SALINAN
PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA STRATEGIS BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
TAHUN 2020-2024
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan amanat Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun
2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2020-2024 secara berkelanjutan,
terintegrasi, konsisten, efektif, dan efisien, diperlukan
pedoman berupa Rencana Strategis Badan Koordinasi
Penanaman Modal Tahun 2020-2024;
b. bahwa untuk menjabarkan dan melaksanakan Visi,
Misi dan Agenda Presiden Republik Indonesia di
bidang penanaman modal yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2020-2024, diperlukan perencanaan strategis
di bidang penanaman modal;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Badan Koordinasi Penanaman
- 2 -
Modal tentang Rencana Strategis Badan Koordinasi
Penanaman Modal Tahun 2020-2024
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4664);
4. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang
Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2020 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007
tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 35);
5. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2020-2024 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 10);
6. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 90/SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Koordinasi Penanaman Modal, sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 10 Tahun
2018 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
- 3 -
Nomor 90/SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Koordinasi Penanaman Modal (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1791);
7. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 663);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN KOORDINASI
PENANAMAN MODAL TAHUN 2020-2024.
Pasal 1
Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal
Tahun 2020-2024 merupakan pedoman dalam menyusun
rencana kerja bagi Badan Koordinasi Penanaman Modal
dalam menjalankan tugas dan fungsi kelembagaan.
Pasal 2
(1) Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman
Modal Tahun 2020-2024 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 meliputi:
a. pendahuluan;
b. visi, misi, dan tujuan;
c. arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi, dan
kerangka kelembagaan;
d. target kinerja dan kerangka pendanaan; dan
e. penutup.
(2) Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman
Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
- 4 -
Pasal 3
Data dan informasi kinerja Rencana Strategis Badan
Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2020-2024
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang termuat dalam
Sistem Informasi KRISNA-Rencana Strategis merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen Rencana
Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun
2020-2024.
Pasal 4
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku,
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan
Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2015-2019 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 560),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman
Modal Tahun 2015-2019 (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 683) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 5
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Badan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Juni 2020
KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
BAHLIL LAHADALIA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 15 Juni 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 622
- 6 -
LAMPIRAN
PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA STRATEGIS BADAN KOORDINASI
PENANAMAN MODAL TAHUN 2020-2024
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini memuat kondisi umum serta potensi dan permasalahan penanaman
modal. Bagian Kondisi Umum membahas mengenai capaian di bidang
penanaman modal pada periode 2015-2019 dan upaya-upaya yang telah
dilakukan. Sedangkan potensi dan permasalahan mengulas mengenai
analisis kekuatan, peluang, kelemahan dan tantangan di bidang
penanaman modal yang akan dihadapi pada periode 2020-2024.
1.1. Kondisi Umum Penanaman Modal
Realisasi Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN) dan Penanaman
Modal Asing (PMA) terus mengalami peningkatan dari Rp463,1 triliun
pada tahun 2014 menjadi Rp545,4 triliun pada tahun 2015, Rp612,8
triliun pada tahun 2016, Rp692,8 triliun pada tahun 2017, Rp721,3
triliun pada tahun 2018 dan Rp809,6 triliun pada tahun 2019. Secara
rata-rata, realisasi penanaman modal pada periode 2015-2019 tumbuh
sebesar 11,9 persen. Nilai realisasi penanaman modal pada tahun 2015-
2017 telah melampaui target yang ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yaitu
sebesar 105,0 persen dari target pada tahun 2015, 103,0 persen dari
target pada tahun 2016, dan 102,1 persen dari target pada tahun 2017.
Namun pada tahun 2018, terjadi perlambatan dimana pertumbuhan
penanaman modal hanya sebesar 4,1 persen sehingga nilai realisasi
penanaman modal pada tahun tersebut hanya mencapai 94,3 persen
dari target. Pada tahun 2019, nilai realisasi penanaman modal kembali
melampaui target yaitu sebesar 102,2 persen dari target Rp792,0 triliun.
Realisasi PMDN juga terus mengalami peningkatan dari Rp156,1
triliun pada tahun 2014 menjadi Rp179,5 triliun pada tahun 2015,
Rp216,2 triliun pada tahun 2016, Rp262,3 triliun pada tahun 2017,
- 7 -
Rp328,6 triliun pada tahun 2018, dan Rp386,5 triliun pada tahun 2019.
Di samping itu, realisasi PMA mengalami peningkatan dari Rp307,0
triliun pada tahun 2014 menjadi Rp365,9 triliun pada tahun 2015,
Rp396,6 triliun pada tahun 2016, dan Rp430,5 triliun pada tahun 2017.
Realisasi PMA mengalami sedikit penurunan pada tahun 2018 menjadi
sebesar Rp 392,7 triliun, namun kembali meningkat menjadi Rp423,1
triliun pada tahun 2019. Dalam rangka meningkatkan keterlibatan
investor dalam negeri, Pemerintah menargetkan kontribusi PMDN dalam
RPJMN 2015-2019. Kontribusi PMDN sebesar 32,9 persen pada tahun
2015 belum mencapai target sebesar 33,8 persen. Namun kontribusi
PMDN terus mengalami peningkatan dan memenuhi target pada tahun-
tahun selanjutnya dimana kontribusi PMDN mencapai 35,3 persen pada
tahun 2016 (target 35,0 persen), 37,9 persen pada tahun 2017 (target
36,3 persen), 45,6 persen pada tahun 2018 (target 37,6 persen), dan
47,7 persen pada tahun 2019 (target 38,9 persen). Perkembangan
penanaman modal pada tahun 2014–2019 dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1.
Perkembangan Penanaman Modal Tahun 2014 – 2019
Keterangan Tahun
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Realisasi PMA (Rp
Triliun) 307,0 365,9 396,6 430,5 392,7 423,1
Target PMA (Rp
Triliun) 297,3 343,7 386,4 429,0 467,4 483,7
Realisasi PMDN (Rp
Triliun) 156,1 179,5 216,2 262,3 328,6 386,5
Target PMDN (Rp
Triliun) 159,3 175,8 208,4 249,8 297,6 308,3
Total Realisasi (Rp
Triliun) 463,1 545,4 612,8 692,8 721,3 809,6
Total Target (Rp
Triliun) 456,6 519,5 594,8 678,8 765,0 792,0
Capaian Realisasi
(%) 101,4% 105,0% 103,0% 102,1% 94,3% 102,2%
Pertumbuhan (%) 16,2% 17,8% 12,4% 13,1% 4.1% 12,2%
Sektor sekunder memiliki kontribusi realisasi penanaman modal
tertinggi dan terus meningkat dari 43,0 persen pada tahun 2014 (nilai
realisasi Rp199,1 triliun) menjadi 43,3 persen pada tahun 2015 (nilai
realisasi Rp236,0 triliun), dan 54,8 persen pada tahun 2016 (nilai
realisasi Rp335,8 triliun). Namun kontribusi realisasi penanaman modal
tertinggi mulai bergeser ke sektor tersier sejak tahun 2017 dengan
kontribusi sebesar 42,3 persen (nilai realisasi Rp293,3 triliun) dan terus
- 8 -
meningkat menjadi 50,9 persen pada tahun 2018 (nilai realisasi Rp366,9
triliun) dan 57,5 persen pada tahun 2019 (nilai realisasi Rp465,3
triliun). Secara kumulatif pada tahun 2015-2019, sektor tersier juga
menjadi penyumbang terbesar dalam realisasi penanaman modal dengan
kontribusi sebesar 45,2 persen, disusul oleh sektor sekunder dengan
kontribusi sebesar 38,0 persen, dan sektor primer dengan kontribusi
sebesar 16,8 persen. Pergeseran realisasi penanaman modal dari sektor
sekunder menjadi sektor tesier salah satunya disebabkan oleh pesatnya
perkembangan ekonomi digital. Nilai realisasi penanaman modal
berdasarkan sektor pada tahun 2014-2019 dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2.
Realisasi Penanaman Modal Berdasarkan Sektor Tahun 2014 – 2019
Realisasi Penanaman
Modal
Tahun
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Primer (Rp Triliun) 91,7 95,0 89,0 124,7 132,1 128,3
Kontribusi Primer (%) 19,8% 17,4% 14,5% 18,0% 18,3% 15,8%
Sekunder (Rp Triliun) 199,1 236,0 335,8 274,8 222,3 216,0
Kontribusi Sekunder (%) 43,0% 43,3% 54,8% 39,7% 30,8% 26,7%
Tersier (Rp Triliun) 172,3 214,4 188,0 293,3 366,9 465,3
Kontribusi Tersier (%) 37,2% 39,3% 30,7% 42,3% 50,9% 57,5%
Total (Rp Triliun) 463,1 545,4 612,8 692,8 721,3 809,6
Realisasi penanaman modal di luar Jawa terus mengalami
peningkatan dari Rp199,8 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp 248,7
triliun pada tahun 2015, Rp 284,1 triliun pada tahun 2016, Rp 302,9
triliun pada tahun 2017, Rp 315,9 triliun pada tahun 2018 dan Rp375,0
triliun pada tahun 2019. Realisasi penanaman modal di Jawa juga terus
meningkat dari Rp263,3 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp 296,7
triliun pada tahun 2015, Rp 328,7 triliun pada tahun 2016, Rp389,9
triliun pada tahun 2017, Rp405,4 triliun pada tahun 2018, dan Rp434,6
triliun pada tahun 2019. Meski terjadi peningkatan pada kontribusi
realisasi penanaman modal di Luar Jawa dari 43,1 persen pada tahun
2014 menjadi 45,6 persen pada tahun 2015 dan 46,4 persen pada tahun
2016, namun terjadi penurunan kontribusi realisasi penanaman modal
di Luar Jawa menjadi 43,7 persen pada tahun 2017. Hal ini disebabkan
oleh pertumbuhan realisasi penanaman modal di Jawa yang lebih tinggi
pada tahun tersebut. Kontribusi realisasi penanaman modal di Luar
- 9 -
Jawa kembali meningkat menjadi 43,8 persen pada tahun 2018, dan
46,3 persen pada tahun 2019. Realisasi penanaman modal di Jawa dan
Luar Jawa pada tahun 2014-2019 dapat dilihat pada tabel 1.3.
Tabel 1.3.
Kontribusi Penanaman Modal di Jawa dan Luar Jawa
Tahun 2014 – 2019
Realisasi Penanaman
Modal
Tahun
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Jawa (Rp Triliun) 263,3 296,7 328,7 389,9 405,4 434,6
Kontribusi Jawa (%) 56,9% 54,4% 53,6% 56,3% 56,2% 53,7%
Luar Jawa (Rp
Triliun) 199,8 248,7 284,1 302,9 315,9 375,0
Kontribusi Luar
Jawa(%) 43,1% 45,6% 46,4% 43,7% 43,8% 46,3%
Total (Rp Triliun) 463,1 545,4 612,8 692,8 721,3 809,6
Berdasarkan Rencana Strategis BKPM Tahun 2015-2019, terdapat
3 (tiga) program BKPM pada tahun 2015-2019 yaitu Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BKPM, Program
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BKPM, serta Program
Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal. Namun sejak tahun 2017,
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BKPM digabung
ke dalam Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya BKPM. Evaluasi Kinerja Program BKPM Tahun 2015-2019 dapat
dilihat pada tabel 1.4.
Tabel 1.4.
Evaluasi Kinerja Program BKPM Tahun 2015 – 2019
No Program Sasaran Indikator Keterang
an
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Program
Dukungan
Manajemen
dan
Pelaksanaan
Tugas Teknis
Lainnya
BKPM
Meningkatnya
kapasitas
kelembagaan
BKPM dalam
mendukung
tugas dan
fungsi BKPM
Opini Badan
Pemeriksa
Keuangan
(BPK)
Target WTP WTP WTP WTP WTP
Realisasi WTP WTP WTP WTP Belum
dilakukan
Capaian Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai -
Kategori
Laporan
Kinerja
Instansi
Pemerintah
(LAKIP)
Target B B B B B
Realisasi BB BB BB BB Belum
dilakukan
Capaian Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai -
2 Program
Peningkatan
Sarana dan
Prasarana
Aparatur
BKPM
Meningkatnya
kuantitas dan
kualitas
sarana dan
prasarana
Persentase
tercapainya
peningkatan
sarana dan
prasarana
kerja di
pusat dan
Target 100% 100% 100% 100% 100%
Realisasi 100% 66,89%
Program
dihentik
an
Program
dihentik
an
Program
dihentikan
Capaian Tercapai Tidak
Tercapai
Program
dihentik
Program
dihentik
Program
dihentikan
- 10 -
No Program Sasaran Indikator Keterang
an
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
daerah an an
3 Program
Peningkatan
Daya Saing
Penanaman
Modal
Meningkatnya
kualitas iklim
penanaman
modal dan
realisasi
investasi
Realisasi
Investasi Target
Rp.519,
5 Triliun
Rp.594,8
Triliun
Rp.678,
8 Triliun
Rp.765,
0 Triliun
Rp792,0
Triliun
Realisasi Rp.545,
4 Triliun
Rp.612,8
Triliun
Rp.692,
8 Triliun
Rp.721,
3 Triliun
Rp809,6
Triliun
Capaian Tercapai Tercapai Tercapai
Tercapai
91,02%
dari
target
Tercapai
Rasio
realisasi
penanaman
modal di
luar Jawa
Target 45,6% 49,1% 52,8% 57,4% 62,0%
Realisasi 45,6% 46,4% 43,7% 43,8% 46,3%
Capaian Tercapai Tidak
Tercapai
Tidak
Tercapai
Tidak
Tercapai
Tidak
Tercapai
Rasio
realisasi
investasi
PMDN
Target 33,8% 35,0% 36,3% 37,6% 38,9%
Realisasi 32,9% 35,3% 37,9% 45,6% 47,7%
Capaian Tidak
Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai
Indeks
Kepuasan
Masyarakat
(IKM) atas
pelayanan
penanaman
modal pada
PTSP Pusat
di BKPM
Target 3,1 dari
Skala 4
3,15 dari
Skala 4
3,2 dari
Skala 4
3,25
dari
Skala 4
3,25 dari
Skala 4
Realisasi
3,09
dari
Skala 4
3,10 dari
Skala 4
3,10
dari
Skala 4
3,43
dari
Skala 4
3,27 dari
Skala 4
Capaian Tidak
Tercapai
Tidak
Tercapai
Tidak
Tercapai Tercapai Tercapai
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya BKPM selalu mencapai target yang telah ditetapkan. Pada
Indikator “Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)”, BKPM selalu
mendapat predikat Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam 10
(sepuluh) tahun terakhir, termasuk pada tahun 2015-2018 (sesuai
dengan target WTP yang tercantum dalam Renstra BKPM Tahun 2015-
2019. Hal ini menunjukkan bahwa BKPM merupakan lembaga
Pemerintah yang akuntabel dan kredibel. Selain itu pada indikator
“Kategori Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)”, BKPM secara
konsisten dari tahun 2015 hingga tahun 2018 memperoleh predikat ‘BB’
untuk LAKIP (melampaui target predikat ‘B’ yang tercantum dalam
Renstra BKPM Tahun 2015-2019).
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BKPM
hanya dilaksanakan pada tahun 2015 dan tahun 2016. Program ini
hanya memiliki 1 (satu) indikator yaitu “Persentase tercapainya
peningkatan sarana dan prasarana kerja di pusat dan daerah”, dimana
target indikator tersebut hanya tercapai pada tahun 2015. Hal ini
- 11 -
disebabkan karena pada tahun 2016 terdapat pemotongan Anggaran
Belanja Pemerintah.
Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal memiliki 4
(empat) indikator yaitu “Realisasi Investasi”, “Rasio realisasi penanaman
modal di luar Jawa”, “Rasio realisasi investasi PMDN”, serta “Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada
PTSP Pusat di BKPM”. Untuk indikator “Realisasi Investasi”, target tidak
tercapai pada tahun 2018 karena terdapat perubahan sistem dalam
proses pelayanan perizinan pada tahun tersebut. Pada tahun lainnya,
target indikator tersebut selalu tercapai. Sementara itu untuk indikator
“Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa”, capaian 45,6 persen
pada tahun 2015 sesuai dengan target pada tahun tersebut. Namun
pada tahun-tahun selanjutnya, capaian pada indikator tersebut tidak
mencapai target. Capaian indikator “Rasio realisasi penanaman modal di
luar Jawa” adalah sebesar 46,4 persen pada tahun 2016 (target 49.1
persen), 43,7 persen pada tahun 2017 (target 52,8 persen), 43,8 persen
pada tahun 2018 (target 57,4 persen), dan 46,3 persen pada tahun 2019
(target 62,0 persen). Guna mendukung peningkatan realisasi
penanaman modal di luar Jawa, BKPM turut berperan dalam pemberian
pelayanan dan fasilitas perizinan dan non perizinan pada pusat-pusat
perekonomian baru dan klaster-klaster industri berupa Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri (KI), serta Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB). Untuk indikator
“Rasio realisasi investasi PMDN”, capaian sebesar 32,9 persen pada
tahun 2015 tidak mencapai target sebesar 33,8 persen. Namun capaian
pada tahun berikutnya selalu mencapai target, dengan capaian sebesar
35,3 persen pada tahun 2016 (target 35,0 persen), 37,9 persen pada
tahun 2017 (target 36,3 persen), 45,6 persen pada tahun 2018 (target
37,6 persen), dan 47,7 persen pada tahun 2019 (target 38,9 persen).
Seluruh usaha peningkatan investasi tidak terlepas dari kepuasan
investor, yang dapat dilihat pada indikator “Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di
BKPM”. Target indikator tersebut tidak tercapai pada tahun 2015-2017,
dimana capaian IKM pada tahun 2015 adalah sebesar 3,09 dari skala 4
(target 3,1 dari skala 4), 3,10 dari skala 4 pada tahun 2016 (target 3,15
dari skala 4) dan 3,10 dari skala 4 pada tahun 2017 (target 3,20 dari
skala 4). Namun pada periode tersebut, seluruh indikator menunjukkan
- 12 -
angka penilaian dengan predikat B/Baik (rentang 62,51-81,25).
Indikator dengan nilai capaian terendah adalah waktu pelayanan
(berada pada rentang 2,83-2,72) dan prosedur pelayanan (berada pada
rentang 2,86-2,88). Pada tahun 2018 dan 2019 target IKM berhasil
melebihi capaian target yang sudah ditentukan, yaitu dengan capaian
IKM 3,43 dari skala 4 pada tahun 2018 (target 3,25 dari skala 4), dan
3,27 dari skala 4 pada tahun 2019 (target 3,25 dari skala 4).
1.2. Potensi dan Permasalahan
1.2.1. Potensi (Kekuatan dan Peluang)
Beberapa faktor menjadi kekuatan BKPM dan peluang untuk
dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kinerja penanaman modal di
Indonesia pada periode 5 (lima) tahun mendatang antara lain:
Pertama, Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya,
baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Indonesia memiliki
potensi yang besar di bidang sumber daya pertambangan seperti
batubara, emas, nikel, bijih besi, dan sebagainya. Demikian pula dengan
potensi sumber daya yang berasal dari sektor pertanian, Indonesia
memiliki banyak sumber daya pertanian yang berpotensi besar, seperti
kelapa sawit, teh, kopi, karet, cengkeh, tembakau, dan sebagainya.
Pulau Sumatera misalnya, memiliki potensi sumberdaya alam seperti
gas alam, minyak, emas, perak, hasil hutan, timah, batubara, granit,
dan karet. Pulau Kalimantan memiliki potensi bahan tambang dan
pertanian seperti kelapa sawit, rotan, karet, minyak bumi, bijih besi, gas
alam cair, minyak bumi, dan timah. Pulau Sulawesi kaya akan sumber
daya alam berupa emas, batuan, mangan, hasil hutan, nikel, tembaga,
dan timah. Sementara itu, Maluku dan Papua sangat kaya akan sumber
daya logam dan mineral.
Kedua, peningkatan peran PMA/PMDN terhadap investasi
(Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB) dan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan investasi/PMTB tercatat sebesar 5,07% pada tahun 2015,
4,48% pada tahun 2016, 6,15% pada tahun 2017, 6,67% pada tahun
2018, dan 4,45% pada tahun 2019. Sementara itu, pertumbuhan PMA
dan PMDN tercatat sebesar 17,8% pada tahun 2015, 12,4% pada tahun
2016, 13,1% pada tahun 2017, 4,1% pada tahun 2018, dan 12,2% pada
tahun 2019. Pertumbuhan PMA dan PMDN yang lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan investasi/PMTB menunjukkan bahwa peran
- 13 -
PMA dan PMDN terhadap investasi/PMTB dan pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2015–2019 sangat penting .
Tabel 1.5.
Perkembangan Realisasi PDB, PMTB dan PMA-PMDN
Tahun 2015-2019
Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019
PDB (% pertumbuhan) 4,8 5,02 5,07 5,17 5,02
PMTB (% pertumbuhan) 5,07 4,48 6,15 6,67 4,45
Kontribusi PMTB thd PDB (%) 33,19 32,57 32,16 32,29 32,33
Realisasi PMA dan PMDN: (Rp
Triliun) 545,4 612,8 692,8 721,3 809,6
Pertumbuhan PMA dan PMDN (%) 17,8 12,4 13,1 4,1 12,2
Sumber: BPS dan BKPM, diolah (2019)
Ketiga, terjadinya pergeseran paradigma penanaman modal di
Indonesia dari sektor yang berbasis sumber daya alam (resource base) ke
sektor yang memproduksi barang konsumsi (market base), khususnya
industri yang diwajibkan menggunakan Tingkat Kandungan Dalam
Negeri (TKDN). Terkait hal tersebut, arah kebijakan penanaman modal
harus mendorong berkembangnya market base didukung oleh sektor
yang mengolah sumber daya alam menjadi bahan baku (hilirisasi).
Keempat, US News & World Report menempatkan Indonesia di
urutan ke-18 dari 80 negara terbaik untuk berinvestasi di tahun 2019,
peringkat Tahun 2019 menurun dibandingkan tahun sebelumnya
(tahun 2018) yang menempati urutan ke-2 dari 25 Negara. Hasil survei
ini sangat berbeda hasilnya dibandingkan tahun lalu dimana saat itu top
5 Negara terbaik untuk investasi ditempati oleh Filipina (Peringkat 1),
Indonesia (Peringkat 2), Polandia (Peringkat 3), Singapura (Peringkat 4)
dan Malaysia (Peringkat 5). Namun, pada survey yang lain yaitu CEO
World Magazine (2019), Indonesia masih menempati peringkat ke-4 dari
67 negara sebagai sebuah Negara yang memiliki daya tarik kuat di
bidang investasi dengan skor 84.4. Indikator terbaik Indonesia adalah
kebijakan pemerintah dengan skor 82, sedangkan indikator terendah
Indonesia adalah institutional framework dengan skor 50. Tingginya skor
kebijakan pemerintah ini menunjukkan bahwa formula kebijakan
pemerintah di bidang investasi di mata dunia menunjukkan kinerja yang
- 14 -
sangat baik. Kondisi seperti ini merupakan potensi dalam upaya
peningkatan penanaman modal.
Tabel 1.6.
Daya Tarik Investasi Beberapa Negara
Rank Country Score Economic
Stability
Government
Policies
Skilled
Labor
Force
Institutional
Framework
Education
and
Research
Market
Potenti
al
Trade
Openess
1 Malaysia 85.8 50 57 76 58 65 76 53
2 Poland 85.2 63 75 74 55 61 61 76
3 Philippines 84.6 78 70 85 85 68 60 73
4 Indonesia 84.4 53 82 56 50 81 61 54
5 Australia 84.1 80 51 65 64 56 52 78
6 Singapore 83.7 75 48 74 58 75 79 53
7 India 83.6 56 66 53 58 63 65 72
Sumber: CEO World Magazine, 2019.
Dalam laporan ASEAN Business Outlook Survey (ABOS) tahun
2018 yang dikeluarkan oleh US Chamber of Commerce, Indonesia juga
merupakan negara tujuan terbaik untuk investasi selain Singapura,
Malaysia, dan Vietnam. Terdapat setidaknya dua faktor yang mengalami
peningkatan kepuasan oleh investor Amerika, yaitu infrastruktur dan
insentif pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa percepatan
pembangunan infrastruktur memiliki pengaruh yang positif terhadap
aliran investasi ke dalam negeri. Namun demikian, terdapat pula faktor
yang mengalami penurunan kepuasan. Dua faktor yang menurun
kepuasannya yaitu ketersediaan tenaga kerja dan kondisi politik negara.
Diperkirakan pemilu dan pasca pemilu yang terjadi pada bulan April
memberikan dampak terhadap investor. Investor akan menunggu
kepastian politik pasca pemilu untuk menanamkan modalnya di
Indonesia. Kepuasan terhadap sistem politik Indonesia bahkan turun
29% dalam enam tahun terakhir. Ketersediaan tenaga kerja juga
merupakan faktor yang mengalami penurunan kepuasan oleh investor.
Masalah produktivitas yang rendah ini berkaitan dengan kualitas SDM
yang rendah, dimana tenaga kerja masih didominasi oleh lulusan SD
(40,7 persen), sementara tidak semua tenaga kerja lulusan pendidikan
yang lebih tinggi memiliki kesiapan dan kapasitas sesuai kebutuhan
dunia kerja. Mismatch keterampilan, kesenjangan kualitas pendidikan
antar wilayah, keterbatasan talenta untuk siap dilatih dan bekerja
menjadi isu-isu yang perlu ditangani dalam peningkatan produktivitas.
- 15 -
Kondisi ini diharapkan dapat meningkatkan indeks pembangunan
manusia (IPM) meningkat menjadi 75,35 pada tahun 2024.
Kelima, berkembangnya ekonomi digital. Dalam rangka
mengimbangi perkembangan pasar pada era globalization 5.0, perlu
disusun dokumen Investment Project Ready to Offer (IPRO) atau memo
info khusus untuk bidang ekonomi digital. BKPM juga dapat
mengusulkan KEK seperti Silicon Valley yang difokuskan sebagai
kawasan penanaman modal untuk sektor pendidikan dalam rangka
mendorong peningkatan kualitas SDM guna memenuhi kebutuhan dari
industri digital di masa depan.
Keenam, peluang untuk melakukan investasi di luar negeri
(outward investment) sebagai salah satu potensi dalam mendukung
perluasan pasar produk dalam negeri. Diperlukan peningkatan dalam
mekanisme pendataan perusahaan Indonesia yang melakukan outward
investment, mengingat saat ini belum terdapat kewajiban bagi
perusahaan Indonesia yang menanamkan modalnya ke luar negeri
untuk melaporkan kegiatannya ke Pemerintah Indonesia. Pemerintah
juga perlu melakukan fasilitasi terhadap investor yang melakukan
investasi ke luar negeri untuk meningkatkan outward investment.
Ketujuh, pemanfaatan dan penerapan sistem OSS diharapkan
dapat mempermudah investor maupun calon investor. Sistem ini akan
menjadi sebuah sistem yang terintegrasi yang mampu meningkatkan
pelayanan di bidang penanaman modal. Beberapa perbaikan yang akan
dilakukan guna mengoptimalkan layanan OSS antara lain:
a) Integrasi sistem OSS dan SPIPISE dengan rencana tata ruang di
daerah agar perusahaan dapat mengetahui ketersediaan lahan
pada saat memasukkan permohonan izinnya. Hal ini disebabkan
banyak perusahaan yang sudah mendapatkan izin usaha namun
tidak dapat berjalan secara komersial karena tidak sesuai dengan
tata ruangnya; dan
b) Penyempurnaan sistem OSS sesuai dengan perkembangan
kebutuhan investor.
Kedelapan, pengembangan Sistem Informasi Potensi Investasi
Daerah (SIPID) menjadi Potensi Investasi Regional (PIR) melalui data
potensi penanaman modal yang sesuai dengan tren global serta
kesesuaiannya dengan kapasitas daerah. Terkait potensi penanaman
modal yang sesuai dengan tren global, perlu peningkatan kapasitas
- 16 -
sumber daya manusia yang ada di daerah melalui sosialisasi dan
komunikasi dengan daerah secara berkala. Terkait kesesuaian dengan
kapasitas daerah, perlu adanya informasi yang komprehensif terkait
peluang penanaman modal di daerah antara lain dengan melakukan
pemetaan karakter tenaga kerja (SDM) dan sosial penduduk daerah di
luar pemetaan potensi sumber daya alam yang ada.
Kesembilan, pemanfaatan kualitas sumber daya manusia yang
kompeten dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Hal ini dapat
terlihat dari penghargaan Kementerian Keuangan kepada BKPM atas
capaian laporan keuangan selama 10 (sepuluh) tahun berturut-turut
dengan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Kesepuluh, Indonesia merupakan salah satu negara dengan
jumlah penduduk terbesar di dunia (sekitar 265,5 juta) dengan struktur
demografi muda serta banyaknya jumlah penduduk berpendapatan
menengah dan tinggi (sekitar 223,6 juta), yang menjadikan Indonesia
sebagai pasar yang paling menarik di Asia sehingga menjadi salah satu
daya tarik penanaman modal. Hal ini akan menambah peluang
penanaman modal dan meningkatkan penyebaran penanaman modal
sehingga akan lebih merata.
1.2.2. Permasalahan (Kelemahan dan Tantangan)
Terdapat beberapa faktor yang menjadi kelemahan BKPM dan
tantangan dalam pencapaian target kinerja BKPM dan pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada periode 2020-2024 antara lain:
Pertama, Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan
ekonomi dari 5,0 persen pada tahun 2014 menjadi 4,9 persen pada
tahun 2015, namun kembali meningkat menjadi 5,0 persen pada tahun
2016, 5,1 persen pada tahun 2017, dan 5,2 persen pada tahun 2018.
