Transcript

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah telah mencanangkan Kurikulum 2013 untuk menjawab tantangan

internal maupun eksternal yang dihadapi bangsa Indonesia. Tantangan internal

tersebut terkait dengan pertumbuhan penduduk usia produktif yang diperkirakan

akan mencapai puncaknya pada 2020 – 2025 yang angkanya mencapai 70 %.

Tantangan eksternal lainnya terkait arus globalisasi dan berbagai isu terkait

masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, kebangkitan industri

kreatif dan budaya dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional

(Kemendikbud, 2013: 1- 2).

Tujuan penerapan Kurikulum 2013 adalah mempersiapkan manusia

Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara

yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi

pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Kemendikbud, 2013: 3).

Hal ini disebabkan implementasi Kurikulum 2013 menuntut kebutuhan terhadap

peningkatan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai penjamin mutu

(Kemendikbud, 2014: ii).

Adanya perubahan kurikulum, capaian prestasi anak didik tidak hanya

dilihat dari sisi akademisnya saja tetapi juga non akademis, yang mencakup tiga

pilar penjamin mutu, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kemendikbud,

2014: ii). Kepala sekolah diharapkan mampu berperan dalam mengorganisasi dan

mengoptimalkan seluruh potensi sekolah, termasuk merubah mind-set para guru

untuk membawa mereka menuju ke arah kemajuan dan perubahan.

Menyongsong penerapan Kurikulum 2013 di SMPN 11 Surakarta banyak

tantangan dan hambatan baik segi prestasi (akademik dan non akademik), sarana

prasarana dan lingkungan yang kurang mendukung proses pembelajaran. Hasil

kajian awal banyak komponen belum memenuhi Standar Pelayanan Minimal

(SPM) pendidikan sesuai Permendiknas No 15 Tahun 2010 (Permendikbud No 23

Tahun 2013). Luas sekolah hanya 2.032 m2 dan terdapat 18 rombel dengan

jumlah siswa 527 siswa (terkecil di antara 27 SMP negeri di Surakarta). Kondisi

2

sekolah sangat kotor dan tidak terawat. Sarana prasarana pendukung pembelajaran

sangat minim. Wacana relokasi sekolah yang sudah berlangsung lama,

menyebabkan program bantuan perbaikan sarpra jarang diperoleh sekolah ini.

Gambar 1. Kondisi Lingkungan SMPN 11 Surakarta bulan Februari 2012

Kedisiplinan siswa masih rendah dan kinerja guru belum memuaskan.

Banyak guru mengajar dengan ceramah, tidak bisa mengoperasikan komputer, dan

administrasi pembelajaran seadanya. Kegiatan pengembangan diri siswa dan guru

tidak berkembang, karena alasan keterbatasan dana sehingga banyak bakat siswa

tidak tersalurkan. Peran orangtua juga sangat rendah, terhadap program dan upaya

peningkatan mutu pendidikan. Program pendidikan gratis makin membuat banyak

orangtua makin apatis terhadap perkembangan sekolah.

Kondisi ini makin terpuruk dengan program Sekolah PLUS oleh Pemerintah

Kota (Pemkot) Surakarta pada tahun ajaran 2012/2013 dengan SK Walikota No

420/56-c/1/2012 tanggal 1 Juni 2012 (Pemkot Surakarta, 2012). Sekolah PLUS

adalah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan bagi peserta didik dari

keluarga kurang mampu (keluarga miskin) warga Kota Surakarta, di mana biaya

penyelenggaraan pendidikan dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Kota Surakarta dengan nama Bantuan Pendidikan Masyarakat Surakarta

(BPMKS). Proses seleksi masuk sekolah Plus pada tahun pelajaran 2012/2013

berdasarkan “tingkat kemiskinan” tanpa memperhatikan nilai akademik siswa.

