Transcript
Page 1: Belajar membaca al quran

Belajar Membaca Al-Qur’an

Belajar Al Qur’an dapat dibagi kepada beberapa tingkatan yaitu belajar membaca sampai

baik dan lancar dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam qiraat dan tajwid, belajar arti dan maksud yang terkandung di dalamnya dan tingkatan yang terakhir adalah menghafalnya.

Sesungguhnya belajar membaca Al Qur’an itu sesutau yang mudah, tidak ada kata sulit dalam

mempelajari Al Qur’an. Niat dan tekad belajar sungguh-sungguh serta meluangkan waktunya adalah kunci utama untuk sukses membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT yang berbunyi :

Sebelum belajar membaca Al Qur’an ada baiknya untuk mengenal hurf-huruf hijaiyyah, dengan memperhatikan beberapa pentunjuk berikut ini :

1. Kenalkan huruf-huruf hijaiyyah dnegan melihat ejaan latin, lalu praktikkan tanpa melihat ejaan latin.

2. Pengenalan huruf dilakukan secara bertahap sesuai urutan pembagian huruf.

3. Janganlah berpindah ke pembagian huruf selanjutnya sebelum menguasai huruf-huruf sebelumnya.

4. Lakukan praktik pengucapan huruf secara berulang kali dan tes-lah pengucapan huruf secara spontanitas.

Al Qur’anul Karim adalah hujjah (sumber yang dapat dipercaya kebenarannya) Nabi Muhammad merupakan nabi yang terakhir dan lisan agama yang tulus, undang-undang

syariat Islam, kamua bahasa Arab. Al Qur’an merupakan teladan (contoh) dan pemimpin (imam) bagi kita di dalam hidup ini dengan Al Qur’an kita diberi petunjuk, kembali kepada

Al Qur’an dalam menegakkan hukum. Kita beramal dengan Al Qur’an dalam melaksanakan perintah Allah SWT serta menjauhi segala larangan Nya.

Al Qur’anul Karim adalah pengikat antara langit dan bumi, perjanjian antara Allah dan hambaNya. Al Qur’anul Karim adalah jalan menuju kepada Allah SWT yang kekal (abadi),

Al Qur’an merupakan kitab samawi yang paling mulia dan paling agung wahyu yang diturunkan dari langit.

Adapun dalil-dalil mengenai keutamaan Al Qur’an ini, diantaranya sebagai berikut :

Page 2: Belajar membaca al quran

Sesungguhnya orang yang paling mulai ibadahnya serta besar pahalanya ketika mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah membaca Al Qur’anul Karim. Hal ini telah diperintahkan

kepada kita untuk selalu membaca Al-Qur’an sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT,

Page 3: Belajar membaca al quran

Mengenai keutamaan membaca Al Qur’an ini juga dijelaskan dalam firman Allah SWT

:

Mempelajari Al Qur’an hukumnya adalah fardu kifayah, namun untuk membacanya memakai ilmu tajwid secara baik dan benar merupakan fardhu’ain, kalau terjadi kesalahan dalam

membaca Al Qur’an maka termasuk dosa. Untuk menghindari diri dari dosa tersebut, kita dituntut untuk selalu belajar Al Qur’an pada ahlinya. Di sisi lain, kalau kita membaca Al Qur’an tidak mempunyai dasar riwayat yang jelas (sah), maka bacaan kita itu

dianggapkurang utama, bahkan bisa tidak sah yang kita baca itu. Tidak sedikit di antara kita (umat Islam) yang tidak mengetahui periwayatan membaca Al Qur’an ini.

Cara Mendidik Anak Dengan Alquran

“Anak adalah amanah di tangan ibu-bapaknya. Hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya. Apabila ia dibinasakan pada suatu yang baik dan dididik, niscaya ia akan tumbuh besar dengan sifat yang baik dan akan bahagia dunia akhirat. Sebaliknya, bila ia

dibiasakan dengan tradisi-tradisi buruk, tidak diperdulikan seperti halnya hewan, niscaya ia akan hancur dan binasa” kalimat ini merupakan suatu pernyataan dari Al-Ghazali.