Pertumbuhan ekonomi kembali menurun menjadi 5,02 persen pada
tahun 2019. Indonesia diprediksi dapat masuk menjadi negara
berpendapatan tinggi dalam 20 tahun ke depan dengan syarat
pertumbuhan ekonomi di atas 5,50 persen. Apabila Indonesia tidak
melakukan apapun maka pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia
akan terus berada di bawah 5 persen.
- 17 -
Tabel 1.7.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2014-2019 (%)
Tahun 2014 2015 2016 2017 2018 2019
RPJMN 5.1 5.8 6.6 7.1 7.5 8.0
Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) 5.5 5.8 5.7 5.8 5.6 5.3
Realisasi 5.0 4.9 5.0 5.1 5.2 5.02
Sumber: RPJMN 2015-2019, RKP, dan BPS, diolah (2019)
Kedua, terjadinya stagnasi dan perlambatan pertumbuhan dunia,
termasuk Amerika Serikat dan China. Selama tahun 2018 sampai
dengan tahun 2023, IMF memprediksikan bahwa pertumbuhan ekonomi
dunia akan mengalami stagnasi pada tingkat 3,73 persen pada tahun
2018 dan menjadi 3,60 persen pada tahun 2023. Begitu juga
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang akan mengalami
penurunan dari 2,88 persen menjadi hanya 1,38 persen. China tidak
terlepas juga dari perlambatan ekonomi dunia dengan mengalami
penurunan pertumbuhan ekonomi dari 6,60 persen menjadi 5,60
persen. Di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan
hanya berkisar pada angka 5,4 persen dalam lima tahun ke depan.
Perlambatan dan stagnasi pertumbuhan ekonomi dunia ini secara tidak
langsung akan berdampak pada penanaman modal di Indonesia.
Ketiga, penurunan global trade volume dunia yang diperkirakan
akan terus berlanjut dari 45,24 persen pada tahun 2017 menjadi 4,18
persen pada tahun 2018, 4,00 persen pada tahun 2019 dan
diperkirakan akan menjadi 3,20 persen pada tahun 2023. Selain itu,
terjadi pengetatan moneter (monetary tightening) sebagai akibat dari
trade war yang berdampak luas pada perekonomian global, tidak
terkecuali Indonesia. Pengetatan moneter dilakukan oleh Amerika
Serikat dengan menaikkan suku bunga dari 2,5 persen pada tahun 2018
menjadi 3,25 persen pada tahun 2019 dan diperkirakan menjadi 3,5
persen pada tahun 2020. Begitu juga dengan negara Uni-Eropa yang
menaikkan suku bunganya sebesar 0,5 persen pada periode yang sama.
Dampak beruntun dari monetary tightening, China rebalancing, dan
pertumbuhan global adalah menurunkan permintaan efektif dunia.
Perang dagang dan pengetatan moneter ini bila tidak diantisipasi akan
menimbulkan peningkatan defisit transaksi berjalan, melambatnya
ekspor, menurunkan surplus transaksi modal dan finansial, serta
fluktuasi nilai tukar.
- 18 -
Keempat, daya tarik investasi negara-negara peers, khususnya
dalam menarik relokasi investasi dari perusahaan-perusahaan Tiongkok.
Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok akan membuat
perusahaan-perusahaan Tiongkok melakukan relokasi perusahaannya
ke negara lain untuk menghindari tarif yang tinggi, salah satunya
Indonesia. Akan tetapi, negara-negara tetangga (peer countries) juga
memiliki daya tarik investasi yang tinggi dalam menerima relokasi
investasi tersebut. Perlunya peningkatan daya saing investasi
dibandingkan dengan negara peer yang dapat dilihat dari beberapa
aspek, salah satunya adalah melalui peringkat Indonesia dalam Survei
EoDB 2019 yang dilakukan World Bank International Finance Corporation
(World Bank-IFC). Pemerintah telah melakukan berbagai langkah untuk
meningkatkan iklim usaha untuk perbaikan peringkat kemudahan
berusaha namun belum optimal. Survey EoDB menempatkan Indonesia
pada peringkat 73 pada tahun 2020. Indonesia masih memerlukan kerja
keras untuk dapat memperbaiki peringkat dibandingkan negara-negara
lain di kawasan ASEAN, dimana Indonesia masih menempati peringkat 6
di antara 8 negara ASEAN (dapat dilihat pada tabel 1.8)
Tabel 1.8
Perkembangan Peringkat Ease of Doing Business Negara-Negara di ASEAN
No Negara Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Singapura 1 1 2 2 2 2
2 Malaysia 18 18 23 24 15 12
3 Thailand 26 49 46 23 27 21
4 Brunei 101 84 72 56 55 66
5 Vietnam 78 90 82 68 69 70
6 Indonesia 114 109 91 72 73 73
7 Filipina 95 103 99 113 124 95
8 Laos 148 134 139 141 171 154
Sumber: EoDB (2019)
Dalam laporan tahunan Institute for Management Development
(IMD) World Competitiveness Center pada tahun 2019, peringkat daya
saing Indonesia di antara negara-negara di dunia meningkat
dibandingkan tahun 2018 yaitu dari posisi ke-43 menjadi posisi ke-32.
Namun berdasarkan Global Competitiveness Index (GCI) yang
dikeluarkan oleh World Economy Forum, posisi Indonesia menurun dari
peringkat 45 pada tahun 2018 menjadi peringkat 50 pada tahun 2019.
Dua aspek yang membuat Indonesia turun peringkat yaitu efisiensi
- 19 -
pemerintah dan efisiensi bisnis. Dari sisi pemerintah, yang menjadi
sorotan utama bagi para pelaku usaha yaitu masih tingginya biaya-biaya
tak perlu (redundancy cost). Sementara dari sisi bisnis, yang menjadi
perhatian utama yaitu produktivitas tenaga kerja yang rendah.
Singapura menjadi negara dengan daya saing terbaik di Asia disusul
China di posisi 13, Taiwan 17, Malaysia 22, Jepang 25, Korea Selatan
27, Thailand 30, India 44, dan Filipina 50.
Kelima, Stok infrastruktur Indonesia meningkat menjadi 43
persen pada awal tahun 2019 dari 35 persen pada 2015, namun masih
di bawah negara-negara peers. Jika dibandingkan dengan beberapa
negara lain, maka infrastruktur Indonesia masih jauh tertinggal. Seperti
China yang stok infrastrukturnya mencapai sekitar 76 persen dan
Jepang sekitar 176 persen. Oleh karena itu, dibutuhkan investasi yang
sangat besar bagi Indonesia untuk mengembangkan infrastruktur dan
logistiknya dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi secara
memadai dengan keunggulan kompetitif dan komparatif yang berdaya
bersaing.
Keenam, belum optimalnya performa sistem logistik di Indonesia.
Berdasarkan Logistic Performance Index (LPI) scorecard pada tahun 2018,
Indonesia berada pada peringkat 46 dengan nilai 3,15. Seluruh indikator
masih memiliki nilai yang rendah, namun perbaikan utamanya perlu
dilakukan pada indikator custom (nilai 2,67; peringkat 62 dari 160
negara) dan indikator infrastructure (nilai 2,89; peringkat 54 dari 160
negara).
Ketujuh, tren Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa investasi belum terlalu efektif
mendorong PDB. Angka ICOR pada tahun 2011 tercatat sebesar 5,5 dan
meningkat menjadi 6,8 pada tahun 2017. Angka ini masih jauh di atas
negara-negara lain di ASEAN, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan
Vietnam. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya pembangunan
infrastruktur yang efeknya baru terasa beberapa tahun ke depan.
Kedelapan, investasi tidak menunjang produktivitas karena
Foreign Direct Investment (FDI) yang masuk ke Indonesia relatif lebih
rendah dari negara lain sehingga transfer teknologi dan produktivitas
belum sesuai harapan. Hal ini tercermin pada akumulasi barang modal
yang rendah, yang menunjukkan bahwa investasi di sektor industri
relatif kecil dibandingkan negara lain. Hal ini terlihat dari kontribusi
- 20 -
realisasi sektor industri di sektor sekunder cenderung menurun sejak
2017. Terkait hal ini, penanaman modal harus mampu meningkatkan
kesempatan kerja, mendorong produktivitas dan nilai tambah, terjadinya
kemitraan dengan usaha kecil dan menengah, serta memberikan
dampak dalam bentuk transfer teknologi.
Kesembilan, merebaknya wabah Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) sejak akhir tahun 2019. Pada 11 Maret 2020, World Health
Organization (WHO) mengumumkan bahwa wabah COVID-19 telah
menjadi pandemi. Wabah penyakit ini telah terjadi pada geografis yang
luas atau menyebar secara global. Penyebaran wabah COVID-19 yang
telah meluas ke berbagai belahan dunia membawa dampak pada
perekonomian dunia baik dari sisi perdagangan dan investasi. Dalam
laporan bulan Maret, OECD menurunkan proyeksi pertumbuhan
ekonomi global dari 2,9 persen menjadi 2,4 persen pada tahun 2020.
Dari sisi investasi, Investor dapat menunda investasi karena
ketidakjelasan supply chain atau asumsi pasar yang berubah akibat
dampak COVID-19 terhadap perdagangan dunia. Dampak terbesar
COVID-19 terhadap investasi diperkirakan akan terjadi akibat
penurunan realisasi penanaman modal dari Tiongkok, mengingat
pertumbuhan penanaman modal dari Tiongkok merupakan yang
tertinggi dalam 5 (lima) tahun terakhir. Bahkan pada tahun 2019
Tiongkok menempati posisi kedua dalam daftar negara yang paling
banyak menanamkan modalnya di Indonesia dengan nilai realisasi
penanaman modal sebesar 4,74 miliar USD dari 2.130 proyek.
Berdasarkan peluang dan permasalahan yang ada, baik dari aspek yang
ada di dalam negeri secara nasional maupun regional serta global, dapat
diperoleh isu strategis terkait penanaman modal. Isu strategis tersebut
harus direspon dan disikapi dalam kerangka penyusunan Rencana
Strategis Penanaman Modal BKPM Tahun 2020-2024. Adapun isu
strategis tersebut adalah:
(1) Melambatnya pertumbuhan penanaman modal,
(2) Penanaman modal yang belum berkualitas, dan
(3) Pelayanan penanaman modal yang belum sesuai dengan investor
needs.
- 21 -
BAB II. VISI, MISI DAN TUJUAN
Bab ini memuat Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden serta Tujuan,
dan Sasaran Strategis BKPM Tahun 2020-2024. Penyusunan Tujuan, dan
Sasaran Strategis BKPM Tahun 2020-2024 dilakukan dalam rangka
pencapaian Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden dengan
mempertimbangkan tugas dan fungsi BKPM.
2.1. Visi
Sesuai dengan arahan Presiden pada Sidang Kabinet Paripurna
tanggal 24 Oktober 2019 bahwa tidak ada Visi dan Misi
Menteri/Pimpinan Lembaga dan dalam menjalankan tugas dan
fungsinya wajib mengacu pada Visi dan Misi Presiden dan Wakil
Presiden. Arahan tersebut ditegaskan kembali oleh Presiden pada Sidang
Kabinet Paripurna mengenai RPJMN tanggal 14 November 2019 yang
menugaskan Kementerian PPN/Bappenas sebagai Clearing House untuk
melihat konsistensi antara Renstra K/L, RPJMN, serta Visi dan Misi
Presiden dan Wakil Presiden. Terkait dengan hal tersebut dan sejalan
dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional serta memperhatikan Peraturan
Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024 dan Surat Menteri PPN/Kepala
Bappenas Nomor B.899/M.PPN/SES/PP.03.02/12/2019 tanggal 20
Desember 2019 perihal Penyelarasan Visi dan Misi Presiden dan Wakil
Presiden dalam Dokumen Renstra Kementerian/Lembaga Tahun 2020-
2024, bentuk dukungan BKPM dalam pencapaian Visi Presiden dan
Wakil Presiden Tahun 2020-2024 yaitu sebagai berikut:
BKPM yang Andal, Profesional, Inovatif, dan Berintegritas dalam
Pelayanan kepada Presiden dan Wakil Presiden untuk Mewujudkan Visi
dan Misi Presiden dan Wakil Presiden: “Indonesia Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong.”
2.2. Misi
Dalam upaya mewujudkan visi tersebut, BKPM melaksanakan Misi
Presiden dan Wakil Presiden nomor 2 (dua) dan nomor 8 (delapan) dari 9
(sembilan) Misi Presiden dan Wakil Presiden, sebagai berikut:
- 22 -
1. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia;
2. Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri, dan Berdaya Saing;
3. Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan;
4. Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan;
5. Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa;
6. Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan
Terpercaya;
7. Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada
Seluruh Warga;
8. Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya; dan
9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.
2.3. Tujuan
Dengan mempertimbangkan potensi dan permasalahan yang akan
dihadapi serta dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi
Presiden dan Wakil Presiden, maka tujuan BKPM Tahun 2020-2024
adalah:
1. Terwujudnya peningkatan daya saing penanaman modal untuk
menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan penanaman modal; serta
2. Terwujudnya tata kelola dan penguatan kelembagaan untuk
mendukung pelayanan publik yang prima.
2.4. Sasaran Strategis
Berdasarkan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 5
Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024, Sasaran Strategis
Kementerian/Lembaga (Outcome/Impact) merupakan kondisi yang akan
dicapai secara nyata oleh Kementerian/Lembaga yang mencerminkan
pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome) dari satu atau
beberapa program. Selain itu, Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga
yang dirumuskan sama dengan sasaran pembangunan yang ada dalam
RPJMN tahun 2020-2024 maupun RPJPN tahun 2005-2025 sesuai
dengan tugas fungsi Kementerian/ Lembaga masing-masing dan/atau
setingkat lebih rendah dari sasaran pembangunan yang ada dalam
RPJMN namun tetap sesuai dengan Visi dan Misi Presiden dan Wakil
Presiden serta tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang
bersangkutan.
- 23 -
BKPM diharapkan dapat mendukung pencapaian sasaran
pembangunan nasional yaitu “Meningkatnya nilai tambah, lapangan
kerja, investasi, ekspor, dan daya saing perekonomian” sebagaimana
tercantum dalam RPJMN tahun 2020-2024. Dengan mempertimbangkan
sasaran pembangunan tersebut serta Visi dan Misi Presiden dan Wakil
Presiden serta Tujuan BKPM tahun 2020-2024, maka sasaran strategis
yang ingin dicapai oleh BKPM pada periode 2020-2024 yaitu:
1. Meningkatnya realisasi penanaman modal;
2. Meningkatnya kepercayaan pelaku usaha/penanam modal; dan
3. Terwujudnya birokrasi yang bersih, efektif, dan melayani.
Keterkaitan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden dengan
Tujuan dan Sasaran Strategis BKPM Tahun 2020-2024 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1
Keterkaitan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden dengan Tujuan dan
Sasaran Strategis BKPM Tahun 2020-2024
Dukungan BKPM
terhadap Visi
Presiden dan Wakil
Presiden
Dukungan BKPM
terhadap
Pelaksanaan Misi
Presiden dan Wakil
Presiden
Tujuan Sasaran Strategis
BKPM yang Andal,
Profesional, Inovatif,
dan Berintegritas
dalam Pelayanan
kepada Presiden dan
Wakil Presiden
untuk Mewujudkan
Visi dan Misi
Presiden dan Wakil
Presiden: “Indonesia
Maju yang
Berdaulat, Mandiri,
dan Berkepribadian
berlandaskan
Gotong Royong.”
Struktur Ekonomi
yang Produktif,
Mandiri, dan Berdaya
Saing
Terwujudnya
peningkatan daya saing
penanaman modal
untuk menjadikan
Indonesia sebagai
negara tujuan
penanaman modal
1. Meningkatnya
realisasi
penanaman modal
2. Meningkatnya
kepercayaan
pelaku usaha /
penanam modal
Pengelolaan
Pemerintahan yang
Bersih, Efektif, dan
Terpercaya
Terwujudnya tata kelola
dan penguatan
kelembagaan untuk
mendukung pelayanan
publik yang prima.
3. Terwujudnya
birokrasi yang
bersih, efektif, dan
melayani
- 24 -
BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN
Bab ini memuat Arah Kebijakan dan Strategi Nasional, Arah Kebijakan dan
Strategi BKPM, Program dan Kegiatan BKPM, Kerangka Regulasi
Penanaman Modal, serta Kerangka Kelembagaan BKPM. Arah kebijakan dan
strategi nasional didasarkan pada RPJMN Tahun 2020-2024 , yang menjadi
dasar dalam penyusunan Arah Kebijakan dan Strategi BKPM dan pedoman
dalam penyusunan Program dan Kegiatan BKPM, Kerangka Regulasi
Penanaman Modal, serta Kerangka Kelembagaan BKPM.
3.1. Arah kebijakan dan Strategi Nasional
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 sehingga menjadi
sangat penting. RPJMN tahun 2020-2024 akan mempengaruhi
pencapaian target pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan
perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan
negara-negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle income
country/MIC) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya
manusia, layanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
Sesuai dengan RPJPN tahun 2005-2025, sasaran pembangunan
jangka menengah tahun 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan
pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif
diberbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing.
RPJMN tahun 2020-2024 merupakan titik tolak untuk mencapai
sasaran Visi Indonesia 2045 yaitu Indonesia Maju. Untuk itu, penguatan
proses transformasi ekonomi dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan tahun 2045 menjadi fokus utama dalam rangka
pencapaian infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik,
serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
Visi Misi Presiden tahun 2020-2024 disusun berdasarkan arahan
RPJPN tahun 2020-2025.Visi RPJMN tahun 2020-2024 yaitu
“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan
- 25 -
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Visi tersebut diwujudkan
melalui 9 (sembilan) Misi yang dikenal sebagai Nawacita Kedua, yaitu:
1) Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia;
2) Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri, dan Berdaya Saing;
3) Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan;
4) Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan;
5) Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa;
6) Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan
Terpercaya;
7) Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman
pada Seluruh Warga;
8) Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya;
dan
9) Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.
Presiden menetapkan 5 (lima) arahan utama sebagai strategi dalam
pelaksanaan misi Nawacita dan pencapaian sasaran Visi Indonesia 2045.
Kelima arahan tersebut mencakup:
1) Pembangunan Sumber Daya Manusia: membangun SDM pekerja
keras yang dinamis, produktif, terampil, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi didukung dengan kerjasama industri
dan talenta global;
2) Pembangunan Infrastruktur: melanjutkan pembangunan
infrastruktur untuk menghubungkan kawasan produksi dengan
kawasan distribusi, mempermudah akses ke kawasan wisata,
mendongkrak lapangan kerja baru, dan mempercepat peningkatan
nilai tambah perekonomian rakyat;
3) Penyederhanaan Regulasi: menyederhanakan segala bentuk
regulasi dengan pendekatan Omnibus Law, terutama menerbitkan 2
(dua) undang-undang yaitu UU Cipta Lapangan Kerja dan UU
Pemberdayaan UMKM;
4) Penyederhanaan Birokrasi: memprioritaskan investasi untuk
penciptaan lapangan kerja, memangkas prosedur dan birokrasi
yang panjang, dan menyederhanakan eselonisasi; dan
5) Transformasi Ekonomi: melakukan transformasi ekonomi dari
ketergantungan SDA menjadi daya saing manufaktur dan jasa
modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran
bangsa demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
- 26 -
RPJPN tahun 2005 – 2025, Visi Indonesia 2045, serta Visi, Misi dan
Arahan Presiden menjadi landasan utama penyusunan RPJMN tahun
2020–2024, yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam 7 (tujuh) agenda
pembangunan. Dalam hal ini, BKPM mendukung agenda pembangunan
nomor 1 yaitu “Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan
yang Berkualitas dan Berkeadilan”. Peningkatan inovasi dan kualitas
Investasi merupakan modal utama untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi, berkelanjutan dan mensejahterakan secara
adil dan merata. Terkait dengan hal ini, pembangunan ekonomi akan
dipacu untuk tumbuh lebih tinggi, inklusif dan berdaya saing melalui:
1) Pengelolaan sumber daya ekonomi yang mencakup pemenuhan
pangan dan pertanian serta pengelolaan kemaritiman, kelautan dan
perikanan, sumber daya air, sumber daya energi, serta kehutanan;
dan
2) Akselerasi peningkatan nilai tambah pertanian dan perikanan,
kemaritiman, energi, industri, pariwisata, serta ekonomi kreatif dan
digital.
RPJMN tahun 2020-2024 menetapkan 2 (dua) sasaran
pembangunan dan 8 (delapan) arah kebijakan yang akan diwujudkan
dalam rangka mendukung agenda pembangunan “Memperkuat
Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan
Berkeadilan”, dimana BKPM akan mendukung pencapaian sasaran
pembangunan “Meningkatnya Nilai Tambah, Lapangan Kerja, Investasi,
Ekspor, dan Daya Saing Perekonomian” yang akan dicapai melalui arah
kebijakan “Peningkatan Nilai Tambah, Lapangan Kerja, dan Investasi di
Sektor Riil, dan Industrialisasi” dan strategi “Memperbaiki Iklim Usaha
dan Meningkatkan Investasi, termasuk Reformasi Ketenagakerjaan”.
Perbaikan iklim usaha dan peningkatan investasi akan dilaksanakan
melalui:
1) Harmonisasi dan sinkronisasi peraturan serta kebijakan antar
sektor dan wilayah;
2) Fasilitasi kemudahan usaha dan investasi, antara lain pemberian
fasilitasi kepabeanan dan perpajakan, penyusunan peraturan
untuk meningkatkan iklim usaha dan investasi melalui Omnibus
Law perpajakan yang akan mengatur tentang PPh, PPN, pajak dan
retribusi daerah, serta ketentuan umum perpajakan, perbaikan
- 27 -
peringkat kemudahan berusaha, dan penerapan sistem perizinan
berusaha terintegrasi secara elektronik;
3) Reformasi ketenagakerjaan melalui upaya penciptaan iklim
ketenagakerjaan yang kondusif yang didukung oleh hubungan
industrial yang harmonis, penguatan collective bargaining,
penyempurnaan peraturan ketenagakerjaan, peningkatan keahlian
dan produktivitas tenaga kerja, peningkatan peran pemerintah
daerah, serta peningkatan perlindungan tenaga kerja baik di dalam
negeri maupun di luar negeri. Perlindungan tenaga kerja akan
diwujudkan melalui penerapan sistem perlindungan social universal
bagi pekerja, pembenahan sistem pelayanan penempatan dan
perlindungan pekerja migran, dan penerapan sistem pengawasan
ketenagakerjaan secara efektif;
4) Penguatan kebijakan dan kelembagaan persaingan usaha; dan
5) Peningkatan kapasitas, kapabilitas serta daya saing BUMN, antara
lain melalui pembentukan holding BUMN dan membuka pasar pada
jaringan internasional.
Sasaran pembangunan, arah kebijakan, indikator dan target
nasional pada tahun 2024 yang terkait dengan BKPM dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
- 28 -
Tabel 3.1
Sasaran Pembangunan, Arah Kebijakan, Indikator dan Target Nasional
pada Tahun 2024 yang Terkait dengan BKPM
Sasaran
Pembangunan
Arah
Kebijakan Indikator
Target
2020 2021 2022 2023 2024
Meningkatnya
nilai tambah,
lapangan
kerja,
investasi,
ekspor, dan
daya saing
perekonomian
Peningkatan
nilai tambah,
lapangan
kerja, dan
investasi di
sektor riil dan
industrialisasi
Peringkat
kemudahan
berusaha di
Indonesia
(ranking
EoDB)yang
ditunjukkan
antara lain
dengan
meningkatnya
indikator
memulai
usaha:
a. jumlah
prosedur
b. waktu
(hari)
Menuju
40
-
-
Menuju
40
-
-
Menuju
40
-
-
Menuju
40
-
-
Menuju
40
5
4
Nilai Realisasi
PMA dan
PMDN (Rp
Triliun)
886,0 991,3 1.128,3 1.294,1 1.500,0
Kontribusi
PMDN
terhadap total
realisasi PMA
dan PMDN
(%)
47,4 47,8 48,3 48,9 49,5
Nilai realisasi
PMA dan
PMDN
industri
pengolahan
(Rp Triliun)
246,3 316,3 422,2 573,2 782,0
Kontribusi
realisasi
investasi luar
Jawa(%)
45,6 46,2 47,4 48,5 49,7
Penerapan
Perizinan
Berusaha
Terintegrasi
Secara
Elektronik
bertahap bertahap bertahap bertahap Selesai
Sumber: Lampiran III dokumen RPJMN Tahun 2020-2024
Keterangan: a) Capaian tiga triwulan pertama tahun 2019
b) Prognosa/estimasi tahun 2019
- 29 -
Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan jangka menengah,
pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat meningkat rata-rata 5,7 – 6,0
persen per tahun, melalui peningkatan produktivitas, investasi yang
berkelanjutan, perbaikan pasar tenaga kerja, dan peningkatankualitas
SDM. Dengan target pertumbuhan ekonomi tersebut, Gross National
Income (GNI) per kapita (Atlas Method) diharapkan meningkat menjadi
USD5.810-6.000 per kapita pada tahun 2024. Skenario Pertumbuhan
Ekonomi pada periode tahun 2020-2024 dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 3.1
Skenario Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2020-2024
Sumber: RPJMN tahun 2020-2024
Di sisi permintaan domestik, konsumsi masyarakat (rumah tangga
dan Lembaga Non Profit Rumah Tangga/LNPRT) diharapkan tumbuh
rata-rata 5,4-5,6 persen per tahun. Peningkatan konsumsi masyarakat
didorong oleh peningkatan pendapatan masyarat seiring dengan
penciptaan lapangan kerja yang lebih besar dan lebih baik, stabilitas
harga, dan bantuan sosial pemerintah yang lebih tepat sasaran.
Konsumsi pemerintah tumbuh rata-rata 4,7-4,9 persen per tahun
didukung oleh peningkatan belanja pemerintah, baik pusat maupun
transfer ke daerah, seiring dengan peningkatan pendapatan negara,
terutama penerimaan perpajakan.
Ekspansi perekonomian 2020-2024 terutama didorong oleh
peningkatan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB) yang
tumbuh 6,6-7,0 persen per tahun. Untuk mencapai target tersebut,
investasi swasta (asing maupun dalam negeri) didorong melalui deregulasi
prosedur investasi, sinkronisasi dan harmonisasi peraturan
perizinan,termasuk meningkatkan Ease of Doing Business (EoDB)
- 30 -
Indonesia dari peringkat 73 pada tahun 2019 menuju peringkat 40 pada
tahun 2024. Peningkatan investasi juga didorong oleh peningkatan
investasi pemerintah, termasuk BUMN, terutama untuk infrastruktur.
Hal ini ditunjukkan salah satunya dengan peningkatan stok infrastruktur
menjadi 49,4 persen PDB pada tahun 2024. Peningkatan investasi juga
dilakukan melalui peningkatan produktivitas, yang mendorong
peningkatan efisiensi investasi. Sasaran pada PDB Sisi Pengeluaran dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.2
Sasaran PDB Sisi Pengeluaran Tahun 2020-2024
Sumber: RPJMN tahun 2020-2024
Keterangan: *) Sasaran pada skenario pertumbuhan rata-rata 6,0 persen per
tahun
Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,7-6,0
persen per tahun,dibutuhkan investasi sebesar Rp35.212,4 triliun –
Rp35.455,6 triliun sepanjang tahun 2020-2024. Dari total kebutuhan
tersebut, pemerintah dan BUMN akan menyumbang masing-masing
sebesar 8,4-10,1 persen dan 8,5-8,8 persen, sementara sisanya akan
dipenuhi oleh masyarakat atau swasta. Investasi swasta (asing maupun
dalam negeri) diharapkan akan memberikan kontribusi sebesar 17,7
persen dari total kebutuhan investasi. Pembiayaan kebutuhan investasi
pada tahun 2020-2024 diupayakan dengan pendalaman sektor keuangan
baik bank maupun non-bank, antara lain melalui peningkatan inklusi
keuangan, perluasan inovasi produk keuangan, pengembangan
infrastruktur sektor jasa keuangan, dan optimalisasi alternatif
pembiayaan.
- 31 -
Selain itu, pada RPJMN tahun 2020-2024 direncanakan akan
dilaksanakan 41 Proyek Prioritas Strategis (Major Project). Proyek-proyek
ini merupakan proyek yang memiliki nilai strategis dan daya ungkit tinggi
untuk mencapai sasaran prioritas pembangunan. Proyek ini disusun
untuk membuat RPJM lebih konkrit dalam menyelesaikan isu-isu
pembangunan, terukur dan manfaatnya langsung dapat dipahami dan
dirasakan masyarakat. Selain itu, Major Project juga dapat menjadi alat
kendali pembangunan sehingga sasaran dan target Pembangunan dalam
RPJMN tahun 2020-2024 dapat terus dipantau dan dikendalikan.
Major Project menjadi acuan penekanan kebijakan dan pendanaan
dalam RPJM, RKP dan APBN tahunannya. Di dalam pelaksanaannya,
Major Project dan indikasi pendanaannya dapat dimutakhirkan melalui
RKP dengan mempertimbangkan kesiapan pelaksanaan, pemutakhiran
besaran dan sumber pendanaan serta Direktif Presiden. Hal ini untuk
memastikan MajorProject dapat terlaksana secara lebih efektif dan efisien
sesuai dengan perkembangan pembangunan. Adapun bentuk dukungan
BKPM terhadap Major Project tersebut dituangkan dalam matriks
dukungan BKPM terhadap Major Project dalam RPJMN tahun 2020-2024
(Anak Lampiran III).
