103
BAB IV
SISTEM PENDIDIKAN
PONDOK PESANTREN SALAFIYAH APIK KALIWUNGU
A. Profil Pondok Pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu
Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu letaknya di tengah kota
sehingga tidak terisolir dan mudah dijangkau dari berbagai arah. Lokasi
bangunannya berada di tepi ujung jalan dari arah Boja yang bertemu dengan
jalan Raya Semarang Jakarta, sehingga para santri yang datang dan pergi dapat
dengan mudah naik bus maupun alat transportasi lainnya. Jarak lokasi dari kota
Kendal (Kabupaten) kira-kira 11 km dari arah Barat, sedangkan dari kota
Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah, kira-kira 19 km dari arah
Timur.
Gambar 4.1
Peta Kaliwungu Kendal
Kota Kaliwungu adalah merupakan Kecamatan, terkenal dengan kota
santri, karena memang banyak santri yang berdatangan dari berbagai daerah
untuk menimba ilmu agama di beberapa pondok pesantren yang ada di wilayah
ini. Selain pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu terdapat pondok
104
pesantren lain seperti pondok pesantren Salafiyah Al-Fadlu, pondok pesantren
Salafiyah Bani Umar, pondok pesantren Salafiyah Aris, pondok pesantren
Salafiyah Nurul Hidayah, pondok pesantren Salafiyah Miftahul Falah, dan lain-
lain. Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu adalah termasuk yang
tertua dan memiliki fasilitas yang lebih lengkap di antara pondok pesantren
Salafiyah tersebut.
Lokasi pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu terletak di samping
utara Kaliwungu. Luas bangunannya di atas sebidang tanah seluas 5000 m²,
terdiri dari beberapa gedung, sebagian difungsikan sebagai asrama para santri,
kamar mandi, tempat air wudhu, sedangkan yang lain sebagai kelas atau ruang
belajar dan kantor pengurus dan madrasah. Sebagian besar dari bangunan
tersebut diperuntukkan sebagai tempat tinggal para santri yang terdiri dari
kamar-kamar sejumlah 170 kamar.
Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu mulai didirikan pada tahun
1919 M oleh KH. Muhammad Irfan bin Musa (W.1931 M). Beliau memiliki
nama kecil Muhammad Basyir, dan merupakan salah satu di antara 20 anak
kandung dari H. Musa. Pada usia 17 tahun, Muhammad Basyir setelah
menerima beberapa pelajaran dari para kyai Kaliwungu yang merupakan
kerabat sendiri, beliau pergi belajar di tanah suci Mekah, bermukim disana
selama 17 tahun. Beliau belajar di Tanah Suci semasa dengan Syekh Mahfudz
bin Abdullah at-Turmudzi dari Termas dan Syek Nawawi al-Bantani, dan
sempat bertabarruk menimba ilmu kepada mereka berdua.
105
Sepulang dari Mekah Muhammad Basyir memiliki tujuan untuk
mengembangkan Islam, belajar mengajarkan ilmu agama kepada keponakan-
keponakannya. Forum pengajian ini kemudian berkembang pesat dan banyak
santri dari daerah Kaliwungu dan dari luar daerah yang hadir mengikuti
pengajian. Akhirnya KH. Irfan mendirikan pondok pesantren, yang semula
diberi nama Pesantren Salafy Al-Qoumany Kaliwungu1. Perubahan nama
APIK2 sendiri diberikan sejak jaman kemerdekaan.
Dana untuk mendirikan pondok pesantren pada saat itu, 75% ditanggung
oleh kakak dari KH. Muhammad Irfan yakni KH Abdur Rasyid, seorang
pedagang batik yang cukup berhasil, sedangkan 25% diperoleh dari jariyah
shodaqoh masyarakat Kaliwungu. Hal ini sebagaimana pendapat Sudjoko
Prasodjo dalam Soebahar (2013: 35) menyebutkan berdirinya pondok
pesantren diantaranya berasal dari dukungan masyarakat atau dukungan suatu
kalangan, karena pondok pesantren berdiri atas inisiatif masyarakat, dikelola
bersama dan untuk kepentingan masyarakat. Kelebihan dalam bidang ilmu
agama dan kesalihan seorang ulama, sehingga penduduk sekitar banyak yang
datang untuk belajar menuntut ilmu pada ulama. Kyai adalah figur utama yang
menjadi panutan, lembaga ini didirikan bersama-sama oleh masyarakat yang
1 Kemungkinan nama tersebut diberikan karena pondok pesantren Salafiyah APIK
berlokasi di daerah Kauman Kaliwungu 2 Konon nama APIK merupakan kependekan dari “Asrama Pelajar Islam Kauman
Kaliwungu”. Namun saat ini nama tersebut tidak diartikan sebagai nama singkatan, melainkan
suatu kata dalam bahasa Jawa yang memang berarti “BAIK”. Sebutan APIK sebagai nama
pondok pesantren itu sekarang lebih menekankan pada arti atau makna kata itu sendiri
ketimbang sebagai singkatan. Makna BAIK disini disesuaikan dengan tujuan dalam pondok
pesantren APIK yaitu “Untuk mencetak muslim yang alim dan amil”, dengan melestarikan dan
mempertahankan kemurnian ajaran Islam dengan paham Ahl Sunnah wal Jama’ah dan
meningkatkan pemberdayaan umat.
106
peduli dan mempunyai komitmen untuk tafaqquh fiddin. Komponen tersebut
membuat pondok pesantren senantiasa bersikap kooperatif dengan dunia luar,
terutama masyarakat sekitar pondok pesantren. Sebagaimana awal berdirinya
pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu, masyarakat sekitar pondok
pesantren adalah salah satu yang memiliki peran dan dorongan baik moril
maupun materiil sehingga pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu dapat
berdiri disekitar masyarakat Kaliwungu.
Berdirinya pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu telah melalui
beberapa zaman, dari mulai zaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang
hingga zaman kemerdekaan sekarang, pimpinan pondok pesantren selalu
dipegang dari keturunan atau kerabat pendirinya, dan telah mengalami lima
kali pergantian kepemimpinan.
Pada masa KH. Muhammad Irfan Musa (W. 1931 M), lurah pondok
pesantren dipercayakan kepada ponakannya K. Ahmad Ru`yat (W. 1968) dan
dibantu oleh K. Usman Abdurrosyid, yang selanjutnya lurah pondok pesantren
dipercayakan kepada K. Idris3 dari Kempek Cirebon. Menurut KH. Irfan,
beliau dipandang paling dewasa di antara para santri yang lain.
Semasa kepemimpinan KH. Irfan (W.1931), pondok pesantren Salafiyah
APIK menunjukkan perkembangannya. Kyai ini dikenal penyabar dan teliti
dalam mengajar santri. Pada saat beliau meninggal, putra KH. Muhammad
3 K. Idris adalah putra dari K. Kamali, seorang kyai besar dari Cirebon Jawa Barat.
KH.Idris tercatat sebagai pengajar terpenting di pondok pesantren Tebuireng sejak tahun 1953.
Beliau menikahi Izzah, salah seorang putri Khadarat Asy-Syaikh KH. Hasyim Asy`ari. Beliau
mengajar di Tebuireng hanya sampai tahun 1973, dan memutuskan untuk menetap di Saudi
Arabia sejak tahun tersebut (Dhofier, 1982: 67 dan 108).
107
Irfan belum ada yang dipercaya untuk mengelola pondok pesantren, sehingga
digantikan oleh KH. Ahmad Ru`yat (W. 1968), yang merupakan keponakan
dari KH. Muhammad Irfan, anak dari salah seorang kakaknya yaitu KH.
Abdullah. Sebelum dipercaya sebagai pengelola dan menjadi lurah pondok
pesantren, beliau menimba ilmu pada K. Idris di pondok pesantren Jamsaren
Solo.
Masa kepemimpinan KH. Ahmad Ru`yat, Pondok pesantren Salafiyah
APIK mengalami kemajuan, ditandai dengan bertambahnya santri yang belajar
di Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu tidak saja dari Jawa tetapi
juga dari luar Jawa. Setelah KH. Ahmad Ru`yat meninggal, pimpinan pondok
pesantren diserahkan KH. Humaidullah Irfan (W. 1985). Latar belakang
pendidikannya antara lain pernah belajar pada KH. Hasyim Asy`ari di pondok
pesantren Tebu Ireng Jombang, pondok pesantren Lirboyo Kediri dan pernah
belajar pada K. Dimyati di pondok pesantren Termas Pacitan. Beliau sekelas
dengan KH. Zarkasi Gontor, KH. Abdul Hamid Pasuruan dan KH. Muslih bin
Abdurrahman, Mranggen. KH. Humaidullah Irfan dibantu oleh KH. Dimyati
Ro`is sebagai lurah pondok pesantren. KH. Dimyati Ro`is pernah menjadi
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, dan beliau termasuk kerabat
pendiri pondok pesantren, menantu KH. Ibadullah Irfan, adik dari KH.
Humaidullah Irfan. Pada masa kepemimpinan KH. Humaidullah Irfan, pondok
persantren Salafiyah APIK mengalami kemajuan setapak, karena pada tahun
1970 dimulai sistem pendidikan baru yakni sistem klasikal untuk kelas-kelas
Madrasah Persiapan dan Madrasah Tsanawiyah.
108
Selanjutnya setelah KH. Humaidullah Irfan meninggal, kedudukan
sebagai pengelola pondok pesantren dipercayakan kepada salah seorang putra
beliau, yakni KH. Muhammad Imron Humaidullah dan dibantu adiknya KH.
Muhammad Sholahuddin Humaidullah. KH. Muhammad Imron Humaidullah
pernah belajar di pondok pesantren Banyuwangi, dan pada K. Muhamadun di
Tayu. Sedangkan KH. Muhammad Sholahuddin Humaidullah disamping
belajar di pondok pesantren Lirboyo, pernah belajar di pondok pesantren
Tebuireng Jombang, pondok pesantren Pacul Goang Jombang, dan bertabarruk
pada KH. Abdullah Faqih Tuban, KH. Muslih Tingkir Bojonegoro dan KH.
Jamaluddin Kediri.
Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu tidak bisa dipisahkan dari
figur seorang kyai, kyai merupakan pucuk pimpinan dan sebagai penuntun dan
panutan. Kyai di pondok pesantren Salafiyah APIK adalah pemegang
kekuasaan tertinggi, berjalan dan tidaknya suatu kegiatan pondok pesantren
terletak pada kyai.
Sebagaimana pendapat KH. Sholahuddin Humaidullah bahwa di pondok
pesantren adanya hanya kyai dan santri, berbeda dengan lembaga lain secara
struktural, kyai adalah sebagai sentral pendidikan yang mendidik para santri.
Disamping itu kyai berfungsi sebagai panutan dan menjadi buih dari segi
keintelektualan maupun dari segi kepribadian yang dicerminkan dalam tingkah
laku sehari-hari.4
4 Wawancara dengan KH. Sholahuddin Humaidullah, Tanggal 17 November 2011
109
Kharisma dari kyai pendahulu atau pendiri pondok pesantren ikut
memberi citra positif masyarakat terhadap para kyai pewarisnya. Umumnya
kyai dalam pondok pesantren adalah anak dari kyai, faktor hubungan keluarga
melalui sisilah seorang kyai dipandang akan mewarisi kekyaiannya dari orang
tuanya, misalnya jika bukan ayahnya sebagai kyai, mungkin kakeknya atau
nenek moyangnya yang lebih atas lagi adalah seorang kyai. Sebagaimana
tecover di atas, sejak mulai berdiri hingga sekarang, pimpinan pondok
pesantren tetap dipegang oleh keturunan dan kerabat dari K. Irfan Musa
sebagai pendiri pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu.
Umumnya kyai dan kerabatnya menikmati hak-hak istimewa di tengah-
tengah masyarakat. Pergaulan dalam lingkungan pondok pesantren antar kyai
dengan santri biasanya cenderung berbentuk budaya “feodalistik” yaitu antara
pemimpin dengan yang dipimpin terjadi hierarchis yang jelas. Seperti di
pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu, kepatuhan santri terhadap kyai
tidak hanya ditunjukkan dengan mengikuti peraturan yang berada di pondok
pesantren tetapi sikap lain diantaranya santri tidak menatap kyai saat berbicara,
jika akan menghadap kyai masih terdapat budaya sebagaimana berada di
kerajaan santri berjalan dengan membungkukkan badan dihadapan kyai.
Sebagaimana salah satu di antara Panca Jiwa pondok pesantren
(Soebahar, 2013: 42) yaitu jiwa ikhlas berarti Sepi Ing Pamrih (Tidak didorong
oleh motif untuk meraih keuntungan tertentu), karena niat utama hanyalah
ibadah semata. Jika prinsip ini menjadi semangat utama, maka akan tercipta
situasi hidup yang harmonis antar semua unsur pondok pesantren. Prinsip
110
tersebut terlihat adanya ikatan antara kyai dan santri sangat erat, baik dhahir
maupun batin. Pendapat Ust. Miftahul Anwar (lurah pondok)5 mengemukakan
bahwa kyai adalah sebagai orang tua, karena merupakan orang yang selalu
memberi ilmu kepada santri dan mendapat kepercayaan dari orang tua santri
untuk mendidiknya. Budaya hormat dan ta`zhim terhadap kyai dan guru
merupakan nilai kultural yang berada di pondok pesantren Salaf, berani
menderita untuk mencapai tujuan, hingga kepercayaaan pada barakah
(Mughist, 2008: 137-138). Hal ini direalisasikan diantaranya apabila santri
akan pulang harus ijin atau mohon restu kepada kyai.
Budaya penghormatan dan rasa ta‟zhim pada kyai diajarkan di pondok
pesantren dan itu telah di ajarkan dalam kitab ta’lim al muta’alim. Sebuah
kitab yang berisi tentang tata krama seseorang dalam menuntut ilmu. Dengan
demikian belajar dianggap sebagai ibadah. Sebagaimana pendapat Wolfgang
Karcher (1987: 251) yaitu jika berlama-lama di pondok pesantren tidak pernah
dianggap sebagai suatu masalah, keberadaan ijazah sebagai tamat belajar tidak
terlalu dipedulikan, dan lahirnya budaya restu kyai yang terus bertahan hingga
saat ini.
Budaya pondok pesantren Salafiyah lainnya yaitu hubungan santri
dengan masyarakat sekitar adalah sebagai tetangga. Budaya tersebut menurut
Mukti Ali (Maunah, 2009: 32), tercermin dari prinsip kemandirian yang
terdapat dalam salah satu pendidikan pondok pesantren, memiliki arti semangat
untuk menolong diri sendiri. Kemampuan untuk bertahan (sustainability) dan
5 Wawancara dengan Ust. Miftahul Anwar (Lurah Pondok), Tanggal 14 November 2011
111
kuat dalam menghadapi tantangan dan didukung oleh keakraban hubungan
antara kyai-santri-masyarakat. Hubungan santri dan masyarakat itu sendiri
dibatasi dan disesuaikan dengan kehidupan atau kegiatan pondok pesantren,
artinya santri boleh mengikuti kegiatan masyarakat apabila kegiatan itu
mendukung dengan tujuan santri datang ke pondok pesantren yaitu untuk
menuntut ilmu, dan santri mengikuti kegiatan masyarakat untuk menambah
wawasan dan pengalaman.
Sebuah lembaga pasti ada keorganisasiannya, yaitu sebuah kesatuan yang
terdiri dari orang perorangan sehingga tersusun menjadi satu kesatuan dan
berkesinambungan. Demikian halnya dengan pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu, yang memegang kendali adalah seorang kyai.
Selain seorang kyai yang menjadi pemangku pondok pesantren, pengurus
pondok pesantren membantu dalam menjalankan tugas kyai. Pengurus pondok
pesantren diambil dari pihak keluarga dan santri-santri senior yang memang
sudah berpengalaman.
Susunan pengurus pondok pesantren Salafiyah APIK merupakan
lembaga pendidikan keagamaan, kepengurusannya dipimpin oleh seorang kyai
yang di bantu kepala pondok pesantren, wakil dan jajarannya yang meliputi
sekretaris, bendahara, keamanan, perweselan, kesehatan dan pembantu umum.