Anak merupakan lembaran kertas putih. Apa yang ditorehkan di kertas putih tersebut, maka

itulah hal yang akan membentuk karakter dari diri mereka. Jika dia ditanamkan dengan warna agama dan dengan luhur budi pekerti yang baik maka akan terbentuk suatu antibody yang bersifat zat kebal awal pada anak yang akan berpengaruh negative, misalnya adalah

Page 4: Belajar membaca al quran

munculnya sifat benci kesombongan, rajin melakukan ibadah, dan juga tidak membangkang pada orang tua dan sebagainya. Cara mendidik anak dengan Alquran bisa membantu

membentuk karakter yang baik pada anak.

Cara mendidik anak dengan alquran merupakan salah satu prioritas dari pendidikan anak yang paling pertama. Cara mendidik anak dengan alquran bisa dilakukan secara formal pada

usia 4-6 tahun. Usia 4-6 tahun ini merupakan usia yang ideal, karena di usia 7 tahun, anak sudah ditekankan dan dilatih dalam menjalankan solat, sedangkan solat otomatis bisa membutuhkan dalam kelancaran membaca Alquran, dan yang paling tidak adalah surat Al-

fatahilah dan juga surat-surat yang pendek, disamping dari bacaan-bacaan doanya.

Tenggang waktu cara mendidik anak dengan alquran kurang lebihnya adalah tiga tahun dan kiranya bisa dihunakan dalam mempersiapka prasarana anak sebelum melakukan benar-benar

perintah dan juga melakukan solatnya.

Namun mendidik alquran pada anak jangan menunggu mereka berusia -6 tahun. Sebelum mereka berusia 4-6 tahun, anak sebenarnya harus sudah dididik Alquran, namun saja

teknisnya informal, misalnya saja adalah dengan aktivitas mendengarkan bacaan-bacaan ayat-ayat alquran, melatih dan juga mengeja huruf-huruf hijaiyah serta juga kegiatan pra membaca lainnya pada anak.

Belajar Membaca Alquran Untuk Anak

Bila mendidik anak membaca Al Qur’an menjadi hak anak yang harus ditunaikan orang tuanya, maka mendidik anak menulis Al Qur’an juga menjadi hak anak yang wajib

ditunaikan oleh orang tuanya. Rasulullah SAW menegaskan dalam sabdanya :

Sebagaimana belajar membaca Al Qur’an, anak-anak juga ditekankan untuk serius, rajin dan

giat dalam belajar menulis Al Qur’an. Hasan bin Ali r.a pernah berpesan kepada anak-anaknya sekaligus kepada keponakan-keponaknnya. “ Belajarlah, sesungguhnya kalian kini adalah generasi kecil di kalangan masyarakat, namun esok kalian akan menajdi generasi

dewasa di kalangan masyarakat. Maka barangsiap tidak mampu menghafal, hendaklah dia mencatat atau menulisnya.

Page 5: Belajar membaca al quran

Jika anak belum bisa membaca Al Qur’an dengan baik. Agar anak lebih termotivasi

untuk membaca dan menghafal Al Qur’an cobalah berikan panduan dan tips untuk

membantu memudahkan anak belajar membaca Al Qur’an dengan cepat :

1. Pada tahap awal, rangsang dan biasakan telinga anak-anak kita mendengar lafal-lafal Al Qur’an. Mulailah dengan surah atau ayat yang akan dibaca dan dihafal. Pada prinsipnya, anak

sudah dikenalkan dengan asma Allah dalam ayat suci Al Qur’an sejak berada dalam kandungan. Itulah awal tahapan terbaik yang memang harus distimulus. Dengarkan dengan baik dan berulang-ulang, sehingga memori anak akan terus terpenuhi lafal-lafal Al Qur’an.

Ingatlah bahwa usia emas anak mulai dari 0-9 tahun, di mana ia mudah meniru dan menghafal. Para orangtua dapat memanfaatkan momen emas ini.

2. Setelah anak mulai terbiasa, mulailah untuk mengenalkan anak pada hafalan yang

sebenarnya. Cobalah dengan memberinya waktu khusus untuk menemani saat menghafal sambil mendengar kaset rekaman atau memutar compact disc. Sambil mengiringnya

membaca, ingatkan mereka jika ada bacaan atau huruf yang saah atau terlewat. Untuk ini, inisiasilah dengan membuat pola menghafal dengan cara memahami arti dan makna Al Qur’an melalui terjemahannya.

