Download - Bahan Skripsi

Transcript

PROPOSAL PENELITIAN KEBIJAKAN INDONESIA MENERAPKAN BEA MASUK ANTI DUMPING (BMAD) TERHADAP IMPOR POLYESTER STAPLER FIBER (PSF ) DARI CINA TAHUN 2010

OLEH: NOVARIA NIM: 0801131577

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul Kebijakan Indonesia Menerapkan Bea Masuk Anti Dumping (Bmad) Terhadap Impor Polyester Stapler Fiber (Psf ) Dari Cina Tahun 2010. Penyelesaian proposal penelitian ini tidak trelepas dari peran berbagai pihak yang turut memberikan semangat dan dorongan baik moril maupun materil. Ucapan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ibu Yusnidar Eka Nismi, S.IP, M.Si dan Bapak Indra Indra Pahlawan, S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah seminar Masalah-Masalah Ekonomi Politik Internasional. Penulis menyadari bahwa dalam proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang berguna bagi kesempurnaan penulis selanjutnya. Penulis berharap semoga proposal penelitian ini bisa menjadi tambahan referensi serta sumber ilmu pengetahuan yang baru bagi para pembaca, khususnya mahasiswa Ilmu Hubungan Internasioanal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau. Penulis,

Novaria

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB.I PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG......................................................................... 1.2 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN........................................... 1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN......................................

1.3.1. Tujuan Penelitian....................................................................... 1.3.2. Manfaat Penelitian..................................................................... 1.4 KERANGKA DASAR TEORI.............................................................. 1.5 HIPOTESA............................................................................................. 1.5.1. Variabel Dependen.................................................................... 1.5.2. Variabel Independen................................................................. 1.6 DEFENISI KONSEPTUAL................................................................ 1.7 DEFENISI OPERASIONAL.............................................................. 1.8 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN.......................................... 1.8.1. Metode Penelitian...................................................................... 1.8.2 Teknik Penelitian........................................................................ 1.9 RUANG LINGKUP PENELITIAN.................................................... 1.10 SISTEMATIKA PENULISAN........................................................... DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

1.1

LATAR BELAKANG Proposal penelitian ini akan membahas mengenai kebijakan Indonesia

menerapkan BMAD (Bea Masuk Anti Dumping) terhadap Cina sebagai pengimpor Polyester Stapler Fiber (PSF) tahun 2010. Polyester Staple Fiber adalah bahan yang dihasilkan dari senyawa kimia sintetis dengan berbagai kegunaan dalam frase industri. Bahan dan bentuk "serat staple" sering merujuk pada jenis serat alami seperti katun atau wol, yang dapat dipelintir untuk bentuk benang. Pada 1935, DuPont Chemical Company dibuat poliester, dan serat dari senyawa kimia cukup kuat untuk bisa diputar menjadi benang yang mirip dengan serat alami. Polyester merupakan suatu kategori polimer yang mengandung gugus fungsional ester dalam rantai utamanya. Meski terdapat banyak sekali polyester, istilah "polyester" merupakan sebuah bahan yang spesifik, lebih sering merujuk pada polietilena tereftalat (PET). Polyester termasuk zat kimia yang alami, seperti yang kutin dari kulit ari tumbuhan, maupun zat kimia sintetis seperti polikarbonat dan polibutirat.Serat Polyester berbentuk Ion molekul yang sangat stabil dan kuat.1 Polyester digunakan dalam pembuatan berbagai produk, termasuk pakaian, perabot rumah tangga, kain industri, dan perekam kaset komputer, dan listrik isolasi . Salah satu Industri di Indonesia yang bergerak, membutuhkan dan mengembangkan Polyester adalah PT TIFICO FIBER INDONESIA. Polyester memiliki beberapa keunggulan dibandingkan kain tradisional seperti kapas. Ini tidak menyerap kelembaban, tetapi tidak menyerap minyak, kualitas ini membuat polyester menjadi kain yang sempurna untuk aplikasi air, tanah dan tahan api. Daya1

