Download - Bakti dan ujang.p

Transcript
Page 1: Bakti dan ujang.p

ASAS-ASAS PENDIDIKAN

TUGAS MATA KULIAH DASAR-DASAR PENDIDIKAN

KELAS 1 B

Dosen : Arif bintoro johan spd.T.Mpd

Disusun uleh :

BAKTI SUPRAYOGO : ( 11 006 055 ) UJANG PARMAN : ( 11 006 056 )

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMAN SISWA

YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012

Page 2: Bakti dan ujang.p

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil

menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang

berjudul “ASAS-ASAS PEDIDIKAN”

Makalah ini berisikan tentang informasi tentang asas-asas pendidikan

di Indonesia Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada

kita semua .

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami

harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Page 3: Bakti dan ujang.p

DAFTAR  ISI

Kata Pengantar………………………………………...……………………i

Daftar Isi…………………………...…………………………………………..…..ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang …………………………………………………... 1

2. Tujuan……………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN MATERI

1. Azas-azas pendidikan ………………………………………….. ..3

2. Landasan

pendidikan………………………………………………………..4

3. Asas pokok pendidikan.….. …………………………………….. 8

4. Landasan dan asas pendidikan……………………………................

………………..13

5. Landasan penndidikan nasional di Indonesia..................................13

6. Pendidikan bagi semua……………………..……………………..14

7. Lingkungan pendidikan…………….....………………………….15

8. Aliran pendidikan…………………………....……………………….

….18

9. Gerak baru dalam pendidikan……………………………………19

10. Aliran pokok pendidikan di indonesia ……………………….…21

11. Pendidikan dan perkembangan masyarakat……………………...22

12. Kelembagaan pendidikan ……………………………………….36

Page 4: Bakti dan ujang.p

BAB III PENUTUP

A. Penutup……………………………………… ……………………44

B. Kesimpulan ……………………………………………..………….43

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………...…46

Page 5: Bakti dan ujang.p

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kemajuan Ilmu dan tegnologi, terutama tegnologi informasi

menyebabkan arus komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini

brdampak lagsung pada bidang Norma kehidupan dan ekonomi, seperti

tersingkirnya tenaga kerja yang kurang berpendidikan dan kurang trampil,

terkikisnya budaya lokal karena cepatnya arus informasi dan budaya global,

serta menurunnya norma-norma masyarakat kita yang bersifat pluralistik

sehingga raawan terhadap timbulnya gejolak sosial dan disintegrasi bangsa.

Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan pengetahuan dan

tegnologi, menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu bangsa. Ukuran

kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik atau sumber daya

alam ke modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan kepercayaan.

Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (Life

Skill), yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian

dengan kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga selalu mampu

bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif

dalam kehidupannya. Kecakapan ini sebenarnya telah diperoleh siswa sejak

dini mulai pendidikan formal di sekolah maupun yang bersifat informal,

yang akan membuatnya menjadi masyrakat berpengetahuan yang belajar

sepanjang hayat (Lige Long Learning)

Page 6: Bakti dan ujang.p

B. Tujuan

Dalam pokok ini dibahas tentang fungsi landasan dan azass-azas pendidikan

serta penerapannya di dalam praktek sehingga memantabkan setiap usaha

yang dilakukan dalam melatih, membimbing serta membelajarkan peserta

didik yang merupakan kewajiban utama kita sebagai pendidik yang

profesional.

Page 7: Bakti dan ujang.p

BAB II PEMBAHASAN MATERI

B. Azas-azas pendidikan

1. Azas Tut Wuri Handayani

Secara historis Tut Wuri Handayani lahir sebagai semboyan yang

digunakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem pendidikan Taman

Siswa. Makna Tut Wuri Handayani adalah

- Tut Wuri : Mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh

perhatian berdasarkan cinta kasih tanpa pamrih

- Handayani : empengaruhi dalam arti merangsang, memupuk,

membimbing, menggairahkan agar sang anak

mengembangkan pribadi masing-masing melalui

disiplin pribadi

2. Azas Demokrasi

Azas Demokrasi dalam pendidikan bersumber pada sila ke-4

pancasila. Dari sila ini dirumuskan pedoman dalam penghayatan dan

pengamalan menjadi 7 butir P4. Dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistim

Pendidikan Nasional ditegaskan adanya hak peserta didik

3. Azas Kepastian Hukum

Azas kepastian hukum untuk melindungi berbagai kepentingan

individu maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat yang selaras

dan serasi, pemerintah menciptakan keputusan maupun peraturan yang

menyangkut berbagai aspek, diantaraya aspek perekonomian, hak milik,

Page 8: Bakti dan ujang.p

perkawinan, pendidikan, dsb. Ketentuan hukum yang mengatur masalah

pendidikan bersumber pada UUD 45 pasal 31 dan ayat 2.

4. Azas Pendidikan Seumur Hidup

Azas Pendidikan seumur hidup bahwa pendidikan merupakan proses

budaya intuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, dilaksanakan

dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pada hakekatnya pendidikan

seumur hidup menurut John Dewey tidak dapat dipisahkan dari belajar

seumur hidup.

LANDASAN PENDIDIKAN

1.     Landasan Filososfis

a.   Pengertian Landasan Filosofis

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam

filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia,

keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang

kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai

saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme,

Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme

1.     Esensialisme

Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan

pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial. 

2.     Perenialisme

Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan

ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada

kebaikan universal.

3.     Pragmatisme dan Progresifme

Page 9: Bakti dan ujang.p

Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu

dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan

progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.

4.     Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang

menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan

masyarakat.

b.   Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional

Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan

nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR

RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah

jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan

hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia. 

2.     Landasan Sosiolagis

a.   Pengertian Landasan Sosiologis

Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan

karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah

tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem

pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi  pendidikan

meliputi empat bidang:

1.     Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.

2.     hubunan kemanusiaan.

3.     Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.

4.     Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara

sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.

b.   Masyarakat indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem

Pendidikan Nasional

Page 10: Bakti dan ujang.p

Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah

mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar,

mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.

Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan

dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal

menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan

jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan

Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah

(penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)

3.     Landasan Kultural

a.   Pengertian Landasan Kultural

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik,

sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur

mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan

pendidikan, baiksecara formal maupun informal.

Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan

yang sesuai denga perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah

laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan.

Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan

transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan

keluarga.

b.   Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional

Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah

itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan

masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini harsulah dilaksanakan dalam

kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia

sebagai sisi ketunggal-ikaan.

Page 11: Bakti dan ujang.p

4.     Landasan Psikologis

a.   Pengertian Landasan Filosofis

Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan

perkembangan anak. Pemahaman etrhadap peserta didik, utamanya yang

berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan

pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat

diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.

Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada

setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan

kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar

yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian

bahan belajar yang digariskan.

b.   Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis

Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal

dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau

tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara

efektif dan efisien.

5.     Landasan Ilmiah dan Teknologis

a.   Pengertian Landasan IPTEK

Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga

pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke 

dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan

proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang

proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya

berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia

yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan

dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek

tersebut.

Page 12: Bakti dan ujang.p

b.   Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah

Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai

kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan

manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus

mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan

ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan

dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan

manfaatnya bagi masyarakat

B.    ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar

atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan

pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang

memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu.

Diantara  asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar

Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.

1.     Asas Tut Wuri Handayani

Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem

Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini

kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan

menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan

Ing Madyo Mangun Karso.

Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan

asas yaitu:

Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)

Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan

dan semangat)

Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

Page 13: Bakti dan ujang.p

Asas Tut Wuri HandayaniPertama kali dicetuskan oleh tokoh sentral

pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro, pada medio 1922, semboyan

Tut Wuri Handayani merupakan satu dari tujuh asas Perguruan Nasional

Taman Siswa. Dalam asas Perguruan Nasional Taman Siswa, semboyan Tut

Wuri Handayani termaktub dalam butir pertama yang berbunyi, “Setiap

orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat

tertibnya persatuan dalam perikehidupan.”

Dari kutipan tersebut kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tujuan

dari pembelajaran ala Taman Siswa – dan pendidikan di Indonesia pada

umumnya – adalah menciptakan “kehidupan yang tertib dan damai (Tata

dan Tenteram, Orde on Vrede)” (Tirharahardja, 1994: 119). Dalam

perkembangan selanjutnya, Perguruan Taman Siswa menggunakan asas

tersebut untuk melegitimasi tekad mereka untuk mengubah sistem

pendidikan model lama – yang cenderung bersifat paksaan, perintah, dan

hukuman – dengan “Sistem Among” khas ala Perguruan TamanSiswa.

Sistem Among berkeyakinan bahwa guru adalah “pamong.” Sesuai dengan

semboyan Tut Wuri Handayani di atas, maka pamong atau guru di sini lebih

cenderung menjadi navigator peserta didik yang “diberi kesempatan untuk

berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau

dipaksa” (Tirtarahardja,1994:120).

Jika menilik Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, seperti apa yang

tercantum dalam Undang-undang Nomer 23 Tahun 2003, maka konsep Tut

Wuri Handayani termanifestasi ke dalam sistem KTSP (Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan). Peran guru dalam sistem KTSP lebih cenderung

sebagai pemberi dorongan karena adanya pergeseran paradigma pengajaran

dan pembelajaran, dari “teacher oriented”kepada“studentoriented.”

Dalam KTSP, guru bukan lagi sekedar “penceramah” melainkan pemberi

dorongan, pengawas, dan pengarah kinerja para peserta didik. Dengan

Page 14: Bakti dan ujang.p

sistem kurikulum yang terbaru ini, para pendidik (guru) diharapkan mampu

melejitkan semangat atau motivasi peserta didiknya. Hal ini lantaran proses

pengajaran dan pembelajaran hanya akan berjalan lancar, efektif dan efisien

manakala ada semangat yang kuat dari para peserta didik untuk

mengembangkan dirinya melalui pendidikan. Maka bukan tidak mungkin,

jika KTSP juga merupakan wujud manifestasi dari asas pendidikan

Indonesia “Kemandirian dalam Belajar.

2.     Asas Belajar Sepanjang Hayat

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut

pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long

education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan

memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.

Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan

kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan

kehidupan peserta didik di masa depan.

Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara

pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

Asas Belajar sepanjang HayatMungkin inilah agenda besar

pendidikan di Indonesia, yakni manusia Indonesia yang belajar sepanjang

hayat.Konsep belajar sepanjang hayat sendiri telah didefinisikan dengan

sangat baik oleh UNESCO Institute for Education, lembaga di bawah

naungan PBB yang terkonsentrasi dengan urusan pendidikan. Belajar

sepanjang hayat merupakan pendidikan yang harus (1) meliputi seluruh

hidup setiap individu, (2) mengarah kepada pembentukan, pembaharuan,

peningkatan, dan penyempurnaan secara sistematis, (3) tujuan akhirnya

adalah mengembangkan penyadaran diri setiap indiviu, dan (5) mengakui

kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi (Cropley,

1970: 2-3, Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26, dalam Tirtarahardja, 1994: 121).

Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka

Page 15: Bakti dan ujang.p

pendekatan yang sangat mungkin digunakan untuk mencapai tujuan ini

adalah melalui pendekatan “Pembalajaran dan Pengajaran

Kontekstual.”Sedang dalam konteks pendidikan di Indonesia, konsep

“Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual” sedikit banyak telah

termanifestasi ke dalam sistem Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Selain KTSP – yang notabene merupakan bagian dari pendidikan

formal, maka Asas Belajar sepanjang Hayat juga termanifestasi dalam

program pendidikan non-formal, seperti program pemberantasa buta aksara

untuk warga Indonesia yang telah berusia lanjut, dan juga program

pendidikan informal, seperti hubungan sosial dalam masyarakat dan

keluarga tentunya.

3.     Asas Kemandirian dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan

kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru,

namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan

guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu

pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar

peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

Asas Kemandirian dalam BelajarKeberadaan Asas Kemandirian

dalam Belajar memang satu jalur dengan apa yang menjadi agenda besar

dari Asas Tut Wuri Handayani, yakni memberikan para peserta didik

kesempatan untuk “berjalan sendiri.” Inti dari istilah “berjalan sendiri”

tentunya sama dengan konsep dari “mandiri” yang dalam Asas Kemandirian

dalam Belajar bermakna “menghindari campur tangan guru namun (guru

juga harus) selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan”

(Tirtarahardja,1994:123).

