5
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lipid dan Lipoprotein
Di dalam darah terdapat tiga jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserid dan
fosfolipid. Oleh karena sifat lipid yang susah larut dalam air, maka perlu dibuat
bentuk yang terlarut, untuk itu dibutuhkan zat pelarut yaitu suatu protein yang
disebut apolipoprotein. Senyawa lipid dengan apolipoprotein ini dikenal dengan
lipoprotein (Guyton, 2007).
Menurut Guyton (2007), pada manusia dapat dibedakan empat jenis
lipoprotein, yaitu:
1. Kilomikron, mengangkat lipid yang terbentuk dari pencernaan dan
penyerapan. Kilomikron berasal dari penyerapan trigliserida
(triasilgliserol) dalam usus. Triasilgliserol merupakan simpanan lipid
yang utama dalam jaringan adipose.
2. Very Low Density Lipoprotein (VLDL) atau pre-beta-lipoprotein,
berasal dari hepar untuk mengeluarkan triasilgliserol dan bertugas
mengangkut triasilgliserol dari hepar.
3. Low Density Lipoprotein (LDL), lipoptotein yang kaya akan kolesterol
serta terbentuk dari metabolisme VLDL. Protein utama pembentuknya
adalah apo-B.
4. High Density Lipoprotein (HDL), lipoprotein yang miskin kolesterol
tetapi terlibat dalam pengeluaran kolesterol dari jaringan serta dalam
metabolisme jenis lipoprotein lainnya. HDL mencegah kolesterol
mengendap di pembuluh darah dan melindungi dari aterosklerosis
6
(terbentuknya plak pada pembuluh darah). Protein utama pembentuk
HDL adalah Apo-A.
2.1.1 Metabolisme Lipoprotein
Menurut Adam (2009), terdapat tiga jalur dalam metabolisme
lipoprotein. Ketiga jalur tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Jalur Metabolisme Eksogen
Makanan yang mengandung lemak terdiri atas trigliserida dan
kolesterol. Selain dari makanan, di dalam usus juga terdapat kolesterol
dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak dari
makanan maupun dari hati disebut lemak eksogen. Semakin banyak kita
mengonsumsi makanan berlemak, semakin banyak lemak yang disimpan di
hati yang akan mengakibatkan sintesis kolesterol akan meningkat.
Kolesterol yang berlebihan akan diekskresi dari hati ke dalam empedu
sebagai kolesterol atau garam empedu. Kemudian akan diabsorbsi ke dalam
sirkulasi porta dan kembali ke hati sebagai bagian dari sirkulasi enterohepatik.
Di dalam enterosit mukosa usus halus, trigliserida akan diserap
sebagai asam lemak bebas sedangkan kolesterol sebagai kolesterol.
Kemudian di dalam usus halus asam lemak bebas akan diubah menjadi
trigliserida sedangkan kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi
kolesterol ester. Dimana keduanya bersama dengan fosfolipid dan
apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan nama
kilomikron.
Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe yang akhirnya masuk ke
dalam aliran darah melalui duktus torasikus. Trigliserida dalam
7
kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim Lipoprotein Lipase
(LPL) menjadi asam lemak bebas yang dapat disimpan kembali sebagai
trigliserida di jaringan lemak (adiposa), tetapi bila berlebih sebagian
trigliserida akan diambil oleh hati sebagai bahan untuk membentuk
trigliserida hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar trigliserida
akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester yang
cukup banyak yang akan dibawa ke hati.
b. Jalur Metabolisme Endogen
Setelah melewati jalur eksogen , kilomikron remnant akan diproses
untuk pembentukan trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati lalu
diangkut secara endogen dalam bentuk very low density lipoprotein (VLDL).
VLDL akan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh Lipoprotein Lipase
yang betujuan untuk mengurangi kadar Trigliserida yang selanjutnya
disimpan dalam jaringan adipose. VLDL yang telah terhidrolisis akan
menjadi Intermediate Density Lipoprotein (IDL). Partikel IDL kemudian
diambil oleh hati dan mengalami pemecahan lebih lanjut oleh enzim
Lipopotein Lipase menjadi produk akhir yaitu Low Density Lipoprotein
(LDL). LDL akan diambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami
katabolisme. LDL ini bertugas menghantar kolesterol kedalam tubuh. Hati
juga mengsintesis High Density Lipoprotein (HDL) dibawah pengaruh enzim
lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT). Esterkolesterol ini akan
mengalami perpindahan dari HDL kepada VLDL dan IDL sehingga dengan
demikian terjadi kebalikan arah transpor kolesterol dari perifer menuju hati.
Aktifitas ini mungkin berperan sebagai sifat antiterogenik. (Adam,2009)
8
c. Jalur Reverse Cholesterol Transport
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol
mengandung apolipoprotein A, C dan E disebut HDL nascent. HDL nascent
yang berasal dari usus halus dan hati mengandung apolipoprotein A1.
HDL nascent mengambil kolesterol bebas yang tersimpan di makrofag.
Setelah mengambil kolesterol bebas, kolesterol tersebut akan diesterifikasi
menjadi kolesterol ester oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase
(LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester tersebut dibawa oleh HDL
yang akan mengambil dua jalur. Jalur pertama akan ke hati sedangkan
jalur kedua kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan
trigliserida dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester
transfer protein (CETP) untuk dibawa kembali ke hati (Adam, 2009).
2.1.2 Kolesterol
Kolesterol adalah senyawa atau zat seperti lemak yang terdapat pada
semua jenis hewan dan juga manusia. Kolesterol merupakan bagian penting dari
sel-sel tubuh yang diperlukan untuk membuat hormon-hormon tertentu dan
mencerna lemak. Khusus kolesterol yang ditemukan di kulit memiliki kemampuan
untuk berubah menjadi vitamin D jika terpapar sinar matahari. Ada dua jenis
kolesterol yaitu kolesterol yang bisa ditemukan di darah dan kolesterol yang
didapat dari makanan (Bellows L & Moore R, 2012).
Kolesterol dibawa oleh darah dengan carier yang berbeda. Dua carier
utama adalah LDL (low density lipoprotein) and HDL (high density lipoprotein).