Ensiklopedia Tekstil. 3rd ed. Prentice-Hall, Inc., 1980, hal 28-33

serap yang rendah juga membuatnya secara alami tahan terhadap noda. Polyester pakaian dapat menyusut dalam proses akhir atau proses finishing, dan selanjutnya kain tidak akan menyusut dan berubah bentuk. Kain ini mudah diwarnai dan tidak rusak oleh jamur. Tekstur serat polyester adalah efektif nonallergenic isolator, sehingga material ini digunakan untuk mengisi bantal, selimut, pakaian luar, dan kantong tidur.2 Produsen polyester sintetis asal Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan domestik, sehingga harus mengimpor dari negara lain. Indonesia mengimpor Polyester Stapler Fiber (PSF) dari negara Cina, India dan Taiwan. Pada tanggal 10 Januari 2010, Indonesia secara resmi telah mengenakan BMAD terhadap ketiga negara pengimpor PSF tersebut. Komite Anti Dumping Indonesia (Kadi) tengah melakukan penyelidikan terhadap impor serat polyester staple fiber / PSF (HS : 5503.20.00.00) dari ketiga negara pengimpor, menyusul ditemukannya indikasi adanya praktek dumping yang merugikan produsen PSF dalam negeri.3 Penyelidikan yang dilakukan Kadi tersebut merupakan tindak lanjut dari permohonan yang dilakukan oleh Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (Apsyfi) yang mewakili dua produsen PSF nasional yakni PT Teijin Indonesia Fiber Corporation (PT Tifico) dan PT Indonesia Toray Synthetic (PT ITS).4 Pemerintah mengenakan bea masuk anti dumping (BMAD) terhadap impor

2

Corbman, Bernard P. Tekstil: Fiber untuk Fabric ed. 6. Divisi Gregg, McGraw-Hill, 1983, hal 374-92

3

Laporan Bisnis CIC Indocommercial Edisi : 405 (May 2009), diakses melalui: http://cic.co.id/cic/wpcontent/themes/atahualpa/PDF/405_indon.pdf4

Ibid

polyester staple fiber dari China, India, dan Taiwan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.011/2010.5 Besaran BMAD yang dikenakan terhadap masing-masing negara tidak

sama. Demikian pula terhadap supplier/eksportir dari negara tersebut tidak selalu sama. Eksportir/produsen asal India yang dikenakan BMAD adalah Reliance Industries Limited sebesar 5,82 persen, Ganesh Polytex Limited dan eksportir produsen lainnya sebesar 16,67 persen. Eksportir dari China yaitu Zhangjiagang Chengxin Fiber, Jiangyin Hailun Chemical Fiber, Huvis Sichuan Corporation, Jinjiang Kwan Lee, dan Nanyang Textile sebesar nol persen. Sementara untuk eksportir/produsen lainnya sebesar 11,94 persen. Sedangkan seluruh

eksportir/produsen dari Taiwan ditetapkan besarnya BMAD adalah 28,47 persen (lihat tabel). 6

5

Impor Polyester Dari Tiga Negara Dikenakan BMAD, diakses melalui: http://hileud.com/impor-polyesterdari-tiga-negara-dikenakan-bmad.html6

Ibid

Tabel 1 Besaran BMAD yang dikenakan terhadap masing-masing negara pengimpor PSFNo. Negara Asal Barang 1 India Eksportir / Produsen - Reliance Industries Limited - Ganesh Polytex Ltd - Eksportir Lainnya - Zhangjiagang Chengxin - Jiangyin Hailun - Huvis Sichuan - Jinjiang Kwan Lee - Nanyang Textile - Eksportir Lainnya Seluruh Eksportir Besar BMAD (%) 5,82 16,67 16,67 0 0 0 0 0 11,94 28,47

2

Cina

3

Taiwan

Sumber : Asosiasi Pertekstilan Indonesia Pengenaan BMAD tersebut merupakan tambahan bea masuk yang dipungut berdasarkan skema tarif bea masuk preferensi untuk eksportir dan/atau produsen yang berasal dari negara-negara yang memiliki kerjasama perdagangan dengan Indonesia. Dalam hal skema bea masuk preferensi tidak terpenuhi, BMAD tersebut merupakan tambahan bea masuk umum/most favoured nation (MFN). PMK tersebut berlaku selama lima tahun sejak 23 November 2010, hingga lima tahun ke depan.7

1.27

RUMUSAN MASALAH

Pemerintahan Tetapkan BMAD Polyester, Diakses melalui:http://bataviase.co.id/node/497155, Edisi 16 Dec 2010.