Pondok pesantren Salafiyah APIK memiliki empat komplek yang pada tiap-
tiap kompleknya di pimpin oleh kepala komplek atau yang terkenal dengan
sebutan kepala Jam‟iyah.
112
B. Santri
Santri pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu adalah termasuk
santri mukim atau santri yang tinggal menetap di pondok pesantren. Jumlah
santri pondok pesantren APIK Kaliwungu saat ini tidak sampai 1000 orang dan
seluruhnya santri laki-laki, karena memang pondok pesantren ini hanya
menerima santri laki-laki, dan cara berpakaian santri dengan menggunakan
sarung dan peci.
Sejak kepemimpinan KH. Ahmad Ru`yat, santri pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu mulai mengalami perkembangan. Mereka banyak
yang datang dari beberapa daerah, letaknya berjauhan dengan kota Kaliwungu.
Pada umumnya santri berasal dari daerah Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah,
seperti Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Semarang, Demak,
Kudus, Pati, dan ada pula yang berasal dari Jawa Barat, seperti daerah Banten,
Krawang, Cirebon, Majalengka. Sedangkan yang berasal dari Jawa Timur,
rata-rata berasal dari Banyuwangi, Nganjuk, Madura, dan dari luar Jawa. Latar
belakang santri diantaranya anak petani dan nelayan. Selain itu, semangat
pluralisme (Maunah, 2009: 21-22) juga diterapkan oleh dunia pondok
pesantren, karena biasanya tidak ada pembatasan peserta didik, baik suku, ras
atau bahkan agama.
Mereka tidak saja memiliki keanekaragaman daerah asalnya, melainkan
juga dilihat dari latar belakang pendidikannya. Diantaranya memiliki latar
belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD), sedangkan sebagian lainnya telah
menamatkan SMP, bahkan terdapat di antara mereka yang telah menyelesaikan
113
pendidikan SMA. Namun mereka datang dan mengikuti pendidikan di pondok
pesantren ini dengan motivasi yang sama, yakni hanya semata-mata ingin
memiliki pengetahuan agama yang kelak menjadi pedoman serta tuntutan
hidupnya.6
Untuk orientasi ke masa depan, mereka juga hanya sebatas ingin
memiliki pengetahuan dalam bidang ilmu agama yang mungkin akan
diamalkan dalam kedudukannya sebagai guru mengaji, menjadi kyai di daerah
asalnya masing-masing. Mereka datang atas kemauan sendiri serta atas
dukungan moral maupun materiil dari keluarga, memilih tinggal di pondok
pesantren Salafiyah APIK sebagai tempat belajar, bukan lantaran lembaga ini
menyebarkan semacam iklan, melainkan informasi diperoleh dari mulut ke
mulut, terutama melalui pihak-pihak yang pernah mengikuti pendidikan atau
pernah mengirimkan anggota keluarganya di lembaga pendidikan tersebut.7
Antara tujuan pendidikan dengan motivasi ataupun dorongan dari para
orang tua maupun santri, terdapat satu tujuan pondok pesantren Salafiyah
APIK yaitu “Mencetak muslim alim yang amil”. Maksudnya bukan hanya
mencetak santri yang berpengetahuan agama yang cukup, melainkan selain
berakhlak al-karimah dapat pula mengamalkan pengetahuannya. Tidak saja
untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi juga untuk masyarakat luas.8 Sosok
pribadi yang seperti itu diharapkan dalam kehidupan masyarakat umumnya,
sebagai tokoh spiritual yang menjadi panutan umat, tidak hanya mampu
6 Wawancara dengan Ust. Abdun Nafi`, Tanggal 14 November 2011
7 Wawancara dengan KH. Sholahuddin Humaidullah, Tanggal 17 November 2011
8 Wawancara dengan KH. Sholahuddin Humaidullah , Tanggal 17 November 2011
114
memimpin upacara-upacara keagamaan tetapi juga mengetahui permasalahan
sosial keagamaan yang dihadapi umat serta dapat memberikan jalan keluarnya,
memberikan bimbingan dan nasehat serta dapat memberikan jalan keluarnya,
memberikan bimbingan dan nasehat dalam bentuk siraman rohani agar mereka
tetap berada di jalan yang benar.9 Hal tersebut dipertegas dalam surat At-
Taubah ayat 122 :
ا مَة اَة َةااَة وَة مِة ُةوْة وْة امُة ْة يَة ْةفِةرُة اْة َةفَةرَة فَة َةوْة َة ط ً َةافَّة اِة وْة طَةااِةفَةةٌة مِة ْة ُة ْة فِةرْة َةةٍة ُة ّةِة مِة يَةتَةفَةقَّ ُة يْةاِة اِة فِة االّةِة
وْة رُة يُة ْةذِة اِة مَة ُة ْة وَة عُةوْة إِةذَة َةوْة جَة اَة اَةعَة َّ ُة ْة إِةاَةيْة ِة ْة رَة وْة ذَةرُة (122 : اتوبة ) يُة ْة
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu‟min itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya” (Soenarjo, 1998: 301)
Selain itu pemimpin umat yang diidamkan di pedesaan adalah pemimpin
yang sederhana, merakyat, memiliki solidaritas hidup kebersamaan yang
tinggi. Kehidupan pondok pesantren tidak hanya membekali ilmu-ilmu
pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman.
Pengalaman hidup dilingkungan masyarakat pondok pesantren itu sendiri
yang dapat melahirkan watak kemandirian, tahan terhadap penderitaan, percaya
diri, tidak menggantungkan nasib hidupnya pada orang atau pihak lain, namun
memiliki solidaritas yang tinggi. Dalam kehidupan masyarakat, santri dilatih
untuk hidup bermasyarakat, penuh kebersamaan, saling memegang, tolong
menolong, gotong royong, hidup bersama dalam suka dan duka. Di samping
dorongan oleh kebutuhan-kebutuhan kongkrit dalam kehidupan masyarakat
9 Wawancara dengan KH. Sholahuddin Humaidullah, Tanggal 17 November 2011
115
pedesaan, umumnya terhadap adanya pimpinan kerokhanian semacam itu,
tidak menutup kemungkinan dorongan-dorongan dari budaya masyarakat yang
memiliki kebanggaan jika misalnya mendapatkan menantu alumni pondok
pesantren, kebanggaan untuk memiliki anak yang berhasil menghafalkan Al-
Fiyah (kitab bahasa Arab puitis terdiri dari seribu bait), dan lain-lain. Semua itu
menjadi pendorong kenapa mereka memilih pondok pesantren sebagai tempat
belajar.
1. Kondisi Sosial Santri
Sebagian santri pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu adalah
berasal dari pelosok desa, dan sebagian dari mereka adalah anak yang putus
sekolah (drop out). Mereka putus sekolah antara lain karena;
a. Mahalnya Biaya Pendidikan Formal
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ustadz Khudhori Khoiron10
selaku Kepala Sekolah Program Paket B dan Paket C di pondok
pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu. Banyaknya santri yang putus
sekolah (drop out) karena mahalnya biaya pendidikan sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan santri untuk bisa
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Walaupun sudah
ada dana BOS, siswa juga harus membeli seragam sekolah, alat tulis dan
buku pegangan yang semakin tinggi, sehingga memberatkan siswa untuk
melanjutkan sekolah.
10
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012
116
Namun dengan adanya dana BOS dan program Wajar Dikdas yang
diselenggarakan oleh pemerintah khususnya bagi pondok pesantren
Salafiyah, hal ini memberikan kesempatan kepada santri untuk
memperoleh pendidikan formal.
b. Mata Pencaharian yang Tidak Stabil
Mata pencaharian orang tua salah satu faktor bagi santri untuk
memperoleh kesempatan pendidikan yang layak. Mata pencaharian orang
tua santri pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu rata-rata adalah
sebagai petani, pedagang, dan pekerja tidak tetap. Kondisi ekonomi dan
lingkungan keluarga yang berbeda dari masing-masing santri, masalah
yang terdapat pada masing-masing santri pun akan berbeda.
Berdasarkan latar belakang kondisi yang berbeda dari masing-
masing santri, kesempatan dan niat untuk melanjutkan pendidikan pun
berbeda. Seperti salah satu santri yang berada di pondok pesantren
Salafiyah APIK, bernama Muhammad Taufik Hidayat11
berasal dari Desa
Pegandon, letaknya tidak jauh dari Kaliwungu Kendal. Sejak umur 12
Tahun atau setara dengan lulus Sekolah Dasar, ia masuk pondok
pesantren atas usulan orang tua dan karena faktor lingkungan tempat
tinggal, dimana anak-anak seusianya, para orang tua lebih memilih untuk
menyekolahkan anak-anaknya ke pondok pesantren.
2. Kondisi Pendidikan Santri
11
Wawancara dengan Taufiq (santri), Tanggal 13 April 2012
117
Kondisi pendidikan santri pada saat awal masuk di pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu masih rendah, dikarenakan kondisi sosial
sebagaimana tersebut di atas yaitu masih mahalnya biaya pendidikan dan
mata pencaharian yang tidak menentu. Sebagaimana PP RI No. 55 Tahun
2007 Pasal 14 ayat 3 (2007:17) yaitu pondok pesantren dapat
menyelenggarakan 1 (satu) atau berbagai satuan dan/atau program
pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal. Berdasarkan PP
RI No. 55 tersebut di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu,
terdapat dua pendidikan yang harus dilalui oleh santri, yaitu; pendidikan
formal dan pendidikan non formal.
C. Pendidikan dan Pengajaran
Kegiatan pendidikan dan pengajaran yang berada di pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu di bagi dalam beberapa macam kegiatan
pendidikan dan pengajaran, sebagai berikut ;
1. Program Pendidikan Madrasah
Pondok pesantren Salafiyah APIK merupakan pondok pesantren
Salafiyah yang memiliki dan mengelola lembaga pendidikan sendiri, yaitu
Madrasah Salafiyah Miftahul Hidayah (MSMH). Setiap santri pondok
pesantren Salafiyah APIK harus belajar serta sekolah di madrasah tersebut.
Madrasah Salafiyah Miftahul Hidayah adalah lembaga pendidikan Diniyah
non formal di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu. Berdirinya
Madrasah Salafiyah Miftahul Hidayah tidak bersamaan dengan berdirinya
118
pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu dan melewati dari beberapa
generasi kyai, yaitu pada masa generasi ketiga tahun 1970, saat KH.
Humaidullah Irfan menjadi pemimpin di pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu.
Untuk mengikuti pendidikan di MSMH pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu, para santri tidak diwajibkan mengikuti pendidikan sejak
dari tingkat Persiapan, namun bisa saja masuk pada tingkat Aliyyah,
tergantung dari bekal ilmu pengetahuan agama yang telah dimiliki sebelum
masuk di pondok pesantren ini. Akan tetapi untuk dapat mengikuti pelajaran
tidak sejak dari tingkat Persiapan, santri perlu di test terlebih dahulu. Secara
prosedural para calon santri harus mendaftarkan diri pada setiap awal tahun,
dengan mengisi formulir pendaftaran serta memenuhi beberapa syarat yang
telah ditentukan.
Formulir pendaftaran selain dikemukakan identitas pribadi, seperti
nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, alamat/ tempat tinggal, latar
belakang pendidikan umum maupun pondok pesantren, nama orang tua/
wali, pekerjaan orang tua/wali, juga motivasi dan tujuan mengikuti pelajaran
di lembaga tersebut. Sesuai dengan latar belakang pendidikan, maka calon
santri dapat memilih kelas yang akan dituju. Hanya saja untuk memasuki
tingkat Tsanawiyah maupun Aliyyah harus di test terlebih dahulu hafalan
nadzam dari suatu kitab yang telah ditentukan dengan jumlah bait tertentu
pula, sebagai syarat untuk mengikuti test tertulis.
119
Seleksi penerimaan santri baru di MSMH pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu, bagi santri baru yang masuk pada tingkatan selain
Sekolah Persiapan I harus mengikuti tes hafalan dan tertulis yang
diselenggarakan oleh panitia penerimaan santri baru MSMH. Syarat lainnya
santri terlebih dahulu membayar administrasi pendaftaran sebesar yang
ditentukan oleh panitia. Sedangkan untuk santri baru yang masuk kelas
Sekolah Persiapan I tidak diadakan tes, langsung masuk kelas yang sudah
ada.
Pada mulanya lembaga pendidikan ini hanya memakai metode
„‟Bandongan” dan ‟‟Pengajian Weton”. Namun pada perkembangannya
masih ada yang dirasakan belum memuaskan, sedangkan masyarakat yang
kian kritis dan maju menginginkan suatu metode pendidikan yang lebih
efektif dan efesien.
Adanya kondisi yang demikian menurut Cak Nur (1985: 96-106)
bahwa keterbelakangan tersebut muncul karena faktor kesenjangan
antisipasi terhadap perkembangan modernitas dan rasionalitas. Hambatan
tersebut secara garis besar berhubungan erat dengan kondisi internal pondok
pesantren, baik lingkungan, santri, kurikulum, model kepemimpinan
maupun alumninya.
Berdirinya MSMH berdasarkan adanya antisipasi perkembangan
zaman yang kemungkinan makin terpisah dari tuntutan syari‟at agama
(Fiqih). Oleh karena itu pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu
merasa perlu membangun lembaga pendidikan dengan spesialisasi Fiqih.
120
Selanjutnya KH. Humaidullah Irfan, mulai didirikan MSMH dengan model
sistem klasikal.
Adapun selain kitab-kitab yang menjadi kajian pokok kajian,
dipelajari di luar jam sekolah (kegiatan Madrasah). Keseluruhan kitab-kitab
klasik yang diajarkan di pondok pesantren dapat digolongkan ke dalam 8
kelompok, yaitu nahwu (syntax) dan sorof (morfologi), fiqh, ushul fiqih,
hadits, tafsir, tauhid, tasawuf dan etika, dan cabang-cabang lain seperti
tarikh dan balaghah. Pengelompokkan kitab-kitab klasik tersebut tidak jauh
berbeda yang diajarkan di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu
yaitu beberapa ilmu yang tercakup dalam pendidikan agama Islam yang
diajarkan.
Materi yang dikaji semuanya bersumber dari berbagai kitab klasik
(kitab kuning) yang meliputi beberapa ilmu. Beberapa ilmu yang dimaksud
disini adalah ilmu yang tercakup dalam Pendidikan Agama Islam, di
antaranya ; Nahwu & Sharaf (lughat), fiqih (hukum syar‟i/eksoteris), tauhid
(akidah/teologi), tasawuf (akhlak/isoteris), hadits, tafsir, musthalah hadits,
baca tulis al-Qur‟an dan tarikh.
Satu ilmu yang dikaji oleh masing -masing tingkatan yang berbeda.
Sistem klasikal yang dilaksanakan di pondok pesantren Salafiyah APIK
melalui MSMH dilaksanakan secara berjenjang selama delapan tahun,
dengan ketentuan ; Tingkat Sekolah Persiapan (SP) ditempuh selama dua
tahun dengan sistem jenjang kelas, yakni kelas Sekolah Persiapan I dan
Sekolah Persiapan II, masing–masing kelas dibagi dua (A & B). Pada
121
tingkatan ini (awal), sebagaimana namanya “Persiapan“, para santri
disajikan menu-menu pelajaran yang bersifat dasar dari beberapa ilmu yang
ada di tingkat seatasnya (Madrasah Tsanawiyah dan Aliyyah).
Tentang kurikulum MSMH rujukan bahan materi pelajarannya
semuanya mengacu pada kitab kuning. Kurikulum di MSMH merupakan
kurikulum agama murni, satuan kurikulum tersebut, berdasarkan kitab
rujukan yang dipakai pada sekolah Persiapan I – II.
Selanjutnya Tingkat Madrasah Tsanawiyah ditempuh selama tiga
tahun, yakni Kelas I, II, dan III dengan masing-masing kelas dibagi menjadi
dua (A & B). Tingkat Tsanawiyah merupakan tingkat lanjutan dari jenjang
yang ada di bawahnya (Sekolah Persiapan I/II). Oleh karena itu, semua
materi yang dikaji adalah kelanjutan dari pelajaran atau ilmu yang sama dari
tingkat dibawahnya.