LDL diketahui sebagai kolesterol jahat dalam darah karena akan membentuk plak
di dinding arteri. HDL diketahui sebagai kolesterol baik karena berfungsi sebagai
9
kendaraan dalam darah untuk menghilangkan kolesterol (Bellows L & Moore R,
2012).
LDL juga diperlukan oleh tubuh untuk membawa kolesterol ke berbagai
bagian tubuh, tapi jika jumlah LDL meningkat cukup tinggi akan menjadi risiko
terhadap jantung. HDL berfungsi untuk mengangkut kolesterol dari pembuluh
darah agar tidak membentuk plak yang menjadi resiko penyakit jantung. Sehingga
jika didalam tubuh kadar LDL terlalu tinggi dan kadar HDL terlalu rendah dapat
menjadi faktor risiko terkena penyakit jantung, serangan jantung maupun stroke
(CDC, 2011).
2.1.2.1 Sintesis Kolesterol
Separuh kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis dan sisanya berasal
dari makanan. Bahan utama untuk sintesis kolesterol adalah asetil-KoA.
Terdapat lima tahap dalam proses sintesis kolesterol (Botham & Mayes, 2012).
a. Biosintesis mevalonat
Dua molekul asetil Ko-A bersatu membentuk asetoasetil Ko-A yang
dikatalis oleh tiolase sitosol, kemudian mengalami kondensasi oleh HMG Ko-
A sintase membentuk HMG Ko-A yang direduksi menjadi asam mevalonat
(Botham & Mayes, 2012).
b. Pembentukan unit isoprenoid
Mevalonat mengalami fosforilasi secara sekuensial oleh ATP dengan
tiga kinase, dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit isoprenoid aktif,
isopentenil difosfat (Botham & Mayes, 2012).
10
c. Enam unit isoprenoid membentuk skualen
Isopentenil difosfat akan membentuk dimetilalil difosfat, yang
kemudian bergabung dengan molekul isopentenil difosfat membentuk geranil
difosfat. Isopentenil difosfat juga membentuk farnesil difosfat. Dua molekul
farnesil difosfat bergabung di ujung difosfat untuk membentuk skualen
(Botham & Mayes, 2012).
d. Pembentukan lanosterol
Skualen diubah menjadi skualen 2,3-epoksida oleh oksidase,
kemudian mengalami siklisasi yang dikatalis oleh oksidoskuaelen menjadi
lanosterol (Botham & Mayes, 2012).
e. Pembentukan kolesterol
Tempat pembentukan kolesterol dari lanosterol adalah di retikulum
endoplasma, melibatkan pertukaran inti steroid dan rantai samping
membentuk 14-desmetil lanosterol dan kemudian zimosterol. Setelah itu
membentuk demosterol dan akhirnya ikatan rantai samping direduksi
menghasilkan kolesterol (Botham & Mayes, 2012).
2.1.2.2 Pengangkutan Kolesterol dalam Jaringan
Kolesterol diangkut di dalam lipoprotein pada plasma dan proporsi
terbesar kolesterol terdapat di dalam LDL. Akan tetapi, pada keadaan ketiaka
secara kuantitatif VLDL lebih dominan, peningkatan proporsi klolesteril plasma
akan terjadi pada fraksi ini (Adam, 2009)
Kolesterol makanan membutuhkan waktu beberapa hari untuk
mengimbangi kolesterol di dalam plasma dan beberapa minggu untuk
mengimbangi kolesterol di dalam jaringan. Ester kolesterol di dalam makanan
11
dihidrolisis menjadi kolesterol, yang kemudian bercampur dengan kolesterol yang
tidak teresterifikasi dari makanan dan kolesterol empedu sebelum penyerapan dari
usus bersama dengan unsur lipid lainnya. Senyawa ini bercampur dengan
kolesterol yang disintesis di usus dan kemudian disatukan kedalam kilomikron,
dari kolesterol yang diserap, 80-90% akan mengalami esterifikasi dengan asam
lemak rantai panjang di dalam mukosa usus. Kilomikron bereaksi dengan
lipoprotein lipase untuk membentuk sisa kilomikron, hanya 5% ester kolesterol
yang hilang. Sisanya diambil oleh hati ketika sisa kilomikron bereaksi dengan sisa
reseptor LDL atau dengan reseptor LDL dan hidrolisis menjadi kolesterol. VLDL
yang dibentuk di hati mengangkut kolesterol di dalam plasma. Sebagian besar
koesterol di dalam VLDL tertahan dalam sisa VLDL, IDL yang di ambil oleh hati
dikonversi menjadi LDL yang selanjutnya akan diambil oleh reseptor LDL di hati
dan jaringan ekstrahepatik (Botham & Mayes, 2012).
2.1.2.3 Ekskresi Kolesterol
Sekitar 1 gram kolesterol di eliminasi dari tubuh setiap harinya. Kurang
lebih separuhnya di ekskresikan ke dalam feses setelah dikonversi menjadi asam
empedu. Sisanya akan diekskresikan sebagai kolesterol. Sejumlah besar kolesterol
yang diekskresikan kedalam empedu akan direabsorbsi dan diyakini bahwa
sekurang-kurangnya sebagian kolesterol yang merupakan prekursor senyawa
sterol feses berasal dari mukosa intestinal. Sejumlah besar ekskresi garam empedu
akan di reabsorbsi kembali ke dalam sirkulasi porta, diambil oleh hati dan
diekskresikan kembali ke dalam empedu. Garam empedu yang tidak direabsorbsi
ataupun derivatnya diekskresikan kedalam feses (Botham & Mayes, 2012).
12
2.1.2.4 Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia atau kolesterol tinggi terjadi jika terdapat terlalu
banyak kolesterol di dalam tubuh. Tubuh membuat sendiri kolesterol yang
dibutuhkan oleh tubuh sesuai kebutuhan. Berbagai kelebihan kolesterol yang
didapat dari makanan dapat membahayakan tubuh (Steven et al.,2013).
Hiperkolesterolemia meningkatkan resiko penyakit jantung, serangan
jantung dan stroke. Ketika di dalam tubuh terlalu banyak terdapat kolesterol akan
terbentuk deposit yang menempel pada pembuluh darah yang disebut plak pada
dinding arteri (Steven et al.,2013).