Dampaknya, banyak warga mampu akhirnya mencari surat keterangan tidak

mampu agar bisa menyekolahkan sekolah di sekolah PLUS. Kondisi semacam ini

semakin memperburuk citra SMPN 11 Surakarta sebagai sekolah pinggiran, siswa

tidak disiplin, nakal, dan bodoh. Hasil Evaluasi Diri Sekolah (EDS) yang telah

dilakukan sekolah pada tahun pelajaran 2012/2013 seluruh komponen Standar

3

Nasional Pendidikan (SNP) belum mencapai Standar Pelayanan Minimal (SPM),

yang ditetapkan yang ditunjukkan dengan grafik pada lampiran

Sebagai upaya mengatasi hambatan-hambatan di atas, penulis selaku kepala

SMPN 11 Surakarta mengambil langkah perubahan manajemen dengan

Manajemen Citra (MANTRA) untuk membangun citra positif (image building)

sehingga mendongkrak prestasi sekolah. Bertolak dari pemikiran tersebut maka

penulis mengangkat pengalaman terbaik (best practices) dalam makalah berjudul

MANTRA: Mendongkrak Prestasi Sekolah „GAKIN‟ dalam Menyongsong

Penerapan Kurikulum 2013.

B. Permasalahan

Permasalahan yang perlu diatasi dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah langkah-langkah menggali potensi untuk mendongkrak prestasi

sekolah GAKIN melalui Manajemen Citra (MANTRA) di SMPN 11 Surakarta?

2. Apakah Manajemen Citra (MANTRA) mampu mendongkrak prestasi SMP

Negri 11 Surakarta.

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah best practice ini adalah:

1. Menentukan langkah-langkah untuk mendongkrak prestasi sekolah GAKIN

melalui Manajemen Citra (MANTRA) di SMPN 11 Surakarta.

2. Menginventaris hasil dan dampak penerapan Manajemen Citra yang mampu

mendongkrak prestasi SMPN 11 Surakarta.

D. Manfaat

1. Diperolehnya cara-cara menggali potensi dan sumberdaya sekolah melalui

MANTRA untuk mendongkrak prestasi SMPN 11 Surakarta.

2. Ditemukannya langkah-langkah penyelesaian masalah terbaik dan ekonomis

untuk mengembangkan potensi dan sumber daya di SMPN 11 Surakarta pada

khususnya dan penyelesaian masalah pendidikan pada umumnya.

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Telaah Konsep Manajemen Citra (MANTRA)

1. Pengertian Manajemen Citra (MANTRA)

Menurut Suharno (2014) “Manajemen” dan “Citra” merupakan dua kata

yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Citra sering juga disebut image.

Manajemen adalah aktivitas atau kegiatan mengelola sesuatu (personel atau

organisasi) secara efisien dan efektif, guna meraih suatu tujuan yang

dikehendaki. Manajemen Citra merupakan istilah yang sering dipakai dalam

manajemen perusahan/organisasi (public relation/PR) dengan maksud

membantu individu dan organisasi agar mau dan mampu membangun dan

mengembangkan citra diri dan organisasinya menjadi lebih baik.

Manajemen citra memegang peranan penting, karena menunjukkan siapa

diri kita dan mau diposisikan bagaimana. Muktiyo (2010:5) menyatakan bahwa

Manajemen Citra adalah konsep yang diartikan sebagai seni dan ilmu yang

dipergunakan agar kita disukai dan dihormati oleh semua pihak yang

berhubungan dengan kita. Sedangkan citra adalah kesan yang timbul karena

pemahaman akan suatu kenyataan.

Membangun citra (image building) dalam proses kehidupan, kita selalu

mempunyai tujuan agar hal yang ingin kita raih dapat terwujud. Menurut Sutojo

Siswanto yang dikutip Muktiyo (2014:44) keberhasilan membangun citra

(image) dipengaruhi banyak faktor antara lain: 1) citra dibangun berdasarkan

orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran;

2) manfaat yang ditonjolkan cukup realistis; 3) citra yang ditonjolkan sesuai

dengan kemampuan perusahaan, 4) citra mudah dimengerti kelompok sasaran;

dan 5) citra merupakan sarana, bukan tujuan usaha

Citra bisa positif dan bisa pula negatif. Semua orang atau organisasi

pasti ingin dicitrakan positif. Dengan citra yang positif, individu maupun

organisasi, akan mampu bertahan di tengah-tengah kancah persaingan yang

sangat kompetitif sekarang ini. Oleh karena itulah, mengelola citra diri atau

citra organisasi merupakan sesuatu yang amat sangat penting, bagi individu

5

maupun organisasi. Namun sayang belum semua individu dan organisasi

menyadarinya. Demikian juga instansi pendidikan. Banyak individu maupun

organisasi yang hanya berfikir sesaat dan pragmatis. Mereka menganggap

dirinya dan organisasinya, semuanya berjalan baik-baik saja, lancar-lancar saja,

tidak ada masalah. Dalam dunia pendidikan juga banyak yang menganggap

masalah manajemen citra ini tidak penting.

