Transcript

Penawaran TeknisDepartemen Pekerjaan Umum

Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang

Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur Penawaran TeknisDepartemen Pekerjaan Umum

Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang

Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) Kab. Luwu Timur

F.1. LATAR BELAKANG

Metodologi kerja merupakan acuan strategi untuk pelaksanaan pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan secara benar, sistematis sesuai urut-urutannya.Dengan metodologi kerja ini diharapkan selama proses kegiatan pelaksanaan, baik oleh konsultan penyedia jasa, maupun pengguna jasa tidak mengalami kesulitan dan hambatan yang berarti dalam pelaksanaan pekerjaan maupun pengawasan dan pengendalian.Metodologi kerja ini disusun dengan tetap mengacu pada bab-bab sebelumnya dan dijabarkan pada bab-bab selanjutnya yaitu Bab G, Bab H, Bab I, Bab J dan bab lainnya.Dalam metodologi kerja, konsultan melakukan pendekatan teknis maupun non teknis. Yang ditekankan konsultan dalam metodologi kerja ini adalah konsistensi masing-masing bab mulai bb awal sampai dengan bab akhir, yaitu prosedur dan langkah kerja dalam pelaksanaan pekerjaan.

Dalam Bab Pendekatan dan Metodologi ini akan diuraikan mengenai beberapa teknis pelaksanaan pekerjaan Pembuatan Detail Desain Jaringan Rawa Tambak Wotu (1000 Ha) di Kabupaten Luwu Timur. Secara garis besar mengenai bagan alir kegiatan masing-masing survey ataupun bagan alir secara keseluruhan seperti dicantumkan pada Gambar-gambar di Bab G Rencana Kerja.

F.2. PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAANPembukaan atau reklamasi Rawa untuk tambak, peningkatan tambak harus melalui kegiatan perencanaan teknis yang cukup matang. Dalam hal ini standar baku atau manual perencanaan teknis jaringan reklamasi rawa dan tambak belum tersedia secara utuh.Pada perencanaan pengembangan irigasi sudah ada standar perencanaan yang baku meliputi:

1. Kriteria Perencanaan (KP)2. Gambar-gambar bangunan irigasi

3. Persyaratan teknis

Mengacu pada standar perencanaan irigasi, untuk perencanaan jaringan irigasi rawa tambak, diusulkan tahapan-tahapan:

1. Survey lapangan dan analisis data lapangan.

2. Perencanaan teknis saluran dan bangunan air jaringan irigasi rawa tambak.

3. Model hidraulik / hidrodinamik bangunan dan saluran.

4. Penyusunan budidaya tambak.

5. Penyusunan spesifikasi teknis dan RAB pekerjaan fisik jaringan irigasi rawa tambak.

6. Studi evaluasi dampak lingkungan sehubungan dengan kegiatan pengembangan jaringan reklamasi rawa tambak.

7. Manual operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi rawa tambak.F.3. PEKERJAAN PENDAHULUANF.3.1. Pengumpulan DataData yang dikumpulkan berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder sebagian dapat diperoleh di Jakarta pada instansi-instansi yang bersangkutan antara lain Bakosurtanal, Badan Metereologi dan Geofisika, Hidrografi Angkatan Laut, Lembaga Penelitian Tanah, Ditjen Perikanan, Badan Pertanahan Nasional dan lain-lain instansi sumber data. Data primer diperoleh dari survey lapangan dengan observasi dan pengukuran.

Pada pekerjaan pendahuluan, pengumpulan data yang dilakukan hanya pengumpulan data sekunder. Lebih jelasnya, pengumpulan data sekunder meliputi :

1. Data Fisik

Data fisik yang perlu dikumpulkan antara lain :

a. Peta topografi dengan skala 1 : 50.000 yang mencakup cathment area sungai-sungai disekitar lokasi proyek dari depositori peta topografi di Bakosurtanal Jakarta atau Direktorat Geologi Bandung.

b. Data Hidrologi.

Data curah hujan, berupa hujan bulanan rata-rata, curah hujan maximum harian, dan data distribusi curah hujan harian (intensitas) selama 10 tahun terakhir, dapat diperoleh di Badan Metereologi dan Geofisika Jakarta, atau di Stasiun Klimatologi terdekat yang dicari ketika melakukan survey lapangan.

Data klimatologi, dapat diperoleh di Badan Metereologi dan Geofisika Jakarta, atau di Stasiun Klimatologi terdekat yang dicari ketika melakukan survey lapangan.

c. Data Hidrometri dan Persungaian.

Data pasang surut, dilihat dari buku Pasang Surut yang dikeluarkan oleh Badan Metereologi dan Geofisika.

Debit banjir sungai-sungai yang berpengaruh di daerah studi investigasi, diperoleh dari buku Data Pengolahan Debit Sungai daerah Propinsi Sulawesi Selatan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Bagian Proyek Hidrologi.

d. Data-data lainnya, yaitu data tanah, erosi, sedimentasi, kualitas air, flora dan fauna (daratan dan pengairan), dan data fisik lain yang diperlukan untuk perencanaan detail teknis pertambakan udang, termasuk data hasil studi terdahulu.

2. Data Sosial Ekonomi dan Perikanan

Data sosial ekonomi dan perikanan yang perlu dikumpulkan antara lain :

a. Data Demografi, yaitu jumlah penduduk, kelahiran, kematian, dll.

b. Keagamaan

c. Pendidikan dan Kebudayaan

d. Keterampilan penduduk di bidang tambak

e. Kesejahteraan penduduk

f. Status tanah

g. Perkembangan usaha perikanan pada khususnya dan pertambakan pada umumnya

h. Kondisi prasarana

i. Fasilitas dan utilitas, dll

F.3.2. Persiapan Pekerjaan Lapangan1. Persiapan pekerjaan lapangan untuk Survey Topografi adalah :

a. Pengumpulan dan pengkajian data yang berhubungan dengan lokasi proyek.

b. Menyusun program kerja, berdasarkan data topografi yang ada.

c. Penyiapan surat-surat ijin/surat keterangan

d. Menyiapkan tim survey yang akan berangkat

e. Penyiapan dan kalibrasi alat-alat yang akan digunakan, yang meliputi :

Theodolite Wild T2, dengan ketelitian pembacaan sudut horisontal kurang dari 20, dan pembacaan optis tidak lebih dari 1 mm.

Theodolite Wild T0, dengan ketelitian pembacaan sudut horisontal kurang dari 10, dan pembacaan optis tidak lebih dari 5 mm.

Waterpass2. Persiapan Pekerjaan Lapangan untuk Penyelidikan Geologi dan Mekanika Tanah.

a. Persiapan Personil, bahan dan Peralatan

b. Pengumpulan data geologi regional dan studi-studi yang berkaitan dengan daerah lokasi pekerjaan

c. Penyusunan rencana kerja dan metode kerja

d. Penentuan rencana titik-titik penyelidikan

e. Kordinasi dengan Direksi pekerjaan berkaitan dengan kegiatan penyelidikan.

f. Persiapan surat-surat perijinan

3. Persiapan Pekerjaan Lapangan untuk Survey Hidrometri dan Survey Hidrologi.

a. Pengumpulan dan pengkajian data yang berhubungan dengan lokasi proyek.

b. Mempelajari data yang tersedia serta membuat rencana jadwal survey.

c. Menyiapkan surat-surat ijin /surat keterangan

d. Menyiapkan peta lokasi rencana pengukuran dan penempatan titik-titik pengukuran untuk menetapkan volume pekerjaan

e. Menyiapkan formulir pengukuran, bahan, dan alat yang akan digunakan

f. Menyiapkan peralatan yang akan dibawa ke lapangan, antara lain peilschaal, currenmeter, echosounder, kompas, stopwatch, tali, batere, jam, dan lain-lain.

g. Menyiapkan tim survey yang akan berangkat.

4. Persiapan Pekerjaan Lapangan untuk Survey Sosio-Agro-Ekonomi dan Lingkungan

a. Persiapan Personil, bahan dan peralatan

b. Pengumpulan data sekunder, peta-peta dan mempelajari aspek-aspek yang berkaiatan

c. Penyusunan rencana kerja dan metode kerja

d. Koordinasi dengan Direksi Pekerjaan berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan

e. Menyiapkan surat-surat perijinan.

