Download - Bab1-Bab3 Mpk Fix

Transcript
Page 1: Bab1-Bab3 Mpk Fix

Pengaruh Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dengan Anak terhadap

Motivasi Belajar Anak

(Survei terhadap Siswa SD Pahoa Kelas 1)

Dibuat Oleh:

Stephanie Octavia - 13140110178

Irene Meichaella – 13140110361

Virginia Melati Puspita - 13140110059

Donny Fernando - 13140110019

Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Multimedia Nusantara

2015

Page 2: Bab1-Bab3 Mpk Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan antara orang tua dengan anak memberikan dampak yang cukup

besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apabila orang tua sibuk

bekerja, jarang berada di rumah, atau bahkan jarang berkomunikasi dengan anak,

hal tersebut akan berpengaruh pada prestasi anak di sekolah. Keluarga merupakan

lingkungan utama dalam membentuk kepribadian anak. Orang tua sangat berperan

dalam menentukan pola sikap dan pola perilaku anak di masa mendatang.

Lingkungan keluarga juga mempengaruhi keberhasilan belajar seorang anak.

Dengan seiring berkembangnya zaman, banyak orang tua yang kurang

dalam memberi perhatian dan semangat belajar kepada anak-anaknya. Mereka

menyerahkan pendidikan anak-anaknya sepenuhnya kepada lembaga pendidikan

formal, yaitu sekolah. Hal tersebut yang menyebabkan anak-anak kurang memiliki

motivasi dalam belajar.

Hal penting yang dibutuhkan dalam diri seseorang dalam meraih dan

menggapai cita-cita adalah motivasi. Orang tua sangat berperan penting dalam

mendorong munculnya motivasi dalam diri anak. Tindakan yang dapat dilakukan

untuk mendorong munculnya motivasi dalam diri anak adalah berkomunikasi.

Kemampuan berkomunikasi yang baik, perhatian yang diberikan kepada anak,

mendengarkan kebutuhan dan masalah yang dihadapi anak-anak, dan menjalin

kedekatan dengan anak-anaknya akan berpengaruh terhadap motivasi belajar

anak.

Keterlibatan orang tua dalam menumbuhkan motivasi belajar wajib

dilakukan, baik berupa perhatian, bimbingan kepada anak maupun dengan

melakukan komunikasi interpersonal dengan anak. Apabila orang tua mampu

mendidik anak dengan baik, mampu berkomunikasi dengan baik, penuh perhatian

Page 3: Bab1-Bab3 Mpk Fix

terhadap anak, mengetahui kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi anak dan

mampu menciptakan hubungan baik dengan anak-anaknya akan berpengaruh

besar terhadap motivasi belajar anak.

Kehadiran orang tua yang dapat memotivasi belajar seorang anak

merupakan hal yang penting, terutama bagi anak-anak yang masih duduk di

bangku Sekolah Dasar. Orang tua dapat memberikan saran, pendapat, nasihat

kepada anak-anak saat mereka sedang menghadapi masalah, khususnya masalah

dalam belajar.

Orang tua berperan penting dalam keluarga, yaitu menjalin komunikasi

interpersonal yang efektif dan harmonis. Bentuk komunikasi antarpribadi terjalin

dalam sebuah keluarga yang melibatkan komunikasi antara orang tua dan anak.

Seorang anak membutuhkan peran orang lain dalam perkembangannya dan orang

tua lah yang sangat berperan besar dalam membentuk kepribadian anak. Sebagai

orang tua, mereka harus melakukan sesuatu untuk mengembangkan diri anak-anak

mereka ke arah yang positif.

Komunikasi antarpribadi atau interpersonal communication adalah

komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau

lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Komunikasi

interpersonal juga merupakan penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan

pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya

dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy, 2003 : 30 ).

Di dalam komunikasi interpersonal terdapat keunikan karena selalu dimulai dari

proses hubungan yang bersifat psikologis dan proses psikologis selalu berdampak

kepada keterpengaruhan. Komunikasi interpersonal juga merupakan jenis

komunikasi yang paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku

manusia berhubung perilakunya yang dialogis.

Sebuah komunikasi interpersonal akan berjalan dengan baik jika antar

personal yang terlibat di dalam proses komunikasi ini dapat saling terbuka satu

sama lain, karena jika satu dengan yang lainnya saling menutup diri, maka

komunikasi ini tidak akan berjalan dengan baik. Begitu juga proses komunikasi

Page 4: Bab1-Bab3 Mpk Fix

interpersonal antara orang tua dengan anak, jika orang tua tidak terbuka maka

anak tidak akan merasa nyaman dengan komunikasi yang dilakukan, dan begitu

juga sebaliknya.

Membangkitkan motivasi belajar anak untuk mendapatkan prestasi belajar

yang lebih baik merupakan tanggung jawab dari orang tua. Seorang anak

membutuhkan lingkungan yang dapat mendukung untuk belajar dan menyukai

apa yang mereka pelajari. Dalam hal ini, orang tua sangat berperan dalam

menciptakan suasana di mana anak akan merasa senang belajar.

Anak-anak yang masih berada di bangku pendidikan pasti memiliki

motivasi untuk belajar, karena usia anak-anak adalah usia di mana mereka masih

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tetapi tidak dipungkiri bahwa motivasi

belajar anak dapat berkurang ketika anak tersebut dalam kondisi yang jenuh dan

situasi yang tidak mendukung. Beberapa hal yang menyebabkan motivasi belajar

anak menurun adalah ancaman-ancaman orang tua yang mengharuskan anak-

anaknya mendapatkan nilai yang sesuai dengan harapan mereka.

Berdasarkan situs www.kidnesia.com memotivasi anak untuk belajar

berbeda-beda menurut usianya. Di jenjang SD, usia ini dikelompokkan dalam dua

kategori, yaitu kelas rendah (kelas 1-3 SD) dan kelas atas (kelas 4-6 SD). Menurut

Karmila Wardhana, S.Psi ., memiliki ciri khas yang berbeda.

KELAS 1-3 SD anak-anak di kelas bawah masih menapaki masa transisi

dari taman kanak-kanak yang aktivitas belajarnya dilakukan sambil bermain ke

jenjang sekolah dasar yang formal. Maksudnya, mereka dituntut untuk banyak

berada dalam dalam kelas dan duduk tenang memperhatikan penjelasan guru serta

mengerjakan tugas-tugas.