3.2. Arah kebijakan dan Strategi BKPM
Sejalan dengan arah kebijakan nasional, peningkatan inovasi dan
kualitas penanaman modal merupakan modal utama untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, berkelanjutan dan
menyejahterakan secara adil dan merata. Dengan memperhatikan hal
tersebut, BKPM menetapkan dua arah kebijakan, yaitu: pertama adalah
peningkatan inovasi dalam rangka pencapaian target penanaman modal,
dan kedua adalah peningkatan penanaman modal yang berkualitas dalam
upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan. Masing-masing pilar tersebut ditetapkan arah kebijakan
dan strategi sebagai berikut:
1. Arah kebijakan pertama: peningkatan inovasi dalam rangka
pencapaian target penanaman modal
Arah kebijakan ini ditujukan untuk mengoptimalkan pencapaian
target realisasi penanaman modal, mengingat semakin tingginya
kebutuhan penanaman modal untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
rata-rata 5,7-6,0 persen per tahun. Upaya tersebut perlu dilakukan
- 32 -
secara inovatif, baik pada tataran perencanaan, peningkatan iklim,
kerjasama, promosi, layanan, pengendalian pelaksanaan penanaman
modal, maupun tata kelola internal. Selain tetap melanjutkan upaya
yang masih relevan untuk dilakukan, BKPM akan melakukan inovasi
dengan melaksanakan hal-hal yang baru sesuai dengan dinamika dan
potensi penanaman modal pada 5 (lima) tahun mendatang. Di samping
itu, BKPM juga akan melakukan penguatan fungsi penanaman modal
pada satuan kerja perangkat daerah (DPM-PTSP) melalui penyaluran
Dana Alokasi Khusus (DAK) non-fisik.
Adapun strategi yang akan ditempuh pada arah kebijakan pertama
adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan perencanaan penanaman modal terintegrasi yang
berbasis kepentingan nasional dan sesuai kebutuhan penanam
modal (investor needs), melalui:
1) Peningkatan sebaran penanaman modal yang berkualitas sesuai
keunggulan dan karakteristik wilayah;
2) Peningkatan peran PMDN, khususnya UMKM;
3) Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan
pengembangan penanaman modal antar Pemerintah Pusat,
serta antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
4) Penyiapan rencana pengembangan penanaman modal yang
terintegrasi antar-sektor, hulu-hilir, wilayah dan kebutuhan
infrastruktur, serta bidang usaha pendukung;
5) Peningkatan rencana pengembangan penanaman modal yang
difokuskan pada sektor prioritas;
6) Penyusunan Investment Project Ready to Offer (IPRO) berskala
internasional dan berbasis kebutuhan penanam modal (investor
needs); dan
7) Fasilitasi proyek-proyek prioritas nasional di bidang penanaman
modal.
b. Meningkatkan iklim penanaman modal yang berdaya saing, melalui:
1) Peningkatan peringkat kemudahan berusaha (EODB);
2) Penyederhanaan dan harmonisasi peraturan perundang-
undangan di bidang penanaman modal, baik peraturan tingkat
pusat maupun daerah;
- 33 -
3) Pemetaan potensi penanaman modal daerah dan pemanfaatan
Sistem Potensi Investasi Regional (PIR) dalam upaya untuk
memberikan informasi yang valid dan up to date;
4) Peningkatan kemitraan antara perusahaan besar dengan
UMKM;
5) Pemberdayaan pelaku usaha nasional, khususnya UMKM; dan
6) Pengusulan regulasi terkait insentif penanaman modal, baik
fiskal maupun non fiskal.
c. Meningkatkan kualitas kerjasama penanaman modal, melalui:
1) Partisipasi aktif pada perundingan bilateral, regional dan
multilateral dalam rangka mendorong kerjasama ekonomi
dengan negara-negara potensial;
2) Peningkatan kesepakatan/perjanjian kerjasama dan MoU
penanaman modal yang diimplementasikan;
3) Pemetaan bidang usaha yang potensial dan memfasilitasi
penanam modal Indonesia yang akan menanamkan modalnya di
luar negeri (outward investment);
4) Peningkatan kerjasama Pemerintah Pusat dan Daerah dalam
rangka pelaksanaan pembinaan fungsi teknis penanaman modal
daerah; dan
5) Peningkatan koordinasi dengan K/L dan daerah untuk
pemanfaatan OSS.
d. Meningkatkan efektivitas promosi penanaman modal, melalui:
1) Fasilitasi dan pengawalan minat investasi besar dan prioritas di
pusat dan daerah;
2) Optimalisasi strategi promosi melalui kegiatan market
intelligence kebijakan politik ekonomi dan keunggulan negara
pesaing serta market intelligence negara target berdasarkan
sektor dan wilayah prioritas dengan mempertimbangkan
program strategis pemerintah;
3) Optimalisasi pemanfaatan saluran promosi berupa event dan
platform digital yang mempertemukan inventor, inovator, dan
investor dengan pelaku usaha nasional dan UMKM; dan
4) Peningkatan peran dan fungsi Kantor Perwakilan BKPM di Luar
Negeri (Indonesia Investment Promotion Center/IIPC) dalam
menarik investasi asing ke Indonesia.
- 34 -
e. Meningkatkan kualitas layanan penanaman modal, melalui:
1) Peningkatan Pelayanan Perizinan Berusaha, antara lain melalui:
a) Penyempurnaan sistem OSS
b) Integrasi sistem K/L ke sistem OSS
c) Standardisasi pelayanan perizinan berusaha (NSPK)
d) Bimbingan teknis pelayanan perizinan berusaha terhadap
aparatur pusat dan daerah
e) Sosialisasi pelayanan perizinan berusaha
f) Layanan berbantuan OSS
g) Layanan pengaduan
2) Peningkatan kapasitas aparatur pelayanan dan calon penanam
modal dalam pemanfaatan OSS;
3) Peningkatan kualitas layanan PTSP pusat;
4) Peningkatan pemantauan kepatuhan atas pemenuhan
komitmen perizinan berusaha; dan
5) Pemberian fasilitas penanaman modal untuk mendukung
pengembangan penanaman modal.
f. Meningkatkan kualitas pengendalian pelaksanaan penanaman
modal, melalui:
1) Eksekusi/Bimbingan realisasi perusahaan besar;
2) Optimalisasi bimbingan pelaksanaan penanaman modal per
proyek secara intensif;
3) Penyelesaian permasalahan yang dihadapi perusahaan
(debottlenecking) dengan melibatkan Satgas Percepatan
Berusaha;
4) Peningkatan peran dekonsentrasi dalam rangka pengawalan
realisasi penanaman modal oleh Daerah dengan menggunakan
teknologi informasi; dan
5) Optimalisasi pemanfaatan OSS dan Business Intelligence (BI)
untuk mendukung fungsi pengendalian dalam rangka
meningkatkan ketaatan perusahaan menyampaikan Laporan
Kegiatan Penanaman Modal (LKPM).
g. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, melalui:
1) Peningkatan aparatur sipil negara yang profesional dan
berintegritas, melalui:
a) Perencanaan pemenuhan ASN sesuai kebutuhan organisasi;
- 35 -
b) Penyusunan analisis jabatan, analisis beban kerja, dan
standar kompetensi jabatan;
c) Pengembangan kompetensi ASN;
d) Pelaksanaan assessment test;
e) Penyusunan pola karir instansional;
f) Pelaksanaan talent pool; dan
g) Peningkatan budaya kerja yang positif guna mendukung
implementasi knowledge management.
2) Peningkatan kualitas tata kelola dan penguatan organisasi,
melalui:
a) Penyusunan dan penerapan proses bisnis;
b) Penyusunan dan penerapan Standard Operating Procedure
(SOP);
c) Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
secara terintegrasi;
d) Optimalisasi pemanfaatan data bersama (big data) untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan; dan
e) Peningkatan organisasi yang responsif dan adaptif.
3) Peningkatan manajemen dan akuntabilitas kinerja, melalui:
a) Pengelolaan keuangan yang efektif dan akuntabel;
b) Peningkatan sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah;
c) Penerapan manajemen risiko dalam pengelolaan kinerja
instansi; dan
d) Peningkatan implementasi Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP).
4) Penataan regulasi dan peningkatan layanan bantuan hukum,
melalui:
a) Peningkatan harmonisasi dan sinergisitas kebijakan dan
regulasi;
b) Peningkatan SDM perancang peraturan perundang-
undangan; dan
c) Peningkatan ketersediaan dan layanan bantuan hukum
yang berkualitas.
- 36 -
2. Arah kebijakan kedua: peningkatan penanaman modal yang
berkualitas dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang
inklusif dan berkelanjutan
Selain mengoptimalkan peningkatan realisasi penanaman modal
(PMA dan PMDN) melalui kebijakan yang inovatif, kebijakan
penanaman modal tahun 2020-2024 juga diarahkan pada peningkatan
kualitas penanaman modal. Penanaman modal yang berkualitas bukan
dilihat dari besarnya nilai penanaman modal yang ditanamkan
melainkan dari dampak yang ditimbulkan terhadap pertumbuhan
ekonomi, peningkatan kesejahteraan rakyat, serta keberlanjutan
lingkungan.
Adapun strategi yang akan ditempuh pada arah kebijakan kedua
adalah sebagai berikut:
a. Mendorong peningkatan penanaman modal di bidang usaha yang
banyak menyerap tenaga kerja, dengan:
1) Mendorong peningkatan penanaman modal pada sektor jasa
formal untuk peningkatan perekonomian yang tinggi;
2) Mendorong peningkatan penanaman modal pada sektor industri
manufaktur yang padat karya; dan
3) Mendorong peningkatan penanaman modal pada sektor yang
dapat memanfaatkan kapasitas dan kualitas SDM yang telah
tersedia.
b. Mendorong peningkatan produktivitas penanaman modal, dengan:
1) Mendorong peningkatan efisiensi produksi melalui pembaharuan
teknologi; dan
2) Mendorong peningkatan angka Incremental Capital Output Ratio
(ICOR) untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas.
c. Mendorong peningkatan penanaman modal yang melakukan transfer
pengetahuan dan teknologi, dengan:
1) Mendorong peningkatan penanaman modal pada bidang usaha
yang diwajibkan untuk bermitra dan/atau melakukan transfer
pengetahuan dan teknologi;
2) Peningkatan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait
dalam upaya pelaksanaan kemitraan usaha; dan
3) Mendorong pemberian insentif khusus bagi perusahaan yang
melakukan kegiatan Research & Development (R&D) serta
pengembangan SDM.
- 37 -
d. Mendorong peningkatan daya saing dan akses pasar, dengan:
1) Mendorong peningkatan peran perusahaan, baik PMA maupun
PMDN, dalam rantai industri global; dan
2) Mendorong pembukaan pasar yang lebih luas bagi perusahaan
nasional, khususnya UMKM, melalui peningkatan kualitas
produk dan strategi pemasarannya (a.l. branding).
e. Mendorong peningkatan penanaman modal pada industri yang
berorientasi ekspor dan industri substitusi impor, dengan:
1) Mendorong peningkatan penanaman modal pada industri
manufaktur yang berorientasi ekspor dan mensubtitusi impor;
2) Pemantauan terhadap perusahaan yang dipersyaratkan untuk
berkomitmen dalam memenuhi persyaratan Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN); dan
3) Peningkatan koordinasi dengan Tim Nasional Peningkatan
Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
f. Mendorong peningkatan penanaman modal yang berwawasan
lingkungan dan memiliki dampak sosial yang besar, dengan:
1) Penyusunan rekomendasi daftar bidang usaha yang tertutup dan
bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan bagi bidang
usaha yang tidak ramah lingkungan;
2) Mendorong peningkatan penanaman modal yang mengedepankan
aspek keberlanjutan lingkungan; dan
3) Peningkatan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait
dalam upaya mendorong penanaman modal yang inklusif dan
berkelanjutan.
g. Mendorong peningkatan optimalisasi penggunaan sumber daya alam
dan hasil produksi dalam negeri, dengan:
1) Mendorong peningkatan diversifikasi produk industri untuk
penyediaan bahan baku, bahan antara/penolong dan barang jadi
di dalam negeri;
2) Mendorong pengembangan kawasan industri dan kawasan
ekonomi baru, khususnya di luar Pulau Jawa;
3) Mendorong penguatan infrastruktur dan jasa yang mendukung
industri; dan
4) Mendorong pemberian insentif bagi industri pionir di dalam
negeri.
- 38 -
3.3. Program dan Kegiatan BKPM
Arah kebijakan dan strategi akan dilaksanakan melalui Program
yang sesuai dengan tugas dan fungsi BKPM dengan mengacu kepada
arah kebijakan dan strategi nasional. Program dan kegiatan BKPM tahun
2020-2024 ditetapkan sebagai berikut:
1. Program Dukungan Manajemen
Program ini dimaksudkan untuk mendukung unit kerja dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi BKPM. Sasaran yang akan dicapai
melalui program ini adalah:
a. Terwujudnya ASN BKPM yang Kompeten, Profesional, dan
Berintegritas;
b. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, efektif dan
efisien; dan
c. Terkelolanya anggaran BKPM yang akuntabel.
Adapun indikator kinerja program yang ditetapkan sebagai berikut:
a. Indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara;
b. Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP);
c. Penilaian Tingkat Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) BKPM; dan
d. Nilai kinerja anggaran BKPM.
Program tersebut akan dilaksanakan melalui kegiatan:
a. Pengembangan Sumber Daya Manusia;
b. Pengawasan/Pemeriksaan Fungsional Terhadap Pelaksanaan Tugas
di Lingkungan BKPM;
c. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Penanaman Modal;
d. Pengelolaan Sistem Informasi;
e. Pengelolaan Data dan Informasi Penanaman Modal;
f. Peningkatan Pelayanan Hukum Penanaman Modal;
g. Penyempurnaan Produk Hukum Penanaman Modal serta
Peningkatan Pelayanan Hubungan Masyarakat, Keprotokolan dan
Tata Usaha Pimpinan; dan
h. Perencanaan dan Evaluasi Program dan Anggaran BKPM.
- 39 -
2. Program Penanaman Modal (Teknis)
Program ini dimaksudkan dalam rangka mewujudkan arah
kebijakan nasional “Peningkatan Nilai Tambah, Lapangan Kerja, dan
Investasi di Sektor Riil, dan Industrialisasi”. Sasaran yang akan dicapai
melalui program ini adalah:
a. Meningkatnya kualitas perencanaan penanaman modal;
b. Meningkatnya kualitas iklim penanaman modal;
c. Meningkatnya kualitas kerjasama penanaman modal;
d. Meningkatnya efektivitas promosi penanaman modal;
e. Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal; dan
f. Meningkatnya kualitas pengendalian pelaksanaan penanaman
modal.
Adapun indikator kinerja program yang ditetapkan sebagai berikut:
a. Indeks kualitas pemetaan dan perencanaan pengembangan
penanaman modal;
b. Jumlah hari dan prosedur dalam memulai usaha (starting a
business) serta jumlah perusahaan besar yang bermitra dengan
UMKM;
c. Kesepakatan/perjanjian kerjasama dalam dan luar negeri yang
telah diimplementasikan;
d. Jumlah minat penanaman modal dan nilai komitmen penanaman
modal;
e. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman
modal; dan
f. Fasilitasi permasalahan yang dihadapi perusahaan
(debottlenecking).
Program tersebut akan dilaksanakan melalui kegiatan:
Bidang Perencanaan Penanaman Modal
a. Perencanaan Pengembangan Penanaman Modal Sektor Industri
Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya;
b. Perencanaan Pengembangan Penanaman Modal Sektor Industri
Manufaktur;
c. Perencanaan Pengembangan Penanaman Modal di Bidang Jasa dan
Kawasan;
d. Pengembangan Penanaman Modal di Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK);
e. Fasilitasi Percepatan Investasi Kerjasama Pemerintah Swasta; dan
- 40 -
f. Perencanaan Pengembangan Penanaman Modal di Bidang
Infrastruktur.
Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal
a. Peningkatan Deregulasi Kebijakan Penanaman Modal;
b. Pengembangan Potensi Penanaman Modal Daerah; dan
c. Pemberdayaan Usaha Nasional.
Bidang Kerjasama Penanaman Modal
a. Kerjasama Standardisasi Perizinan dan Non Perizinan Penanaman
Modal Daerah;
b. Kerjasama Pembinaan Teknis Perizinan dan Nonperizinan
Penanaman Modal Daerah;
c. Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman
Modal; dan
d. Kerjasama Penanaman Modal Luar Negeri.
Bidang Promosi Penanaman Modal
a. Peningkatan Kualitas Strategi Promosi di Bidang Penanaman Modal;
b. Promosi Penanaman Modal Terfokus dan Terintegrasi Berbasis
Sektor dan Negara;
c. Fasilitasi Daerah dalam rangka Kegiatan Promosi Penanaman
Modal; dan
d. Penyelenggaraan Pameran dan Penyediaan Sarana Promosi
Penanaman Modal untuk Kegiatan di Dalam dan di Luar Negeri.
Bidang Pelayanan Penanaman Modal
a. Peningkatan Kualitas Pelayanan Perizinan Berusaha;
b. Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat;
c. Peningkatan Kualitas Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik;
d. Fasilitasi Kepatuhan Pemenuhan Komitmen Perizinan Berusaha;
dan
e. Peningkatan Kualitas Pelayanan Fasilitas Berusaha.
Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
a. Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Wilayah I;
b. Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Wilayah II;
c. Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Wilayah III; dan
d. Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Wilayah IV.
- 41 -
3.4. Kerangka Regulasi Penanaman Modal
Kerangka regulasi penanaman modal berisi tentang gambaran
umum peraturan perundang-undangan yang dibutuhkan oleh BKPM
dalam pelaksanaan tugas, fungsi serta kewenangannya dan penjabaran
peranan kerangka regulasi dalam mendukung pencapaian sasaran
strategis BKPM. Dalam rangka mendukung pelaksanaan kebijakan
penguatan penanaman modal diperlukan kerangka peraturan perundang-
undangan, antara lain:
1. Peningkatan kepastian hukum terkait penanaman modal
a. Mengusulkan perubahan peraturan perundang-undangan,
diantaranya terkait:
1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan, yang telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung;
4) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2018 tentang
perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan;
6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 5 Tahun 2016 tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung;
dan
7) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 10 Tahun 2018
tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
- 42 -
b. Mengusulkan perubahan dan/atau pembentukan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai pemberian insentif
fiskal dan nonfiskal;
c. Melakukan review terhadap peraturan perundangan terkait daftar
bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan
persyaratan di bidang penanaman modal;
d. Mempersiapkan perubahan Peraturan Presiden tentang Rencana
Umum Penanaman Modal pada akhir periode Renstra; dan
e. Mempersiapkan Peraturan BKPM terkait pedoman penyusunan
Rencana Umum Penanaman Modal pada akhir periode Renstra.v
2. Peningkatan layanan penanaman modal
a. Mengusulkan perubahan peraturan perundang-undangan,
diantaranya:
1) Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 tentang Izin
Usaha Industri;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik;
3) Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Sektor Pariwisata;
4) Peraturan Menteri Kominfo Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Bidang
Komunikasi dan Informatika;
5) Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Obat
dan Makanan;
6) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8 Tahun 2020 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik di
Bidang Perdagangan;
7) Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Bidang Ketenagalistrikan;
8) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 25 Tahun
2018 tentang Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Sektor Pendidikan dan Kebudayaan;
- 43 -
9) Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2018
tentang Persyaratan dan Tatacara Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Ketenaganukliran;
10) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 88 Tahun 2018 tentang
Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Perhubungan di Bidang
Darat;
11) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
71/PMK.04/2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik Di Bidang Kepabeanan, Cukai,
dan Perpajakan;
12) Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11 Tahun 2018
tentang Perizinan Usaha Simpan Pinjam Koperasi;
13) Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 14 Tahun 2018 tentang Izin
Lokasi;
14) Peraturan BKPM No. 6 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pelaksanaan, Pembinaan dan Pelaporan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu di Bidang Penanaman Modal;
15) Peraturan BKPM Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pedoman dan
Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Teknis
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Penanaman Modal Tingkat
Pertama;
16) Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2015 tentang Penanganan
Pengaduan di BKPM;
17) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 6 Tahun
2018 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas
Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
BKPM Nomor 5 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan
Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2018
tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas
Penanaman Modal;
18) Peraturan BKPM Nomor 7 tahun 2018 tentang Pedoman dan Tata
Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal; dan
19) Peraturan BKPM Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pelaksanaan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.
- 44 -
b. Mencabut beberapa peraturan perundang-undangan, diantaranya:
1) Peraturan Kepala BKPM Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Prinsip Penanaman Modal
kepada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas Batam, Kepala Badan Pengusahaan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan
Wilayah Kabupaten Bintan, Kepala Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan Wilayah Kota
Tanjung Pinang dan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun;
2) Peraturan Kepala BKPM Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Usaha Dalam Rangka
Penanaman Modal kepada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Kepala Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Bintan Wilayah Kabupaten Bintan, Kepala Badan Pengusahaan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan
Wilayah Kota Tanjung Pinang dan Kepala Badan Pengusahaan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun;
3) Peraturan Kepala BKPM Nomor 10 Tahun 2013 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Prinsip Penanaman Modal
kepada Dewan Kawasan Sabang;
4) Peraturan Kepala BKPM Nomor 11 Tahun 2013 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Usaha dalam Rangka
Penanaman Modal kepada Dewan Kawasan Sabang;
5) Peraturan Kepala BKPM Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Prinsip Penanaman Modal
kepada Kepala Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Sei
Mangkei;
6) Peraturan Kepala BKPM Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Usaha dalam Rangka
Penanaman Modal kepada Kepala Administrator Kawasan
Ekonomi Khusus Sei Mangkei;
7) Peraturan Kepala BKPM Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Prinsip Penanaman Modal
kepada Kepala Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung;
- 45 -
8) Peraturan Kepala BKPM Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Usaha dalam Rangka
Penanaman Modal kepada Kepala Administrator Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Lesung;
9) Peraturan Kepala BKPM Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Prinsip/Izin Investasi
Penanaman Modal kepada Kepala Administrator Kawasan
Ekonomi Khusus Palu;
10) Peraturan Kepala BKPM Nomor 5 Tahun 2016 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Usaha Penanaman Modal
kepada Kepala Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Palu;
11) Peraturan Kepala BKPM Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Prinsip/Izin Investasi
Penanaman Modal kepada Kepala Administrator Kawasan
Ekonomi Khusus Mandalika;
12) Peraturan BKPM Nomor 3 Tahun 2018 tentang Pendelegasian
Kewenangan Penerbitan Pendaftaran Penanaman Modal dan Izin
Usaha Penanaman Modal kepada Kepala Administrator Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api; dan
13) Peraturan BKPM Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pendelegasian
Kewenangan Penerbitan Pendaftaran Penanaman Modal dan Izin
Usaha Penanaman Modal kepada Kepala Administrator Kawasan
Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe.
c. Menyusun beberapa peraturan perundang-undangan, diantaranya
terkait:
1) Pedoman Pengembangan Kompetensi Pegawai Aparatur Sipil
Negara Bidang Penanaman Modal;
2) Tata Ganti Kerugian; dan
3) Pelimpahan dan Pedoman Penyelenggaraan Dekonsentrasi
Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Tahun
Anggaran 2021.
d. Melanjutkan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundangan-
undangan terkait tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
perizinan di Kementerian/Lembaga.
- 46 -
3. Peningkatan kinerja dan tata kelola di lingkungan BKPM
a. Mengusulkan perubahan peraturan di lingkungan BKPM,
diantaranya:
1) Peraturan BKPM Nomor 10 Tahun 2018 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 90/SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Koordinasi Penanaman Modal;
2) Peraturan Kepala BKPM Nomor 22 Tahun 2015 tentang Tugas
Belajar dan Izin Belajar di Lingkungan Badan Koordinasi
Penanaman Modal;
3) Peraturan BKPM Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Tata
Naskah Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal; dan
4) Peraturan BKPM Nomor 2 Tahun 2018 tentang Pedoman Tata
Naskah Dinas Elektronik Badan Koordinasi Penanaman Modal.
b. Mengusulkan penyusunan Peraturan BKPM tentang Rencana
Strategis BKPM Tahun 2020 – 2024.
4. Perbaikan peraturan perundang-undangan untuk mendorong
percepatan peningkatan minat calon penanam modal,
dengan mengusulkan perubahan peraturan perundang-undangan,
diantaranya terkait:
a. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 65/M-IND/PER/7/2016
tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat
Komponen Dalam Negeri Produk Telepon Seluler, Komputer
Genggam (Handheld), dan Komputer Tablet; dan
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.010/ 2018 tentang
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
6/PMK.010/2017 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan
Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor.
Adapun arah kerangka regulasi dan/atau kebutuhan regulasi
selengkapnya dituangkan dalam matriks kerangka regulasi (Anak
Lampiran II).
3.5. Kerangka Kelembagaan BKPM
Merujuk pada Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5
Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024, kerangka kelembagaan
- 47 -
menjelaskan mengenai kebutuhan fungsi dan struktur organisasi yang
diperlukan dalam upaya pencapaian Sasaran Strategis, tata laksana yang
diperlukan antar unit organisasi, baik internal maupun eksternal serta
pengelolaan sumber daya manusia, termasuk di dalamnya mengenai
kebutuhan sumber daya manusia, baik itu secara kualitas maupun
kuantitas. Dalam RPJMN 2020–2024, kerangka kelembagaan diarahkan
untuk mendorong efektivitas pelaksanaan pembangunan dengan
dukungan kelembagaan yang tepat ukuran, tepat fungsi dan tepat proses.
Dalam konteks delivery mechanism, kelembagaan difokuskan pada
penataan organisasi pemerintah beserta aturan main di dalamnya, baik
yang bersifat inter maupun antar-organisasi, yang berfungsi untuk
melaksanakan program-program pembangunan. Dalam hal ini, kerangka
kelembagaan dimaksudkan untuk mendorong percepatan pelaksanaan
pembangunan diseluruh fokus pembangunan melalui penataan
kelembagaan. Kelembagaan yang tepat fungsi, tepat ukuran dan tepat
proses diharapkan akan mendorong efektivitas kelembagaan yang sejalan
dengan arah pembangunan.
Presiden dalam rapat koordinasi nasional (rakornas) investasi
tahun 2019, telah memberikan arahan bahwa seharusnya ada platform
khusus yang mengawal implementasi Online Single Submission (OSS).
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik/OSS
merupakan bentuk penataan yang paling signifikan terhadap sistem
Pelayanan PTSP pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerahagar
menjadi lebih efisien, dan modern. Badan Koordinasi Penanaman Modal
sebagai Lembaga OSS sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 1 Angka 11
dan Pasal 94 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
tentang Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, harus dapat
berperan secara optimal. Oleh karena itu, dalam kerangka kelembagaan
lima tahun ke depan, penataan kelembagaan akan fokus pada upaya
menjadikan BKPM sebagai Lembaga OSS yang andal berorientasi pada
kinerja.
Secara ideal struktur organisasi BKPM harus bersifat dinamis
sebagai konsekuensi dari adaptasi terhadap dinamika perubahan
lingkungan internal dan eksternal.Dalam perspektif ini struktur
organisasi yang baik adalah yang mampu beradaptasi, baik secara
responsif maupun antisipatif, terhadap tuntutan perubahan lingkungan.
Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi
- 48 -
Penanaman Modal pada pasal 58 mengamanatkan bahwa rincian lebih
lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja BKPM
ditetapkan oleh Kepala BKPM. Untuk menjalankan ketentuan tersebut,
Kepala BKPM telah menetapkan beberapa peraturan sebagai berikut:
1. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor
90/SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi
Penanaman Modal;
2. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor:
4/P/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/SK/2007 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal;
3. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/SK/2007 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal;
4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 6
Tahun 2017 tentang Perubahan Ketiga Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/SK/2007 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal; dan
5. Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 10 Tahun
2018 tentang Perubahan Keempat Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/SK/2007 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Dalam rangka meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kinerja
Badan Koordinasi Penanaman Modal, susunan organisasi BKPM diubah
melalui Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2020 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan
Koordinasi Penanaman Modal. Beberapa perubahan yang dilakukan
terkait susunan organisasi BKPM antara lain penambahan jabatan staf
ahli dan staf khusus. Staf ahli berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala BKPM dan secara administratif dikoordinasikan oleh
Sekretaris Utama. Terdapat 5 (lima) orang staf ahli dengan jabatan dan
tugas sebagai berikut:
1. Staf Ahli Bidang Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal, dengan
tugas memberikan rekomendasi terhadap isu strategis kepada
Kepala BKPM terkait dengan peningkatan daya saing penanaman
modal;
- 49 -
2. Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro, dengan tugas memberikan
rekomendasi terhadap isu strategis kepada Kepala BKPM terkait
dengan ekonomi makro;
3. Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan, dengan tugas memberikan
rekomendasi terhadap isu strategis kepada Kepala BKPM terkait
dengan hubungan kelembagaan;
4. Staf Ahli Bidang Pengembangan Sektor Investasi Prioritas, dengan
tugas memberikan rekomendasi terhadap isu strategis kepada
Kepala BKPM terkait dengan sektor investasi prioritas; serta
5. Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi dan Integrasi Sistem, dengan
tugas memberikan rekomendasi terhadap isu strategis kepada
Kepala BKPM terkait dengan teknologi informasi dan integrasi
sistem.
Selain itu, dapat diangkat paling banyak 5 (lima) orang staf
khusus Kepala BKPM dengan tugas memberikan saran dan
pertimbangan kepada Kepala BKPM sesuai penugasan Kepala BKPM.