3. Anda juga bisa menyarankannya untuk menbuat catatan kecil yang dapat dibawa kemana-

mana. “contekan” kecil tersebut dimaksimalkan dengan membacanya berulang-ulang. Anjurkan pada anak-anak untuk melafalkan ayat-ayat yang ingin dihafal itu dalam setiap

kesempatan. Misalnya, saat dia dalam perjalan ke sekolah, menunggu waktu masuk kelas atau saat pulang ke rumah.

4. selain peran orangtua, tidak ada salahnya mengikutkan anak pada pengajian atau madrasah di masjid dekat rumah. Suasana yang kondusif dan teman-teman di lingkungan pengajian

atau madrasah dapat membantunya menghafal dengan cepat.

Baca Al-Qur’an Dengan Tartil

Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca bahan bacaan lainnya karena ia adalah

kalam Allah SWT. Allah berfirman, لت من لدن حكيم خبير أحكمت آياته ثم فصArtinya : “Ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang

diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha bijaksana lagi Maha tahu.” (Hud:1)

Oleh karena itu membacanya mempunyai etika zahir dan batin. Diantara etika-etika

zahir adalah baca Al-Qur’an dengan tartil. Makna membaca dengan tartil adalah dengan

perlahan-lahan, sambil memperhatikan huruf-huruf dan barisnya.

As-Suyuthi mengatakan bahwa disunahkan membaca Al-Qur’an dengan tartil, niscaya itu lebih dekat dengan zahir perintah Al-Qur’an itu. Karena, asal perintah Al-Qur’an adalah

wajib. Dana redaksi dalam ayat itu ditujukan kepada Nabi saw, dan umat yang mengikuti beliau. Oleh karena itu, az-Zarkasyi berkata “Setiap orang muslim yang membaca Al-Qur’an wajib membacanya dengan tartil.”

Page 6: Belajar membaca al quran

Pendapat itu lebih tepat dibandingkan dengan perkataan as-Suyuthi. Abu Daud dan yang lainnya meriwayatkan dari Ummu Salmah. Ia menceritakan tentang cara Nabi sawa

membaca Al-Qur’an adalah dengan bacaan yang perlahan dan satu huruf demi satu huruf. Baca Al-Qur’an dengan tartil .

Membaca Al-Quran Dengan Tajwid

Dalam membaca Al-Quran agar dapat mempelajari, membaca dan memahami isi dan makna dari tiap ayat Al-Quran yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal, mempelajari ilmu tajwid yakni tanda-tanda baca dalam tiap huruf ayat Al-Quran. Guna tajwid ialah sebagai alat

untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek, melafazkan dan hukum dalam membaca Al-Quran.

Tajwīd (تجويد) secara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau

bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ” ( د د-جو تجويدا-يجو ) dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang

mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya.

Dalam ilmu tajwid dikenal beberapa istilah yang harus diperhatikan dan diketahui

dalam pembacaan Al-Quran, diantaranya :

a. Makharijul huruf, yakni tempat keluar masuknya huruf

b. Shifatul huruf, yakni cara melafalkan atau mengucapkan huruf

c. Ahkamul huruf, yakni hubungan antara huruf

d. Ahkamul maddi wal qasr, yakni panjang dan pendeknya dalam melafazkan ucapan dalam tiap ayat Al-Quran

e. Ahkamul waqaf wal ibtida’, yakni mengetahui huruf yang harus mulai dibaca dan berhenti

pada bacaan bila ada tanda huruf tajwid

f. dan Al-Khat dan Al-Utsmani

Arti lainnya dari ilmu tajwid adalah melafazkan, membunyikan dan menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan dalam ayat Al-Quran. Menurut para

Ulama besar menyatakan bahwa hukum bagi seseorang yang mempelajari tajwid adalah Fardhu Kifayah, yakni dengan mengamalkan ilmu tajwd ketika memabaca Al-Quran dan Fardhu ‘Ain atau wajib hukumnya baik laki-laki atau perempuan yang mu’allaf atau

seseorang yang baru masuk dan mempelajari Islam dan KitabNya.

Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman akan ilmu tajwid itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus dipelajari, untuk menghindari

kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan baik dan benar sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar indah dan sempurna.

Page 7: Belajar membaca al quran

Berikut ini ada dalil atau pernyataan shahih dari Allah SWT yang mewajibkan setiap

HambaNya untuk membaca Al-Quran dengan memahami tajwid, diantaranya :

1. Dalil pertama di ambil dari Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam ayatNya yang artinya

“Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)”[QS:Al-Muzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk

membaca Al-Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).