F.4. PEKERJAAN LAPANGANF.4.1. Pemetaan/Pengukuran TopografiPekerjaan topografi dibagi dalam beberapa tahapan pekerjaan yaitu :

1. Persiapan di lapangana. Penyiapan base camp

b. Penyiapan tenaga lokal

c. Orientasi lapangan; maksud kegiatan ini untuk mengetahui kondisi medan agar dapat menentukan titik awal pengukuran dan letak BM (Bench Mark).

d. Persiapan peralatan

Daftar peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel F.1.

Tabel F.1

Daftar Peralatan Pengukuran Topografi

AlatJumlah

Theodolite T02

Theodolite T21

Waterpass1

Gyro Compas1

2. Pengukuran di lapanganPengukuran topografi dilakukan sesuai dengan tahapan sebagai berikut :

a. Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan

Kerangka dasar pemetaan selain berfungsi sebagai penyebaran titik-tititk kontrol geodesi juga sebagai batas daerah pengukuran. Kerangka dasar pemetaan ini dilakukan dengan pengukuran poligon sebagai kontrol horisontal dan pengukuran sipat datar (Waterpassing) sebagai kontrol vertikal (ketinggian), dimana kedua kontrol ini ditandai dengan memasang patok beton sebagai titik tetap.

Pengukuran Horisontal

Pengukuran kerangka dasar horisontal dilaksanakan dengan poligon tertutup atau cara lain yang disetujui Direksi. Sudut diukur dengan alat theodolite T2 atau merk lain yang ketelitiannya sederajat. Sedangkan sisi polygon diukur dengan meet band baja minimal 2 sisi, ke muka dan ke belakang. Sebagai kontrol ukur sudut dilakukan pengamatan astronomi atau Gyro Compas.

Pengukuran polygon diikatkan pada titik dasar (reference point) yang telah ada di lapangan atau yang akan ditentukan oleh Direksi.

Ketelitian yang di ijinkan dalam pengukuran adalah sebagai berikut :

Pengamatan astronomi ketelitian 20

Koreksi sudut pada titik polygon pengamatan maksimum 20 untuk tiap sudut

Kesalahan penutup jarak (linier) maksimum 1 : 5.000

b. Pengukuran Vertikal (Sipat Datar)

Melalui jalur pengukuran polygon yang telah ada dilaksanakan pula pengukuran sipat datar dengan cara tertutup. Alat yang dipergunakan adalah sipat datar seperti Zeiss Ni2 atau merk lain ketelitiannya sederajat.

Pengukuran sipat datar dibagi dalam beberapa seksi, setiap seksi maksimum 2 km, diukur pulang pergi ketelitian 10 mm (D (dimana D = jarak dalam km).

c. Pengukuran Situasi Detail

Pengukuran situasi detail ini dimaksudkan untuk mendapatkan data lapangan yang sebenarnya agar dapat disajikan dalam bentuk peta topografi (peta situasi) skala 1 : 2.000. Penyebaran titik detail diukur merata, seperti misalnya :

Detail pada setiap perbedaan tinggi tanah

Situasi batas-batas tata guna lahan antara lain hutan primer, hutan sekunder, semak belukar, ladang sawah.

Situasi bangunan alam, sungai anak sungai, danau, genangan air temporer, bukit, lembah.

Situasi bangunan buatan manusia, saluran, jalan, kuburan, bangunan umum, kampung, dll. Pengukuran situasi detail dimulai dan diakhiri pada kerangka dasar pemetaan.

d. Pengukuran Situasi Rencana Tapak Bangunan

Pengukuran situasi rencana tapak bangunan dilakukan pada lokasi bangunan air yang direncanakan.

Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan adalah sebagai berikut :

Pengukuran dimulai dan diakhiri pada kerangka dasar pemetaan (terikat sempurna)

Titik-titik detail ditentukan dengan ukuran rincikan yang diikatkan pada kerangka dasar pemetaan atau titik kontrol geodesi

Pengambilan titik-titik detail dilakukan merata ke seluruh daerah survey, serta pengambilan detail untuk bangunan alam/bangunan buatan, sesuai dengan kebutuhan penarikan garis kontur. Alat yang dipergunakan adalah theodolite T0 atau yang disetujui oleh Direksi. Pengambilan titik detail dilakukan merata keseluruh daerah survey, seperti pengambilan detail dengan kebutuhan penarikan garis kontur.

Ketinggian titik detail diukur dengan toleransi 10 cm dengan kerapatan sesuai dengan skala peta yang direncanakan yaitu 1 : 2.000.

Areal yang dipetakan meliputi areal seluas ( 600 Ha, termasuk sungai, saluran, jalan, petakan tambak, daerah pemukiman serta bangunan-bangunan lain yang ada di dalamnya.

Patok-patok ukur jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan, dengan catatan bahwa pada setiap calon lekukan minimal ada satu patok ukur yang dilengkapi dengan dasar ketinggiannya.

Pengukuran situasi tapak bangunan dilakukan agar dapat digambarkan pada skala 1 : 200

Pengukuran dilakukan pada areal 150 x 150 m2.

e. Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang

Pengukuran penampang memanjang dan melintang dilakukan pada rencana saluran, rencana tanggul, sungai dan anak sungai.

Pengukuran Penampang Memanjang

Penampang memanjang diukur setiap 100 m sepanjang saluran, dimana ujung pangkalnya terikat pada ketinggian-ketinggian titik kontrol.

Titik-titiknya harus bertepatan dengan profil melintang yang akan diukur dan pada lokasi perpotongan saluran-saluran.

Pengukuran penampang memanjang dilaksanakan dengan alat ukur sipat datar Ni2 atau sederajat.

Ketelitian sipat datar 10 mm (D (dimana D = jarak dalam km)

Pengukuran Penampang Melintang

Pengukuran dilakukan tegak lurus as saluran dengan lebar penampang adalah lebar saluran ditambah lebar 50 m kekiri dan 50 m kekanan dari tepi sungai / saluran.

Interval antar penampang 100 m pada tempat yang lurus dan 25 - 50 m untuk sungai/saluran berbelok dengan kerapatan titik penampang melintang sesuai dengan kebutuhan.

Setiap detail perubahan tanah dan as saluran diukur

Pengukuran penampang dilakukan dengan alat ukur waterpass otomatis atau theodolite T0.

f. Pemasangan Titik Kontrol Bench Mark (BM)

Dilakukan inventarisasi BM yang ada dilokasi pengukuran.

Jika BM lama tidak sesuai dengan ketentuan teknis, maka dibuat BM baru sebagai gantinya.

Titik kontrol geodesi dipasang sesuai dengan peta rencana pengukuran dan disetujui oleh Direksi.

Titik kontrol ditandai dengan pilar beton dan diberi kode pengenal.

Pilar beton akan dipasang dengan pancang kuat dan stabil, dipasang pada tempat yang aman dan mudah dicari.

Jumlah BM minimal 6 buah ukuran 30 x 30 x 100 cm dan diberi koordinat (x,y,z), Jumlah BM setiap 500 m ukuran 20 x 20 x 100 cm dan diberi koordinat (x,y,z), untuk jalur poligon.

Titik referensi digunakan atas dasar patok atau BM setempat yang sudah ada. Dalam hal patok atau BM TIDAK tersedia, referensi digunakan atas pengukuran muka air rata-rata air laut (MSL) yang ditentukan berdasarkan data dan analisa pasang surut.

Setiap BM diberi nomor / kode sesuai petunjuk Direksi, kemudian didokumentasikan dan dibuatkan deskripsinya.

Pada diskripsi tersebut termuat :

Foto dari BM yang menampakkan nomor serta titik pusat BM

Sketsa lokasi BM beserta ukuran / jarak dari detail yang mudah diidentifikasikan

Uraian tentang BM serta gambar / sketsa lokasi umum, sehingga diperoleh gambaran untuk mencapai lokasi BM tersebut.

Koordinasi dan ketinggian BM, dicantumkan setelah dilakukan perhitungan dan perataan.

g. Buku Ukur

Data hasil ukuran dan sketsa titik detail dibuat dengan jelas, rapi, dan sistematis.