Penugasan yang diberikan oleh Kepala BKPM merupakan penugasan
yang bersifat khusus selain bidang tugas unsur-unsur organisasi
BKPM. Struktur organisasi BKPM dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
Gambar 3.3
Struktur Organisasi BKPM
- 50 -
Dalam rangka mempercepat birokrasi, diperlukan adanya
transformasi jabatan struktural ke fungsional. Penyederhanaan birokrasi
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pemerintahan dan
mempercepat pengambilan keputusan, sehingga terbentuk birokrasi yang
lebih dinamis dan profesional untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dalam mendukung pelayanan publik.Dengan struktur yang
sederhana, perizinan investasi akan lebih cepat dan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di pusat serta daerah. Penyederhanaan birokrasi
ini akan dilakukan melalui lima tahap, antara lain:
1. Identifikasi jabatan administrasi pada unit kerja.
2. Pemetaan jabatan dan pejabat administrasi yang terdampak
penyederhanaan birokrasi.
3. Pemetaan jabatan fungsional yang bisa ditempati oleh pejabat yang
terdampak penyederhanaan birokrasi.
4. Penyelarasan tunjangan jabatan fungsional dengan tunjangan
jabatan administrasi.
5. Penyelarasan kelas jabatan administrasi ke jabatan fungsional.
Meski penyederhanaan birokrasi dilakukan di seluruh jajaran
pemerintahan, ada beberapa jabatan yang tidak bisa dialihkan dengan
sejumlah persyaratan, antara lain:
1. Jabatan yang memiliki tugas dan fungsi sebagai Kepala Satuan Kerja
dengan kewenangan penggunaan anggaran atau pengguna
barang/jasa.
2. Jabatan yang memiliki tugas dan fungsi yang berkaitan dengan
otoritas, legalisasi, pengesahan, persetujuan dokumen, atau
kewenangan kewilayahan.
Formulasi kebijakan, pemetaan jabatan di instansi pemerintah,
serta implementasi pengangkatan jabatan fungsional ditargetkan selesai
pada Juni 2020. Setelah itu, akan dilakukan pengangkatan jabatan
fungsional di kementerian/lembaga, serta pemetaan dan pengangkatan
pejabat fungsional di daerah dan monitoring. Tindak lanjut dari
penyederhanaan ini adalah penataan organisasi dan pola kerja yang baru,
yang akan berpengaruh terhadap penataan formasi dan peta jabatan yang
terkait dengan pola karier. Selain itu, perlu disusun pola pengembangan
kompetensi serta manajemen kinerja.
- 51 -
Selain aspek struktur, proses yang terjadi di dalam organisasi juga
merupakan aspek yang sangat penting. Proses organisasi merupakan
gambaran berlangsungnya seluruh aktivitas organisasi untuk
menciptakan dan memelihara rantai nilai (value chain) dalam rangka
mencapai tujuan utama secara dinamis. Dengan demikian, di dalam
proses organisasi seluruh aktivitas dan interaksi elemen-elemen
organisasi harus memiliki keselarasan (alignment) satu sama lain. Di
samping itu agar kedudukan, peran, dan fungsi masing-masing elemen
sesuai dengan yang diharapkan maka aspek tata kelola yang baik (good
governance) dan kesesuaian/kepatuhan (compliance) terhadap aturan
yang disepakati harus diperhatikan.
Sebagai suatu rangkaian penciptaan nilai (value chain), proses
organisasi harus efektif dan efisien. Dalam konteks ini
prosedur/mekanisme dan metode kerja yang tepat memiliki peranan
penting. Selain itu, berbagai hal negatif yang berisiko mengganggu
efektivitas proses kerja harus dapat diidentifikasi dan dikendalikan agar
proses organisasi dapat senantiasa menciptakan rantai nilai yang optimal.
Dalam konteks tersebut, teknologi informasi (information technology)
mempunyai peran penting dalam mempertahankan efektivitas dan
efisiensi proses organisasi secara optimal. Untuk itu, BKPM akan terus
meningkatkan pelaksanaan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
(SPBE), untuk mewujudkan proses kerja yang efisien, efektif, transparan,
dan akuntabel serta meningkatkan kualitas pelayanan publik. Hal
tersebut sesuai dengan amanah Peraturan Presiden Nomor 95 tahun
2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), yang
kemudian ditindaklanjuti dengan Permen PAN RB Nomor 5 tahun 2018
tentang Pedoman Evaluasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
(SPBE).
Evaluasi kelembagaan yang dilakukan secara berkala, secara
substansial telah diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun
2015 tentang Organisasi Kementerian Negara dilakukan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun sekali. Hasil evaluasi kelembagaan, baik aspek
struktur maupun proses organisasi, dapat memberikan kemudahan bagi
BKPM untuk menentukan struktur dan proses yang paling sesuai dengan
kondisi internal dan eksternal guna memperkuat tugas, fungsi dan peran
BKPM dalam mengantisipasi tantangan yang semakin berkembang.
- 52 -
Dalam upaya menjadikan BKPM sebagai Lembaga OSS yang andal,
maka sumber daya aparatur BKPM yang profesional dan berintegritas
menjadi suatu keniscayaan, dengan jumlah yang mencukupi untuk
melaksanakan tugas dan fungsi BKPM. Selain memiliki kecakapan untuk
memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan publik, BKPM
sebagai public service provider juga membutuhkan sumber daya aparatur
yang berorientasi pada pelayanan prima. Undang-undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) mengamanatkan bahwa
manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi dan kinerja tanpa diskriminasi (merit system). Dalam
pelaksanaan manajemen ASN di lingkungan BKPM, maka pemenuhan
jumlah pegawai, penyusunan analisis jabatan, penyusunan standar
kompetensi jabatan, penyempurnaan sasaran kinerja pegawai, analisis
kebutuhan diklat, dan pengembangan pegawai mutlak dilakukan.
Standar kompetensi jabatan, khususnya standar kompetensi
teknis, tidak hanya berlaku untuk aparatur BKPM tetapi juga ASN di
daerah yang melaksanakan fungsi teknis pelayanan penanaman modal.
Hal tersebut sesuai dengan amanah Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi Jabatan, bahwa kamus kompetensi teknis disusun
Menteri/Pimpinan Lembaga sesuai dengan urusan pemerintah yang
menjadi kewenangannya, untuk kemudian ditetapkan setelah
mendapatkan persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi. Oleh karena itu, BKPM juga memiliki peran yang
penting dalam rangka meningkatkan kompetensi teknis ASN di daerah
yang melaksanakan fungsi teknis pelayanan penanaman modal.
Kerangka pencapaian Visi, Misi dan Tujuan BKPM 2020-2024
melalui Arah Kebijakan dan Strategi dengan didukung oleh Program dan
Kegiatan serta Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
- 53 -
Gambar 3.4
Kerangka Pencapaian Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden terkait Penanaman Modal Tahun 2020-2024
- 54 -
BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
Bab ini memuat Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan BKPM
pada periode 2020-2024. Target kinerja menjelaskan mengenai hasil dan
satuan hasil yang akan dicapai dari setiap Indikator Kinerja, baik itu
Indikator Kinerja Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Program, dan
Indikator Kinerja Kegiatan. Sementara itu, Kerangka Pendanaan
menjelaskan mengenai kebutuhan pendanaan secara keseluruhan untuk
mencapai target Sasaran Strategis BKPM, Sasaran Program, dan Sasaran
Kegiatan.
4.1. Target Kinerja
4.1.1. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Sasaran Strategis, dan
Target Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Sejalan dengan yang telah disampaikan sebelumnya, Sasaran
Strategis (SS) BKPM pada tahun 2020-2024 yaitu meningkatnya
realisasi penanaman modal, meningkatnya kepercayaan pelaku
usaha penanaman modal, serta terwujudnya birokrasi yang bersih,
efektif, dan melayani. Indikator Kinerja Sasaran Strategis
merupakan alat ukur keberhasilan pencapaian Sasaran Strategis
per tahun dalam rangka pencapaian indikator dan target nasional
dalam RPJMN Tahun 2020-2024 sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel 3.1. Namun sesuai dengan komitmen BKPM dalam rangka
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kegiatan
penanaman modal di Indonesia, maka dilakukan beberapa
penyesuaian target penanaman modal akibat dampak pandemi
COVID-19, perkembangan ekonomi dunia dan keadaan politik
nasional. Penyesuaian target penanaman modal telah mendapatkan
persetujuan dari Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas melalui surat nomor
B.265/M.PPN/D1/PP.03.02/042020 tanggal 24 April 2020 Perihal
Persetujuan atas Usulan Revisi Target Penanaman Modal Tahun
2020-2024 Akibat Dampak Covid-19.
Indikator Kinerja Sasaran Strategis BKPM Tahun 2020-2024
adalah sebagai berikut:
SS1. Meningkatnya realisasi penanaman modal, akan dinilai
keberhasilannya melalui Indikator Kinerja Sasaran Strategis:
- 55 -
nilai realisasi penanaman modal, nilai realisasi penanaman
modal sektor sekunder, sebaran penanaman modal
berkualitas (di luar jawa), serta kontribusi Penanaman Modal
Dalam Negeri/PMDN termasuk UMKM.
SS2. Meningkatnya kepercayaan pelaku usaha/penanam modal,
akan dinilai keberhasilannya melalui Indikator Kinerja
Sasaran Strategis: peringkat Kemudahan Berusaha.
SS3. Terwujudnya birokrasi yang bersih, efektif, dan melayani,
akan dinilai keberhasilannya melalui Indikator Kinerja
Sasaran Strategis: nilai Reformasi Birokrasi BKPM, dan opini
atas laporan keuangan BKPM.
Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Sasaran Strategis, dan
Target Indikator Kinerja Sasaran Strategis BKPM Tahun2020-2024
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Sasaran Strategis, dan
Target Indikator Kinerja Sasaran Strategis BKPM Tahun 2020-2024
No
Sasaran Stategis
dan Indikator
Kinerja Sasaran
Strategis
Satuan
Tahun
2020 2021 2022 2023 2024
SS1. Meningkatnya realisasi penanaman modal
1 Nilai realisasi
penanaman modal
Rp
Triliun 817,2 858,5 968,4 1.099,8 1.239,3
2 Nilai
realisasipenanaman
modal sektor
sekunder
Rp
Triliun 227,2 268,7 352,5 483,9 646,1
3 Sebaran penanaman
modal berkualitas(di
luar Jawa)
% 48,3 49,0 49,7 50,6 51,7
4 Kontribusi investasi
dalam negeri/PMDN
termasuk UMKM
% 48,8 49,7 50,3 51,9 53,1
SS2. Meningkatnya kepercayaan pelaku usaha/penanam modal
5 Peringkat
Kemudahan
Berusaha
(Peringka
t EoDB) 60 56 51 45 40
SS3. Terwujudnya birokrasi yang bersih, efektif, dan melayani
6 Nilai Reformasi
Birokrasi BKPM
(predikat
/
nilai)
BB
( >70%-
80%)
BB
( >70%-
80%)
A
( >80%-
90%)
A
( >80%-
90%)
A
( >80%-
90%)
7 Opini atas laporan
keuangan BKPM
Opini
BPK WTP WTP WTP WTP WTP
- 56 -
4.1.2. Sasaran Program, Indikator Kinerja Program, dan Target
Indikator Kinerja Program
Sasaran Program (SP) merupakan hasil yang akan dicapai
dari suatu Program dalam rangka pencapaian Sasaran Strategis.
Sasaran Program yang dirumuskan harus menggambarkan hasil
(outcome) dari pelaksanaan program unit organisasi Eselon I sesuai
tugas dan fungsinya, serta memiliki keterkaitan dan hubungan
sebab-akibat dengan Sasaran Strategis BKPM. Terdapat 2 (dua)
Program yang akan dilaksanakan oleh BKPM pada periode 2020-
2024, yaitu Program Penanaman Modal (Teknis) dan Program
Dukungan Manajemen (Generik), dengan Sasaran Program dan
Indikator Sasaran Program BKPM 2020-2024 adalah sebagai
berikut:
Program Penanaman Modal
SP1. Meningkatnya kualitas perencanaan penanaman modal,
akan dinilai keberhasilannya melalui Indikator Kinerja
Program: indeks kualitas pemetaan dan perencanaan
pengembangan penanaman modal.
SP2. Meningkatnya kualitas iklim penanaman modal, akan
dinilai keberhasilannya melalui Indikator Kinerja Program:
jumlah hari dan prosedur dalam memulai usaha (starting a
business) dan perusahaan besar yang bermitra dengan
UMKM.
SP3. Meningkatnya kualitas kerjasama penanaman modal, akan
dinilai keberhasilannya melalui Indikator Kinerja Program:
kesepakatan/perjanjian kerjasama dalam dan luar negeri
yang telah diimplementasikan.
SP4. Meningkatnya efektivitas promosipenanaman modal,akan
dinilai keberhasilannya melalui Indikator Kinerja Program:
nilai komitmen penanaman modal dan jumlah minat
penanaman modal.
SP5. Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal, akan
dinilai keberhasilannya melalui Indikator Kinerja Program:
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan
penanaman modal.
SP6. Meningkatnya kualitas pengendalian pelaksanaan
penanaman modal, akan dinilai keberhasilannya melalui
- 57 -
Indikator Kinerja Program: fasilitasi permasalahan yang
dihadapi perusahaan (debottlenecking).
Program Dukungan Manajemen
SP7. Terwujudnya ASN BKPM yang kompeten, profesional dan
berintegritas, akan dinilai keberhasilannya melalui Indikator
Kinerja Program: Indeks profesionalitas AparaturSipil Negara
(dihitung berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun
2018 tentang Pengukuran Indeks Profesionalitas Aparatur
Sipil Negara dan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 8 Tahun 2019 tentang Pedoman Tata Cara dan
Pelaksanaan Pengukuran Indeks Profesionalitas Aparatur
Sipil Negara).
SP8. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik,
efektif dan efisien, akan dinilai keberhasilannya melalui
Indikator Kinerja Program: pelaksanaan Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), dan penilaian tingkat
maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
BKPM.
SP9. Terkelolanya anggaran BKPM yang akuntabel, akan dinilai
keberhasilannya melalui Indikator Kinerja Program: nilai
kinerja anggaran BKPM.
Sasaran Program Dukungan Manajemen dimaksudkan untuk
mendukung pencapaian Sasaran Program Penanaman Modal.
Sementara itu, Program Penanaman Modal dimaksudkan untuk
mendukung pencapaian Sasaran Strategis BKPM 2020-2024. Peta
Pencapaian Sasaran Strategis melalui Sasaran Program BKPM
Tahun 2020-2024 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
- 58 -
Gambar 4.1
Peta Pencapaian Sasaran Strategis melalui Sasaran Program BKPM
Tahun 2020-2024
Sasaran Program, Indikator Kinerja Program, dan Target
Indikator Kinerja Program BKPM Tahun2020-2024 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Sasaran Program, Indikator Kinerja Program, dan
Target Indikator Kinerja Program BKPM Tahun 2020-2024
No
Sasaran Stategis dan
Indikator Kinerja
Sasaran Strategis
Satuan
Tahun
2020 2021 2022 2023 2024
PROGRAM PENANAMAN MODAL
SP1.Meningkatnya kualitas perencanaan penanaman modal
1 Indeks kualitas
pemetaan dan
perencanaan
pengembangan
penanaman modal
(Indeks) 3,50 dari
skala 5
3,65 dari
skala 5
3,75 dari
skala 5
3,90 dari
skala 5
4,0 dari
skala 5
SP2. Meningkatnya kualitas iklim penanaman modal
2 Jumlah hari dan
prosedur dalam
memulai
usaha(starting a
business)
Hari
Prosedur
8
10
6
8
6
7
4
5
3
3
3 Perusahaan besar
yang bermitradengan
UMKM
Jumlah
Perusahaan 120 145 167 183 205
SP3.Meningkatnya kualitas kerja sama penanaman modal
4 Kesepakatan /
perjanjian kerja sama
dalam dan luar
negeriyang telah
diimplementasikan
kesepakatan
/perjanjian/
perundingan
50 53 58 64 69
- 59 -
No
Sasaran Stategis dan
Indikator Kinerja
Sasaran Strategis
Satuan
Tahun
2020 2021 2022 2023 2024
SP4.Meningkatnya efektivitas promosi penanaman modal
5 Nilai komitmen
penanaman modal RpTriliun 1.362,0 1.430,8 1.614,0 1.833,0 2.065,5
6 Jumlah Minat
Penanaman Modal Minat 6.900 7.400 7.900 8.450 9.100
SP5.Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal
7 Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) atas
pelayanan
penanaman modal
(Indeks) 3,3 dari
skala 4
3,35 dari
skala 4
3,4 dari
skala 4
3,45 dari
skala 4
3,5 dari
skala 4
SP6.Meningkatnya kualitas pengendalian pelaksanaan penanaman modal
8 Fasilitasi
permasalahan yang
dihadapi perusahaan
(debottlenecking)
Perusahaan 116 126 132 138 143
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN
SP7. Terwujudnya ASN BKPM yang kompeten, profesional dan berintegritas
9 Indeks profesionalitas
Aparatur Sipil Negara (Indeks) 70,0% 72,5% 72,5% 75,0% 77,5%
SP8.Terwujudnya birokrasi BKPM yang efektif, efisien dan berorientasi pelayanan prima
10 Pelaksanaan Sistem
Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
(SAKIP)
(nilai) BB
(>70%-80%)
BB
(>70%-80%)
A
(>80%-90%)
A
(>80%-
90%)
A
(>80%-90%)
11 Penilaian Tingkat
Maturitas Sistem
Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP)
BKPM
(level) 3 3 3 3 3
SP9. Terkelolanya anggaran BKPM yang akuntabel
12 Nilai kinerja anggaran
BKPM (predikat/
nilai)
Baik
( >80%-
90%)
Baik
( >80%-
90%)
Baik
( >80%-
90%)
Baik
( >80%-
90%)
Baik
( >80%-90%)
4.1.3. Sasaran Kegiatan, Indikator Kinerja Kegiatan, dan Target
Indikator Kinerja Kegiatan
Seluruh Kegiatan di BKPM dilaksanakan dalam rangka
mendorong peningkatan realisasi penanaman modal. Kegiatan
(activity) yang dilakukan oleh setiap Unit Kerjaakan menghasilkan
keluaran (output) yang dapat dilaksanakan dan dapat diukur
tingkat keberhasilannya sehingga hasil (outcome) dan dampak
(impact) yang diharapkan dapat tercapai. Rangkaian kegiatan
(activity), keluaran (output), hasil (outcome), dan dampak (impact)
untuk masing-masing program adalah sebagai berikut:
- 60 -
A. Program Dukungan Manajemen
Dalam rangka melaksanakan Program Dukungan
Manajemen akan dilaksanakan beberapa kegiatan (activity) yang
dilakukan oleh seluruh unit di lingkungan Sekretariat Utama
BKPM untuk menghasilkan keluaran (output) yang dapat diukur
sehingga dapat diperoleh hasil (outcome) dan dampak (impact)
yang diharapkan. Kegiatan, keluaran, hasil dan dampak yang
dihasilkan di lingkungan Sekretariat Utama BKPM dapat dilihat
pada tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Sekretariat Utama BKPM
Tahapan Kegiatan
di Unit Kerja Deskripsi
Impact Peningkatan realisasi penanaman modal dan terwujudnya
birokrasi yang bersih, efektif dan melayani
Outcome
Long-Term
Outcome
1. Terwujudnya ASN BKPM yang kompeten, profesional,
dan berintegritas
2. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik,
efektif, dan efisien
3. Terkelolanya anggaran BKPM yang akuntabel
Intermedi
ate
Outcome
1. Peningkatan Indeks Profesionalisme Aparatur Sipil
Negara
2. Peningkatan pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Institusi Pemerintah (SAKIP)
3. Peningkatan nilai kinerja anggaran BKPM
Short-
Term
Outcome
1. Peningkatan kualitas Aparatur Sipil Negara
2. Peningkatan kualitas kinerja BKPM
3. Peningkatan kualitas anggaran BKPM
Output
Terlaksananya kegiatan pengembangan sumber daya
manusia, kapasitas kelembagaan penanaman modal,
pengelolaan sistem informasi, pelayanan hukum penanaman
modal, pengawasan / pemeriksaan pelaksanaan tugas BKPM,
penyempurnaan produk hukum penanaman modal,
hubungan masyarakat, keprotokolan, dan ketatausahaan
pimpinan, serta perencanaan dan evaluasi program dan
anggaran BKPM
Activity Pelaksanaan kesekretariatan Badan Koordinasi Penanaman
Modal
B. Program Penanaman Modal
Dalam rangka melaksanakan Program Penanaman Modal
akan dilaksanakan beberapa kegiatan (activity) yang dilakukan
oleh seluruh unit di lingkungan Deputi Perencanaan Penanaman
Modal, Deputi Pengembangan Iklim Penanaman Modal, Deputi
Kerjasama Penanaman Modal, Deputi Promosi Penanaman
Modal, Deputi Pelayanan Penanaman Modal, dan Deputi
- 61 -
Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal untuk
menghasilkan keluaran (output) yang dapat diukur sehingga
dapat diperoleh hasil (outcome) dan dampak (impact) yang
diharapkan. Kegiatan, keluaran, hasil dan dampak yang
dihasilkan seluruh kedeputian di lingkungan BKPM dapat dilihat
pada tabel 4.4 s.d. tabel 4.9 di bawah ini:
Tabel 4.4
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Deputi Bidang Perencanaan
Penanaman Modal
TahapanKegiatan di Unit
Kerja Deskripsi
Impact
Peningkatan realisasi penanaman modal dan
Peningkatan kepercayaan pelaku usaha/penanam
modal
Outcome
Long-Term
Outcome Meningkatnya kualitas perencanaan penanaman modal
Intermediate
Outcome
Peningkatan indeks kualitas pemetaan dan
perencanaan pengembangan penanaman modal
Short-Term
Outcome
Peningkatan kualitas peta sector penanaman modal dan
hasil kajian penanaman modal
Output
Terlaksananya kegiatan perencanaan penanaman modal
sector industry agribisnis dan SDA lainnya, industri
manufaktur, jasa dan kawasan serta infrastruktur
Activity Pelaksanaan perencanaan penanaman modal
Tabel 4.5
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Deputi Bidang Pengembangan Iklim
Penanaman Modal
TahapanKegiatan
di Unit Kerja Deskripsi
Impact
Peningkatan realisasi penanaman modal dan
Peningkatan kepercayaan pelaku usaha/penanam
modal
Outcome
Long-Term
Outcome Meningkatnya kualitas iklim penanaman modal
Intermediate
Outcome Perbaikan iklim penanaman modal yang berdaya saing
Short-Term
Outcome
Peningkatan kualitas kebijakan dan insentif penanaman
modal
Output
Terlaksananya kegiatan deregulasi penanaman modal,
pengembangan potensi daerah dan pemberdayaan
usaha
Activity Pelaksanaan pengembangan iklim penanaman modal
- 62 -
Tabel 4.6
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal
TahapanKegiatan
di Unit Kerja Deskripsi
Impact
Peningkatan realisasi penanaman modal dan
Peningkatan kepercayaan pelaku usaha/penanam
modal
Outcome
Long-Term
Outcome Meningkatnya efektivitas promosi penanaman modal
Intermediate
Outcome Nilai komitmenpenanaman modal
Short-Term
Outcome Peningkatan minat penanaman modal
Output
Terlaksananya kegiatan pengembangan promosi,
promosi sektoral, fasilitasi promosi daerah, serta
pameran dan sarana promosi penanaman modal
Activity Pelaksanaan promosi penanaman modal
Tabel 4.7
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal
TahapanKegiatan
di Unit Kerja Deskripsi
Impact
Peningkatan realisasi penanaman modal dan
Peningkatan kepercayaan pelaku usaha/penanam
modal
Outcome
Long-Term
Outcome Meningkatnya kualitas kerjasama penanaman modal
Intermediate
Outcome
Meningkatnya efektivitas pelayanan perizinan
berusaha daerah dan kepastian perlindungan
penanam modal
Short-Term
Outcome
Pelaksanaan pelayanan perizinan berusaha daerah
lancer dan adanya kepastian perlindungan penanam
modal
Output
Terlaksananya kegiatan standarisasi perizinan
berusaha, bimbingan teknis perizinan berusaha
daerah, dan jumlah kesepakatan/perjanjian kerja
sama penanaman modal
Activity Pelaksanaan kerja sama penanaman modal di dalam
dan di luar negeri
- 63 -
Tabel 4.8
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal
TahapanKegiatan
di Unit Kerja Deskripsi
Impact
Peningkatan realisasi penanaman modal dan
Peningkatan kepercayaan pelaku usaha/penanam
modal
Outcome
Long-Term
Outcome Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal
Intermediate
Outcome
Peningkatan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas
pelayanan penanaman modal
Short-Term
Outcome Peningkatan pelayanan perizinan berusaha
Output
Terlaksananya kegiatan pelayanan perizinan
berusaha, fasilitas penanaman modal, pemantauan
kepatuhan perizinan berusaha, dan pengembangan
sistem perizinan berusaha
Activity Pelaksanaan pelayanan penanaman modal
Tabel 4.9
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal
TahapanKegiatan di
Unit Kerja Deskripsi
Impact Peningkatan realisasi penanaman modal dan Peningkatan
kepercayaan pelaku usaha/penanam modal
Outcome
Long-Term
Outcome
Meningkatnya kualitas pengendalian dan pelaksanaan
penanaman modal
Intermedi
ate
Outcome
Terselesaikannya hambatan dan permasalahan yang
dihadapi penanam modal
Short-
Term
Outcome
Berkurangnya hambatan dan permasalahan dalam
pelaksanaan penanaman modal
Output Terlaksananya kegiatan pemantauan, pembinaan, dan
pengawasan penanaman modal
Activity Pelaksanaan pengendalian pelaksanaan penanaman modal
Fokus kegiatan (activity), keluaran (output), hasil (outcome), dan
dampak (impact) pada masing-masing Unit Kerja di Lingkungan BKPM
dalam mendukung peningkatan realisasi penanaman modal dapat
digambarkan dengan Jaring Aktivitas sebagaimana dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
- 64 -
Gambar 4.2
Jaring Aktivitas Dalam Rangka Pelaksanaan Program Penanaman Modal
untuk Mewujudkan Peningkatan Kepercayaan Pelaku
Usaha/Penanam Modal dan Peningkatan Realisasi Penanaman
Modal Periode 2020-2024
Sasaran Kegiatan merupakan hasil yang akan dicapai dari
suatu Kegiatan dalam rangka pencapaian Sasaran Program yang
mencerminkan berfungsinya keluaran (output). Sasaran Kegiatan
yang dirumuskan harus dapat mendukung tercapainya Sasaran
Program serta memiliki keterkaitan dan hubungan sebab-akibat
dengan Sasaran Program. Sasaran Kegiatan merupakan Sasaran
Strategis unit kerja Eselon II atau unit kerja mandiri, dimana ukuran
keberhasilan pencapaiannya dinilai melalui Indikator Kinerja
Kegiatan.Indikator Kinerja Kegiatan merupakan sasaran kinerja
kegiatan yang secara akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi
BKPM setingkat Eselon II. Sasaran Kegiatan, Indikator Kinerja
- 65 -
Kegiatan, dan Target Indikator Kinerja Kegiatan BKPM Tahun 2020-
2024 dapat dilihat pada Matriks Kinerja dan Kerangka Pendanaan
(Anak Lampiran I).
4.2. Kerangka Pendanaan
Untuk dapat melaksanakan arah kebijakan, strategi, dan
program di bidang penanaman modal, serta mencapai target sasaran
utama BKPM, dibutuhkan dukungan pendanaan yang memadai.
Kebutuhan pendanaan untuk pelaksanaan program dan kegiatan
BKPM pada periode 2020-2024 akan sepenuhnya bersumber dari
pemerintah (APBN). Kerangka Pendanaan BKPM Tahun 2020-2024
pada masing-masing program dapat dilihat pada Tabel 4.9.Kerangka
Pendanaan yang rinci pada masing-masing Program dan Kegiatan
tercantum dalam Matriks Kinerja dan Kerangka Pendanaan (Anak
Lampiran I).
Tabel 4.10
Kerangka Pendanaan BKPM Tahun 2020-2024
Program Kerangka Pendanaan (Rupiah)
2020 2021 2022 2023 2024
Peningkatan
Penanaman Modal
287.412.
832.200
727.619.
407.152
696.897.
955.244
709.736.
812.088
734.773.
280.784
Dukungan
Manajemen
298.059.
102.000
360.583.
985.846
359.944.
168.065
367.721.
089.388
378.304.
901.964
Total Anggaran 585.471.
934.200
1.088.203
.392.998
1.056.842.
123.309
1.077.457.
901.476
1.113.078.
182.747
- 66 -
BAB V. PENUTUP
Dalam rangka mewujudkan negara yang berpenghasilan tinggi pada
Tahun 2030, pembangunan ekonomi dipacu untuk tumbuh lebih tinggi,
inklusif dan berdaya saing. Pertumbuhan ekonomi ditargetkan meningkat
dengan rata-rata 5,7–6,0 persen pada periode 2020-2024 dengan
kebutuhan investasi sebesar Rp35.212,4-35.455,6 triliun. Kebutuhan
investasi disumbang oleh Pemerintah sebesar 7,6-9,1 persen dan BUMN
sebesar 8,4–10,1 persen, sementara sisanya dipenuhi oleh masyarakat
dan swasta. Pada periode tersebut, investasi dari sektor swasta berupa
PMDN dan PMA secara kumulatif ditargetkan sebesar Rp4.983,2 triliun.