2. Dalil kedua diambil dari As-Sunnah ( Hadist ) yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah

r.a.(istri Nabi Muhammad SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan Al-Quran dan sholat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab: ”Ketahuilah bahwa Baginda S.A.W. Sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian

Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian

dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).

3. Dalil ketiga diambil dari Ijma atau pendapat para ulama besar Islam. Yakni kesepakatan

para ulama yang dilihat dari zaman Rasulullah SAW hingga sampai saat ini, yang menyatakan bahwa membaca Al-Quran dengan ber-Tajwid merupakan hukum atau sesuatu

yang fardhu dan wajib.

Hukum-hukum dalam tajwid beserta komponen ilmu tajwid yang harus dikenal

dipelajari, dipahami serta diamalkan dalam membaca Al-Quran, antara lain :

1. Hukum Ta’awuz dan Basmalah

Isti’azah atau taawuz adalah melafazkan atau membunyikannya : “A’uzubillahi minasy

syaitaanir rajiim” (اعوذ بالله من الشيطن الرجيم)

cara melafazkan basmalah adalah bunyinya:

“Bismillahir rahmaanir rahiim” (بسم الله الرحمن الرحيم).

Terdapat 4 cara membaca iati’azah, basmalah dan surat :

a. memutuskan isti’azah (berhenti) kemudian baru membaca basmalah,

b. menyambungkan basmalah dengan surah tanpa berhenti,

c. membaca isti’azah dan basmalah terus-menerus tanpa henti,

d. membaca isti’azah, basmalah dan awal surat terus-menerus tanpa berhenti.

Terdapat 4 cara membaca basmalah di antara dua surat. Membaca basmalah adalah

tanda awal dimulai suatu bacaan dalam surat Al-Quran. Guna dari membaca basmalah

suatu keharusan dengan tujuan :

Page 8: Belajar membaca al quran

a. Basmalah sebagai pemisah dengan surat Al-Quran yang lain

b. Sebagai penghubung dengan awal surat Al-Quran

c. Sebagai penghubung dari kesemua surat Al-Quran

d. Menghubungkan akhir surat dengan basamalah, lalu berhenti. Namun basamalah tidak

selalu menjadi surat awal yang harus terus dibaca untuk melanjutkan surat berikutnya. Walau bagaimana pun, tidak harus membaca demikian karena dikhawatirkan ada yang mengganggap basmalah merupakan salah satu ayat daripada surat yang sebelumnya.

Dalam ilmu tajwid juga dikenal ada 9 hukum bacaan yang isinya menjelaskan bagian-

bagian tanda baca dan cara melafazkannya atau pengucapannya, antara lain :

A. Hukum nun mati dan tanwin, terdiri dari :

Contoh : ayat diatas merupakan surat Al-Quran ( QS: Al-Baqarah ayat 145 ), huruf

yang diberi warna (merah : izhar halqi), (hijau : idgham), ( biru : ikhfa haqiqi), ( ungu :

iqlab).

Page 9: Belajar membaca al quran

1. Izhar Halqi

Izhar halqi bila bertemu dengan huruf izhar maka cara melafazkan atau mengucapkannya

harus “jelas” Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf Halqi (tenggorokan) seperti: alif/hamzah(ء), ha’ (ح), kha’ (خ), ‘ain (ع), ghain (غ), dan ha’ (ھ). Izhar Halqi yang artinya dibaca jelas.

Contoh : نار حامية

2. Idgham

Hukum bacaan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: mim (م), nun (ن), wau (و), dan ya’ (ي), maka ia harus dibaca lebur dengan dengung.

Contoh: مددة .harus dibaca Fī ʿamadim mumaddadah في عمد م

3. Idgham Bilaghunnah

Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra’ (ر) dan lam (ل), maka ia harus

dibaca lebur tanpa dengung.

Contoh: من لم harus dibaca Mal lam

Pengecualian

Page 10: Belajar membaca al quran

Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan dalam satu kata, seperti بنيان, ادنيا, قنوان, dan صنوان, maka nun mati atau tanwin tersebut dibaca

jelas.

4. Iqlab

Hukum ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (ب). Dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berbah menjadi bunyi mim (م).