Pada tiap buku ukur dicatat tanggal pengukuran, daerah pengukuran, nama juru ukur, jenis, nomor alat ukur dan keadaan cuaca saat pengukuran.

Setiap buku ukur dimintakan pengesahan dan tandatangan Direksi Lapangan.

3. Penggambaran

a. Gambar / peta situasi dibuat dengan skala 1 : 2.000 dengan interval kontur 0.25 m

b. Gambar / peta ikhtisar dibuat dengan skala 1 : 10.000 dengan interval kontur 1 m digambar dalam satu lembar peta.

c. Gambar / peta situasi rencana tapak bangunan skala 1 : 200 dengan interval kontur 0.5 m.

d. Gambar situasi trase dan rencana trase dibuat dengan skala 1 : 2.000 dan di lengkapi situasi sekitarnya dengan kontur interval 0.5 m. Gambar penampang memanjang digambar dibawah gambar situasi trase tersebut diatas dengan skala yang sama, yaitu 1 : 2.000 untuk skala jarak, sedangkan untuk skala tinggi 1 : 100. Gambar penampang melintang dibuat dengan skala 1:100 (jarak & tinggi)

e. Perkecilan dari peta skala 1 : 2.000 ke skala 1 : 20.000 memakai alat pantograf atau alat lain yang memenuhi syarat.

f. Garis silang grid horisontal maupun vertikal dibuat dengan interval 10 cm. Toleransi pembuatan jaringan grid disesuaikan dengan ketelitian peta.

g. Tiap titik tetap (BM) yang diplotkan akan di lengkapi dengan koordinat planimetris dan ketinggiannya.

h. Legenda-legenda dan simbol-simbol mengikuti aturan-aturan yang ditentukan oleh dinas topografi TNI-AL.

i. Pada gambar peta dibuat tanda arah Utara, peta indeks, dan skala garis.

j. Ukuran gambar adalah A1, dengan wajah gambar / peta sesuai dengan petunjuk Direksi.

k. Gambar dibuat diatas kertas kalkir dengan ukuran 90-95 gram.

l. Gambar tidak akan direkalkir dengan mesin foto copy atau sejenisnya.

Hasil akhir dari pekerjaan ini berupa peta situasi detail yang memenuhi persyaratan ketelitian sebagai berikut :

a. Ketelitian Horisontal

Minimal 90% dari titik yang mudah dikenal / ditentukan dilapangan digambarkan dengan toleransi kesalahan planimetris 0.8 mm pada peta.

b. Ketelitian Vertikal

Minimal 90% dari semua titik tinggi yang ada dilapangan setelah diplotkan dan di interpolasi, kesalahan maksimumnya adalah setengah interval garis kontur, sehingga tidak terdapat titik tinggi yang kesalahannya lebih besar dari satu interval garis kontur.F.4.2. Penyelidikan Geologi Permukaan dan Mekanika TanahKegiatan ini dimaksudkan guna mempelajari dan meneliti serta menyiompulkan parameter-parameter mekanika tanah untuk supporting detail jaringan tambak.

Lingkup kegiatan ini meliputi :

1. Pekerjaan lapangan yang meliputi sondir, Bor Tangan dan Test pit

2. Pengambilan contoh tanah terganggu dan tak terganggu

3. Analisis dilaboratorium

Spesifikasi teknis sesuai dengan KAK yang telah diuraikan dalam bab 3 Pemahaman KAK.F.4.3. Survey HidrometriPenyelidikan hidrometri dilakukan untuk mengetahui karakteristik sungai dan perambatan air pasang surut dari laut atau dari muara lokasi sampai kebagian hulu terjauh. Akan dilakukan pengukuran dimuara saluran primer / sekunder untuk mengetahui tinggi muka air, kecepatan aliran, dan kualitas air di sungai utama, anak sungai, dan lokasi-lokasi yang dianggap penting. Pekerjaan pengukuran ini akan diikatkan pada referensi topografi yang telah ada.

Hasil analisis dan evaluasi atas data yang didapatkan, akan digunakan sebagai masukan dalam pengkajian perhitungan hidrolika dari rencana jaringan tata air dikawasan proyek.

Daftar peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel F.2.

Tabel F.2Daftar Perkiraan Peralatan Penyelidikan Hidrometri

AlatJumlah

Peilschaal5 Set

Kompas1

Talisecukupnya

Jam5

Theodolite1

Waterpass1

Perahu2

Lingkup pekerjaan ini meliputi :

1. Pengamatan Lapangan

a. Pengamatan pasang surut/tinggi muka air.

Pengamatan pasang surut akan dilakukan disekitar muara lokasi yang aman. Banyak titik tergantung kebutuhan dan akan dikonsultasikan dengan pengawas. Pengamatan sifat pasang surut dilakukan dengan melakukan pengamatan pergerakan muka air laut, minimum 30 hari terus menerus setiap jam mempergunakan alat hydrogrametry. Pengukuran dan perhitungan pasang surut dilakukan dengan metoda admiralty / Hydral.

b. Pengamatan contoh tanah dasar sungai / laut (bad load sampling).

c. Pengamatan arah angin / arus dipantai yang berbatasan dengan lokasi studi.

d. Inventarisasi data hydrologi (curah hujan, iklim, dll).

Pengumpulan data curah hujan terbaru minimum selama 10 tahun dari stasiun-stasiun terdekat.

Pengumpulan data klimatologi lainnya terbaru minimum selama 5 tahun dari stasiun-stasiun terdekat.

Pengumpulan data / informasi banjir (tinggi, lamanya, perkiraan luas genangan dan dampaknya)

e. Morphology sungai diamati baik pada zona hulu, zona tengah dan zona hilir, gunanya untuk mengetahui prilaku sungai dan kemungkinan adanya creeks yang sangat menentukan dalam perhitungan kesediaan air (water balance) dan analisa lingkungan.

2. Analisis Data

Data pengamatan dan pengukuran yang diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk kalibrasi model penelusuran pasang surut guna mendapatkan konstanta-konstanta hidrolis dan intrusi air asin.

Dengan konstanta-konstanta ini dengan menggunakan analisa model dapat dihitung pergerakan air serta salinitas pada waktu air pasang dan air surut, untuk berbagai keadaan debit hulu dan berbagai nilai salinitas dilaut (diperoleh dari analisa hydrologi). Dari hasil analisa ini akan dapat diketahui karakterisitik sungai / saluran sebagai sumber air, yang merupakan data penting untuk perencanaan jaringan tata air tambak.

F.4.4. Penyelidikan Sosial Ekonomi dan Budidaya Tambak/PerikananPenyelidikan sosial ekonomi dan perikanan diarahkan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi masyarakat, ketersediaan tenaga kerja, sarana produksi, dan sarana penunjang lainnya yang dapat mendukung usaha pertambakan udang yang akan dikembambangkan dilokasi studi.

Data yang diperlukan dapat diperoleh dari data sekunder maupun primer. Data sekunder dapat diperoleh di kantor Pemerintah Daerah, sedangkan data primer dikumpulkan dengan observasi, wawancara langsung, atau dengan kuesioner (daftar isian).

Data yang dikumpulkan meliputi :

1. Kependudukan (jumlah penduduk, struktur, angkatan kerja, mata pencaharian, pendapatan) dan status kepemilikan tanah.

2. Prasarana, fasilitas, dan utilitis umum yang ada ini, antara lain meliputi jaringan jalan, listrik, air minum, sarana kesehatan, sarana pendidikan, dan lain-lain.

3. Sarana produksi perikanan, mengenai tingkat pengadaannya, cara perolehan, dan harga.

4. Tingkat pendidikan dan keterampilan petani dalam budaya ikan/udang, termasuk pengamatan atas kegiatan budidaya yang telah dilaksanakan oleh penduduk.

5. Sarana pembinaan dan penyuluhan yang ada.

6. Lembaga keuangan dan perkreditan yang ada, cara perolehan, dan pengambilan kredit.

7. Pemasaran, yang meliputi sarana, prosedur, dan harga.

8. Kegiatan perekonomian lainnya yang dapat menunjang maupun menghambat pengembangan tambak udang

9. Pekerjaan lapangan berupa pengambilan sampel air, quisener dll.

10. Analisa data dan kesimpulanF.5. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATAF.5.1. Data Pengukuran Topografi1. Hitungan Polygon

a. Polygon Utama

Polygon merupakan bentuk geometrik yang tersusun atas sudut-sudut dan jarak. Dengan konsep tersebut, jika di ketahui satu titik awal sebagai acuan dan ia memiliki koordinat (x,y,z), maka kita juga dapat mencantumkan koordinat titik-titik lain dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak (Metode Terestris).