Oleh karena itu, BKPM sebagai salah satu lembaga yang bertugas
mendorong PMDN dan PMA, menetapkan sasaran strategis BKPM Tahun
2020-2024 yaitu “Meningkatnya realisasi penanaman modal”,
“Meningkatnya kepercayaan pelaku usaha/penanam modal”, serta
“Terwujudnya birokrasi yang bersih, efektif, dan melayani” dalam rangka
mewujudkan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden serta Tujuan
BKPM Tahun 2020-2024. Sasaran strategis tersebut menjadi dasar dalam
penyusunan arah kebijakan penanaman modal Tahun 2020-2024, yaitu
“Peningkatan Inovasi dalam Rangka Pencapaian Target Penanaman
Modal” serta “Peningkatan Kualitas Penanaman Modal dalam Upaya
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan”.
Pencapaian sasaran strategis BKPM Tahun 2020-2024 akan diukur
keberhasilannya melalui Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang
disusun berdasarkan Indikator dari Sasaran Pembangunan Nasional
“Peningkatan nilai tambah, lapangan kerja, dan investasi di sektor riil dan
industrialisasi” dalam RPJMN 2020-2024 serta arahan Kepala BKPM
Periode 2020-2024, antara lain: (a) nilai realisasi penanaman modal; (b)
nilai realisasi penanaman modal sektor sekunder; (c) sebaran penanaman
modal berkualitas (di Luar Jawa); (d) kontribusi penanaman modal dalam
negeri/PMDN termasuk UMKM; (e) peringkat kemudahan berusaha (Ease
of Doing Business); (f) nilai Reformasi Birokrasi BKPM; serta (g) opini atas
laporan keuangan BKPM.
Sasaran strategis dan arah kebijakan penanaman modal menjadi
pedoman dalam penyusunan program dan kegiatan BKPM Tahun 2020-
2024. Evaluasi terhadap pelaksanaan program dan kegiatan BKPM Tahun
2020-2024 akan dilakukan setiap tahun untuk mengetahui capaian
- 67 -
target serta menilai efisiensi, efektivitas, manfaat, dampak, dan
keberlanjutan dari program dan kegiatan yang telah disusun. Evaluasi
atas Rencana Strategis BKPM Tahun 2020-2024 juga akan dilakukan
setiap tahun, dimana pada akhir periode perencanaan (Tahun 2024) akan
disusun bersamaan dengan Studi Pendahuluan Rencana Strategis BKPM
Tahun 2025-2029. Evaluasi Rencana Strategis BKPM Tahun 2020-2024
dilakukan dalam rangka menilai capaian Visi dan Misi Presiden dan Wakil
Presiden serta Tujuan dan Sasaran Strategis BKPM Tahun 2020-2024
sebagai bahan masukan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) setiap tahun. Sementara itu, Studi Pendahuluan Rencana Strategis
BKPM Tahun 2025-2029 dilakukan untuk menjadi pedoman dalam
penyusunan Rencana Strategis BKPM Tahun 2025-2029.
- 68 -
ANAK LAMPIRAN I
PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA STRATEGIS BADAN KOORDINASI
PENANAMAN MODAL TAHUN 2020-2024
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
Badan Koordinasi Penanaman Modal
585.471.9
34.200
1.088.203
.392.998
1.056.842
.123.309
1.077.457
.901.476
1.113.078
.182.747
Sasaran Strategis 1
Meningkatnya realisasi penanaman modal
- Nilai Realisasi Penanaman Modal
Rp817,2
Triliun
Rp858,5
Triliun
Rp968,4
Triliun
Rp1.099,8
Triliun
Rp1.239,3
Triliun
- Nilai Realisasi Penanaman Modal Sektor Sekunder
Rp227,2
Triliun
Rp268,7
Triliun
Rp352,5
Triliun
Rp483,9
Triliun
Rp646,1
Triliun
- Sebaran Penanaman Modal Berkualitas (di Luar Jawa)
48,3% 49,0% 49,7% 50,6% 51,7%
- Kontribusi Investasi Dalam Negeri/PMDN termasuk UMKM
48,8% 49,7% 50,3% 51,9% 53,1%
Sasaran
Strategis 2
Meningkatnya kepercayan pelaku
usaha/penanam modal
- Peringkat kemudahan Berusaha
Peringkat 60 Peringkat
56
Peringkat
51 Peringkat 45
Peringkat
40
Sasaran Strategis 3
Terwujudnya birokrasi yang bersih, efektif dan melayani
- Nilai Reformasi Birokrasi BKPM
BB (>70%-
80%)
BB (>70%-
80%)
A (>80%-
90%)
A (>80%-
90%)
A (>80%-
90%)
- Opini atas Laporan Keuangan BKPM WTP WTP WTP WTP WTP
- 69 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
Program A: Peningkatan Penanaman Modal 287.412.8 32.200
727.619.407.152
696.897.955.244
709.736.812.088
734.773.280.784
Sasaran Program 1
Meningkatnya Kualitas Perencanaan Penanaman Modal
- Indeks Kualitas Pemetaan dan Perencanaan Pengembangan Penanaman Modal
3,5 dari skala 5
3,65 dari skala 5
3,75 dari skala 5
3,9 dari skala 5
4,0 dari skala 5
Sasaran Program 2
Meningkatnya Kualitas Iklim Penanaman Modal
- Jumlah Hari dan Prosedur dalam Memulai Usaha (starting a business)
8 hari - 10
prosedur
6 hari - 8
prosedur
6 hari - 7
prosedur
4 hari - 5
prosedur
3 hari - 3
prosedur
- Jumlah perusahaan besar yang bermitra dengan UMKM
120 perusahaan
145 perusahaan
167 perusahaan
183 perusahaan
205 perusahaan
Sasaran Program 3
Meningkatnya Kualitas Kerjasama Penanaman Modal
- Kesepakatan/Perjanjian Kerjasama Dalam dan Luar Negeri yang Telah Diimplementasikan
50 kesepakatan/perjanjian/
perundingan
53
kesepakatan/perjanjia
n/perundingan
58
kesepakatan/perjanjia
n/perundingan
64 kesepakatan/perjanjian/pe
rundingan
69
kesepakatan/perjanjia
n/perundingan
Sasaran Program 4
Meningkatnya Efektivitas Promosi Penanaman Modal
- Jumlah Minat Penanaman Modal 6.900 7.400 7.900 8.450 9.100
- Nilai Komitmen Penamanan Modal
Rp. 1.362,0 Triliun
Rp. 1.430,8 Triliun
Rp. 1.614,0 Triliun
Rp. 1.833,0 Triliun
Rp. 2.065,5 Triliun
Sasaran Program 5
Meningkatnya Kualitas Pelayanan Penanaman Modal
- Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Penanaman Modal
3,3 dari
skala 4
3,35 dari
skala 4
3,4 dari
skala 4
3,45 dari
skala 4
3,5 dari
skala 4
Sasaran
Program 6
Meningkatnya Kualitas Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman Modal
- Fasilitasi Permasalahan yang Dihadapi Perusahaan (debottlenecking)
116 perusahaan
126 perusahaan
132 perusahaan
138 perusahaan
143 perusahaan
Kegiatan 1: kode: 3231
Perencanaan Pengembangan Penanaman Modal Sektor Industri Agribisnis & Sumber Daya Alam
Lainnya
3.014.253
.000
9.831.632
.650
9.989.880
.933
10.543.21
7.412
10.737.04
4.932
Direktorat
Perencanaan Industri
Agribisnis dan SDA Lainnya
Sasaran kegiatan 1
Meningkatnya kualitas pemetaan dan perencanaan pengembangan penanaman modal sektor industri
agribisnis dan sumber daya alam lainnya
- 70 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
- Jumlah Kajian rencana pengembangan penanaman modal di bidang Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya
3 Kajian 3 Kajian 3 Kajian 3 Kajian 3 Kajian
1.514.253.
000
1.589.965.
650
1.669.463.
933
1.752.937.
129
1.840.583.
986
- Jumlah Fasilitasi Rencana Proyek Penanaman Modal di Bidang Industri
Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya
10 Proyek 12 Proyek 12 Proyek 12 Proyek 12 Proyek
500.000.0
00
525.000.0
00
551.250.0
00
578.812.5
00
607.753.1
25
- Jumlah dokumen Rencana Strategis BKPM 2025-2029
1 Dokumen
Studi Pendahuluan
Renstra BKPM 2025-
2029
1 Dokumen Renstra
BKPM 2025 - 2029
-
-
-
965.988.2
83
1.014.287.
696
- Jumlah dokumen Evaluasi Rencana Strategis BKPM 2020-2024
1 Dokumen
Evaluasi
1 Dokumen
Evaluasi
1 Dokumen
Evaluasi - -
500.000.000
525.000.000
551.250.000
-
-
- Jumlah profil proyek Investment Project Ready to Offer (IPRO) di bidang Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
500.000.0
00
7.191.667.
000
7.217.917.
000
7.245.479.
500
7.274.420.
125
Kegiatan 2: kode: 3232
Perencanaan Pengembangan Penanaman Modal Sektor Industri Manufaktur
4.792.414.000
11.698.700.700
11.950.302.435
11.698.992.436
12.549.672.428
Direktorat Perencanaan
Industri Manufaktur
Sasaran
kegiatan 2
Meningkatnya kualitas pemetaan dan perencanaan pengembangan
penanaman modal sektor industri manufaktur
- Jumlah kajian rencana pengembangan penanaman modal di bidang industri manufaktur
3 Kajian 3 Kajian 3 Kajian 3 Kajian 3 Kajian
1.464.154.
000
1.537.361.
700
1.614.229.
785
1.694.941.
274
1.779.688.
338
- Jumlah Proyek di Bidang Industri Manufaktur yang terfasilitasi
6 Proyek 7 Proyek 7 Proyek 8 Proyek 8 Proyek
628.260.000
659.673.000
692.656.650
727.289.483
763.653.957
- Jumlah Workshop Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kepada Provinsi dan Kabupaten/Kota
4 Kegiatan 4 Kegiatan 4 Kegiatan - -
1.100.000.
000
1.155.000.
000
1.212.750.
000
-
-
- Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Provinsi dan Kabupaten/Kota
20 Daerah 24 Daerah 28 Daerah - -
500.000.0
00
525.000.0
00
551.250.0
00
-
-
- Jumlah profil proyek Investment Project Ready to Offer (IPRO) di bidang Industri Manufaktur
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
1.100.000.
000
7.821.666.
000
7.879.416.
000
7.940.053.
500
8.003.722.
875
- 71 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
- Jumlah Dokumen Evaluasi Pelaksanaan Rencana Penanaman Modal (RUPM) Nasional
- - - 1 Dokumen 1 Dokumen
-
-
-
1.336.708.
179
1.403.543.
588
- Jumlah Rekomendasi Peraturan Terkait Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM)
- - - -
1
Rekomendasi
-
-
-
-
599.063.670
Kegiatan 3:
kode: 3233
Perencanaan Pengembangan
Penanaman Modal di Bidang Jasa dan Kawasan
5.004.685
.000
211.825.0
00.000
212.216.2
50.001
212.627.0
62.500
213.058.4
15.625
Direktorat Perencanaan
Jasa dan Kawasan
Sasaran kegiatan 3
Meningkatnya kualitas pemetaan dan perencanaan pengembangan penanaman modal di bidang jasa dan
kawasan
- Jumlah kajian perencanaan pengembangan penanaman modal sektor Jasa dan Kawasan
3 Kajian 3 Kajian 3 Kajian 3 Kajian 3 Kajian
817.485.0
00
1.800.000.
000
1.890.000.
000
1.984.500.
000
2.083.725.
000
- Jumlah Proyek Prioritas Pemerintah yang terfasilitasi
5 Proyek - - - -
1.496.796.
000
-
-
-
-
- Jumlah Fasilitasi Rencana Proyek Penanaman Modal di Bidang Jasa dan Kawasan
- 10 Proyek 10 Proyek 10 Proyek 10 Proyek
-
2.450.000.000
2.572.500.000
2.701.125.000
2.836.181.250
- Jumlah Fasilitasi Percepatan Pelaksanaan Kemudahan Berusaha di Bidang Jasa dan Kawasan
5 Kawasan - - - -
387.200.000
-
-
-
-
- Jumlah Percepatan Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas
3 Proyek 3 Destinasi 3 Destinasi 3 Destinasi 3 Destinasi
1.500.000.000
2.575.000.000
2.703.750.001
2.838.937.500
2.980.884.375
- Jumlah Proyek Pengembangan Koridor Ekonomi Terintegrasi yang terfasilitasi
2 Proyek - - - -
803.204.0
00
-
-
-
-
- Jumlah Profil Proyek Investment Project Ready to Offer (IPRO) di Bidang Jasa dan Kawasan
- 1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
-
1.000.000.000
1.050.000.000
1.102.500.000
1.157.625.000
- Jumlah Penyusunan Peta Potensi Investasi
- 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi
-
204.000.0
00.000
204.000.0
00.000
204.000.0
00.000
204.000.0
00.000
Kegiatan 4: kode: 3234
Pengembangan Penanaman Modal Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
800.000.000
840.000.000
882.000.000
926.100.000
972.405.000
Direktorat
Perencanaan Jasa dan
Kawasan
Sasaran kegiatan 4
Meningkatnya penanaman modal di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
- 72 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
- Jumlah koordinasi masalah strategis di KEK
7 Fasilitasi 7 Fasilitasi 8 Fasilitasi 7 Fasilitasi 7 Fasilitasi
800.000.0
00
840.000.0
00
882.000.0
00
926.100.0
00
972.405.0
00
Kegiatan 5: kode: 5089
Fasilitasi Percepatan Investasi Kerja Sama Pemerintah Swasta
920.000.000
966.000.000
1.014.300.000
1.065.015.000
1.118.265.750
Direktorat
Perencanaan Infrastruktur
Sasaran kegiatan 5
Meningkatnya fasilitasi percepatan pelaksanaan proyek Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
- Jumlah fasilitasi percepatan pelaksanaan proyek KPBU
5 Proyek 7 Proyek 7 Proyek 8 Proyek 8 Proyek
920.000.0
00
966.000.0
00
1.014.300.
000
1.065.015.
000
1.118.265.
750
Kegiatan 6: kode: 5265
Perencanaan Pengembangan Penanaman Modal di Bidang Infrastruktur
4.209.146.000
11.086.270.300
11.307.250.465
11.539.279.638
11.782.910.270
Direktorat
Perencanaan Infrastruktur
Sasaran kegiatan 6
Meningkatnya kualitas pemetaan dan
perencanaan pengembangan penanaman modal di bidang infrastruktur
- Jumlah kajian rencana pengembangan penanaman modal sektor Infrastruktur
3 Kajian 3 Kajian 3 Kajian 3 Kajian 3 Kajian
595.961.000
570.000.000
598.500.000
628.425.000
659.846.250
- Jumlah LOI Market Sounding Proyek Infrastruktur
3 LOI 3 LOI 3 LOI 3 LOI 3 LOI
1.635.000.000
1.750.000.000
1.837.500.000
1.929.375.000
2.025.843.750
- Jumlah profil proyek Investment Project Ready to Offer (IPRO) di bidang Infrastruktur
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
1 Profil Proyek
500.000.0
00
7.186.667.
000
7.212.667.
000
7.239.967.
000
7.268.632.
000
- Jumlah fasilitasi percepatan pelaksanaan proyek infrastruktur
10 Proyek 10 Proyek 10 Proyek 12 Proyek 12 Proyek
1.253.185.
000
1.040.000.
000
1.092.000.
000
1.146.600.
000
1.203.930.
000
- Jumlah kajian analisis strategik penanaman modal berbasis infrastruktur
1 Kajian - - - -
225.000.000
-
-
-
-
-Jumlah Kajian Outlook Investasi Berbasis Infrastruktur
- 1 Kajian 1 Kajian 1 Kajian 1 Kajian
-
539.603.3
00
566.583.4
65
594.912.6
38
624.658.2
70
Kegiatan 7:
kode: 3213
Peningkatan Deregulasi Kebijakan
Penanaman Modal
7.969.600
.000
28.219.93
7.394
28.332.44
6.885
28.221.47
5.527
29.187.92
0.780
Direktorat Deregulasi
Penanaman Modal
Sasaran kegiatan 7
Meningkatnya kualitas iklim penanaman modal
- Jumlah rekomendasi usulan untuk meningkatkan kemudahan berusaha
10 Usulan
Rekomendasi
- - - -
2.546.064.000
-
-
-
-
- 73 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
- Peningkatan Peringkat Ease of Doing Business
0 Menuju
Peringkat
50
Menuju Peringkat
45
Menuju
Peringkat 40
Menuju Peringkat
35
-
22.626.03
9.590
22.661.98
2.887
22.657.89
0.941
23.009.04
2.388
- Jumlah usulan perubahan regulasi atau peraturan yang menghambat investasi
10 usulan
rekomendasi
10 usulan
rekomendasi
10 usulan
rekomendasi
10 usulan
rekomendasi
10 usulan
rekomendasi
888.970.000
764.496.967
774.961.172
764.639.854
1.044.518.750
- Jumlah kegiatan diseminasi kebijakan penanaman modal dan konsolidasi penanaman modal antara pusat, perwakilan RI di Luar Negeri dan Daerah
2 kegiatan 2 kegiatan 2 kegiatan 2 kegiatan 2 kegiatan
3.469.227.000
3.730.596.869
3.781.658.483
3.731.294.343
3.916.066.120
- Jumlah rumusan rekomendasi peraturan perizinan tingkat Pusat atau Kementerian Lembaga dan daerah yang disimplifikasi, diharmonisasi dan disinkronisasi
2 usulan rekomendasi
2 usulan
rekomendasi
2 usulan
rekomendasi
2 usulan rekomendasi
2 usulan
rekomendasi
1.065.339.000
1.098.803.968
1.113.844.343
1.067.650.389
1.218.293.522
Kegiatan 8: kode: 3214
Pengembangan Potensi Penanaman Modal Daerah
2.970.300.000
7.584.759.974
8.343.235.972
9.177.569.569
10.095.315.826
Direktorat Pengembanga
n Potensi Daerah
Sasaran kegiatan 8
Meningkatnya kualitas informasi peluang penanaman modal di daerah
- Jumlah Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi
0 7 Peta Potensi
Daerah
7 Peta Potensi
Daerah
7 Peta Potensi
Daerah
7 Peta Potensi
Daerah
-
4.346.827.
584
4.781.510.
342
5.259.661.
377
5.785.627.
514
- Pengembangan Sistem Informasi Potensi dan Investasi Daerah
1 Paket Sistem
1 Paket Sistem
1 Paket Sistem
1 Paket Sistem
1 Paket Sistem
1.689.900.000
2.492.287.600
2.741.516.360
3.015.677.996
3.317.234.796
- Jumlah daerah yang data potensi investasi daerahnya termutakhirkan
34 Provinsi 18 Provinsi 18 Provinsi 18 Provinsi 18 Provinsi
1.280.400.
000
745.644.7
90
820.209.2
70
902.230.1
96
992.453.5
16
Kegiatan 9: kode: 3215
Pemberdayaan Usaha Nasional
5.500.000
.000
6.131.668
.553
6.571.861
.746
7.173.516
.072
7.678.080
.530
Direktorat
Pemberdayaan
Usaha
Sasaran kegiatan 9
Meningkatnya kemitraan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan usaha
besar
- Jumlah kemitraan usaha nasional
30
Kemitraan
32
Kemitraan
29
Kemitraan 31 Kemitraan
33
Kemitraan
2.886.520.
000
1.874.783.
689
1.550.611.
705
1.808.759.
005
2.003.908.
037
- Jumlah data realisasi perusahaan PMA/PMDN yang diwajibkan bermitra dengan UMKM sesuai dengan DNI
1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket
461.896.000
508.993.205
552.859.557
586.222.515
629.262.462
- Jumlah Inkubasi Pengusaha Nasional
10 Kelompok Usaha
- - - -
2.151.584.000
-
-
-
-
- 74 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
- Jumlah Pelaku Usaha
- 12 Pelaku
Usaha
6 Pelaku
Usaha
7 Pelaku
Usaha
8 Pelaku
Usaha
-
3.747.891.
659
4.468.390.
484
4.778.534.
552
5.044.910.
031
Kegiatan 10: kode: 2023
Kerjasama Standarisasi Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal Daerah
1.637.735
.000
1.850.052
.944
1.973.982
.315
2.219.639
.556
2.421.111
.892
Direktorat
Kerjasama Standardisasi
Perizinan dan
Nonperizinan
Penanaman Modal Daerah
Sasaran kegiatan
10
Meningkatnya kerjasama standardisasi perizinan dan nonperizinan penanaman modal
daerah
- Jumlah usulan standar tata kelola perizinan dan nonperizinan penanaman modal daerah
1 Dokumen Usulan
Standar
1 Dokumen Usulan
Standar
1 Dokumen Usulan
Standar
1 Dokumen Usulan
Standar
1 Dokumen Usulan
Standar
938.685.0
00
1.060.377.
258
1.097.261.
430
1.272.209.
609
1.387.685.
585
- Jumlah usulan standar sistem informasi perizinan dan nonperizinan penanaman modal daerah
1 Dokumen Usulan
Standar
1 Dokumen Usulan
Standar
1 Dokumen Usulan
Standar
1 Dokumen Usulan
Standar
1 Dokumen Usulan
Standar
699.050.0
00
789.675.6
86
876.720.8
85
947.429.9
47
1.033.426.
307
Kegiatan
11: kode: 2024
Kerjasama Pembinaan Teknis
Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal Berusaha di Daerah
2.765.708.800
3.244.659.009
3.495.008.270
3.786.506.537
4.087.876.289
Direktorat Kerjasama
Pembinaan Teknis
Perizinan dan Nonperizinan
Penanaman Modal Daerah
Sasaran kegiatan 11
Meningkatnya kerjasama pembinaan teknis perizinan dan nonperizinan penanaman modal daerah
- Jumlah bimbingan teknis perizinan
berusaha di daerah
200 DPM-
PTSP
220 DPM-
PTSP
242 DPM-
PTSP
267 DPM-
PTSP
294 DPM-
PTSP
1.820.048.
800
2.002.053.
680
2.202.259.
048
2.422.484.
953
2.664.733.
448
- Jumlah pemantauan perizinan berusaha di daerah
18 DPM-PTSP
18 DPM-PTSP
18 DPM-PTSP
18 DPM-PTSP
18 DPM-PTSP
472.830.000
648.315.824
664.912.637
711.663.435
742.509.308
- Jumlah pengawasan perizinan berusaha di daerah
18 Dokumen
DIM
18 Dokumen
DIM
18 Dokumen
DIM
18 Dokumen
DIM
18 Dokumen
DIM
472.830.0
00
594.289.5
05
627.836.5
85
652.358.1
49
680.633.5
33
Kegiatan 12: kode: 3230
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal
769.752.0
00
20.793.93
1.094
20.804.79
7.939
20.794.07
9.656
20.790.83
8.738
Direktorat Kerjasama
Pembinaan Teknis
Perizinan dan Nonperizinan Penanaman
- 75 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
Modal Daerah
Sasaran kegiatan
12
Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal di daerah
- Jumlah pendampingan sistem informasi untuk kegiatan kualifikasi kelembagaan PTSP
85 DPM-PTSP
90 DPM-PTSP
95 DPM-PTSP
100 DPM-PTSP
105 DPM-PTSP
769.752.0
00
793.931.0
94
804.797.9
39
794.079.6
56
790.838.7
38
- PTSP yang Ditetapkan Kualifikasi Kinerja Lembaga dan pelaksanaan percepatan berusaha K/L dan Daerah
-
548 PTSP +
PPB K/L Daerah
548 PTSP +
PPB K/L Daerah
548 PTSP +
PPB K/L Daerah
548 PTSP +
PPB K/L Daerah
-
20.000.000.000
20.000.000.000
20.000.000.000
20.000.000.000
Kegiatan 13: kode: 2025
Kerjasama Penanaman Modal Luar Negeri
8.050.511.200
6.834.329
.311
7.210.355
.903
7.092.050
.060
7.357.181
.239
Direktorat
Kerjasama Penanaman Modal Luar
Negeri
Sasaran kegiatan 13
Meningkatnya kerjasama penanaman modal luar negeri
- Jumlah Partisipasi dalam Kerjasama Internasional
14 Partisipasi
23 Partisipasi
24 Partisipasi
24 Partisipasi 25
Partisipasi
3.119.920.
000
4.125.646.
152
4.381.263.
838
4.322.914.
255
4.510.283.
850
- Jumlah bahan posisi pertemuan kerjasama internasional di bidang penanaman modal
14 Bahan Posisi
14 Bahan Posisi
14 Bahan Posisi
14 Bahan Posisi
14 Bahan Posisi
374.360.0
00
618.846.9
23
657.189.5
76
648.437.1
38
676.542.5
72
- Jumlah kerjasama penanaman modal dengan Pemangku Kepentingan Usaha di dalam dan luar negeri
3 MoU 4 MoU 5 MoU 5 MoU 6 MoU
684.580.000
773.558.655
821.486.969
810.546.423
845.678.250
- Jumlah forum fasilitasi minat Outward Investment bagi perusahaan nasional
30 Perusahaan
18 Perusahaan
18 Perusahaan
20 Perusahaan
20 Perusahaan
3.371.651.200
825.129.230
876.252.767
864.582.851
902.056.763
- Jumlah bahan kajian terkait pengaturan Outward Investment
1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket
500.000.0
00
491.148.3
51
474.162.7
53
445.569.3
93
422.619.8
04
Kegiatan 14:
kode: 3216
Peningkatan Kualitas Strategi
Promosi di Bidang Penanaman Modal
65.611.88
6.000
88.152.47
8.660
89.217.72
6.526
97.539.49
9.178
106.693.4
49.096
Direktorat Pengembanga
n Promosi
Sasaran kegiatan
14
Tersedianya strategi promosi
penanaman modal yang berkualitas
- 76 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
- Jumlah penyelenggaraan dan pengembangan IIPC (Indonesian Investment Promotion Center) di luar negeri
1850 minat investasi
1850 minat investasi
1850 minat investasi
1850 minat investasi
1850 minat investasi
45.025.98
6.000
64.505.01
3.830
63.205.51
5.213
68.926.06
6.734
75.218.67
3.408
- Jumlah Analisis Negara Target dan Negara Pesaing
2 Kajian 2 Kajian 2 Kajian 2 Kajian 2 Kajian
2.349.994.
000
2.584.993.
400
2.843.492.
740
3.127.842.
014
3.440.626.
215
- Pembayaran gaji dan tunjangan
1 Layanan 1 Layanan 1 Layanan 1 Layanan 1 Layanan
18.235.90
6.000
21.062.47
1.430
23.168.71
8.573
25.485.59
0.430
28.034.14
9.473
Kegiatan 15:
kode: 3217
Promosi Penanaman Modal Terfokus dan Terintegrasi Berbasis Sektor dan
Negara
35.581.23
8.200
37.360.30
0.110
39.228.31
5.116
41.189.73
0.871
43.249.21
7.416
Direktorat Promosi
Sektoral
Sasaran kegiatan
15
Meningkatnya jumlah awareness, minat dan rencana investasi di sektor
dan kawasan ekonomi prioritas
- Jumlah Rencana Investasi melalui Kegiatan Pemasaran Investasi berdasarkan sektor pendukung prioritas nasional (KEK, KI, Pariwisata, Berorientasi Ekspor, Energi, Ketahanan Pangan)
Rp900
Triliun
Rp900
Triliun
Rp1.000
Triliun
Rp1.200
Triliun
Rp1.300
Triliun
26.581.238.200
27.910.300.110
29.305.815.116
30.771.105.871
32.309.661.166
- Jumlah Rencana Investasi melalui kegiatan promosi penanaman modal dalam forum-forum internasional di dalam dan luar negeri
Rp462 Triliun
Rp.530,8 Triliun
Rp614 Triliun
Rp633 Triliun
Rp765,5 Triliun
9.000.000.
000
9.450.000.
000
9.922.500.
000
10.418.62
5.000
10.939.55
6.250
Kegiatan 16: kode: 3218
Fasilitasi Daerah Dalam Rangka Kegiatan Promosi Penanaman Modal
5.942.600.000
41.419.775.950
32.056.914.085
34.281.881.333
35.101.917.152
Direktorat Fasilitasi
Promosi Daerah
Sasaran kegiatan
16
Meningkatnya kualitas fasilitasi promosi penanaman modal daerah
- Jumlah minat investasi dalam kegiatan Promosi Penanaman Modal Daerah di dalam dan luar negeri
350 minat investasi
450 Minat Investasi
500 Minat Investasi
500 Minat Investasi
500 Minat Investasi
5.256.796.
000
40.580.50
1.647
31.206.15
2.307
33.442.44
9.983
34.215.91
1.818
- Jumlah minat investasi dalam kegiatan fasilitasi penerimaan misi penanam modal daerah atau luar negeri di pusat dan atau di daerah
225 minat
investasi
250 Minat
Investasi
250 Minat
Investasi
250 Minat
Investasi
250 Minat
Investasi
685.804.0
00
839.274.3
03
850.761.7
78
839.431.3
50
886.005.3
34
Kegiatan 17: kode: 3219
Penyelenggaraan Pameran dan Penyediaan Sarana Promosi Penanaman Modal untuk Kegiatan di
45.578.931.000
72.561.41
1.690
70.051.98
8.611
62.013.76
0.637
62.437.13
2.369
Direktorat
Pameran dan Sarana
Promosi
- 77 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
Dalam dan di Luar Negeri
Sasaran kegiatan
17
Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pameran dan
penyediaan sarana promosi penanaman modal
- Jumlah minat investasi yang dicapai melalui keikutsertaan pameran penanaman modal baik di dalam maupun di luar negeri
700 minat
investasi
700 minat
investasi
700 minat
investasi
700 minat
investasi
700 minat
investasi
7.286.034.