Sedangkan Tingkat Aliyah sama halnya dengan tingkat Tsanawiyah,
ditempuh tiga tahun, dengan jenjang kelas I, II, & III, dan masing-masing
dibagi menjadi dua (A & B). Pada tingkatan ini para santri ditekankan pada
pemahaman dan aplikasi (amaliyah) materi pelajaran, disamping tetap ada
tuntutan hafalan. Santri yang masuk pada tingkat Aliyah harus bisa
membaca, memahami dan sekaligus mengamalkannya. Orientasi ini
merupakan pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu melalui lembaga pendidikannya MSMH, sehingga plat
from (motto) pondok pesantren “ Ikhtiyar mencetak orang yang alim dan
alim “ dapat terealisasikan.
122
Pada dasarnya pembelajaran yang disusun dan diaplikasikan di
MSMH mengacu pada prinsip Tafaqquh fi ad-Din. Semua materi pelajaran
yang dikaji menekankan pada sistem muhafadhah, pemahaman, dan
praktek. Materi yang berbentuk nadhaman, khususnya yang berafiliasi pada
nahwu, sharaf, dan balaghah (sastra) santri harus hafal di luar kepala dan
sekaligus dituntut bisa menerapkannya. Sebagaimana orientasi dari ilmu itu
sendiri sebagai ilmu alat, santri yang telah mengkajinya harus bisa baca
kitab kosongan, artinya santri mampu membaca kitab yang berteks dan
berbahasa Arab tanpa syakal lancar, benar sesuai kaidahnya, dan
menangkap maksud yang terkandung pada isinya sehingga siap untuk
dipresentasikan.
Meskipun demikian, ilmu – ilmu selainnya tetap tidak diabaikan
karena sama juga pentingnya untuk ditelaah dan diamalkan kandungannya.
Khususnya ilmu teologi, fikih dan akhlak yang bersifat amaliyah santri
diharapkan benar-benar mampu mengaktualisasikan dalam konteks
kekinian.
Akan tetapi untuk bisa mengakses pemahaman yang optimal dan
berpikir kritis terhadap apa yang dikaji/diperoleh dari kandungan kitab,
santri pondok pesantren Salafiyah APIK belum bisa
mengimplementasikannya kecuali telah menguasai ilmu lughat dan sastra
Arab, hal ini karena semua kajian materi yang dipelajarinya menggunakan
bahasa Arab, sehingga tidak bisa memahami dan mengkritisi kandungan
kitab bila tidak menguasai dan mempraktekkan ilmu lughat.
123
Semua pelajaran yang ada pada kurikulum MSMH sangatlah penting
dan bermanfaat untuk mencetak santri pondok pesantren Salafiyah APIK
menjadi santri yang shaleh, baik secara pribadi ataupun sosial, dan amil.
Pelajaran yang diprioritaskan pada semua jenjang/ tingkatan kelas adalah
nahwu, sharaf, dan lughat.
Berbagai metode yang diterapkan oleh para pengajar, khususnya para
mustahiq kelas (wali kelas), untuk mematangkan penguasaan santri terhadap
materi pelajaran yang dikaji. Para pengajar yang masuk kelas dengan mata
pelajaran yang diampunya, sebelum memulai pelajaran baru, santri
sebelumnya di tes, ditanya/diminta membaca kitab terlebih dahulu tentang
materi pelajaran yang sudah disampaikan kepadanya, terkait dengan
tarkiban (struktur kalimat), isi kandungan, dan juga hafalan jika berbentuk
nadhaman. Selain itu, pada jam pertama sebelum para pengajar memulai uji
materi pada anak didiknya, para santri harus menglalar (mengulang kembali
dengan dibaca/dilafadzkan) pelajaran-pelajaran yang berbentuk nadhaman,
khususnya pelajaran nahwu selama kurang lebih ½ jam.
Para mustahiq akan bertanggung jawab secara penuh terhadap
perkembangan anak didiknya. Berbagai tahdzir (intimidasi) dan ta’ziran
(hukuman) bagi yang tidak hafal pelajaran sering disampaikan kepadanya,
seperti ; berdiri sampai pulang ketika kegiatan belajar mengajar (KBM)
berlangsung, di gundul bila sering tidak berangkat sekolah ataupun
musyawarah, dan sebagainya. Sehingga santri tidak akan naik kelas jika
pelajaran pokok tidak hafal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan,
124
pelajaran yang wajib dihafalkan adalah nahwu/ilmu alat. Jadi, materi
pelajaran yang ditekankan adalah nahwunya. Sehingga berbagai upaya dan
metode diterapkan agar santri dapat memahami dan menguasai ilmu
tersebut.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MSMH pondok pesantren
APIK Kaliwungu, setiap santri yang naik pada jenjang/tingkatan seatasnya
ditetapkan beberapa prosedur kenaikan kelas, baik yang berkaitan dengan
hafalan, kedisiplinan, ataupun evaluasi pembelajaran. Di antaranya ;
Ketentuan hafalan, SP I : Nadham Aqidah al-Awam dan Sulam al-Mubtadi.
SP II: Nadham Matan al-Ajrumiyyah. MTs I : Matan al-Ajrumiyyah, al-
Awamil dan Tuhfat al-Athfal. MTs II :Nadham al-Imrithi. MTs III :
Nadham alfiyah 300 Bait. Aliyyah I : Nadham alfiyah 700 Bait. Dan
Aliyyah II : Nadham al-Jauhar Al Maknun.
Kegiatan pendidikan di MSMH pondok pesantren APIK Kaliwungu
dilaksanakan setiap hari, kecuali hari jum`at sebagai hari libur. Jadwal
kegiatan madrasah setiap harinya pada jam 8.00 sampai dengan 11.00 WIS
(selisih waktu Istiwa dengan Waktu Indonesia sekitar 15-30 menit), santri
mengikuti pelajaran di kelas masing-masing. Jadwal pelajaran telah disusun
dengan materi serta sumber-sumber kitab rujukan, semuanya merupakan
kitab kuning sesuai dengan tingkat pendidikan.
Kurikulum yang dipakai disebut sebagai kurikulum yang disusun
menurut kebijakan pimpinan pondok pesantren. Kemudian pada jam 16.30
sampai dengan 17.30 santri berada di kelasnya masing-masing untuk
125
mengikuti kegiatan lalaran, yakni menghafal materi pelajaran yang
bersumber dari kitab dalam bentuk nadhaman (bait-bait puisi). Sedangkan
malam hari, selama dua jam setelah Isya` sejak jam 20.00 sampai dengan
22.00 WIS santri mengikuti kegiatan musyawarah12
yang dipimpin oleh
wali kelas. Setiap masalah yang diajukan dicoba untuk dipecahkan oleh
masing-masing musyawwir (peserta), tetapi jika gagal dijelaskan oleh wali
kelas.
Selain waktu-waktu untuk kegiatan terjadwal tersebut, santri dapat
menggunakan secara bebas untuk keperluan istirahat/tidur, atau mengurus
keperluan lain, seperti memasak, mencuci dan menyeterika pakain,
termasuk pula seperti membaca al-Qur`an, shalat tahajud dan lain
sebagainya.
Meskipun di pondok pesantren Salafiyah APIK telah menerapkan
sistem pendidikan klasikal, kegiatan mengajar di MSMH dalam
pengelolaannya tetap menerapkan model pembelajaran materi pelajaran
kepada santri yang disesuaikan dengan kondisi riil kehidupan pondok
pesantren, yaitu model “ bandongan dan sorogan.”
Sistem bandongan di MSMH diterapkan pada jam ke -3 atau pukul
16.30 WIS. Kitab yang dikaji adalah kitab penunjang pemahaman (kitab
Syarah) materi pelajaran nahwu di kelas masing-masing yang menjadi kitab
panduan kurikulum madrasah (kitab al-Muqarrabah). Sedangkan pagi
12
Musyawarah adalah semacam diskusi pendalaman terhadap materi pelajaran tersebut
pada esok harinya.
126
harinya (jam pertama & kedua) sistem pembelajaran yang diterapkan adalah
memadukan di antara keduanya. Disamping santri ngabsahi kitab, mereka
terlebih dahulu diminta membaca, menarkib, dan memaknainya.
Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat pemahaman santri, para ustadz
menyelenggarakan evaluasi pembelajaran selama jangka waktu tertentu,
seminggu, sebulan, setengah tahun, dan satu tahun (akhir tahun) ajaran.
Setiap minggunya para santri oleh mustahiq kelas (wali kelas) diminta maju
dan di tes mengenai semua pelajaran atau pelajaran pokoknya yang telah
disampaikan oleh para ustadz yang masuk di kelasnya, baik yang berkaitan
dengan hafalan, pemahaman, interpretasi (disuruh menerangkan), atau
nahwunya. Model pembelajaran ini biasa dilakukan pada hari Sabtu jam
pertama. Sedangkan untuk tiap bulan evaluasi yang diterapkan adalah
ulangan tertulis atau setoran hafalan pelajaran pokok, dan pada dekade
setengah tahun diselenggarakan ulangan semester.
Model pembelajaran pertama yang diterapkan di MSMH pondok
pesantren APIK Kaliwungu dengan sistem klasikal adalah pertemuan antara
pengajar (ustadz) dengan murid (santri) dalam rangka penyampaian materi
pelajaran di kelas. Alokasi waktunya satu minggu libur satu kali, yaitu pada
hari Jum‟at, dengan dua kali pertemuan untuk seharinya (jam pertama dan
kedua) dan durasi waktunya dua jam setiap pertemuan. Adapun porsi materi
yang disampaikan oleh pengajar disesuaikan dengan buku silabus pelajaran
madrasah.
127
Pada dasarnya model pembelajaran yang diterapkan di kelas, oleh para
pengajar (ustadz) mengacu pada ketentuan umum yang telah ditetapkan
pengurus. Model pembelajaran yang ada di MSMH tidak jauh dari metode
yang diajarkan oleh para ustadz karena saling berhubungan, hanya saja
model pembelajaran yang paling signifikan di MSMH adalah adanya waktu
yang disediakan oleh madrasah untuk membahas dan mengkaji ulang
(memusyawarahkan) materi pelajaran yang telah disampaikan oleh
guru/ustadz pada setiap malamnya selain hari libur (hari Minggu) di semua
kelas yang ada di MSMH.
Adanya media musyawarah, para santri diberi kesempatan untuk
bebas menanyakan materi pelajaran yang dikaji secara kritis melalui diskusi
(mujadalah) dengan teman sekelasnya. Lewat forum ini banyak manfaat
yang dapat diperoleh oleh santri. Disamping sebagai wahana untuk
memuraja‟ah pelajaran, mereka yang terbiasa berdiskusi akan terlatih
mental dan pemikirannya dalam memahami, mengkritisi, dan
menyampaikan apa yang menjadi ide/pendapatnya. Sehingga hal ini
merupakan salah satu corak dari beberapa model pembelajaran di pondok
pesantren dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas di masyarakat.
Selain itu, ada pula sistem lalaran yang dijadwalkan dua kali dalam
satu minggu, yakni pada hari Sabtu dan Selasa pukul 16.30 WIS. Sistem ini
berkonsentrasi pada pengulangan pelajaran-pelajaran yang telah dihafal
dengan tujuan agar materi yang telah dihafal tidak lupa. Teknisnya
128
mentalafudhkan teks pelajaran bila bentuk materinya kalam natsar, dan
melagukannya bila berbentuk kalam nadzam/syi‟iran. Materi pelajaran yang
dilalar pada umumnya adalah pelajaran pokok (Nahwu).
Titik tekan pada pembelajaran ini adalah santri mampu
mengucapkan/melafalkan materi pelajaran dengan lancar tanpa
melihat/membaca teks. Para dewan mustahiq memprogram alokasi waktu
untuk setoran para santri yang sudah hafal pelajaran (khatam) dengan tuntas
(mastery learning) secara tatap muka langsung.
Model pembelajaran lain yang diterapkan di pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu ini adalah ngaji bandongan. Ngaji bandongan
diselenggarakan dengan tujuan membantu penguasaan dan penambahan
materi pelajaran pokok (nahwu) yang diajarkan di pagi hari dengan
menggunakan kitab al-Muqarrabah (kitab yang telah dikodifikasi oleh kyai
sebagai acuan pembelajaran di kelas). Kitab yang dikaji dalam ngaji
bandongan pada dasarnya sama dengan kitab al-Muqarrabah, tapi cakupan
materinya lebih luas dari pada kitab al-Muqarrabah.
Sistem bandongan yang ada di MSMH pondok pesantren Salafiyah
APIK termasuk dalam kategori metode pembelajaran, metode ini
menekankan pada praktek pembacaan dan pemahaman isi dan tarkiban teks
yang ada di kitab secara benar sesuai dengan kaidahnya, sehingga
penguasaan materi pelajaran lughat (nahwu, sharaf, dan balaghah) oleh para
santri bisa dituangkan langsung dihadapan kyai / ustadz. Dengan metode
semacam ini lahir pula pola pembelajaran munaqasah di pondok pesantren.
129
Sedangkan model kelas yang ada di MSHM sama halnya dengan kelas
yang ada di lembaga pendidikan di luar pondok pesantren, hanya saja
berbeda pada Tingkat Persiapan (SP)/Dasar. Bila di sekolah-sekolah formal
Tingkat Dasar (SD) biasa ditempuh enam tahun, yang selanjutnya ke tingkat
Tsanawiyah (SMP), di MSMH hanya ditempuh dua tahun yang selanjutnya
ke tingkat seatasnya, ini pun mungkin berbeda dengan pondok pesantren
lain di luar Kaliwungu, seperti pondok pesantren Lirboyo, pondok pesantren
Sarang, pondok pesantren Tegal Rejo, dan sebagainya, pondok pesantren
tersebut tidak menerapkan model tingkat dasar dengan istilah SP yang
ditempuh 2 tahun. Tingkat Tsanawiyah dan Aliyah sama dengan tingkat
Tsanawiyah dan Aliyah pada lembaga pendidikan yang lainnya, baik
pendidikan pondok pesantren ataupun pendidikan formal, masing-masing
tingkatan ditempuh 3 tahun.
Jumlah kelas yang ada di MSMH semuanya ada 15 kelas/ruangan.
Semua kelas berada di lingkungan pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu, walapun tidak berada pada satu tempat. Proses manajemen yang
diselenggarakan MSMH pondok pesantren Salafiyah APIK diantaranya dari
segi administrasi, honor pengajar (ustadz) MSMH pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu untuk tiap bulannya, masing- masing pengajar
berbeda-beda disesuaikan dengan tingkat kesenioran/jabatannya. Kepala
Madrasah, Wakil, Sekretaris, Bendahara. Begitu pula dengan pengajar yang
merangkap mustahiq juga berbeda dengan pengajar biasa. Honor pengajar
diberikan setiap bulannya pada tanggal 15 tahun Hijriyah. Sedangkan untuk
130
pengurus diberikan setiap awal tahun Hijriyah. Dan banyak sedikitnya
honor yang diterima oleh para pengajar pada tiap tahun, secara prakteknya
tidak bisa ditentukan secara nominal berapa besarnya, tergantung dengan
kondisi keuangan yang ada dan kebutuhan rumah tangga MSMH. 13
Sebagai penunjang suksesnya pelaksanaan KBM di MSMH pondok
pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu, santri membayar admisnistrasi
pendaftaran, ianah /iuran tiap bulan (pembayaran iuran nya tidak ditetapkan
tiap bulan). Pembayaran dalam jangka satu tahun diangsur tiga kali, yakni;
Tahap awal masuk madrasah (bulan Syawal-Dzulhijjah), tahap kedua pada
bulan Shafar sampai awal bulan Rabi‟ul Awal (Maulud), dan menjadi
persyaratan untuk bisa mengikuti tes semeter I yang diselenggarakan pada
bulan Rabi‟ul Awal (Maulud), dan tahap ketiga dilangsungkan pada bulan
Jumadi Tsani-Rajab, dan persyaratan untuk bisa mengikuti tes semester II
(kenaikan kelas).
Namun tidak semua santri dikenakan biaya pendaftaran yang sama,
melainkan disesuaikan dengan tingkatan masing-masing dan statusnya.
Santri baru dengan santri lama berbeda dalam jumlah iuran pembayarannya.
Sedangkan besarnya nominal iuran untuk jangka waktu tertentu dapat
berubah, sesuai dengan kebutuhan.