Contoh: لينبذن harus dibaca Layumbażanna

5. Ikhfa’ haqiqi

Jika nan mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta’(ت), tha’ (ث), jim (ج), dal (د), dzal (ذ), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), fa’ (ف), qof (ق), dan kaf (ك), maka ia harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)

Contoh: فوسطن نقعا

B. Hukum mim mati

Selain hukum nun mati dan tanwin adapula hukum lainnya dalam mempelajari dan membaca Al-Quran yakni Hukum mim mati, yang disebut hukum mim mati jika bertemu dengan huruf mim mati ( م) yang bertemu dengan huruf-huruf arab tertentu.

Contoh bacaan diatas diambil dari (QS: Al-Mu’minun :55-59) yang diberi tanda warna

(biru : ikhfa syafawi), ( merah : idgham mimi), (hijau : izhar syafawi).

Hukum mim mati memiliki 3 jenis, yang diantaranya adalah :

1. Ikhfa Syafawi (إخفاء شفوي)

Apabila mim mati ( م) bertemu dengan ba (ب), maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan dibaca didengungkan.

Contoh: ( لبهم باسط (فاحكم بينهم( )ترميهم بحجارة( )وك

Page 11: Belajar membaca al quran

2. Idgham Mimi ( إدغام ميمى)

Apabila mim mati ( م) bertemu dengan mim (م), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi disebut

juga idgham mislain atau mutamasilain.

Contoh : ( أم من( )كم من فئة)

3. Izhar Syafawi (إظهار شفوي)

Apabila mim mati ( م) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim ( م) dan ba

.maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup ,(ب)

Contoh: ( قون( )تمسون (لعلكم تت

C. Hukum mim dan nun tasydid

Hukum mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajib al-ghunnah (واجب الغنه) yang bermakna bahwa pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan

bagi kedua-duanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda atau bertasydid (م dan ن).

Contoh: من الجنة والناس

D. Hukum alif lam ma’rifah

Alif lam ma’rifah adalah dua huruf yang ditambah pada pangkal atau awal dari kata yang

bermakna nama atau isim. Terdapat dua jenis alif lam ma’rifah yaitu qamariah dan syamsiah.

- Alif lam qamariah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah(ء), ba’ ,(و) wau ,(م) mim ,(ك) kaf ,(ق) qaf ,(ف) ’fa ,(غ) ghain ,(ع) ain‘ ,(خ) ’kha ,(ح) ’ha ,(ج) jim ,(ب)

ha’ (ھ) dan ya’ (ي). Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al-qamar (القمر) yang artinya adalah bulan. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas tanpa meleburkan bacaannya.

- Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta’ (ت), tha’ (ث), dal

(ل) lam ,(ظ) zho ,(ط) tho ,(ض) dhod ,(ص) sod ,(ش) syin ,(س) sin ,(ز) zai ,(ر) ’ra ,(ذ) dzal ,(د)dan nun (ن). Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab (الشمسيه) yang artinya adalah

matahari. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya.

E. Hukum idgham

Idgham (إدغام) adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf

ke dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis idgham:

- Idgham mutamathilain ( yang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf yang – إدغام متماثلينsama sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum

adalah wajib diidghamkan. Contoh: قد دخلو ا .

Page 12: Belajar membaca al quran

- Idgham mutaqaribain ( yang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan – إدغام متقاربينmakhrajnya hampir sama, seperti ba’ bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha’ bertemu dzal.

Contoh: مڪ قنخل

- Idgham mutajanisain ( yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang – إدغام متجانسينsama makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta’ dan tha, lam dan ra’ serta dzal dan zha.

Contoh: قل رب

F. Hukum mad

Mad yang artinya yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah Ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu

dari huruf mad. Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far’i. Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya’ dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.

G. Hukum ra’

Hukum ra’ adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra’ dalam bacaan. Terdapat tiga cara yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.

* Bacaan ra’ harus dikasarkan apabila:

1. Setiap ra’ yang berharakat atas atau fathah.

Contoh: ربنا

2. Setiap ra’ yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas

atau fathah.

