Download - BERSIH-BERSIH SUNGAI CIUJUNG
BERSIH-BERSIH SUNGAI CIUJUNG
Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.
Sungai Ciujung kali ini mendapat giliran sebagai titik lokasi kegiatan Bersih
Sungai. Sungai Ciujung yang melintas di tiga kabupaten; Pandeglang, Serang, dan
Lebak telah menjadi penyangga kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan
zaman, pemanfaatan sungai Ciujung sangat dipengaruhi tidak saja oleh aktifitas
keseharian masyarakat. Aktifitas industri di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung telah
memberikan dampak signifikan atas perubahan kondisi sungai. Sehingga, sungai
Ciujung sebagai harta sosial dan budaya secara perlahan berubah menjadi media
pembuangan limbah industri. Mendengar nama Sungai Ciujung maka akan identik
dengan banjir yang sering melanda wilayah Banten akibat meluapnya Sungai Ciujung.
Banjir akibat meluapnya Sungai Ciujung ini terjadi baik di wilayah hulu- tengah
Rangkasbitung Kabupaten Lebak Banten maupun hilir di kabupaten Serang.
Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di dunia. Hal ini juga
terjadi di Indonesia, dimana banjir sudah menjadi bencana rutin yang terjadi setiap
musim hujan. Banjir merupakan salah satu bentuk daya rusak air yang terjadi karena air
yang meluap dari palung sungai yang disebabkan oleh tingginya curah hujan dan tidak
cukupnya kapasitas badan air (sungai atau saluran drainase) untuk menampung dan
mengalirkan air. Menurut Siswoko (2010) kejadian banjir tidak selalu berakibat buruk
terhadap kehidupan manusia sehingga perlu dibedakan menjadi dua yaitu, banjir yang
tidak menimbulkan masalah terhadap kehidupan manusia (bukan bencana banjir) dan
banjir yang menimbulkan masalah terhadap kehidupan manusia (bencana banjir). Banjir
yang tidak menimbulkan masalah merupakan banjir yang dapat mendatangkan manfaat
bagi manusia dan lingkungan dimana luapan banjir yang membawa sedimen membawa
unsur hara yang dapat menyuburkan tanah di dataran banjir. Banjir yang berubah
menjadi masalah/bencana merupakan banjir yang dapat menimbulkan kerugian
terhadap kehidupan manusia dimana adanya budidaya dataran banjir oleh manusia
untuk memenuhi berbagai keperluannya tanpa memperhatikan atau
mempertimbangkan adanya resiko terjadinya genangan banjir seperti banjir yang terjadi
di Sungai Ciujung Provinsi Banten. Permasalahan banjir pada Sungai Ciujung telah
tercatat sejak tahun 1977 dan sampai dengan saat ini. Banjir tersebut masih belum bisa
ditanggulangi secara menyeluruh. Kejadian banjir di wilayah tersebut pada umumnya
disebabkan curah hujan tinggi, pasang air laut, perubahan tata guna lahan,
sedimentasi. Dalam dekade terakhir, pada tanggal 13-15 Januari 2012 terjadi hujan
merata dengan intensitas yang relatif tinggi yang menyebabkan banjir yang besar pada
Sungai Ciujung di bagian hulu dan hilir Kota Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi
Banten.