2. Kegiatan Ektrakurikuler
13
Wawancara dengan Ustadz Abdun Nafi`, Tanggal 14 November 2011
131
Kegiatan ekstrakulikuler di pondok pesantren semuanya tidak lepas
dari tujuan pengembangan bakat dan kreativitas para santri. Meskipun
tujuan utama pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu adalah tafaqquh
fi ad- din, pengelola pondok pesantren APIK tetap memberikan fasilitas
ruang gerak yang bersifat teknis, manfaatnya untuk menopang ilmu pokok
yang dipelajari, dikaji, dan diamalkan oleh para santrinya, sehingga peranan
pondok pesantren di masyarakat tidak dikatakan jumud/ortodok (hanya
mempelajari ilmu-ilmu agama), tetapi bernuansa dinamis, fleksibel, relevan,
dan selalu mengikuti perkembangan dari masa ke masa.
Kegiatan ekstrakulikuler yang ada di pondok pesantren meliputi
berbagai bidang, sehingga para santri yang berminat mengikutinya tinggal
memilih sesuai dengan bakatnya, di antaranya ;
a. Kegiatan Bahtsul Masail
Kegiatan bahtsul masail14
di pondok pesantren merupakan kegiatan
utama. Secara teknis bahtsul masail diselenggarakan untuk membahas
permasalahan/problematika kehidupan yang terjadi di masyarakat, dan
memerlukan kepastian hukum secara syar‟i sebagai solusi jawaban
dengan cara dimusyawarahkan.
14
Metode yang digunakan secara konvensional, yakni tiap peserta bahtsul masail
membacakan jawaban atas kasus/permasalahan yang diangkat oleh panitia kemudian
dirumuskan oleh tim perumus yang selanjutnya diperdebatkan/didiskusikan oleh para peserta
dengan dipandu oleh moderator, selanjutnya tahap akhir permasalahan dan jawaban
dilimpahkan oleh dewan hakim untuk diputuskan jawaban final yang dapat diterima oleh
semua peserta. Metode lainnya adalah metode presentasi, artinya kelompok/kelas yang
ditunjuk oleh panitia sesuai dengan yang dijadwalkan diharuskan mengangkat tema
permasalahan serta solusi jawabannya untuk dipresentasikan dihadapan peserta lainya,
sementara peserta lainya mengkritisi dan menyanggah isi dari makalah yang disampaikan bila
tidak sejalan dengan pandangan/gagasan peserta. Selanjutnya dewan hakim yang
mentashihnya.
132
Waktu yang ditetapkan dalam penyelenggaraan kegiatan ini adalah
dua minggu sekali/setengah bulan sekali. Peserta yang ikut dalam
kegiatan adalah santri yang sudah tingkat Aliyah. Sementara santri yang
masih berada di tingkat bawahnya (MTs), belum bisa diikutkan dalam
forum bahtsul masail, sehingga ada kegiatan ektrakurikuler yang lain,
hampir sama dengan bahtsul masail, yaitu musyawarah wustha.15
Kegiatan semacam ini di MSMH pondok pesantren Salafiyah APIK
diklasifikasikan menjadi dua istilah, yakni musyawarah wustha dengan
musyawarah kubra dan bahtsul masail wustha dengan bahtsul masail
kubra. Pelaksanaan musyawarah dan bahtsul masail wustha diadakan
masing- masing tiap dua minggu sekali secara bergantian. Sedangkan
musyawarah dan bahtsul masail kubra dilakukan tiap setengah tahun
sekali sebelum pelaksanaan tes semester.
b. Falakiyah
Kegiatan ini dibentuk atas dasar tuntutan perlunya pengembangan
kurikulum yang telah ada, namun tidak efesien bila dimasukkan ke dalam
kurikulum tersebut karena memang falakiyyah di MSMH belum ada, jadi
sifatnya pelajaran baru. Sehingga, pelajaran ini dilangsungkan di luar jam
sekolah/bersifat tambahan (ekstra). Pelaksanaannya tiap 3 minggu sekali
15
Perbedaan antara bahtsul masail dengan musyawarah wustha adalah terletak pada
materi yang dibahas. Jika bahtsul masail yang dibahas adalah masalah hukum syar‟i terkait
dengan permasalahan kehidupan manusia, maka musyawarah wustha yang dibahas adalah
materi/ilmu nahwu sharaf.
133
dengan pembimbing dari pengajar (dosen) UIN Walisongo Semarang dan
santri senior yang ahli di bidang ini.
Kajian dalam kegiatan ini berkisar tentang penentuan arah kiblat
dengan metode lama dan modern, penentuan jadwal waktu shalat dan
imsak, mengadakan praktik Ru‟yatul Hilal, dan merumuskan
penanggalan baik Hijriyah/Masehi.
c. Jurnalis
Kegiatan jurnalis yang diselenggarakan di pondok pesantren
Salafiyah APIK lewat MSMH bertujuan membantu pengembangan bakat
dan kreasi santri dalam bidang tulis menulis. Santri yang mengikuti
program ini dituntut untuk bisa menuangkan ide-ide/gagasan ke dalam
bahasa tulisan, tidak hanya pandai dan ahli berorasi (pidato) atau
berdiskusi tetapi juga mampu menulis dengan bahasa, ejaan, dan
penalaran yang benar sesuai dengan kaídahnya. Hal ini didasari oleh
pengalaman empiris dari para ulama yang menjadi kiblat keilmuan
mereka.
Jadwal kegiatannya diadakan sebulan sekali dengan cara
penyampaian materi dan tugas menyusun karya tulis dalam bentuk
apapun. Santri yang telah mengikuti program kegiatan ini bekerjasama
dengan pengurus perpustakaan dalam menyusun tugasnya, perpustakaan
MSMH terdapat referensi kitab atau buku yang dijadikan bahan
134
kajiannya, mulai dari masalah agama, sosial, pendidikan, ekonomi,
budaya, bahasa, politik, dan lain sebagainya.
Lewat program semacam ini di pondok pesantren telah ada majalah
dinding (mading) santri sebagai wadah para santri untuk menuangkan
karya tulisnya, baik dalam bentuk artikel, sastra, karikatur, laporan, dan
sebagainya. Tidak hanya mading santri saja yang menjadi hasil dari
program ini, tetapi terbentuk pula tim buletin/majalah Fajar Magazine
santri untuk tiap bulannya. Sementara di luar pondok pesantren, ada
sebagian santri pondok pesantren APIK Kaliwungu yang terlibat dalam
penerbitan Buletin Assalamu’alaikum Remaja Masjid Islam Kabupaten
Kendal yang terbit tiap tiga bulan sekali.
d. Muhadatsah
Muhadatsah adalah sebuah kegiatan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa lisan, atau istilah lain adalah bentuk
percakapan/dialog dengan orang lain. Muhadatsah yang diterapkan
sebagai bentuk salah satu dari program tambahan di pondok pesantren
APIK Kaliwungu ialah membuat sebuah komunitas kecil dari peserta
(santri yang mengikutinya), selanjutnya menerapkan ketentuan berdialog/
berkomunikasi dengan bahasa Arab, atau secara simpel adalah
menerapkan percakapan dengan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-
hari/sewaktu berlangsungnya kegiatan tertentu.
Bahasa yang dipilih adalah bahasa Arab, berdasarkan pertimbangan
materi pelajaran yang dikaji yaitu mengkaji materi- materi ilmu agama
135
yang berbahasa/berteks Arab. Materi pokok yang diprioritaskan dalam
pengkajian di tiap tingkatan atau kelas adalah pelajaran nahwu, sharaf
dan balaghah atau ilmu-ilmu yang membahas tentang rangkaian/struktur
kalimat, kaidah kebahasaan Arab, keindahan dan makna-maknanya.
Memang sebelumnya, di pondok pesantren Salafiyah APIK belum
ada program semacam ini walaupun para santrinya mayoritas tahu dan
pandai terhadap ilmu bahasa Arab tetapi kebanyakan dari mereka belum
pandai dalam menerapkan ilmu kebahasaannya ke dalam bentuk
percakapan, mereka hanya mampu menerapkannya dalam bentuk
pembacaan tulisan/menuliskan kalimat- kalimat berbahasa Arab.
Oleh karena itu, sangatlah urgen bila mereka yang sudah difasilitasi
materi bahasa Arab, lebih dari cukup untuk mengembangkannya dalam
bentuk praktek dialog/ percakapan dalam aktifitas kehidupan sehari-hari.
e. Pelatihan Komputer
Pelatihan komputer yang diadakan di pondok pesantren Salasiyah
APIK tidak dilaksanakan secara terpogram. Menurut ustadz Abdun Nafi`
selaku kepala sekolah MSMH (periode 2011-2012), pelatihan komputer
ini diberikan di ruang khusus komputer.16
Bagi santri yang akan
menggunakan dikenakan biaya setiap satu jamnya Rp. 1000. Biaya ini
dimaksudkan untuk mengganti listrik yang digunakan oleh santri.
Adapun santri yang biasanya belum bisa menggunakan komputer, dan
16
Wawancara dengan Ustadz Abdun Nafi`, Tanggal 14 November 2011
136
bagi santri yang berniat untuk bisa menggunakan komputer sebagai
keahliannya biasanya mereka belajar dengan temannya atau meminta
para ustadz untuk mengajarinya.
D. Program Wajar Dikdas
Selain pendidikan MSMH yang berada di pondok pesantren Salafiyah
APIK, pendidikan lainnya yang diterapkan yaitu pendidikan sekolah Wajib
Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) dalam bentuk program Paket B dan
Paket C. Program Wajar Dikdas yang ada untuk membantu santri yang
memiliki tingkat pendidikan masih minim. Hal ini sesuai dengan makna Wajib
belajar adalah gerakan nasional yang diselenggarakan di seluruh Indonesia bagi
warga Negara yang berusia 7 tahun sampai 15 tahun untuk mengikuti
pendidikan dasar atau pendidikan yang setara sampai tamat, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat (Depag, 2003: 7).
Wajib belajar pendidikan dasar merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk mewujudkan critical mass. Dilaksanakannya wajib belajar ini memiliki
tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat Indonesia yang terdidik, minimal
memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar yang esensial.17
Sebagaimana tujuan diadakannya Wajar Dikdas yaitu untuk memberi
dasar bekal pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan masyarakat dan
17
Memiliki kemampuan dasar yang dimaksud adalah pengetahuan dan ketrampilan
dasar yang esensial, diharapkan lulusan pondok pesantren Salafiyah dapat melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, atau dapat dijadikan bekal untuk menjalani kehidupan di
masyarakat.
137
memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk dapat
mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat
atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Program Wajar Dikdas diselenggarakan untuk memberikan pelayanan
pendidikan dasar seluas-luasnya kepada warga negara Indonesia tanpa
membedakan latar belakang agama, suku, sosial, budaya, dan ekonomi. Hal ini
sesuai Pasal 31 Ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa ”tiap-tiap warga negara
berhak memperoleh pendidikan”. Lebih jelas, dalam Pasal 31 Ayat
(2)dinyatakan bahwa ”tiap-tiap warga negara wajib memperoleh pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.
Berdasarkan definisi tersebut, Wajar Dikdas ini diadakan karena
sebagian para santri menetap atau tinggal di pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu masih berusia 12-15 Tahun. Usia 12-15 menurut tingkatannya baru
memiliki ijazah SD atau MI. Berdasarkan hal tersebut, pondok pesantren
Salafiyah APIK menerima kebijakan pemerintah tentang program Wajar
Dikdas.
1. Landasan Normatif
Untuk menyelenggarakan program wajib belajar pendidikan dasar
pondok pesantren Salafiyah melaporkan/mendaftarkan pada Kantor
Kementerian Agama, dengan tembusan kepada Kepala Dinas pada
Pemerintahan Daerah di Kabupaten atau Kota setempat, tentang kesiapan
dan kesanggupan pondok pesantren menyelenggarakan program Wajar
Dikdas.
138
Berdasarkan laporan/pendaftaran tersebut, Kantor Kementerian
Agama setempat bersama instansi terkait lainnya akan melakukan klarifikasi
dan verifikasi. Selanjutnya Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
akan mengeluarkan piagam pengesahan tentang penetapan pondok
pesantren Salafiyah sebagai penyelenggara program Wajar Dikdas,
kemudian penetapan tersebut dilaporkan kepada Kantor Wilayah
Kementerian Agama propinsi setempat dan Kementerian Agama Pusat.
Walaupun dalam penyelenggaraan program ini mendapatkan
pengarahan dan bimbingan dari Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan
setempat, namun setiap pondok pesantren Salafiyah tetap berhak untuk
mengatur dan menentukan jadwal pendidikan serta proses pembelajaran
yang sesuai dengan kebiasaan, tradisi dan kondisi setempat. Di antara hak-
hak yang tetap melekat pada pondok pesantren tersebut ialah Pertama, hak
untuk mengalokasikan waktu pengajaran dan masing-masing mata
pelajaran. Kedua, hak untuk menerapkan metode pembelajaran, apakah itu
klasikal, tutorial, sorogan wetonan, atau individual. Ketiga, hak untuk
menetapkan masa/waktu pembelajaran semesteran atau catur wulan, atau
lainnya. Keempat, hak untuk mengembangkan ciri khas dan potensi pondok
pesantren baik dalam bidang keilmuan maupun dalam bidang sosial dan
budaya. Dan Kelima, hak untuk memperoleh bantuan pengembangan
pondok pesantren baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Ketenagaan yang diperlukan untuk menyelenggarakan program Wajar
Dikdas pada pondok pesantren Salafiyah, terdiri dari penanggung jawab
139
program, tenaga pengajar/guru mata pelajaran umum dan guru pembimbing
perpustakaan.
Tenaga pengajar yang dibutuhkan dalam program Wajar Dikdas di
pondok pesantren Salafiyah ini ialah : guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia, guru Matematika, dan guru Ilmu Pengetahuan Alam. Guru
pembimbing mata pelajaran umum lainnya, dapat dilakukan oleh guru mata
pelajaran umum tersebut, atau guru/ustadz pondok pesantren, dan apabila
memungkinkan dapat ditambah dengan guru-guru dan sekolah formal.
Tenaga pengajar yang dilibatkan dalam program ini diutamakan tenaga
pengajar yang tersedia di lingkungan pondok pesantren penyelenggara,
sepanjang mereka memiliki kemampuan akademik dan berkesanggupan
mengajar. Bila dilingkungan pondok pesantren tidak terdapat tenaga
pengajar dimaksud, maka pengurus pondok pesantren dapat mengupayakan
kerjasama dan menjalin kemitraan dengan pimpinan sekolah/madrasah atau
guru-guru yang terdapat di sekitar lokasi pondok pesantren.
Berdasarkan hal tersebut di atas, pelaksanaan program Wajar Dikdas
di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu berdasarkan piagam
Departemen Agama RI Nomor : Kd.11.24/5/PP.00/20.29/2006 (PIAGAM
TERDAFTAR). Sedangkan untuk tingkat Wustha di pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu tidak jauh beda dengan yang ada pada sekolah-
sekolah pada umumnya. Baik dari sisi kurikulum, metode maupun sistem
pembelajaran yang digunakan.
Pelaksanaan program Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah
140
APIK Kaliwungu dimulai dari tingkat Wustha atau setingkat dengan
SMP/MTs dan SMA/MA. Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu
tidak menerapkan program Wajar Dikdas pada tingkat Ula atau setingkat
SD/MI.
Berdasarkan piagam Departemen Agama RI Nomor :
Kd.11.24/5/PP.00/ 20.29/2006. (PIAGAM TERDAFTAR), diberikan oleh
Kepala kantor Departemen Agama Kabupaten Kendal kepada pondok
pesantren Salafiyah APIK, dengan Nomor Statistik : 512332408065 yang
beralamatkan di Desa Krajankulon Kecamatan Kaliwungu Kendal Jawa
Tengah. Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu adalah salah satu
pondok pesantren sebagai penyelenggara wajib belajar pendidikan dasar
sesuai dengan surat keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Menteri Agama Nomor : 1/U/KB/2000 dan MA./86/2001 tentang pondok
pesantren Salafiyah sebagai pola Wajib Belajar Pendidikan Dasar.