Tuntutan tersebut tentu saja menyulitkan karena sebenarnya murid-murid

kelas rendah masih dalam usia bermain. Sayangnya, banyak orang tua, bahkan

guru, melupakan ciri khas usia ini. “Anak kelas 1-2 belum bisa diharapkan duduk

lama karena rentang perhatiannya maksimal sekitar 15 menit. Jadi mereka bukan

nakal kalau enggak bisa diam di kelas.”

Page 5: Bab1-Bab3 Mpk Fix

Berkaitan dengan masa transisi ini pula, seperti dituturkan Mila, orang tua

mesti peka dengan kemungkinan munculnya school phobia pada anak. Pahamilah

bahwa perubahan-perubahan dari TK ke SD sering membuat murid kelas rendah

“ketakutan”.

Agar anak dapat melalui masa transisinya dengan mulus, orang tua dapat

membantu dengan memberikan motivasi belajar yang pas menurut ciri khas anak

usia kelas 1-3 SD atau kurang lebih 6-8 tahun.

Motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga

anak itu mau melakukan sesuatu. Selain itu motivasi juga merupakan proses yang

menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Komunikasi antarpribadi antara orang tua dengan anak yang tidak

intensif dan tidak efektif sangat mungkin terjadi di dalam dunia nyata dan hal ini

dapat berdampak buruk terhadap motivasi belajar anak.

Peneliti mengambil responden di SD Pahoa karena sekolah ini merupakan

sekolah yang cukup terkenal dan favorit di wilayah Gading Serpong, dan

mayoritas anak-anak SD Pahoa diasuh oleh suster. Orang tua siswa SD Pahoa

juga kurang memiliki waktu untuk memperhatikan tumbuh kembang belajar anak

di sekolah. Selain itu, SD Pahoa juga menerapkan kurikulum yang

mengedepankan kemampuan trilingual (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan

Bahasa Mandarin) dan dimana yang menjadi fokus utamanya adalah penerapan

Bahasa Mandarin dan tentu dengan kurikulum yang seperti disebutkan tadi siswa

SD Pahoa perlu dibimbing dan diberikan motivasi belajar oleh orang tua dengan

baik dan tepat.

Kelas 1 SD merupakan masa transisi, dimana yang tadinya anak-anak

pergi ke sekolah untuk belajar sambil bermain, tetapi pada saat SD anak-anak

mulai mendapatkan materi pembelajaran yang cukup sulit. Oleh karena itu

dibutuhkan motivasi belajar agar siswa SD kelas 1 dapat beradaptasi dalam

mengikuti kegiatan belajar di sekolah.

Dimulai dari ruang lingkup yang kecil, peneliti ingin secara tidak langsung

mengajak orang tua yang ada untuk semakin menyadari bahwa komunikasi

Page 6: Bab1-Bab3 Mpk Fix

interpersonal antara orang tua dengan anak perlu dilakukan, terutama untuk

motivasi belajar anak.

1.2 Rumusan Masalah:

Adakah pengaruh komunikasi interpersonal antara orangtua dengan anak terhadap

motivasi belajar siswa kelas 1 SD Pahoa?

Seberapa kuat pengaruh komunikasi interpersonal orangtua dengan anak terhadap

motivasi belajar siswa kelas 1 SD Pahoa?

1.3 Tujuan Penelitian:

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi

belajar siswa kelas 1 SD Pahoa.

1.3.2 Seberapa kuat pengaruh komunikasi interpersonal orangtua terhadap

motivasi belajar siswa kelas 1 SD Pahoa.

1.4 Kegunaan Penelitian:

1.4.1 Kegunaan Penelitian Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis dalam

pengembangan ilmu komunikasi khususnya tentang komunikasi interpersonal

dalam keluarga dan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya

yang akan meneliti mengenai Komunikasi interpersonal dan motivasi belajar.

Page 7: Bab1-Bab3 Mpk Fix

1.4.2 Kegunaan Penelitian Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi keluarga,

khususnya orangtua supaya mereka dapat berkomunikasi interpersonal dengan

baik agar anak memiliki motivasi belajar yang tinggi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pembatasan terhadap penelitian menjadi yang penting karena peneliti

memiliki keterbatasan kemampuan, waktu, dan biaya. Untuk itu, agar pembaca

tidak salah mengartikan luasnya cakupan penelitian ini, maka peneliti membuat

ruang lingkup penelitian.

Dalam Penelitian ini akan difokuskan pada komunikasi interpersonal

orangtua dengan siswa SD Pahoa kelas 1

BAB II

KERANGKA PENELITIAN

2.1 Penelitian Terdahulu

N

o

Peneliti Judul Permasalahan Teori Metode

Penelitian

Hasil

1

.

Wahyu

niati,

Ninik

(2012)

Pengaruh

komunikasi

interpersona

l orang tua

Bagaimana pengaruh

komunikasi

interpersonal orangtua

terhadap motivasi minat

Teori

Motivasi

Kebutuh

an, teori

Menggunakan

metode

pendekatan

kuantitatif

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang positif

dan pengaruh yang

Page 8: Bab1-Bab3 Mpk Fix

terhadap

motivasi

belajar anak

di kampung

Gorongan

Yogyakarta

belajar anak. Atribusi

dan teori

Komunik

asi

Interpers

onal

dengan teknik

analisis

Product

Moment dan

analisis regresi

linear

sederhana.

signifikan antara

komunikasi interpersonal

yang dilakukan orangtua

dan anak sebesar 30,2%

terhadap motivasi minat

belajar anak, sedangkan

faktor lain sebesar 69,8%

yang berpengaruh di luar

penelitian ini.

2

.

A.M.S.

Nurhid

ayah

Peran

Komunikasi

Interpersona

l Wali Kelas

terhadap

Motivasi

Belajar

Siswa kelas

VI di Mi

Darul Huda

Ngaglik

Sleman

Apakah terdapat

hubungan antara

komunikasi

interpersonal wali

kelas dengan motivasi

siswa kelas VI?

Mendeskripsikan peran

komunikasi

interpersonal wali kelas

terhadap motivasi

belajar siswa kelas VI

dan mendeskripsikan

factor pendukung dan

penghambat

komunikasi

interpersonal wali kelas

VI di MI Darul Huda

Ngaglik Sleman

Teori

yang

digunaka

n adalah

teori

komunik

asi

interpers

onal

Menggunakan

metode

pendekatan

kuantitatif

deskriptif

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

komunikasi interpersonal

wali kelas berperan

terhadap motivasi belajar

siswa, di mana

komunikasi interpersonal

wali kelas yang

menerapkan keterbukaan,

empati, dukungan,

perasaan positif, dan

kesetaraan mampu

meningkatkan kebutuhan

, dorongan, dan tujuan

siswa kelas VI untuk

belajar

3

.