Gambar 2.1 Kadar LDL dan HDL(Sumber:Wellness Confess of America,2005)
13
Pada hiperkolesterolemia biasanya tidak ada gejala awal yang terlihat
terutama pada tahap awal. Pada beberapa kasus hiperkolesterolemia didapat
karena turunan, hepar dapat membuat terlalu banyak kolesterol atau tubuh tidak
dapat membuang LDL dari pembuluh darah secara normal. Faktor resiko
hiperkolesterolemia seperti obese, terlalu banyak konsumsi makanan tinggi
kolesterol, kurang olahraga, riwayat keluarga, tekanan darah tinggi, merokok dan
diabetes (Steven et al.,2013).
Kadar HDL yang rendah mempunyai hubungan yang kuat sebagai
prediktor hiperkolesterol. Fungsi utama HDL dalam transport kolesterol dan untuk
mencegah LDL untuk terjadi oksidasi sehingga menjadi LDL-oks. LDL-oks ini
akan dicegah pembentukannya oleh HDL yang mengandung paraoxinase 1 (PON
1). Sehingga, kadar HDL yang rendah dapat menyebabkan hiperkolesterolemia
(Kontush & Chapman,2010).
2.1.3 Aterosklerosis Akibat Hiperkolesterolemia
Kolesterol plasma terutama lipoprotein yang aterogenik yaitu LDL
berperan khusus sebagai faktor risiko aterosklerosis. Secara patofisiologis
aterosklerosis disebabkan karena disfungsi endotel dan inflamasi. Prosesnya
diawali dengan berubahnya LDL menjadi LDL-oks akibat teroksidasi yang
bersifat aterogenik. LDL-oks karena densitasnya yang rendah akan tertahan di
endotel pembuluh darah dan berubah menjadi sitotoksik, proinflamasi,
khemotaktik dan proaterogenik. Karena pengaruh aterogenesis dan stimuli
inflamasi tersebut endotel pembuluh darah menjadi aktif, kemudian endotel
pembuluh darah akan mengeluarkan sitokin (Adi,2015).
14
NO (Nitric Oxyde) yang berperan sebagai bahan antiaterogenik utama
yang dihasilkan endotel pembuluh darah sebagai faktor protektif menjadi
berkurang sehingga fungsi dilatasi endotel pembuluh darah berkurang atau terjadi
disfungsi endotel. Selain itu, endotel pembuluh darah juga akan mengeluarkan sel-
sel adhesi (Vascular Cell Adhesion Molecule-1, InterCellular Adhesion Molecule-
1, E selectin, P selectin) dan menangkap monosit dan sel T. Monosit akan berubah
menjadi makrofag yang menangkap LDL-oks dan berubah menjadi sel busa (foam
cell). Kemudian sel apoptotik yang dihasilkan oleh LDL-oks akan terus
membentuk plak dan memicu terbentuknya trombus. Dari sisi lain, kadar HDL
yang tinggi dapat menurunkan risiko aterosklerosis karena menyebabkan transpor
kolesterol nalik yang merupakan mekanisme protektif dari progresi aterosklerosis
(Adi,2015).
Gambar 2.2 AterosklerosisLDL-oks menyebabkan kerusakan endotel sehingga merangsang terbentuknya sitokinserta memungkinkan monosit masuk ke tunika intima. Pada tunika intima monositmenangkap partikel lipoprotein melalui reseptornya sehingga membentuk foam celldan merangsang pengeluaran sejumlah zat proinflamasi. Jika keadaan ini terjadi terus-menerus, maka foam cell akan menumpuk dan menyebabkan terbentuknya plak yang
kemudian dapat terjadi ruptur.(Sumber : Karatzis,2005)
15
Aterosklerosis akan memicu peningkatan beban kerja jantung akibat
mempertahankan perfusi jaringan. Hal ini dikarenakan aterosklerosis yang
menyebabkan disfungsi endotel pembuluh darah. Peningkatan beban jantung ini
yang menyebabkan jantung mengalami remodelling sebagai proses
kompensasi/adaptasi (Kowalak et al., 2014). Selain itu, LDL-oks yang memicu
munculnya sitokin proinflamasi kemudian akan menginduksi INOS (Inducible
Nitric Oxyde Synthase) dalam miosit. Peningkatan jumlah NO pada jantung
diketahui akan menyebabkan kerusakan miokardium (Hussain et al.,1997).
2.2 Jantung
2.2.1 Anatomi jantung
Jantung dan pembuluh darah besar berada kira-kira di tengah thoraks,
dikelilingi paru di bagian lateral dan posterior serta dikelilingi oleh sternum dan
bagian tengah tulang rangka thoraks di bagian anterior. Batas jantung menurut
Moore & Dalley (2013) terdiri dari :
a. Batas superior , garis yang menghubungkan batas inferior kartilago
kostalis sinistra II dengan batas superior kartilago dekstra III.
b. Batas kanan , garis yang ditarik dari kartilago kostalis dekstra III
dengan kartilago kostalis dekstra IV
c. Batas inferior , garis yang ditarik dari ujung inferior batas kanan ke
titik pada spatium interkostale V mendekati MCL kiri; ujung kiri garis
berhubungan dengan apeks cordis dan denyut apeks.
d. Batas kiri , garis yang menghubungkan ujung kiri garis yang
menggambarkan batas superior dan inferior.
16
Jantung manusia memompa darah melalui arteri yang dihubungkan dengan
arteriol yang lebih kecil bahkan kapiler yang paling kecil. Jantung terletak di
sebelah kiri dari midline pada rongga dada manusia. Jantung manusia adalah
organ yang terdiri dari sekumpulan otot dan mempunyai 4 ruang. Pada bagian
superior terdapat 2 atrium yang dipisahkan oleh sekat yang disebut interatrial
septum. Pada bagian inferior 2 ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut
interventrikular septum. Setiap atrium dan ventrikel terdapat katup yang berfungsi
untuk mengalirkan darah ke satu arah sehingga mencegah aliran balik darah.