Kesepakatan ini telah ditindaklanjuti dengan Keputusan Bersama Direktur
Jenderal Pendidikan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama
dengan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, Nomor: E/83/2000 dan No: 166/Kep/DS/2000 tentang
pedoman pelaksanaan pesantren Salafiyah sebagai pola wajib belajar
pendidikan dasar (Depag, 2002: 3). Berdasarkan kesepakatan tersebut
kepada lembaga bersangkutan diberikan hak menurut hukum, untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran program Wajar Dikdas
Tingkat Wustha dengan kualifikasi Paket B.
141
Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah tentang wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun, bahwa warga masyarakat diwajibkan
menempuh pendidikan minimal lulus SMP atau sederajat (Depag 2005:vii).
Sehingga dengan kebijakan tersebut diharapkan tidak ada lagi anak di usia
sekolah yang tidak mengenyam pendidikan dasar. Namun dikarenakan
beberapa hal yang mempengaruhi masyarakat, baik masalah hambatan
sosial, ekonomi, dan budaya, banyak warga masyarakat usia wajib belajar
tidak dapat mengikuti pendidikannya di sekolah. Hal tersebut di atas banyak
terjadi terutama di pondok pesantren Salafiyah.
Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada peserta
didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga
tidak dapat melanjutkan studinya kejenjang berikutnya. Rata-rata santri
yang menetap di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu, masih
berusia 12-15 tahun atau dikategorikan anak yang masih perlu mengikuti
wajib belajar, dan pada kenyataannya tidak dapat meneruskan
pendidikannya di sekolah (putus sekolah atau Drop Out).18
Melihat usia dan pendidikan sebagian besar santri yang akan masuk ke
pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu, dan tidak lagi melanjutkan
ke jenjang SMP atau SMA. Keadaan inilah yang membuat pengelola
pondok pesantren APIK Kaliwungu merespon kebijakan pemerintah tentang
Wajar Dikdas dengan menyelenggarakan program tersebut guna mengatasi
18
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012
142
santri pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu yang putus sekolah.
Pada Tahun 2009, pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu
mengembangkan program Wajar Dikdas dengan Paket C atau setara dengan
SMA. Diselenggarakan Paket C di pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu berdasarkan Nomor : Kd.11.24/5/PP.00/2030/2009.
Penyelenggaraan program Paket C ini berdasarkan Kesepakatan Bersama
antara Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI
No: 19/E/MS/2004 dan Nomor : DJ.11/166/04 tentang Penyelenggaraan
Kesetaraan Pada Pondok Pesantren Salafiyah. Berdasarkan Nomor:
Kd.11.24/5/PP.00/2030/2009. Pimpinan pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu diberi hak hukum untuk menyelenggarakan program Paket C.
Khusus santri yang akan mengikuti Paket C, dikarenakan dana BOS
yang diberikan oleh pemerintah hanya sampai pada program Paket B, maka
masing-masing santri dikenakan biaya masuk Rp. 10.000,-. Biaya tersebut
digunakan untuk biaya operasional di program Paket C.
2. Tujuan Wajar Dikdas
Ada beberapa hal yang menjadi motivasi pengelola dalam
penyelenggaraan program Wajar Dikdas sebagaimana program Kementerian
Agama, dengan sasarannya yaitu santri putus sekolah yang berada di
pondok pesantren Salaf, dan memiliki tujuan untuk memberi kesempatan
kepada santri yang putus sekolah (drop out) atau tidak memiliki
ijazah/STTB SMP atau yang sederajat, agar memiliki kompetensi dan
143
kualifikasi sama dengan program Wajar Dikdas pada pondok pesantren
Salafiyah tingkat Wustha.
Tujuan pengelola pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu
menyelenggarakan program Wajar Dikdas diantaranya disesuaikan dengan
tujuan dalam pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu yaitu “untuk
mencetak muslim yang alim dan amil”, dengan melestarikan dan
mempertahankan kemurnian ajaran Islam dengan paham Ahl Sunnah wal
Jama’ah dan meningkatkan pemberdayaan umat. Sebagaimana yang
dikatakan KH. Sholahudin Humaidullah bahwa santri pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu, setelah lulus dari pondok pesantren diharapkan
mereka mengabdi di masyarakat tidak hanya mengamalkan ilmu agama saja
tapi juga sukses dengan bidang yang lain. Seperti sampai saat ini santri
lulusan dari pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu telah ada yang
bekerja menjadi DPR, guru, bekerja di instansi pemerintah, dan
sebagainya.19
Tetapi walaupun pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu merespon SKB, pondok pesantren Salafiyah APIK tetap tidak
meninggalkan keasliannya sebagai pondok pesantren Salafiyah.
Selain itu tujuan adanya Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu yaitu banyaknya santri yang putus sekolah, hal tersebut
menjadi pertimbangan bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang penting
19
Wawancara KH. Sholahuddin Humaidullah , Tanggal 17 November 2011
144
bagi anak bangsa, sehingga selain ijazah pondok pesantren, ijazah formal
perlu dimiliki oleh santri.
Berdasarkan alasan tersebut di atas, pengelola pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu menyelenggarakan program Wajar Dikdas yang
diprogramkan oleh Kementerian Agama. Diharapkan tidak ada lagi santri
yang putus sekolah dan mereka bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang
yang lebih tinggi.
3. Pelaksanaan Wajar Dikdas di Pondok Pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu
Pelaksanaan Wajar Dikdas dimaksud adalah aplikasi Wajar Dikdas
dalam lingkup kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu. Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah APIK
diwajibkan kepada seluruh santri mulai dari awal masuk pondok pesantren.
Prosedur pelaksanaan Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu, saat akan mendaftar masuk ke pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu, santri diwajibkan untuk membawa ijazah
terakhir yang dimiliki. Sehingga akan diketahui tingkat pendidikan
terakhir yang dimiliki dari masing-masing calon santri yang akan masuk
ke dalam pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu.
Sebelum tahun 2010, sekitar 20% calon santri yang mendaftar di
pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu usia nya telah melebihi usia
anak-anak di sekolah formal pada umumnya. Namun sejak tahun 2010,
rata-rata calon santri pondok pesantren Salfiyah APIK Kaliwungu banyak
145
yang lulus dari SD langsung memilih untuk belajar di pondok pesantren.
Seperti Muhammad Taufiq Hidayat salah satu santri kelasIX, ia mulai
masuk pondok pesantren APIK Kaliwungu mulai umur 12 Tahun dan baru
lulus dari MI berdasarkan atas usulan orang tuanya.20
Program Wajar Dikdas di pondok pesantren APIK Kaliwungu
memiliki susunan pengurus yang bertanggung jawab terhadap
berlangsungnya Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu. Setiap pengurusnya memiliki tugas masing-masing yaitu KH.
M. Sholahuddin Humaidullah adalah sebagai pemimpin, selain sebagai
kyai di pondok pesantren APIK Kaliwungu, setiap program pengajaran
yang akan dilaksanakan di pondok pesantren APIK Kaliwungu harus
seijin KH. M. Sholahuddin Humaidullah. Sedangkan KH. Ghufron
Humaidullah adalah sebagai wakil dari KH. M. Sholahuddin
Humaidullah dalam menjalankan program Wajar Dikdas.
KH. A. Fadlullah AT menantu dari KH. Imron bertugas sebagai
penanggung jawab setiap program yang akan dilaksanakan, karena beliau
adalah merupakan seorang yang dipercaya sebagai penghubung dengan
Kementerian Agama dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan
Wajar Dikdas.21
Selanjutnya pengelola lainnya seperti sekertaris, bendahara, kepala
sekolah, tata usaha adalah orang-orang yang diberi kepercayaan untuk
20
Wawancara dengan Taufiq (santri), Tanggal 13 April 2012 21
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012
146
membantu sehingga terlaksananya Wajar Dikdas di pondok pesantren
APIK Kaliwungu. Adapun pelaksanaan program Wajar Dikdas di pondok
pesantren APIK Kaliwungu sebagai berikut;
a. Mata Pelajaran Program Kejar Paket B dan C
Mata pelajaran merupakan syarat utama dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah, baik formal maupun non formal, begitu juga
Wajar Dikdas yang berada di pondok pesantren APIK Kaliwungu.
Tenaga pengajarnya berdomisilin di pondok pesantren APIK
Kaliwungu, terkecuali mata pelajaran Bahasa Inggris yang di ampu oleh
M. Tasif S.Pd. tidak berdomisilin di pondok pesantren. Namun M. Tasif
S.Pd. termasuk dari keluarga Dalem (keluarga kyai). Tenaga pengajar
Bahasa Inggris diambil dari luar pondok pesantren, karena di dalam
pondok pesantren APIK Kaliwungu masih jarang atau tidak ada yang
menguasai Bahasa Inggris, dan materi Bahasa Inggris, dianggap oleh
santri adalah salah satu materi tersulit. Dengan alasan santri kurang
memiliki kosa kata Bahasa Inggris, sehingga sulit untuk menerima mata
pelajarannya.22
Mata Pelajaran sebagaimana tersebut di atas, diberikan sesuai
dengan jadwal pelajaran yang satu tahunnya dibagi dua semester,
masing-masing semesternya mengikuti jadwal sekolah pondok pesantren
APIK Kaliwungu yaitu dengan menggunakan kalender Hijriyah. Mata
pelajaran yang diberikan dalam satu minggu hanya 3 hari yaitu hari
22
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012
147
Senin, Kamis dan Jum`at, pada malam hari dimulai jam 22.00 WIS
(waktu Istiwa) dan siang dimulai jam 13.00 WIS. Setiap waktu yang
digunakan untuk proses belajar mengajar Wajar Dikdas sekitar kurang
lebih satu jam, karena dimulainya setelah selesai mata pelajaran pondok
pesantren. Sedangkan untuk hari Jum`at bisa lebih dari satu jam, dengan
pertimbangan hari Jum`at adalah hari libur bagi santri untuk pelajaran
pondok pesantren.
Pemberian materi dalam setiap jam pembelajarannya hanya satu
materi, dengan buku paket yang di subsidi oleh Kementerian Agama.
Namun Sejak tahun 2010 atas usulan dari Ustadz Khudori Khoiron,
materi pelajaran diberikan dengan memakai Latihan Kerja Siswa (LKS),
dengan pertimbangan semangat belajar santri kurang, fasilitas kurang
memadai, jadwal pesantren penuh (dari setelah subuh hingga malam).
Dengan kondisi demikian, akan lebih efektif proses belajar mengajar
diberikan dengan menggunakan metode latihan.23
LKS yang digunakan
di dapat dari toko sekitar PPS APIK Kaliwungu, dengan pertimbangan
LKS tersebut dianggap yang terbaik dari LKS lainnya di sekitar pondok
pesantren APIK Kaliwungu. LKS ini dapat langsung dimiliki oleh santri
secara gratis, dikarenakan telah mendapatkan dana BOS dari pemerintah,
selain itu setiap santri tidak juga dipungut biaya pendidikan Wajar
Dikdas.
23
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012
148
Santri yang mengikuti pendidikan Wajar Dikdas di pondok
pesantren APIK Kaliwungu rata-rata satu kelas dibagi menjadi 20-40
santri. Masing-masing kelas menyesuaikan dengan pembagian kelas di
MSMH pondok pesantren APIK Kaliwungu.
b. Evaluasi Wajar Dikdas
Evaluasi (penilaian) sebagai bagian proses belajar mengajar adalah
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan
tentang kegiatan dan hasil belajar warga belajar yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Evaluasi ini bertujuan untuk
menentukan tingkat ketercapaian tujuan pendidikan dan atau tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, Garis-garis
program Pembelajaran (GBPP) atau dalam perangkat kegiatan
pembelajaran lainnya.
Fungsi evaluasi dalam pembelajaran adalah sebagai acuan guna
perbaikan kegiatan belajar, menentukan kenaikan kelas dan kelulusan,
alat seleksi dan penempatan, serta dapat menjadi motivasi.
Pengelolaan evaluasi diberikan dengan cara memberikan tes
kepada santri. Evaluasi Wajar Dikdas di pondok pesantren APIK
Kaliwungu, dilakukan dalam setiap semester yang dikoordinir oleh
Kelompok Kerja (POKJA) Wajar Dikdas pondok pesantren Salafiyah
yang berada di Kendal.
149
Secara managerial, pembinaan dan bimbingan pelaksanaan
program Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah dilaksanakan oleh
POKJA, adalah tim yang terdiri dari aparat Kementerian Agama dan
instansi terkait yang bertugas membantu terselenggaranya dengan sukses
program Wajar Dikdas pada pondok pesantren Salafiyah dari
perencanaan, pelaksanaan, supervisi, monitoring dan evaluasi
(Departemen Agama, 2002: 7).
POKJA Wajar Dikdas pondok pesantren Salafiyah di Kabupaten
Kendal, berfungsi mengkoordinir kegiatan Wajar Dikdas dalam pondok
pesantren Salafiyah secara bersamaan. Diantaranya setiap Tri Wulan
diharapkan masing-masing pondok pesantren Salafiyah melaporkan ke
Kementerian Agama lewat POKJA, diantaranya yang dilaporkan data
santri yang masuk dan keluar, rekap data santri yang akan mengikuti
ujian nasional.
Selain itu setiap diadakannya ujian semester, pembuatan soal ujian
dibuat secara koordinir sehingga diharapkan Wajar Dikdas di pondok
pesantren Salafiyah Kabupaten Kendal dapat kesamaan evaluasinya.
Hasil evaluasi dalam bentuk raport yang dimiliki oleh masing-masing
santri, di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu raport tersebut
tidak dibagikan, dengan alasan dikawatirkan akan hilang jika diberikan
kepada santri.24
24
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012
150
Akhir pendidikan Wajar Dikdas dilakukan penilaian ujian tahap
akhir atau dinamakan ujian nasional. Penilaian ujian nasional ini berlaku
untuk mata pelajaran PPKN, Matematika, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, dan IPA. Sebelum ujian akhir dilaksanakan Kementerian Agama
mengadakan Try Out kepada santri, dengan tujuan untuk mengenalkan
santri materi yang akan diujikan, model soal dalam bentuk cek point, dan
cara mengisi lembar jawaban.
Penyusunan alat ujian, termasuk kisi-kisi dan soal-soal ujian akhir
dan pelaksanaan ujian akhir diatur oleh keputusan dari Kementerian
Agama. Hasil penilaian belajar tahap akhir sebagai bahan pertimbangan
kelulusan warga belajar dan pemberian Surat Tanda Tamat Belajar
(STTB) yang menyatakan bahwa telah menyelesaikan studi Wajar
Dikdas pada tingkat Wustha, dan dapat digunakan untuk mendaftar
kejenjang berikutnya. Syarat mengambil ijazah di pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu, selain membayar sendiri ijazah Wajar
Dikdas, ijazah yang sudah ada diberikan jika santri tersebut telah
menyelesaikan di MSMH pondok pesantren APIK Kaliwungu. Jika
belum lulus dari MSMH, santri tidak diperbolehkan mengambil ijazah
Wajar Dikdas.
Penyelenggaraan ujian akhir di pondok pesantren Salafiyah APIK,
dengan menginduk di MTs Brangsong, namun ruang ujian tetap berada di
pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu. Jadwal pelaksanaan ujian
Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah, tidak bersamaan dengan
151
sekolah pada umumnya. Biasanya pelaksanaannya lebih akhir atau selisih
beberapa minggu dengan ujian di sekolah pada umumnya. Adanya waktu
ujian nasional yang berbeda, hal ini memberi kesempatan pada peserta
ujian di sekolah umum, yang belum lulus untuk mengikuti ujian ulang
nasional yang di selenggarakan di pondok pesantren Salafiyah.25
Pelaksanaan uji coba (try out) diadakan oleh Kementerian Agama.
Ujian try out ini memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan
santri dalam menghadapi ujian nasional. Namun hasil ujian uji coba
tersebut bukan sebagai patokan akhir untuk menilai bahwa santri tersebut
dapat mengerjakan soal ujian nasional. Hasil ujian ada tahun 2008, santri
yang mengikuti ujian nasional tidak seratus persen lulus pada akhir ujian
nasional.