Pada pengukuran polygon hal-hal yang diukur adalah :

Sudut horisontal

Jarak datar (pita ukur)

Sudut vertikal (untuk check jarak optik)

Rumus-rumus yang digunakan untuk hitungan Polygon utama :

XB = XA + dAB Sin (AB

YB = YA + dAB Cos (AB

dimana :

XB, YB:absis dan ordinat yang dicari (parameter)

XA, YA:absis dan ordinat titik awal/acuan (titik ikat, refertensi) yang sudah diketahui

dAB:jarak datar dari titik A dan B

(AB:sudut jurusan dari titik A ke titik B

=(OA + (B - 180

(OA:sudut jurusan awal (O ke A)

(B:sudut horisontal di titik A (sudut OAB)

Ketelitian jarak atau kesalahan relatif jarak polygon

KRJ = ((2x + (2yD

KRJ:kesalahan relatif jarak

(x:salah penutup absis = ( (dij Sin (ij)

(y:salah penutup ordinat = ( (dij Cos (ij)

D:jumlah jarak datar polygon utama

Ketelitian sudut kesalahan penutup sudut Polygon

KPS = ((i - (n-2) 180(.

((I:jumlah sudut horisontal (sudut dalam)

n:banyaknya titik polygon

KPS:kesalahan penutup sudut

Toleransi kesalahan penutup sudut (KPS) = 10(n

Koreksi sudut = ((i = KPS n

Harga definitif :

(i = (i + ((i

catatan :

koreksi sudut (((i) merupakan bilangan bulat

Jika nilai koreksi (((i) pecahan, harus dibulatkan dulu (dinaikkan) dan dikoreksi ke sisi jarak terpendek :

Hitungan kontrol jarak

Dengan argumen jarak sisi polygon dan hasil hitungan sudut jurusan definitif tiap sisi, di lakukan hitungan selisih absis dan ordinat :

(xij=dij Sin (ij(yij=dij Cos (ij

n

(xij=(( xij

i=l

n(yij=(( yij

I=lKoreksi jarak tiap sisi polygon :

V xij=di. (x / ( di

V yij=di. (y / ( diKoordinat definitif :

xi = xi + (xi + V xiyi = yi + (yi + V xib. Hitungan Polygon Cabang

Polygon cabang diikatkan polygon utama. Dengan argumen azimuth dan jarak datar sisi-sisi polygon cabang dihitung koordinat tiap titik polygon cabang. Polygon cabang ini dihitung untuk mendefinisikan koordinat titik detail dan titik cross.

Langkah-langkah :

Hitung Ag dari data Am : Ag = Am + ( + c

dimana :

Ag=azimuth geografis atau sudut jurusan

Am=azimuth magnetis Bousole (T0)

(=deklinasi magnetis

c=koreksi Bousole

Hitung jarak datar dari ukuran tachymetri :

dmi:jarak optis

d:jarak datar

z:sudut zenith

ba:bacaan benang atas

bb:bacaan benang bawah

Hitungan beda tinggi dan tinggi definitif titik polygon cabang dan detail :

(hi = dmi Cos2zi(zi = zi + (hi Hitungan pengikatan

Diikatkan dulu absis dan ordinat polygon cabang ke polygon utama :

xi = xi + (xi

yi = yi + (yi

Ikatkan tinggi polygon cabang ke polygon utama :

zi = zi + (yi

dimana :

x,y,z:koordinat polygon cabang hasil ikatan

x,y,z:koordinat polygon utama pengikat

(hi:beda tinggi antara titik ikat dan pengikatnya

2. Hitungan Waterpass

Titik awal polygon utama BM1 diikatkan ke titik referensi BM0:

Langkah-langkah hitungan :

a. Hitungan beda tinggi dari titik referensi ke titik awal polygon (BM1), kemudian tinggi definitif titik BM0.

zBM1 = zBM0 + (ni=l (hidimana :

z:beda tinggi dari MSL

(h:beda tinggi tiap slang pengikatan

b. Hitungan beda tinggi tiap sisi polygon (2x berdiri alat), dan hitung rata-ratanya.

c. Beri koreksi masing-masing beda tinggi dengan koreksi garis bidik :

k = c ((db - (dm)

dimana :

c=konstantakemiringan garis bidik

db, dm=jarak belakang dan muka

d. Toleransi ukuran beda tinggi : KPBT = ( (hi K P B T < 8 (D (mm)

dimana :

KPBT : kesalahan penutup beda tinggi

e. Jika masuk toleransi, berikan koreksi tiap beda tinggi sisi-sisi polygon :

(h - (h + (h(h = KPBT / n

f. Setelah diperoleh (hi hitung tinggi definitif titik-titik polygon :

zj = zj + (hijF.5.2. Hidrometri1. Pengolahan atas data lapangan yang meliputi antara lain :

a. Perhitungan kecepatan air rata-rata pada tiap lokasi pengukuran.

b. Perhitungan tinggi muka air rata-rata, maksimum, minimum, serta tinggi muka air banjir (jika ada). Tinggi muka air ini sudah diikatkan dengan elevasi topografi lahan (BM).

c. Perhitungan luas dan tinggi genangan.

d. Perhitungan luas penampang basah pada tiap lokasi pengukuran kecepatan.

e. Perhitungan debit run-off

f. Kemiringan dasar sungai

g. Kualitas air sungai, tingkat keasaman, temperatur air, dan sedimen transport (konsentrasi sedimen).

2. Sebagai hasil pengolahan data, dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara :

a. Tinggi muka air dan waktu

b. Kecepatan arus dan waktu

c. Debit dan waktu

d. Debit dan kedalaman (rating curve)

e. DHL, pH dan waktu.

3. Juga sebagai hasil pengolahan data, didapatkan :

a. Pengikatan pengukuran profil sungai/saluran ke BM terdekat

b. Pengikatan peilschaal pengamatan tinggi muka air ke BM terdekat

4. Laporan

Data yang telah diperoleh dari lapangan, data hasil penyelidikan laboratorium, dilengkapi dengan data sekunder, dianalisis dan dievaluasi, untuk kemudian disusun dalam bentuk laporan sebagai masukan bagi perencanaan teknis detail tata air.

Laporan berisi pelaksanaan pekerjaan dan analisis hidrometri, antara lain tentang maksud dan tujuan survey, keadaan umum daerah survey, metoda kerja dilapangan dan di laboratorium, pengolahan data dan analisisnya, perhitungan keseimbangan air (water balance), perhitungan modulus drainage, masalah banjir, pengaruh-pengaruh lain terhadap lahan, kesimpulan serta saran-saran, dan hal-hal lain yang dianggap perlu. Semua data lapangan dan laboratorium dilampirkan dalam laporan.

Dalam pengolahan data, analisis data, serta pembuatan laporan, Konsultan akan selalu berkonsultasi pada direksi atau yang ditunjuk mewakili.

F.5.3. Analisis Geologi dan Mekanika TanahF.5.3.1. Analisis GeologiGeologi permukaan suatu daerah harus diliput pada peta geologi permukaan. Skala peta yang harus dipakai adalah:

a. Peta daerah dengan skala 1:100.000 atau 1:50.000b. Peta semi detail dengan skala 1:25.000 atau 1:5.000

c. Peta detail dengan skala 1:2.000 atau 1:100

Peta-peta tersebut harus menunjukan geologi daerah yang bersangkutan, daerah pengambilan bahan bangunan, detail-detail geologis yang perlu diketahui olrh perekayasa, seperti: tipe batuan, daerah geser, sesar, daerah pecahan, jurus dan kemiringan lapisan.

Berdasarkan pengamatan dari sumuran dan paritan uji, perubahan-perubahan yang dalam formasi tanah maupun tebal dan derajat pelapukan tanah penutup (overburden) harus diperkirakan.