Febry

Freida

Tri

Iriani

(2013)

Pengaruh

komunikasi

interpersona

l orang tua

dan anak

Seberapa besar

pengaruh komunikasi

interpersonal orang tua

dan anak dimensi

openness dan

Teori

yang

digunaka

n adalah

teori

Metode

kuantitatif

dengan

menggunakan

analisis regresi

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh yang

signifikan terhadap

komunikasi interpersonal

Page 9: Bab1-Bab3 Mpk Fix

terhadap

motivasi

belajar

siswa SMP

Full Day

School di

Surabaya

supportiveness terhadap

motivasi belajar siswa

SMP Full Day School

di Surabaya

komunik

asi

interpers

onal dan

motivasi

linier berganda antara orang tua dengan

anak dimensi Openness

berpengaruh terhadap

motivasi belajar siswa

Full Day School di

Surabaya dengan

kebenaran yang

diperoleh sebesar 0,036

dan lebih kecil dari 0,05

dan dimensi

supportiveness dengan

hasil sebesar 0,032 dan

lebih kecil dari 0,05.

4

.

Herdian

syah

Pratam

a

(2011)

Pola

hubungan

komunikasi

interpersona

l antara

orangtua

dengan

anak

terhadap

motivasi

berprestasi

anak (studi

pada SDN

01 Pagi

Cipulir

Kebayoran

Lama

Jakarta

Apakah ada hubungan

antara komunikasi

interpersonal antara

orang tua dengan anak

terhadap peningkatan

motivasi berprestasi

SDN 01 Pagi Cipulir

Kebayoran Lama

Jakarta).

Teori

yang

digunaka

n adalah

komunik

asi,

komunik

asi

interpers

onal, dan

motivasi.

Penelitian ini

menggunakan

metode

kuantitatif -

deskripsi

korelasional

Hasil penelitian ini

adalah terdapat hubungan

yang signifikan antara

komunikasi interpersonal

orang tua dengan anak

terhadap motivasi

berprestasi anak sebesar

0,347 dengan nilai

signifikansi 0,0025 ( P<

0,005)

5 Maria Pengaruh Seberapa kuat pengaruh Penelitia Penelitian ini Hasil penelitian yang

Page 10: Bab1-Bab3 Mpk Fix

. Anjas

Ayunin

gtyas

(2014)

komunikasi

interpersona

l antara

guru dengan

murid

terhadap

motivasi

belajar

murid

(Survei

terhadap

SMA Pahoa

Gading

Serpong

kelas XI

Tahun

Ajaran

2014/2015)

komunikasi

interpersonal guru

dengan murid terhadap

motivasi belajar murid

SMA Pahoa Gading

Serpong kelas XI tahun

ajaran 2014/2015

n ini

menggun

akan

teori

komunik

asi

interpers

onal,

teori

motivasi,

dan teori

self

disclosur

e

menggunakan

metode

kuantitatif-

eksplanatif

diperoleh adalah terdapat

pengaruh antara

komunikasi guru dengan

murid sebesar 25,2%

terhadap peningkatan

motivasi belajar murid

SMA Pahoa Gading

Serpong Kelas XI Tahun

Ajaran 2014/2015,

sedangkan sisanya 74,8%

ditentukan oleh faktor

lain.

2.2 Teori dan Konsep

2.2.1 Komunikasi Internasional

2.2.1.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Komunikasi interpersonal dapat juga dikatakan sebagai komunikasi antar

pribadi, komunikasi ini mendukung seseorang dalam memiliki sebuah hubungan

yang khusus dengan orang lain, seperti hubungan dengan keluarga, pacar, sahabat,

dsb.

Menurut Mulyana (2002:73), komunikasi interpersonal adalah komunikasi

antara dua orang atau lebih secara tatap muka yang akan memungkinkan reaksi

orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal.

Page 11: Bab1-Bab3 Mpk Fix

Sedangkan Effendy menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal

merupakan komunikasi antara dua orang, dimana akan terjadi kontak langsung

berupa percakapan yang memiliki medium, bisa melalui tatap muka maupun

perantara seperti telepon. Komunikasi ini bersifat dua arah dan menimbulkan

adanya timbal balik. Selain itu, Effendy juga mengatakan bahwa komunikasi

interpersonal ini merupakan komunikasi yang efektif untuk mengubah perilaku

orang lain jika komunikan memaknai hal yang sama dengan komunikator.

2.2.1.2 EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Keefektifan dalam komunikasi interpersonal dapat ditentukan dengan

bagaimana komunikator menyampaikan pesan dengan komunikan, apakah

komunikator mampu untuk membuat komunikan memaknai informasi yang sama

dengan komunikator. Untuk membuat komunikasi interpersonal ini menjadi

efektif, komunikator dapat berlatih terlebih dahulu untuk memodifikasikan dirinya

atau mengungkapkan hal-hal yang diinginkan sehingga komunikator dan

komunikan dapat memiliki makna yang sama.

Menurut Joseph A.Devito, efektifitas komunikasi interpersonal dimulai

dengan lima kualitas umum, yaitu:

1. Keterbukaan (Openness)

Sikap terbuka ini mengacu kepada tiga aspek dalam komunikasi

interpersonal yaitu:

a. Komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada komunikan.

Adanya kesdediaan untuk membuka diri dan memberikan informasi

tentang diri sendiri yang dianggap memang patut untuk diungkapkan.

b. Komunikator juga diminta memiliki reaksi yang jujur, kritis, dan cepat

tanggap sehingga komunikasi yang dilakukan tidak menjemukan.

c. Komunikator harus memiliki sikap tanggung jawab terhadap perasaan dan

pikiran yang telah dikatakan.

Page 12: Bab1-Bab3 Mpk Fix

2. Empati (Empathy)

Sikap empati merupakan sikap dimana seseorang dapat merasakan

bagaimana posisi menjadi orang lain. Orang yang memiliki sikap empati dapat

memahami motivasi atau pengalaman orang lain. Sikap ini akan mendorong

keefektifan komunikasi interpersonal karena jika komunikator dapat memahami

apa yang dirasakan oleh komunikan dan sebaliknya maka hubungan antara

keduanya akan semakin erat dan bermakna.