Page 16: Bakti dan ujang.p

Kurikulum KTSP tentunya sangat membantu dalam agenda mewujudkan

Asas Kemandirian dalam Belajar.Prof. Dr. Umar Tirtarahardja (1994) lebih

lanjut mengemukakan bahwa dalam Asas Kemandirian dalam Belajar, guru

tidak hanya sebagai pemberi dorongan, namun juga fasilitator, penyampai

informasi, dan organisator (Tirtarahardja, 1994: 123).Oleh karena itu, wujud

manifestasi Asas Kemandirian dalam Belajar bukan hanya dalam berbentuk

kurikulum KTSP, namun juga dalam bentuk ko-kurikuler dan ekstra

kurikuler – sedang dalam lingkup perguruan tinggi terwujud dalam kegiatan

tatap muka dan kegiatan terstruktur dan mandiri.

Dalam bukunya “Contextual Teaching and Learning” Elanie B. Johnson

(2009) berpendapat bahwa dalam Pembelajaran Mandiri, seorang guru yang

berfaham “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual” dituntut untuk

mampu menjadi mentor dan guru ‘privat’ (Johnson, 2009: 177). Sebagai

mentor, guru yang hendak mewujudkan kemandirian peserta didik

diharapkan mampu memberikan pengalaman yang membantu kepada siswa

mandiri untuk menemukan cara menghubungkan sekolah dengan

pengalaman dan pengetahuan mereka sebelumnya. Sebagai seorang guru

‘privat,’ seorang guru biasanya akan memantau siswa dalam belajar dan

sesekali menyela proses belajar mereka untuk membenarkan, menuntun,

dan member instruksi mendalam (Johnson, 2009).

Lebih lanjut Johnson mengungkapkan bahwa kelak jika proses belajar

mandiri berjalan dengan baik, maka para peserta didik akan mampu

membuat pilihan-pilihan positif tentang bagaimana mereka akan mengatasi

kegelisahan dan kekacauan dalam kehidupan sehari-hari (Johnson, 2009:

179). Dengan kata lain, proses belajar mandiri atau Asas Kemandirian

dalam Belajar akan mampu menggiring manusia untuk tetap “Belajar

sepanjang Hayatnya.”

Page 17: Bakti dan ujang.p

LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN

Pendidikan dapat diartikan dari berbagai sudut pandang yaitu:

- Pendidikan berwujud sebagai suatu sistem

    => Pendidikan dipandang sebagai keseluruhan gagasan terpadu yang

mengatur usaha-usaha sadar untuk membina seseorang mencapai harkat

kemanusiaannya secara utuh.

- Pendidikan berwujud sebagai suatu proses

    => Pendidikan dipandang sebagai pelaksana usaha-usaha untuk mencapai

tujuan tertentu dalam rangka mencapai harkat kemanusiaannya secara utuh.

- Pendidikan berwujud sebagai hasil

    => Pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang telah dicapai atau dimiliki

seseorang setelah proses pendidikan berlangsung.

LANDASAN PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA

Landasan Ideal: Pancasila

Landasan Konstitusional: UUD 1945

Landasan Operasional: GBHN dan UUSPN (yang sekarang UU No. 20

Tahun 2003)

Page 18: Bakti dan ujang.p

ASAS-ASAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN NASIONAL DI

INDONESIA

Pendidikan nasional dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas:

1. Asas semesta, menyeluruh dan terpadu

2. Asas pendidikan seumur hidup

3. Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan

pemerintah

4. Asas pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekolah

dan masyarakat

5. Asas keselarasan dan keterpaduan dengan Ketahanan Nasional dan

Wawasan Nusantara

6. Asas Bhineka Tunggal Ika

7. Asas keselarasan, keserasian dan keseimbangan

8. Asas manfaat, adil, dan merata

9. Asas ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri

handayani

10. Asas mobilitas, efisiensi, dan efektivitas

11. Asas kepastian hukum

PENDIDIKAN BAGI SEMUA

UNESCO pada tahun 2000 di Dakar (Senegal) mencanangkan suatu

program pendidikan bagi semua orang  di kawasan Asia dan Pasifik yang

Page 19: Bakti dan ujang.p

disebut APPEAL (Asian Pacific Programme of Education for All).

Melahirkan deklarasi tentang pendidikan bagi semua, yaitu:

1.   Perluasan pendidikan anak dan berbagai kegiatan pengembangannya

termasuk pendidikan bagi anak miskin dan kelainan fisik/mental.

2.   Pendidikan dasar semesta diupayakan melalui program pendidikan dasar

sembilan tahun atau  program kejar paket A dan B.

3.   Pemberantasan buta huruf.

4.   Peningkatan mutu pendidikan dasar dan pelatihan keterampilan yang

diarahkan pada peningkatan kesejahteraan kesempatan mendapatkan

lapangan kerja dan peningkatan produktivitas kerja bagi semua

kelompok sasaran warga belajar.

5.   Peningkatan minat baca bagi seluruh lapisan masyarakat dalam

kaitannya dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

meningkatkan  peran kesetaraannya di dalam kegiatan pembangunan.

LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat

berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan

sosial. Lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan

utama karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di

lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia

Page 20: Bakti dan ujang.p

mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan.

Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:

    - pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan)

    - pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)

Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:

      - Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan

anaknya.

      - Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.

      - Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.

2. Lingkungan sekolah

Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi

untuk mendidik anaknya.Pada masyarakat yang semakin komplek, anak

perlu persiapan khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu

waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu

lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai

pendidik.Lembaga ini disebut sekolah.

Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi:

tanggung jawab formal kelembagaan

tanggung jawab keilmuan

tanggung jawab fungsional

3. Lingkungan masyarakat

    Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam

lingkungan sosial yaitu:

Page 21: Bakti dan ujang.p

pranata pendidikan  = bertugas dalam upaya sosialisasi

pranata ekonomi       = bertugas mengatur upaya pemenuhan

kemakmuran

pranata politik          = bertugas menciptakan integritas dan stabilitas

masyarakat

pranata teknologi     = bertugas menciptakan teknik untuk

mempermudah manusia

pranata moral dan etika = bertugas mengurusi nilai dan penyikapan

dalam pergaulan masyarakat

HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT

1. Hubungan transaksional antara sekolah dengan masyarakat

    * Sekolah sebagai partner masyarakat dalam melakukan fungsi

pendidikan.

    * Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan

dari masyarakat.

Caranya:

-   aktivitas kurikuler para siswa (mengumpulkan bahan pengajaran

dari masyarakat, kegiatan pengabdian pada masyarakat, magang, dsb)

-   aktivitas para guru  (kunjungan ke rumah siswa, dll)

-   kegiatan ekstrakurikuler (melakukan kegiatan ekstrakurikuler dengan

melibatkan masyarakat)

-   kunjungan orangtua/anggota masyarakat ke sekolah (saat kenaikan kelas,

ultah sekolah, dsb)

Page 22: Bakti dan ujang.p

-   melalui media massa (publikasi mengenai kegiatan sekolah lewat televisi,

dsb)

2. Hubungan transmisif dan transformasif

          Hubungan transmisif terjadi manakala sekolah berperan sebagai

pewarisan kebudayaan.Hubungan transformasif terjadi manakala

sekolah berperan sebagai agen pembaharu dalam kebudayaan

masyarakat.

Caranya:

    - Reproduksi budaya: Siswa diajarkan untuk menggali unsur-unsur

budaya yang telah ada dalam masyarakatnya.

    - Difusi kebudayaan    :   Siswa diajarkan agar dapat menyebarluaskan

unsur-unsur yang dinilai positif dan belum

berkembang dalam masyarakatnya.

    - Berpikir kreatif         :   Berpikir alternatif, berani “tampil beda”.

ALIRAN PENDIDIKAN

1. Aliran empirisme (aliran optimisme)

Aliran ini dimotori oleh John Locke.Aliran empirisme

mengutamakan perkembangan manusia dari segi empirik yang secara

eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal

manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah sumber pengetahuan,

sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui. Manusia dilahirkan

dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan memiliki peran penting yang

dapat menentukan keberadaan anak.Aliran ini melihat keberhasilan

Page 23: Bakti dan ujang.p

seseorang hanya dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan

dari kemampuan dasar yang merupakan pembawaan lahir.

2. Aliran nativisme (aliran pesimistik)

Tokoh aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer.Aliran nativisme

menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari

pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan

seseorang akan menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari

aliran empirisme. Orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik,

sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik. Orang yang “berbakat

baik” akan tetap baik dan tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan

terjerumus menjadi tidak baik.

3. Aliran naturalisme

Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau.Aliran naturalisme

menyatakan bahwa semua anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam

keadaan baik.Anak menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan

manusia (masyarakat).Pendidikan hanya memiliki kewajiban untuk

memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan

sendirinya.Pendidikan hendaknya diserahkan kepada alam.Dalam mendidik

seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar pembawaan yang

baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik.

4. Aliran konvergensi

Aliran ini dipelopori oleh William Stern.Aliran ini menyatakan

bahwa bakat, pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang

menentukan pembentukan pribadi seseorang.Pendidikan dijadikan sebagai

penolong kepada anak untuk mengembangkan potensinya.Yang membatasi

hasil pendidikan anak adalah pembawan dan lingkungannya.Aliran ini lebih

realitis, sehingga banyak diikuti oleh pakar pendidikan.

Page 24: Bakti dan ujang.p

GERAKAN-GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN

1. Pembelajaran alam sekitar

Dalam pendidikan alam sekitar ditanamkan pemahaman, apresiasi,

pemanfaatan lingkungan alami dan sumber-sumber pengetahuan di luar

sekolah yang semuanya penting bagi perkembangan peserta didik sehingga

peserta didik akan mendapatkan kecakapan dan kesanggupan baru dalam

menghadapi dunia nyata. Melali penjelajahan alam yang dlakukan, maka

peserta didik akan menghayati secara langsung tentang keadaan alam

sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu dengan serta merta

memanfaatkan waktu senggangnya.

2. Pengajaran pusat perhatian (Centres D’interet)

Ditemukan oleh Ovide Decroly.Pengajaran disusun menurut pusat

perhatian anak. Dari pusat perhatian ini kemudian diambil pelajaran-

pelajaran lain. Dalam pengajaran ini anak selalu bekerja sendiri tanpa

ditolong dan dilayani.

3. Sekolah kerja

Dikembangkan oleh George Kerschenteiner.Menurut dia, bentuk

sekolah untuk menjadi warga negara yang baik yaitu mendidik anak agar

pekerjaannya tidak merugikan masyarakat dan justru memajukannya.Oleh

karena itu sekolah wajib menyiapkan peserta didik untuk suatu

pekerjaan.Pekerjaan tersebut hendaknya juga untuk kepentingan negara.

Jadi yang menjadi pusat tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa

depan.

4. Pengajaran proyek

Page 25: Bakti dan ujang.p

Dikembangkan oleh W.H. Kilpatrick.Ia menanamkan pengajaran

proyek sebagai satu kesatuan tugas yang sesuai dengan kebutuhan peserta

didik dan dikerjakan bersama-sama dengan kawan-kawannya. Menurut

Kilpatrick, dengan tetap duduk di bangku masing-masing, maka

pembentukan watak para peserta didik tidak dapat terlaksana.

ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA

1. Taman Siswa

Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hadjar Dewantara.

Taman Siswa memiliki asas-asas sebagai berikut:

- Asas merdeka untuk mengatur dirinya sendiri

- Asas kebudayaan (kebudayaan Indonesia)

- Asas kerakyatan

- Asas kekuatan sendiri (berdikari)

- Asas berhamba kepada anak

    Taman Siswa memiliki dasar-dasar pendidikan yang disebut Panca

Dharma, yaitu:

- Kemanusiaan=> Cinta kasih terhada sesama manusia dan semua mahkluk

ciptaan Tuhan.

- Kodrat hidup=> Untuk pemeliharaan dan kemajuan hidup sehingga

manusia hidup selamat dan bahagia.

Page 26: Bakti dan ujang.p

- Kebangsaan=> Tidak boleh menyombongkan bangsa sendiri, tidak

boleh bertentangan dengan kepentingan umum.

- Kebudayaan=> Kebudayaan nasional harus tetap dipelihara.