000
6.581.387.
910
6.353.780.
889
5.970.629.
872
5.663.106.
306
- Jumlah bahan-bahan informasi potensi penanaman modal
6 Jenis
Sarana Promosi
5 Jenis
Sarana Promosi
5 Jenis
Sarana Promosi
5 Jenis
Sarana Promosi
5 Jenis
Sarana Promosi
4.980.042.000
5.383.027.189
5.196.863.602
4.883.477.980
4.631.949.314
- Jumlah Media Promosi Cetak, Elektronik dan Luar Ruang
17 Media - - - -
27.731.15
8.000
-
-
-
-
- Jumlah Media Promosi Cetak dan Elektronik
- 16 Media 16 Media 16 Media 16 Media
-
49.023.87
4.473
47.328.46
0.352
40.660.52
5.615
42.183.71
8.156
- Jumlah pengembangan website penanaman modal
2 Aplikasi 2 Aplikasi 2 Aplikasi 2 Aplikasi 2 Aplikasi
2.023.986.000
1.988.154.775
1.919.397.547
1.803.652.427
1.710.753.415
- Jumlah minat investasi yang dicapai melalui forum internasional bekerjasama dengan media internasional
200 minat investasi
800 minat investasi
800 minat investasi
800 minat investasi
800 minat investasi
3.351.261.000
9.382.172.189
9.057.704.420
8.511.499.140
8.073.105.432
- Jumlah media dalam rangka diseminasi informasi Online Single Submission (OSS)
1 media 1 media 1 media 1 media 1 media
206.450.000
202.795.154
195.781.801
183.975.603
174.499.746
Kegiatan 18:
kode: 4188
Peningkatan Kualitas Pelayanan
Perizinan Berusaha
8.045.298
.000
9.069.332
.314
9.097.656
.072
9.069.719
.532
9.133.631
.458
Direktorat Pelayanan
Perizinan
Berusaha
Sasaran kegiatan 18
Meningkatnya kualitas pelayanan perizinan berusaha
- Jumlah konsultasi berbantuan OSS
101.000 Layanan
87.420 Layanan
87.420 Layanan
87.420 Layanan
87.420 Layanan
7.660.638.
000
8.672.589.
552
8.695.482.
937
8.672.902.
530
8.666.074.
825
- Jumlah perizinan non OSS
6.000 Izin 6.000 Izin 6.000 Izin 6.000 Izin 6.000 Izin
384.660.000
396.742.762
402.173.135
396.817.002
467.556.633
Kegiatan
19 kode: 5264
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP) Pusat
1.765.486
.000
1.240.603
.605
1.257.584
.231
1.240.835
.749
1.302.877
.537
Direktorat Pelayanan
Perizinan Berusaha
- 78 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
Sasaran kegiatan 19
Meningkatnya pelayanan penanaman modal di BKPM
- Tingkat mutu pelayanan penanaman modal di PTSP Pusat
3,2 (dari skala 4)
3,2 (dari skala 4)
3,2 (dari skala 4)
3,2 (dari skala 4)
3,2 (dari skala 4)
1.765.486.
000
1.240.603.
605
1.257.584.
231
1.240.835.
749
1.302.877.
537
Kegiatan 20:
kode: 4189
Peningkatan Kualitas Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik
12.906.33
9.000
53.150.00
0.000
24.675.00
0.000
26.800.00
0.000
28.750.00
0.000
Direktorat
Pengembangan Sistem
Perizinan Berusaha
Sasaran kegiatan 20
Meningkatnya kualitas sistem perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik
- Jumlah Dokumen Tata Kelola Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
4 SOP 6 SOP 6 SOP 8 SOP 10 SOP
1.125.930.000
1.750.000.
000
1.750.000.
000
1.800.000.
000
2.000.000.
000
- Jumlah Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik yang Terintegrasi Secara Elektronik
21 K/L/D 21 K/L/D 21 K/L/D 21 K/L/D 21 K/L/D
2.411.342.000
3.500.000.000
4.000.000.000
5.000.000.000
5.500.000.000
- Jumlah Pengembangan Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket
3.754.816.000
40.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
- Jumlah Implementasi Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi
5.614.251.
000
7.900.000.
000
8.925.000.
000
10.000.00
0.000
11.250.00
0.000
Kegiatan 21: kode: 4190
Fasilitasi Kepatuhan Pemenuhan Komitmen Perizinan Berusaha
4.088.383.000
4.727.794.522
4.792.505.691
4.728.679.198
5.209.379.736
Direktorat
Pemantauan Kepatuhan
Berusaha
Sasaran
kegiatan 21
Meningkatnya kepatuhan pemenuhan
komitmen perizinan berusaha
- Jumlah perizinan berusaha yang divalidasi
50.000
Nomor Induk Berusaha
(NIB)
50.000
Nomor Induk
Berusaha (NIB)
50.000
Nomor Induk
Berusaha (NIB)
50.000
Nomor Induk Berusaha
(NIB)
50.000
Nomor Induk
Berusaha (NIB)
826.835.0
00
1.031.411.
538
1.045.528.
870
1.031.604.
538
1.167.394.
145
- Jumlah pemantauan pemenuhan komitmen perizinan berusaha
500 Perusahaan
500 Perusahaan
500 Perusahaan
500 Perusahaan
500 Perusahaan
3.261.548.
000
3.696.382.
984
3.746.976.
821
3.697.074.
660
4.041.985.
591
Kegiatan 22: kode: 3225
Peningkatan Kualitas Pelayanan Fasilitas Berusaha
2.969.320
.000
3.937.278
.000
4.527.869
.700
5.207.050
.156
5.988.107
.677
Direktorat
Pelayanan Fasilitas
Berusaha
- 79 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
Sasaran kegiatan 22
Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas berusaha
- Jumlah keputusan pemberian fasilitas berusaha
1.100 Persetujuan
1.100 Persetujuan
1.100 Persetujuan
1.100 Persetujuan
1.100 Persetujuan
2.969.320.
000
3.937.278.
000
4.527.869.
700
5.207.050.
156
5.988.107.
677
Kegiatan
23: kode: 3226
Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal Wilayah I
4.922.279.000
6.565.334.478
7.248.395.608
8.003.742.004
8.839.199.065
Direktorat
Wilayah I
Sasaran
kegiatan 23
Meningkatnya realisasi penanaman
modal di Wilayah I (Sumatera)
- Nilai realisasi penanaman modal yang terpantau di Wilayah I
Rp197,27
Triliun
Rp223,04
Triliun
Rp257,71Tri
liun
Rp301,36
Triliun
Rp357,59
Triliun
1.072.452.000
1.179.697.200
1.297.666.920
1.427.433.612
1.570.176.973
- Jumlah workshop LKPM secara online bagi aparatur daerah dan penanam modal di Wilayah I
6 workshop 6 workshop 6 workshop 6 workshop 6 workshop
734.839.0
00
808.322.9
00
889.155.1
90
978.070.7
09
1.075.877.
780
- Jumlah perusahaan yang dilakukan pengawasan terhadap penggunaan fasilitas penanaman modal dan kepatuhan dalam melaksanakan ketentuan peraturan penanaman modal di Wilayah I
75 perusahaan
75 perusahaan
75 perusahaan
75 perusahaan
75 perusahaan
840.027.000
947.097.250
1.068.334.658
1.205.674.958
1.361.325.314
- Jumlah perusahaan yang difasilitasi penyelesaian masalah penanaman modal di Wilayah I
20
perusahaan
20
perusahaan
20
perusahaan
20
perusahaan
20
perusahaan
1.149.465.
000
1.264.411.
500
1.390.852.
650
1.529.937.
915
1.682.931.
707
- Jumlah workshop aplikasi pencabutan dan pembatalan bagi aparatur daerah di Wilayah I
4 workshop 4 workshop 4 workshop 4 workshop 4 workshop
441.871.0
00
486.058.1
00
534.663.9
10
588.130.3
01
646.943.3
31
- Jumlah DPMPTSP yang Menerima Interkoneksi Sarana Data Realisasi Investasi dan Aplikasi Pembatalan Pencabutan Perizinan
30 daerah 30 daerah 30 daerah 30 daerah 30 daerah
683.625.000
1.879.747.528
2.067.722.281
2.274.494.509
2.501.943.960
Kegiatan 24: kode: 3227
Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Wilayah II
3.670.812.000
23.786.117.850
23.824.074.118
23.786.826.317
24.571.370.940
Direktorat Wilayah II
Sasaran kegiatan 24
Meningkatnya realisasi penanaman modal di Wilayah II (Kalimantan, DKI Jakarta, dan D.I. Yogyakarta)
- Nilai realisasi penanaman modal yang terpantau di Wilayah II
Rp228,06
Triliun
Rp254,75
Triliun
Rp289,27
Triliun
Rp330,75
Triliun
Rp381,90
Triliun
825.208.0
793.471.0
796.465.8
793.619.5
943.380.5
- 80 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
00 84 28 60 18
- Jumlah workshop LKPM secara online bagi aparatur daerah dan penanam modal di Wilayah II
1 Workshop 1 Workshop 1 Workshop 1 Workshop 1 Workshop
402.820.0
00
449.672.7
40
455.827.5
86
449.756.8
83
595.921.2
67
- Jumlah perusahaan yang dilakukan
pengawasan terhadap penggunaan fasilitas penanaman modal dan kepatuhan dalam melaksanakan ketentuan peraturan penanaman modal di Wilayah II
95 Perusahaan
80 Perusahaan
82 Perusahaan
84 Perusahaan
86 Perusahaan
1.000.817.000
1.055.712.625
1.064.162.576
1.055.910.173
1.247.600.630
- Jumlah Perusahaan Besar yang Bermitra dengan UMKM
- 60
Perusahaan 60
Perusahaan 60
Perusahaan 60
Perusahaan
-
20.000.000.000
20.000.000.000
20.000.000.000
20.000.000.000
- Jumlah perusahaan yang difasilitasi penyelesaian masalah penanaman modal di Wilayah II
33
Perusahaan
36
Perusahaan
39
Perusahaan
42
Perusahaan
45
Perusahaan
1.098.248.
000
1.209.265.
049
1.225.816.
732
1.209.491.
330
1.424.554.
968
- Jumlah workshop aplikasi pencabutan dan pembatalan bagi aparatur daerah di Wilayah II
2 Workshop 2 Workshop 2 Workshop 2 Workshop 2 Workshop
343.719.0
00
277.996.3
52
281.801.3
96
278.048.3
71
359.913.5
57
Kegiatan 25:kode: 3228
Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Wilayah III
14.553.504.000
14.998.050.000
15.465.450.000
15.787.250.000
16.090.550.000
Direktorat Wilayah III
Sasaran kegiatan 25
Meningkatnya realisasi penanaman modal di Wilayah III (Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Sulawesi)
- Nilai realisasi penanaman modal yang terpantau di Wilayah III
Rp249,50 Triliun
Rp277,78 Triliun
Rp313,90 Triliun
Rp356,61 Triliun
Rp408,45 Triliun
990.647.000
1.096.150.000
1.244.150.000
1.341.150.000
1.421.150.000
- Jumlah workshop LKPM secara online bagi aparatur daerah dan penanam modal di Wilayah III
9 workshop 9 workshop 9 workshop 9 workshop 9 workshop
774.368.0
00
826.200.0
00
871.200.0
00
912.200.0
00
953.200.0
00
- Jumlah perusahaan yang dilakukan pengawasan terhadap penggunaan fasilitas penanaman modal dan kepatuhan dalam melaksanakan ketentuan peraturan penanaman modal di Wilayah III
150 Perusahaan
155 Perusahaan
158 Perusahaan
160 Perusahaan
162 Perusahaan
1.333.828.
000
1.405.000.
000
1.464.900.
000
1.540.000.
000
1.610.500.
000
- Jumlah perusahaan yang difasilitasi penyelesaian masalah penanaman modal di Wilayah III
50 perusahaan
50 perusahaan
50 perusahaan
50 perusahaan
50 perusahaan
11.178.867.000
1.309.000.000
1.379.000.000
1.441.000.000
1.498.000.000
- 81 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
- Jumlah workshop aplikasi pencabutan dan pembatalan bagi aparatur daerah di Wilayah III
3 workshop 3 workshop 3 workshop 3 workshop 3 workshop
161.010.000
211.700.000
236.200.000
256.900.000
286.700.000
- Jumlah sosialisasi pembinaan perlindungan investasi di Wilayah III
1 kegiatan 1 kegiatan 2 kegiatan 2 kegiatan 2 kegiatan
114.784.0
00
150.000.0
00
270.000.0
00
296.000.0
00
321.000.0
00
- Jumlah Eksekusi Realisasi Investasi Proyek Besar Wilayah Barat
- 15
Perusahaan
15
Perusahaan
15
Perusahaan
15
Perusahaan
-
10.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
Kegiatan
26: kode: 3229
Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal Wilayah IV
33.372.65
1.000
49.743.98
8.044
51.362.80
2.622
53.223.33
3.150
55.569.40
9.040
Direktorat
Wilayah IV
Sasaran kegiatan
26
Meningkatnya realisasi penanaman modal di Wilayah IV (Jawa Timur,
Bali, NTB, NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat)
- Nilai realisasi penanaman modal yang terpantau di Wilayah IV
Rp211,17 Triliun
Rp235,73 Triliun
Rp267,42 Triliun
Rp305,39 Triliun
Rp352,06 Triliun
1.958.268.000
2.503.296.579
2.800.068.773
3.270.223.676
3.767.144.843
- Jumlah workshop LKPM secara online bagi aparatur daerah dan penanam modal di Wilayah IV
6 Workshop 6 Workshop 6 Workshop 6 Workshop 6 Workshop
1.089.839.000
1.201.752.985
1.392.230.682
1.569.930.265
1.786.883.228
- Jumlah perusahaan yang dilakukan pengawasan terhadap penggunaan fasilitas penanaman modal dan kepatuhan dalam melaksanakan ketentuan peraturan penanaman modal di Wilayah IV
100
Perusahaan
110
Perusahaan
120
Perusahaan
130
Perusahaan
140
Perusahaan
1.904.045.
000
2.776.568.
219
3.216.653.
933
3.627.216.
688
4.398.471.
697
- Jumlah perusahaan yang dilakukan kunjungan ke lokasi proyek dalam rangka pengawalan perizinan berusaha
30 Perusahaan
35 Perusahaan
40 Perusahaan
45 Perusahaan
50 Perusahaan
554.522.0
00
1.630.809.
458
1.889.292.
552
2.130.435.
420
2.484.846.
216
- Jumlah perusahaan yang difasilitasi penyelesaian masalah penanaman modal di Wilayah IV
45
Perusahaan
33
Perusahaan
36
Perusahaan
39
Perusahaan
42
Perusahaan
13.550.69
0.000
1.761.521.
244
1.940.722.
140
2.301.192.
965
2.729.201.
034
- Jumlah workshop aplikasi pencabutan dan pembatalan di Wilayah IV
2 Workshop 2 Workshop 2 Workshop 2 Workshop 2 Workshop
85.196.00
0
207.857.1
26
223.377.5
42
233.877.1
36
262.405.0
22
- Jumlah sosialisasi pembinaan perlindungan investasi di Wilayah IV
1 Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan 2 Kegiatan 2 Kegiatan
239.634.000
371.725.433
610.000.000
800.000.000
850.000.000
- Jumlah Perusahaan Eksekusi Realisasi Investasi Proyek- Proyek Besar di Wilayah Timur
- 15
Perusahaan 15
Perusahaan 15
Perusahaan 15
Perusahaan
-
12.000.00
0.000
12.000.00
0.000
12.000.00
0.000
12.000.00
0.000
- 82 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
- Jumlah proyek yang terpantau perkembangan realisasinya di 33 Provinsi dalam rangka dekonsentrasi
1250 Proyek 2500 Proyek 2500 Proyek 2500 Proyek 2500 Proyek
13.990.457.000
27.290.457.000
27.290.457.000
27.290.457.000
27.290.457.000
Program B: Dukungan Manajemen
298.059.1
02.000
360.583.9
85.846
359.944.1
68.065
367.721.0
89.388
378.304.9
01.964
Sekretariat
Utama
Sasaran Program 7
Terwujudnya ASN BKPM yang Kompeten, Profesional, dan Berintegritas
- Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara
70% 72,5% 72,5% 75% 77,5%
Sasaran
Program 8
Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, efektif dan
efisien
- Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
BB (>70%-
80%)
BB (>70%-
80%)
A (>80%-
90%)
A (>80%-
90%)
A (>80%-
90%)
- Penilaian Tingkat Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) BKPM
3 3 3 3 3
Sasaran Program 9
Terkelolanya anggaran BKPM yang akuntabel
- Nilai Kinerja Anggaran BKPM
Baik (>80%-90%)
Baik (>80%-90%)
Baik (>80%-90%)
Baik (>80%-90%)
Baik (>80%-90%)
Kegiatan 27:
kode: 3208
Pengembangan Sumber Daya Manusia
8.761.726
.000
9.428.467
.000
10.231.85
2.280
10.519.13
3.561
11.256.05
2.319
Pusat Pendidikan
dan Pelatihan
Sasaran kegiatan
27
Meningkatnya kualitas aparatur BKPM dan aparatur daerah bidang
penanaman modal
- Jumlah ASN yang mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
1262 Orang 1262 Orang 1262 Orang 1262 Orang 1262 Orang
8.761.726.
000
9.428.467.
000
10.231.85
2.280
10.519.13
3.561
11.256.05
2.319
- Presentase lulusan diklat dgn nilai minimal Baik
75% 75% 75% 75% 75%
- Indeks persepsi peserta diklat terhadap proses pembelajaran
7,6 (dari
skala 10)
7,6 (dari
skala 10)
7,6 (dari
skala 10)
7,6 (dari
skala 10)
7,6 (dari
skala 10)
Kegiatan 28:
kode: 3204
Pengawasan/Pemeriksaan Fungsional Terhadap Pelaksanaan Tugas di
Lingkungan BKPM
2.679.214
.000
3.184.527
.327
3.502.980
.060
3.853.278
.066
4.238.605
.872
Inspektorat
- 83 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
Sasaran kegiatan 28
Meningkatnya kepatuhan pegawai dan institusi BKPM terhadap peraturan perundang-undangan
- Nilai Internal Audit Capability Model (IA-CM)
3 3 3 3 3
2.679.214.
000
3.184.527.
327
3.502.980.
060
3.853.278.
066
4.238.605.
872
Kegiatan
29: kode: 3205
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Penanaman Modal
201.861.893.000
251.707.354.744
257.550.508.611
270.896.748.070
277.963.000.198
Biro Umum
Sasaran
kegiatan 29
Meningkatnya kualitas kelembagaan
penanaman modal
- Jumlah pengadaan kendaraan bermotor
- - - - -
-
-
-
-
-
- Jumlah pengadaan perangkat pengolah data dan komunikasi
60 Unit 120 Unit 60 Unit 40 Unit 60 Unit
1.682.915.
000
2.946.890.
109
1.361.954.
212
891.138.7
87
2.535.719.
241
- Jumlah pengadaan peralatan fasilitas perkantoran
250 Unit 250 Unit 250 Unit 250 Unit 250 Unit
1.251.627.000
982.296.703
982.296.703
891.138.787
845.239.747
- Luas pembangunan / renovasi gedung dan bangunan
714 m2 - 714 m2 2142 m2 -
4.000.000.000
34.231.609.970
27.582.402.415
23.780.320.360
10.000.000.000
- Indeks kepuasan pengguna layanan SDM
3,5 (dari skala 5)
3,6 (dari skala 5)
3,6 (dari skala 5)
3,7 (dari skala 5)
3,7 (dari skala 5)
1.648.664.
000
3.536.701.
512
3.576.749.
712
3.750.040.
136
3.851.898.
734
- Penyusunan laporan keuangan
2 Laporan 2 Laporan 2 Laporan 2 Laporan 2 Laporan
1.984.781.000
2.689.935.829
2.735.036.752
2.952.772.248
3.080.755.271
- Persentase utilisasi aset K/L
100% 100% 100% 100% 100%
639.808.0
00
2.575.619.
274
2.618.803.
503
2.827.285.
703
2.949.829.
720
- Indeks penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi
3,75 (dari skala 5)
3,75 (dari skala 5)
3,75 (dari skala 5)
3,75 (dari skala 5)
3,75 (dari skala 5)
800.000.000
864.421.099
878.914.453
948.884.580
990.012.410
- Indeks kepuasan pengguna layanan umum
3,5 (dari
skala 5)
3,6 (dari
skala 5)
3,6 (dari
skala 5)
3,7 (dari
skala 5)
3,7 (dari
skala 5)
3.832.088.
000
12.244.62
0.947
12.341.67
2.443
12.586.98
2.785
12.785.79
7.959
- Pembayaran Gaji dan Tunjangan
12 Bulan Layanan
12 Bulan Layanan
12 Bulan Layanan
12 Bulan Layanan
12 Bulan Layanan
186.022.0
10.000
191.635.2
59.301
205.472.6
78.418
222.268.1
84.684
240.923.7
47.116
Kegiatan 30: kode: 3206
Pengelolaan Sistem Informasi
65.850.077.000
71.384.372.009
68.494.551.156
61.397.729.609
62.306.329.243
Pusat
Pengolahan Data dan
Informasi
Sasaran
kegiatan
Meningkatnya kualitas pengelolaan
sistem informasi
- 84 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
30
- Jumlah pengembangan sistem aplikasi perizinan dan non perizinan
3 Paket
Sistem Aplikasi
3 Paket
Sistem Aplikasi
3 Paket
Sistem Aplikasi
3 Paket
Sistem Aplikasi
3 Paket
Sistem Aplikasi
5.353.082.000
6.126.417.241
6.150.271.905
6.127.563.630
6.102.554.877
- Jumlah pengembangan sistem aplikasi
pendukung operasional perkantoran
2 Paket Sistem
Aplikasi
2 Paket Sistem
Aplikasi
2 Paket Sistem
Aplikasi
2 Paket Sistem
Aplikasi
2 Paket Sistem
Aplikasi
4.743.271.
000
4.282.127.
476
4.300.738.
625
4.282.928.
757
4.265.448.
611
- Pengadaan perpanjangan Lisensi/ Annual Technical Support (ATS)
1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket
25.965.804.000
29.119.439.705
26.146.419.360
24.124.888.598
24.606.018.636
- Jumlah pengembangan data center, DRC, jaringan dan sistem keamanan informasi yang handal
1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket
29.787.92
0.000
31.856.38
7.587
31.897.12
1.266
26.862.34
8.624
27.332.30
7.119
Kegiatan 31: kode: 3207
Pengelolaan Data dan Informasi Penanaman Modal
4.508.588.000
5.863.262.695
5.893.515.459
5.864.359.842
5.840.425.317
Pusat Pengolahan
Data dan Informasi
Sasaran kegiatan
31
Meningkatnya kemudahan mengkases data dan informasi penanaman modal
- Indeks Kepuasan Layanan Data dan Informasi
3 (dari skala
5)
3 (dari skala
5)
3 (dari skala
5)
3 (dari skala
5)
3 (dari skala
5)
4.508.588.
000
5.863.262.
695
5.893.515.
459
5.864.359.
842
5.840.425.
317
Kegiatan 32: kode: 3209
Peningkatan Pelayanan Hukum Penanaman Modal
2.725.054.000
3.008.712.393
3.045.894.563
3.215.276.928
3.327.961.447
Pusat
Bantuan Hukum
Sasaran
kegiatan 32
Meningkatnya pelayanan hukum
- Indeks ketepatan waktu penyelesaian telaahan kasus hukum
3,4 (dari skala 5)
3,4 (dari skala 5)
3,4 (dari skala 5)
3,4 (dari skala 5)
3,4 (dari skala 5)
482.638.000
541.146.926
544.554.566
547.249.724
550.007.136
- Jumlah pendampingan di Kepolisian/Kejaksaan/KPK/Pengadilan
24 Pendamping
an
26 Pendamping
an
28 Pendamping
an
29 Pendampinga
n
30 Pendamping
an
2.242.416.
000
2.467.565.
467
2.501.339.
997
2.668.027.
204
2.777.954.
311
Kegiatan 33: kode: 3211
Penyempurnaan Produk Hukum Penanaman Modal serta Peningkatan Pelayanan Hubungan Masyarakat, Keprotokolan dan Tata Usaha
Pimpinan
8.695.350.000
11.788.11
2.725
6.958.908
.646
6.945.779
.750
7.441.907
.259
Biro Peraturan
Perundang-undangan, Humas dan
TU Pimpinan
Sasaran kegiatan
33
Meningkatnya kualitas peraturan perundang-undangan, hubungan
masyarakat, keprotokolan dan ketatausahaan pimpinan
- 85 -
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Target Alokasi (dalam rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
- Indeks ketepatan waktu penyelesaian rancangan peraturan
3,4 (dari
skala 5)
3,4 (dari
skala 5)
3,4 (dari
skala 5)
3,4 (dari
skala 5)
3,4 (dari
skala 5)
1.070.692.
000
2.144.830.
000
2.252.071.
500
2.301.628.
665
2.416.710.
098
- Presentase opini negatif pemberitaan K/L pada media
30% 30% 30% 30% 30%
2.535.558.000
2.615.203.778
2.650.999.092
2.615.693.140
2.895.315.793
- Indeks ketepatan waktu persiapan pelayanan keprotokoleran pimpinan
3,5 (dari
skala 5)
3,5 (dari
skala 5)
3,5 (dari
skala 5)
3,5 (dari
skala 5)
3,5 (dari
skala 5)
5.089.100.
000
7.028.078.
947
2.055.838.
054
2.028.457.
945
2.129.881.
368
Kegiatan 34:
kode: 3210
Perencanaan dan Evaluasi Program
dan Anggaran BKPM
2.977.200
.000
4.219.176
.953
4.265.957
.291
5.028.783
.561
5.930.620
.308
Biro Perencanaan
Program dan Anggaran
Sasaran kegiatan 34
Meningkatnya kualitas perencanaan program dan anggaran BKPM
- Jumlah dokumen rencana program dan kegiatan
5 Dokumen 5 Dokumen 5 Dokumen 5 Dokumen 5 Dokumen
1.047.932.
000
1.828.018.
753
1.413.681.
463
1.625.733.
683
1.869.593.
735
- Nilai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atas Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
BB BB BB BB BB
207.190.0
00
238.268.5
00
274.008.7
75
315.110.0
91
362.376.6
05
- Rekomendasi Atas Hasil Pemantauan dan Evaluasi
28 Laporan 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen
1.722.078.000
2.152.889.700
2.578.267.053
3.087.939.787
3.698.649.968
- 86 -
ANAK LAMPIRAN II
PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA STRATEGIS BADAN KOORDINASI
PENANAMAN MODAL TAHUN 2020-2024
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
1. Perubahan Kedua
Undang-Undang
Nomor 21 Tahun
1997 tentang Bea
Perolehan Hak
Atas Tanah Dan
Bangunan (Note:
Perubahan
pertama yaitu
Undang-undang
Nomor 20 Tahun
2000 tentang
Perubahan Atas
Undang-Undang
Nomor 21 Tahun
1997 tentang Bea
Perolehan Hak
Atas Tanah dan
Bangunan)
(a) Substansi:
Pasal 5 UU Nomor 21 Tahun 1997
Tarif pajak ditetapkan sebesar 5 %
(lima persen) dari Nilai Perolehan
Objek Pajak. Dengan demikian,
semua pungutan atas perolehan hak
atas tanah dan atau bangunan di luar
ketentuan Undang-undang ini tidak
diperkenankan.
(b) Hambatan:
Adanya ketentuan dalam UU ini tidak
dimungkinkan penurunan BPHTB
dibawah 5%. Sehingga sulit
dilakukan perbaikan kemudahan
berusaha pada indikator Registering
Property.
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
2. Revisi Undang-
Undang
Nomor 42 Tahun
1999
tentang Jaminan
Fidusia
(a) Substansi:
Pasal 13 ayat 1 UU Nomor 42 Tahun
1999
Permohonan pendaftaran Jaminan
Fidusia dilakukan oleh Penerima
Fidusia, kuasa atau wakilnya dengan
melampirkan pernyataan pendaftaran
Jaminan Fidusia.
Pasal 30 UU Nomor 42 Tahun 1999
Pemberi Fidusia wajib menyerahkan
Benda yang menjadi objek Jaminan
Fidusia dalam rangka pelaksanaan
eksekusi Jaminan Fidusia.
(b) Hambatan:
Dalam praktiknya, diperlukan
penjelasan khusus dalam hal
penerapannya permohonan
pendaftaran jaminan fidusia Sehingga
sulit dilakukan perbaikan kemudahan
berusaha pada indikator Getting
Credit. Serta di dalam Undang-
undang ini dinilai masih belum
mampu memberikan jaminan
kepastian soal eksekusi karena tidak
ada mekanisme tertentu untuk
mengetahui peralihan objek fidusia
kepada pihak ketiga, keempat dan
seterusnya atau pengaturan soal
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 87 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
kepemilikan objek fidusia.
3 Revisi Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor
36 Tahun 2005
tentang Peraturan
Pelaksanaan
Undang-Undang
Nomor 28 Tahun
2002 tentang
Bangunan Gedung
(a) Substansi:
Pasal 15 ayat (1)
Setiap orang dalam mengajukan
permohonan izin mendirikan
bangunan gedung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)
wajib melengkapi dengan:
a. tanda bukti status kepemilikan
hak atas tanah atau tanda bukti
perjanjian pemanfaatan tanah
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11;
b. data pemilik bangunan gedung;
c. rencana teknis bangunan gedung;
dan
d. hasil analisis mengenai dampak
lingkungan bagi bangunan gedung
yang menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan.