3. Sikap Mendukung (Supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah dimana terdapatnya sikap

saling mendukung didalamnya. Sikap mendukung ini dapat diperlihatkan dengan

bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategis, dan provisional

bukan sangat yakin. Sikap mendukung dapat membantu komunikasi interpersonal

berjalan dengan lancar. Dengan memberikan dukungan secara fisik dan

emosional,dari sikap maupun cara menyampaikan pendapat serta keinginan untuk

mengubah sikap apabila keadaan mewajibkannya.

4. Sikap Positif (Positiveness)

Dalam mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal

ini dibutuhkan paling sedikit dua cara, yaitu:

a. Bersikap positif, komunikasi interpersonal dapat berjalan dengan efektif

jika di dalamnya terdapat komunikator yang memiliki sikap positif

terhadap diri sendiri.

b. Perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting

untuk interaksi yang efektif.

5. Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi dapat dikatakan banyak sekali terjadi tidak

kesetaraan. Akan ada yang lebih pintar, lebih cantik atau tampan, lebih menarik,

Page 13: Bab1-Bab3 Mpk Fix

atau lebih atletis, dsb. Komunikasi interpersonal akan menjadi efektif jika

situasinya terdapat kesetaraan, yang berarti kedua belah pihak harus sama-sama

memiliki pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak tersebut

memiliki nilai/berharga.

2.2.1.3 TUJUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Menurut Muhammad, mengatakan bahwa tujuan komunikasi interpersonal

dipaparkan menjadi enam tujuan, yaitu:

1. Menemukan Diri Sendiri

Salah satu tujuan dalam melakukan komunikasi interpersonal adalah

menemukan diri sendiri karena jika seseorang melakukan komunikasi

interpersonal maka secara tidak langsung ia akan mengenali dirinya sendiri

dan orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan seseorang memiliki

kesempatan untuk mengungkapkan apa yang ia suka atau mengungkapkan

tentang kepribadiannya.

2. Menemukan Dunia Luar

Dengan berkomunikasi interpersonal, seseorang dapat lebih memahami

tentang dunia luar, tentang dirinya, dan orang lain. Banyaknya informasi

dari dunia luar seperti dari media massa, pada akhirnya akan didiskusikan

dan dipelajari dalam komunikasi interpersonal.

3. Membentuk dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti

Dalam melakukan komunikasi interpersonal, seseorang akan mampu

membentuk dan menjaga suatu hubungan yang khusus karena di dalam

komunikasi interpersonal terdapat pengungkapan diri yang akan membuat

sebuah hubungan lebih terbuka dan efektif.

4. Berubah Sikap dan Tingkah Laku

Dengan melakukan komunikasi interpersonal, seseorang mampu

mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain sesuai dengan yang

diinginkan. Adanya kesamaan dalam memaknai akan membuat

komunikasi interpersonal menjadi efektif.

Page 14: Bab1-Bab3 Mpk Fix

5. Untuk Bermain dan Kesenangan

Bermain mencakup semua aktifitas yang berhubungan dengan kesenangan,

dan dalam komunikasi interpersonal bertujuan untuk menciptakan

kesenangan tersebut dengan berbagi cerita atau bermain bersama-sama.

6. Untuk Membantu

Komunikasi interpersonal dapat digunakan dalam membantu interaksi

interpersonal sehari-hari, contoh seseorang dapat menyelamatkan

temannya yang sedang patah hati, dsb. ( Muhammad, 2004 :165-168 )

2.2.2 MOTIVASI

2.2.2.1 PENGERTIAN MOTIVASI

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya dorongan atau

dayak penggerak. Motivasi diartikan sebagai salah satu penggerak dari dalam diri

seseorang baik secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan

dengan tujuan tertentu. Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan

seseorang ke tujuan tertentu. Motivasi menjadi dorongan bagi seseorang untuk

melakukan sesuatu. Seseorang yang memiliki motivasi adalah seseorang yang

telah mempunyai kekuatan dalam mendapatkan kesuksesan dalam kehidupan.

2.2.2.3 Fungsi Motivasi

Motivasi berfungsi sebagai penggerak seseorang dalam menimbulkan

keinginan serta kemauan daam mencapai tujuannya. Bagi orang tua, tujuan dari

motivasi adalah dapat menggerakan atau memacu anak agar timbul keinginan dan

kemauan untuk meningkatkan prestasi belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan

sesuai dengan yang diharapkan oleh orang tua. Suatu tindakan motivasi dapat

berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh pihak yang diberi motivasi (anak)

sesuai dengan kebutuhan orang yang di motivasi, misalnya seorang anak di puji

oleh orang tua dikarenakan mendapat nilai bagus dalam mengerjakan ujian

sekolah.

Page 15: Bab1-Bab3 Mpk Fix

Menurut Sadirman, motivasi memiliki empat fungsi. yaitu:

1. Mendorong timbulnya suatu perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul

perbuatan, misalnya: motivasi untuk membanggakan orang tuanya

membuat anak termotivasi untuk mendapatkan prestasi.

2. Motivasi sebagai pengarah, artinya motivasi mengarahkan perbuatan

kepada pencapaian tujuan yang diinginkan. Misalnya dengan keinginan

untuk mendapatkan prestasi tinggi, maka ia harus belajar dengan giat.

3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan apa yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

4. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang dapat berusaha

melakukan sesuatu dikarenakan adanya motivasi. Besar kecilnya motivasi

belajar anak menentukan cepat lambatnya anak menuju prestasi yang

diinginkan sesuai dengan motivasi awal. Apabila anak memiliki motivasi

dan belajar dengan tekun, maka anak tersebut akan memiliki prestasi yang

baik.

2.2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu faktor intrinsik dan

faktor ekstrinsik.

1. Faktor motivasi intrinsik merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar yang berasal dari diri siswa itu sendiri, mencakup:

1. Minat

Minat merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu, dalam aspek ini

adalah minat belajar. Minat belajar yang tinggi akan memudahkan anak

untuk belajar lebih mudah dan cepat. Minat berfungsi sebagai daya

penggerak awal yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan

tertentu. Minat erat kaitannya dengan kepentingan. Suatu hal yang

dianggap penting atau menarik akan memunculkan minat yang tinggi.