Contoh: واالرض

3. Ra’ berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.

Contoh: رجعواٱ

4. Ra’ berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra’ tadi berjumpa dengan huruf isti’la’.

Contoh: مرصاد

* Bacaan ra’ yang ditipiskan adalah apabila:

1. Setiap ra’ yang berbaris bawah atau kasrah.

Contoh: رجال

2. Setiap ra’ yang sebelumnya terdapat mad lain

Contoh: خير

Page 13: Belajar membaca al quran

3. Ra’ mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa dengan huruf isti’la’.

Contoh: فرعون

* Bacaan ra’ yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra’ yang berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf isti’la’.

Contoh: فرق

Isti’la’ ( تعال ءاس ): terdapat tujuh huruf yaitu kha’ (خ), sod (ص), dhad (ض), tha (ط), qaf (ق), dan

zha (ظ).

H. Qalqalah

Qalqalah (قلقله) adalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf (ق), tha (ط), ba’ (ب), jim (ج), dan dal (د).

Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:

- Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.

Contoh: عونيطمعون, يد

- Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf

atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.

Contoh: قلفلق, علٱ

I. Waqaf (وقف)

Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah

menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis waqaf yaitu:

waqaf sempurna – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan – (taamm) تآم -

yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak mempengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya

waqaf memadai – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan – (kaaf) كاف -

secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya

waqaf baik – yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi – (Hasan) حسن -

makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya

Page 14: Belajar membaca al quran

waqaf buruk – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak – (Qabiih) قبيح -sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari

karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang lain.

Tanda-tanda waqaf lainnya :

1. Tanda mim ( مـ ) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat

sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( م ),

memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya;

2. tanda tho ( ط ) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.

3.tanda jim ( ج ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.

4. tanda zha ( ظ ) bermaksud lebih baik tidak berhenti

5. tanda sad ( ص ) disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih

diperbolehkan berhenti pada waqaf sad

6. tanda sad-lam-ya’ ( صلے ) merupakan singkatan dari “Al-washl Awlaa” yang bermakna “wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik”, maka dari itu meneruskan bacaan tanpa

mewaqafkannya adalah lebih baik;

7. tanda qaf ( ق ) merupakan singkatan dari “Qiila alayhil waqf” yang bermakna “telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya”, maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan

8. tanda sad-lam ( صل ) merupakan singkatan dari “Qad yuushalu” yang bermakna “kadang kala boleh diwasalkan”, maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan

9. tanda Qif ( قيف ) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda

tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa berhenti

10. tanda sin ( س ) atau tanda Saktah ( سکته ) menandakan berhenti seketika tanpa mengambil

napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan

11. tanda Waqfah ( وقفه ) bermaksud sama seperti waqaf saktah ( سکته ), namun harus

berhenti lebih lama tanpa mengambil napas

12. tanda Laa ( ال ) bermaksud “Jangan berhenti!”. Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak

Page 15: Belajar membaca al quran

dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak

13. tanda kaf ( ك ) merupakan singkatan dari “Kadzaalik” yang bermakna “serupa”. Dengan

kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul

14. tanda bertitik tiga ( … …) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta’anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara

membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.

Sebenarnya masih banyak hukum bacaan dan tanda bacaan dalam Al-Quran bila dipelajari

memerlukan waktu pemahaman yang cukup lama agar fasih dan benar dalam membaca, melafazkan dan pengucapan harakat (panjang-pendeknya suatu bacaan), tajwid lainnya yang harus dipelajari dan dipahami. Lebih baik lagi apabila mempelajari kitab Iqro (kitab kecil ).

Hukum Wanita Haid Membaca Al-Quran

Para Ulama besar memiliki pendapat yang berbeda mengenai Hukum wanita yang sedang membaca Al-Quran diperbolehkan atau tidak ?? Ada pendapat Ulama yang mengatakan bagi

wanita yang sedang haid diperbolehkan membaca Al-Quran karena belum diketahui secara pasti dalil shahih yang melarang.

