ANALISIS YURIDIS MODIFIKASI CIPTAAN OBJEK WISATA RABBIT TOWN
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA
Larasati Phasa Januari
(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti)
(Email: [email protected])
Dr. Rr. Aline Gratika Nugrahani
(Dosen Fakultas Hukum Trisakti)
(Email: [email protected])
ABSTRAK
Kasus Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, menyadarkan bahwa Indonesia butuh
pengaturan mengenai Hak Cipta yang lebih jelas dan tegas. Objek wisata Rabbit Town
di Bandung, Jawa Barat, menimbulkan permasalahan mengenai pakah karya cipta pada
Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, berupa seni instalasi memenuhi kriteria
Modifikasi Ciptaan dari karya Chris Burden dan Museum of Ice Cream di Amerika.
Apakah karya cipta pada Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, melanggar hak cipta
dari Chris Burden dan Museum of Ice Cream di Amerika berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Untuk menjawab permasalahan hukum
tersebut dilakukan penelitian secara yuridis normatif terhadap peraturan perundang-
undangan dan penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Data yang digunakan data
sekunder dan pengolahan data yang dilakukan menggunakan metode kualitatif.
Pengambilan kesimpulan dilakukan secara logika deduktif. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa objek wisata Love Light yang serupa dengan Urban Light milik
Chris Burden maupun objek wisata instalasi-instalasi Pink Ice Cream yang serupa
dengan MOIC tidak memenuhi syarat Modifikasi Ciptaan karena tidak memiliki izin
dan lisensi yang sah. Objek wisata tersebut melanggar ketentuan hak moral dan hak
ekonomi suatu Hak Cipta dan Modifikasi Ciptaan berdasarkan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, namun sampai sekarang tidak ada tuntutan dari
pihak pemilik karya orisinil terhadap Pihak Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat.
Kata Kunci: Hukum Kekayaan Intelektual, Hak Cipta, Rabbit Town Bandung, Jawa
Barat.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dewasa ini, minimnya kesadaran masyarakat untuk menghargai seorang Pencipta atas
hasil karyanya mengakibatkan banyak terjadi tindakan menyimpang yang merugikan si
Pencipta. Dengan tumbuh pesatnya Ilmu Pendidikan dan Teknologi sekarang ini, di
samping memberikan hal positif juga memberi dampak negatif khususnya di bidang seni.
Tidak disadari bahwa banyak orang yang terindikasi melakukan pelanggaran Hak Cipta
karya orang lain baik berupa tulisan, seni rupa, lagu maupun gambar. Ironisnya,
masyarakat menganggap hal tersebut lumrah dilakukan, terlebih kita berada di zaman
dimana teknologi internet sangat mudah digunakan dan diakses, mereka yang
menggunakan karya orang lain tanpa izin berpendapat bahwa karya cipta tersebut pun
sudah tersebar luas di jaringan internet dan dapat dengan mudahnya diakses maupun
digunakan orang lain.
Melihat kenyataan yang terjadi di masyarakat sekarang ini, maka dapat dipahami
bahwa masyarakat Indonesia perlu memiliki pemahaman mengenai Kekayaan Intelektual
khususnya pada perlindungan Hak Cipta.
Dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta memang
menyebutkan karya cipta yang dimodifikasi termasuk dalam Ciptaan yang dilindungi.
Kata modifikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah pengubahan.
Namun, objek wisata Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, secara visual, beberapa objek
wisata yang merupakan karya seni rupa tersebut masih tergolong sangat mirip dengan
karya seniman luar negeri walaupun menurut pihak Rabbit Town sendiri mereka hanya
terinspirasi dan melakukan sedikit pengubahan. Secara kasat mata, orang awam tidak
dapat membedakan adanya pengubahan berhubung pengubahan yang dilakukan memang
kecil. Hal ini menimbulkan tanda tanya mengenai apakah pengubahan yang dilakukan
oleh pihak Rabbit Town terhadap objek wisata Love Light dan Pink Ice Cream tergolong
dalam Modfikasi Ciptaan yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta atau termasuk dalam pelanggaran Hak Cipta.
Kenyataannya, memang di Indonesia sendiri pelanggaran terhadap Hak Cipta lebih
sering dilihat dari sudut pandang pelanggaran moral saja yang mana tidak semua Pencipta
benar-benar membawa permasalahan pelanggaran Hak Cipta tersebut ke jalur hukum.