Page 16: Bab1-Bab3 Mpk Fix

2. Cita-cita

Timbulnya cita-cita mempengaruhi minat seseorang dalam kajian yang

lebih spesifik. Dalam aspek ini, apabila seseorang memiliki kemauan yang

besar dan didukung oleh cita-cita yang sesuai maka akan muncul semangat

dan dorongan yang besar untuk meraih apa yang diinginkannya. Misalnya

anak ingin menjadi seorang musisi, oleh karena itu minat belajar musik

akan lebih besar daripada minat belajar lainnya.

3. Kondisi Siswa

Motivasi belajar adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh siswa untuk

menyediakan segala kondisi-kondisi untuk belajar sehingga ia memiliki

keinginan untuk belajar. Kondisi fisik dan pikiran yang sehat akan

menumbuhkan motivasi belajar seorang siswa, begitu juga sebaliknya.

2. Faktor Ekstrinsik merupakan faktor–faktor yang mempengaruhi motivasi

belajar dari luar individu, atau ekstrinsik, yaitu:

1. Kecemasan terhadap hukuman

Motivasi ini muncul apabila anak takut terhadap hukuman yang

menyertai pembelajaran Hukuman yang diberikan orang tua apabila

anak tidak dapat mencapai prestasi seperti yang dikehendaki mereka.

Hal tersebut akan mendorong munculnya minat belajar anak agar hal

tersebut tidak terulang kembali.

2. Penghargaan dan Pujian

Hal ini berbanding terbalik dengan faktor kecemasan terhadap hukuman.

Minat belajar akan muncul apabila anak mendapat pujian dan penghargaan

yang diberikan oleh orang tua. Penghargaan dan pujian menjadi pemicu

untuk menanamkan motivasi bagi anak agar hal tersebut dapat terulang

dan terjadi lagi.

Penghargaan dan pujian dapat menimbulkan beberapa efek, yaitu:

Page 17: Bab1-Bab3 Mpk Fix

Penghargaan dan pujian dapat menimbulkan proses belajar,

penghargaan dan pujian secara spesifik dapat mengalihkan dan

mengganggu proses belajar.

Penghargaan dan pujian memiliki efek negatif terhadap

keinginan individu untuk mencoba tugas yang menantang.

Penghargaan dan pujian dapat mempertahankan perilaku

tertentu hanya dalam waktu jangka pendek.

3. Peran orang tua

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah

lingkungan keluarga. Hal tersebut disebabkan karena adanya kesempatan

dan waktu bagi anak untuk bertemu dan berinteraksi dengan keluarga.

Namun, saat ini banyak orang tua yang sepenuhnya menyerahkan

pendidikan anak-anaknya kepada lembaga pendidikan formal, yaitu

sekolah. Lingkungan keluarga yang kurang harmonis dapat mempengaruhi

motivasi belajar anak.

2.2.3 Family Communication Pattern Theory

2.2.3.1 Asumsi Teori Pola Komunikasi Keluarga

Terdapat dua asumsi dasar dalam teori ini, yang pertama bahwa fungsi

dasar dari family communication yaitu menciptakan realitas sosial, asumsi yang ke

dua menekankan bahwa realitas bersama tercipta melalui dua perilaku komunikasi

yaitu conversation orientation dan conformity orientation (Littlejohn dan Foss

2009:384). Conversation orientation mengacu pada proses komunikasi yang

terjadi antara orang tua dan anak dengan tujuan menemukan kembali makna

melalui simbol atau objek dari lingkungan sekitar. Conformity orientation dapat

ditandai dengan terbatasnya komunikasi antara orang tua dengan anak, dimana

orang tua yang berperan mendefinisikan realitas sosial bagi keluarga. Orang tua

lebih menekankan pola asuh otoriter dan memberikan perhatian yang lebih sedikit

terhadap pikiran dan perasaan anak-anak.

Page 18: Bab1-Bab3 Mpk Fix

2.2.3.2 Orientasi Pola Komunikasi Keluarga

Berdasarkan Family Communication Pattern Theory (FCPT) yang

dikembangkan oleh McLeod dan Chaffee (1972) Fitzpatrick dan Ritchie (1994),

terdapat dua pola komunikasi, yaitu conversation orientation dan conformity

orientation. (Koerner dan Fitzpatrick, 2002:20).

a. Conversation orientation

Merupakan pola dimana anggota keluarga dapat terlibat dalam interaksi

atau topik pembicaraan yang luas. Dalam dimensi ini, anggota keluarga

bebas dan terbuka untuk saling berinteraksi tanpa adanya batasan waktu

atau topik yang dibicarakan. Mereka saling berbagi tentang pendapat, ide,

pengalaman, perasaan satu sama lain. Segala keputusan merupakan

keputusan bersama, bukan hasil dominasi satu pihak saja.

b. Conformity orientation

Pada pola ini, pendapat, sikap, dan keyakinan bersifat sama.

Keluargadengan pola ini fokus pada keharmonisan, minimnya konflik,

serta saling ketergantungan antara anggota keluarga. Komunikasi ini

menggambarkan kebutuhan kepada orang tua, biasanya anak mengikuti

apa yang diyakini oleh orang tua mereka. Anak umumnya menjadi

tergantung pada apa yang dilakukan oleh orang tua mereka (Koerner dan

Fitzpatrick, 2001:21). Pola komunikasi ini banyak dipegang oleh keluarga

tradisional, yakni keluarga yang memegang hierarki, nila-nilai adat

(Lestari, 2012:53-54).

2.2.3.3 Tipe Keluarga

Berdasarkan dua orientasi yang ada, terdapat empat tipe keluarga yang

telah dikelompokkan, yaitu:

1. Consensual

Page 19: Bab1-Bab3 Mpk Fix

Tipe jika keluarga tersebut tinggi di conversation dan conformity

orientation. Komunikasi yang terjadi pada tipe ini bersifat terbuka

dalam eksplorasi ide, perasaan, dan pengalaman setiap anggota

keluarga tanpa mengganggu struktur kekuatan keluarga. Dalam nilai

masyarakat Indonesia, dikenal dengan musyawarah mufakat (Anna,

2012).

2. Pluralistic

Tipe jika keluarga tersebut tinggi di conversation tetapi rendah di

conformity. Dalam tipe ini, komunikasi keluarga masih bersifat terbuka

dalam membahas ide-ide, menghormati anggota lain, dan saling

mendukung. Fokus komunikasi keluarga ini adalah pendapat yang

mandiri dan kemampuan komunikasi anak.