(Jones & Bartlett, 2013)
Atrium dekstra membentuk batas kanan jantung dan menerima suplai
darah vena dari vena kava superior, vena kava inferior dan sinus sinus koronarius.
Pada bagian luar atrium dekstra biasanya terdapat suatu kantong otot yang
menyerupai kerucut disebut auricula dekstra. Menurut Moore & Dalley (2013)
bagian dalam atrium dekstra terdiri dari :
a. Bagian posterior yang menjadi muara vena kava dan sinus koronarius,
membawa darah yang tidak teroksigenasi ke dalam jantung.
b. Dinding anterior terdiri dari muskulus pectinatus.
c. Orificium atrium-ventrikel kanan sebagai media atrium dekstra
mengeluarkan darah ke ventrikel dekstra.
Ventrikel dekstra membentuk bagian terbesar permukaan anterior jantung ,
bagian kecil facies diaphragmatica , dan hampir seluruh batas inferior jantung.
Crista supraventricularis memisahkan dinidng otot berkrista bagian inflow bilik
jantung dari dinding halus conus arterious (bagian outflow). Aliran inflow
ventrikel dekstra didapat dari atrium dekstra melewati ostium AV dekstra
17
(trikuspid). Menurut Moore & Dalley (2013) berikut ini terdapat muskulus pada
ventrikel dekstra berhubungan dengan kuspid katup trikuspid :
a. Muskulus papillaris anterior, berasal dari anterior ventrikel dekstra dan
chorda tendineaenya menempel pada kuspid anterior dan posterior
katup trikuspid.
b. Muskulus papillaris posterior, berasal dari inferior ventrikel dekstra
dan chorda tendineaenya menempel pada kuspid posterior dan septal
katup trikuspid.
c. Muskulus papillaris septal, berasal dari septum interventriculare dan
chorda tendineaenya menempel pada kuspid anterior dan septal katup
trikuspid.
Atrium sinistra membentuk sebagian besar basis cordis. Pada atrium
sinistra terdapat empat vena pulmonalis yang berguna untuk mengalirkan darah
dari paru ke jantung. Septum interatriale merupakan dinding yang membatasi
atrium dekstra dengan atrium sinistra. Melalui ostium AV sinistra jantung
memompa darah yang teroksigenasi dari vena pulmonalis menuju ventrikel
sinistra (Moore & Dalley, 2013).
Ventrikel sinistra membentuk apeks cordis. Dinding ventrikel sinistra
sekitar dua sampai tiga kali lebih tebal dibandingkan dinding ventrikel dekstra
karena bekerja lebih berat. Septum interventrikular merupakan dinding yang
membatasi antara ventrikel sinistra dengan ventrikel dekstra. Pada bagian
posterosuperior ventrikel sinistra terdapat ostium aortae yang berfungsi sebagai
jalan aliran darah dari ventrikel sinistra ke aorta (Moore & Dalley, 2013).
18
Antara atrium dan ventrikel terdapat valva atrioventrikularis yang
memiliki dua cuspis yaitu superior dan inferior. Pada jantung juga terdapat dua
valva semilunaris yaitu valva semilunaris pulmonalis dan valva semilunaris aortae
yang mencegah aliran arus balik darah (Moore & Dalley, 2013).
Jantung manusia terdiri dari 3 lapisan yang menyusun dindingnya dari
lapisan yang paling luar adalah pericardium, miokardium dan endocardium.
Lapisan pericardium terdiri dari jaringan ikat dan jaringan adiposa, dan lapisan ini
melindungi jantung dengan mengurangi gesekan. Miokardium merupakan lapisan
yang paling tebal dan terdiri dari otot-otot jantung. Lapisan ini banyak mendapat
suplai dari kapiler darah, kapiler limfe, dan serabut saraf. Miokardium berfungsi
untuk memompa darah dari jantung. Lapisan endocardium merupakan lapisan
yang paling dalam dan terdiri dari epitel dan jaringan ikat serta banyak
mengandung serabut elastis dan kolagen. Endocardium juga banyak terdapat
pembuluh darah dan serabut otot jantung khusus yang disebut serabut purkinje
(Jones & Bartlett, 2013).
Gambar 2.3 Struktur Anatomi JantungSumber : Tortora & Derrickson, 2012
19
2.2.2 Fisiologi Jantung
Otot-otot jantung yang utama terdiri dari otot atrium, otot ventrikel, serta
serabut otot eksitatorik dan konduksi khusus. Otot atrium dan otot eksitatorik
berkontraksi seperti otot jantung tapi dengan durasi yang lebih lama. Sebaliknya,
serabut otot eksitatorik dan konduksi berkontraksi dengan lemah sekali. Siklus
jantung terdiri dari sistolik (periode kontraksi) dan diastolik (periode relaksasi)
(Guyton, 2007).
Pada keadaan normal darah mengalir terus menerus ke vena melalui
atrium dan masuk ke dalam ventrikel bahkan sebelum atrium berkontraksi.
Kontraksi atrium akan menyebabkan tambahan pasokan darah ke ventrikel sekitar
20%. Kondisi ini yang menjelaskan fungsi atrium sebagai pompa pendahulu pada
siklus jantung (Guyton, 2007).
Selama sistolik ventrikel, darah berkumpul di atrium dekstra dan sinistra
karena katup atrioventrikular tertutup. Segera setelah sistolik dan tekanan
ventrikel turun sampai ke nilai diastolik, tekanan ventrikel turun. Pada atrium
tekanan cukup tinggi selama fase sistemik ventrikel sehingga darah mengalir
cepat ke ventrikel. Fase tersebut yang disebut periode pengisian cepat pada
ventrikel (Guyton, 2007).
Segera setelah ventrikel mulai berkontraksi tekanan ventrikel meningkat
sehingga katup atrioventrikular menutup. Ventrikel membutuhkan waktu untuk
melakukan kontraksi sehingga walaupun sudah terjadi kontraksi pada ventrikel
belum terjadi pengosongan. Periode ini disebut periode kontraksi isovolemik. Bila
20
tekanan ventrikel sinistra meningkat akan mendorong katup semilunaris terbuka
sehingga darah mulai keluar dari ventrikel. Periode ini disebut sebagai periode
ejeksi. Pada akhir sistolik terjadi relaksasi pada ventrikel (Guyton, 2007).
