Download - BAB IV_2
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Keadaan Dermografis TK FKIP Unsyiah Kota Banda Aceh
Jumlah keseluruhan murid taman kanak-kanak FKIP Unsyiah adalah 276
orang yang terdiri dari laki-laki berjumlah 123 orang dan perempuan berjumlah
153 orang. Jumlah murid berdasarkan jenis kelamin di taman kanak-kanak FKIP
Unsyiah Kota Banda Aceh tahun ajaran 2010/2011 dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jumlah Murid Berdasarkan Jenis Kelamin di TK FKIP Unsyiah Kota Banda Aceh Tahun Ajaran 2010/2011
KelasLaki-Laki Perempuan Totaln % n % n %
A1 14 5,07 11 3,99 25 9,06A2 16 5,79 14 5,07 30 10,87A3 8 2,89 22 7,97 30 10,87B1 21 7,61 20 7,25 41 14,86B2 11 3,99 24 8,69 35 12,68
B3 20 7,25 18 6,52 38 13,77
B4 21 7,61 20 7,25 41 14,86
B5 12 4,39 24 8,69 36 13,03
Total 123 44,57 153 55,43 276 100
Sumber : Data Primer (Diolah, Maret 2011)
4.1.2 Analisa Univariat
1. Karakteristik Anak
Data diperoleh berdasarkan hasil penelitian terhadap 175 orang murid
taman kanak-kanak FKIP Unsyiah yang telah memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi, yang meliputi pengukuran tinggi badan, pengukuran berat badan dan
pengisian angket oleh ibu masing-masing murid untuk mengetahui status ASI
eksklusif anak, tingkat pengetahuan ibu dan paritas ibu.
32
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Murid Taman Kanak-Kanak FKIP Unsyiah Kota Banda Aceh Tahun Ajaran 2010/2011
VariabelJumlah
n %
Status GiziSangat Kurus 1 0,57Kurus 39 22,29Normal 114 65,14Gemuk 11 6,28Obesitas 10 5,72
Pemberian ASIASI eksklusif 124 70,85ASI tidak eksklusif 51 29,15Total 175 100
Sumber : Data Primer (Diolah, Maret 2011)
Dari tabel 4.2 di atas terlihat bahwa mayoritas status gizi murid taman
kanak-kanak FKIP Unsyiah adalah normal yaitu 114 orang (65,14%) dan sisanya
kurus 39 orang (22,29%), gemuk 11 orang (6,26%), obesitas 10 orang (5,72%)
dan sangat kurus 1 orang (0,57%). Adapun status ASI eksklusif kebanyakan
mendapatkan ASI eksklusif yaitu sebanyak 124 orang (70,85%) sedangkan
sisanya tidak mendapatkan ASI eksklusif yaitu sebanyak 51 orang (29,15%).
2. Karakteristik ibu
Data diperoleh berdasarkan hasil angket dari 175 orang ibu masing-masing
murid taman kanak-kanak FKIP Unsyiah.
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Ibu Murid Taman Kanak-Kanak FKIP Unsyiah Kota Banda Aceh Tahun Ajaran 2010/2011
VariabelJumlah
n %
Pengetahuan IbuBaik 150 85,71Cukup 25 14,29Kurang 0 0
Paritas Ibu≤4 anak 156 89,14>4 anak 19 10,86Total 175 100
33
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan total nilai
pengetahuan gizi responden, sebagian besar responden yaitu 150 responden
(85,71%) memiliki pengetahuan tentang gizi yang baik, selebihnya 25 responden
(14,29%) berpengetahuan cukup, tidak ada responden yang berpengetahuan
kurang. Dan dari segi paritas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
memiliki paritas ≤ 4 anak yaitu sebanyak 156 responden (89,14%) dan selebihnya
memiliki paritas > 4 anak yaitu sebanyak 19 responden (10,86%).
4.1.3 Analisa Bivariat
Setelah diketahuinya gambaran atau distribusi karekteristik murid taman
kanak-kanak FKIP Unsyiah berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, kemudian
dilakukan analisa bivariat. Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
variabel independen, yaitu pemberian ASI Eksklusif, pengetahuan ibu dan paritas
terhadap status gizi murid taman kanak-kanak FKIP Unsyiah Kota Banda Aceh
tahun ajaran 2010/2011.