3. Protective

Tipe jika keluarga tersebut rendah di conversation tetapi tinggi di

conformity. Pada tipe ini keluarga memegang teguh kepatuhan dan

nilai-nilai keluarga, keyakinan terhadap kebebasan perubahan ide dan

perkembangan kemampuan komunikasi sedikit diterapkan. Anak-anak

memiliki pendapat tetapi mudah dibujuk karena tidak belajar membela

dan mempertahankan pendapat sendiri. Akhirnya, anak-anak patuh

terhadap apa kata orang tua mereka.

4. Laissez-faire

Tipe ini jika keluarga tersebut rendah di conversation dan conformity.

Anak tidak diarahkan untuk mandiri dan terbuka dalam menyampaikan

ide, bahkan cenderung tidak membina keharmonisan hubungan dalam

bentuk interaksi dengan orang tua (Anna, 2012). Anggota keluarga

pada tipe ini jarang melibatkan diri dalam percakapan atau diskusi

keluarga.

2.3 Hipotesis Penelitian

Page 20: Bab1-Bab3 Mpk Fix

Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang belum sempurna, sehingga perlu

disempurnakan dengan pembuktian yang dilakukan dengan menguji hipotesis

melalui data di lapangan. Melalui hipotesis, penelitian menjadi lebih jelas arahnya

dan membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik

sebagai objek pengujian maupun dalam pengumpulan data (Bungin, 2005:75).

Tiga jenis hipotesis yang mudah dipahami dan digunakan dalam berbagai

jenis penelitian, yaitu Hipotesis Nol (Ho),Hipotesis Alternatif (Ha), dan Hipotesis

Kerja (Hk). Hipotesis Nol (Ho) memiliki statement yang menyatakan tidak ada

hubungan antara variable X dan variable Y yang diteliti atau variable independen

(X) tidak mempengaruhi variable dependen (Y). Sedangkan, hipotesis alternatif

(Ha) lawan dari (Ho), di mana hipotesis ini menyatakan ada hubungan, yang

artinya signifikansi hubungan antara variable independen (X) dan variable

dependen (Y) (Bungin, 2005: 79-80).

Hipotesis teoritis dalam penelitian ini adalah:

(Ho) : Tidak ada pengaruh komunikasi interpersonal antara orang tua dengan anak

terhadap motivasi belajar siswa Sekolah Dasardi SD Pahoa Gading Serpong.

(Ha): Ada pengaruh komunikasi interpersonal antara orang tua dengan anak

terhadap motivasi belajar siswa Sekolah Dasar SD Pahoa Gading Serpong.

2.4 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini diawali dengan ketertarikan peneliti untuk meneliti pengaruh

komunikasi interpersonal antara orangtua dengan anak terhadap motivasi belajar

siswa Sekolah Dasar.Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kuantitatif dan teori digunakan peneliti untuk menemukan masalah penelitian,

menemukan hipotesis, menemukan konsep-konsep, metodologi, dan analisis data.

Page 21: Bab1-Bab3 Mpk Fix

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif .

Pendekatan kuantitatif merupakan riset yang menjelaskan suatu masalah yang

hasilnya dapat digeneralisasikan. Penelitian ini sistematis terhadap bagian-bagian

fenomena, dan hubungannya, serta berbasis pada angka. Dalam penelitian ini,

peneliti harus bersifat objektif, peneliti tidak diperbolehkan untuk

mengikutsertakan analisis dan interpretasi yang bersifat subjektif (Kriyantono,

2009:56) Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengukur pengaruh komunikasi

interpersonal antara orang tua dengan anak terhadap motivasi belajar anak, dengan

membuktikan maupun memperkuat teori-teori yang sudah ada.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, oleh karena itu

penelitian ini bersifat eksplanatif. Penelitian Eksplanatif adalah penelitian yang

mencari sebab akibat antara dua atau lebih konsep yang akan diteliti. Peneliti

membutuhkan definisi konsep, kerangka konseptual, dan kerangka teori. Selain

itu penulis akan melakukan kegiatan berteori untuk menghasilkan dugaan awal

(hipotesis) antara variable satu dengan variable lainnya. (Kriyantono, 2009:68)

3.2 Paradigma Penelitian

Paradigma adalah cara pandang seorang ilmuwan tentang sisi strategis

yang paling menentukan nilai sebuah disiplin ilmu pengetahuan itu sendiri.

Paradigma digunakan untuk menemukan masalah penelitian, hipotesis, konsep-

konsep, metodologi, dan menemukan alat-alat untuk menganalisis data (Bungin,

2005:25) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma positivisme.

Page 22: Bab1-Bab3 Mpk Fix

Paradigma positivisme yaitu semua objek penelitian harus dapat direduksi

menjadi fakta yang dapat diamati, tidak terlalu mementingkan fenomena yang

ada, bebas nilai, dan sangat menentang sikap subjektif (Bungin, 2005:32).

Pandangan positivism mengklaim bahwa ilmu adalah ilmu pengetahuan yang

nyata dan positivistik, sehingga ilmu yang tidak positivistik bukan termasuk ilmu

(sains) (Bungin,2005:32).

3.3 Metode Penelitian

Metode pengumpulan data merupakan hal yang penting bagi sebuah

penelitian, karena metode merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitiannya. Pengumpulan data

dalam penelitian bertujuan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan,

kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan

penyebaran kuesioner.

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada responden untuk

diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Survei merupakan metode

pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengan pasti variabel

yang akan diukur dan mengetahui apa yang bisa diharapkan dari responden

(Widoyoko,2012:33).

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah merupakan keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2002:

108). Menurut Nawawi (2006: 4) populasi adalah keseluruhan subyek yang terdiri

dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-

peristiwa yang terjadi sebagai sumber. Selain itu populasi adalah wilayah

Page 23: Bab1-Bab3 Mpk Fix

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 117). Populasi dirumuskan sebagai

semua anggota sekelompok orang kejadian atau obyek yang telah dirumuskan

secara jelas, atau kelompok lebih besar yang menjadi sasaran generalisasi

(Furchan, 2011: 193).

Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua siswa Sekolah Dasar Pahoa,

Gading Serpong kelas 1 SD, yang berjumlah 200 respondens.

3.4.2 Sampel

Sugiyono (2008;118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut

Kriyantono (2009: 151) sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek atau

fenomena yang akan diamati.

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan probability sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi

setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2007:

120) dan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah simple random

sampling.

Simple random sampling merupakan teknik yang paling sederhana, di

mana pengambilan anggota sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi. Teknik ini disebut juga acak, tidak pandang

bulu,objektif, seluruh elemen populasi memiliki kesempatan untuk menjadi

sampel penelitian.

Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua siswa Sekolah Dasar (SD)

Pahoa, Tangerang Selatan kelas 1 SD sebanyak 50 respondens. Penelitian ini

menggunakan rumus perhitungan Slovin karena ukuran sampel dari populasi yang

sudah diketahui jumlahnya (Kriyantoro, 2009:162)

3.5 Operasionalisasi Variabel

Page 24: Bab1-Bab3 Mpk Fix

Terdapat dua variabel yang akan diteliti pada penelitian ini, yaitu

Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Belajar. Variabel penelitian adalah suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di

tarik kkesimpulannya (Sugiyono, 2010: 38). Menurut Sudjarwo dan Basrowi

(2009: 169) variabel adalah konsep yang dapat diukur dan mempunyai variasi

nilai.

a. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal merupakan variabel pertama dan

merupakan variabel X. Menurut Mulyana (2002:73), komunikasi

interpersonal adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap

muka yang akan memungkinkan reaksi orang lain secara langsung, baik

secara verbal maupun non-verbal. Komunikasi interpersonal dapat diukur

dengan indikator sebagai berikut:

1. Keterbukaan (Openness)

Sikap terbuka, kesediaan membuka diri antara satu sama lain.

2. Empati (Empathy)

Sikap empati merupakan sikap dimana seseorang dapat

merasakan bagaimana posisi menjadi orang lain, memahami

motivasi atau pengalaman orang lain.

3. Sikap Mendukung (Supportiveness)

Sikap saling mendukung antara satu orang dengan yang

lainnya.

4. Sikap Positif (Positiveness)

Sikap positive terhadap diri sendiri dan juga memiliki perasaan

positive dalam segala situasi komunikasi.

5. Kesetaraan (Equality)

Terdapat kesetaraan di segala situasi, dalam artian kedua belah

pihak harus sama-sama memiliki pengakuan secara diam-diam

bahwa kedua belah pihak tersebut memiliki nilai/berharga.

Page 25: Bab1-Bab3 Mpk Fix

b. Motivasi Belajar

Terdapat 2 faktor yang memengaruhi motivasi belajar siswa, yaitu:

1. Faktor Motivasi Intrinsik

a. Minat

Minat merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu, dalam

aspek ini adalah minat belajar. Minat belajar yang tinggi akan

memudahkan anak untuk belajar lebih mudah dan cepat. Minat berfungsi

sebagai daya penggerak awal untuk melakukan sesuatu hal dengan

spesifik. Minat erat kaitannya dengan kepentingan. Suatu hal yang

dianggap penting atau menarik akan memunculkan minat yang tinggi.

b. Cita-cita

Timbulnya cita-cita memengaruhi minat seseorang. Dalam aspek

ini, cita-cita anak berpengaruh besar terhadap minat belajar. Misalnya anak

ingin menjadi seorang musisi, oleh karena itu minat belajar musik akan

lebih besar daripada minat belajar lainnya.

2. Faktor Motivasi Ekstrinsik

a. Kecemasan terhadap hukuman

Motivasi belajar dapat muncul apabila anak takut terhadap

konsekuensi yang muncul apabila hal kebalikannya terjadi. Konsep

motivasi ini muncul apabila anak takut terhadap ancaman orang tua

ketika anak tidak dapat mencapai prestasi seperti yang dikehendaki

orang tua. Minat belajar akan muncul agar hal tersebut tidak terulang

kembali.

b. Penghargaan dan Pujian

Hal ini berbanding terbalik dengan faktor kecemasan terhadap

hukuman. Minat belajar akan muncul apabila anak mendapat pujian dan

penghargaan yang diberikan oleh orang tua. Pujian dan Penghargaan

menjadi pemicu untuk menanamkan motivasi bagi anak agar hal tersebut

dapat terulang dan terjadi lagi.

c. Peran orang tua

Page 26: Bab1-Bab3 Mpk Fix

Keberhasilan belajar seorang siswa dipengaruhi oleh lingkungan

keluarga karena anak memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk

berinteraksi dengan keluarga. Di zaman modernisasi, mayoritas orang tua

menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada lembaga formal

(sekolah). Padahal seharusnya orang tua memberikan perhatian dan

semangat belajar yang lebih sehingga dapat mendorong motivasi belajar

anak.

d. Peran pengajar

Peran pengajar mempengaruhi motivasi dalam diri peserta didiknya

agar semakin aktif dalam belajar. Kreatifitas dan aktivitas pengajar harus

mampu menginspirasi para siswa agar lebih terpacu motivasinya untuk

belajar, berkarya, dan berkreasi.

e. Kondisi lingkungan

Lingkungan yang sehat akan mempengaruhi motivasi belajar

siswa. Lingkungan yang aman dan nyaman dapat mendorong munculnya

motivasi untuk belajar, sebaliknya apabila lingkungan yang kurang

menyenangkan seperti keributan, kekacauan, akan mengurangi keinginan

untuk belajar.

Tabel Operasionalisasi Konsep

No Variabel (X) Dimensi Indikator

Komunikasi

Interpersonal

antara Orang tua

Keterbukaan Kesediaan untuk membuka diri dengan

anak tentang belajar.

Memberi dan menerima pendapat

tentang belajar.

Empati Memahami apa yang dirasakan anak

dalam belajar.

Page 27: Bab1-Bab3 Mpk Fix

1 dan Anak Memahami tingkah laku anak dalam

belajar.

Mengetahui dan memahami apa yang

diinginkan oleh anak dalam belajar.

Sikap

Mendukung

Memberikan dukungan secara material

kepada anak dalam belajar.

Memberikan dukungan secara

emosional kepada anak dalam belajar.

Sikap Positif Mendukung anak ketika mengalami

kegagalan dalam belajar.

Memberikan teladan kepada anak dalam

belajar.

Kesetaraan Menghargai pendapat anak dalam

belajar.

Variabel (Y)

2 Motivasi Belajar

Motivasi

Intrinsik

Memiliki minat yang tinggi untuk

belajar.

Keinginan untuk mencapai motivasi

belajar yang tinggi.

Motivasi

Ekstrinsik

Adanya hukuman untuk meningkatkan

motivasi belajar.

Adanya ancaman untuk memotivasi

belajar anak.

Pemberian penghargaan kepada anak

dalam belajar.

Pemberian pujian kepada anak dalam

belajar.

Orang tua memberikan perhatian

kepada anak dalam belajar.

