Download - BAHAN SGD 1
BAHAN SGD 1 (Trend Issue)
1. Dengan penguasaan keperawatan komplementer perawat perawat bisa menjadi mediator
dalam mengarahkan tindakan kepada pasien. Jelaskan pandangan saudara sesuai konsep SUN
Rise Model
2. Salah satu trend penggunaan komplementary keperawatan adalah adanya kebijakan tentang
kewenangan perawatan dalam CAM oleh WHO. Coba jelaskan kebijakan tersebut dan coba
analisis dengan meihat permenkes 1076 dan 1109.
3. Bentuk tren penggunaan kompelementer akupuntur dalam keperawatan masih perlu dikaji.
Coba lakukan analisis dengan konsep Roger dan Permenkes 148/2010
4. Banyak terjadi penyalahgunaan komplementer dan alternatif therapi dalam praktek pelayanan
kesehatan. Bagaimana pandangan sudara terkait hal tersebut dan berikan contoh
penyalahgunaannya, bila ditinjau dari permenkes 1079 dan UU Kesehatan. Berikan pandangan
sudara sebagai perawat !
Jawaban no. 3
Bentuk trend penggunaan komplementer akupuntur dalam keperawatan masih perlu dikaji.
Analisis dengan konsep Roger dan Permenkes 148/2010
Definisi Akupuntur
Akupunktur (Bahasa Inggris: Acupuncture; Bahasa Latin: acus, "jarum" (k benda), dan
pungere, "tusuk" (k kerja). Menurut ajaran ilmu akupunktur, ini akan memulihkan kesehatan dan
kebugaran, dan khususnya sangat baik untuk mengobati rasa sakit. Definisi serta karakterisasi
titik-titik ini di-standardisasi-kan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pada teknik
akupuntur, pengobatan penyakit berdasarkan pada teknik pengobatan china yaitu konsep yin dan
yang. menurut kajian etmomedisin, maka dapat dikatakan bahwa pengobatan akupuntur adalah
salah satu pengobatan berdasarkan kajian naturalistik yaitu dengan melihat ketidakseimbangan
pada unsur-unsur dalam tubuh.
Sejarah Akupuntur
Ilmu akupunktur adalah bagian dari Ilmu Pengobatan China. Menurut buku “ Huang Ti Nei
Cing ( The Yellow Emperor’s Classic of Internal Medicine ) “ ilmu ini mulai berkembang sejak
jaman Batu, yaitu kira- kira 4000 – 5000 tahun yang lalu, dimana digunakan jarum batu untuk
menyembuhkan penyakit. Sebuah kasus yang diungkapkan buku tersebut adalah penyembuhan
abses dengan penusukan jarum batu .
Buku “ Huang Ti Nei Cing “ adalah sebuah buku ensiklopedi Ilmu Pengobatan China.
Diterbitkan pada jaman “ Cun Ciu Can Kuo “ yaitu tahun – tahun antara 770 – 221 sebelum
Masehi. Pada jaman itu Ilmu Akupunktur berkembang seperti juga ilmu – ilmu lainnya di negara
itu. Bahan jarum akupunktur berubah dari batu ke bambu , dari bambu ke tulang dan dari tulang
menjadi perunggu. Dalam buku “ Huang Ti Nei Cing “ diungkapkan mengenai meridian, titik
akupunktur, teknik pengobatan dan perjalanan penyakit serta pengobatannya .
Menurut catatan sejarah negara tersebut, pada jaman dinansti Tang ( tahun 265 – 960 ) ,
Ilmu Akupunktur berkembang dengan pesat dan mulai tersebar ke luar negara asalnya , yaitu :
Korea , Jepang dan negara lainnya .
Perkembangan Pengobatan Akupuntur di Indonesia
Perkembangan akupunktur di Indonesia setua adanya perantau China yang tiba di Indonesia.
Hanya saja Ilmu Akupunktur hanya hidup terbatas dalam lingkungan sendiri dan sekitarnya, dan
hanya Shin She ( orang yang di tuakan / sesepuh ) saja yang melakukan praktek tersebut .
Pada tahun 1963 atas instruksi Menteri Kesehatan masa itu “ Prof. Dr. Satrio, Departemen
Kesehatan meneliti dan mengembangkan cara pengobatan Timur, termasuk Akupunktur untuk
membentuk sebuah Team Riset Ilmu Pengobatan Tradisional Timur. Maka mulai saat itu praktek
akupunktur diadakan secara resmi di Rumah Sakit Umum Pusat, Jakarta yang kemudian
berkembang menjadi sebuah Sub Bagian dibawah bagian Penyakit Dalam, dan selanjutnya
menjadi Unit Akupunktur Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo ( RSCM ) pada masa ini.
Disamping memberikan pelayanan poliklinis terhadap pengunjung / penderita, Unit Akupunktur
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo juga menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan
dokter ahli akupunktur baru .
3. Bentuk trend penggunaan komplementer akupuntur dalam keperawatan masih perlu dikaji.
Analisis dengan konsep Roger dan Permenkes 148/2010
Teory keperawatan Rogers
Teori Martha E. Roger
Teori Roger didasarkan pada pengetahuan tentang asal usul manusia dan alam semesta
seperti antropologi, sosiologi, astronomi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan
mitologi. Teori ini berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan
seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hisup manusia dan pula pertumbuhna dan
perkembangan seseorang.