Maka dari hal itu, para Pencipta kehilangan hak ekonomi terhadap karya Ciptaanya.
Sehingga berdasarkan kasus yang penulis angkat, apabila dapat dibuktikan bahwa
beberapa objek wisata Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, termasuk dalam meniru
karya cipta seniman luar negeri, berdasarkan peraturan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta, maka pemilik Rabbit Town Bandung dapat dikenakan sanksi
karena telah melakukan pelanggaran Hak Cipta.
2. Pokok Permasalahan
Berdasarkan penjelasan kasus yang telah dijabarkan sebelumnya, maka perumusan
masalah yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
1. Apakah karya cipta pada Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, berupa seni instalasi
memenuhi kriteria Modifikasi Ciptaan dari karya Chris Burden dan Museum of Ice
Cream di Amerika?
2.Apakah karya cipta pada Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, melanggar hak cipta
dari Chris Burden dan Museum Of Ice Cream di Amerika berdasarkan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta?
B. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian normatif, sehingga penelitian ini didasarkan pada
analisa norma hukum, baik yang terdapat pada peraturan perundang-undangan maupun
keputusan menteri mengenai kasus-kasus seperti di atas. Dimana dalam penelitian ini
termasuk dalam penelitian hukum normatif yang mencakup penelitian terhadap asas-asas
hukum Kekayaan Intelektual, khususnya hak cipta yang diharapkan dapat menganalisis
dan memecahkan permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi ini mengenai karya
cipta objek wisata di Rabbit Town di bandung, Jawa Barat, yang mirip dengan karya
seniman di luar negeri
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini adalah suatu penelitian deskriptif, dimaksudkan guna membantu
memperkuat teori-teori yang sudah ada, atau dalam rangka menyusun teori baru dengan
memberikan data-data sedetail mungkin mengenai manusia, suatu keadaan maupun
gejala-gejala lainnya untuk memperkuat dan memperjelas hipotesa-hipotesa1 untuk
menyesuaikan dengan ketentuan yang ada di Peraturan Perundang-undangan.
3. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui studi
kepustakaan yang didukung oleh wawancara dengan beberapa narasumber yang dinilai
memahami konsep-konsep dan pemikiran yang ada dalam data sekunder tersebut. Data
sekunder dalam penelitian dibagi, yaitu:2
a. Bahan hukum primer adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta.
b. Bahan hukum sekunder terdiri dari 27 buku yang berkaitan dengan pembahasan
mengenai Hak Cipta, Kekayaan Intelektual, maupun mengenai Seni Rupa.
c. Bahan hukum tersier terdiri dari 1 kamus ilmiah dan 1 jurnal online mengenai Hak
Cipta.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dilakukan melalui studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi dan
wawancara atau interview. Yaitu dengan mempelajari, mengkaji dan menelaah materi
melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, buku-buku mengenai
Hak Cipta maupun wawancara dengan kasubdit Pelayanan Hukum dan LMK Direktorat
Hak Cipta dan Desain Industri, Kepala Pusat Studi Rancang Reka Visual Fakultas Seni
Rupa dan Desain Universitas Trisakti, dan dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas
Seni Rupa di Institut Kesenian Jakarta.
5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan metode
kualitatif, metode kualitatif adalah tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif
yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata.3
Dimana dalam penelitian yang dilakukan menghasilkan data deskriptif
6. Cara Penarikkan Kesimpulan
1 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2012), hal. 10. 2 Ibid., hal. 52. 3 Ibid., hal. 32.
Metode yang digunakan dalam hal pengambilan kesimpulan adalah menggunakan
pola pikir deduktif, yang berarti menghasilkan kesimpulan yang bersifat khusus dari suatu
keadaan-keadaan yang bersifat umum. Lawan dari pola pikir deduktif adalah pola pikir
induktif.4
7. Hasil Penelitian
Kasus dugaan pelanggaran Hak Cipta yang dilakukan oleh Rabbit Town, berawal
sejak kunjungan yang dilakukan oleh seorang guru seni rupa di sebuah sekolah swasta di
Jakarta. Dimana objek wisata Rabbit Town yaitu seni instalasi Love Light serupa dengan
karya Urban Light milik Chris Burden yang ditampilkan di LACMA sejak tahun 2008
dan juga seni-seni instalasi berupa buah pisang dan cone ice cream yang diberi nama Pink
Ice Cream serupa dengan karya seni khas milik MOIC di Amerika yaitu Banana Split dan
The Cone Lamp Installation. Namun, pihak Rabbit Town tidak mencantumkan nama-
nama seniman tersebut.