Seperti halnya di perusahaan, di lembaga pendidikan pun seiring dengan

tuntutan dan perubahan jaman, maka seorang pemimpin pendidikan (kepala

sekolah) harus mampu menyusun tahapan perencanaan untuk mendapatkan

citra yang diinginkan. Keinginan tersebut harus diorganisasikan dengan baik.

agar citra yang diidam-idamkan tidak keluar dari harapan. Citra sekolah yang

positif sangat berperan dalam mengembangkan sekolah di tengah perubahan

yang sangat kompetitif, terutama era menyongsong Kurikulum 2013

2. Peran Manajemen Citra dalam Menyongsong Kurikulum 2013

Penerapan MANTRA di lembaga pendidikan (sekolah) harus diawali

dari kepribadian pemimpinnya (kepala sekolah), karena citra sekolah akan

nampak dari citra kepala sekolahnya. Keberhasilan sekolah banyak ditentukan

oleh kepemimpinan kepala sekolahnya. Kepala sekolah yang ingin mendapat

citra positif, harus siap menjadi panutan dan teladan setiap warga sekolah.,

Setelah kepribadian terbentuk, maka akan mudah bagi kepala sekolah untuk

menggarap potensi-potensi di lembaga sekolah yang dipimpinnya, sehingga

mudah mempengaruhi dan menggerakkan warga sekolah untuk

memberdayakan diri agar lebih maju dan berkembang, sehingga akan diperoleh

citra positif sekolah. Hal ini akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat

sebagai konsumen pendidikan. Menurut Muktiyo Widodo (2014) dalam suatu

usaha, image memegang peranan yang mampu mengembangkan keuntungan

secara menyeluruh, loyalitas konsumen serta citra perusahaan.

Sebagai upaya menumbuhkan citra positif SMPN 11 Surakarta, penulis

sebagai kepala sekolah telah menerapkan upaya pembaharuan manajemen

melalui Manajemen Citra (MANTRA). Penerapan manajemen citra ini juga

terkait erat dengan harapan terciptanya sekolah yang berkualitas, yang tidak

6

hanya dilihat dari sisi akademik tetapi juga non akademik yang berkembang.

Hal ini juga sejalan dengan Kurikulum 2013 di mana salah satu karakteristiknya

adalah keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin

tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.

B. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

1. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah

Sebagai langkah mengatasi hambatan di SMPN 11 Surakarta adalah

dengan menerapkan strategi Manajemen Citra (MANTRA). MANTRA adalah

serangkaian aktivitas pengelolaan citra individu atau organisasi yang didasarkan

atas penilaian pihak lain. Penilaian baik-buruk dari pihak lain, merupakan suatu

hal yang bersifat jujur dan obyektif. Begitu pula dengan sekolah. Citra sekolah

yang positif sangat berperan dalam mengembangkan sekolah di tengah

perubahan yang sangat kompetitif, terutama era menyonsong Kurikulum 2013.

Dengan citra yang positif diharapkan dapat mendongkrak capaian prestasi

SMPN 11 Surakarta.

Strategi MANTRA di SMP Negeri 11 Surakarta, dilaksanakan dengan

langkah-langkah berikut:

a. Pengembangan budaya dan lingkungan sekolah yang berkarakter

b. Pengembangan semangat berkarya dan motivasi berprestasi

c. Pengembangan potensi diri siswa,

d. Pemberdayaan dan Peningkatan Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan

e. Komunikasi dan Sosialisasi Program Sekolah,

2. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah

Pemilihan MANTRA sebagai alternatif solusi untuk mengatasi masalah,

berdasarkan pertimbangan hal-hal berikut:

a. Citra sekolah makin terpuruk seiring penerapan sekolah PLUS, yaitu sekolah

yang hanya menerima siswa dari kalangan tidak mampu

b. Sumber daya yang ada sangat minim, sehingga perlu sosialisasi kegiatan

yang melibatkan peran serta warga masyarakat (orangtua, alumni, atau

masyarakat umum)

7

c. Banyak potensi/bakat warga sekolah (guru/siswa) belum berkembang secara

optimal karena belum diberdayakan.

d. Keterbatasan peran stake holder dalam membantu pengembangan sekolah

sehingga dibutuhkan kepedulian, rasa berbagi dan rasa handarbeni dari

warga sekolah untuk kemajuan sekolah.