- Kemerdekaan/kebebasan=> Apabila anak tidak diberikan kemerdekaan

maka akan menghambat kemajuannya.

    Ki Hadjar Dewantara juga mengajarkan semboyan kepada pendidik yaitu:

    * Ing ngarsa sung tuladha=> Memberikan teladan kepada peserta didik

ketika berada di depan.

    * Ing madya mangun karsa=> Membangun semangat kepada peserta

didik ketika berada di tengah.

    * Tut wuri handayani=> Mengarahkan peserta didik agar tidak salah

bertindak ketika berada di belakang.

2. INS (Indonesiche Nederlansce School)

Merupakan sekolah yang didirikan oleh Mohammad Syafei di

Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar).Sekolah ini mempunyai rencana

pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya

Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak

peserta didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi

orang dewasa yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di

sekolah.

PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT

Page 27: Bakti dan ujang.p

Dilihat dari perspektif pendidikan, dalam masyarakat ada empat

sumber masalah, yaitu:

- Rendahnya kesadaran multikultural.

- Penafsiran otonomi daerah yang masih lemah.

- Kurangnya sikap kreatif dan produktif.

- Rendahnya kesadaran moral dan hukum.

Di pihak lain, konstruk masyarakat masa depan yang ditenggarai

secara kuat oleh semangat Bhineka Tunggal Ika yang benar, sistem sosial

yang mengakar pada masyarakat, ekonomi berorientasi pasar dengan

perspektif global, serta perlunya moralitas hukum yang dijunjung tinggi.

Keempat hal tersebut mengiindikasikan orientasi pembangunan yang

mengutamakan kepentingan mayoritas yang berimplikasi pada perlunya

peningkatan SDM, peningkatan aktivitas sektor ekonomi, pengembangan

kreativitas dan produktivitas, dan pengembangan hati nurani. Masyarakat

Indonesia baru adalah masyarakat yang harus memiliki karakteristik

tersebut yang ditandai dengan menyatunya kepentingan masyarakat, dengan

kepentingan negara, tentu saja untuk mewujudkan Masyarakat Indonesia

Baru yang demikian sangat diperlukan strategi yang tepat untuk menyentuh

aspek struktural dan aspek kultural dan dinamika proses perkembangan

masyarakat.

Dalam perkembangan global, pendidikan sangat berperan untuk

mewujudkan Masyarakat Indonesia Baru.Visi pendidikan nasional adalah

pendidikan yang mengutamakan kemandirian dan keunggulan yang

menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan yang berdasarkan nilai-nilai

universal dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Page 28: Bakti dan ujang.p

Sedangkan menurut GBHN tahun 1999, misi pendidikan  nasional 

lima tahun mendatang adalah: Terwujudnya sistem dan iklim pendidikan

nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh ahklak mulia,

kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan

bertanggungjawab, memiliki keterampilan serta menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan mutu manusia

Indonesia.

Misi tersebut dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Misi jangka pendek:

- Penuntasan program pendidikan yang terganggu oleh krisis yakni wajib

belajar 9 tahun yang bermutu.

- Pengembangan kapasitas kelembagaan pendidikan.

- Pengembangan program yang mengarah pada penguatan Iptek.

2. Misi jangka menengah:

- Memantapkan dan mengembangkan dan melembagakan secara

berkelanjutan apa yang telah dirintis dalam misi jangka pendek.

- Perbaikan aspek kelembagaan dan manajerial.

- Pemberdayaan masyarakat dan sistem pendidikan.

- Perbaikan substansi yang terkandung dalam sistem pendidikan nasional.

3. Misi jangka panjang:

    - Pembudayaan dan pemberdayaan sistem baru dengan iklim serta proses

pendidikan yang demokratis.

Page 29: Bakti dan ujang.p

    - Memperdulikan mutu yang ditempatkan dalam perspektif global.

PERKIRAAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT MASA DEPAN

Istilah “Masyarakat Indonesia Baru” merupakan suatu masyarakat

yang dicita-citakan bangsa Indonesia setelah era reformasi.Ada juga yang

menggunakan istilah “Masyarakat Madani” atau Civil Society. Masyarakat

Indonesia mempunyai ciri-ciri yang khas, berdasarkan ciri-ciri khas tersebut

akan dibangun Masyarakat Madani Indonesia.

Untuk mewujudkan Masyarakat Indonesia Baru  ada komponon-komponen

dasar yang dibutuhkan, yaitu:

- Kebutuhan untuk terus menguasai lingkungannya.

- Kebutuhan untuk berkomunikasi baik dengan sesamanya maupun dengan

tradisi dan masa lalunya.

- Kebutuhan untuk lepas dari berbagai lingkungan yang menghambat

aktualisasi dirinya.

Prinsip-prinsip yang harus dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang

dicita-citakan tersebut adalah:

Page 30: Bakti dan ujang.p

1. Prinsip mengembangkan dan menegakkan kedaulatan rakyat.

2. Prinsip mengembangkan dan menegakkan hukum dan keadilan.

3. Prinsip mengembangkan kemajuan Iptek.

4. Prinsip mengembangkan pluralisme masyarakat.

5. Prinsip mengembangkan masyarakat berwawasan lingkungan.

6. Prinsip mengembangkan masyarakat berketuhanan Yang Maha Esa.

MASALAH POKOK PENDIDIKAN

Masalah pokok pendidikan yang dialami di Indonesia adalah:

1.Kualitas pendidikan

Misalnya: 

Mutu guru yang masih rendah terdapat di semua jenjang pendidikan.

- Alat bantu proses belajar mengajar belum memadai.

-Tidak meratanya lulusan yang dihasilkan untuk semua jenjang pendidikan.

    Untuk mengatasinya:     - Meningkatkan anggaran untuk pendidikan.

                                        - Meningkatkan efisiensi pendidikan.

2. Relevansi pendidikan

    Relevansi pendidikan merupakan kesesuaian antara pendidikan dengan

perkembangan di masyarakat.

Page 31: Bakti dan ujang.p

Misalnya:   

- Lembaga pendidikan tidak dapat mencetak lulusan yang siap pakai.

- Tidak adanya kesesuaian antara output (lulusan) pendidika dengan

perkembangan ekonomi.