Pihak Rabbit Town yaitu Ferdi Candra selaku General Manager, mengatakan kepada
berita online Kumparan bahwa karya-karya yang dituduh plagiat tersebut memang
terinspirasi dari karya seniman lain dan bukan dari idenya sendiri, namun dengan jumlah
dan detail pada instalasi yang tidak sama. Seperti misalnya karya seni instalasi Urban
Light memiliki jumlah lampu sebanyak 155 buah, sedangkan instalasi serupa di Rabbit
Town yang diberi nama Love Light hanya berjumlah 88 buah. Instalasi berbentuk pisang-
pisang yang serupa dengan ciri khas MOIC juga menurutnya berbeda, dimana jumlah
ruangan yang ada di Rabbit Town hanya seluas 4 meter, sedangkan di tempat aslinya
lebih besar dari yang ada di Rabbit Town.
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
1. Apakah karya cipta pada Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, berupa seni
instalasi memenuhi kriteria Modifikasi Ciptaan dari karya Chris Burden dan
Museum of Ice Cream di Amerika
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, objek wisata
Rabbit Town Bandung, Jawa Barat telah memenuhi unsur Ciptaan tersebut. Namun,
instalasi Love Light diduga memiliki kesamaan dengan karya seni Urban Lights milik
4 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2015) hal.5.
Chris Burden yang ditampilkan di LACMA, dan Pink Ice Cream yang di dalamnya
terdapat instalasi berbentuk es krim dan instalasi berbentuk buah pisang berwarna merah
muda dan kuning serupa dengan The Cone Installation dan Banana Split memiliki
kesamaan dengan MOIC. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 mengenal adanya
Disortasi, Mutilasi dan Modifikasi Ciptaan. Dimana dijelaskan dalam penjelasan Pasal 5
ayat (1) huruf e :
"Yang dimaksud dengan modifikasi Ciptaan adalah pengubahan atas Ciptaan”.
Objek Wisata Pink Ice Cream
Objek Wisata Pink Ice Cream
Objek Wisata Love Light
Berdasarkan wawancara dengan bapak Agung Darmasasongko selaku kasubdit
Pelayanan Hukum dan LMK Direktorat Hak Cipta dan Desain Industri dan bapak Wegig
Murwonugroho selaku Kepala Pusat Studi Rancang Reka Visual Fakultas Seni Rupa dan
Desain Universitas Trisakti, keduanya sepakat bahwa karya seni instalasi yang
merupakan objek wisata Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat merupakan Modifikasi
Ciptaan dengan mengambil sebagian substansial nya. Sedangkan seni instalasi yang
terdapat di ruangan bertema Pink Ice Cream menurutnya memiliki kesamaan pada
bentuknya dengan instalasi di MOIC sehingga menimbulkan kesan yang sama dan tidak
ada Modifikasi Ciptaan di sana.5
Oky Arfie H. selaku dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa di Institut
Kesenian Jakarta berpendapat bahwa dilihat dari sisi seni tidak ada modifikasi terhadap
objek wisata Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat baik objek wisata seni instalasi Love
Light maupuan seni instalasi Pink Ice Cream.6
Modifikasi Ciptaan termasuk suatu Ciptaan yang dilindungi oleh Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 Pasal 40 huruf. Namun berdasarkan pasal 5 ayat 1 Undang-
Undang Hak Cipta dalam hal Modifikasi Ciptaan Pencipta berhak mempertahankan hak
nya yaitu dengan melakukan izin kepada Pencipta.
Sehingga Objek wisata Love Light di Rabbit Town benar mengalami perubahan secara
fisik sesuai dengan definisi modifikasi, namun objek wisata tersebut tidak memenuhi
kriteria Modifikasi Ciptaan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 karena pihak
Rabbit Town tidak memiliki Izin maupun pemegang lisensi yang sah terhadap seniman
yang asli sesuai pasal 80 mengingat Rabbit Town di Bandung bersifat komersil.
5 Agung Darmasasongko, selaku kasubdit Pelayanan Hukum dan LMK Direktorat Hak Cipta dan Desain
Industri, wawancara dengan penulis, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Jakarta, 3 Desember 2018. 6 Oky Arfie H, selaku dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa di Institut Kesenian Jakarta,
wawancara dengan penulis, Institut Kesenian Jakarta, Jakarta, 8 Januari 2019.