C. Langkah Konkret Penerapan Manajemen Citra (MANTRA)

Strategi pelaksanaan MANTRA secara kongkrit telah dilakukan bersama

warga SMPN 11 Surakarta adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan budaya dan lingkungan sekolah yang berkarakter,

Bentuk kegiatannya sebagai berikut:

a. Pembiasaan: 1) rutin: upacara bendera, doa bersama, Jumatan, sholat duhur

berjamaah, piket pagi, ketertiban dan kedisiplinan kepala sekolah, guru dan

siswa; 2) Spontan: budaya sehari-hari (senyum, salam, sapa), dan kunjungan

rumah siswa yang terkena musibah; 3) keteladanan perilaku: rapi, sopan,

menghargai dan berempati kepada orang lain.

b. Kepedulian sosial: zakat penghasilan guru, hari berbagi untuk menggalang

dana PMI setiap tanggal 11, berbagi dengan tukang becak di Car Free Day

(CFD) mencari orangtua asuh (pribadi maupun GNOTA), biaya pendidikan

ke jenjang SMA, bakti sosial ke panti asuhan, buka puasa bersama anak

yatim, pengumpulan bantuan spontan (korban banjir dan gunung Kelud),

dan kegiatan rutin lainnya.

Gambar 2. Penyerahan zakat, laptop, dan

biaya pendidikan sampai jenjang SMA dari guru dan orangtua asuh

8

c. Peduli lingkungan, dengan menjaga kebersihan dan perilaku hidup sehat dan

bersih dengan kegiatan antara lain: lomba taman dan kebersihan kelas,

melukis pot gerabah, Greenschool, lomba daur ulang, melukis tong sampah,

kerjabakti di lingkungan dan sungai sekitar sekolah,

d. Menciptakan suasana kerja yang harmonis, terbuka, menjunjung kejujuran,

kebersamaan, dan kekeluargaan, dalam bentuk: rapat guru, wali kelas dan

staf secara rutin, transparansi administrasi pelaporan keuangan, workshop

standar pengelolaan, dan memprioritaskan anggaran untuk kegiatan:

pembelajara, pengembangan bakat minat siswa dan peningkatan kompetensi

guru dan karyawan.

Bukti-bukti pelaksanaan strategi ini pada lampiran 1.

2. Pengembangan Semangat Berkarya dan Motivasi Berprestasi

a. Memberikan teladan semangat untuk maju, berprestasi, dan pantang

menyerah dengan mengikuti lomba guru/kepala sekolah. Sebagai contoh

pada tahun 2012 mendapat penghargaan Walikota dan mendapatkan juara II

Lomba Kreatifitas Guru (LKG) Tk Nasional. Pada tahun 2013 mendapatkan

penghargaan prestasi pendidikan dari Pemkot Surakarta.

Gambar 3.

Penyerahan Penghargaan dari Mendikbud (Muhammad Nuh), Walikota

Surakarta (Joko Widodo), dan Kepala Dinas Dikpora Surakarta

(Ibu etty Retnowati)

b. Mengapresiasi setiap keberhasilan dan kontribusi warga sekolah dengan

memberikan reward dan diserahkan saat upacara bendera.

c. Melakukan pemenuhan dan pemberdayaan sarana prasarana untuk

menunjang kegiatan pembelajaran, peningkatan kompetensi guru maupun

pengembangan bakat siswa di bidang (1) teknologi informasi: penambahan

9

komputer, LCD, software pembelajaran; (2) buku pelajaran, buku

pendamping guru, buku pembelajaran inovatif dan penulisan Karya Ilmiah,

buku perpustakaan (novel/bacaan inspiratif lainnya), (3) sarana pembelajaran

per maple; (4) mading dan publikasi siswa, (5) kebutuhan alat-alat

ekstrakurikuler, misalnya alat musik, tari, ketrampilan (melukis, membatik,

menjahit).

