Transcript
Page 1: Between Distance and Inner

Aisah, sungguh besar sekali harapanku hendak hidup didekatmu dan akan berkhidmat

kepadamu dengan segenap daya dan upaya, supaya mimpi yg telah engkau rekatkan sekian

lamanya bisa terkabul. Supaya dapat segala kesalahan yg besar-besar yg telah kuperbuat

terhadap dirimu aku tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita, engkau

renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri tergantung.

Seketika aku meninggalkan rumahmu, hanya namamu yg tetap jadi sebutanku. Dan

agaknya kelak, engkaulah yang akan terpatri dalam doaku bila aku menghadap Alloh di

akhirat… Bagaimana bisa tahu, sedangkan umurku di tangan Alloh ? Jika aku mati terlebih

dahulu, dan masih sempat engkau ziarah ke tanah pusaranku, bacakan doa di atasnya, tanamkan

di sana daun dan bunga yang suci dan harum dari bekas tanganmu sendiri, untuk jadi tanda

bahwa di sanalah terkubur seorang laki – laki yang pernah berjuang dalam kepahitan.

Mengapa suratku ini banyak membicakan mati ? Entahlah Aisah, aku sendiri pun heran,

seakan-akan kematian itu telah dekat datangnya. Kalau aku tiada lebih dulu daripada kamu,

jangan engkau berduka hati, melainkan sempurnakan permohonan do’a kepada Alloh Tuhan kita,

semoga jika banyak benar halangan pertemuan kita di dunia, terlapanglah pertemuan kita di

akhirat, pertemuan yang tidak akan diakhiri lagi oleh maut dan tidak dipisahkan oleh ragam

bentuk manusia…

Sangat penting bagiku untuk bersyukur, karena masih diberi umur dalam menyambut

bulan suci Romadhon ini kembali dan masih ingat tentangmu. Aku sangat bersyukur, meskipun

jarak kita jauh bahkan tidak lagi pernah bertemu, tapi kontak batinku terhadapmu masih sangat

besar dan kuat hingga detik ini higga tangan ini masih mampu untuk menulis sekelumit surat

disini. Semoga kita samasama mampu menjalankan ibadah seisinya terutama dalam bulan suci

ini.

Atas semua kesalahanku, kekhilafanku, kesombonganku, keangkuhanku mohon maafkan

seikhlas dan sejernih hatimu, dan biarlah penutup surat ini ku ambil perkataan yg paling enak

kuucapkan di mulutku sembari berkata “Aku cinta akan engkau, dan kalau aku sudah tiada,

adalah ketiadaanku di dalam mengenangkan engkau…”. Sampaikan salamku ke ibuk, ayah

sekaligus mas iyan ya Aisah.

I Miss You.

Muhammad Hanif Mahardika


Top Related