BAB IV
SISTEM PENDIDIKAN
25
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012
152
PONDOK PESANTREN SALAFIYAH APIK KALIWUNGU
E. Profil Pondok Pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu
Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu letaknya di tengah kota
sehingga tidak terisolir dan mudah dijangkau dari berbagai arah. Lokasi
bangunannya berada di tepi ujung jalan dari arah Boja yang bertemu dengan
jalan Raya Semarang Jakarta, sehingga para santri yang datang dan pergi dapat
dengan mudah naik bus maupun alat transportasi lainnya. Jarak lokasi dari kota
Kendal (Kabupaten) kira-kira 11 km dari arah Barat, sedangkan dari kota
Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah, kira-kira 19 km dari arah
Timur.
Gambar 4.1
Peta Kaliwungu Kendal
Kota Kaliwungu adalah merupakan Kecamatan, terkenal dengan kota
santri, karena memang banyak santri yang berdatangan dari berbagai daerah
untuk menimba ilmu agama di beberapa pondok pesantren yang ada di wilayah
ini. Selain pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu terdapat pondok
pesantren lain seperti pondok pesantren Salafiyah Al-Fadlu, pondok pesantren
Salafiyah Bani Umar, pondok pesantren Salafiyah Aris, pondok pesantren
Salafiyah Nurul Hidayah, pondok pesantren Salafiyah Miftahul Falah, dan lain-
153
lain. Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu adalah termasuk yang
tertua dan memiliki fasilitas yang lebih lengkap di antara pondok pesantren
Salafiyah tersebut.
Lokasi pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu terletak di samping
utara Kaliwungu. Luas bangunannya di atas sebidang tanah seluas 5000 m²,
terdiri dari beberapa gedung, sebagian difungsikan sebagai asrama para santri,
kamar mandi, tempat air wudhu, sedangkan yang lain sebagai kelas atau ruang
belajar dan kantor pengurus dan madrasah. Sebagian besar dari bangunan
tersebut diperuntukkan sebagai tempat tinggal para santri yang terdiri dari
kamar-kamar sejumlah 170 kamar.
Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu mulai didirikan pada tahun
1919 M oleh KH. Muhammad Irfan bin Musa (W.1931 M). Beliau memiliki
nama kecil Muhammad Basyir, dan merupakan salah satu di antara 20 anak
kandung dari H. Musa. Pada usia 17 tahun, Muhammad Basyir setelah
menerima beberapa pelajaran dari para kyai Kaliwungu yang merupakan
kerabat sendiri, beliau pergi belajar di tanah suci Mekah, bermukim disana
selama 17 tahun. Beliau belajar di Tanah Suci semasa dengan Syekh Mahfudz
bin Abdullah at-Turmudzi dari Termas dan Syek Nawawi al-Bantani, dan
sempat bertabarruk menimba ilmu kepada mereka berdua.
Sepulang dari Mekah Muhammad Basyir memiliki tujuan untuk
mengembangkan Islam, belajar mengajarkan ilmu agama kepada keponakan-
keponakannya. Forum pengajian ini kemudian berkembang pesat dan banyak
santri dari daerah Kaliwungu dan dari luar daerah yang hadir mengikuti
154
pengajian. Akhirnya KH. Irfan mendirikan pondok pesantren, yang semula
diberi nama Pesantren Salafy Al-Qoumany Kaliwungu26
. Perubahan nama
APIK27
sendiri diberikan sejak jaman kemerdekaan.
Dana untuk mendirikan pondok pesantren pada saat itu, 75% ditanggung
oleh kakak dari KH. Muhammad Irfan yakni KH Abdur Rasyid, seorang
pedagang batik yang cukup berhasil, sedangkan 25% diperoleh dari jariyah
shodaqoh masyarakat Kaliwungu. Hal ini sebagaimana pendapat Sudjoko
Prasodjo dalam Soebahar (2013: 35) menyebutkan berdirinya pondok
pesantren diantaranya berasal dari dukungan masyarakat atau dukungan suatu
kalangan, karena pondok pesantren berdiri atas inisiatif masyarakat, dikelola
bersama dan untuk kepentingan masyarakat. Kelebihan dalam bidang ilmu
agama dan kesalihan seorang ulama, sehingga penduduk sekitar banyak yang
datang untuk belajar menuntut ilmu pada ulama. Kyai adalah figur utama yang
menjadi panutan, lembaga ini didirikan bersama-sama oleh masyarakat yang
peduli dan mempunyai komitmen untuk tafaqquh fiddin. Komponen tersebut
membuat pondok pesantren senantiasa bersikap kooperatif dengan dunia luar,
terutama masyarakat sekitar pondok pesantren. Sebagaimana awal berdirinya
pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu, masyarakat sekitar pondok
26
Kemungkinan nama tersebut diberikan karena pondok pesantren Salafiyah APIK
berlokasi di daerah Kauman Kaliwungu 27
Konon nama APIK merupakan kependekan dari “Asrama Pelajar Islam Kauman
Kaliwungu”. Namun saat ini nama tersebut tidak diartikan sebagai nama singkatan, melainkan
suatu kata dalam bahasa Jawa yang memang berarti “BAIK”. Sebutan APIK sebagai nama
pondok pesantren itu sekarang lebih menekankan pada arti atau makna kata itu sendiri
ketimbang sebagai singkatan. Makna BAIK disini disesuaikan dengan tujuan dalam pondok
pesantren APIK yaitu “Untuk mencetak muslim yang alim dan amil”, dengan melestarikan dan
mempertahankan kemurnian ajaran Islam dengan paham Ahl Sunnah wal Jama’ah dan
meningkatkan pemberdayaan umat.
155
pesantren adalah salah satu yang memiliki peran dan dorongan baik moril
maupun materiil sehingga pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu dapat
berdiri disekitar masyarakat Kaliwungu.
Berdirinya pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu telah melalui
beberapa zaman, dari mulai zaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang
hingga zaman kemerdekaan sekarang, pimpinan pondok pesantren selalu
dipegang dari keturunan atau kerabat pendirinya, dan telah mengalami lima
kali pergantian kepemimpinan.
Pada masa KH. Muhammad Irfan Musa (W. 1931 M), lurah pondok
pesantren dipercayakan kepada ponakannya K. Ahmad Ru`yat (W. 1968) dan
dibantu oleh K. Usman Abdurrosyid, yang selanjutnya lurah pondok pesantren
dipercayakan kepada K. Idris28
dari Kempek Cirebon. Menurut KH. Irfan,
beliau dipandang paling dewasa di antara para santri yang lain.
Semasa kepemimpinan KH. Irfan (W.1931), pondok pesantren Salafiyah
APIK menunjukkan perkembangannya. Kyai ini dikenal penyabar dan teliti
dalam mengajar santri. Pada saat beliau meninggal, putra KH. Muhammad
Irfan belum ada yang dipercaya untuk mengelola pondok pesantren, sehingga
digantikan oleh KH. Ahmad Ru`yat (W. 1968), yang merupakan keponakan
dari KH. Muhammad Irfan, anak dari salah seorang kakaknya yaitu KH.
Abdullah. Sebelum dipercaya sebagai pengelola dan menjadi lurah pondok
28
K. Idris adalah putra dari K. Kamali, seorang kyai besar dari Cirebon Jawa Barat.
KH.Idris tercatat sebagai pengajar terpenting di pondok pesantren Tebuireng sejak tahun 1953.
Beliau menikahi Izzah, salah seorang putri Khadarat Asy-Syaikh KH. Hasyim Asy`ari. Beliau
mengajar di Tebuireng hanya sampai tahun 1973, dan memutuskan untuk menetap di Saudi
Arabia sejak tahun tersebut (Dhofier, 1982: 67 dan 108).
156
pesantren, beliau menimba ilmu pada K. Idris di pondok pesantren Jamsaren
Solo.
Masa kepemimpinan KH. Ahmad Ru`yat, Pondok pesantren Salafiyah
APIK mengalami kemajuan, ditandai dengan bertambahnya santri yang belajar
di Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu tidak saja dari Jawa tetapi
juga dari luar Jawa. Setelah KH. Ahmad Ru`yat meninggal, pimpinan pondok
pesantren diserahkan KH. Humaidullah Irfan (W. 1985). Latar belakang
pendidikannya antara lain pernah belajar pada KH. Hasyim Asy`ari di pondok
pesantren Tebu Ireng Jombang, pondok pesantren Lirboyo Kediri dan pernah
belajar pada K. Dimyati di pondok pesantren Termas Pacitan. Beliau sekelas
dengan KH. Zarkasi Gontor, KH. Abdul Hamid Pasuruan dan KH. Muslih bin
Abdurrahman, Mranggen. KH. Humaidullah Irfan dibantu oleh KH. Dimyati
Ro`is sebagai lurah pondok pesantren. KH. Dimyati Ro`is pernah menjadi
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, dan beliau termasuk kerabat
pendiri pondok pesantren, menantu KH. Ibadullah Irfan, adik dari KH.
Humaidullah Irfan. Pada masa kepemimpinan KH. Humaidullah Irfan, pondok
persantren Salafiyah APIK mengalami kemajuan setapak, karena pada tahun
1970 dimulai sistem pendidikan baru yakni sistem klasikal untuk kelas-kelas
Madrasah Persiapan dan Madrasah Tsanawiyah.
Selanjutnya setelah KH. Humaidullah Irfan meninggal, kedudukan
sebagai pengelola pondok pesantren dipercayakan kepada salah seorang putra
beliau, yakni KH. Muhammad Imron Humaidullah dan dibantu adiknya KH.
Muhammad Sholahuddin Humaidullah. KH. Muhammad Imron Humaidullah
157
pernah belajar di pondok pesantren Banyuwangi, dan pada K. Muhamadun di
Tayu. Sedangkan KH. Muhammad Sholahuddin Humaidullah disamping
belajar di pondok pesantren Lirboyo, pernah belajar di pondok pesantren
Tebuireng Jombang, pondok pesantren Pacul Goang Jombang, dan bertabarruk
pada KH. Abdullah Faqih Tuban, KH. Muslih Tingkir Bojonegoro dan KH.
Jamaluddin Kediri.
Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu tidak bisa dipisahkan dari
figur seorang kyai, kyai merupakan pucuk pimpinan dan sebagai penuntun dan
panutan. Kyai di pondok pesantren Salafiyah APIK adalah pemegang
kekuasaan tertinggi, berjalan dan tidaknya suatu kegiatan pondok pesantren
terletak pada kyai.
Sebagaimana pendapat KH. Sholahuddin Humaidullah bahwa di pondok
pesantren adanya hanya kyai dan santri, berbeda dengan lembaga lain secara
struktural, kyai adalah sebagai sentral pendidikan yang mendidik para santri.
Disamping itu kyai berfungsi sebagai panutan dan menjadi buih dari segi
keintelektualan maupun dari segi kepribadian yang dicerminkan dalam tingkah
laku sehari-hari.29
Kharisma dari kyai pendahulu atau pendiri pondok pesantren ikut
memberi citra positif masyarakat terhadap para kyai pewarisnya. Umumnya
kyai dalam pondok pesantren adalah anak dari kyai, faktor hubungan keluarga
melalui sisilah seorang kyai dipandang akan mewarisi kekyaiannya dari orang
tuanya, misalnya jika bukan ayahnya sebagai kyai, mungkin kakeknya atau
29
Wawancara dengan KH. Sholahuddin Humaidullah, Tanggal 17 November 2011
158
nenek moyangnya yang lebih atas lagi adalah seorang kyai. Sebagaimana
tecover di atas, sejak mulai berdiri hingga sekarang, pimpinan pondok
pesantren tetap dipegang oleh keturunan dan kerabat dari K. Irfan Musa
sebagai pendiri pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu.
Umumnya kyai dan kerabatnya menikmati hak-hak istimewa di tengah-
tengah masyarakat. Pergaulan dalam lingkungan pondok pesantren antar kyai
dengan santri biasanya cenderung berbentuk budaya “feodalistik” yaitu antara
pemimpin dengan yang dipimpin terjadi hierarchis yang jelas. Seperti di
pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu, kepatuhan santri terhadap kyai
tidak hanya ditunjukkan dengan mengikuti peraturan yang berada di pondok
pesantren tetapi sikap lain diantaranya santri tidak menatap kyai saat berbicara,
jika akan menghadap kyai masih terdapat budaya sebagaimana berada di
kerajaan santri berjalan dengan membungkukkan badan dihadapan kyai.
Sebagaimana salah satu di antara Panca Jiwa pondok pesantren
(Soebahar, 2013: 42) yaitu jiwa ikhlas berarti Sepi Ing Pamrih (Tidak didorong
oleh motif untuk meraih keuntungan tertentu), karena niat utama hanyalah
ibadah semata. Jika prinsip ini menjadi semangat utama, maka akan tercipta
situasi hidup yang harmonis antar semua unsur pondok pesantren. Prinsip
tersebut terlihat adanya ikatan antara kyai dan santri sangat erat, baik dhahir
maupun batin. Pendapat Ust. Miftahul Anwar (lurah pondok)30
mengemukakan
bahwa kyai adalah sebagai orang tua, karena merupakan orang yang selalu
30
Wawancara dengan Ust. Miftahul Anwar (Lurah Pondok), Tanggal 14 November
2011
159
memberi ilmu kepada santri dan mendapat kepercayaan dari orang tua santri
untuk mendidiknya. Budaya hormat dan ta`zhim terhadap kyai dan guru
merupakan nilai kultural yang berada di pondok pesantren Salaf, berani
menderita untuk mencapai tujuan, hingga kepercayaaan pada barakah
(Mughist, 2008: 137-138). Hal ini direalisasikan diantaranya apabila santri
akan pulang harus ijin atau mohon restu kepada kyai.
Budaya penghormatan dan rasa ta‟zhim pada kyai diajarkan di pondok
pesantren dan itu telah di ajarkan dalam kitab ta’lim al muta’alim. Sebuah
kitab yang berisi tentang tata krama seseorang dalam menuntut ilmu. Dengan
demikian belajar dianggap sebagai ibadah. Sebagaimana pendapat Wolfgang
Karcher (1987: 251) yaitu jika berlama-lama di pondok pesantren tidak pernah
dianggap sebagai suatu masalah, keberadaan ijazah sebagai tamat belajar tidak
terlalu dipedulikan, dan lahirnya budaya restu kyai yang terus bertahan hingga
saat ini.
Budaya pondok pesantren Salafiyah lainnya yaitu hubungan santri
dengan masyarakat sekitar adalah sebagai tetangga. Budaya tersebut menurut
Mukti Ali (Maunah, 2009: 32), tercermin dari prinsip kemandirian yang
terdapat dalam salah satu pendidikan pondok pesantren, memiliki arti semangat
untuk menolong diri sendiri. Kemampuan untuk bertahan (sustainability) dan
kuat dalam menghadapi tantangan dan didukung oleh keakraban hubungan
antara kyai-santri-masyarakat. Hubungan santri dan masyarakat itu sendiri
dibatasi dan disesuaikan dengan kehidupan atau kegiatan pondok pesantren,
artinya santri boleh mengikuti kegiatan masyarakat apabila kegiatan itu
160
mendukung dengan tujuan santri datang ke pondok pesantren yaitu untuk
menuntut ilmu, dan santri mengikuti kegiatan masyarakat untuk menambah
wawasan dan pengalaman.
Sebuah lembaga pasti ada keorganisasiannya, yaitu sebuah kesatuan yang
terdiri dari orang perorangan sehingga tersusun menjadi satu kesatuan dan
berkesinambungan. Demikian halnya dengan pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu, yang memegang kendali adalah seorang kyai.
Selain seorang kyai yang menjadi pemangku pondok pesantren, pengurus
pondok pesantren membantu dalam menjalankan tugas kyai. Pengurus pondok
pesantren diambil dari pihak keluarga dan santri-santri senior yang memang
sudah berpengalaman.
Susunan pengurus pondok pesantren Salafiyah APIK merupakan
lembaga pendidikan keagamaan, kepengurusannya dipimpin oleh seorang kyai
yang di bantu kepala pondok pesantren, wakil dan jajarannya yang meliputi
sekretaris, bendahara, keamanan, perweselan, kesehatan dan pembantu umum.
Pondok pesantren Salafiyah APIK memiliki empat komplek yang pada tiap-
tiap kompleknya di pimpin oleh kepala komplek atau yang terkenal dengan
sebutan kepala Jam‟iyah.