Bukti-bukti kegiatan di atas disajikan dalam lampiran 2.

3. Pengembangan Potensi Diri Siswa

Menggali dan memberdayakan potensi peserta didik dalam berbagai

kegiatan pengembangan diri siswa berikut:

a. Ekstra Kurikuler: 1) bidang olahraga (sepakbola, futsal dan volley); 2)

kesenian (seni lukis, seni rupa dan tari, paduan suara, vocal grup, hadrah);

3) kepramukaan (senam pramuka, ketangkasan); 4) Palang Merah

Remaja/Kader Kesehatan; 5) Karya Ilmiah Remaja (KIR); 6) bimbingan

olimpiade (Matematika, IPA, IPS); 7) komputer; 8) Bahasa Inggris (drama

dan story telling).

b. Pembinaan Kerohanian: 1) Islam: Jumatan, pesantren ramadhan (pengajian,

merawat dan menyolatkan jenazah, manasik haji, tatacara wudhu dan sholat,

dan lomba adzan, baca Al Qur‟an; 2) Kristen/Katholik: persekutuan,

kebaktian kebangunan rohani (KKR), dan hari besar Agama

Kristen/Katholik

c. Pelestarian („nguri-uri‟) busana adat daerah dengan lomba berbusana daerah

saat pengumuman kelulusan siswa kelas IX untuk menghindari corat-coret.

d. Menggali potensi siswa melalui classmeeting, pada tengah/jeda semester

dengan lomba futsal, tenis meja, karaoke, ,joget, dan pentas apresiasi seni.

e. Mengembangkan bakat siswa di bidang kewirausahaan, misalnya: melukis

pot gerabah, membatik, membatik topeng, melukis caping, dan daur ulang

sampah menjadi hiasan dan bahan kerajinan. Beberapa karya siswa

memenangkan lomba Karya Ilmiah Remaja Tk kota Surakarta tahun 2013

dan mendapat kesempatan Expo saat Hari Pendidikan Nasional.

10

Gambar 4.

Walikota Surakarta (Bp Fx Hadi Rudyatmo), Kepala Dinas (Ibu Etty

Retnowati), dan Sekda kota Surakarta (Bp Budi Suharto) berfoto di Stan

Ekspo Hasil Karya Siswa SMPN 11 Surakarta

f. Kegiatan lomba kreativitas dan apresiasi seni saat peringatan hari-hari

khusus (Hardiknas, Hari kebangkitan Nasional, Hari Kartini, dan Hari

Pahlawan) berupa lomba: daur ulang sampah, melukis tong sampah,

melukis pot gerabah, majalah dinding (mading), membuat poster, membuat

kliping dan puisi (bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris).

Bukti-bukti kegiatan yang lain disajikan pada lampiran 3.

4. Pemberayaan dan Peningkatan Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan

Beberapa kegiatan berkaitan dengan pengembangan guru antara lain:

a. Mengadakan workshop peningkatan kompetensi guru dalam memenuhi

tertib administrasi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran,

b. Melibatkan pihak ketiga untuk pengembangan kompetensi guru antara lain:

pelatihan komputer dengan Geschool dan workshop pembelajaran inovatif

Magic Teaching with Neuro Linguistic Programming (NLP).

Gambar 5. Beberapa Kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru

11

c. Mengadopsi best practice pembelajaran yang sudah dilakukan kepala

sekolah dengan menciptakan alat peraga sederhana oleh siswa dan

mensosialisasikan saat pembinaan sekolah agar dicontoh guru.

d. Meningkatkan pemahaman guru akan tugas dan fungsinya dengan Workshop

Sasaran Kerja Pegawai (SKP), pengisian aplikasi pendidikan (Dapodik dan

Padamu Negeri secara mandiri dan tidak bergantung pada operator sekolah.

e. Merencanakan program, melaksanakan dan melakukan tindak lanjut

supervisi dengan metode yang tepat.

f. Memberdayakan dan menertibkan laporan kegiatan pengembangan diri guru

dan tenaga kependidikan (staf TU, tenaga perpustakaan), pemberdayaan

MGMP Sekolah (buku MGMP), Pemberdayaan Wali Kelas (Buku Wali

Kelas), buku referensi untuk karya inovatif guru, Penilaian Kinerja Guru

(PKG) dan dan pelaporan kegiatan Pengembangan Keprofesian (PKB).