4.1.3.1 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Murid
Taman Kanak-Kanak FKIP Unsyiah
Pada tabel 4.4 dapat dilihat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif
dengan status gizi murid taman kanak-kanak FKIP Unsyiah. Dari tabel tersebut
diketahui bahwa proporsi gizi tidak normal pada anak yang tidak mendapat ASI
eksklusif lebih banyak (50,9%) dibandingkan dengan anak yang mendapatkan
ASI eksklusif (28,2%) dan secara statistik terbukti adanya perbedaan tersebut
karena nilai p < 0.05. Kemudian dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa anak
dengan status ASI tidak eksklusif mempunyai peluang menderita gizi tidak
normal 2,645 kali (OR95%:1,348-5,189) dibandingkan dengan anak dengan
riwayat pemberian ASI eksklusif. Jadi Ha diterima, yang berarti ada hubungan
antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi murid taman kanak-kanak
FKIP Unsyiah Kota Banda Aceh.
34
Tabel 4.4 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Status Gizi Murid Taman Kanak-Kanak FKIP Unsyiah
Status ASI Eksklusif
JumlahTotal P-
valueOR
(95%CI)Normal Tidak Normaln % n % n %
ASI Eksklusif
89 71,8 35 28,2 124 100
0,004 2,645 (1,348-5,189)
ASI Tidak Eksklusif
25 49,1 26 50,9 51 100
Total 114 61 175Sumber : Data Primer (Diolah, Maret 2011)
4.1.2.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Murid
Taman Kanak-Kanak FKIP Unsyiah
Pada tabel 4.5 dapat dilihat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
dengan status gizi. Dari tabel tersebut diketahui bahwa proporsi gizi tidak normal
pada anak dengan pengetahuan ibu cukup lebih banyak (56%) dibandingkan anak
dengan pengetahuan ibu yang baik (31,3%) dan secara statistik terbukti adanya
perbedaan tersebut karena nilai p < 0,05. Kemudian dari nilai OR dapat
disimpulkan bahwa anak dengan pengetahuan ibu cukup mempunyai peluang
menderita gizi tidak normal 2,789 kali (95%CI:1,178-6,603) dibandingkan anak
dengan pengetahuan ibu yang baik. Jadi Ha diterima, yang berarti ada hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi murid taman kanak-kanak FKIP
Unsyiah Kota Banda Aceh.
Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Status Gizi Murid Taman Kanak-Kanak FKIP Unsyiah
PengetahuanJumlah
Total P-value
OR (95%CI)
Normal Tidak Normaln % n % n %
Baik 103 68,7 47 31,3 150 1000,017 2,789
(1,178-6,603)Cukup 11 44,0 14 56,0 25 100
Total 114 61 175Sumber : Data Primer (Diolah, Maret 2011)
35
4.1.2.3 Hubungan Paritas Dengan Status Gizi Murid Taman Kanak-Kanak
FKIP Unsyiah
Pada tabel 4.6 dapat dilihat hubungan antara paritas dengan status gizi
murid taman kanak-kanak FKIP Unsyiah. Dari tabel tersebut diketahui bahwa
proporsi gizi tidak normal pada anak dengan paritas ibu > 4 anak lebih banyak
(57,9%) dibandingkan dengan anak yang paritas ibu ≤ 4 anak (32,1%) dan secara
statistik terbukti adanya perbedaan tersebut karena nilai p < 0,05. Kemudian dari
nilai OR dapat disimpilkan bahwa anak dengan paritas ibu > 4 mempunyai
peluang menderita gizi tidak normal 2,915 kali (95%CI:1,104-7,696)
dibandingkan anak dengan paritas ibu ≤ 4 anak. Jadi Ha diterima, yang berarti ada
hubungan antara paritas ibu dengan status gizi murid taman kanak-kanak FKIP
Unsyiah Kota Banda Aceh.