 Untuk mengatasinya:    

- Membuat kurikulum yang sesuai dengan perkembangan dunia usaha

- Mengganti kurikulum yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman.

3. Elitisme

    Adalah kecenderungan penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah

yang menguntungkan kelompok minoritas yang justru mampu ditinjau

secara ekonomi.

Misalnya:   

- Kepincangan pemberian subsidi.

- Mahalnya pendidikan yang mengakibatkan hanya bisa dienyam oleh orang

yang kaya.

Untuk mengatasinya:   

- Subsidi silang.

- Pemberian beasiswa kepada yang tidak mampu.

4. Manajemen pendidikan

Misalnya:

Page 32: Bakti dan ujang.p

- Masalah pengelolaan sekolah.

 - Lembaga pendidikan dibentuk berdasarkan fungsi dan peranan pendidikan

yang sudah ketinggalan jaman.

 Untuk mengatasinya:    

- Sistem pendidikan nasional (Sisdikanas) perlu ditata kembali.

5. Pemerataan pendidikan

Misalnya:

- Biaya pendidikan yang mahal membuat siswa putus sekolah atau tidak

melanjutkan.

Untuk mengatasinya:

- Menggratiskan sekolah dalam wajib belajar 9 tahun.

- Menekankan pentingnya sekolah.

KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Pada awal Repelita I terdapat ketidakseimbangan yang antara lain meliputi:

- Ketidakseimbangan antara jumlah penduduk usia sekolah dengan jumlah

fasilitasnya.

Page 33: Bakti dan ujang.p

- Ketidakseimbangan antara bidang pendidikan dengan kebutuhan tenaga

kerja.

- Ketidakseimbangan antara jumlah SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.

Selain ketidakseimbangan itu masih ada masalah lain seperti:

    - Banyaknya buta aksara dan angka

    - Banyaknya siswa yang drop out.

    - Rendahnya kualitas hasil pendidikan.

    - Kurangnya tenaga pengajar.

    - Dalam administrasi pendidikan masih terjadi kecurangan.

Dalam Repelita II, masalah yang timbul antara lain:

- Masalah yang berkaitan dengan pengembangan sistem pendidikan.

- Pemeliharaan dan peningkatan mutu pendidikan.

- Perluasan mutu pendidikan pada semua tingkat.

- Perluasan kesempatan belajar.

- Pengembangan sistem penyajian.

- Pendidikan non-formal (di luar sekolah).

- Pembinaan generasi muda.

- Pengembangan sistem informasi.

- Pengarahan penggunaan sumber pembiayaan.

Page 34: Bakti dan ujang.p

Kebijakan yang ditetapkan pemerintah pada Repelita I meliputi:

Repelita I:     - Program pendidikan secara horisontal lebih diarahkan

kepada kebutuhan-kebutuhan pendidikan dan latihan untuk

sektor-sektor pembangunan yang diprioritaskan.

                    - Program pendidikan secara vertikal diarahkan kepada

perbaikan keseimbangan dengan menitikberatkan kepada

tingkat pendidikan menengah.

Program-progam tersebut meliputi:

                        - Program Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar

                        - Program Penambahan Pendidikan Kejuruan pada Sekolah

Lanjutan Umum

                        - Program Peningkatan Pendidikan Teknik dan Kejuruan

                        - Program Peningkatan Pendidikan Guru

                        - Program Pendidikan Masyarakat dan Orang Dewasa

                        - Program Pengembangan Pendidikan

                        - Program Pembinaan Kebudayaan dan Olahraga

                        - Program Pendidikan Latihan Institusional

                        - Program Peningkatan Penelitian

Repelita II:    -   Pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan.

Page 35: Bakti dan ujang.p

Repelita III:  -   Menyediakan fasilitas belajar pada pendidikan dasar bagi

anak berumur 7-12 tahun

                    -   Menampung lulusan pada tingkat pendidikan yang lebih

tinggi.

Repelita IV:  - Memprogramkan tiga kebijaksanaan umum dalam

pembangunan bidang pendidikan nasional yang meliputi:

pendidikan seumur hidup, pendidikan semesta menyeluruh

dan terpadu serta kebijaksanaan untuk membina kemajuan

adat, budaya dan persatuan

Repelita V:   -   Memperbaiki sistem dan multi pendidikan dalam

keseluruhan unsur, jenis, jalur, dan jenjangnya.

                    -   Meningkatan mutu kurikulum, silabus, tenaga pengajar,

pelatih, metode dan sarana pengajaran.

                    -   Meningkatkan pembudayaan nilai-nilai Pancasila dalam

rangka mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang

dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama

bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.

                    -   Meningkatkan mutu pendidikan.

                    -   Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan.

                    -   Menata kembali sistem pendidikan guru dan tenaga

pendidikan lainnya.

                    -   Melaksanakan penelitian dan pengembangan pendidikan dan

kebudayaan agar dapat menghasilkan gagasan-gagasan baru

Page 36: Bakti dan ujang.p

yang berorientasi pada penyempurnaan sistem pendidikan

yang efisien.

                    -   Penyeragaman mutu pendidikan melalui pengembangan

institusi dan sistem pengujian untuk semua jenis dan jenjang

pendidikan, agar dapat diupayakan standarisasi mutu

pendidikan baik secara regional maupun nasional.

KEBIJAKAN PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN NASIONAL

TAHUN 2000-2004

Masalah pendidikan yang menonjol saat ini yaitu:

- Masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan.

- Masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan.

- Masih lemahnya manajemen pendidikan

- Belum terwujudnya kemandirian dan keunggulan Iptek di kalangan

akademisi.

Kebijakan yang diamanatkan GBHN 1999-2004 antara lain:

-   Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju

terciptanya manusia Indonesia berkualitas dengan peningkatan anggaran

yang berarti.

-   Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan

jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik

Page 37: Bakti dan ujang.p

mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan

watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan

tenaga kependidikan.

-   Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan

kurikulum berupa diversifikasi peserta didik. Kurikulum yang berlaku

secara nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta

diversifikasi jenis pendidikan secara profesional.

-   Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah

sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan, serta

meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh

semua sarana dan prasarana yang memadai.

-   Mendukung pembaruan dan pemantapan sistem pendidikan nasional

berdasarkan prinsip disentralisasi, otonomi keilmuan, dan manajemen.