Beberapa bukti kegiatan disajikan dalam lampiran 4.

5. Komunikasi dan Sosialisasi Program Sekolah

Agar program dan kegiatan sekolah dapat diketahui berbagai pihak

terutama orangtua siswa dan masyarakat, dilakukan berbagai kegiatan berikut:

a. Pertemuan/dialog (parents meeting, sosialisasi, dan temu wali kelas)

b. Partisipasi kegiatan even kota (Expo, Kreasso, dan Pekan Seni Pelajar)

c. Publikasi kegiatan di media massa dan media sosial (web sekolah, blog dan

facebook)

d. Partisipasi dalam kegiatan sosial, misalnya kerja bakti dan hari berbagi

e. Kerjasama dengan alumni untuk pembuatan web sekolah, administrasi

perpustakaan,dan motivasi dari alumni yang berprestasi.

f. Kerjasama dengan Puskesmas, Madita Entertainment dalam penyuluhan

kesehatan dengan menghadirkan penyanyi Ichsan Idol,

g. Kegiatan Spiritual Building Training dengan Penerbit Erlangga,

h. Pembelajaran Outing Class dalam bentuk Workshop di Karaton Surakarta

dengan integrasi beberapa mapel (Kesda, Bahasa Jawa, Bahasa Inggris dan

12

IPS, di mana siswa tidak hanya melihat-lihat tetapi juga mempraktekkan

kegiatan menabuh gamelan dan mendalang.

i. Penyuluhan kenakalan remaja dengan pihak Polsek Pasar Kliwon

j. Sosialisasi larangan kendaraan bermotor bersama Dishubkominfo

k. Kegiatan Sosialisasi pencegahan kekerasan pada anak dengan Bapermas

Gambar 6. Beberapa Kegiatan Sosialisasi Program Sekolah

Bukti-bukti kegiatan lain disajikan dalam lampiran 5.

D. Hasil dan Dampak dari Penerapan Manajemen Citra

1. Hasil

a. Pencapaian prestasi sekolah baik bidang akademik maupun non akademik

1) Prestasi akademik

Tabel 1. Peningkatan Prestasi Ujian Nasional

No. Tahun Peringkat

kecamatan

Peringkat

kabupaten / kota

(27 sekolah

negeri)

Peringkat

Propinsi

1. UN 2011/2012 2 17 1018

2. UN 2012/2013 2 16 822

3. UN 2013/2014 2 15

2) Non Akademik

Tabel 2. Pencapaian Prestasi Non Akademik

NO. Kejuaran Tingkat Tahun Keterangan

1. Lomba Kader Kesehatan Kota 2012 Juara 1

2. Lomba Kader Kesehatan Kota 2013 Juara 1

3. Lomba Senam Pramuka Kota 2013 Juara 1

4. Lomba Karya Ilmiah Remaja Kota 2013 Juara I

5. Lomba Paduan Suara FLS2N Kota 2013 Juara III

6. Lomba Story Telling FLS2N Kota 2014 Juara III

Prestasi sekolah secara lengkap disajikan pada lampiran 6.

13

Gambar 7. Penyerahan penghargaan Lomba Senam Pramuka, Kader

Kesehatan dan KIR Tahun 2013

b. Banyaknya hasil kreativitas siswa yang dipajang di kelas dan lingkungan

sekolah

Gambar 8.Sebagian hasil karya siswa

c. Lingkungan sekolah yang kondusif, bersih dan nyaman, seperti gambar

berikut:

Gambar 9. Lingkungan sekolah yang bersih dan asri

14

d. Ketertiban dan inovasi guru meningkat.

Pemberian kemudahan dan fasilitas untuk peningkatan kompetensi guru dan

karyawan memberikan semangat dan motivasi untuk maju dan

mengembangkan diri. Mindset guru terhadap supervisi juga berubah. Guru

makin tertib administrasi, kreatif dan inovatif. Banyak guru mampu

mengoperasikan komputer, dan menggunakan LCD (secara tepat). Bahkan

guru mampu membuat video best practice pembelajaran sendiri.