Sedangkan objek wisata berjudul Pink Ice Cream bukan termasuk Modifikasi Ciptaan,
melainkan termasuk tindakan meniru secara keseluruhan.
2. Analisis Karya Cipta Pada Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, Melanggar Hak
Ekonomi dan Hak Moral Dari Chris Burden Dan Museum Of Ice Cream di Amerika
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Hasil wawancara antara tim berita Online Kumparan dengan Rabbit Town di
Bandung, Jawa Barat ialah bahwa mereka menolak untuk meminta izin Lisensi dari pihak
seniman yang asli, karena menurutnya apabila menggunakan izin Lisensi maka benar
bahwa mereka meniru karya cipta tersebut, sedangkan menurutnya mereka hanya
terinspirasi dari karya seni Urban Lights milik Chris Burden dan karya seni instalasi milik
MOIC.7 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tidak melindungi konsep maupun ide,
sehingga selama perwujudannya berbeda walaupun berangkat dari ide dan konsep yang
sama, hal tersebut tidak melanggar Hak Cipta.
Pihak Rabbit Town di Bandung mengatakan akan mencantumkan nama seniman pada
objek wisatanya yang terinspirasi dari karya seniman tersebut. Namun, sampai pada saat
penulis mengunjungi tempat wisata Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat tersebut tidak
ada pencantuman nama seniman yang dimaksud.
Pihak Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat juga tidak menerima hak secara sah dari
Chris Burden maupun MOIC berdasarkan pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 sehingga tidak berhak melakukan Modifikasi Ciptaan. Maka terkait dengan objek
wisata Pink Ice Cream dan Love Light, berdasarkan Pasal 9 mengenai hak ekonomi
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, pihak Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat
tidak memiliki hak untuk melakukan Penggandaan sebuah Ciptaan tanpa izin dari pemilik
Hak Cipta. Tindakan Rabbit Town dikatakan melanggar karena Ciptaan tersebut
dikomersilkan tanpa mencantumkan nama Pencipta sesuai pasal 5 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014.
Mengenai objek wisata Love Light, Agung darmasasongko berpendapat bahwa objek
wisata tersebut mengambil sebagian substansial dari karya seni Urban Lights milik Chris
Burden mengingat objek wisata Love Light mengalami sedikit perubahan pada detail nya
7 “Pengelola Rabbit Town Bandung soal Dituding Plagiat: Kami Terinspirasi” (On-Line), tersedia di:
https://kumparan.com/@kumparannews/pengelola-rabbit-town-bandung-soal-dituding-plagiat-kami-terinspirasi
(9 Desember 2018)
yaitu pada bagian lampu dan tiang, berbeda dengan objek wisata instalasi-instalasi Pink
Ice Cream yang memiliki kesamaan serupa dan kesan yang sama dengan The Cone
Installation dan Banana Split milik MOIC.8
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Wegig Murwonugroho dan Oky Arfie. H.
dilihat dari sisi seni, objek wisata Love Light walaupun termasuk dalam Modifikasi
Ciptaan, objek wisata Love Light tetap dikatakan pelanggaran Hak Cipta karena
mengambil sebagian ciptaan orang lain. Sehingga, terkait objek wisata Love Light,
walaupun di dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 mengatakan bahwa
Modifikasi Ciptaan termasuk Hak Cipta yang dilindungi, pihak Rabbit Town di Bandung,
Jawa Barat tetap melanggar karena melakukan Modifikasi Ciptaan tetap harus meminta
izin dari Penciptanya, yaitu Chris Burden, Hal tersebut sesuai dengan ketentuan hak
moral Pasal 5 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Sehingga
berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, maka tindakan terhadap
objek wisata Love Light tersebut tidak termasuk Modifikasi Ciptaan karena tidak
memiliki Izin Pencipta.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Objek wisata Love Light di Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, tidak memenuhi
syarat Modifikasi Ciptaan sesuai dengan Pasal 5 karena tidak memiliki izin namun
memang benar terdapat sedikit pengubahan dalam fisik atau wujudnya. Walaupun
sebenarnya karya seni instalasi Urban Light merupakan model lampu jalanan pada
umumnya, namun Chris Burden membuat lampu-lampu jalanan tersebut menjadi
suatu komposisi karya seni instalasi, artinya telah diwujudkan dalam bentuk nyata
sebagai sebuah Ciptaan yang dilindungi oleh Undang-Undang. Kemudian terhadap
objek wisata instalasi-instalasi Pink Ice Cream di Rabbit Town di Bandung, Jawa
Barat, juga tidak memenuhi syarat Modifikasi Ciptaan menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Artinya, pihak Rabbit Town di Bandung,
Jawa Barat, melakukan Penggandaan Ciptaan tanpa izin terhadap karya seni instalasi
yang ada di MOIC yaitu The Cone Installation dan Banana Split.