-   Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik

oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan

yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni.

-   Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara

terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif

oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang

secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lingkungan sesuai dengan

potensinya.

-   Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu

pengetahuan dan teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha, terutama

usaha kecil, menengah dan koperasi guna meningkatkan daya saing produk

yang berbasis sumber daya lokal.

Page 38: Bakti dan ujang.p

VISI, MISI, FUNGSI, TUJUAN, DAN STRATEGI PENDIDIKAN

NASIONAL

Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang

saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

UUSPN dari No. 2 tahun 1989 diganti UU No. 20 tahun 2003, dilakukan

dalam rangka memperbarui visi, misi dan strategi pendidikan nasional.

Pembaruan sistem pendidikan nasional mencakup penghapusan diskriminasi

antara pendidikan formal dan pendidikan non-formal.

Visi pendidikan nasional adalah memberdayakan semua warga negara

Indonesia, sehingga dapat berkembang menjadi manusia berkualitas yang

mampu bersaing dan sekaligus bersanding dalam menjawab tantangan

zaman.

Misi pendidikan nasional adalah:

-   Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.

-   Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara

utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan

masyarakat belajar.

-   Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk

mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.

-   Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan

sebagai pusat pembudayaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,

sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.

-   Memberdayakan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan

pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks NKRI.

Page 39: Bakti dan ujang.p

Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, maka fungsi

pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk

mengembangkan potensi-potensi peserta didik yang menjadi manusia

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab.

Page 40: Bakti dan ujang.p

Strategi pendidikan nasional adalah:

- Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia.

- Pengembangan dan pelaksanaan kurkulum berbasis kompetensi.

- Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

- Evaluasi, akreditasi dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan.

- Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan.

- Penyediaan sarana belajar yang mendidik.

- Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan

berkeadilan.

- Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata.

- Pelaksanaan wajib belajar.

- Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan.

- Pemberdayaan peran masyarakat.

- Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat.

- Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan

negara.

Page 41: Bakti dan ujang.p

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan zaman. Fungsi dan tujuan

pendidikan nasional tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3.

KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN

Kelembagaan, program dan pengelolaan pendidikan merupakan bagian dari

sistem pendidikan secara keseluruhan.

1. Jalur pendidikan

    Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur

pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.

Pendidikan formal Pendidikan non-formal Pendidikan informal

- Tempat pembelajaran

di gedung sekolah.

- Ada persyaratan

khusus untuk menjadi

peserta didik.

- Kurikulumnya jelas.

- Materi pembelajaran

bersifat akademis.

- Proses pendidikannya

memakan waktu yang

lama

- Ada ujian formal

- Tempat

pembelajarannya bisa

di luar gedung

- Kadang tidak ada

persyaratan khusus.

- Umumnya tidak

memiliki jenjang

yang jelas.

- Adanya program

tertentu yang khusus

hendak ditangani.

- Bersifat praktis dan

khusus.

- Tempat

pembelajaran bisa

di mana saja.

- Tidak ada

persyaratan

- Tidak berjenjang

- Tidak ada program

yang direncanakan

secara formal

- Tidak ada materi

tertentu yang harus

tersaji secara

formal.

Page 42: Bakti dan ujang.p

- Penyelenggara

pendidikan adalah

pemerintah atau

swasta.

- Tenaga pengajar

memiliki klasifikasi

tertentu.

- Diselenggarakan

dengan administrasi

yang seragam

- Pendidikannya

berlangsung singkat

- Terkadang ada ujian

- Dapat dilakukan oleh

pemerintah atau

swasta

- Tidak ada ujian.

- Tidak ada lembaga

sebagai

penyelenggara.

2. Jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang diterapkan berdasarkan

tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan

kemampuan yang akan dikembangkan. Menurut UU No. 20 tahun 2003

pasal 14, jenjang pendidikan formal terdiri atas:

    Pendidikan dasar (SD dan SMP, MTS)

                ↓

    Pendidikan menengah (SMA, MA, SMK, MAK)

                ↓

    Pendidikan tinggi ( akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut,

universitas)

3. Jenis pendidikan

    Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 15, jenis pendidikan mencakup:

Page 43: Bakti dan ujang.p

    - Pendidikan umum=> Pendidikan dasar dan menengah yang

mengutamakan perluasan pengetahuan yang

diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

    - Pendidikan kejuruan=> Pendidikan menengah yang mempersiapkan

peserta didik untuk bekerja dalam bidang

tertentu.

    - Pendidikan akademik=> Pendidikan tinggiyang diarahkan terutama

pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan

tertentu (program sarjana dan pascasarjana).

    - Pendidikan profesi=> Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk

mempersiapkan peserta didik agar memiliki

pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

    - Pendidikan vokasi=> Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk

mempersiapkan peserta didik agar memiliki

pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu

maksimal setara dengan program sarjana.

    - Pendidikan keagamaan=> Pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang

mempersiapkan peserta didik untuk dapat

menjalankan peranan yang menuntut

penguasaan ilmu pengetahuan tentang ajaran

agama atau menjadi ahli ilmu agama.

    - Pendidikan khusus=> Pendidikan yang diselenggarakan bagi peserta

didik yang berkelainan atau peserta didik yang

memiliki kecerdasan luar biasa yang

diselenggarakan secara inklusif.

Page 44: Bakti dan ujang.p

4. Kurikulum

    Ketentuan mengenai kurikulum diatur dalam UU no.20 tahun 2003 pasal

36, 37, dan 38.

    Pasal 36: (1)   Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu

pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.

                    (2)  Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan

dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan

satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.

                    (3)  Kurikulum disusun dengan jenjang pendidikan dalam

kerangka NKRI dengan memperhatikan:

                              a. Peningkatan iman dan taqwa.

                              b. Peningkatan akhlak mulia.

                              c. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta

didik.

                              d. Keragaman potensi daerah dan nasional.

                              e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.

                              f. Tuntutan dunia kerja.

                              g. Perkembangan Ipteks.

                              h. Agama.

                              i. dinamika perkembangan global.

Page 45: Bakti dan ujang.p

                              j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

    Pasal 37: (1)   Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:

Pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, baahsa,

matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, Pendidikan jasmani

dan olahraga, keterampilan/kejuruan, muatan lokal.