Dalam bagian rumusan masalah ini akan dibahas mengenai masalah yang timbul dalam penelitian, sehingga penulis tertarik mengangkat dan mengembangkan judul yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang akan peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah Mengapa Indonesia menerapkan BMAD (Bea Masuk Anti Dumping) terhadap impor Polyester Staple Fiber (PSF) dari Cina tahun 2010?1.3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Penelitian

Peneliti bertujuan untuk mengetahui latar belakang Indonesia

menerapkan kebijakan bea masuk anti dumping terhadap Cina sebagai pengimpor polyester staple fiber.

Untuk menjelaskan pengaruh kebijakan yang diberlakukan oleh

Indonesia terhadap pengimpor polyerter staple fiber.

Sebagai salah

satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan (S-1)

bidang ilmu sosial dan politik.1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini antara lain adalah:1. Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap dapat menjelaskan kebijakan

Indonesia dalam menerapkan BMAD (Bea Masuk Anti Dumping) terhadap impor Polyester Staple Fiber (PSF) dari Cina Tahun 2010.

2. Sebagai informasi ilmiah yang dapat memberikan tambahan wawasan dan

pengetahuan bagi peminat dan pemerhati masalah-masalah yang berkaitan dengan Hubungan Internasional, khususnya pada bidang ekonomi politik internasional.1.4

KERANGKA DASAR TEORI Dalam membahas suatu permasalahan perlu dikemukakan beberapa teori

yang dianggap relevan dengan permasalahan yang teliti dan diharapkan mampu menjadi hipotesa yang akurat. Apabila kita hendak menjelaskan suatu fenomena, maka diperlukan suatu basis bagi pengembangan yang layak di percaya dan berdasarkan pada pernyataan. Hal ini dimaksud dengan teori.8 Analisa yang penulis gunakan yaitu Negara-bangsa, karena hubungan internasional pada dasarnya didominasi oleh perilaku negara-bangsa. Dalam hal ini, perilaku individu, kelompok, organisasi, lembaga, dan proses perpolitikan mereka hanya akan diperhatikan sejauh perilaku mereka itu berkaitan dengan tindakan internasional Negara yang bersangkutan. Analisa Negara-bangsa juga mempelajari proses pembuatan keputusan tentang hubungan internasional, yaitu politik luar negeri oleh suatu bangsa sebagai suatu unit yang utuh. Adapun defenisi dari hubungan internasional menurut K.J. Holsti dalam bukunya international relations : A frame works of analysis, diterjemahkan oleh Wawan Juanda : hubungan internasional adalah semua bentuk interaksi antar anggota masyarakat bangsabangsa yang berbeda, baik dengan atau tanpa pemerintah masing-masing.

8

Mohtar Masoed. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin Dan Metodologi, Jakarta : Lp3es,1990, Hal :187)

Hubungan internasional ini mencakup suatu analisa mengenali politik luar negeri dan analisa proses politik antar bangsa.9 Menurut Mohtar Masoed, secara umum ekonomi internasional adalah studi mengenai saling berhubungannya antar ekonomi dan politik dalam era internasional. Dalam defenisi yang khusus, focus perhatian ekonomi politik inetrnasional adalah hubungan antar dinamika pasar dengan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pasar itu ditingkat domestik maupun internasional.10 Neo merkantilis adalah teori yang berkembang setelah perang dunia. Teori ini bukan sekedar kelanjutan dari praktik merkantilis masa sebelumnya, tetapi lebih merujuk pada perubahan kualitatif dalam teori ekonomi politik internasional akibat saling ketergantungan ekonomi internasional. Menurut kaum Neo-merkantilisme, ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan konteks politik.11 Perdagangan bebas merupakan pilihan kebijakan terbaik untuk suatu negara meskipun negara lain disekitarnya menerapkan perdagangan yang bersifat proteksionisme. Ini disebabkan karena Negara yang menerapkan perdagangan bebas tersebut akan mendapat peluang untuk memperoleh barang impor yang murah.12 Teori perdagangan telah mengubah dunia menuju globalisasi dengan lebih cepat. Kalau dahulu negara yang memiliki keunggulan absolut enggan untuk melakukan perdagangan, berkat law of comparative costs dari Ricardo,9

K.J. Holsti International Relations : A Frame Works Of Analysis, (Terjemahan Wawan Juanda) (Bandung : Binacipta, 1987,Hal.21)10