Gambar 10. Sebagian kegiatan pembelajaran inovatif oleh guru IPA,

Matematika, Bahasa Inggris dan IPS

2. Dampak

a. Peningkatan capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Hal ini terlihat dari perbandingan hasil EDS tahun 2012/2013 dan hasil

EDS tahun 2013/2014 yang ditunjukkan gambar berikut:

Gambar 11. Perbandingan hasil EDS

tahun pelajaran 2012/2013 dan tahun pelajaran 2013/2014

15

b. Meningkatnya citra positif sekolah

Seiring meningkatnya prestasi sekolah, diikuti pula meningkatnya citra

sekolah di masyarakat, sehingga banyak prestasi dan kegiatan sekolah yang

dipublikasikan media

Gambar 12. Sebagian prestasi sekolah yang dipublikasikan media massa

c. Lingkungan sekolah yang kondusif dan meningkatnya semangat berprestasi

Penerapan manajemen secara transparan, pemberian reward kepada siswa

dan guru menumbuhkan semangat bagi guru maupun siswa untuk terus

berkarya dan berprestasi, sehingga lingkungan sekolah kondusif. Selain

prestasi siswa, guru juga semangat meningkatkan prestasi. Siswa makin

semangat berkreasi dan guru juga semangat belajar untuk mengembangkan

diri maupun berpartisipasi dalam berbagai lomba.

Gambar 13. Bentuk apresiasi terhadap warga sekolah yang berprestasi

d. Dukungan dan pengakuan dari masyarakat

Adanya pengakuan dari masyarakat berdampak pada tingginya minat

pendaftar siswa baru di SMP N 11 Surakarta. Tahun pelajaran 2012/2013

pendaftar 243 diterima 192. Tahun pelajarn 2013/2014 299 diterima 192 dan

16

merupakan satu-satunya sekolah plus yang kelebihan peminat. Selain itu,

banyak partisipasi dan dukungan dari perorangan maupun pribadi untuk

melakukan kegiatan dan menyalurkan bantuan di SMPN 11 Surakarta. meski

sekolah kecil SMPN 11 Surakarta sering dikunjungi rekan-rekan guru dan

kepala sekolah untuk berbagi pengalaman.

Gambar 14.

Penyerahan Bantuan Laptop dari Orangtua Asuh, Kunjungan Kepala Sekolah,

dan Penyerahan Bantuan Beasiswa Pendidikan

E. Kendala yang dihadapi dalam Melaksanakan Manajemen Citra

Meskipun banyak keberhasilan yang telah dicapai, namun masih terdapat

beberapa kendala yang dihadapi dalam menerapkan Manajemen Citra adalah:

1. Perubahan mindset beberapa guru membutuhkan proses yang lama, dan

banyak tantangan karena dianggap terlalu merepotkan

2. Minimnya sarana dan prasarana untuk pengembangan bakat dan minat

siswa, alat dan media pembelajaran yang tidak lengkap, dan lahan yang

sempit.

3. Kurangnya dukungan orangtua terhadapa perkembangan pendidikan di

SMPN 11 Surakarta, karena menganggap tanggung jawab pendidikan hanya

soal pendanaan yang sudah ditanggung pemerintah.

F. Faktor Pendukung

Beberapa faktor pendukung sebagai pendorong berjalannya Manajemen

Citra adalah:

17

1. Tingginya semangat untuk maju dari kepala sekolah, guru dan tenaga

kependidikan dan memiliki dedikasi yang tinggi untuk meningkatkan

pelayanan kepada siswa

2. Dukungan dari stake holder dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kota Surakarta yang memberi kepercayaan SMP 11 Surakarta

3. Pengawas sekolah mempunyai perhatian dan dukungan yang tinggi terhadap

perkembangan sekolah dengan sering melakukan monitoring dan

pembinaan.

4. Dukungan dana pendamping BOS yaitu BPMKS dari Pemerintah Kota

Surakarta sebagai pendamping BOS Pusat meskipun sering terlambat cair.

D. Alternatif Pengembangan

Manajemen Citra (MANTRA) diharapkan dapat dilanjutkan secara

kontinyu dengan kegiatan berikut:

1. Meningkatkan partisipasi warga sekolah dan warga masyarakat untuk

meningkatkan partisipasi dan kontribusi sekecil apapun untuk

pengembangan sekolah, baik waktu, tenaga dan materi.