    Pasal 38: (1)   Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar

dan menengah ditetapkan oleh pemerintah.

                    (2)  Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan

sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau

satuan pendidikan dan komite sekolah di bawah koordinasi

dan supervisi Dinas Pendidikan atau Kantor Departemen

Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan

Provinsi untuk pendidikan menengah.

                    (3)  Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh

perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada

Standar Nasional Pendidikan untuk  setiap program studi.

                    (4)  Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi

dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan

dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk

setiap program studi.

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Multikultural di Indonesia bersifat normatif.Multikulural normatif

adalah petunjuk tentang berbagai kepentingan yang membimbing pada

pengakuan yang lebih tinggi mengenai kebangsaan dan identitas kelompok

yang berbeda di dalam masyarakat.Multikultural normatif di Indonesia

pertama kali diamanatkan dalam UUD 1945.Ketentuan di dalam UU

Page 46: Bakti dan ujang.p

menyatakan bahwa rakyat dan bangsa Indonesia mencakupi berbagai

kelompok etnis.Mereka telah berbagi komitmen dalam membangun bangsa

Indonesia.

Di dalam pendidikan multikultural terletak tanggung jawab besar untuk

pendidikan nasional. Tanpa pendidikan yang difokuskan pada

pengembangan perspektif multikultural dalam kehidupan adalah tidak

mungkin untuk menciptakan keberadaan aneka ragam budaya di masa

depan dalam masyarakat Indonesia. Multikultural hanya dapat disikapi

melalui pendidikan nasional.

Ada tiga tantangan besar dalam melaksanakan pendidikan multikultural di

Indonesia, yaitu:

1. Agama, suku bangsa dan tradisi

Agama secara aktual merupakan ikatan yang terpenting dalam

kehidupan orang Indonesia sebagai suatu bangsa. Bagaimanapun juga hal

itu akan menjadi perusak kekuatan masyarakat yang harmonis ketika hal itu

digunakan sebagai senjata politik atau fasilitas individu-individu atau

kelompok ekonomi. Di dalam kasus ini, agama terkait pada etnis atau tradisi

kehidupan dari sebuah masyarakat.

Masing-masing individu telah menggunakan prinsip agama untuk menuntun

dirinya dalam kehidupan di masyarakat, tetapi tidak berbagi pengertian dari

keyakinan agamanya pada pihak lain. Hal ini hanya dapat dilakukan melalui

pendidikan multikultural untuk mencapai tujuan dan prinsip seseorang

dalam menghargai agama.

Page 47: Bakti dan ujang.p

2. Kepercayaan

Unsur yang penting dalam kehidupan bersama adalah

kepercayaan.Dalam masyarakat yang plural selalu memikirkan resiko

terhadap berbagai perbedaan. Munculnya resiko dari kecurigaan/ketakutan

atau ketidakpercayaan terhadap yang lain dapat juga timbul ketika tidak ada

komunikasi di dalam masyarakat/plural.

3. Toleransi

Toleransi merupakan bentuk tertinggi, bahwa kita dapat mencapai

keyakinan.Toleransi dapat menjadi kenyataan ketika kita mengasumsikan

adanya perbedaan.Keyakinan adalah sesuatu yang dapat diubah.Sehingga

dalam toleransi, tidak harus selalu mempertahankan keyakinannya.

Untuk mencapai tujuan sebagai manusia Indonesia yang demokratis dan

dapat hidup di Indonesia diperlukan pendidikan multikultural.

Pendekatan dalam pendidikan multikultural meliputi:

-   Pengajaran yang diberikan kepada mereka yang berbeda secara kultural

dilakukan dengan penitikberatan agar di kalangan mereka terjadi perubahan

kultural.

-   Memperhatikan pentingnya hubungan manusia dengan mengarahkan atau

mendorong siswa memiliki perasaan positif, mengembangkan konsep diri,

mengembangkan toleransi dan mau menerima orang lain.

-   Menciptakan arena belajar dalam satu kelompok budaya.

-   Pendidikan multikultural dilakukan sebagai upaya mendorong persamaan

struktur sosial dan pluralisme kultural dengan pemerataan kekuasaan antar

kelompok.

Page 48: Bakti dan ujang.p

-   Pendidikan multikultural sekaligus sebagai upaya rekontruksi sosial agar

terjadi persamaan struktur sosial dan pluralisme kultural dengan tujuan

menyiapkan agar setiap warga negara aktif mengusahakan persamaan

struktur sosial.

Meskipun pendidikan multikultural itu penting dan Indonesia adalah negara

yang multikultural, tetapi pola pendidikan di Indonesia belum memakai

pendidikan multikultural. Pola pendidikan di Indonesia selama ini memilih

cara penyeragaman dengan standar kultural indonesia yaitu kultur yang

dibawa oleh birokrasi yang dikendalikan elit pemerintah yang harus

dilaksanakan dan dipatuhinya. Kebijakan pendidikan harus selalu

dilegimitasi oleh perundang-undangan yang sudah memiliki kekuatan legal.

Page 49: Bakti dan ujang.p

BAB III PENUTUP

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok

bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan

kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau

referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan

kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya

makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan -

kesempatanberikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para

pembaca yang budiman pada umumnya.

Page 50: Bakti dan ujang.p

KESIMPULAN

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu

bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas

tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan

merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat

bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan

filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting

dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan

teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.

• Pengertian azaz-azaz pendidikan

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau

tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan

pendidikan.

• Azaz pokok pendidikan

1. Asas Tut Wuri Handayani

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat

3. Asas Kemandirian dalam Belajar

• LANDASAN PENDIDIKAN

a. Landasan Filososfis

b. Landasan Sosiolagis

c. Landasan Kultural

d. Landasan Psikologis

e. Landasan Ilmiah dan Teknologis

Page 51: Bakti dan ujang.p

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Elanie B. PH. D., (2009): Contextual Teaching and

Learning; Mizan Media Utama, Bandung.

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. (2005): Pengantar

Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta.

http://moshimoshi.netne.net/materi/ilmu_pendidikan/bab_3.htm

http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/12/bab-iii-landasan-

dan-asas-asas-pendidikan-serta-penerapannya/ diambil pada tanggal

22-11-2011


Top Related