Namun ada dalil dan hadist dari sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa wanita yang sedang menstruasi diperbolehkan membaca Al-Quran dan kemudian hendak

melaksanakan ibadah Umrah akan tetapi sedang dalam masa menstruasi :

Berkata Syeikh Al-Albany:

Page 16: Belajar membaca al quran

“Hadist ini menunjukkan bolehnya wanita yang haid membaca Al-Quran, karena membaca Al-Quran termasuk amalan yang paling utama dalam ibadah haji, dan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membolehkan bagi Aisyah semua amalan kecuali thawaf dan shalat, dan

seandainya haram baginya membaca Al-Quran tentunya akan beliau terangkan sebagaimana beliau menerangkan hukum shalat (ketika haid), bahkan hukum membaca Al-Quran (ketika

haid) lebih berhak untuk diterangkan karena tidak adanya nash dan ijma’ yang mengharamkan, berbeda dengan hukum shalat (ketika haid). Kalau beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang Aisyah dari shalat (ketika haid) dan tidak berbicara tentang hukum

membaca Al-Quran (ketika haid) ini menunjukkan bahwa membaca Al-Quran ketika haid diperbolehkan, karena mengakhirkan keterangan ketika diperlukan tidak diperbolehkan,

sebagaimana hal ini ditetapkan dalam ilmu ushul fiqh, dan ini jelas tidak samar lagi, walhamdu lillah.” (Hajjatun Nabi hal:69).

Namun jika orang yang berhadats kecil dan wanita haid ingin membaca Al-Quran maka

dilarang menyentuh mushhaf atau bagian dari mushhaf, dan ini adalah pendapat empat madzhab, Hanafiyyah (Al-Mabsuth 3/152), Malikiyyah (Mukhtashar Al-Khalil hal: 17-18), Syafi’iyyah (Al-Majmu’ 2/67), Hanabilah (Al-Mughny 1/137). Mushhaf disebut juga dengan

Al-Quran.

Kemudian mereka mengeluarkan dalil dengan firman Allah ta’alaa:

Page 17: Belajar membaca al quran

yang artinya : “Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci.”

pendapat dari ulama lainnya adalah dilarang menyentuh Al-Quran termasuk sampulnya karena dia masih menempel. Ketika seorang wanita yang sedang haid boleh saja menyentuh

Al-Quran namun dengan catatan membungkus tangan dengan kaos tangan, maka Al-Quran boleh disentuh.

Berkata Syeikh Bin Baz :

“Boleh bagi wanita haid dan nifas untuk membaca Al-Quran menurut pendapat yang lebih shahih dari 2 pendapat ulama, karena tidak ada dalil yang melarang, namun tidak boleh

menyentuh mushhaf, dan boleh memegangnya dengan penghalang seperti kain yang bersih atau selainnya, dan boleh juga memegang kertas yang ada tulisan Al-Quran (dengan

menggunakan penghalang) ketika diperlukan” (Fatawa Syeikh Bin Baz 24/344).

Akan tetapi yang lebih baik adalah ketika hendak membaca Al-Quran dalam keadaan suci , diperbolehkan menyentuh dan membaca Al-Quran bila dalam keadaan hadast kecil. Pendapat

tersebut dikemukakan dengan kesepakatan oleh beberapa ulama.

Berkata Imam An-Nawawy :

“Kaum muslimin telah bersepakat atas bolehnya membaca Al-Quran untuk orang yang tidak

suci karena hadats kecil, dan yang lebih utama hendaknya dia berwudhu.” (Al-Majmu’, An-Nawawy 2/163).

Adapula dalil yang mengatakan bahwa bolehnya membaca Al-Quran meski tidak berwudhu

terlebih dahulu ada dalam hadist Ibnu Abbas. Beliau ketika itu sedang menginap di rumah bibinya Maimunah Radhiyaallhu’anha ( istri dari Rasulullah SAW), kemudian beliau berkata dalam dalilnya :

Page 18: Belajar membaca al quran

“Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur sampai ketika tiba tengah malam, atau sebelumnya atau sesudahnya, beliau bangun kemudian duduk dan mengusap muka dengan tangan beliau supaya tidak mengantuk, kemudian membaca sepuluh ayat terakhir dari surat

Ali Imran.” (HR.Al-Bukhary)

Di dalam hadist ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al-Quran setelah bangun tidur, sebelum beliau berwudhu.

Adab Membaca Al-Quran

Posted by Belajar Membaca Alquran

Al-Qur’anul Kariim adalah firman Allah SWT yang menjadikannya sebagai pedoman umat manusia dan mengajarkan, menuntun kepada petunjuk untuk mendapatkan kebaikan,

keberkahan dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Seseorang yang membaca, mempelajari, memahami dan mengamalkan Al-Quran dijanjikan Allah SWT syurga yang indah, kecukupan dalam hidupnya, kemurahan rezeki, pahala, meleburkan dosa serta

dikabulkannya segala pinta dan doa yang diharapkannya. Selain itu Allah SWT menggolongkan dirinya bersama orang-orang mu’min yang mendapatkan Rahmat dan

Syafa’atNya ketika hari kiamat nanti.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi ” Sebaik-baiknya kamu adalah

orang yang membaca dan mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya “.