F. Santri
Santri pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu adalah termasuk
santri mukim atau santri yang tinggal menetap di pondok pesantren. Jumlah
santri pondok pesantren APIK Kaliwungu saat ini tidak sampai 1000 orang dan
161
seluruhnya santri laki-laki, karena memang pondok pesantren ini hanya
menerima santri laki-laki, dan cara berpakaian santri dengan menggunakan
sarung dan peci.
Sejak kepemimpinan KH. Ahmad Ru`yat, santri pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu mulai mengalami perkembangan. Mereka banyak
yang datang dari beberapa daerah, letaknya berjauhan dengan kota Kaliwungu.
Pada umumnya santri berasal dari daerah Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah,
seperti Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Semarang, Demak,
Kudus, Pati, dan ada pula yang berasal dari Jawa Barat, seperti daerah Banten,
Krawang, Cirebon, Majalengka. Sedangkan yang berasal dari Jawa Timur,
rata-rata berasal dari Banyuwangi, Nganjuk, Madura, dan dari luar Jawa. Latar
belakang santri diantaranya anak petani dan nelayan. Selain itu, semangat
pluralisme (Maunah, 2009: 21-22) juga diterapkan oleh dunia pondok
pesantren, karena biasanya tidak ada pembatasan peserta didik, baik suku, ras
atau bahkan agama.
Mereka tidak saja memiliki keanekaragaman daerah asalnya, melainkan
juga dilihat dari latar belakang pendidikannya. Diantaranya memiliki latar
belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD), sedangkan sebagian lainnya telah
menamatkan SMP, bahkan terdapat di antara mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan SMA. Namun mereka datang dan mengikuti pendidikan di pondok
pesantren ini dengan motivasi yang sama, yakni hanya semata-mata ingin
162
memiliki pengetahuan agama yang kelak menjadi pedoman serta tuntutan
hidupnya.31
Untuk orientasi ke masa depan, mereka juga hanya sebatas ingin
memiliki pengetahuan dalam bidang ilmu agama yang mungkin akan
diamalkan dalam kedudukannya sebagai guru mengaji, menjadi kyai di daerah
asalnya masing-masing. Mereka datang atas kemauan sendiri serta atas
dukungan moral maupun materiil dari keluarga, memilih tinggal di pondok
pesantren Salafiyah APIK sebagai tempat belajar, bukan lantaran lembaga ini
menyebarkan semacam iklan, melainkan informasi diperoleh dari mulut ke
mulut, terutama melalui pihak-pihak yang pernah mengikuti pendidikan atau
pernah mengirimkan anggota keluarganya di lembaga pendidikan tersebut.32
Antara tujuan pendidikan dengan motivasi ataupun dorongan dari para
orang tua maupun santri, terdapat satu tujuan pondok pesantren Salafiyah
APIK yaitu “Mencetak muslim alim yang amil”. Maksudnya bukan hanya
mencetak santri yang berpengetahuan agama yang cukup, melainkan selain
berakhlak al-karimah dapat pula mengamalkan pengetahuannya. Tidak saja
untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi juga untuk masyarakat luas.33
Sosok
pribadi yang seperti itu diharapkan dalam kehidupan masyarakat umumnya,
sebagai tokoh spiritual yang menjadi panutan umat, tidak hanya mampu
memimpin upacara-upacara keagamaan tetapi juga mengetahui permasalahan
sosial keagamaan yang dihadapi umat serta dapat memberikan jalan keluarnya,
31
Wawancara dengan Ust. Abdun Nafi`, Tanggal 14 November 2011 32
Wawancara dengan KH. Sholahuddin Humaidullah, Tanggal 17 November 2011 33
Wawancara dengan KH. Sholahuddin Humaidullah , Tanggal 17 November 2011
163
memberikan bimbingan dan nasehat serta dapat memberikan jalan keluarnya,
memberikan bimbingan dan nasehat dalam bentuk siraman rohani agar mereka
tetap berada di jalan yang benar.34
Hal tersebut dipertegas dalam surat At-
Taubah ayat 122 :
ا مَة اَة َةااَة وَة مِة ُةوْة وْة امُة ْة يَة ْةفِةرُة اْة َةفَةرَة فَة َةوْة َة ط ً َةافَّة اِة وْة طَةااِةفَةةٌة مِة ْة ُة ْة فِةرْة َةةٍة ُة ّةِة مِة يَةتَةفَةقَّ ُة يْةاِة اِة فِة االّةِة
وْة رُة يُة ْةذِة اِة مَة ُة ْة وَة عُةوْة إِةذَة َةوْة جَة اَة اَةعَة َّ ُة ْة إِةاَةيْة ِة ْة رَة وْة ذَةرُة (122 : اتوبة ) يُة ْة
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu‟min itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya” (Soenarjo, 1998: 301)
Selain itu pemimpin umat yang diidamkan di pedesaan adalah pemimpin
yang sederhana, merakyat, memiliki solidaritas hidup kebersamaan yang
tinggi. Kehidupan pondok pesantren tidak hanya membekali ilmu-ilmu
pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman.
Pengalaman hidup dilingkungan masyarakat pondok pesantren itu sendiri
yang dapat melahirkan watak kemandirian, tahan terhadap penderitaan, percaya
diri, tidak menggantungkan nasib hidupnya pada orang atau pihak lain, namun
memiliki solidaritas yang tinggi. Dalam kehidupan masyarakat, santri dilatih
untuk hidup bermasyarakat, penuh kebersamaan, saling memegang, tolong
menolong, gotong royong, hidup bersama dalam suka dan duka. Di samping
dorongan oleh kebutuhan-kebutuhan kongkrit dalam kehidupan masyarakat
pedesaan, umumnya terhadap adanya pimpinan kerokhanian semacam itu,
tidak menutup kemungkinan dorongan-dorongan dari budaya masyarakat yang
34 Wawancara dengan KH. Sholahuddin Humaidullah, Tanggal 17 November 2011
164
memiliki kebanggaan jika misalnya mendapatkan menantu alumni pondok
pesantren, kebanggaan untuk memiliki anak yang berhasil menghafalkan Al-
Fiyah (kitab bahasa Arab puitis terdiri dari seribu bait), dan lain-lain. Semua itu
menjadi pendorong kenapa mereka memilih pondok pesantren sebagai tempat
belajar.
3. Kondisi Sosial Santri
Sebagian santri pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu adalah
berasal dari pelosok desa, dan sebagian dari mereka adalah anak yang putus
sekolah (drop out). Mereka putus sekolah antara lain karena;
c. Mahalnya Biaya Pendidikan Formal
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ustadz Khudhori Khoiron35
selaku Kepala Sekolah Program Paket B dan Paket C di pondok
pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu. Banyaknya santri yang putus
sekolah (drop out) karena mahalnya biaya pendidikan sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan santri untuk bisa
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Walaupun sudah
ada dana BOS, siswa juga harus membeli seragam sekolah, alat tulis dan
buku pegangan yang semakin tinggi, sehingga memberatkan siswa untuk
melanjutkan sekolah.
Namun dengan adanya dana BOS dan program Wajar Dikdas yang
diselenggarakan oleh pemerintah khususnya bagi pondok pesantren
35
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012
165
Salafiyah, hal ini memberikan kesempatan kepada santri untuk
memperoleh pendidikan formal.
d. Mata Pencaharian yang Tidak Stabil
Mata pencaharian orang tua salah satu faktor bagi santri untuk
memperoleh kesempatan pendidikan yang layak. Mata pencaharian orang
tua santri pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu rata-rata adalah
sebagai petani, pedagang, dan pekerja tidak tetap. Kondisi ekonomi dan
lingkungan keluarga yang berbeda dari masing-masing santri, masalah
yang terdapat pada masing-masing santri pun akan berbeda.
Berdasarkan latar belakang kondisi yang berbeda dari masing-
masing santri, kesempatan dan niat untuk melanjutkan pendidikan pun
berbeda. Seperti salah satu santri yang berada di pondok pesantren
Salafiyah APIK, bernama Muhammad Taufik Hidayat36
berasal dari Desa
Pegandon, letaknya tidak jauh dari Kaliwungu Kendal. Sejak umur 12
Tahun atau setara dengan lulus Sekolah Dasar, ia masuk pondok
pesantren atas usulan orang tua dan karena faktor lingkungan tempat
tinggal, dimana anak-anak seusianya, para orang tua lebih memilih untuk
menyekolahkan anak-anaknya ke pondok pesantren.
4. Kondisi Pendidikan Santri
Kondisi pendidikan santri pada saat awal masuk di pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu masih rendah, dikarenakan kondisi sosial
36
Wawancara dengan Taufiq (santri), Tanggal 13 April 2012
166
sebagaimana tersebut di atas yaitu masih mahalnya biaya pendidikan dan
mata pencaharian yang tidak menentu. Sebagaimana PP RI No. 55 Tahun
2007 Pasal 14 ayat 3 (2007:17) yaitu pondok pesantren dapat
menyelenggarakan 1 (satu) atau berbagai satuan dan/atau program
pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal. Berdasarkan PP
RI No. 55 tersebut di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu,
terdapat dua pendidikan yang harus dilalui oleh santri, yaitu; pendidikan
formal dan pendidikan non formal.
G. Pendidikan dan Pengajaran
Kegiatan pendidikan dan pengajaran yang berada di pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu di bagi dalam beberapa macam kegiatan
pendidikan dan pengajaran, sebagai berikut ;
1. Program Pendidikan Madrasah
Pondok pesantren Salafiyah APIK merupakan pondok pesantren
Salafiyah yang memiliki dan mengelola lembaga pendidikan sendiri, yaitu
Madrasah Salafiyah Miftahul Hidayah (MSMH). Setiap santri pondok
pesantren Salafiyah APIK harus belajar serta sekolah di madrasah tersebut.
Madrasah Salafiyah Miftahul Hidayah adalah lembaga pendidikan Diniyah
non formal di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu. Berdirinya
Madrasah Salafiyah Miftahul Hidayah tidak bersamaan dengan berdirinya
pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu dan melewati dari beberapa
generasi kyai, yaitu pada masa generasi ketiga tahun 1970, saat KH.
167
Humaidullah Irfan menjadi pemimpin di pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu.
Untuk mengikuti pendidikan di MSMH pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu, para santri tidak diwajibkan mengikuti pendidikan sejak
dari tingkat Persiapan, namun bisa saja masuk pada tingkat Aliyyah,
tergantung dari bekal ilmu pengetahuan agama yang telah dimiliki sebelum
masuk di pondok pesantren ini. Akan tetapi untuk dapat mengikuti pelajaran
tidak sejak dari tingkat Persiapan, santri perlu di test terlebih dahulu. Secara
prosedural para calon santri harus mendaftarkan diri pada setiap awal tahun,
dengan mengisi formulir pendaftaran serta memenuhi beberapa syarat yang
telah ditentukan.
Formulir pendaftaran selain dikemukakan identitas pribadi, seperti
nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, alamat/ tempat tinggal, latar
belakang pendidikan umum maupun pondok pesantren, nama orang tua/
wali, pekerjaan orang tua/wali, juga motivasi dan tujuan mengikuti pelajaran
di lembaga tersebut. Sesuai dengan latar belakang pendidikan, maka calon
santri dapat memilih kelas yang akan dituju. Hanya saja untuk memasuki
tingkat Tsanawiyah maupun Aliyyah harus di test terlebih dahulu hafalan
nadzam dari suatu kitab yang telah ditentukan dengan jumlah bait tertentu
pula, sebagai syarat untuk mengikuti test tertulis.
Seleksi penerimaan santri baru di MSMH pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu, bagi santri baru yang masuk pada tingkatan selain
Sekolah Persiapan I harus mengikuti tes hafalan dan tertulis yang
168
diselenggarakan oleh panitia penerimaan santri baru MSMH. Syarat lainnya
santri terlebih dahulu membayar administrasi pendaftaran sebesar yang
ditentukan oleh panitia. Sedangkan untuk santri baru yang masuk kelas
Sekolah Persiapan I tidak diadakan tes, langsung masuk kelas yang sudah
ada.
Pada mulanya lembaga pendidikan ini hanya memakai metode
„‟Bandongan” dan ‟‟Pengajian Weton”. Namun pada perkembangannya
masih ada yang dirasakan belum memuaskan, sedangkan masyarakat yang
kian kritis dan maju menginginkan suatu metode pendidikan yang lebih
efektif dan efesien.
Adanya kondisi yang demikian menurut Cak Nur (1985: 96-106)
bahwa keterbelakangan tersebut muncul karena faktor kesenjangan
antisipasi terhadap perkembangan modernitas dan rasionalitas. Hambatan
tersebut secara garis besar berhubungan erat dengan kondisi internal pondok
pesantren, baik lingkungan, santri, kurikulum, model kepemimpinan
maupun alumninya.
Berdirinya MSMH berdasarkan adanya antisipasi perkembangan
zaman yang kemungkinan makin terpisah dari tuntutan syari‟at agama
(Fiqih). Oleh karena itu pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu
merasa perlu membangun lembaga pendidikan dengan spesialisasi Fiqih.
Selanjutnya KH. Humaidullah Irfan, mulai didirikan MSMH dengan model
sistem klasikal.
169
Adapun selain kitab-kitab yang menjadi kajian pokok kajian,
dipelajari di luar jam sekolah (kegiatan Madrasah). Keseluruhan kitab-kitab
klasik yang diajarkan di pondok pesantren dapat digolongkan ke dalam 8
kelompok, yaitu nahwu (syntax) dan sorof (morfologi), fiqh, ushul fiqih,
hadits, tafsir, tauhid, tasawuf dan etika, dan cabang-cabang lain seperti
tarikh dan balaghah. Pengelompokkan kitab-kitab klasik tersebut tidak jauh
berbeda yang diajarkan di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu
yaitu beberapa ilmu yang tercakup dalam pendidikan agama Islam yang
diajarkan.
Materi yang dikaji semuanya bersumber dari berbagai kitab klasik
(kitab kuning) yang meliputi beberapa ilmu. Beberapa ilmu yang dimaksud
disini adalah ilmu yang tercakup dalam Pendidikan Agama Islam, di
antaranya ; Nahwu & Sharaf (lughat), fiqih (hukum syar‟i/eksoteris), tauhid
(akidah/teologi), tasawuf (akhlak/isoteris), hadits, tafsir, musthalah hadits,
baca tulis al-Qur‟an dan tarikh.
Satu ilmu yang dikaji oleh masing -masing tingkatan yang berbeda.
Sistem klasikal yang dilaksanakan di pondok pesantren Salafiyah APIK
melalui MSMH dilaksanakan secara berjenjang selama delapan tahun,
dengan ketentuan ; Tingkat Sekolah Persiapan (SP) ditempuh selama dua
tahun dengan sistem jenjang kelas, yakni kelas Sekolah Persiapan I dan
Sekolah Persiapan II, masing–masing kelas dibagi dua (A & B). Pada
tingkatan ini (awal), sebagaimana namanya “Persiapan“, para santri
170
disajikan menu-menu pelajaran yang bersifat dasar dari beberapa ilmu yang
ada di tingkat seatasnya (Madrasah Tsanawiyah dan Aliyyah).
Tentang kurikulum MSMH rujukan bahan materi pelajarannya
semuanya mengacu pada kitab kuning. Kurikulum di MSMH merupakan
kurikulum agama murni, satuan kurikulum tersebut, berdasarkan kitab
rujukan yang dipakai pada sekolah Persiapan I – II.
Selanjutnya Tingkat Madrasah Tsanawiyah ditempuh selama tiga
tahun, yakni Kelas I, II, dan III dengan masing-masing kelas dibagi menjadi
dua (A & B). Tingkat Tsanawiyah merupakan tingkat lanjutan dari jenjang
yang ada di bawahnya (Sekolah Persiapan I/II). Oleh karena itu, semua
materi yang dikaji adalah kelanjutan dari pelajaran atau ilmu yang sama dari
tingkat dibawahnya.