Dalam banyak hal, pemboran mungkin diperlukan untuk secara tepat mengetahui lapisan dan tipe batuan. Hal ini sangat penting untuk pondasi bangunan air yang cukup besar. Sesuatu yang perlu untuk mengetahui kekuatan pondasi maupun tersedianya batu di daerah sekitar untuk menentukan lokasi bangunan, dan juga untuk keperluan bahan bangunan yang diperlukan, seperti misalnya agregat untuk beton, batu untuk pasangan atau untuk batu candi, pasir dan kerikil. Untuk memperhitungkan stabilitas bangunan air yang cukup besar, kekuatan gempa perlu diketahui.

F.5.3.2. Analisis Mekanika TanahAnalisis sondir dilakukan untuk mendapatkan kedalaman tanah keras. Untuk mendapatkan kedalaman tanah keras dari data hasil sondir, dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus:

Untuk mendapatkan informasi data perencanaan, maka terhadap contoh-contoh tanah dilakukan pengujian laboratorium, meliputi hal-hal sebagai berikut:a. Penetapan Berat JenisPengujian dilaksanakan untuk mendapatkan perbandingan antara berat satuan butir tanah dengan berat satuan air. Pengujian ini sesuai ASTM D-854.b. Pengukuran Kadar Air (Natural Water Content)Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kelembaban contoh-contoh tanah. Pekerjaan dilakukan sesuai ASTM D-2116.

c. Pengukuran Berat Volume (Bulk Density)

Pengukuran dimaksudkan untuk mendapatkan berat persatuan volume dari contoh tanah, sesuai ASTM D-29. Berat volume digunakan dalam menghitung daya dukung tanah, perhitungan stabilitas talud, dan sebagainya.

d. Pengukuran Batas-Batas Konsistensi (Atterberg Limits)

Pengukuran dilakukan sesuai ASTM D-423 dan D-424 dimaksudkan untuk menetapkan batas cair dan batas plastis tanah yang dipakai pada banyak klasifikasi tanah, antara lain: USCS, AASHTO, dan sebagainya.

F.5.4. Analisis Sosio Agro EkonomiData hasil kegiatan survey Sosio Agro Ekonomi, dianalisis secara deskriptif atau tabulasi untuk memberikan gambar kondisi sosial ekonomi, kelembagaan, kepemilikan lahan, kegiatan pertanian tambak disekitar lokasi, termasuk berbagai potensi dan hambatan sosial ekonomi yang diperkirakan mempengaruhi rencana pengembangan.Berdasarkan hasil-hasil survey dan pengamatan dibuatkan peta tata guna lahan existing dan peta tata guna lahan usulan skala 1:20.000.

F.6. PERENCANAAN DETAIL (DESAIN RINCI)Dasar perencanaan tata air daerah studi dan penentuan langkah-langkah penanganan daerah proyek :

1. Hasil pengumpulan data / informasi sekunder

2. Hasil diskusi dengan penduduk setempat serta pengawas yang ditunjuk

3. Hasil pengumpulan data primer, berupa : survey topografi, survey tanah, survey hidrologi/hidrometri, survey sosial ekonomi, lingkungan dan perikanan

Tahapan detail desain akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Penampang melintang saluran akan digunakan sedapat mungkin desain standar yang ada

2. Analisa pondasi dan stabilitas untuk bangunan-bangunan hidrolik akan dilaksanakan secara sangat seksama untuk mencegah terjadinya kegagalan seperti umumnya yang terjadi pada bangunan-bangunan hidrolik di daerah reklamasi rawa pasang surut selama ini

3. Pada perpotongan saluran dan sungai-sungai akan dikembangkan struktur pencegah disiltasi

4. Komponen-komponen detail untuk bangunan hidrolik akan didesain semaksimum mungkin menggunakan bahan produksi lokal dan metode labor intensive (padat karya)

Dalam penarikan rencana tapak / lay-out sistem tata air maka akan dipakai dasar pertimbangan sebagai berikut :

1. Normalisasi saluran drainase yang ada

Prioritas utama dalam pembuatan sistem drainase daerah proyek adalah normalisasi (perbaikan) saluran drainase yang ada. Dimensi saluran drainase ini akan disesuaikan dengan debit air yang akan melewati saluran tersebut.

2. Penentuan jarak antar saluran ditentukan dengan mempertimbangkan luas masing-masing daerah pengaliran yang nantinya berpengaruh terhadap beban drainase (debit air di dalam saluran).

3. Hal yang paling utama dari penarikan rencana tapak / lay-out sistem tata air adalah persetujuan dari para petambak di lokasi pekerjaan terutama setelah nantinya tahap konstruksi dilaksanakan tidak akan terjadi gugatan dari para petambak dengan adanya perbaikan dan pembuatan saluran-saluran tambak

Setelah sistem tata air daerah proyek ditentukan maka dilakukan permodelan tata air didaerah proyek untuk menentukan dimensi saluran/tinggi tanggul yang dibutuhkan.

F.6.1. Bangunan Air1. Saluran

Dibawah ini dijelaskan jenis saluran yang biasa digunakan dalam desain tambak, yaitu:

Saluran Pembawa PrimerDibawa dari pintu utama dan umumnya menuju kebagian sentral areal pertambakan. Dimensinya akan mempertimbangkan pula kemungkinan limpasan air akibat hujan deras dari areal tambak maupun areal sekitarnya.

Saluran Pembawa Sekunder

Saluran ini melayani bagian yang tak terjangkau oleh saluran pembawa primer menuju bagian dalam kolam-kolam pembibitan dan kolam-kolam tambak. Umumnya dibangun pada areal tambak yang luas, dimensinya lebih kecil jika dibandingkan saluran pembawa primer.

Saluran Tersier

Saluran ini umumnya mensuplai air pada kolam-kolam pembibitan dan kolam transisi. Karena ukurannya kecil, sering kali disebut sebagai bagian sistem kolam pembibitan. Lebar dasar saluran tersier rata-rata 1.5-2.5 m.

Saluran Pembagi

Tujuan pembuatan saluran ini adalah melindungi tambak dari banjir akibat curah hujan bawaan. Kapasitasnya harus bisa menampung setidak-tidaknya curah hujan tertinggi dari DAS untuk periode ulang 10 tahun. Slope saluran pembagi ini harus memungkinkan pengaliran air dari lahan dengan cepat ke saluran/areal pembuangan.

Saluran Pembuang

Saluran pembuang akan dibuat terpisah dari saluran pembawa. Saluran Pembuang terdiri dari saluran primer, sekunder, dan tersier. Umumnya terletak dibagian lain kolam, berlawanan dan paralel dengan saluran pembawa.

Penampang melintang saluran (pembawa, pembagi, dan pembuang) umumnya trapesium dengan slope 1 : 1 untuk tanah aluvial bertekstur pasir lempung seperti di lokasi proyek.

Gambar F.1. Bentuk-Bentuk Saluran Tambak

Kedalaman saluran primer (tanpa freeboard) bervariasi :

a. Untuk mix tide:dari elevasi MHHW sampai MLLW (datun)

b. Untuk diurnal:dari elevasi MHW sampai MLLW

Kedalaman saluran sekunder dari tinggi muka air kolam tambak sampai rata-rata ketinggian pasang surut.

Untuk penampang melintang optimal, dasar saluran harus :

b = 2d ((1+z2 - z)

dimana :

b=dasar saluran

d=kedalaman saluran tanpa freeboard

z=bagian batas scope bilangan bagian vertikal = 1

Perkiraan awal penampang saluran ini ditentukan oleh :

a. Debit suplai untuk saluran pembawa

b. Debit buangan untuk saluran drainase

c. Debit banjir untuk saluran pembagi

Perhitungan dimensi saluran pada tahap awal menggunakan rumus Manning yang kemudian dicek dengan formula pasang surut disaluran tanggul. Model matematik PENPAS dan DUFLOW akan digunakan dalam permodelan tata air tambak daerah ini

2. Tanggul

Tanggul dapat dibedakan atas :

a. Tanggul primer

b. Tanggul sekunder

c. Tanggul tersier

Fungsi utama tanggul untuk menjaga penggunaan air dalam areal tambak dan untuk melindungi kolam, menjaga pertumbuhan udang / ikan dan lain-lain, dari bahaya banjir dan terjangan pasang tinggi. Desain tanggul disamping pertimbangan teknis juga akan memperlihatkan pertimbangan ekonomis.

