Download - Bantuan Hidup Dasar_2.ppt
Disampaikan pada :
Pelatihan Emergency Nursing – Intermediate LevelBalai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) BatamHIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA
22
PRINSIP
• DON’T BE THE NEXT VICTIM(Jangan jadi korban selanjutnya)
• FIRST, DO NO HARM(Jangan memperparah keadaan)
• DON’T BE THE NEXT VICTIM(Jangan jadi korban selanjutnya)
• FIRST, DO NO HARM(Jangan memperparah keadaan)
33
TIME IS LIFE
Estimasi keberhasilan BHD
Basic Life Support :
The 2010 BLS Guidelines :
• Pengenalan segera pd sudden cardiac arrest (SCA) didasarkan unresponsive dan tdk napas normal (tidak bernapas atau hanya gasping)
• Look, Listen & Feel dihilangkan dari algoritma BLS
• Menganjurkan hand-only (chest compression only) CPR pd penolong awam yg tdk terlatih
• Sekuens berubah dari ABC CAB• Penolong terus melakukan CPR hingga terjadi return
of spontaneous circulation (ROSC)
• Pengenalan segera pd sudden cardiac arrest (SCA) didasarkan unresponsive dan tdk napas normal (tidak bernapas atau hanya gasping)
• Look, Listen & Feel dihilangkan dari algoritma BLS
• Menganjurkan hand-only (chest compression only) CPR pd penolong awam yg tdk terlatih
• Sekuens berubah dari ABC CAB• Penolong terus melakukan CPR hingga terjadi return
of spontaneous circulation (ROSC)
The 2010 BLS Guidelines (Lanjutan...)
• Peningkatan fokus pd metode untuk memastikan bahwa RJP diberikan dengan high-quality :– Kecepatan dan kedalaman kompresi adekuat– Memungkinkan full chest recoil antara kompresi– Meminimalkan interupsi saat kompresi dada– Menghindari ventilasi berlebihan
• Tidak menekankan pemeriksaan nadi bagi penolong awam maupun bagi healthprovider
• Peningkatan fokus pd metode untuk memastikan bahwa RJP diberikan dengan high-quality :– Kecepatan dan kedalaman kompresi adekuat– Memungkinkan full chest recoil antara kompresi– Meminimalkan interupsi saat kompresi dada– Menghindari ventilasi berlebihan
• Tidak menekankan pemeriksaan nadi bagi penolong awam maupun bagi healthprovider
2005 AHA Guidelines 2010 AHA Guidelines
Simplified Adult BLS(2010 AHA Guidelines)
Pastikan keamanan Penolong, Lingkungan dan Pasien
Pastikan keamanan Penolong, Lingkungan dan Pasien
Memeriksa respon pasien dengan cara menepuk bahu pasien
Segera berteriak meminta tolong
3. PERIKSA NADI(Check Pulse)
Tentukan ada tidaknya nadi dalam waktu < 10 dtk
Rekomendasi AHA 2010 :• Circulation lebih prioritas dibanding Airway dan Breathing
• Sering sulit dideteksi jika >10 detik mulai kompresi dada• Tidak menekankan pemeriksaan nadi sebagai mekanisme untuk
menilai henti jantung karena penolong sering mengalami kesulitan mendeteksi nadi
• Penolong awam tidak harus memeriksa denyut nadi
Anggap cardiac arrest jika pasien tiba-tiba tdk sadar, tdk bernapas atau bernapas tapi tdk normal (hanya gasping)
Tentukan ada tidaknya nadi dalam waktu < 10 dtk
Rekomendasi AHA 2010 :• Circulation lebih prioritas dibanding Airway dan Breathing
• Sering sulit dideteksi jika >10 detik mulai kompresi dada• Tidak menekankan pemeriksaan nadi sebagai mekanisme untuk
menilai henti jantung karena penolong sering mengalami kesulitan mendeteksi nadi
• Penolong awam tidak harus memeriksa denyut nadi
Anggap cardiac arrest jika pasien tiba-tiba tdk sadar, tdk bernapas atau bernapas tapi tdk normal (hanya gasping)
Memastikan ada tidaknya nadi
3. PERIKSA NADI (Lanjutan....)
• Jika tidak ada nadi mulai lakukan siklus 30 kompresi dan 2 ventilasi
• Jika ada nadi beri 1 ventilasi tiap 5 – 6 detik (8-10 x/mnt) dan evaluasi nadi tiap 2 menit
• Jika tidak ada nadi mulai lakukan siklus 30 kompresi dan 2 ventilasi
• Jika ada nadi beri 1 ventilasi tiap 5 – 6 detik (8-10 x/mnt) dan evaluasi nadi tiap 2 menit
4. KOMPRESI DADA(Chest Compressions)
Memperbaiki Posisi Pasien dan penolong
– Posisi pasien supine di atas permukaan yang keras & datar dan penolong berlutut disamping pasien (out-of-hospital) atau berdiri disamping tempat tidur pasien (in-hospital)
• Sebelum kompresi : Angkat kasur tempat tidur atau pasang backboard/papan resusitasi
• Air-filled mattress hrs dikempiskan
Memperbaiki Posisi Pasien dan penolong
– Posisi pasien supine di atas permukaan yang keras & datar dan penolong berlutut disamping pasien (out-of-hospital) atau berdiri disamping tempat tidur pasien (in-hospital)
• Sebelum kompresi : Angkat kasur tempat tidur atau pasang backboard/papan resusitasi