Mohtah Masoed, Ekonomi Politik Internasional, Univeritas Gadjah Mada, Yogyakarta,1990 Umi Oktyari R, Buku Ajar Mata Kuliah Ekonomi Politik Internasional, Jurusan HI Fisif Unri,2006 Dewi Sionarita Sitepu, Op.Cit, Hal 72

11

12

Inggris mulai kembali membuka perdagangannya dengan negara lain. Pemikiran kaum klasik telah mendorong diadakannya perjanjian perdagangan bebas antara beberapa negara. Teori comparative advantage telah berkembang menjadi dynamic comparative advantage yang menyatakan bahwa keunggulan

komparatif dapat diciptakan. Oleh karena itu penguasaan teknologi dan kerja keras menjadi faktor keberhasilan suatu negara. Bagi negara yang menguasai teknologi akan semakin diuntungkan dengan adanya perdagangan bebas ini, sedangkan negara yang hanya mengandalkan kepada kekayaan alam akan kalah dalam persaingan internasional. Pada abad 14 hingga 17, tidak terlihat adanya kemajuan-kemajuan besar dalam ekonomi politik. Perhatian mendasarnya adalah sifat-sifat kesejahteraan dalam system pasar yang tidak memihak. Transformasi eropa dari feodalise keekonomi pasar berorentasi keuntungan yang terdiri atas para pembeli dan penjual ditandai oleh sebuah periode yang menjadi saksi penemuan dan penakhlukkan wilayah-wilayah geografis baru dan dunia baru, serta menggerus penggalangpenggalang local bagi kegiatan perdagangan. Tulisan-tulisan merkantilis dari periode tersebut secara paragmatis menganalis bagaimana Negara-negara menghasilkan kesejahteraan.14 kaum merkantilis berasumsi bahwa regulasi dan control diperlukan untuk menghambat individualisme yang terlalu mementingkan diri ssendiri, yang akan membaawa pada berkurangnya kesejahteraan.1.5

HIPOTESA

14

Ronald H.Chilcote, Teori Perbandingan Politik;Penelusuran Paradigma, : PT.Grafindo Persada, Jakarta,2003

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis dapat mengambil sebuah hipotesa, yaitu Indonesia menerapkan BMAD (Bea Masuk Anti Dumping) terhadap impor polyester Staple Fiber (PSF) dari Cina karena terdapat bukti adanya impor polyester staple fiber secara dumping.

1.5.1 Variabel Independen

Variabel independen dinamakan pula dengan variabel yang diduga sebagai sebab (presumed couse variabel) dari variable dependen. Variabel independen juga dapat disebut sebagai variabel yang mendahului (antecendent variable) dan variabel dependen sebagai variabel konsekuensi (consequent variable). Dengan indikator-indikator sebagai berikut:1. Eksportir/produsen asal India yang dikenakan BMAD adalah Reliance

Industries Limited sebesar 5,82 persen, Ganesh Polytex Limited dan eksportir produsen lainnya sebesar 16,67 persen. 2. Eksportir dari China yaitu Zhangjiagang Chengxin Fiber, Jiangyin Hailun Chemical Fiber, Huvis Sichuan Corporation, Jinjiang Kwan Lee, dan Nanyang Textile sebesar nol persen. Sementara untuk eksportir/produsen lainnya sebesar 11,94 persen. 3. Eksportir/produsen dari Taiwan ditetapkan besarnya BMAD adalah 28,47 persen1.5.2 Variabel Dependen

Variable depanden yaitu variabel yang diduga sebagai akibat (presumed effect variabel). Variable dependen merupakan variable yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variable independent. Penjelasan dan prediksi fenomena secara sistematis digambarkan dalam variabilitas variabel-variabel dependen yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel-variabel independen. Pada penelitian ini yang berfungsi sebagai variable dependen adalah

Indonesia menerapkan BMAD (Bea Masuk Anti Dumping) terhadap impor Polyester Staple Fiber (PSF) dari Cina Dengan indikator-indikator sebagai berikut:1.

Untuk melindungi produk dalam negeri pada industri yang bergerak dibidang penggunaan bahan dasar Polyester Staple Fiber. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1996 tentang Bea Masuk Anti-Dumping dan Bea Masuk Imbalan, terhadap barang impor selain dikenakan Bea Masuk dapat dikenakan Bea Masuk Anti Dumping dalam hal harga ekspor barang tersebut menyebabkan kerugian industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis.

2. Dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.011/2010

yang menjelaskan tentang Pengenaan Bea Masuk Anti-Dumping terhadap Impor Polyester Staple Fiber dari Negara Cina. Peraturan tersebut dikeluarkan dengan alasan menyebabkan kerugian (injury) terhadap industri dalam negeri dan hubungan kausal (causal link) antara dumping dengan kerugian yang dialami industri dalam negeri, sehingga perlu mengenakan Bea Masuk Anti Dumping terhadap Impor Polyester Staple Fiber dari Negara Cina. 1.6 Defenisi Konsepsional

Penulis akan memberitahukan penjelasan dan menjabarkan permasalahan dalam penelitian ini, terlebih dahulu penulis menjelaskan beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga akan lebih mudah dimengerti tentang masalah yang akan dibahas. Kebijakan merupakan konsep dan asas yang menjadi sains besar dan rencana dalam pelaksanaan kegiatan dan cara bertindak serta penyataan cita-cita, tujuan prinsip didalam mencapai sasaran.15

kebijakan dapat dikatakan sebagai

suatu prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan. KJ. Holsty merumuskan bahwa kebijakan, sikap atau tindakan Negara merupakan output politik luar negeri dengan berlandaskan pemikiran serta pola tindak yang disusun oleh para pembuat keputusan untuk menanggulangi permasalahan yang dihadapinya atau mengusahakan perubahan yang

dikehendakinya dalam lingkungan internasional.16 kesimpulannya adalah bahwa diambilnya suatu kebijakan pasti didasari suatu pemikiran atau pemahaman yang matang terhadap sesuatu hal, dan kebijakan itu ada karena suatu masalah yang perlu ditindaklanjuti. Cina adalah Negara dengan penduduk paling banyak didunia. Cina memiliki luas 9.560.779 kilometer persegi. Cina berbatasan dengan negara-negara Rusia, Mongolia, Korea Utara, Afghanistan, India, Butan, Birma, Laos, Dan Vietnam. Pusat kelahiran dinasti/ pemerintahan di Cina berada di daerah pertemuan15

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1990, Hal.115 Kj. Holsty Dalam Teuku Rudi, Teori, Etika, Dan Kebijakan Hubungan Internasional

16

lembah sungai Hoang Ho dan lembah sungai yang Tze Kiang. Secara geografis pusat pemerintahan dinasti terletak di Cina Utara. Pemerintahan dinasti berakhir tahun 1912 yang ditandai dengan terjadinya revolusi nasional di cina yang melahirkan bentuk pemerintahan Republik. Tahun 1949, Cina memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat Cina yang berhaluan komunis dengan Mao Zedong sebagai Presiden. Sistem kepercayaan Cina adalah memuja roh nenek moyang. Pada masa dinasti Chou, 1027-256 SM muncul ajaran konfusianisme, Laos-Tse, Mo Ti, dan Mencius yang menjadi dasar filosofi masyarakat Cina hingga kini. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Semua barang dimaksudkan adalah semua atau seluruh barang dalam bentuk atau jenis apa saja yang masuk ke dalam daerah pabean. Ekpor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas atau barang baru.17 Peran pemerintah dalam suatu negara dapat menjadi actor yang penting yaitu melibatkan adanya pembatasan pasar akibat beberapa masalah ekonomi seperti kerugian yang dialami pedagang domestik. Suatu negara merupakan suatu agregasi kepentingan pribadi, dengan kebijakan publik yang berhasil dari suatu perjuangan di antara kelompok kepentingan.18 Pemahaman-pemahaman ini banyak disetujui oleh negara-negara yang sering menghadapi masalah ekonomi, khususnya17

Memahami Ekspor Impor, Oleh Asianbrain.Com, Http://Www.Anneahira.Com.Artikel-Umum/EkporImpor.Htm, Pada Tanggal 25 Mei 200918

Theodore H. Cohn, Global Political Economy, Teory And Practice, Second Edition, Simon Fraser University, United Stated, 2003