Sungai Ciujung merupakan sungai terbesar di Provinsi Banten yang melewati
tiga Kabupaten yaitu: Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten
Serang. Sungai tersebut memiliki panjang ±142 km dengan luas DAS ±2156 km2 yang
terdiri dari tiga anak sungai utama yaitu: Sungai Ciberang (319 km2 ), Sungai Cisimeut
(457 km2 ), Sungai Ciujung Hulu (596 km2 ), dan anak sungai lainnya yang lebih kecil
berada di sebelah hilir Kota Rangkasbitung. Pada Sungai Ciujung terdapat satu
bendung yaitu Bendung Pamarayan yang berada di sekitar batas administrasi
Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang antara Kota Rangkasbitung dan Kecamatan
Kragilan digunakan untuk memenuhi kebutuhan irigasi dan air baku, serta difungsikan
sebagai sistem peringatan dini terhadap banjir (lokasi alat di Undar-andir Kabupaten
Serang). Di bagian hilir Kota Rangkasbitung ke arah pantai merupakan daerah dataran
dengan kemiringan sungai 0.00016 sampai dengan 0.0002. Jenis tanah DAS Ciujung
terdiri dari tanah alluvial, glei, latosol, rensina, andosol dan podsolik. Jenis tanah di
bagian hulu dan hilir Kota Rangkasbitung di sekitar alur sungai dan pantai didominasi
oleh tanah alluvial sedangkan di pegunungan dan dataran didominasi oleh tanah
podsolik. Curah hujan tahunan rerata DAS Ciujung tahun 2009 di bagian hulu Kota
Rangkasbitung antara 2500 mm/tahun sampai 5500 mm/tahun sedangkan di bagian
hilir Kota Rangkasbitung ke arah pantai antara 1500 mm/tahun sampai 2500 mm/tahun,
dimana musim hujan rerata terjadi pada bulan November sampai April dan musim
kering rerata terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Dalam Identifikasi Masalah,
Permasalahan banjir Sungai Ciujung ini hampir terjadi setiap tahun, pada pertemuan 3
anak sungai utama di bagian hulu (Kota Rangkasbitung Kabupaten Lebak) dan di
bagian hilir sering meluap menggenangi area dataran Kecamatan Kragilan Kabupaten
Serang. Banjir menggenangi area pemukiman, industri, persawahan serta jalur
transportasi Tol Jakarta-Merak, tergenangnya area tersebut menimbulkan
permasalahan komplek selain dapat menimbulkan korban jiwa, hilangnya harta benda
masyarakat, kerusakan prasarana dan fasilitas umum, terganggunya fungsi utilitas
prasarana dan fasilitas umum, juga menyangkut multi aspek kehidupan seperti
ekonomi, sosial, pendidikan dan kesehatan.
Menurut The Study on Ciujung-Cidurian Integrated Water Resources (Nippon
Koei, 1995), master plan pengendalian banjir di Sungai Ciujung antara Bendung
Pamarayan dan Kota Rangkasbitung telah dibuat pada tahun 1983 dan 1985. banjir
terbesar terjadi selama 24 tahun yang lalu dan menyebabkan banjir di sepanjang ruas
sungai bagian tengah dan dataran rendah Sungai Ciujung. Perindustrian dan
pemukiman yang berada di sekitar ruas sungai bagian tengah dan dataran rendah
Sungai Ciujung mempunyai potensi bahaya banjir yang tinggi. Oleh karena itu, master
plan yang dimaksud diatas harus dikaji kembali dengan menggunakan data runoff
terbaru, situasi sosial-ekonomi terbaru serta menyelidiki fasilitas pengendalian banjir
yang ada. Menurut studi Jabodetabek Water Resources Management System
(JWRMS, 1998), salah satu penanganan untuk mengurangi bencana banjir, Pemerintah
Pusat melalui BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian akan membangun dua bendungan di
DAS Ciujung yaitu Bendungan Karian dan Bendungan Pasir Kopo.
Seiring berjalannya waktu, permasalahan lain timbul terkait kinerja Bendungan
Karian dalam meredam banjir bahwa dengan dibangunnya Bendungan Karian, kinerja
bendungan ini dalam pengatasi banjir belum dapat dihitung. Meskipun telah dilakukan
pada studi Detail Design Feasibility Study On Karian Multipurpose Dam tahun 2006
oleh KOICA, namun analisis terhadap pengendalian banjir secara terpadu dengan
dibangunnya Bendungan Karian dan Bendungan Pasir Kopo sesuai usulan JWRMS
belum pernah dilakukan.
DitJen SDA Dep. PU juga telah melaksanakan study komprehensip
pengembangan sumber daya air disekitar Jabotabek yang telah selesai pada tahun
1989. Sejalan hasil studi tersebut, pemerintah Indonesia meminta bantuan teknik ke
pemerintah Jepang tahun 1991, untuk memenuhi permintaan tersebut JICA mulai
melaksanakan studi pengembangn sungai Ciujung- Cidurian pada tahun 1993-1995.
Sementara itu, pemerintah Indonesia juga melakukan studi Jabotabek Water
Resources Management Study (JWRMS). Melalui studi JWRMS pemerintah Indonesia
telah menyusun masterplan mengenai pasokan air ke Jabotabek sampai dengan tahun
2025. Sejalan dengan hasil studi JWRMS, hasil Study on Ciujung-Cidurian Integrated
Water Resources merekomendasikan secara bertahap untuk membangun 4 buah dam
yaitu (Karian, Pasir Kopo, Cilawang, Tanjung) dan saluran pembawa Karian-Serpong
Conveyance System (KSCS) yang menghubungkan bendungan Karian ke pengolahan
penjernihan air di Serpong yang telah ada.