(b) Hambatan:
Analisis mengenai dampak
lingkungan merupakan persyaratan
dalam penerbitan Izin Lingkungan.
Oleh karena itu AMDAL diusulkan
untuk tidak dipersyaratkan dalam
Pengajuan Izin Mendirikan Bangunan.
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
4. Revisi Peraturan
Pemerintah
Nomor 23 Tahun
2010 tentang
Pelaksanaan
Kegiatan Usaha
Pertambangan
Mineral dan
Batubara
sebagaimana telah
diubah dengan
Peraturan
Pemerintah
Nomor 8 Tahun
2018 tentang
perubahan
Peraturan
Pemerintah
Nomor 23 Tahun
2010 tentang
Pelaksanaan
Kegiatan Usaha
Pertambangan
Mineral dan
Batubara
(a) Substansi:
Kewajiban membangun unit
pengolahan (smelter) bagi perusahaan
tambang memerlukan investasi yang
sangat besar, sangat dipengaruhi oleh
harga produk akhir di pasar dunia,
serta bagi beberapa perusahaan,
smelter tidak sesuai dengan core
business perusahaan.
(b) Hambatan:
Pembangunan smelter perlu didukung
oleh:
a. Ketersediaan infrastruktur
kawasan seperti listrik, jalan dan
pelabuhan,
b. Harga jual produk yang
kompetitif,
c. Pembiayaan dengan bunga yang
kompetitif,
d. Kemudahan
perizinan/nonperizinan, dan
e. Adanya industri turunan di dalam
negeri.
Tanpa adanya 5 faktor tersebut,
perusahaan-perusahaan tambang
hanya akan mengulur waktu untuk
tidak membangun smelter.
Di sisi lain, bagi perusahaan smelter
yang tidak memiliki tambang, investasi
mereka menjadi mubazir karena tidak
adanya kepastian bahan baku dari
perusahaan tambang.
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 88 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
5. Revisi Peraturan
Pemerintah
Nomor 27 Tahun
2012 tentang Izin
Lingkungan
(a) Substansi:
Pasal 3 ayat (1)
Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang
berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki
Amdal
(b) Hambatan:
Sesuai amanat yang tertulis dalam
peraturan untuk mengintegrasikan
seluruh perizinan lingkungan, perlu
adanya pengintegrasian ANDAL LALIN
yang diatur dalam revisi Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 ke
dalam Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
6. Revisi Peraturan
Pemerintah
Nomor 107 Tahun
2015 tentang Izin
Usaha Industri
(a) Substansi:
Pasal 21 ayat (1)
Menteri, gubernur, dan
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya sejak permohonan
IUI diterima dengan lengkap dan
benar dalam jangka waktu paling
lama 5 (lima) hari kerja melakukan
pemeriksaan lokasi industri yang
hasilnya dituangkan dalam berita
acara pemeriksaan.
Pasal 28 ayat (1)
Menteri, gubernur, dan
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya sejak permohonan
izin perluasan diterima dengan
lengkap dan benar dalam jangka
waktu paling lama 5 (lima) hari kerja
melakukan pemeriksaan lokasi
industri yang hasilnya dituangkan
dalam berita acara pemeriksaan.
(b) Hambatan:
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang
dimintakan dalam Peraturan
Pemerintah ini memperpanjang
persyaratan perizinan. Saat ini
perizinan sudah dilakukan melalui
Online Single Submission (OSS)
dimana Izin Usaha Industri dapat
diberikan langsung dengan
persyaratan pemenuhan komitmen.
Diusulkan menghapuskan
persyaratan BAP dalam penerbitan
Izin Usaha Industri.
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
7. Revisi Peraturan
Pemerintah
Nomor 24 Tahun
2018 tentang
Perizinan
Berusaha
Terintegrasi
secara Elektronik
(a) Substansi:
Batang Tubuh
1. Perizinan Berusaha yang telah
diajukan oleh Pelaku Usaha
sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah ini dan belum
diterbitkan Perizinan
Berusahanya, diproses melalui
sistem OSS sesuai dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 89 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
ini.
2. Pengaturan mengenai izin
komersial atau izin operasional
Lampiran PP 24/2018
Perlu ditinjau kembali kategorisasi
perizinan berusaha, apakah termasuk
sebagai izin usaha, izin
komersial/operasional, atau bukan.
Tidak seluruh perizinan sektor masuk
ke dalam Lampiran Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
(b) Hambatan:
Dalam implementasi pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2018 terdapat kendala antara
lain:
1. Tidak adanya masa transisi dalam
perizinan berusaha bagi perizinan
yang belum tercantum dalam
lampiran PP Nomor 24 Tahun
2018 dan belum dapat diproses
melalui sistem OSS. Diusulkan
pengaturan mengenai masa
transisi dalam jangka waktu
tertentu bagi perizinan yang
memang belum dapat
dilaksanakan melalui OSS.
2. Nomenklatur izin komersial atau
operasional yang menimbulkan
persepsi baru adanya penambahan
izin baru sehingga tidak sesuai
dengan prinsip penyederhanaan
perizinan. Diusulkan nomenklatur
Izin Komersial atau Izin
Operasional disesuaikan dengan
ketentuan teknis terkait mengingat
tidak semua sektor bidang usaha
mengenal Izin Komersial atau Izin
Operasional.
3. Terdapat perizinan berusaha yang
tidak tercantum ke dalam
lampiran, sehingga tidak termasuk
dalam Sistem OSS atau belum
terintegrasi dengan OSS.
8. Revisi Peraturan
Pemerintah
Nomor 29 Tahun
2018 tentang
Pemberdayan
Industri
(a) Substansi:
Pasal 45 ayat (3)
Pembentukan usaha patungan antara
Pemerintah Pusat dan swasta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilakukan dengan batasan
saham milik Pemerintah Pusat paling
sedikit 51% (lima puluh satu persen).
(b) Hambatan:
1. Pengaturan batasan kepemilikan
saham dalam industri strategis.
2. Pembatasan maksimal
kepemilikan saham milik
Pemerintah Pusat sebesar 51%
dalam usaha patungan industri
strategis akan membatasi
kesempatan pelaku usaha untuk
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 90 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
berinvestasi di industri strategis
yang biasanya membutuhkan
investasi yang besar.
9. Revisi Peraturan
Pemerintah (PP)
Nomor 28 Tahun
2019 tentang
Jenis dan Tarif
atas Jenis
Penerimaan
Negara Bukan
Pajak yang
Berlaku pada
Kementerian
Hukum dan Hak
Asasi Manusia
(a) Substansi:
Pasal 1 ayat 2 PP Nomor 26 Tahun
2019
Jenis dan tarif atas jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku
pada Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a
sampai dengan huruf e sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Pemerintah ini
(b) Hambatan:
Dalam peraturan ini adanya
penetapan tarif, sehingga untuk
perbaikan kemudahan berusaha pada
indikator Starting a Business,
diusulkan apabila dapat dihilangkan
Izin Nama PNBP dan hanya akan ada
Ratifikasi PNBP untuk pendirian
badan usaha, serta dihilangkan biaya
terutama untuk UKM dengan Modal
di bawah Rp 2,5 Miliar.
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
10. Revisi Peraturan
Menteri Pekerjaan
Umum dan
Perumahan
Rakyat Nomor 5
Tahun 2016
tentang Izin
Mendirikan
Bangunan Gedung
(a) Substansi:
Masih dipersyaratkannya AMDAL
atau UKL/UPL pada persyaratan
mendirikan bangunan sementara
Amdal atau UKL/UPL yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
hanya dipersyaratkan dalam
mengurus perizinan Lingkungan
dalam rangka kegiatan usaha bukan
perizinan mendirikan bangunan
(b) Hambatan:
Perlu adanya revisi Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 5 Tahun 2016 tentang
Izin Mendirikan Bangunan, dengan
menghapuskan persyaratan Amdal
atau UKL/UPL pada persyaratan
mendirikan bangunan sementara.
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
11. Revisi Peraturan
Menteri
Perindustrian
Nomor 65/M-
IND/PER/7/2016
tentang
Ketentuan dan
Tata Cara
Penghitungan
Nilai Tingkat
Komponen Dalam
Negeri Produk
Telepon Seluler,
Komputer
(a) Substansi:
Terdapat pengaturan mengenai:
1. Kewajiban Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN) merupakan
salah satu bentuk proteksionisme
perdagangan (non-tariff barrier)
yang tidak sesuai dengan
perjanjian internasional.
2. Kewajiban TKDN hanya memaksa
(stick) produsen produk
telekomunikasi untuk melakukan
produksi dalam negeri, tanpa
diimbangi dengan pemberian
insentif.
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 91 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
Genggam
(Handheld), dan
Komputer Tablet
(b) Hambatan:
1. Indonesia sering mendapatkan
pengaduan oleh negara lain akibat
dari implementasi TKDN melalui
World Trade Organization (WTO).
Beberapa negara yang merasa
dirugikan adalah Korea Selatan,
Amerika Serikat.
2. Dalam rangka mendorong industri
alat telekomunikasi dalam negeri,
pemerintah harus lebih bijak
dalam menyusun kebijakan
dengan menganjurkan produksi
dalam negeri yang diimbangi
dengan pemberian insentif fiscal
maupun nonfiskal, sehingga
harganya lebih kompetitif dari
produk serupa yang diimpor dari
luar negeri.
3. Terkait dengan hal di atas,
Pemerintah juga perlu membangun
industri komponen alat
telekomunikasi untuk mendukung
industri alat telekomunikasi dalam
negeri.
12. Revisi Peraturan
Menteri
Pariwisata Nomor
10 Tahun 2018
tentang
Pelayanan
Perizinan
Berusaha
Terintegrasi
secara Elektronik
Sektor Pariwisata
(a) Substansi:
Sampel: Sertifikat Usaha Pariwisata.
Pasal 27
Sertifikat Usaha Pariwisata
diterbitkan oleh LSU Bidang
Pariwisata.
Pasal 29
Sertifikat Usaha Pariwisata berlaku
selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal
diterbitkan.
(b) Hambatan:
1. Pada Peraturan ini tidak
tercantum persyaratan dan waktu
pemenuhan komitmen. Perlunya
standardisasi persyaratan dan
waktu penerbitan perizinan untuk
memberikan kepastian usaha bagi
pelaku usaha di bidang pariwisata.
2. Terdapat masa berlaku sertifikasi
usaha. Seharusnya sertifikasi
berlaku sepanjang perusahaan
masih melakukan kegiatan.
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
13. Revisi Peraturan
Menteri Keuangan
Nomor
17/PMK.010/
2018 tentang
tentang
Perubahan Kedua
Atas Peraturan
Menteri Keuangan
Nomor
6/PMK.010/2017
tentang
(a) Substansi:
Pengaturan perlakukan produk
perpajakan, kepabeanan dan cukai
atas impor peranti lunak dan barang
digital (HS code 9901) melalui
transmisi elektronik dinilai
berlebihan.
(b) Hambatan:
Tidak ada satu negara di dunia yang
menerapkan aturan tersebut karena
dapat menyebabkan sejumlah
masalah yaitu:
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 92 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
Penetapan Sistem
Klasifikasi Barang
dan Pembebanan
Tarif Bea Masuk
atas Barang Impor
a. Konsumen menjadi enggan
melakukan update terhadap
software perangkat keras yang
dimiliki. Tanpa melakukan update
aplikasi secara berkala, konsumen
rawan mengalami serangan
pencurian data elektronik dan
malware.
b. Menjamurnya website-website
yang menawarkan software ilegal,
c. Pengenaan bea masuk sebesar 0%
saat ini dapat berubah dalam
beberapa tahun ke depan. Untuk
menyiasati bea masuk tersebut,
perusahaan akan mengenakan
tarif kepada konsumen.
Pemerintah perlu lebih kreatif
untuk mencari sumber-sumber
pemasukan pajak baru, namun
tidak terlalu kreatif dengan
menyasar transaksi produk digital.
14. Revisi Peraturan
Menteri
Kesehatan Nomor
26 Tahun 2018
tentang Perizinan
Berusaha
Terintegrasi
secara Elektronik
Sektor Kesehatan.
(a) Substansi:
Sampel: Izin Berusaha Rumah Sakit
(Izin Mendirikan dan Operasional
Rumah Sakit).
Pasal 33
Persyaratan untuk memperoleh izin
mendirikan Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf z terdiri atas:
a. dokumen kajian dan perencanaan
bangunan yang terdiri dari
Feasibility Study (FS), Detail
Engineering Design dan master
plan; dan
b. pemenuhan pelayanan alat
kesehatan.
Pasal 34
Persyaratan untuk memperoleh izin
operasional Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. notifikasi Kementerian Kesehatan
dan/atau dinas kesehatan sesuai
dengan klasifikasi Rumah Sakit;
b. profil Rumah Sakit paling sedikit
meliputi visi dan misi, lingkup
kegiatan, rencana strategi, dan
struktur organisasi;
c. isian instrumen self assessment
sesuai klasifikasi Rumah Sakit
yang meliputi pelayanan, sumber
daya manusia, peralatan,
bangunan dan prasarana, dan
administrasi manajemen;
d. surat keterangan atau sertifikat
izin kelayakan atau pemanfaatan
dan kalibrasi alat kesehatan;
e. sertifikat akreditasi; dan
f. batas paling sedikit pemenuhan
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 93 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
jumlah tempat tidur untuk
Rumah Sakit penanaman modal
asing sesuai dengan kesepakatan
atau kerja sama internasional.
Pasal 77 ayat (2)
Pemenuhan Komitmen oleh Pelaku
Usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan paling lama untuk
jangka waktu 2 (dua) tahun.
(b) Hambatan:
a. Untuk Izin Mendirikan Rumah
Sakit masih dipersyaratkan FS
yang menambah persyaratan
pendirian rumah sakit. FS sudah
dihapus dari syarat Perizinan
Investasi sejak Tahun 1986,
namun masih dipersyaratkan
pada perizinan ini.
b. Detail Engineering Design
merupakan syarat dari IMB,
sehingga menjadi duplikasi
persyaratan perizinan.
c. Pemenuhan Komitmen yang
memakan waktu total 2 tahun 3
bulan perlu disimplifikasi.
15. Revisi Peraturan
Menteri Kominfo
Nomor 7 Tahun
2018 tentang
Perizinan
Berusaha
Terintegrasi
secara Elektronik
Bidang
Komunikasi dan
Informatika.
(a) Substansi:
Pasal 4
Persetujuan atau penolakan
permohonan perizinan dan layanan
yang diatur dalam Peraturan
Menteri ini ditetapkan pada hari
kerja yang sama setelah
permohonan diterima secara
lengkap paling lambat pukul 11.00
WIB.
(b) Hambatan:
Melalui Sistem OSS, perizinan
dikeluarkan secara real-time tanpa
harus membatasi jam permohonan
diterima oleh sistem.
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
16. Revisi Peraturan
BPOM Nomor 26
Tahun 2018
tentang
Pelayanan
Perizinan
Berusaha
Terintegrasi
secara Elektronik
Sektor Obat dan
Makanan
(a) Substansi:
Sampel: Izin Edar Obat
Pasal 5
Industri Farmasi untuk memperoleh
Izin Edar Obat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 harus
memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. surat pengantar;
b. formulir registrasi;
c. pernyataan pendaftar;
d. hasil pra registrasi;
e. kuitansi/bukti pembayaran; dan
f. dokumen teknis berupa
kelengkapan dokumen registrasi
obat dan produk biologi mengacu
pada Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 24 Tahun 2017 tentang
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 94 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat.
g. Sertifikat CPOB.
Pasal 47 ayat (5)
Evaluasi atas dokumen persyaratan
Izin Edar Obat dilaksanakan dalam
paling lama:
a. Paling lama 50 (lima puluh) Hari
registrasi Obat Pengembangan
Baru;
b. Paling lama 75 (tujuh puluh lima)
Hari untuk registrasi pertama
Obat Generik Pertama oleh
Industri Farmasi yang
melakukan investasi di
Indonesia; dan
c. Paling lama 100 (seratus) Hari
untuk registrasi pertama Obat
Baru oleh Industri Farmasi yang
melakukan investasi di Indonesia.
(b) Hambatan:
a. Peraturan ini belum
mengakomodasi format
persyaratan komitmen Perizinan
Berusaha
b. Izin Edar Obat merupakan Izin
Komersial, namun pada
persyaratan komitmen terdapat
Sertifikat CPOB yang juga
merupakan Izin Komersial. Hal ini
akan menciptakan duplikasi
perizinan di bidang obat dan
makanan.
c. Waktu Evaluasi atas dokumen Izin
Edar Obat dapat disederhanakan.
17. Revisi Peraturan
Menteri
Perdagangan
Nomor 8 Tahun
2020 tentang
Pelayanan
Perizinan
Berusaha
Terintegrasi
secara Elektronik
di Bidang
Perdagangan
(a) Substansi:
Sampel: SIUP - Izin Usaha Toko
Swalayan (IUTS)
Lampiran Persyaratan
a. memiliki hasil analisa kondisi
sosial ekonomi masyarakat bagi
daerah yang belum memiliki
rencana detail tata ruang wilayah
atau zonasi (dikecualikan untuk
Mini market);
b. memiliki surat izin lokasi dari
instansi yang berwenang bagi
daerah yang belum memiliki
rencana detail tata ruang wilayah
atau zonasi; dan
c. memiliki rencana Kemitraan
dengan Usaha Mikro dan Usaha
Kecil.
d. Toko Swalayan yang terintegrasi
dengan Pusat Perbelanjaan atau
bangunan/kawasan lain.
e. Memiliki rencana Kemitraan
dengan Usaha Mikro atau Usaha
Kecil.
(b) Hambatan:
Tidak terdapat standardisasi bagi
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 95 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
persyaratan yang harus dilampirkan
sebagai komitmen SIUP IUTS seperti
hasil analisa kondisi sosial ekonomi
masyarakat dan rekomendasi dari
instansi yang berwenang, sehingga
berpotensi menghambat perizinan
tersebut.
18. Revisi peraturan
Menteri ESDM
Nomor 39 Tahun
2018 tentang
Pelayanan
Perizinan
Berusaha
Terintegrasi
secara Elektronik
Bidang
Ketenagalistrikan
(a) Substansi:
Sampel: Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik
Lampiran Peraturan Menteri,
menyampaikan komitmen berupa:
1. Profil pemohon;
2. Kemampuan pendanaan;
3. Studi kelayakan usaha
penyediaan tenaga listrik;
4. Lokasi instalasi;
5. Diagram satu garis;
6. Jenis dan kapasitas usaha yang
akan dilakukan;
7. Jadwal Pembangunan;
8. Jadwal pengoperasian;
9. Persetujuan harga jual/sewa
jaringan dari Menteri ESDM;
10. Kesepakatan jual-beli tenaga
listrik antara Pemohon dgn Calon
Pembeli tenaga listrik.
(b) Hambatan:
a. Persyaratan pemenuhan komitmen
diusulkan untuk dilakukan secara
online.
b. Perlu kejelasan pembagian peran
antara pusat dan daerah, terutama
pada persyaratan lokasi instalasi.
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
19. Revisi Peraturan
Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan
Nomor 25 Tahun
2018 tentang
Perizinan
Berusaha
Terintegrasi
secara Elektronik
Sektor Pendidikan
Dan Kebudayaan
(a) Substansi:
Sampel: Izin Usaha Satuan
Pendidikan
Persyaratan Izin Usaha:
a. izin lokasi;
b. izin lokasi perairan;
c. izin lingkungan; dan/atau
d. IMB.
Persyaratan Izin Operasional:
a. hasil studi kelayakan;
b. isi pendidikan;
c. jumlah dan kualifikasi pendidik
dan tenaga kependidikan;
d. sarana dan prasarana
pendidikan;
e. pembiayaan pendidikan;
f. sistem evaluasi dan sertifikasi;
dan
g. manajemen dan proses
pendidikan.
(b) Hambatan:
a. Pada Izin usaha Satuan
Pendidikan, terdapat 2 jenis izin
dalam satu nomenklatur, yaitu
Izin Usaha dan Izin Operasional.
Hal tersebut dapat menimbulkan
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 96 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
ketidakpastian bagi investor.
b. Nomenklatur Izin Operasional
sebagaimana dimaksud tidak
tecantum pada PP 24/2018
maupun Permendikbud
25/2018.
c. Perlu kejelasan pembagian
wewenang antara Pusat dan
Daerah, terutama pada evaluasi
pemenuhan komitmen.
20 Revisi Peraturan
Badan Pengawas
Tenaga Nuklir
Nomor 6 Tahun
2018 tentang
Persyaratan dan
Tatacara
Perizinan
Berusaha
Terintegrasi
secara Elektronik
Sektor
Ketenaganukliran
(a) Substansi:
Sampel: Penetapan Laboratorium
Keselamatan Radiasi
Lampiran 1
1. dokumen sistem manajemen;
2. rekaman kualifikasi dan
kompetensi personil;
3. rekaman kondisi lingkungan;
4. rekaman penggunaan dan
penyimpanan peralatan
5. metode uji dan pengendalian
data;
6. rekaman validasi metode uji;
7. rekaman kalibrasi peralatan;
8. validasi metode dan rekaman
pelaksanaan pengecekan antara;
9. rekaman pelaksanaan uji
banding;
10. rekaman pemantauan dosis
personil uji;
11. bukti penerapan jaminan mutu;
12. pelaporan hasil uji;
13. Pembayaran Biaya.
Lampiran 2
Penetapan laboratorium keselamatan
radiasi 60 hari.
(b) Hambatan:
a. Penyederhanaan persyaratan
pemenuhan komitmen Perizinan
Berusaha.
b. Perlu diperjelas mekanisme
pembayaran PNBP melalui sistem
OSS.
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
21. Revisi Peraturan
Menteri
Ketenagakerjaan
Nomor 10 Tahun
2018 tentang
Tata Cara
Penggunaan
Tenaga Kerja
Asing
(a) Substansi:
Sampel: Rencana Penggunaan Tenaga
Kerja Asing (RPTKA)
Pasal 11 ayat (1)
Untuk mendapatkan RPTKA, Pemberi
Kerja TKA harus mengajukan kepada
Dirjen atau Direktur melalui TKA
Online dengan cara:
Mengisi:
a. identitas Pemberi Kerja TKA;
b. jumlah tenaga kerja Indonesia
yang dipekerjakan;
c. rencana penyerapan tenaga kerja
Indonesia setiap tahun;
d. rencana penggunaan TKA setiap
tahun sesuai perjanjian kerja atau
perjanjian pekerjaan;
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 97 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
e. data Tenaga Kerja Pendamping;
dan
f. alasan penggunaan TKA.
Mengunggah:
a. rancangan perjanjian kerja atau
perjanjian pekerjaan;
b. bagan struktur organisasi;
c. surat pernyataan untuk
penunjukan Tenaga Kerja
Pendamping;
d. surat pernyataan untuk
melaksanakan pendidikan dan
pelatihan kerja bagi tenaga kerja
Indonesia sesuai dengan
kualifikasi jabatan yang diduduki
oleh TKA; dan
e. surat pernyataan kondisi darurat
dan mendesak dari Pemberi Kerja
TKA dalam hal Pemberi Kerja TKA
mempekerjakan TKA untuk
Pekerjaan Bersifat Darurat dan
Mendesak.
Notifikasi dan Pembayaran Dana
Kompensasi Penggunaan Tenaga Kerja
Asing:
a. Pemberi Kerja TKA yang akan
mempekerjakan TKA wajib
melakukan permohonan Notifikasi
kepada Dirjen.
b. Setiap Pemberi Kerja TKA yang
mempekerjakan TKA wajib
membayar DKP-TKA yang
besarnya US$ 100 (seratus dollar
Amerika Serikat) per jabatan per
orang per bulan sebagai PNBP
atau Penerimaan Daerah.
Pasal 14 ayat (2)
Paling lambat 2 (dua) hari setelah TKA
dipekerjakan, Pemberi Kerja TKA
wajib mengajukan permohonan
RPTKA kepada Dirjen atau Direktur
melalui TKA Online.
(b) Hambatan:
RPTKA merupakan izin yang
tercantum dalam lampiran PP
24/2018, sehingga pemrosesannya
dilakukan melalui sistem OSS.
Namun pada Permenaker disebutkan
bahwa pemrosesan izin tersebut
melalui sistem TKA Online sehingga
tidak harmonis dengan PP 24/2018.
22. Revisi Peraturan
Menteri
Perhubungan
Nomor 88 Tahun
2018 tentang
Norma, Standar,
Prosedur dan
Kriteria Perizinan
Berusaha
Terintegrasi
(a) Substansi:
Sampel: Persetujuan Hasil Analisis
Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN).
Pasal 2 ayat (1)
Perizinan OSS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. pengajuan permohonan dari
sistem aplikasi perizinan yang
sudah terintegrasi dengan
Online Single Submission (OSS);
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 98 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
secara Elektronik
Sektor
Perhubungan di
Bidang Darat
b. mengisi webform dalam hal
perizinan belum memiliki
sistem aplikasi; atau
c. pengajuan permohonan secara
manual kepada Menteri c.q
Direktur Jenderal dalam hal
ketentuan sebagaimana
maksud dalam huruf a atau
huruf b belum dapat
dilaksanakan.
(b) Hambatan:
Izin masih dapat diajukan secara
manual dan ditandatangani oleh
Dirjen Perhubungan Darat, yang
menunjukkan proses masih manual
dan tidak melalui OSS.
23. Revisi Peraturan
Menteri Keuangan
Republik
Indonesia Nomor
71/PMK.04/2018
tentang
Pelayanan
Perizinan
Berusaha
Terintegrasi
secara Elektronik
di Bidang
Kepabeanan,
Cukai, Dan
Perpajakan
(a) Substansi:
Sampel: Izin Penyelenggara TPB
Pasal 9 ayat (1)
Untuk mendapatkan izin
penyelenggara/pengusaha TPB,
Pelaku Usaha yang bermaksud
menjadi penyelenggara/pengusaha
TPB mengajukan permohonan kepada
Menteri c.q. Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
atau Kepala Kantor Pelayanan Utama
Bea dan Cukai.
Pasal 10 ayat (1)
Pelaku Usaha yang bermaksud
menjadi penyelenggara/pengusaha
TPB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat ( 1), harus melakukan
pemaparan proses bisnis dan
pemenuhan kriteria sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)
huruf b, kepada Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai atau Kepala Kantor Pelayanan
Utama Bea dan Cukai.
(b) Hambatan:
a. Permohonan izin Penyelenggara
TPB masih diajukan kepada
Kepala Kanwil Dirjen Bea Cukai.
Izin tersebut masuk ke dalam
lampiran PP 24/2018 sehingga
pemrosesan izin seharusnya
melalui Sistem OSS.
b. Masih dipersyaratkan pemaparan
proses bisnis dan pemenuhan
kriteria, yang bertentangan
dengan semangat OSS yang
menghilangkan proses tatap
muka antara pemohon dan
pemberi izin.
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
24. Revisi Peraturan
Menteri Koperasi
dan UKM Nomor
11 Tahun 2018
tentang Perizinan
(a) Substansi:
Pasal 8 ayat (2)
Pemenuhan Komitmen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan
berupa dokumen dalam bentuk
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 99 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
Usaha Simpan
Pinjam Koperasi
hardcopy.
(b) Hambatan:
Penyampaian Pemenuhan Komitmen
disampaikan dalam bentuk hardcopy
tidak sesuai dengan semangat OSS
yaitu segala bentuk penyampaian
dokumen disampaikan melalui sistem
OSS.
25. Revisi Peraturan
Menteri ATR/BPN
Nomor 14 Tahun
2018 tentang Izin
Lokasi
(a) Substansi:
Pasal 1 angka 10
Pemerintah Daerah adalah kepala
daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah
otonom.
Pasal 13 ayat 3
Dalam hal jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berakhir dan
Pelaku Usaha tidak menyampaikan
permohonan pemenuhan komitmen,
Izin Lokasi dinyatakan batal.
Pasal 14
Kantor Pertanahan menindaklanjuti
permohonan pemenuhan komitmen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (2) dengan melakukan
pertimbangan teknis pertanahan.
Pasal 17 ayat 2
Pemberian persetujuan Pemenuhan
Komitmen Izin Lokasi lintas Daerah
Kabupaten/Kota dalam 1 (satu)
Provinsi maupun antar Daerah
Provinsi, ditandatangani oleh masing-
masing Bupati/Wali Kota atau pejabat
yang ditunjuk.
Pasal 19
Dalam hal di atas tanah Izin Lokasi
telah terbit izin usaha pertambangan
dan/atau izin usaha lainnya, harus
mendapat persetujuan dari pemilik
tanah atau pemegang izin usaha
pertambangan dan/atau izin usaha
lainnya.
(b) Hambatan:
Pasal 1 angka 10 jo. Pasal 15
seharusnya peraturan ini secara
eksplisit menjadikan PTSP Provinsi
dan Kabupaten/Kota sebagai instansi
yang berwenang dalam memberikan
persetujuan pemenuhan komitmen
izin agar sejalan dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 138
Tahun 2017.
Pasal 13 ayat 3
Berdasarkan teknik pembentukan
peraturan perundang-undangan,
seharusnya menggunakan kata “tidak
berlaku” terhadap produk TUN yang
tidak terpenuhi persyaratannya.
Pasal 14
Direktorat
Deregulasi
Mengusulkan
- 100 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
Apakah kewenangan dalam
pemberian pertimbangan teknis
terhadap Izin Lokasi yang lokasinya
ada di lintas kabupaten/kota tidak
menjadi kewenangan Kepala Kantor
Wilayah Pertanahan sebagaimana
halnya yang diatur dalam Pasal 26
tentang Monitoring dan Evaluasi?