Sewaktu ventrikel mengosongkan isinya selama sistolik volume ventrikel
akan menurun sampai 70 milimeter, yang disebut curah isi sekuncup. Pada fase
diastolik, pengisian ventrikel yang normal akan meningkatkan volume ventrikel
sampai 110-120 milimeter yang disebut sebagai volume diastolik akhir (Guyton,
2007).
Tekanan darah adalah tekanan hidrostatik karena penekanan darah pada
dinding pembuluh darah. Tekanan darah sistolk adlah tekanan darah tertinggi
sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekana darah terendah. Tekanan arteri
rata-rata adalah tekanan arteri rata-rata yang mendorong pembuluh darah masuk
ke jaringan selama seluruh siklus jantung (Tortora, 2012).
Gambar 2.4 Faktor penyebab meningkatnya tekanan arteri rata-rataSumber : Tortora, G.J, Derrickson, C., 2012
21
2.2.3 Histologi jantung
Dinding otot jantung terdiri dari tiga lapisan dari yang paling dalam yaitu,
endocardium, miokardium dan epicardium. Endocardium terdiri dari endotel
selapis gepeng dan stratum subendotheliale yang tipis. Endokardium di dalamnya
terdapat lamina subendocardiaca jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah
kecil dan serat purkinje. Miokardium merupakan lapisan yang paling tebal.
Epicardium terdiri dari mesotel selapis gepeng dan lamina subepicardiaca jaringan
ikat di bawahnya. Lamina subepicardiaca mengandung pembuluh darah koroner,
saraf, dan jaringan adiposa (Eroschenko, 2010).
Diantara atrium dan ventrikel terdapat lapisan jaringan ikat fibrosa padat
yang disebut anulus fibrosus. Kuspis katup atrioventrikular terbentuk dari
membran ganda endocardium dan inti jaringan ikat padat yang bersambungan
Gambar 2.5 Histologi Miokardium JantungGambaran normal serat miokardial pada potongan longitudingal. Pada gambar terlihatnukleus sentral dan susunan sinsitial serat miokardium, didapatkan juga beberapa
diskus interkalatus.Sumber : The Internet Pathology Laboratory for Medical Education, Mercer
University of Medicine, 2016
22
dengan dengan anulus fibrosus. Pada permukaan ventral setiap kuspis terdapat
chorda tendineae yang melekat pada otot papillaris. Permukaan ventrikel
mengandung rigi dari miokardium yang disebut trabeculae carneae yang
membentuk otot papillaris. Serat purkinje yang menghantarkan impuls terletak di
jaringan ikat subendocardium, ukurannya lebih besar dan pewarnaannya lebih
terang (Eroschenko, 2010).
Serat otot jantung hampir mirip dengan otot rangka, bedanya otot jantung
terdiri dari sel-sel panjang yang terdapat garis melintang di dalamnya, bercabang
tunggal, terletak paralel satu sama lain, dan memiliki sat atau dua inti yang
terletak di tengah sel. Pada potongan melintang terlihat myofibril. Ciri khas otot
jantung yang membedakan dengan otot yang lainnya adalah adanya diskus
interkalatus yaitu struktur berupa garis-garis gelap melintang yang melintang yang
melintasi rantai-rantai otot, ditemukan pada interval tak teratur. Garis ini
merupakan kompleks tautan khusus antar serat-serta otot yang berdekatan
(Eroschenko, 2010).
2.2.4 Jantung pada tikus
Jantung pada tikus secara makroskopis hampir sama dengan manusia.
Bagian luar dapat dilihat terdapat apeks, basis dan aurikula pada kedua sisinya.
Pada potongan longitudinal didapatkan pada jantung tikus terdiri dari 4 ruang
yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel (Treuting et al., 2012). Secara mikroskopis jantung
tikus juga mirip dengan jantung manusia. Kardiomiosit pada jantung tikus terdiri
sari serat-serat panjang, bercabang dan juga terdapat diskus interkalatus. Pada
sekitar sel jantung ada selaput halus endomisium yang kaya akan pembuluh
kapiler (Velickov et al., 2013).
23
2.3 Jantung pada Hiperkolesterol
Manusia Tikus Mencit SumberBerat 250-300
gram0,4-0,5 gram 0,2 gram Ajibade,2012
Wessels,2003
HR 60-70kali/menit
260-450kali/menit
500-600 kali/mnt Papadimitrou etal.,2007
Bentuk Bentukpyramidaldanpermukaaninferior lebihdatar
Bentuk lebihellipsoidal(“rugby ball”shape)
Bentuk lebihellipsoidal(“rugby ball”shape)
Wessels,2003
Ruangjantung
2 ventrikeldan 2 atriumAtrium danventrikeldominan
2 ventrikel dan2 atriumAtrium relatifsangat kecildibandingkanventrikel
2 ventrikel dan 2atriumAtrium relatifsangat kecildibandingkanventrikel
Papadimitrou etal.,2007Wessels,2003
Gambar 2.6 Jantung pada TikusSumber : Comparative Anatomy and Histology, 2012
Gambar 2.7 Histologi Jantung pada TikusSumber : Swamy et al., 2011
Tabel 2.1 Perbedaan Jantung Manusia, Tikus dan Mencit
24
Kardiomiosit - otot jantungterdiri dariserat-seratpanjang
- bercabang- inti ditengah sel
- terdapatdiskusinterkalatus
- terdiri sariserat-seratpanjang-bercabang-inti di tengah sel-terdapat diskusinterkalatus.
-terdiri sari serat-serat panjang-bercabang-inti di tengah sel-terdapat diskusinterkalatus.
Velickov etal.,2013Budiyono,2013
2.3 Kelor (Moringa oleifera Lam.)
2.3.1 Taksonomi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus: Moringa
Spesies:Moringa oleifera Lam
(plantamor,2012)
Gambar 2.8 Moringa oleifera Lam.(Sumber :Plantamor, 2012)
25
2.3.2 Penyebaran
Moringa oleifera Lam merupakan tanaman asli kaki bukit Himalaya Asia
Selatan yang sering ditemukan pada ketinggian 1.400 m dari permukaan laut.