8 Agung Darmasasongko, selaku kasubdit Pelayanan Hukum dan LMK Direktorat Hak Cipta dan Desain
Industri, wawancara dengan penulis, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Jakarta, 3 Desember 2018.
b. Bahwa objek wisata Love Light di Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, tidak
termasuk dalam Modifikasi Ciptaan menurut Undang-Undang karena tidak memiliki
izin, sehingga baik objek wisata Love Light maupun Pink Ice Cream melanggar hak
moral yang melekat secara pribadi pada diri Pencipta berdasarkan Pasal 5 ayat (1)
huruf e. Tetap harus memperhatikan izin dan hak moral Pencipta nya agar hak
ekonomi si Pencipta tidak terganggu. Dan termasuk pelanggaran Hak Cipta yaitu
melanggar hak ekonomi Pasal 9 ayat (1) huruf b, dapat dikenakan sanksi pidana
sesuai Pasal 113 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
2. Saran
Pengaturan mengenai Hak Cipta di Indonesia harus lebih bersifat preventif dan tidak
mengabaikan perlindungan terhadap suatu Ciptaan atau karya seni. Masyarakat Indonesia
pada umumnya termasuk para praktisi seni harus lebih menyadari betapa pentingnya
perlindungan terhadap suatu Ciptaan, karena Indonesia sendiri memiliki banyak Kekayaan
Intelektual yang harus dilindungi. Terkait Modifikasi Ciptaan dalam Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, seharusnya diperjelas pengaturannya agar Ciptaan-Ciptaan
yang dilindungi tidak hanya sekedar mencontek Ciptaan yang sudah ada sehingga
menghasilkan suatu kreativitas.
REFERENSI
BUKU
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.
Achmad Zein Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Bandung: P.T. Alumni,
2005.
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Agus Sachari, Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa Desain, Arsitektur, Seni Rupa
dan Kriya, Jakarta: Erlangga, 2005.
Budi Agus Riswandi, Pembatasan dan Pengecualian Hak Cipta di Era Digital, Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2017.
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung: Alumni, 2003.
Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Iswi Hariyani, Prosedur Mengurus HAKI Yang Benar, Yogyakarta: PT. Pustaka Yustisia,
2010.
M. Hawin, Budi Agus Riswandi, Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia,
Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press, 2017.
Mudji Sutrisno, Hendar Putranto, Teori-teori Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius, 2007.
Muhammad Abdul Kadir, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2007.
Muhammad Djumhana, R. Djumhana, Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori, dan Praktiknya
di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014.
Muhammad Firmansyah, Tata Cara Mengurus HaKI Jakarta: Visimedia, 2008.
Nasution, Rahmi Jened Parinduri, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum
Persaingan (Penyalahgunaan HKI), Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Ok. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektal, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Rachmadi Usman, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Bandung: P.T. Alumni, 2003.
Rooseno Harjowidigdo, Mengenal Hak Cipta Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1994.
Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1998.
Soelistyo Henry, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 2012.
_______, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 2015.
Sri Rejeki Hartono, Hak Kekayaan Intelektual dalam Berbagai Perundang-undangan,
Bandung: Yrama WIdya, 2002.
Sri Soedewo Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata: Hukum Benda, Yogyakarta Liberty, 1981.
Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia Teori dan Analisis Harmonisasi Ketentuan
World Trade Organization/WTO-TRIP’s Agreement Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Tim Lindsey,et.al, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Jakarta: P.T. Alumni, 2002.
Tri Wahyu Handayani, Kuliah Jurusan Apa? Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Jakarta:
Gramedia, 2015.
Yusran Isnaini, Buku Pintar HAKI, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
JURNAL
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, “Perkembangan Sistem Perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual di Indonesia” Media HKI: Buletin Informasi dan Keragaman Vol.
V No.3, Juni 2008.
ON-LINE DARI INTERNET
Zulvia Makka, “Aspek Hak Ekonomi Dan Hak Moral Dalam Hak Cipta”, e-Jurnal Akta
Yudisia Volume I No 1 februari 2016.
KAMUS
Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: ARKOLA, 1994.