Tanggul sekunder dan tersier berukuran lebih kecil dari tanggul primer. Tanggul sekunder umumnya dibuat di kedua sisi saluran dan harus lebih tinggi dari MHW pada waktu Spring. Tanggul tersier/pemisah memisahkan kolam-kolam tambak dengan ketinggian yang bisa menjaga muka air yang diisyaratkan dalam kolam tambak.

Tanggul primer biasanya digunakan sebagai jalan inspeksi, karena itu mempunyai lebar antara 3.5-4.0 m dengan tambahan bahu, masing-masing 0.6 m kiri kanan untuk mencegah keruntuhan. Untuk tanggul sekunder lebar atas 1.0-2.0 m, sedang untuk tersier lebih kecil dari itu.

Tinggi total tanggul primer dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

Hm = (Hat - Gs) + MF + F

1 - (%S) 100

dimana :

Hm=tinggi tanggul primer

Hat=HWL

Gs=Elevasi permukaan tanah

MF=Elevasi maksimum banjir

F=Freeboard

%S=Persen shrinkage dan settlement

Tinggi total tanggul sekunder :

Hs = (Hst - Gs) + MF + F

1 - (%S) 100

dimana :

Hs=Tinggi tanggul sekunder diatas muka tanah

Hst=MHWS (Mean Hight Water Spring)

MF=Curah hujan maksimum 24 Jam

Gambar F.2. Potongan Melintang Tanggul Sekunder

Tinggi tanggul tersier dihitung sebagai berikut :

Ht = (Dwl - Gs) + MF + F 1 - (%S) 100

dimana :

Ht=Tinggi tanggul tersier diatas tanah (datum)

Dwl =Tinggi muka air diperlukan untuk kolam tambak (umumya 1.0-1.5 meter)

Gambar F.3. Potongan Melintang Tanggul Tersier

3. Pintu

Pintu dibuat dikolam tambak untuk intake dan untuk drain. Pintu juga perlu dibuat pada intake saluran tersier apabila saluran tersebut berfungsi sebagai reservoir.

Selama pengeringan kolam, air dibuang perlahan-lahan dengan memfungsikan kedua slab. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kecepatan yang tinggi di pintu pembuang dengan memfungsikan kedua slab. Pintu pada saluran tersier (bila perlu) akan dibuka selama Spring tide sehingga air asin mengalir bebas ke saluran dan kolam. Selama neap tide pintu ditutup dan air dipompa dari saluran sekunder ke saluran tersier. Pintu primer dan sekunder bila diperlukan akan dibuat, seperti untuk mencegah intrusi air asin ke areal pertanian, mengontrol pencampuran air bersih dan air asin, dan dalam kasus-kasus tertentu membuang air banjir.

4. Gorong-gorong

Bangunan ini terutama ditempatkan pada persilangan saluran dengan jalan atau saluran dengan tanggul. Dimensi gorong-gorong dihitung dengan menggunakan rumus

Q=(A (2gz)1/2dimana

Q=debit yang melewati gorong-gorong (m3/dt)

A=luas penampang yang dialiri (m2)

z=Kehilangan tinggi tekanan (m)

g=percepatan gravitasi 9.8 m/dt2

(=koefisien pengaliran, tergantung jenis penampang

=0.9 (untuk penampang bulat)

=0.8 (untuk penampang persegi)

5. Pompa

Pompa digunakan untuk mensuplai air pada areal yang tinggi, sedang pasutnya kecil atau selama neap tide pada saat gaya pasang surut kecil sekali sehingga tidak bisa mendorong air ke kolam tambak untuk penggantian 5-7% air setiap hari.

Kapasitas pompa yang harus disediakan dihitung sedemikian, sehingga mampu menaikkan air 1.0-1.5 m dengan mengingat :

a. Debit aliran

b. Losses (kehilangan) di inlet, outlet, persimpangan dll

c. Lokasi pompa dan eksploitasi

d. Efisiensi pompa

Design pompa mengikuti formula berikut :

dQ - dWs + ((( B.Vc.dv = (([ V2 + h + gz] V.dA + ( ((( e.(.dv

dt dt Cv Cs 2 (tt Cv

dimana :

dQ =derajat panas

dt

dWs=daya pompa

dt

Cv=control volume

Cs=control surface

6. Jalan

Ada 2 jenis jalan, yaitu untuk kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua pejalan kaki. Jalan-jalan ini digunakan sebagai jalan inspeksi dan transportasi untuk pemasaran. Permukaan cukup jalan tanah kecuali jalan primer yang bisa digunakan perkerasan Macadam.

F.7. PERHITUNGAN DEBIT BANJIR RENCANAPerhitungan debit banjir rencana ini penting untuk mengetahui debit ekstrim sungai-sungai di dekat / daerah proyek. Berdasarkan data yang tersedia, maka perhitungan debit banjir rencana diklasifikasikan, menjadi :1. Metode analisis probabilitas frekuensi debit bajir, apabila data aliran sungai yang tersedia cukup panjang (> 20 tahun), sehingga analisisnya dapat langsung dilakukan dengan metode Gumbel, Log Pearson III, Normal, Log Normal, atau Normal, baik dengan cara grafis maupun cara analisis.2. Metode analisis regional, apabila data debit kurang 20 tahun dan lebih 10 tahun.3. Metode puncak banjir diatas ambang, apabila data debit yang tersedia antara 3-10 tahun, metoda ini berdasarkan pengambilan puncak banjir dalam selang 1 tahun diatas ambang tertentu dan hanya cocok untuk data yang didapat dari pos Duga Air, otomatis (AWLR) = automatic water level recorder.4. Metode Empiris apabila perkiraan besarnya banjir berdasarkan parameter hujan dan karakteristik didaerah tangkapan. Metode yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :

a. Metoda Rasional

b. Metoda Weduwen, Melchior, dan Haspers

c. Metoda Hidrograf Satuan (Nakayasu, Gamma dsb)

d. Metoda US-Soil Conservation Service5. Metoda Statistik, metoda yang digunakan adalah Institute Of Hydrology Walling Ford (IOH). Metoda ini merupakan salah satu persamaan statistik yang dikembangkan oleh IOH dan pusat Litbang Air berdasarkan data hujan dan karakteristik fisik daerah tangkapan di Jawa dan Sumatera. Karakteristik daerah tangkapan yang digunakan adalah:

a. Luas daerah tangkapan merupakan karakteristik yang penting dalam menentukan besar puncak banjir dan diukur dalam kilometer persegi. Pengukuran daerah tangkapan umunya didasarkan pada peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 100.000

b. Indeks kemiringan sungai (meter per-kilometer) merupakan perbedaan tinggi titik yang ditinjau dengan titik tertinggi dihulu sungai utama, dinyatakan dalam kilometer per-kilometer

c. Indeks danau (Lu) didefinisikan sebagai :

Indeks danau (Lu) = luas daerah dihulu danau (km2) luas daerah tangkapan (km2)

d. Rata curah hujan terbesar selama 24 jam dalam setahun

Selain metoda IOH ini ada lagi metoda lainnya, yaitu cara GAMA I, satuan hidrograf sintetik Gama I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu waktu naik (TR), debit puncak (QP), dan waktu dasar (TB).

6. Model Matematik

Model matematik digunakan apabila selang waktu pengamatan data hujan lebih panjang dari pada pengamatan data debit. Untuk memperpanjang data aliran, maka digunakan model matematik. Besar debit rencana kemudian dihitung dengan menggunakan analisis frekwensi yang ada.

Keputusan metoda mana yang akan digunakan pada daerah proyek tergantung dari data yang diperoleh nantinya (yaitu bisa dengan analisa kapasitas palung sungai atau dengan jalan membandingkan dengan hasil-hasil yang telah dilakukan khususnya pada daerah Sulawesi Selatan ( dengan grafik flood control in south Sulawesi).