Sebagian besar tumbuh liar, tapi seiring dengan menyebar informasi tentang
manfaat dan khasiatnya Moringa oleifera Lam mulai banyak dibudidayakan .
Moringa oleifera Lam banyak dibudidayakan di negara Asia Tenggara,
Semenanjung Arab, tropis Afrika, Amerika Tengah, Karibia dan tropis Amerika
Selatan. Sebagian besar Moringa oleifera Lam dibudidayakan untuk diambil
daun, bunga, akar dan bijinya untuk dibuat obat tradisionaldi seluruh negara
tempat tanaman ini tumbuh dengan baik (Krisnadi D,2015).
2.3.3 Daun Moringa oleifera Lam
Daun Moringa oleifera Lam merupakan daun majemuk, bertangkai
panjang, tersusun berseling (alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus),
helai daun saat muda berwarna hijau muda, setelah dewasa helai daun berwarna
hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1-2 cm, lebar 1-2 cm, tipis, ujung
dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, tulang daun menyirip (pinnate),
permukaan atas dan bawah halus. Tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi
atas agak pipih, menebal pada pangkalnya dan permukaannya halus (Krisnadi
D,2015).
Gambar 2.9 Daun Moringa oleiferaLam.
(Sumber : daunkelor.com)
26
2.3.4 Manfaat Moringa oleifera Lam
Berbagai penelitian tentang Moringa oleifera Lam pada beberapa tahun
terakhir terutama pada tikus. Berdasarkan hasil penelitian in vitro pada hewan dan
manusia membuktikan bahwa semua bagian dari Moringa oleifera Lam memiliki
fungsi baik secara fisiologis maupun farmakologi. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan pada manusia mengindikasikan bahwa bubuk daun Moringa oleifera
Lam yang diberikan secara oral diketahui berguna sebagai anti-hiperglikemia, anti
dislipidemia, kemoprotektif, dan efek antioksidan tanpa menimbulkan efek
samping (Stohs et. al, 2015)
Kandungan Akar Batang Bunga DaunVitamin C +Flavonoid + + + +Beta-sitosterol + +
Berikut merupakan tabel menurut jurnal penelitian John Hopkins yang
menunjukkan kegunaan dari Moringa sebagai obat tradisional untuk berbagai
penyakit.
Kandungan Nilai Satuan SumberVitamin C 6.26 mg/100mL Madukwe et al,
2013Flavonoid 27 µg/mL Rajanandh MG
et al,2010Beta-sitosterol 90 mg/g Rajanandh MG
et al,2010
Tabel 2.2 Kandungan Moringa oleifera Lam. (Krisnadi D,2015)
Tabel 2.3 Kandungan Ekstrak Daun Moringa oleifera Lam.
27
Kondisi / Efek Bagian TumbuhanANT Antimicrobial /BiocidalBacterial Daun, bunga, bijiDental Caries/Toothache Akar, kulit kayu, getahInfection Daun dan bungaSyphilis, Typhoid GetahUrinary Tract Infection DaunFungal/Mycoses Minyak bijiVirusCommon cold Bunga, akar, kulit kayuEBV, HSV-1, HIV-AIDS DaunWarts BijiParasitHelminths Daun, bunga, polongSchistosomes BijiTrypanosomes Daun dan akarLainnyaBronchitis, Hepatic, Thyroid DaunEarache GetahExternal Sores/Ulcers Daun, bunga, akar, kulit kayuFever Daun, akar, getah, bijiSkin (Dermal) Minyak biji dan bijiThroat Infection BungaAsthma Akar dan getahCancer Therapy /Protection Daun, bunga, polong, kulit kayu, bijiAnti-tumor Skin PolongAnti-tumor Prostate DaunAnti-tumor Radioprotective DaunAnti-anemic DaunAnti-hypertensive Daun dan polongCardiotonic AkarDiabetes/hypoglycemia Daun dan polongDiuretic Daun, bunga, akar, dan getahHypocholestemia DaunHepatorenal Daun dan akarDET Detoxification Kulit kayu dan minyak bijiINF Inflammation Daun, bunga, biji, polong, akar,getahIMM Immunity Biji dan minyak bijiHeadache Daun, akar, kulit kayu dan getah
Tabel 2.4 Manfaat Moringa oleifera Lam.
Sumber : Hiawatha Bey, All Things Moringa2010
28
Daun Kelor Daun Kenikir Daun Pepaya
Kandungan Vitamin
C (per 100 gram daun
segar)
220 mg
(K. Dudi,2015)
64,6 mg
(Cheng et al.,2015)
61,8 mg
(Boshra et al.,2013)
Daun Kelor Labu Siam Pepaya Pakis
Polyphenol (per
100 gram daun
kering)
536,1 mg 412 mg 376 mg 306 mg
Flavonoid (per
100 gram daun
segar)
117 mg 36 mg 36 mg 9,5 mg
2.4.5 Pengaruh Moringa oleifera Lam terhadap kolesterol
Moringa oleifera Lam sudah sejak lama digunakan sebagai salah satu
pengobatan tradisional untuk mengatasi penyakit kardiovaskular dan obesitas atau
kegemukan. Kolesterol sebenarnya merupakan elemen pentig yang dibutuhkan
tubuh kita untuk memperbaiki sel-sel tubuh. Kolesterol dibagi menjadi dua tipe
dasar yaitu Lipoprotein low-density (LDL) dan high-density (HDL). Keduanya
memiliki peran yang berbeda. HDL membantu menghilangkan timbunan lemak
dari aliran darah, sehingga menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. LDL
memiliki peran yang berlawanan yaitu dapat membuat timbunan lemak di
pembuluh darah. Sebuah penelitian membandingkan pengaruh pemberian serbuk
kelor (Moringa oleifera Lam) di makanan sehari-hari tikus dengan diet aterogenik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian daun kelor berdampak banyak
pada menurunnya kadar kolesterol secara keseluruhan (Krisnadi D,2015).