Asumsi dasar teori Roger tentang manusia adalah:
1. Manusia adalah kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lain.
2. Manusia berinteraksi langsung dengan lingkungan disekelilingya.
3. Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik. Jalan hidup seseorang berbeda
dengan orang lain.
4. Perkembangan manusia dapat dinilai dari tingkah lakunya.
5. Manusia diciptakan sebagai karakteristik dan keunikan tersendiri. Misalnya dalam
hal sifat dan emosi.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa teori Roger berfokus pada manusia sebagai satu
kesatuan yang utuh dalam siklus kehidupannya. Menurutnya, lingkungan adalah segala
hal yang beredar di luar diri individu.
Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik Keperawatan
Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari konsepnya sangat
mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan. Malinski (1986) mencatat ada
tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan, yang kesemuanya berdasar pada konsep
teori yang di kemukakan Martha E Rogers.
a. Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien
b. Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar
c. Penyesuaian terhadap pola
d. Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan dalam proses
penyembuhan.
e. Menunjukkan suatu perubahan yang positif
f. Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan
g. Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup.
Manusia sebagai Unit “Manusia dengan lingkungan sebagai sebuah sumber energi yg
selalu bergerak. Sakit timbul sebagai akibat ketidakseimbangan energy, penanganan
dapat dilakukan dengan berbagai metode terapi modalitas/ Complementary and Alternatif
Medicine”. Menurut Rogers, semua model terapi komplementer merupakan kompetensi
dasar yang bisa digunakan perawat karena perawat merupakan profesi kesehatan yang
merawat pasien dengan melakukan pendekatan secara holistik (bio, psiko, sosio, kultural,
spiritual). Dan terapi komplementer ini juga dianggap sebagai terapi dengan pendekatan
holistik karena berusaha menyembuhkan pasien dengan memandang dari berbagai sudut
dan beraneka aspek kehidupan pasien, kecuali untuk tindakan invasif “Akupuntur” perlu
pelatihan khusus.
Dalam Konteks Praktis
Terapi komplementer “Nursing Therapy” telah banyak digunakan dalam praktek
keperawatan Holistik dan menjadi evidance base dalam penelitian keperawatan.
Permenkes HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat
Bab III Pasal 8 ayat 3 (c) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui kegiatan “keperawatan komplementer“
Maknanya “Perawat secara melekat boleh melakukan tindakan keperawatan,
komplementer tanpa perlu ijin khusus, asalkan memiliki kompetensi untuk itu dan
tidak melakukan tindakan invasif.
Terapi komplementer bisa dibilang belum cukup dikenal oleh masyarakat karena
terapi komplementer lebih dikenal dengan pengobatan alternatif. Berkaitan dengan
keluarnya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/148/1/2010
Tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, maka terapi
komplementer bisa dilakukan di sarana pelayanan kesehatan. Terapi komplementer
yang bisa di aplikasikan di klinik diantaranya akupuntur kesehatan, aroma terapi,
terapi relaksasi, terapi herbal dan terapi hipnosis/hipnoterapy.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/MENKES/148/1/ 2010 Tentang : Izin
dan Penyelanggaraan Praktik Perawat, pasal 12 ayat 2 yang menyatakan: Perawat
dalam menjalankan Praktik senantiasa meningkatkan rnutu pelayanan profesinya
dengan mengikuti perkernbangan Ilmu pangetahuan dan teknologi melalui pendidikan
dan pelatihan sesuai dengan tugasnya, yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
orgarnisasi profesi.
Dapat disimpulkan bahwa menurut konsep Rogers semua model terapi komplementer
merupakan kompetensi dasar yang bisa digunakan perawat, kecuali untuk tindakan invasif
“Akupuntur” perlu pelatihan khusus. Sedangkan menurut Permenkes 148/2010 tentang Izin
dan Penyelanggaraan Praktik Perawat, perawat secara melekat boleh melakukan tindakan
keperawatan, komplementer tanpa perlu ijin khusus, asalkan memiliki kompetensi untuk itu.
Syarat untuk dapat melakukan praktik keperawatan akupuntur harus memiliki surat izin,
diantaranya:
1. SIK-TPKA (Surat Izin Kerja Tenaga Pengobatan Komplementer Alternatif) untuk
melakukan pelayanan akupunktur di sarana pelayanan kesehatan (Rumah Sakit,
Puskesmas, Balai Pengobatan) sesuai dengan Permenkes RI no.
1109/Menkes/Per/IX/2007
2. SIPT (Surat Izin Pengobat Tradisional) untuk melakukan praktek akupunktur pribadi
(mandiri) sesuai dengan Kepmenkes RI no. 1076/Menkes/SK/VII/2003
Daftar pustaka
Permenkes RI nomor HK 02.02/Menkes/148/2010. Izin penyelenggaraan praktik keperawatan.
(http://www.gizikia.depkes.go.id. Diakses tanggal 28 Mei 2013)