2. Melengkapi fasilitas pengembangan sekolah yang berkarakter untuk tempat

beribadah dan berekspresi bagi siswa, dan pembenahan fasilitas lingkungan

3. Memprioritaskan program peningkatan kompetensi guru untuk

pengembangan diri melalui pelatihan yang tepat sasaran dengan merancang

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang tepat.

4. Meningkatkan bentuk reward kepada siswa dan guru yang berprestasi

5. Meningkatkan kerjasama dan jejaring (networking) untuk meningkatkan

kepedulian orangtua asuh dan beasiswa bagi siswa miskin.

18

BAB III

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Program yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan di SMPN 11

Surakarta melalui Manajemen Citra dibagi dalam beberapa aspek berikut ini: 1)

Pengembangan budaya dan lingkungan sekolah yang berkarakter; 2)

Pengembangan semangat dan motivasi berprestasi; 3) Pengembangan potensi diri

siswa; 4) Pemberdayaan dan pengembangan potensi diri guru; 5) Komunikasi dan

sosialisasi program kegiatan sekolah. Setelah dilaksanakan beberapa strategi

tersebut pengembangan sekolah yang dilakukan mampu meningkatkan prestasi

sekolah, banyaknya karya inovatif yang dihasilkan: sekolah makin asri dan

nyaman, dan guru makin tertib administrasi dan inovatif.

Dampak yang ditimbulkan dari hasil penerapan Manajemen Citra adalah: 1)

peningkatan capaian SPM; 2) meningkatnya semangat berkarya dan berprestasi; 3)

meningkatnya citra sekolah yang semakin baik; 4) adanya pengakuan dan

dukungan dari masyarakat untuk berpartisipasi mendukung pelaksanaan program

sekolah.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan simpulan di atas, maka perlu dilakukan upaya-upaya berikut:

1. Untuk guru, diharapkan lebih mengintensifkan kegiatan pengembangan diri

dan peningkatan kompetensi agar dapat mendukung program-program sekolah.

2. Untuk kepala sekolah, perlu melakukan sosialisasi kegiatan dan best practices

yang dilakukan agar bias diadopsi dan dikembangkan sekolah lain.

3. Untuk Dinas Dikpora kota Surakarta diharapkan memberikan dukungan penuh

kepada sekolah untuk mendukung kegiatan sekolah dievaluasi bersama-sama

warga sekolah secara berkelanjutan, sehingga bisa disempurnakan sesuai

kebutuhan.

4. Untuk Pemerintah Kota Surakarta, diharapkan memberikan dukungan dalam

bentuk ketepatan pencairan dana pendamping.

19

DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud, 2014. Manajemen dan Kepemimpinan Sekolah. Bahan Ajar Implementasi

Kurikulum 2013 untuk Kepala Sekolah.Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan

Penjamin Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2007.

Materi Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Pendidikan Persekolahan yang

Efektif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

------. 2009. Dimensi Kompetensi Kewirausahaan. Bahan Belajar Mandiri

Musyawarah Kerja Kepala Sekolah. Jakart: Departemen Pendidikan Nasional.

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar.

Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Kepala Sekolah Menengah Pertama

Berprestasi Tahun 2014. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum

SMP/MTs. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Muktiyo, Widodo . 2010. Sukses Berkomunikasi dengan Manajemen Citra.

Surakarta: Citra Emas Press.

------. 2014. Membangun Usaha dengan Kekuatan Image. Surakarta: Yuma Pustaka.

Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan. 2014.

Manajemen dan Kepemimpinan Sekolah. Bahan Ajar Implementasi Kurikulum

2013 untuk Kepala Sekolah.. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sekretaris Daerah Kota Surakarta. 2012. Keputusan Walikota Surakarta No 420/56-

c/1/2012 tentang Penetapan Sekolah Plus Jenjang Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah Pertama dan Siswa Plus pada Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan

Tahun Pelajaran 2012/2013 Kota Surakarta Tahun 2012. Surakarta: Pemerintah

Kota Surakarta.

Suharno. 2014. Belajar “MANTRA” Bisnis.

http://kiatsuharno.blogspot.com/2012/03/belajar-MANTRA-bisnis.html.

(Diunduh 9 Juni 2014)


Top Related