Tabel 2. 5 Perbandingan Kandungan Vitamin C
Tabel 2.6 Perbandingan Kandungan Antioksidan
Sumber : Rahmat,2009
29
Analisis kualitatif terhadap ekstrak hidroalkoholik Moringa oleifera Lam
membuktikan adanya kandungan β-sitosterol sebanyak 0,09%. Kandungan β-
sitosterol ini yang menurunkan kadar kolesterol dengan cara menurunkan
konsentrasi LDL dalam plasma dan menghambat reabsorbsi kolesterol dari
sumber endogen. Ekstrak Moringa oleifera Lam juga diketahui mengandung
antioksidan flavonoids dan polyphenols. Senyawa ini secara signifikan dapat
meningkatkan SOD dan katalase serta menurunkan kadar lipid peroksidase
sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol terutama LDL (Rajanandh,2012).
2.4 Radikal Bebas
2.4.1 Peroksidase lipid sumber radikal bebas
Spesies oksigen reaktif (SOR) merupakan sumber radikal bebas bagi tubuh.
Peningkatan SOR di dalam tubuh dapat memicu stres oksidatif yang dapat
menimbulkan proksidasi lipid dan dapat menyebabkan kerusakan sel. Peroksidasi
lipid adalah reaksi berantai yang menghasilkan radikal bebas secara terus menerus
dan peroksidasi lebih lanjut. Peroksidasi (auto-oksidasi) lipid yang terpajan oleh
oksigen bertanggung jawab terhadap kerusakan jaringan in vivo. Peroksidasi ini
dapat menjadi penyebab kanker, penyakit peradangan, atherosklerosis, dan
penuaan (Botham & Mayes,2012).
Radikal bebas adalah bentuk radikal yang sangat reaktif dan mempunyai
waktu paruh yang sangat pendek, membawa elektron yang tidak berpasangan.
Bentuk radikal bebas yang penting dalam jejas sel in vivo adalah : superoksida
(O2-), hidrogenperoksidase (H2O2), ion hidroksil (OH-). Ketiga radikal bebas ini
dapat terbentuk pada aktifasi berbagai enzim oksidatif yang terdapat dalam
mitokondria, lisosom, peroksisom, sitosol dan membran sel (Pringgoutomo,2006).
30
2.4.2 Jejas sel oleh radikal bebas
Superoksida adalah radikal bebas yang tidak stabil sehingga akan cepat
mengalami dekomposisi membentuk oksigen dan hidrogen peroksidase. Tahapan
reaksi jejas sel oleh radikal bebas adalah : 1. Inisiasi, permulaan terbentuknya
radikal bebas; 2. Propagasi, reaksi yang berkembang atas timbulnya radikal bebas
berupa transfer atom atau penambahan atom; 3. Terminasi, pemusnahan atau
inaktifasi radikal bebas baik oleh antioksidan endogen atau eksogen, maupun
enzim superoksida dismutase (Pringgoutomo,2006).
Tingginya kadar LDL dalam darah mengakibatkan molekul LDL
teroksidasi dan terbentuknya lipid peroksida. Lipid peroksida merusak sel endotel
pembuluh darah menyebabkan inflamasi dan menginisiasi munculnya sitokin
proinflamasi seperti interleukin-1(IL-1). Dan TNF-α. Sitokin proinflamasi
tersebut menginduksi Inducible Nitric Oxide Synthase (INOS) dalam miosit dan
endotel vaskular untuk memproduksi Nitric Oxide (NO). Pada penelitian
sebelumnya diketahui bahwa jumlah NO yang diproduksi secara berlebih dalam
jantung dapat menyebabkan terjadinya kerusakan miokardium (Hussain et
al.,1997).
Hidroksil radikal merupakan hasil dari peroksidasi lipid dengan oksigen
elektron tunggal yang berpotensi memiliki efek menghancurkan termasuk
terhadap sel otot jantung (Daud,2007). Jika tubuh tidak mampu untuk
mengkompensasi jumlah SOR yang berlebihan dapat menyebabkan kematian sel.
Kematian sel berupa nekrosis merupakan pola kematian sel yang utama
(Cotran,2007). Jaringan nekrotik mengalami perubahan nuklear berupa basofilia
kromatin memudar yang disebabkan aktifitas DNAase (kariolisis), melisutnya inti
31
sel dan peningkatan basofil (piknosis), serta karioreksis yaitu fragmen inti sel
yang piknotik (Anggraeni,2009).
Untuk mengendalikan dan mengurangi peroksidasi lipid, baik manusia
dalam aktivitasnya menggunakan antioksidan. Antioksidan alami antara lain
vitamin E yang larut lipid dan vitamin C yang larut air. Antioksidan terbagi
menjadi dua kelas : 1. Antioksidan preventif yang mengurangi laju inisiasi reaksi
berantai; 2. Antioksidan pemutus rantai yang mengganggu propagasi reaksi
berantai inisiasi, propagasi dan terminasi (Botham & Mayes,2012).
2.4.3 Jantung Akibat Radikal Bebas
Hipertrofi jantung terutama ventrikel kiri merupakan respon miokardium
terhadap penyakit seperti hipertensi, infark myokard, penyakit katup jantung dan
mutasi genetik. Hipertrofi ini sebagai kompensasi jantung menghadapi tekanan
darah tinggi ditambah dengan faktor neurohormonal yang ditandai oleh penebalan
konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik). Hipertrofi jantung patologis ini
menyebabkan peningkatan massa otot dan akumulasi kolagen dalam myokardium
(Rohilla et al.,2012). Fungsi diastolik akan mulai terganggu akibat dari gangguan
relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi ventrikel kiri (hipertrofi
eksentrik). Rangsangan simpatis dan aktivasi sistem RAA memacu mekanisme
Frank-Starling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel sampai tahap
tertentu dan pada akhirnya akan menyebabkan gangguan kontraksi myokard
sehingga mengganggu fungsi sistolik (Panggabean,2015).
Iskemia myokard, misal karena infark myokard, dapat terjadi karena
kombinasi akselerasi proses aterosklerosis dengan peningkatan kebutuhan oksigen
myokard akibat hipertrofi ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri, iskemia
32
myokard dan gangguan fungsi endotel merupakan faktor utama kerusakan miosit
pada hipertensi (Panggabean,2015).