(HR.Bukhari)

Ada beberapa cara adab atau perilaku ketika seorang muslim membaca Al-Quran agar

mendapatkan kesempurnaan dan mampu memahami serta meresap apa saja makna

yang terkandung dalam tiap ayat Al-Quran :

1. Membersihkan mulut dan menggosok gigi terlebih dahulu dengan siwak

Dengan tujuan agar ketika membaca Al-Quran, mulut terasa segar dan wangi dan membaca

pun dapat dilakukan enak dan tenang.

2. Mensucikan diri dengan wudhu terlebih dahulu

Page 19: Belajar membaca al quran

Berwudhu sebelum menyentuh dan membaca Al-Quran merupakan perilaku penting agar diri ini dalam keadaan suci terhindar dari hadas kecil maupun hadas besar. Karena Al-Quran

merupakan Kitab suci yang harus dijaga kebersihan dan kesuciannya, seperti yang dikatakan oleh shahih Imam Haromain berkata ” Orang yang membaca Al-Quran dalam keadaan najis,

dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, namun dia telah meninggalkan sesuatu yang utama”.(At-Tibyan, hal. 58-59)

3. Membaca dengan suara yang lembut, pelan (tartil), tidak terlalu cepat agar dapat memahami tiap ayat yang dibaca

Rasulullah SAW dalam sabda mengatakan “Siapa saja yang membaca Al-Quran sampai selesai (Khatam) kurang dari 3 hari, berarti dia tidak memahami”. (HR. Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan)

Bahkan sebagian dari para Sahabat Rasulullah membenci pengkhataman Al-Quran sehari

semalam, dengan berdasarkan hadits diatas. Rasulullah SAW sendiri menyuruh sahabatnya untuk mengkhatamkan Al-Quran setiap 1 minggu (7 hari) (HR. Bukhori dan Muslim) begitu

pula yang dilakukan oleh Abdiullah Mas’ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit mereka mengkhatamkan Al-Quran seminggu sekali.

5. Membaca Al-Qur’an dengan khusyu’, penuh penghayatan, dengan hati yang ikhlas, mampu menyentuh jiwa dan perasaan bila perlu dengan menangis

Allah SWT menerangkan pada sebagian dari sifat-sifat hambaNya yang shalih adalah “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertamba khusyu”. ( QS.Al Isra :109 ). Teteapi tidak demikian bagi seorang hambaKu dengan pura-pura menangis

dengan tangisan yang dibuat-buat.

6. Membaguskan suara ketika membaca Al-Quran

Dalam sabda Rasulullah SAW yang berbunyi “Hiasilah Al-Quran dengan suaramu.”(HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, “Tidak termasuk

umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur’an.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam pengertian dari hadits tersebut adalah membaca Al-Quran dengan baik dan benar mengerti makhroj (tanda baca), harakat ( panjang pendeknya bacaan), mengerti tajwid dsb. Sehingga

tidak melewatkan hukum dan ketentuan dari membaca Al-Quran, bila sudah cukup mengerti lantunan dari tiap-tiap ayat yang dibacakan agar terdengar indah dan menyentuh Qolbu.

7. Membaca Al-Qur’an dimulai dengan isti’adzah.

Dalam firman Allah SWT yang artinya, “Dan bila kamu akan membaca Al-Qur’an, maka

mintalah perlindungan kepada Alloh dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)

Dengan maksud membaca membaca Al-Quran dengan suara yang lirih dan khusyu’ sehingga

tak perlu mengganggu orang yang sedang melakukan shalat dan tidak menimbulkan sifat Riya’. Bahkan dalam sebuah Hadist Rosululloh shollallohu ‘alaihiwasallam bersabda, “Ingatlah bahwasannya setiap dari kalian bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah

satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh bersuara lebih

Page 20: Belajar membaca al quran

keras daripada yang lain pada saat membaca (Al-Qur’an).” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Baihaqi dan Hakim).


Top Related