Negara-negara berkembang tetapi, banyak juga negara yang tetap berusaha menerapkan liberalismenya meskipun terdapat masalah ekonomi. Indonesia adalah Negara yang berbentuk republik dengan sistem pemerintahan presidesial. Luas wilayah 1.919.493 km2 dan jumlah penduduk 212,1 juta orang (2000) dengan ibu kota Jakarta. Kepala negara merangkap kepala pemerintahan. Dasar dan filsafat negara Indonesia adalah pancasila. Lemabaga tertinggi adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Presiden menjalankan pemerintahan negara di bawah Majelis, tetapi tidak bertanggung jawab terhadap DPR. Dewan perwakilan rakyat (DPR) tidak dapat dibubarkan oleh presiden. Indonesia dengan luas wilayah hampir 2 juta km2 dan jumlah penduduk yang besar serta memiliki sumber daya alam yang kaya merupakan Negara kepulauan terbesar dan potensial di dunia. Dumping merupakan sistem penjualan barang dipasaran luar negeri dalam jumlah banyak dengan harga rendah sekali dengan tujuan agar harga pembelian di dalam negeri tidak diturunkan sehingga akhirnya dapat menguasai pasaran luar negeri dan dapat menguasai harga pembeli.19 Polyester Staple Fiber adalah bahan yang dihasilkan dari senyawa kimia sintetis dengan berbagai kegunaan dalam frase industries. Bahan dan bentuk "serat staple" sering merujuk pada jenis serat alami seperti katun atau wol, yang dapat dipelintir untuk bentuk benang. Pada 1935, DuPont Chemical Company dibuat poliester, dan serat dari senyawa kimia cukup kuat untuk bisa diputar menjadi benang yang mirip dengan serat alami. Polyester merupakan suatu kategori polimer19

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta,2001

yang mengandung gugus fungsional ester dalam rantai utamanya. Meski terdapat banyak sekali polyester, istilah "polyester" merupakan sebuah bahan yang spesifik, lebih sering merujuk pada polietilena tereftalat (PET).20 1.7 Defenisi Operasional Praktek dumping dapat dikenakan tindakan Anti Dumping bila merugikan industri atau produsen negara pengimpor. Hukuman bagi negara yang terbukti melakukan praktek dumping dan merugikan industri atau produsen dalam negeri akan dikenakan bea masuk anti dumping (BMAD) sebesar marjin dumping (selisih harga ekspor dengan harga di pasar asal eksportir) yang ditemukan, guna mengeliminir kerugian dari barang dumping sehingga industri dalam negeri tetap terlindungi dan dapat tetap bersaing dengan barang impor. Pengenaan BMADS tentunya melalui beberapa tahap proses penyelidikan. Ketika lembaga pemerintahan (Komite Anti Dumping) yang terkait menerima laporan dari produsen bahwa terdapat dumping atas barang yang diimpor tersebut maka komite tersebut barulah bisa memulai proses penyelidikan praktek dumping negara pengekspor tersebut. Upaya agar tidak terjadinya kerugian selama melakukan penyelidikan, komite dapat mengusulkan kepada departemen terkait untuk melakukan tindakan sementara seperti tindakan berupa pengenaan Bea Masuk Anti Dumping Imbalan Sementara (BMADS). Pengenaan BMAD ditetapkan oleh menteri keuangan berupa pembayaran jaminan dalam bentuk uang tunai, jaminan bank, atau jaminan dari perusahaan asuransi paling besar sama dengan BMAD. Selama proses penyelidikan dan terbukti negara pengeskpor melakukan praktek dumping maka pengekspor atau20

Ensiklopedia Tekstil. 3rd Ed. Prentice-Hall, Inc., 1980, Hal 28-33

negara pengekspor harus melakukan tindakan penyesuaian berupa penyesuaian harga atau penghentian ekspor barang tersebut, atau lainnya. Tujuan dari tindakan penyesuaian tersebut adalah untuk menghilangkan kerugian industri di negara pengimpor. Apabila negara pengekspor terbukti melakukan dumping dan tidak melakukan penyesuaian harga dari produsen negara pengekspor, maka BMAD akan dikenakan sebesar marjin dumping terhadap barang tersebut. Dalam mengatasi praktek dumping tersebut Indonesia berupaya untuk mengatasi masalah praktek damping tersebut. Berbagai peraturan dan kebijakan mengenai praktek damping telah dilakukan Indonesia untuk melindungi produk domestiknya. 1.8 Metode dan Teknik Penelitian

1.8.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yakni suatu penelitian yang berusaha mengungkapkan suatu hakekat dari fenomena sosial dengan cara menganalisis fenomena tersebut berdasarkan data-data yang ada. 1.8.2 Teknik Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menghubungkan teori data-data riset perpustakaan (library research) yaitu pengumpulan data dari berbagai literature berupa buku, artikel, jurnal, dan berbagai media yang relevan dengan penelitian ini. Dalam pengumpulan data-data tersebut peneliti lebih banyak menggunakan media internet sebagai source of data.