F.7.1. Pemodelan Tata Air Daerah ProyekDalam pengorganisasian penyelesaian masalah air dan penyelesaian hydrolika, diperlukan suatu model pendekatan. Model pendekatan ini dapat berupa model numerik/matematik atau model fisik. Pada pekerjaan ini akan digunakan simulasi model numerik karena terbatasnya waktu pelaksanaan. Telah tersedia 2 (dua) paket program untuk memodelkan secara numerik tata air kawasan proyek, yaitu paket program DUFLOW (IHE, DWG, dan TU Delft 1989 atau DUFLOW versi 2) dan PENPAS (P4S). Paket program PENPAS sudah banyak digunakan pada proyek-proyek keairan di Indonesia, hal ini menunjukkan paket program ini sudah dapat diandalkan untuk kondisi alam Indonesia.

Paket program DUFLOW merupakan paket program terbaru yang dikeluarkan atas kerjasama 3 (tiga) lembaga di Belanda. Paket program DUFLOW ini belum banyak dikenal di Indonesia. Konsultan akan mempelajari apakah paket program ini dapat digunakan untuk kondisi Indonesia (daerah proyek) maka Konsultan akan menggunakan paket program ini sebagai pembanding atas hasil yang dikeluarkan dari paket program PENPAS diatas. Pada sub-bab berikut ini akan disajikan penjelasan tentang program DUFLOW dan PENPAS.

1. Pemodelan Numerik Menggunakan DUFLOWTiga lembaga di Belanda telah menyusun model numerik yang tercakup dalam suatu paket program yang dapat memodelkan masalah-masalah pengelolaan air pada saluran terbuka seperti :

a. Pengaruh pasang surut pada suatu aliran sungai

b. Pengaruh bangunan-bangunan air yang diletakkan pada sungai terhadap aliran air sungai

Ketiga lembaga di Belanda yang membuat paket program ini adalah :

a. IHE (International Institut for Hydraulic and Environmental Engineering), Delft

b. DGW (Tidal Waters Division, Rijkswaterstaat), Ministy of Public Works, The Hague

c. TU Deft (Delft University of Technology, Delft)

Paket program yang mereka buat diberi nama DUFLOW yang berasal dari kata Dutch Flow.

DUFLOW di dasarkan pada persamaan unsteady flow untuk aliran di saluran terbuka. Persamaan-persamaan yang digunakan sebagai landasan dasar pembuatan paket program DUFLOW adalah :

Persamaan konservasi massa

B ( H + (Q = 0

(t (x

Persamaan momentum

(Q = (((QV) + g A (H + g\Q\Q = b((2 cos((-()

(t (x (x C2AR

Q = VA

Keterangan lengkap mengenai persamaan ini dapat diikuti dalam literatur IHE, DGW, dan TU Delft (1989) atau DUFLOW versi 2. Paket program DUFLOW dalam desain banyak pengunaannya, antara lain DUFLOW dapat digunakan untuk memodelkan misalnya gelombang banjir disungai, perencanaan operasional jaringan irigasi, sistem drainase, dll.

Untuk dapat memodelkan daerah tersebut ke paket program DUFLOW, maka perlu data masukan berupa :

a. Amplitudo, fasa, dan siklus pasang-surut di lokasi

b. Banyaknya node (titik perhitungan) dan section (ruas perhitungan) yang terlibat.

Node adalah titik perhitungan disepanjang saluran yang merupakan tempat masukan data dan tempat besaran output hasil simulasi diberikan.

Data node yang perlu diketahui adalah :

a. Penampang melintang

b. Elevasi dasar saluran

c. Koordinat yang mengacu pada suatu titik acuan

d. Kondisi awal, yaitu salah satu dari debit air atau elevasi air

Section adalah ruas saluran yang diapit oleh 2 node.

2. Pemodelan Numerik Menggunakan PENPAS

Program komputer PENPAS (perhitungan pasang surut) dibuat pada tahun 1979 oleh pakar belanda, dan dirancang khusus untuk digunakan dalam proyek pembukaan persawahan pasang surut (P4S) di Indonesia. Paket ini telah diaplikasikan pada berbagai proyek pasang surut, antara lain pada desain sistem irigasi / drainase sawah, desain data saluran tambak, penanggulangan banjir, dan intrusi air laut. Penggunaan program komputer PENPAS untuk maksud-maksud diatas sampai sejauh ini memberikan hasil yang memuaskan.

Model ini dibuat berdasarkan persamaan momentum dan kontinuitas yang diaplikasikan pada aliran satu dimensi fluida incompressible dalam saluran relatif datar (kemiringan saluran kecil).

Untuk permasalahan hydrolika yang dipengaruhi oleh fenomena pasang surut air laut, maka aliran yang terjadi didalam sistem adalah aliran tidak langgeng (unsteady flow). Sehubungan dengan fenomena tersebut, pembuatan model matematik dalam program PENPAS ini menggunakan persamaan-persamaan dasar untuk aliran tidak langgeng (unsteady flow) yaitu :

Persamaan konservasi massaPersamaan momentum

(v + v (v + g (h + g v\v\ + g.a.(( = 0

(t (x (x C2R 2( 2x

Penyelesaian persamaan deferensial tersebut dilakukan berdasarkan metoda numerik beda hingga (finite defference), sedangkan deskritasi terhadap waktu dilakukan berdasarkan metoda leap frog (beda tengah). Selain kedua persamaan diatas PENPAS juga mampu memperhitungkan faktor salinitas. Keterangan lengkap dapat diikuti dalam literaur P4S (1979) yang didaftar dalam Pustaka Usulan Teknis ini.

Dalam menggunakan paket numerik PENPAS perlu diperhatikan ketentuan yang merupakan kontrol dalam pemakaian PENPAS. Dibawah ini dijelaskan cara mengontrol hasil yang dikeluarkan PENPAS.

a. Menentukan lokasi dan jenis kondisi batas

Problem aliran tak langgeng ini merupakan Boundary Value Problem yaitu besaran pada daerah perhitungan ditentukan berdasarkan kondisi besaran pada batas daerah perhitungan Boundary Condition (kondisi batas) ini selain diperlukan dalam perhitungan juga digunakan untuk menyederhanakan atau memperkecil daerah perhitungan. Penempatan titik batas menyebabkan areal perhitungan terlalu luas, serta harus disediakan banyak penampang sungai. Keuntungannya adalah pengukuran hydrometri yang diperlukan tidak banyak.

Titik batas diletakkan pada tiap pertemuan saluran primer dengan sungai sehingga perhitungan dapat dilakukan secara terpisah untuk masing-masing saluran.

Sebagai kondisi batas dapat digunakan debit / kecepatan atau tinggi muka air. Pada daerah muara sungai, dimana pengaruh pasang surut sangat dominan, maka lebih baik digunakan muka air sebagai kondisi batas, karena pengukuran muka air lebih mudah dari pada pengukuran kecepatan. Selain itu kadang-kadang memang lebih baik muka air digunakan sebagai kondisi batas, untuk menjelaskan hal ini ada baiknya diilustrasikan dengan contoh kasus berikut ini.

Misalnya :

Direncanakan untuk memperbaiki saluran pada suatu sistem tata air. Diambil kecepatan/debit sebagai kondisi batas. Pengukuran debit tentunya dilakukan sebelum saluran diperbaiki maka kondisi batas ini tidak dapat digunakan lagi pada perhitungan saluran rencana. Hal ini disebabkan setelah diperbaiki tentu debit/kecepatan pada titik tersebut beda dengan keadaan sebelumnya hal ini tidak akan terjadi apabila digunakan kondisi batasnya adalah tinggi muka air karena muka air pada titik batas tersebut tidak akan berubah banyak walaupun telah dilakukan perbaikan pada saluran tersebut.

Selain itu perlu diperhatikan desain apa yang akan dilakukan, misalnya akan mendesain tanggul, tentunya akan lebih menguntungkan apabila dilakukan pengukuran muka air karena perencana akan langsung mendapat gambaran tentang kondisi muka air.

Gambar F.4. Penentuan Titik Batasb. Kalibrasi dan analisa kesalahan

Kalibrasi disini adalah membandingkan hasil hitungan dengan hasil pengukuran. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi adalah dalam bentuk sebagai berikut :

Kasus 1

Gambar F.5. Contoh Kesalahan Kasus 1

Kesalahan dengan pola diatas adalah akibat dari kesalahan pada pengambilan koefisien kekasaran saluran. Pada kasus 1a koefisien kekasaran terlalu kecil, sedangkan kasus 1b koefisien kekasaran terlalu besar.

