerja Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam KTSP
SMA Negeri
7 Yogyakarta.
http://bandono.web.id/2008/05/05/program-kerja-pelayanan
bimbingan-konseling-dalam-ktsp-sma-negeri-7-yogyakarta.php. Diunduh
16 Juni
2013.