• Air-filled mattress hrs dikempiskan
Melakukan Kompresi Dada
4. KOMPRESI DADA (Lanjutan....)
• Letakkan salah satu tumit telapak tangan pada ½ sternum, diantara 2 putting susu dan telapak tangan lainnya di atas tangan pertama
Rekomendasi AHA 2010 :
• Push hard and fast • Kecepatan adekuat (at least 100x/mnt)• Kedalaman adekuat :
Dewasa : 2 inchi (5 cm), rasio 30 : 2 (1 atau 2 penolong)
Anak : 1/3 AP (± 5 cm), rasio 30 : 2 (1 penolong) dan 15 : 2 (2 penolong)
Bayi : 1/3 AP (± 4 cm), rasio 30 : 2 (1 penolong) dan 15 : 2 (2 penolong)
• Memungkinkan terjadinya complete chest recoil setelah kompresi
Chest compression time = relaxation/recoil time
• Hindari ventilasi berlebihan
• Letakkan salah satu tumit telapak tangan pada ½ sternum, diantara 2 putting susu dan telapak tangan lainnya di atas tangan pertama
Rekomendasi AHA 2010 :
• Push hard and fast • Kecepatan adekuat (at least 100x/mnt)• Kedalaman adekuat :
Dewasa : 2 inchi (5 cm), rasio 30 : 2 (1 atau 2 penolong)
Anak : 1/3 AP (± 5 cm), rasio 30 : 2 (1 penolong) dan 15 : 2 (2 penolong)
Bayi : 1/3 AP (± 4 cm), rasio 30 : 2 (1 penolong) dan 15 : 2 (2 penolong)
• Memungkinkan terjadinya complete chest recoil setelah kompresi
Chest compression time = relaxation/recoil time
• Hindari ventilasi berlebihan
5. AIRWAY (JALAN NAFAS)
• Pemeriksaan jalan napas
5. AIRWAY (Lanjutan)
Rekomendasi AHA 2010 :• Gunakan head tilt-chin lift untuk membuka jalan napas
pada pasien tanpa ada trauma kepala dan leher– Sekitar 0,12-3,7% mengalami cedera spinal dan risiko cedera
spinal meningkat jika pasien mengalami cedera craniofasial dan/atau GCS <8
• Gunakan jaw thrust suspek cedera servikal• Pasien suspek cedera spinal lebih diutamakan dilakukan
restriksi manual (menempatkan 1 tangan di ditiap sisi kepala pasien) drpd menggunakan spinal immobilization devices krn dapat mengganggu jalan napas tapi alat ini bermanfaat mempertahankan kesejajaran spinal selama transportasi
Rekomendasi AHA 2010 :• Gunakan head tilt-chin lift untuk membuka jalan napas
pada pasien tanpa ada trauma kepala dan leher– Sekitar 0,12-3,7% mengalami cedera spinal dan risiko cedera
spinal meningkat jika pasien mengalami cedera craniofasial dan/atau GCS <8
• Gunakan jaw thrust suspek cedera servikal• Pasien suspek cedera spinal lebih diutamakan dilakukan
restriksi manual (menempatkan 1 tangan di ditiap sisi kepala pasien) drpd menggunakan spinal immobilization devices krn dapat mengganggu jalan napas tapi alat ini bermanfaat mempertahankan kesejajaran spinal selama transportasi
6. BREATHING (PERNAPASAN)
• Rekomendasi AHA 2010 :– Pemberian rescue breathing sama dengan
rekomendasi AHA 2005, yaitu :
• Pemberian dilakukan sesuai tidal volume • Rasio kompresi dan ventilasi 30:2• Setelah alat intubasi terpasang pada 2 orang
penolong : selama pemberian RJP, ventilasi diberikan tiap 8-10 detik/menit tanpa usaha sinkronisasi antara kompresi dan ventilasi. Kompresi dada tidak dihentikan untuk pemberian ventilasi
• Rekomendasi AHA 2010 :– Pemberian rescue breathing sama dengan
rekomendasi AHA 2005, yaitu :
• Pemberian dilakukan sesuai tidal volume • Rasio kompresi dan ventilasi 30:2• Setelah alat intubasi terpasang pada 2 orang
penolong : selama pemberian RJP, ventilasi diberikan tiap 8-10 detik/menit tanpa usaha sinkronisasi antara kompresi dan ventilasi. Kompresi dada tidak dihentikan untuk pemberian ventilasi
6. BREATHING (Lanjutan)
• Rekomendasi AHA 2010 :– Tidak menekankan pemeriksaan breathing
Penolong baik profesional maupun awam mungkin tdk dapat menentukan secara akurat ada atau
tidaknya napas pada pasien tidak sadar karena jalan napas tdk terbuka atau karena pasien occasional gasping yg dpt terjadi pada beberapa menit pertama setelah henti jantung
• Rekomendasi AHA 2010 :– Tidak menekankan pemeriksaan breathing
Penolong baik profesional maupun awam mungkin tdk dapat menentukan secara akurat ada atau
tidaknya napas pada pasien tidak sadar karena jalan napas tdk terbuka atau karena pasien occasional gasping yg dpt terjadi pada beberapa menit pertama setelah henti jantung
6. BREATHING (Lanjutan)
MULUT KE MULUT MULUT KE MASK
Mulut ke Hidung Mulut ke Stoma
BAG VALVE MASK (AMBU BAG)
"Bagging" : lebih baik berdua"Bagging" : lebih baik berdua
Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang efektif, periksa apakah masih ada sumbatan di mulut pasien serta perbaiki posisi tengadah kepala dan angkat dagu yang belum adekuat.
Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang efektif, periksa apakah masih ada sumbatan di mulut pasien serta perbaiki posisi tengadah kepala dan angkat dagu yang belum adekuat.
• Bila pasien kembali bernafas spontan dan normal tetapi
tetap belum sadar, ubah posisi pasien ke posisi miring
mantap bila pasien muntah tidak terjadi aspirasi .
• Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami
henti nafas kembali, jika terjadi segera terlentangkan
pasien dan lakukan nafas buatan kembali.
• Bila pasien kembali bernafas spontan dan normal tetapi
tetap belum sadar, ubah posisi pasien ke posisi miring
mantap bila pasien muntah tidak terjadi aspirasi .
• Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami
henti nafas kembali, jika terjadi segera terlentangkan
pasien dan lakukan nafas buatan kembali.
• Sebelum intubasi– Dewasa (>8 th)
– Anak (1-8 th)– Bayi (<1 th)
• Setelah intubasi– Kompresi 100 x/mnt– Ventilasi tiap 6 – 8 detik (8 - 10 x/mnt)
• 5 siklus 30:2 (2 mnt)nilai ulang sirkulasi
• Sebelum intubasi– Dewasa (>8 th)
– Anak (1-8 th)– Bayi (<1 th)
• Setelah intubasi– Kompresi 100 x/mnt– Ventilasi tiap 6 – 8 detik (8 - 10 x/mnt)
• 5 siklus 30:2 (2 mnt)nilai ulang sirkulasi
30 : 2 (1 penolong)15 : 2 (2 penolong)
30 : 2 (1 atau 2 penolong)
• Sesudah 5 siklus kompresi dan ventilasi kemudian pasien dievaluasi kembali.
• Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dgn rasio 30 : 2.
• Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakkan pasien pada posisi mantap (recovery position)
• Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10- 12 x/menit dan monitor nadi setiap 2 menit.
• Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan nafas tetap terbuka.
• Sesudah 5 siklus kompresi dan ventilasi kemudian pasien dievaluasi kembali.
• Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dgn rasio 30 : 2.
• Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakkan pasien pada posisi mantap (recovery position)
• Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10- 12 x/menit dan monitor nadi setiap 2 menit.
• Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan nafas tetap terbuka.
RJP DIHENTIKAN
• Kembalinya sirkulasi & ventilasi spontan
• Ada yang lebih bertanggung jawab
• Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada respon.
• Adanya DNAR
• Tanda kematian yang irreversibel
• Kembalinya sirkulasi & ventilasi spontan
• Ada yang lebih bertanggung jawab
• Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada respon.
• Adanya DNAR
• Tanda kematian yang irreversibel
RJP TIDAK DILAKUKAN
• DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)• Tanda kematian : rigor mortis• Sebelumnya dengan fungsi vital yang
sudah sangat jelek dengan terapi maksimal
• Bila menolong korban akan membahayakan penolong
• DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)• Tanda kematian : rigor mortis• Sebelumnya dengan fungsi vital yang
sudah sangat jelek dengan terapi maksimal
• Bila menolong korban akan membahayakan penolong
KOMPLIKASI RJP
• Nafas buatan :– inflasi gaster – regurgitasi– mengurangi volume paru
• Bila terjadi inflasi gaster– perbaiki jalan nafas– hindari tidal volume yang besar dan laju
nafas yang cepat
KOMPLIKASI RJP
– Fraktur iga & sternum (sering terjadi terutama pada orang tua)
– RJP tetap diteruskan walaupun terasa ada fraktur iga. Posisi tangan salah Fraktur iga
– Pneumothorax– Hemothorax– Kontusio paru– Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang terlalu
rendah akan menekan procesus xipoideus ke arah hepar/limpa
– Emboli lemak
– Fraktur iga & sternum (sering terjadi terutama pada orang tua)
– RJP tetap diteruskan walaupun terasa ada fraktur iga. Posisi tangan salah Fraktur iga
– Pneumothorax– Hemothorax– Kontusio paru– Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang terlalu
rendah akan menekan procesus xipoideus ke arah hepar/limpa
– Emboli lemak
Summary
Video CPR AHA 20120
CPR is not harmful. Inaction is harmful and CPR can be lifesaving
(AHA, 2010)
Created by :Ns. Muhamad Adam, M.Kep