1.9

Ruang Lingkup Penelitian Dalam melakukan penulisan pasti akan ditetapkan jangkauan atau batasan

penulisan agar penulisan mengarah pada sasaran permasalahan yang akan dibahas untuk periode waktu tertentu. Pembatasan penulisan ini adalah untuk memudahkan penulis dalam pencarian bahan dan dapat menganalisa dengan tepat berdasarkan teori yang digunakan. Penelitian ini memfokuskan permasalah pada sikap indonesia dalam menerapkan bea masuk anti dumping, khususnya Cina pengimpor Polyester Stapler Fiber tahun 2010. selain itu penelitian ini difokuskan pada rentang waktu 2010, tetapi batasan ini bukanlah merupakan batasan baku karena penelitian ini juga akan melihat perkembangan sebelum dan sesudahnya. Alasan pemilihan rentang tahun ini yakni karena tahun 2010 merupakan tahun berlakunya bea masuk anti dumping yang dilakukan pemerintah indonesia dan selama tahun 2010 indonesia telah melakukan upaya-upaya dalam bea masuk anti dumping terhadap impor polyester stapler fiber. 1.10 BAB I Sistematika Penulisan : PENDAHULUAN Bagian ini akan Memaparkan Latar Belakang, Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Hipotesa, Defenisi Konsepsional, Defenisi Operasional, Metode dan Teknik Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II

: KEBUTUHAN PRODUKTIVITAS DAN KONSUMSI POLYESTER STAPLER FIBER INDONESIA DARI

CINA BAB III BAB IV : PRAKTEK DUMPING TERHADAP INDONESIA : KEBIJAKAN INDONESIA MENERAPAKAN KOMITE ANTI DUMPING INDONESIA BAB V : KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA BUKU: Aleksius Jemad. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Graha Ilmu. Hal. 13. BN Marbun. 1996. Kamus Politik. Jakarta: Pustaka Sinar harapan

Depdikbud, Kamus Besar Bahasaindonesia, Balai Pustaka, 1990, Hal.115 Daniel S. Papp,Contemporary International Relation : A Framework for Understanding, Second Editions (New York: MacMillan Publishing Company,1988) Hans J. Morgenthau, Another Great Debate: The National Interest of the United States, in Classics of International Relation, 3 rd ed, ed. John A. Vasquest (New Jersey: Prentice Hall, 1966) Mohtar Masoed. Ekonomi Politik Internasional. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.1990 Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin Dan Metodologi. Jakarta: LP3ES 1990 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.2001 Theodore H. Cohn, Global Political Economy, Teory And Practice, Second Edition, Simon Fraser University, United Stated, 2003 Ensiklopedia Tekstil. 3rd ed. Prentice-Hall, Inc., 1980, hal 28-33 Corbman, Bernard P. Tekstil: Fiber untuk Fabric ed. 6. Divisi Gregg, McGrawHill, 1983, hal 374-92

K.J. Holsti International Relations : A Frame Works Of Analysis, (Terjemahan Wawan Juanda) (Bandung : Binacipta, 1987,Hal.21)

Umi Oktyari R, Buku Ajar Mata Kuliah Ekonomi Politik Internasional, Jurusan HI Fisif Unri,2006

Dewi Sionarita Sitepu, Op.Cit, Hal 72 INTERNET:

Impor Polyester Dari Tiga Negara Dikenakan BMAD, diakses melalui: http://hileud.com/impor polyester-dari-tiga-negara-dikenakan-bmad.html

Laporan Bisnis CIC Indocommercial Edisi : 405 (May 2009), diakses melalui: http://cic.co.id/cic/wp-content/themes/atahualpa/PDF/405_indon.pdf

Pemerintahkan Tetapkan BMAD Polyester, Diakses melalui:http://bataviase.co.id/node/497155, Edisi 16 Dec 2010.


Top Related