Sel otot jantung(kardiomiosit) membesar dan menyebabkan dinding
ventrikel kiri menebal akan menimbulkan hipertrofi. Penebalan ini dapat
menyumbat aliran darah keluar dari ventrikel. Dinding ventrikel mungkin
menegang, dan sebagai hasilnya, ventrikel kurang mampu untuk bersantai dan
mengisi dengan darah. Hal ini dapat meningkatkan tekanan darah di ventrikel dan
pembuluh darah paru-paru. Perubahan juga terjadi pada sel-sel di otot jantung
yang rusak, yang dapat mengganggu sinyal listrik jantung dan menyebabkan
aritmia (American Heart Association,2016).
Gambar 2.10 Gambaran Mikroskopis Jantung Infark MiokardPada gambar A menunjukkan adanya nekrosis dan serat bergelombang dibandingkandengan gambar sebelahnya dengan serat yang normal. Gambar B menunjukkaninfiltrasi neutrofilik pada 2-3 hari infark. Gambar C miosit yang nekrosis hampir habisakibat makrofag fagositik (7-10 hari infark). Gambar D menunjukkan granulasijaringan yang ditandai dengan hilangnya jaringan ikat dan melimpahnya kapiler.Gambar E menunjukkan adanya scar kolager yang padat. Gambar D dan Emenunjukkan sediaan denganMasson’s trichrome stain.Sumber : The Internet Pathology Laboratory for Medical Education, MercerUniversity of Medicine, 2016
33
2.5 Antioksidan
Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia yang berupa atom maupun
molekul yang memiliki elektron berpasangan yang bersifat tidak stabil sehingga
radikal bebas bersifat toksik terhadap molekul biologi/sel. Radikal bebas dapat
mengganggu produksi Deoxyribo Nucleic Acid (DNA), lapisan lipid pada dinding
sel, mempengaruhi pembuluh darah, produksi Prostaglandin (PG), dan protein lain
seperti enzim dalam tubuh (Droge,2002).
Tubuh manusia dapat menetralisir radikal bebas bila jumlahnya tidak
berlebihan dengan antioksidan di tingkat sel, membran, dan ekstra sel.
Antioksidan dibagi menjadi antioksidan endogen, yaitu enzim-enzim yang bersifat
antioksidan, seperti: Superoksida Dismutase (SOD), katalase (Cat), dan
glutathione peroksidase (Gpx); serta antioksidan eksogen, yaitu yang didapat dari
luar tubuh/makanan. Berbagai tanaman dan bahan makanan yang mengandung
antioksidan bahan aktifnya, antara lain vitamin C, E, pro vitamin A, organosulfur,
α-tocopherol, flavonoid, thymoquinone, statin, niasin, phycocyanin, dan lain-lain
(Werdhasari,2014).
Daun Kelor mengandung 46 senyawa antioksidan kuat atau senyawa-
senyawa dengan karakteristik antioksidan. Senyawa antioksidan ini dapat
menetralisir radikal bebas yang merusak sel-sel dalam tubuh. Kandungan
antioksidan daun kelor antara lain : vitamin A, vitamin C, vitamin E, vitamin K,
vitamin B(choline), vitamin B1(thiamine), vitamin B2(riboflavin), vitamin
B3(niacin), vitamin B6, alanine, alpha-carotene, arginine, beta-carotene, beta-
sitosterol, caffeoylquinic acid, campesterol, carotenoids, chlorophyll, chromium,
delta-5-avenasterol, delta-7-avenasterol, glutathione, histidine, indole acetic acid,
34
indoleacetonitrile, kaemprefal, leucine, methionine, mystric acid, palmitic acid,
prolamine, proline, quercetine, rutin, selenium, threonine, tryptophan, xanthins,
xanthophyll, zeatin, zeaxanthin dan zinc (Kurniasih,2012).
Antioksidan diperlukan untuk mencegah stres oksidatif yang merupaka
kondisi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas yang ada dengan jumlah
antioksidan di dalam tubuh. Enzim superoksida dismutase (SOD) akan mengubah
radikal superoksida (O2-) yang dihasilkan dari respirasi serta yang berasal dari
lingkungan, menjadi hidrogen peroksida (H2O2), yang masih bersifat reaktif. SOD
terdapat di dalam sitosol dan mitokondria. Peroksida dikatalisis oleh enzim
katalase dan glutation peroksidase (GPx). Katalase mampu menggunakan sartu
molekul H2O2 sebagai substrat elektron donor dan satu molekul H2O2 menjadi
substrat elektron akseptor, sehingga 2 molekul H2O2 menjadi 2 H2O dan O2. Di
dalam eritrosit dan jaringan lain, enzim glutation peroksidase (GPx) mengkatalisis
destruksi H2O2 dan lipid hidroperoksida dengan menggunakan glutation tereduksi
(GSH), melindungi lipid membran dan hemoglobin dari serangan oksidasi oleh
H2O2, sehingga mencegah terjadinya hemolisis yang disebabkan oleh serangan
peroksida.GSH akan dioksidasi menjadi GS-SG. Agar GSH terus tersedia untuk
membantu kerja enzim GPx, maka GS-SG ini harus direduksi lagi menjadi GSH.
Fungsi ini diperankan oleh enzim glutation reduktase (GRed) (Werdhasari,2014).
H2O2 yang tidak dikonversi menjadi H2O, dapat membentuk radikal
hidroksil reaktif (OH-) apabila bereaksi dengan ion logam transisi (Fe2+/Cu+ ).
OH- bersifat lebih reakif dan berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan sel
melalui peroksidasi lipid, protein dan DNA. Di pihak lain, tubuh tidak mempunyai
enzim yang dapat mengubah OH� menjadi molekul yang aman bagi sel. Tubuh
35
manusia dapat menetralisir radikal bebas bila jumlahnya tidak berlebihan, dengan
mekanisme pertahanan antioksidan endogen. Bila antioksidan endogen tidak
mencukupi, tubuh membutuhkan antioksidan dari luar (Werdhasari,2014).
Gambar 2.11 Skema Pembentukan Stress OksidatifSumber: Johansen et al.,2005