Pasal 17 ayat 2
Apakah gubernur melalui PTSP
provinsi tidak lagi memiliki
kewenangan penerbitan izin lokasi
lintas kabupaten/kota? Hal ini karena
ketentuan dalam ayat ini mempersulit
investor dalam memperoleh izin
lokasi.
Pasal 19
Perlu ditambahkan keterangan
mengenai pada tahapan apa
persetujuan pemilik izin usaha
diperlukan.
26 Penggantian
Peraturan BKPM
Nomor 6 Tahun
2011 tentang
Tata Cara
Pelaksanaan,
Pembinaan dan
Pelaporan
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu di Bidang
Penanaman Modal
Kebutuhan dalam rangka
penyelenggaraan Penilaian Kinerja PTSP
dan Kinerja Percepatan Pelaksanaan
Berusaha Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah
Direktorat
Kerjasama
Pembinaan
Teknis
Perizinan dan
Nonperizinan
Penanaman
Modal Daerah
Seluruh
DPMPTSP
Provinsi,
Kabupaten,
Kota serta
Satuan Tugas
Kementerian
Lembaga dan
Pemerintah
Daerah
Mengusulkan
27 Peraturan BKPM
tentang Rencana
Strategis BKPM
Tahun 2020 –
2024
Kebutuhan sebagai pedoman jangka
menengah untuk pelaksanaan program,
kegiatan dan anggaran di lingkungan
BKPM pada Tahun 2020-2024.
Direktorat
Perencanaan
Industri
Agribisnis dan
Sumber Daya
Alam Lainnya
Direktorat
Perdagangan,
Investasi dan
Kerjasama
Ekonomi
Internasional,
Kementerian
PPN/Bappenas
serta seluruh
Unit Kerja di
Lingkungan
BKPM
2020
28 Peraturan
Presiden tentang
Rencana Umum
Penanaman Modal
Kebutuhan sebagai pedoman arah
kebijakan jangka panjang di bidang
penanaman modal Tahun 2025-2045.
Unit Direktorat
Perencanaan
Industri
Manufaktur
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
BKPM
Mengusulkan
pada tahun
2024
29 Revisi Peraturan
BKPM Nomor 10
Tahun 2018
tentang
Perubahan
Keempat atas
Peraturan Badan
Koordinasi
Penanaman Modal
Nomor
90/SK/2007
Kebutuhan restrukturisasi organisasi di
Unit Deputi Bidang Pelayanan
Penanaman Modal dan Unit Deputi
Bidang Kerjasama Penanaman Modal
pasca implementasi Omnibus Law RUU
Cipta Kerja.
Biro Umum Seluruh Unit
Eselon II di
Lingkungan
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal dan
Unit Deputi
Bidang
Kerjasama
2020
- 101 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
tentang
Organisasi dan
Tata Kerja Badan
Koordinasi
Penanaman Modal
Penanaman
Modal
30 Pencabutan
Peraturan Kepala
BKPM Nomor 8
Tahun 2013
tentang
Pelimpahan
Wewenang
Pemberian Izin
Prinsip
Penanaman Modal
Kepada Kepala
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan Bebas
Batam, Kepala
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan Bebas
Bintan Wilayah
Kabupaten
Bintan, Kepala
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan Bebas
Bintan Wilayah
Kota Tanjung
Pinang dan Kepala
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan Bebas
Karimun
Kebutuhan dalam rangka memberikan
kemudahan berusaha bagi investor
sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan
Bebas Batam,
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan
Bebas Bintan
Wilayah
Kabupaten
Bintan, Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan
Bebas Bintan
Wilayah Kota
Tanjung
Pinang dan
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan
Bebas
Karimun
2020
31 Pencabutan
Peraturan Kepala
BKPM Nomor 9
Tahun 2013
tentang
Pelimpahan
Wewenang
Pemberian Izin
Usaha Dalam
Rangka
Penanaman Modal
Kepada Kepala
Kebutuhan dalam rangka memberikan
kemudahan berusaha bagi investor
sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan
Bebas Batam,
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
2020
- 102 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan Bebas
Batam, Kepala
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan Bebas
Bintan Wilayah
Kabupaten
Bintan, Kepala
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan Bebas
Bintan Wilayah
Kota Tanjung
Pinang dan Kepala
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan Bebas
Karimun
Pelabuhan
Bebas Bintan
Wilayah
Kabupaten
Bintan, Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan
Bebas Bintan
Wilayah Kota
Tanjung
Pinang dan
Badan
Pengusahaan
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan
Bebas
Karimun
32 Pencabutan
Peraturan Kepala
BKPM Nomor 10
Tahun 2013
tentang
Pelimpahan
Wewenang
Pemberian Izin
Prinsip
Penanaman Modal
Kepada Dewan
Kawasan Sabang
Kebutuhan dalam rangka memberikan
kemudahan berusaha bagi investor
sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik.
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal
Dewan
Kawasan
Sabang
2020
33 Pencabutan
Peraturan Kepala
BKPM Nomor 11
Tahun 2013
tentang
Pelimpahan
Wewenang
Pemberian Izin
Usaha Dalam
Rangka
Penanaman Modal
Kepada Dewan
Kawasan Sabang
Kebutuhan dalam rangka memberikan
kemudahan berusaha bagi investor
sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik.
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal
Dewan
Kawasan
Sabang
2020
34 Pencabutan
Peraturan Kepala
BKPM Nomor 1
Kebutuhan dalam rangka memberikan
kemudahan berusaha bagi investor
sebagaimana diamanatkan dalam
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Administrator
Kawasan
Ekonomi
2020
- 103 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
Tahun 2014
tentang
Pelimpahan
Wewenang
Pemberian Izin
Prinsip
Penanaman Modal
Kepada Kepala
Administrator
Kawasan Ekonomi
Khusus Sei
Mangkei
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik.
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal
Khusus Sei
Mangkei
35 Pencabutan
Peraturan Kepala
BKPM Nomor 2
Tahun 2014
tentang
Pelimpahan
Wewenang
Pemberian Izin
Usaha Dalam
Rangka
Penanaman Modal
Kepada Kepala
Administrator
Kawasan Ekonomi
Khusus Sei
Mangkei
Kebutuhan dalam rangka memberikan
kemudahan berusaha bagi investor
sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik.
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal
Administrator
Kawasan
Ekonomi
Khusus Sei
Mangkei
2020
36 Pencabutan
Peraturan Kepala
BKPM Nomor 1
Tahun 2015
tentang
Pelimpahan
Wewenang
Pemberian Izin
Prinsip
Penanaman Modal
Kepada Kepala
Administrator
Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung
Lesung
Kebutuhan dalam rangka memberikan
kemudahan berusaha bagi investor
sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik.
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal
Administrator
Kawasan
Ekonomi
Khusus
Tanjung
Lesung
2020
37 Pencabutan
Peraturan Kepala
BKPM Nomor 2
Tahun 2015
tentang
Pelimpahan
Wewenang
Pemberian Izin
Usaha Dalam
Rangka
Penanaman Modal
Kepada Kepala
Administrator
Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung
Lesung
Kebutuhan dalam rangka memberikan
kemudahan berusaha bagi investor
sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik.
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal
Administrator
Kawasan
Ekonomi
Khusus
Tanjung
Lesung
2020
- 104 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
38 Pencabutan
Peraturan Kepala
BKPM Nomor 4
Tahun 2016
tentang
Pelimpahan
Wewenang
Pemberian Izin
Prinsip/Izin
Investasi
Penanaman Modal
Kepada Kepala
Administrator
Kawasan Ekonomi
Khusus Palu
Kebutuhan dalam rangka memberikan
kemudahan berusaha bagi investor
sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik.
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal
Administrator
Kawasan
Ekonomi
Khusus Palu
2020
39 Pencabutan
Peraturan Kepala
BKPM Nomor 5
Tahun 2016
tentang
Pelimpahan
Wewenang
Pemberian Izin
Usaha Penanaman
Modal Kepada
Kepala
Administrator
Kawasan Ekonomi
Khusus Palu
Kebutuhan dalam rangka memberikan
kemudahan berusaha bagi investor
sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik.
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal
Administrator
Kawasan
Ekonomi
Khusus Palu
2020
40 Pencabutan
Peraturan Kepala
BKPM Nomor 2
Tahun 2017
tentang
Pelimpahan
Wewenang
Pemberian Izin
Prinsip/Izin
Investasi
Penanaman Modal
Kepada Kepala
Administrator
Kawasan Ekonomi
Khusus Mandalika
Kebutuhan dalam rangka memberikan
kemudahan berusaha bagi investor
sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik.
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal
Administrator
Kawasan
Ekonomi
Khusus
Mandalika
2020
41 Pencabutan
Peraturan BKPM
Nomor 3 Tahun
2018 tentang
Pendelegasian
Kewenangan
Penerbitan
Pendaftaran
Penanaman Modal
Dan Izin Usaha
Penanaman Modal
Kepada Kepala
Administrator
Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung
Api-Api
Kebutuhan dalam rangka memberikan
kemudahan berusaha bagi investor
sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik.
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal
Administrator
Kawasan
Ekonomi
Khusus
Tanjung Api-
Api
2020
- 105 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
42 Pencabutan
Peraturan BKPM
Nomor 4 Tahun
2018 tentang
Pendelegasian
Kewenangan
Penerbitan
Pendaftaran
Penanaman Modal
Dan Izin Usaha
Penanaman Modal
Kepada Kepala
Administrator
Kawasan Ekonomi
Khusus Arun
Lhokseumawe
Kebutuhan dalam rangka memberikan
kemudahan berusaha bagi investor
sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik.
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Unit Deputi
Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal
Administrator
Kawasan
Ekonomi
Khusus Arun
Lhokseumawe
2020
43 Revisi Peraturan
BKPM Nomor 5
Tahun 2019
tentang
Perubahan atas
Peraturan Badan
Koordinasi
Penanaman Modal
Nomor 6 Tahun
2018 tentang
Pedoman dan
Tata Cara
Perizinan dan
Fasilitas
Penanaman Modal
Kebutuhan penyesuaian terhadap Tata
Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman
Modal pasca implementasi Omnibus Law
RUU Cipta Kerja.
Direktorat
Pelayanan
Perizinan
Berusaha dan
Direktorat
Pelayanan
Fasilitas
Berusaha
- 2020
44 Revisi Peraturan
Kepala BKPM
Nomor 6 Tahun
2013 tentang
Pedoman dan
Evaluasi
Penyelenggaraan
Pendidikan dan
Pelatihan Teknis
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu Bidang
Penanaman Modal
Tingkat Pertama
Kebutuhan dalam rangka peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan kepada
Unit Kerja di Lingkungan BKPM dan
DPMPTSP di Seluruh Kabupaten/Kota.
Pusat
Pendidikan
dan Pelatihan
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
BKPM dan
DPMPTSP di
Seluruh
Kabupaten/
Kota
Mengusulkan
45 Revisi Peraturan
Kepala BKPM
Nomor 22 Tahun
2015 tentang
Tugas Belajar dan
Izin Belajar di
Lingkungan Badan
Koordinasi
Penanaman Modal
Kebutuhan dalam rangka peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan kepada
Unit Kerja di Lingkungan BKPM dan
DPMPTSP di Seluruh Kabupaten/Kota.
Pusat
Pendidikan
dan Pelatihan
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
BKPM dan
DPMPTSP di
Seluruh
Kabupaten/
Kota
Mengusulkan
46 Peraturan BKPM
tentang Pedoman
Pengembangan
Kompetensi
Pegawai Aparatur
Sipil Negara
Kebutuhan dalam rangka peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan kepada
Unit Kerja di Lingkungan BKPM dan
DPMPTSP di Seluruh Kabupaten/Kota.
Pusat
Pendidikan
dan Pelatihan
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
BKPM dan
DPMPTSP di
Seluruh
Mengusulkan
- 106 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
Bidang
Penanaman Modal
Kabupaten/
Kota
47 Revisi Peraturan
BKPM Nomor 6
Tahun 2013
tentang Pedoman
dan Evaluasi
Penyelenggaraan
Pendidikan dan
Pelatihan Teknis
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu Bidang
Penanaman Modal
Tingkat Pertama
Kebutuhan dalam rangka peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan teknis
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang
Penanaman Modal Tingkat Pertama
kepada Unit Kerja di Lingkungan BKPM
dan DPMPTSP di Seluruh
Kabupaten/Kota.
Pusat
Pendidikan
dan Pelatihan
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
BKPM dan
DPMPTSP di
Seluruh
Kabupaten/
Kota
Mengusulkan
48 Revisi Peraturan
BKPM Nomor 12
Tahun 2015
tentang
Penanganan
Pengaduan di
BKPM
Kebutuhan dalam rangka peningkatan
kualitas penanganan pengaduan dari
investor di BKPM.
Inspektorat - Mengusulkan
49 Peraturan BKPM
tentang Tata
Ganti Kerugian
Kebutuhan dalam rangka peningkatan
kualitas penanganan pengaduan dari
investor di BKPM.
Inspektorat - Mengusulkan
50 Peraturan BKPM
tentang
Pelimpahan dan
Pedoman
Penyelenggaraan
Dekonsentrasi
Bidang
Pengendalian
Pelaksanaan
Penanaman Modal
Tahun Anggaran
2021
Kebutuhan dalam rangka
penyelenggaraan dekonsentrasi kepada
DPMPTSP Provinsi untuk Tahun
Anggaran 2021.
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Deputi Bidang
Pengendalian
Pelaksanaan
Penanaman
Modal
Seluruh
DPMPTSP
Provinsi
2020
51 Revisi Peraturan
BKPM Nomor 7
Tahun 2018
tentang Pedoman
dan Tata Cara
Pengendalian
Pelaksanaan
Penanaman Modal
Kebutuhan dalam rangka peningkatan
kualitas pengendalian pelaksanaan
penanaman modal di Tingkat Pusat dan
Daerah.
Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
Deputi Bidang
Pengendalian
Pelaksanaan
Penanaman
Modal
Seluruh
DPMPTSP
Provinsi dan
Kabupaten/
Kota
Mengusulkan
52 Perubahan
Peraturan BKPM
Nomor 1 Tahun
2018 tentang
Pedoman Tata
Naskah Dinas
Badan Koordinasi
Penanaman Modal
Kebutuhan dalam rangka peningkatan
kualitas Tata Naskah Dinas di
Lingkungan Badan Koordinasi
Penanaman Modal.
Biro Umum Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
BKPM
Mengusulkan
- 107 -
No
Arah Kerangka
Regulasi dan/atau
kebijakan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan
Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit terkait/
Instansi
Target
Penyelesaian
53 Perubahan
Peraturan BKPM
Nomor 2 Tahun
2018 tentang
Pedoman Tata
Naskah Dinas
Elektronik Badan
Koordinasi
Penanaman Modal
Kebutuhan dalam rangka peningkatan
kualitas Tata Naskah Dinas Elektronik di
Lingkungan Badan Koordinasi
Penanaman Modal.
Biro Umum Seluruh Unit
Kerja di
Lingkungan
BKPM
Mengusulkan
- 108 -
ANAK LAMPIRAN III
PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA STRATEGIS BADAN KOORDINASI
PENANAMAN MODAL TAHUN 2020-2024
No Nama Proyek Prioritas
Strategis Manfaat
Indikasi
Pendanaan
(Rp Triliun)
Pelaksana
1 Industri 4.0 di 5 Sub
Sektor Prioritas:
Makanan dan Minuman,
Tekstil dan Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Meningkatnya
kontribusi industri
dalam PDB menjadi
21,0 %
245,8
• APBN: 13
• BUMN: 125,9
• Swasta: 106,9
a.l Kemenperin,
Kemendag, Badan
Usaha (BUMN/
Swasta)
2 10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
• Meningkatnya
devisa sektor
pariwisata menjadi
30 miliar USD
(2024)
• Meningkatnya
jumlah wisatawan
nusantara 350-
400 juta
perjalanan dan
wisatawan
mancanegara 22,3
juta kunjungan
(2024)
161
(APBN, KPBU,
BUMN, Swasta)
a.l Kemenparekraf,
KemenPUPR, Pemda,
Badan Usaha
(BUMN/ Swasta)
3 9 Kawasan industri di
luar Jawa dan 31 Smelter
Industrialisasi di
luar Pulau Jawa,
mampu mencapai
target pertumbuhan
ekonomi di luar
Pulau Jawa
317,4
• APBN: 15,7
• Swasta: 176,0
• KPBU: 14,3
• BUMN: 111,4
a.l KemenESDM,
Kemenperin, BKPM,
Pemda, Badan
Usaha
(BUMN/Swasta)
- 109 -
1. Industri 4.0 di 5 Sub Sektor Prioritas: Makanan dan Minuman, Tekstil dan Pakaian Jadi, Otomotif, Elektronik, Kimia dan Farmasi
Latar
Belakang
• Nilai kontribusi PDB industri menurun menjadi di bawah 20 persen, dengan rata-rata pertumbuhan PDB 4,3% lebih rendah dari
pertumbuhan nasional.
• Produktivitas tenaga kerja industri meningkat namun dalam laju yang lebih lambat dibandingkan peningkatan produktivitas tenaga kerja di
negara lain.
• Kontribusi ekspor industri Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara China, Filipina, Thailand, Vietnam dan Malaysia, dan
sebagian besar ekspor industri dari Indonesia memiliki kandungan teknologi yang lebih rendah.
• Potensi pemanfaatan teknologi digital sangat besar untuk meningkatan produktivitas dan daya saing industri berbasis konten.
Manfaat 1) Meningkatnya pertumbuhan PDB industri pengolahan menjadi 8,1 persen.
2) Meningkatnya kontribusi industri pengolahan dalam PDB menjadi 21,0 persen.
3) Meningkatnya nilai ekspor produk industri pengolahan menjadi USD 183,4 miliar.
4) Kontribusi ekspor produk industri berteknologi tinggi menjadi 13 persen.
5) Jumlah perusahaan dengan nilai Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) ≥ 3.0 menjadi 60 perusahaan (kumulatif).
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
Indikasi
Target dan
Pendanaan
INDIKASI TARGET INDIKASI PENDANAAN
2020 2021 2022 2023 2024
Kontribusi PDB
Industri
Pengolahan: 19,7%
Pertumbuhan PDB
Industri
Pengolahan: 5,0%
Kontribusi PDB
Industri
Pengolahan: 19,8%
Pertumbuhan PDB
Industri
Pengolahan:
5,5%
Kontribusi PDB
Industri
Pengolahan: 20%
Pertumbuhan PDB
Industri
Pengolahan:
6,5%
Kontribusi PDB
Industri
Pengolahan: 20,4%
Pertumbuhan PDB
Industri
Pengolahan:
7,5%
Kontribusi PDB Industri
Pengolahan: 21%
Pertumbuhan PDB
Industri Pengolahan:
8,1%
Rp 245,8 T
• APBN: Rp 13 T
• Swasta: Rp 106,9 T
• BUMN: Rp 125,9 T
Pelaksana Kemenperin, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, Kemenkominfo, Kemenristek, Kemenparekraf, KemenKUKM, KemenKP, Kemendag, KPPU,
KemenLHK, K/L lainnya (Sesuai Making Indonesia 4.0: KemenPUPR, KemenESDM, Kementan, Bappenas, BKPM, Kemenaker dan Kemendagri),
Pemda, Dunia Usaha.
Highlight
Proyek
1) Harmonisasi peraturan dan kebijakan (Kemenperin, Kemendag, KPPU, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, Kemendagri, Bappenas).
2) Perbaikan alur aliran material dan penerapan standar keberlanjutan (Kemenperin, KemenKP, Kemendag, KemenKP, KemenLHK, Kementan,
KemenESDM, Kemenkeu).
3) Pengembangan ekosistem inovasi, infrastruktur digital dan insentif investasi teknologi (Kemenristek, Kemenperin, Kemenkominfo,
- 110 -
Latar
Belakang
• Nilai kontribusi PDB industri menurun menjadi di bawah 20 persen, dengan rata-rata pertumbuhan PDB 4,3% lebih rendah dari
pertumbuhan nasional.
• Produktivitas tenaga kerja industri meningkat namun dalam laju yang lebih lambat dibandingkan peningkatan produktivitas tenaga kerja di
negara lain.
• Kontribusi ekspor industri Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara China, Filipina, Thailand, Vietnam dan Malaysia, dan
sebagian besar ekspor industri dari Indonesia memiliki kandungan teknologi yang lebih rendah.
• Potensi pemanfaatan teknologi digital sangat besar untuk meningkatan produktivitas dan daya saing industri berbasis konten.
Kemenparekraf, KemenKP, KemenLHK, KemenKUKM, Kementan, KemenESDM, Kemenkeu).
4) Peningkatan investasi (BKPM, Kemenperin, Kemenko Perekonomian).
5) Pemberdayaan UMKM (Kemenperin, KemenKUKM, Kemenparekraf).
2. 10 Destinasi Pariwisata Prioritas: Danau Toba Dskt, Borobudur Dskt, Lombok-Mandalika, Labuan Bajo, Manado-Likupang, Wakatobi,
Raja Ampat, Bromo-Tengger-Semeru, Bangka Belitung, dan Morotai
Latar
Belakang
Pariwisata Indonesia masih bertumpu pada Bali (41 persen). Pengembangan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas membuka peluang pengembangan
destinasi yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal sekelas Bali. Pemerintah mendorong penyiapan 5 destinasi super prioritas
dan 5 destinasi pariwisata prioritas lainnya.
Manfaat 1) Meningkatnya kontribusi sektor pariwisata dalam PDB menjadi 5,5% (2024).
2) Meningkatnya devisa dari sektor pariwisata menjadi 30 miliar USD (2024).
3) Meningkatnya jumlah wisatawan nusantara 350-400 juta perjalanan (2024) dan wisatawan mancanegara 22,3 juta kunjungan (2024).
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
Indikasi
Target dan
Pendanaan
INDIKASI TARGET INDIKASI
PENDANAAN 2020 2021 2022 2023 2024 Total
• Perpres ITMP
untuk Borobudur
dskt, Danau
Toba dskt, dan
Lombok (100%).
• Penyusunan
ITMP untuk
• Perpres ITMP
untuk Labuan
Bajo, Manado-
Likupang, BTS,
Wakatobi,
Morotai, Bangka
Belitung (100%).
• Perpres ITMP
untuk Raja
Ampat (100%).
• Percepatan
infrastruktur,
pemberdayaan
masyarakat dan
• Percepatan
infrastruktur,
pemberdayaan
masyarakat dan
investasi di BTS
dan Wakatobi
(80%).
• Percepatan
infrastruktur,
pemberdayaan
masyarakat dan
investasi di BTS
dan Wakatobi
(100%).
10 Kawasan
Prioritas Selesai
100%
Rp 161 T
(APBN, KPBU,
BUMN, Swasta)
- 111 -
Latar
Belakang
Pariwisata Indonesia masih bertumpu pada Bali (41 persen). Pengembangan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas membuka peluang pengembangan
destinasi yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal sekelas Bali. Pemerintah mendorong penyiapan 5 destinasi super prioritas
dan 5 destinasi pariwisata prioritas lainnya.
Labuan Bajo,
Manado-
Likupang,
Bromo-Tengger-
Semeru (BTS),
Wakatobi,
Bangka Belitung
dan Morotai.
• Percepatan
infrastruktur,
pemberdayaan
masyarakat dan
investasi di
Danau Toba,
Borobudur dskt,
Lombok (100%).
• Penyusunan
ITMP untuk Raja
Ampat.
• Percepatan
infrastruktur,
pemberdayaan
masyarakat dan
investasi di
Labuan bajo, dan
Manado-
Likupang (100%).
• Percepatan
infrastruktur,
pemberdayaan
masyarakat dan
investasi di BTS
dan Wakatobi
(20%).
investasi di BTS
dan Wakatobi
(40%).
• Percepatan
infrastruktur,
pemberdayaan
masyarakat dan
investasi di
Morotai, Bangka
Belitung, dan
Raja Ampat
(20%).
• Percepatan
infrastruktur,
pemberdayaan
masyarakat dan
investasi di
Morotai, Bangka
Belitung, dan
Raja Ampat
(60%).
• Percepatan
infrastruktur,
pemberdayaan
masyarakat dan
investasi di
Morotai, Bangka
Belitung, dan
Raja Ampat
(100%).
Pelaksana Kemenparekraf, KemenPUPR, Kemenhub, KemenLHK, KemenKP, KemendesPDTT, KemenKUKM, KemenESDM, Kemenaker, BKPM, BNPB,
Kemendagri, Kemenkes, Kemendikbud, Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, KemenATR/BPN, Kementan,
KemenBUMN, Kemendag, Bappenas, Pemda, Badan Pengelola Otorita Kawasan Pariwisata, BUMN, Dunia Usaha dan Mitra Pembangunan.
Highlight
Proyek
1) Perintisan Destinasi Pariwisata (Kemenparekraf, KemenATR/BPN, BKPM).
2) Penanganan Jalan Mendukung 10 DPP (KemenPUPR, Pemda).
3) Pembangunan Pelabuhan dan Bandara (Kemenhub, BUMN).
4) Pembanguan Desa Wisata dan Fasilitasi BUMDes (Kemenparekraf, KemendesPDTT, Kemendikbud, Kemenaker, KemenKUKM).
5) Pembangunan Amenitas Kawasan Pariwisata (KemenPUPR, KemenESDM, Kemenkes, BNPB, Pemda).
6) Pembangunan dalam Wilayah dan Kawasan (Kemenparekraf, Kementan, KemenKP, KemenLHK, BUMN, Badan Otorita, Kemendag).
- 112 -
3. 9 Kawasan Industri di Luar Jawa dan 31 Smelter
Latar
Belakang
• Nilai kontribusi PDB industri cenderung menurun menjadi di bawah 20 persen, dengan rata-rata pertumbuhan PDB 4,3% atau lebih rendah
dari pertumbuhan nasional.
• Kontribusi ekspor industri Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara China, Filipina, Thailand, Vietnam dan Malaysia, dan sebagian
besar ekspor industri dari Indonesia memiliki kandungan teknologi yang lebih rendah.
• Sekitar 71 persen impor Indonesia adalah bahan baku and produk antara untuk industri.
• Kapasitas industri domestik yang tidak mampu memenuhi standar dan kualitas yang ditetapkan oleh Global Value Chain.
• Pembangunan infrastruktur yang dilakukan selama periode 2015-2019 di luar Pulau Jawa membuka akses pusat-pusat produksi yang selama
ini belum terkoneksi
Manfaat Mendorong hilirisasi industri berbasis SDA agro dan mineral untuk penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi di luar Pulau Jawa.
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
Indikasi
Target dan
Pendanaan
INDIKASI TARGET INDIKASI
PENDANAAN 2020 2021 2022 2023 2024 Total
KI beroperasi : 3
KI
Smelter
beroperasi:
4 smelter
(kumulatif)
KI beroperasi :
4 KI (kumulatif)
Smelter beroperasi:
30 smelter
(kumulatif)
KI beroperasi :
5 KI (kumulatif)
Smelter
beroperasi:
31 smelter
(kumulatif)
KI beroperasi :
7 KI (kumulatif)
Smelter beroperasi:
31 smelter
(kumulatif)
KI beroperasi :
9 KI (kumulatif)
Smelter
beroperasi: 31
smelter (kumulatif)
KI beroperasi : 9
KI
Smelter beroperasi
:
31 smelter
(kumulatif)
Rp 317,4 T
• APBN: Rp 15,7 T
• Swasta: Rp 176,0
T
• KPBU: Rp 14,3 T
• BUMN: Rp 111,4
T
Pelaksana Kemenperin, KemenESDM, KemenPUPR, Kemenhub, KemenATR/BPN, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, BKPM, KemenLHK, KPPU,
KemenKUKM, Kemendag, KemenKP, Kementan, Kemenaker, KemenBUMN, Pemda, Swasta.
- 113 -
Latar
Belakang
• Nilai kontribusi PDB industri cenderung menurun menjadi di bawah 20 persen, dengan rata-rata pertumbuhan PDB 4,3% atau lebih rendah
dari pertumbuhan nasional.
• Kontribusi ekspor industri Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara China, Filipina, Thailand, Vietnam dan Malaysia, dan sebagian
besar ekspor industri dari Indonesia memiliki kandungan teknologi yang lebih rendah.
• Sekitar 71 persen impor Indonesia adalah bahan baku and produk antara untuk industri.
• Kapasitas industri domestik yang tidak mampu memenuhi standar dan kualitas yang ditetapkan oleh Global Value Chain.
• Pembangunan infrastruktur yang dilakukan selama periode 2015-2019 di luar Pulau Jawa membuka akses pusat-pusat produksi yang selama
ini belum terkoneksi
Highlight
Proyek
1) Harmonisasi regulasi, tata ruang, perizinan, dan fasilitasi investasi (Kemenko Perekonomian, Kemenperin, KemenESDM, Kemen ATR/BPN,
Kemenkeu, BKPM, KemenLHK, Kemendag, KPPU).
2) Pembangunan kawasan industri dan smelter (Swasta, Kemenperin, KemenESDM, KemenBUMN, KemenATR/BPN).
3) Pengembangan infrastruktur pendukung (KemenPUPR, Kemenhub, KemenBUMN).
4) Peningkatan investasi, pemasaran dan kerjasama internasional (BKPM, Kemenperin, Kemendag, KemenBUMN).
5) Fasilitasi kemitraan usaha dan penyediaan SDM (Kemenperin, KemenKUKM, Kementan, KemenKP, KemenLHK, Kemenaker, KemenBUMN,
KPPU).
KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
BAHLIL LAHADALIA