Kasus 2

Gambar F.6. Contoh Kesalahan Kasus 2

Kesalahan kasus 2 ini adalah akibat dari kesalahan pengambilan kemiringan saluran. Pada kasus 2a adalah akibat kemiringan kearah muara kurang besar, sedangkan pada kasus 2b adalah akibat kemiringan terlalu besar. Pada PENPAS ini data kemiringan diwakili oleh data elevasi dasar saluran, maka perlu diperiksa data elevasi tersebut.

Simulai model dengan program komputer PENPAS dapat dilaksanakan dengan terlebih dahulu memberikan masukan sebagai berikut :

Skema sistem jaringan sungai/saluranDidaerah yang akan dimodelkan terlebih dahulu dibuat skema jaringan sungainya. Skema ini dilengkapi dengan node (titik perhitungan) dan branch (seksi atau ruas). Node dibuat pada sepanjang jaringan sungai dan tempat-tempat yang penting misalnya pertemuan antara sungai dengan muara atau pertemuan, antara sungai dengan sungai / anak sungai. Antara node yang satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh seksi yang panjangnya tidak boleh melebihi 15 km.

Setelah skema darah yang akan dimodelkan sudah jelas dan benar, maka skema ini akan dimasukkan kedalam input network. Input-input lain yang diberikan pada jaringan adalah :

Storage area

Storage area adalah total permukaan air pada bagian tengah seksi, biasanya storage area merupakan fungsi dan ketinggian muka air yang dihitung dari dasar saluran

Inflow / outflow

Inflow adalah debit yang masuk kedalam sungai, biasanya berupa anak sungai kecil yang bertemu dengan utama sedangkan outflow adalah debit yang keluar dari sistem jaringan sungai, biasanya berupa adanya saluran intake atau pemompaan. Inflow/outflow ini merupakan input yang diberikan pada node.

Panjang seksi

Panjang seksi diukur sepanjang sumbu-x dengan jarak maksimal antara dua node adalah 15 km.

Flow section

Flow section diperlukan untuk menjelaskan perbedaan antara storage area dengan cross section. Seluruh cross section merupakan flow section, cross section merupakan penampang melintang aliran yang juga sebagai fungsi kedalaman dan diberikan input untuk tiap seksi.

Kekasaran saluran (roghness)

Kekasaran saluran diberikan sebagai data input pada tiap seksi yang nilainya dapat digunakan dari rumus Chezy atau dari rumus Manning.

Kondisi awal

Kondisi awal diberikan pada permulaan perhitungan, yang berarti pada perhitungan awal ketinggian muka air pada seluruh node dan seksi telah diketahui.

Syarat batas

Suatu model memerlukan suatu kondisi batas dimana kondisi batas model ini akan mengendalikan kondisi hidraulik di dalam sistem. Kondisi batas ini dapat berupa tinggi muka air pada ujung node (muara sungai) dan debit yang masuk pada jaringan sungai atau keluar dari jaringan sungai. Untuk sistem dengan pengaruh pasang surut, pemberian syarat batas minimal adalah selama 4 siklus pasang surut atau ( 24 jam. Pemberian ini didasarkan pada gejala alami pasang surut yaitu ketinggian muka air akan kembali pada ketinggiannya semula setelah 1 siklus.

Struktur

Pemberian data input struktur pada PENPAS dapat diasumsikan sebagai seksi yang tidak mempunyai panjang. Input struktur ini dapat berupa gorong-gorong, pelimpah dan bangunan-bangunan lain yang biasa terdapat disaluran atau disungai serta perubahan-perubahan mendadak pada saluran seperti pembesaran saluran dan penyempitan saluran.

c. Menjalankan model

Model dapat dijalankan setelah seluruh data input dari daerah yang akan dimodelkan sudah terpenuhi. Pada tiap node akan dihitung ketinggian muka air dengan mempergunakan persamaan konservasi massa, sedangkan ditiap seksi akan dihitung debit dan kecepatan dengan mempergunakan persamaan momentum.

F.8. PERHITUNGAN VOLUME, PERKIRAAN BIAYA & ANALISA EKONOMIPerhitungan volume pekerjaan dihitung berdasarkan gambar-gambar rencana detail yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Volume pekerjaan ini meliputi pekerjaan bangunan-bangunan air, galian dan timbunan saluran dan tanggul saluran. Sedangkan perkiraan biaya konstruksi dihitung berdasarkan besarnya volume pekerjaan dan harga satuan tiap-tiap butir pekerjaan. Harga satuan pekerjaan didasarkan pada analisa harga satuan BOW atau dengan menggunakan peralatan (alat berat) dengan menggunakan data harga dasar (basic price) berasal dari Dinas Cipta Karya atau dari survey laangsung di lapangan.

Rencana Anggaran BiayaMerupakan perkiraan biaya konstruksi proyek yang dilengkapi dengan perhitungan BOQ dan sket.

Setelah semua komponen biaya diketahui dan dari analisis juga diketahui kenaikan produksi perinanan setelah pembangunan sarana jaringan bersama data lainnya, maka dilakukan analisis ekonomi proyek dengan keluaran BCR, NPV, IRR disertai dengan analisis sensitivitasnya.

F.8.1. Benefit ProyekBenefit proyek adalah nilai tambah yang diperoleh dari kondisi tanpa proyek dan kondisi dengan adanya proyek. Ini berarti perlu dievaluasi kedua kondisi tersebut dan selisihnya merupakan benefit proyek.

F.8.2. Perhitungan Net Present Value (NPV) Dan Internal Rate Of Return (IRR)Pada dasarnya terdapat beberapa metode penilaian investasi yang digunakan sebagai dasar pertimbangan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi. Metode-metode tersebut antara lain :

1. Metode Payback Period

2. Net Present Value

3. Internal Rate of Return

4. Metode Rasio manfaat biaya (Benefit Cost Ratio)

Dari keempat metode tersebut, yang akan digunakan dalam analisis ekonomi adalah metode kedua sampai keempat.

1. Net Present Value (NPV)

Metode Net Present Value (NPV) adalah salah satu metode yang didasarkan pada aliran kas. Dalam metode ini pertama-tama yang dihitung adalah nilai sekarang dari penerimaan bersih yang diharapkan atas dasar tingkat diskonto (discount rate) tertentu. Atau dengan kata lain, NPV adalah nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dari suatu investasi yang didiskonto pada biaya modal dan nilainya dikurangi dengan pengeluaran biaya awal proyek. Berdasarkan pengertian di atas, maka NPV merupakan selisih antara arus kas yang didiskonto pada biaya modal yang sesuai, kemudian dikurangi dengan nilai investasi. Jika nilai NPV positif, berarti investasi dapat diterima dan jika NPV negatif maka investasi ditolak.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang arus kas di masa mendatang dengan nilai sekarang dari suatu investasi. Dari definisi tersebut terlihat bahwa IRR merupakan tingkat bunga yang akan menyamakan nilai tunai arus dana di masa yang akan datang dengan jumlah investasi awal. Pada tingkat bunga inilah NPV dari usulan investasi adalah sama dengan nol atau mendekati nol.

3. Rasio manfaat biaya (Benefit Cost Ratio)

Benefit Cost Ratio diperoleh dengan membandingkan Present Value Benefit dengan Present Value Cost, dimana bila nilai BCR lebih dari 1 (satu), maka proyek dapat dikatakan layak.

F.9. PENYUSUNAN SPESIFIKASI TEKNIK DAN RABDalam menyusun spesifikasi teknik dan RAB, mengacu pada NSPM Departemen Pekerjaan Umum dan acuan normative berupa SNI.

Persyaratan umum dalam penyusunan spesifikasi teknis dan RAB yaitu:

1. Perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh Indonesia, berdasarkan harga bahan dan upah kerja setempat.2. Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.

F.10. PENYUSUNAN MANUAL OP JARINGAN IRIGASI RAWA TAMBAKPenyusunan manual OP jaringan rawa tambak diperlukan sebagai pedoman dalam pelaksanaan dilapangan selama dipergunakan / dipakai dan pemanfaatannya. Dengan adanya manual ini diharapkan jaringan yang telah direncanakan dapat optimum dimanfaatkan.

(

P E N U T U P

BAB F

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

F - 1F - 35

_1242809856.unknown

_1020752613.doc


Top Related