Tabel 4.6 Hubungan Paritas Terhadap Status Gizi Murid Taman Kanak-Kanak FKIP Unsyiah
ParitasJumlah
Total P-value
OR (95%CI)
Normal Tidak Normaln % n % n %
≤ 4 106 67,9 50 32,1 156 1000,026 2,915
(1,104-7,696)> 4 8 42,1 11 57,9 19 100
Total 114 61 175Sumber : Data Primer (Diolah, Maret 2011)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Gambaran Status Gizi Murid Taman Kanak-Kanak FKIP Unsyiah
Status gizi murid taman kanak-kanak FKIP Unsyiah Kota Banda Aceh
tahun ajaran 2010/2011 kebanyakan mempunyai gizi yang normal (65,14%).
Namun persentase gizi kurang atau kurus cukup tinggi yaitu (22,29%),
berdasarkan ketentuan dari departemen kesehatan RI. Menurut keputusan mentri
kesehatan RI 920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang klasifikasi status gizi balita
disebutkan bahwa, suatu masyarakat dikatakan tidak mempunyai masalah
kesehatan masyarakat bila 95% balita berstatus gizi baik (z-score -2 SD dan +2
SD), hanya 2% balita berada antara -2 SD dan -3 SD, atau antara +2 SD dan +3
36
SD. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keadaan gizi kurang masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Keadaan gizi
kurang ini apabila tidak diatasi dapat berdampak pada meningkatnya kejadian gizi
buruk.
4.2.2 Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI yang dianjurkan sampai umur 24 bulan, tetapi biasanya
pada umur 4 bulan anak sudah mulai diberikan MP-ASI karena produksi dan
kualitas ASI sudah mulai berkurang (Azwar A, 2004). Berdasarkan keputusan
Menteri Kesehatan RI No 450/kepmenkes/IV/2004, pemerintah melalui
Departemen Kesehatan telah memberikan rekomendasi tentang pemberian ASI
eksklusif hingga usia 6 bulan. Pemberian ASI, berdampak positif dalam
penurunan angka kesakitan, angka kematian maupun keluarga berencana. Hasil
penelitian ini secara statistik membuktikan bahwa proporsi anak yang diberikan
ASI eksklusif mempunyai status gizi normal lebih tinggi dibandingkan anak yang
tidak diberikan ASI eksklusif (71,8% dan 49,1%), dan menunjukkan ada
perbedaan proporsi yang bermakna. Menurut Azwar A (2004), pemberian ASI
yang terhenti menyebabkan konsumsi zat gizi rendah sehingga mempengaruhi
status gizi anak. Kemungkinan disebabkan karena ibu terlalu sibuk bekerja di luar
rumah, sehingga terhenti menyusui dan kurangnnya perhatian terhadap anak
(Azwar A, 2004).
Penelitian yang dilakukan Widodo mengenai proporsi gangguan kesehatan
pada bayi menurut pola pemberian ASI menunjukkan bahwa bayi yang tidak
mendapat ASI eksklusif 1,8 kali lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan dari
pada bayi yang mendapat ASI eksklusif. Hal ini dapat dijelaskan karena salah satu
keunggulan bayi yang mendapatkan ASI adalah lebih jarang menderita penyakit,
karena adanya zat protektif dalam ASI, yaitu dengan adanya antibodi. Di dalam
ASI terdapat berbagai macam antibodi diantaranya terhadap enterotoksin E.coli,
Salmonella Typhi, Shigela dan virus, seperti rotavirus, polio dan campak.
Antibodi terhadap rotavirus tinggi dalam kolostrum, yang turun pada minggu
pertama dan bertahan sampai umur 2 tahun. Kejadian diare paling tinggi terdapat
pada anak dibawah umur 2 tahun, dengan penyebab rotavirus. Anak yang tetap
37
diberikan ASI mempunyai volume tinja lebih sedikit, frekuensi diare lebih sedikit
serta lebih cepat sembuh dibandingkan anak yang tidak mendapatkan ASI. Selain
itu ASI juga mengandung nutrien yang lengkap, seperti asam amino, dipeptid,
heksose menyebabkan penyerapan natrium dan air lebih banyak. Adanya antibodi
terhadap Helobacter jejuni dalam ASI melindungi bayi dari diare yang disebabkan
oleh mikroorganisme tersebut. Anak yang tidak mendapatkan ASI beresiko 2-3
kali lebih besar menderita diare akibat helicobacter jejuni dibandingkan anak yang
mendapatkan ASI (Perinasia, 2003).