Orang tua memberikan bimbingan

kepada anak dalam belajar.

Orang tua memperhatikan kesulitan

Page 28: Bab1-Bab3 Mpk Fix

yang dialami anak.

Lingkungan sekitar mempengaruhi

belajar anak.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Kuesioner atau angket merupakan daftar pertanyaan tentang topik tertentu

yang diberikan kepada subjek, baik secara individu maupun kelompok untuk

memperoleh suatu informasi.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang

bersifat tertutup, peneliti sudah menyediakan jawabannya sehingga responden

tinggal memilih jawaban yang diinginkan. Peneliti menggunakan skala Likert 5

pada setiap jawaban dari pertanyaan dalam kuesioner tersebut.

Skala Likert

Penilaian Bobot (+) Bobot (-)

Sangat Setuju 5 5

Setuju 4 4

Ragu-Ragu 3 3

Tidak Setuju 2 2

Sangat Tidak Setuju 1 1

Sumber: Sugiyono, 2004

3.6.1 Data Primer

Sesuai dengan namanya primer yang berarti utama/pertama, maka data

primer merupakan data yang utama yang diambil dari responden. Dalam

penelitian, cara pengambilan data primer ini dapat dilakukan dengan

menggunakan kuisioner atau dapat dikatakan menyerbarkan sebuah daftar

pertanyaan yang terstruktur yang diberikan kepada responden. Metode

pengumpulan data primer secara aktif beberapa di antaranya meliputi pemberian

Page 29: Bab1-Bab3 Mpk Fix

kuisioner secara langsung dengan responden (Sarwono, 2006:10). Dengan melihat

fakta yang ada bahwa saat ini siswa SD sudah mampu berpikir dan merespons

cukup cepat keadaan sekelilingnya yang terjadi maka peneliti yakin teknik

pengumpulan data berupa kuisioner ini mampu diterapkan dengan baik dalam

penelitian in.

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data kedua atau dapat disebut sebagai data

tambahan untuk mendukung data pertama. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam data sekunder ini bisa melalui mengumpulkan data-data

pendukung (referensi buku, kepustakaan) yang terkait dengan penelitian ini.

Peneliti juga menggunakan sumber dari artikel-artikel resmi pada internet sebagai

data pendukung dalam penelitian ini.

3.6.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.6.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian hubungan antara orang tua dengan anak dilaksanakan di Sekolah Dasar

(SD) Pahoa, Tangerang Selatan kelas 1 SD. Penentuan lokasi ini diharapkan

memberi kemudahan khususnya menyangkut penelitian lingkungan yang

berhubungan dengan murid kelas 1 SD dan orang tua murid.

3.6.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2015, pukul 11.00, di

mana anak SD Pahoa berpulang sekolah dan orang tua menjemput anak.

3.7 Teknik Pengukuran Data

Page 30: Bab1-Bab3 Mpk Fix

Hasil data yang telah ada, melalui penyebaran kuesioner, akan diolah

menggunakan sebuah software yang umumnya digunakan sebagai teknik

pengolahan data pada penelitian kuantitatif, yaitu Statistical Program for Social

Science (SPSS). Penulis akan menggunakan SPSS 20.0 for windows.

3.7.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah pengujian yang dilakukan untuk dapat mengetahui

tingkat kevalidan dari teknik pengumpulan data yang digunakan (kuesioner).

Menurut Arikunto (2003: 160), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahan suatu instrument. Suatu instrument yang

dianggap valid atau sah maka dikatakan memiliki validitas yang tinggi, sedangkan

instrument yang kurang valid dianggap memiliki validitas rendah. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan uji validitas konstruk dan validitas isi.

3.7.1.1 Validitas Konstruk

Validitas konstruk ini merupakan konstruksi atau bagian dari konsep

bidang ilmu yang akan diuji validitas alat ukurnya atau singkatnya validitas

konstruk merupakan kerangka dari sebuah konsep yang akan diukur.

Komunikasi Interpersonal :

1. Definisi Komunikasi Interpersonal

2. Pengaruh komunikasi interpersonal.

3. Keefektifan komunikasi interpersonal.

4. Tujuan komunikasi interpersonal.

si

Internal : rajin belajar, mengikuti les,

komunikasi dengan orang tua.

Motivasi Belajar Mahasiswa :

Page 31: Bab1-Bab3 Mpk Fix

Eksternal : lingkungan sekolah,

pergaulan,

3.7.1.2. Uji Validitas Isi

Validitas isi merupakan representasi dan relevansi dari sekumpulan item

yang digunakan untuk mengukur sebuah konsep. Validitas ini mengacu kepada

ketepatan pengukuran yang didasarkan pada isi (content) instrument untuk

memastikan bahwa skala yang digunakan sudah memenuhi ketepatan atau

kesesuaian item. Singkatnya, validitas isi merupakan fungsi seberapa baik dimensi

dan elemen sebuah konsep yang telah digambarkan (Sekaran, 2006:43). Validitas

isi dilakukan untuk dapat memastikan apakah isi kuisioner sesuai dan relevan

dengan tujuan meneliti. Perkiraan validitas isi dari tes diperoleh dengan

menyeluruh dan sistematis dalam memeriksa item tes untuk menentukan sejauh

mana mereka mencerminkan dan tidak mencerminkan domain konten. (Kowsalya,

Venkat Lakshmi, dan Suresh, 2012:701)

3.7.2. Uji Reliabilitas

Suatu alat ukur dapat dikatakan reliable jika alat itu dapat menunjukkan

hasil yang sama ketika mengukur gejala pada waktu yang berlainan. Uji

reliabilitas dapat dilakukan dengan cara tes ulang, yaitu dengan menggunakan

instrument penelitian terhadap subjek yang sama, namun pada waktu yang

berlainan. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memiliki fasilitas untuk

mengukur reliabilitas dengan uji statistic Croanbach’s Alpha, dengan ketentuan

bahwa setiap pertanyaan mempunya reliabilitas, jika :

1. Nilai Croanbach’s Alpha positif dan tidak negatif.

2. Nilai Croanbach’s Alpha hasil perhitungan sama atau lebih besar dari 0,8.

Page 32: Bab1-Bab3 Mpk Fix

Tabel Pengukuran Tingkat Reliabilitas

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00-0,20 Kurang Reliabel

0,21-0,40 Agak Reliabel

0,41-0,60 Cukup Reliabel

Pertanyaan Kuesioner


Top Related