Studi on the Ciujung-Cidurian Integrated Water Resources, telah
merekomendasikan bahwa pembangunan tahap pertama berupa pembangunan dam
Karian dan sistem pembawanya sepanjang 36,5 km dari terowongan Ciuyah ke
rencana pengolah air di Parung Panjang merupakan prioritas utama. Dan disini studi
terhadap pengendalian banjir belum dapat dilihat juga.
Setidaknya, sampai sekarang permasalahan banjir Ciujung belum juga
tertangani. Perlu upaya nyata dalam tindak dan perilaku kita terhadap sungai sebagai
penampung air agar senantiasa dijaga fungsinya. Perbuatan kecil dan bijak dengan
tidak membuang sampah ke sungai, menjaga dan memelihara bantaran sungai serta
tidak melakukan kerusakan terhadap sungai dan vegetasi di wilayah hulu sungai adalah
tindakan yang tepat. Disaat prioritas pembangunan masih difokuskan untuk sektor lain
dan penanganan Sungai Ciujung ini memerlukan biaya yang besar, paling tidak
gerakan bersih sungai Ciujung merupakan Upaya nyata yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi Banten bersama dengan masyarakatnya.
Bersama masyarakat, Satgas Penanggulangan Bencana Dinas Sumber Daya Air
dan Pemukiman Provinsi Banten (DSDAP), BPBD Provinsi Banten, Kodim 0602 Serang
(TNI), jajaran Polres Serang (Polri), Tagana Provinsi Banten, PMI Provinsi Banten,
Relawan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten, Satpol PP,
Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Pecinta Alam Tingkat Sekolah Menengah Atas
dan Muspika Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang serta aparatur Desa Undar Andir,
pada hari senin 19 Oktober 2015 berkumpul di Lapangan Picon Desa Undar Andir
untuk memulai kegiatan Bersih Sungai. Di awali dengan apel gabungan yang dipimpin
oleh Gubernur Banten H. Rano Karno. Dalam pidatonya, Gubernur menyampaikan
bahwa kegiatan Bersih Sungai ini merupakan salah satu upaya kita dalam menjaga
lingkungan khususnya sungai dan situ, sehingga kondisi lingkungan di Provinsi Banten
dapat lebih baik dan masyarakatnya lebih sejahtera serta mewujudkan kebersamaan
antara Pemerintah dengan Masyarakat dalam menjaga kelestarian Sungai dan Situ,
terutama di wilayah Provinsi Banten. Pada kesempatan acara bersih Sungai Ciujung H.
Rano Karno atas nama pribadi dan selaku Gubernur Banten mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak baik dari unsur pemerintah baik sipil
maupun TNI/Polri, mahasiswa, pelajar dan semua tokoh masyarakat yang telah
bersama-sama hadir dengan tulus ikhlas dan mendukung acara ini. Kegiatan ini
merupakan salah satu upaya dalam menjaga lingkungan khususnya sungai dan situ,
sehingga kondisi lingkungan di Provinsi Banten dapat lebih baik dan masyarakatnya
lebih sejahtera.
Acara Bersih Sungai dan Situ merupakan suatu momentum bersama dalam
memelihara sungai dan situ, dan sebagai sarana berbagi informasi serta wujud
hubungan kerjasama yang baik antara pemerintah provinsi banten dan pemerintah
daerah kabupaten/kota maupun para stakeholders lainnya yang ada di wilayah provinsi
banten dalam hal koordinasi, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
pengelolaan sumber daya air yang harmonis dan strategis
Gubernur, secara khusus juga mengucapan terima kasih dan apresiasi yang
tinggi kepada segenap jajaran Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Sumber Daya
Air dan Pemukiman, atas segala dedikasinya dalam rangka menumbuhkembangkan
kecintaan seluruh masyarakat dalam menjaga memelihara kondisi sungai dan situ agar
manfaatnya lebih optimal.
Dalam rangkaian kegiatan tersebut juga diberikan bantuan paket sembako bagi
200 masyarakat kurang mampu serta pengobatan gratis bagi masyarakat di sekitar
lokasi kegiatan Bersih Sungai Ciujung yang hadir.
Kegiatan ini akan dijadikan agenda rutin tahunan sebagai wujud kepedulian
Pemerintah dan Masyarakat dalam menjaga kebersihan ruang sumber daya air di
wilayah Provinsi Banten, seperti yang dijelaskan oleh Ir. H. M. Husni Hasan, CES
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten (DSDAP).
DAFTAR PUSTAKA:
1. Leafleat Waduk Karian Dinas SDAP
2. BBWSC3 Kementerian PUPR
3. Press release kegiatan Bersih sungai dan situ Bidang Sungai Dinas SDAP
4. etd.repository.ugm.ac.id