4.2.3 Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek. Pengetahuan ibu tentang gizi merupakan
pemahaman seorang ibu tentang makan sehat dan seimbang untuk keluarga
terutama anak balita yang meliputi pemahaman tentang ASI, makanan
pendamping ASI, menu makanan dan sumber-sumber makanan untuk golongan
tertentu serta cara memilih, mengolah dan menyimpan makanan yang benar
(Herman S, 1990).
Mendukung teori tersebut maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi murid taman
kanak-kanak FKIP Unsyiah. Dimana proporsi anak dengan status gizi normal
antara ibu dengan tingkat pengetahuan gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan
ibu dengan pengetahuan gizi cukup (68,7% dengan 44%) dan hasil uji statistik
terbukti bermakna, yaitu nilai p < 0,05. Kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai pemberian makanan yang banyak untuk tumbuh dan berkembang
dengan baik membuat anak tidak mendapatkan cukup protein dan energi. Karena
keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah sering kali
anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan
gizi balita hanya karena ketidaktahuan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat dari Herman S (1990), yang
menyatakan bahwa pengetahuan gizi ibu merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi konsumsi pangan. Ibu yang cukup pengetahuan gizinya akan dapat
memperhitungkan kebutuhan gizi anak balitanya agar dapat tumbuh dan
38
berkembang secara optimal. Selain itu pengetahuan yang dimiliki ibu akan
berpengaruh terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi anaknya. Salah
satu sebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan
untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun
menu yang baik untuk dikonsumsi yang niatnya berdampak pisitif terhadap
keadaan gizinya (Herman S, 1990).
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Achmad DS (2000), yang
menyatakan bahwa pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang
mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak
pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan
jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi. Suhardjo (2003) jiga
berpendapat bahwa kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi
merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi, penyebab lain yang penting
dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi dan mengetahuai
kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari
(Suhardjo, 2003).
4.2.4 Paritas
Paritas atau jarak kelahiran sangat berkaitan dengan jarak kelahiran.
Semakin tinggi paritasnya, maka semakin pendek jarak kelahirannya. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara paritas ibu dengan status
gizi murid taman kanak-kanak FKIP Unsyiah. Diaman proporsi anak dengan
status gizi normal antara ibu dengan paritas ≤ 4 lebih tinggi dibandingkan dengan
ibu yang paritasnya > 4 (67,9% dengan 42,1%) dan hasil uji statistik terbukti
bermakna, yaitu nilai p < 0,05.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sjahmien M (2003), yang menyatakan
bahwa anak dengan urutan paritas yang tinggi seperti anak kelima dan seterusnya
yang ternyata kemungkinan untuk menderita gangguan gizi lebih besar
dibandingkan anak 1,2,3. Paritas dikatakan tinggi bila seorang wanita melahirkan
anak ke 4 atau lebih. Bahaya yang mungkin timbul terhadap seorang anak
apabiala terjadi kelahiran lagi, sedangkan anak sebelumnya masih minum ASI,
39
sehinnga perhatian ibu beralih pada anak yang baru lahir. Resiko pada hasil
kehamilan yang buruk salah satunya disebabkan oleh jarak kehamilan yang
pendek (<2 tahun). Oleh karena itu sebaiknya jarak kehamilan lebih dari 2 tahun,
karena berhubungan dengan kejadian kesakitan, kematian ibu dan balita (Unicef,
2002).
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Suhardjo (2003) yang
menyatakan bahwa anak-anak, wanita yang sedang hamil dan menyusui
merupakan kelompok yang rawan akan kekurangan gizi. Apabila mereka hidup
dalam keluarga dengan jumlah yang besar dan kesulitan dalam penyedian pangan
tentunnya masalah gizi atau gannguan gizi akan timbul. Pada keluarga yang besar
sangat penting dilihat keterbatasan jumlah bahan makanan yang tersedia, terutama
dalam keluarga yang berpenghasilan rendah.