Sedangkan Tingkat Aliyah sama halnya dengan tingkat Tsanawiyah,
ditempuh tiga tahun, dengan jenjang kelas I, II, & III, dan masing-masing
dibagi menjadi dua (A & B). Pada tingkatan ini para santri ditekankan pada
pemahaman dan aplikasi (amaliyah) materi pelajaran, disamping tetap ada
tuntutan hafalan. Santri yang masuk pada tingkat Aliyah harus bisa
membaca, memahami dan sekaligus mengamalkannya. Orientasi ini
merupakan pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu melalui lembaga pendidikannya MSMH, sehingga plat
from (motto) pondok pesantren “ Ikhtiyar mencetak orang yang alim dan
alim “ dapat terealisasikan.
171
Pada dasarnya pembelajaran yang disusun dan diaplikasikan di
MSMH mengacu pada prinsip Tafaqquh fi ad-Din. Semua materi pelajaran
yang dikaji menekankan pada sistem muhafadhah, pemahaman, dan
praktek. Materi yang berbentuk nadhaman, khususnya yang berafiliasi pada
nahwu, sharaf, dan balaghah (sastra) santri harus hafal di luar kepala dan
sekaligus dituntut bisa menerapkannya. Sebagaimana orientasi dari ilmu itu
sendiri sebagai ilmu alat, santri yang telah mengkajinya harus bisa baca
kitab kosongan, artinya santri mampu membaca kitab yang berteks dan
berbahasa Arab tanpa syakal lancar, benar sesuai kaidahnya, dan
menangkap maksud yang terkandung pada isinya sehingga siap untuk
dipresentasikan.
Meskipun demikian, ilmu – ilmu selainnya tetap tidak diabaikan
karena sama juga pentingnya untuk ditelaah dan diamalkan kandungannya.
Khususnya ilmu teologi, fikih dan akhlak yang bersifat amaliyah santri
diharapkan benar-benar mampu mengaktualisasikan dalam konteks
kekinian.
Akan tetapi untuk bisa mengakses pemahaman yang optimal dan
berpikir kritis terhadap apa yang dikaji/diperoleh dari kandungan kitab,
santri pondok pesantren Salafiyah APIK belum bisa
mengimplementasikannya kecuali telah menguasai ilmu lughat dan sastra
Arab, hal ini karena semua kajian materi yang dipelajarinya menggunakan
bahasa Arab, sehingga tidak bisa memahami dan mengkritisi kandungan
kitab bila tidak menguasai dan mempraktekkan ilmu lughat.
172
Semua pelajaran yang ada pada kurikulum MSMH sangatlah penting
dan bermanfaat untuk mencetak santri pondok pesantren Salafiyah APIK
menjadi santri yang shaleh, baik secara pribadi ataupun sosial, dan amil.
Pelajaran yang diprioritaskan pada semua jenjang/ tingkatan kelas adalah
nahwu, sharaf, dan lughat.
Berbagai metode yang diterapkan oleh para pengajar, khususnya para
mustahiq kelas (wali kelas), untuk mematangkan penguasaan santri terhadap
materi pelajaran yang dikaji. Para pengajar yang masuk kelas dengan mata
pelajaran yang diampunya, sebelum memulai pelajaran baru, santri
sebelumnya di tes, ditanya/diminta membaca kitab terlebih dahulu tentang
materi pelajaran yang sudah disampaikan kepadanya, terkait dengan
tarkiban (struktur kalimat), isi kandungan, dan juga hafalan jika berbentuk
nadhaman. Selain itu, pada jam pertama sebelum para pengajar memulai uji
materi pada anak didiknya, para santri harus menglalar (mengulang kembali
dengan dibaca/dilafadzkan) pelajaran-pelajaran yang berbentuk nadhaman,
khususnya pelajaran nahwu selama kurang lebih ½ jam.
Para mustahiq akan bertanggung jawab secara penuh terhadap
perkembangan anak didiknya. Berbagai tahdzir (intimidasi) dan ta’ziran
(hukuman) bagi yang tidak hafal pelajaran sering disampaikan kepadanya,
seperti ; berdiri sampai pulang ketika kegiatan belajar mengajar (KBM)
berlangsung, di gundul bila sering tidak berangkat sekolah ataupun
musyawarah, dan sebagainya. Sehingga santri tidak akan naik kelas jika
pelajaran pokok tidak hafal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan,
173
pelajaran yang wajib dihafalkan adalah nahwu/ilmu alat. Jadi, materi
pelajaran yang ditekankan adalah nahwunya. Sehingga berbagai upaya dan
metode diterapkan agar santri dapat memahami dan menguasai ilmu
tersebut.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MSMH pondok pesantren
APIK Kaliwungu, setiap santri yang naik pada jenjang/tingkatan seatasnya
ditetapkan beberapa prosedur kenaikan kelas, baik yang berkaitan dengan
hafalan, kedisiplinan, ataupun evaluasi pembelajaran. Di antaranya ;
Ketentuan hafalan, SP I : Nadham Aqidah al-Awam dan Sulam al-Mubtadi.
SP II: Nadham Matan al-Ajrumiyyah. MTs I : Matan al-Ajrumiyyah, al-
Awamil dan Tuhfat al-Athfal. MTs II :Nadham al-Imrithi. MTs III :
Nadham alfiyah 300 Bait. Aliyyah I : Nadham alfiyah 700 Bait. Dan
Aliyyah II : Nadham al-Jauhar Al Maknun.
Kegiatan pendidikan di MSMH pondok pesantren APIK Kaliwungu
dilaksanakan setiap hari, kecuali hari jum`at sebagai hari libur. Jadwal
kegiatan madrasah setiap harinya pada jam 8.00 sampai dengan 11.00 WIS
(selisih waktu Istiwa dengan Waktu Indonesia sekitar 15-30 menit), santri
mengikuti pelajaran di kelas masing-masing. Jadwal pelajaran telah disusun
dengan materi serta sumber-sumber kitab rujukan, semuanya merupakan
kitab kuning sesuai dengan tingkat pendidikan.
Kurikulum yang dipakai disebut sebagai kurikulum yang disusun
menurut kebijakan pimpinan pondok pesantren. Kemudian pada jam 16.30
sampai dengan 17.30 santri berada di kelasnya masing-masing untuk
174
mengikuti kegiatan lalaran, yakni menghafal materi pelajaran yang
bersumber dari kitab dalam bentuk nadhaman (bait-bait puisi). Sedangkan
malam hari, selama dua jam setelah Isya` sejak jam 20.00 sampai dengan
22.00 WIS santri mengikuti kegiatan musyawarah37
yang dipimpin oleh
wali kelas. Setiap masalah yang diajukan dicoba untuk dipecahkan oleh
masing-masing musyawwir (peserta), tetapi jika gagal dijelaskan oleh wali
kelas.
Selain waktu-waktu untuk kegiatan terjadwal tersebut, santri dapat
menggunakan secara bebas untuk keperluan istirahat/tidur, atau mengurus
keperluan lain, seperti memasak, mencuci dan menyeterika pakain,
termasuk pula seperti membaca al-Qur`an, shalat tahajud dan lain
sebagainya.
Meskipun di pondok pesantren Salafiyah APIK telah menerapkan
sistem pendidikan klasikal, kegiatan mengajar di MSMH dalam
pengelolaannya tetap menerapkan model pembelajaran materi pelajaran
kepada santri yang disesuaikan dengan kondisi riil kehidupan pondok
pesantren, yaitu model “ bandongan dan sorogan.”
Sistem bandongan di MSMH diterapkan pada jam ke -3 atau pukul
16.30 WIS. Kitab yang dikaji adalah kitab penunjang pemahaman (kitab
Syarah) materi pelajaran nahwu di kelas masing-masing yang menjadi kitab
panduan kurikulum madrasah (kitab al-Muqarrabah). Sedangkan pagi
37
Musyawarah adalah semacam diskusi pendalaman terhadap materi pelajaran tersebut
pada esok harinya.
175
harinya (jam pertama & kedua) sistem pembelajaran yang diterapkan adalah
memadukan di antara keduanya. Disamping santri ngabsahi kitab, mereka
terlebih dahulu diminta membaca, menarkib, dan memaknainya.
Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat pemahaman santri, para ustadz
menyelenggarakan evaluasi pembelajaran selama jangka waktu tertentu,
seminggu, sebulan, setengah tahun, dan satu tahun (akhir tahun) ajaran.
Setiap minggunya para santri oleh mustahiq kelas (wali kelas) diminta maju
dan di tes mengenai semua pelajaran atau pelajaran pokoknya yang telah
disampaikan oleh para ustadz yang masuk di kelasnya, baik yang berkaitan
dengan hafalan, pemahaman, interpretasi (disuruh menerangkan), atau
nahwunya. Model pembelajaran ini biasa dilakukan pada hari Sabtu jam
pertama. Sedangkan untuk tiap bulan evaluasi yang diterapkan adalah
ulangan tertulis atau setoran hafalan pelajaran pokok, dan pada dekade
setengah tahun diselenggarakan ulangan semester.
Model pembelajaran pertama yang diterapkan di MSMH pondok
pesantren APIK Kaliwungu dengan sistem klasikal adalah pertemuan antara
pengajar (ustadz) dengan murid (santri) dalam rangka penyampaian materi
pelajaran di kelas. Alokasi waktunya satu minggu libur satu kali, yaitu pada
hari Jum‟at, dengan dua kali pertemuan untuk seharinya (jam pertama dan
kedua) dan durasi waktunya dua jam setiap pertemuan. Adapun porsi materi
yang disampaikan oleh pengajar disesuaikan dengan buku silabus pelajaran
madrasah.
176
Pada dasarnya model pembelajaran yang diterapkan di kelas, oleh para
pengajar (ustadz) mengacu pada ketentuan umum yang telah ditetapkan
pengurus. Model pembelajaran yang ada di MSMH tidak jauh dari metode
yang diajarkan oleh para ustadz karena saling berhubungan, hanya saja
model pembelajaran yang paling signifikan di MSMH adalah adanya waktu
yang disediakan oleh madrasah untuk membahas dan mengkaji ulang
(memusyawarahkan) materi pelajaran yang telah disampaikan oleh
guru/ustadz pada setiap malamnya selain hari libur (hari Minggu) di semua
kelas yang ada di MSMH.
Adanya media musyawarah, para santri diberi kesempatan untuk
bebas menanyakan materi pelajaran yang dikaji secara kritis melalui diskusi
(mujadalah) dengan teman sekelasnya. Lewat forum ini banyak manfaat
yang dapat diperoleh oleh santri. Disamping sebagai wahana untuk
memuraja‟ah pelajaran, mereka yang terbiasa berdiskusi akan terlatih
mental dan pemikirannya dalam memahami, mengkritisi, dan
menyampaikan apa yang menjadi ide/pendapatnya. Sehingga hal ini
merupakan salah satu corak dari beberapa model pembelajaran di pondok
pesantren dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas di masyarakat.
Selain itu, ada pula sistem lalaran yang dijadwalkan dua kali dalam
satu minggu, yakni pada hari Sabtu dan Selasa pukul 16.30 WIS. Sistem ini
berkonsentrasi pada pengulangan pelajaran-pelajaran yang telah dihafal
dengan tujuan agar materi yang telah dihafal tidak lupa. Teknisnya
177
mentalafudhkan teks pelajaran bila bentuk materinya kalam natsar, dan
melagukannya bila berbentuk kalam nadzam/syi‟iran. Materi pelajaran yang
dilalar pada umumnya adalah pelajaran pokok (Nahwu).
Titik tekan pada pembelajaran ini adalah santri mampu
mengucapkan/melafalkan materi pelajaran dengan lancar tanpa
melihat/membaca teks. Para dewan mustahiq memprogram alokasi waktu
untuk setoran para santri yang sudah hafal pelajaran (khatam) dengan tuntas
(mastery learning) secara tatap muka langsung.
Model pembelajaran lain yang diterapkan di pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu ini adalah ngaji bandongan. Ngaji bandongan
diselenggarakan dengan tujuan membantu penguasaan dan penambahan
materi pelajaran pokok (nahwu) yang diajarkan di pagi hari dengan
menggunakan kitab al-Muqarrabah (kitab yang telah dikodifikasi oleh kyai
sebagai acuan pembelajaran di kelas). Kitab yang dikaji dalam ngaji
bandongan pada dasarnya sama dengan kitab al-Muqarrabah, tapi cakupan
materinya lebih luas dari pada kitab al-Muqarrabah.
Sistem bandongan yang ada di MSMH pondok pesantren Salafiyah
APIK termasuk dalam kategori metode pembelajaran, metode ini
menekankan pada praktek pembacaan dan pemahaman isi dan tarkiban teks
yang ada di kitab secara benar sesuai dengan kaidahnya, sehingga
penguasaan materi pelajaran lughat (nahwu, sharaf, dan balaghah) oleh para
santri bisa dituangkan langsung dihadapan kyai / ustadz. Dengan metode
semacam ini lahir pula pola pembelajaran munaqasah di pondok pesantren.
178
Sedangkan model kelas yang ada di MSHM sama halnya dengan kelas
yang ada di lembaga pendidikan di luar pondok pesantren, hanya saja
berbeda pada Tingkat Persiapan (SP)/Dasar. Bila di sekolah-sekolah formal
Tingkat Dasar (SD) biasa ditempuh enam tahun, yang selanjutnya ke tingkat
Tsanawiyah (SMP), di MSMH hanya ditempuh dua tahun yang selanjutnya
ke tingkat seatasnya, ini pun mungkin berbeda dengan pondok pesantren
lain di luar Kaliwungu, seperti pondok pesantren Lirboyo, pondok pesantren
Sarang, pondok pesantren Tegal Rejo, dan sebagainya, pondok pesantren
tersebut tidak menerapkan model tingkat dasar dengan istilah SP yang
ditempuh 2 tahun. Tingkat Tsanawiyah dan Aliyah sama dengan tingkat
Tsanawiyah dan Aliyah pada lembaga pendidikan yang lainnya, baik
pendidikan pondok pesantren ataupun pendidikan formal, masing-masing
tingkatan ditempuh 3 tahun.
Jumlah kelas yang ada di MSMH semuanya ada 15 kelas/ruangan.
Semua kelas berada di lingkungan pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu, walapun tidak berada pada satu tempat. Proses manajemen yang
diselenggarakan MSMH pondok pesantren Salafiyah APIK diantaranya dari
segi administrasi, honor pengajar (ustadz) MSMH pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu untuk tiap bulannya, masing- masing pengajar
berbeda-beda disesuaikan dengan tingkat kesenioran/jabatannya. Kepala
Madrasah, Wakil, Sekretaris, Bendahara. Begitu pula dengan pengajar yang
merangkap mustahiq juga berbeda dengan pengajar biasa. Honor pengajar
diberikan setiap bulannya pada tanggal 15 tahun Hijriyah. Sedangkan untuk
179
pengurus diberikan setiap awal tahun Hijriyah. Dan banyak sedikitnya
honor yang diterima oleh para pengajar pada tiap tahun, secara prakteknya
tidak bisa ditentukan secara nominal berapa besarnya, tergantung dengan
kondisi keuangan yang ada dan kebutuhan rumah tangga MSMH. 38
Sebagai penunjang suksesnya pelaksanaan KBM di MSMH pondok
pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu, santri membayar admisnistrasi
pendaftaran, ianah /iuran tiap bulan (pembayaran iuran nya tidak ditetapkan
tiap bulan). Pembayaran dalam jangka satu tahun diangsur tiga kali, yakni;
Tahap awal masuk madrasah (bulan Syawal-Dzulhijjah), tahap kedua pada
bulan Shafar sampai awal bulan Rabi‟ul Awal (Maulud), dan menjadi
persyaratan untuk bisa mengikuti tes semeter I yang diselenggarakan pada
bulan Rabi‟ul Awal (Maulud), dan tahap ketiga dilangsungkan pada bulan
Jumadi Tsani-Rajab, dan persyaratan untuk bisa mengikuti tes semester II
(kenaikan kelas).
Namun tidak semua santri dikenakan biaya pendaftaran yang sama,
melainkan disesuaikan dengan tingkatan masing-masing dan statusnya.
Santri baru dengan santri lama berbeda dalam jumlah iuran pembayarannya.
Sedangkan besarnya nominal iuran untuk jangka waktu tertentu dapat
berubah, sesuai dengan kebutuhan.
3. Kegiatan Ektrakurikuler
38
Wawancara dengan Ustadz Abdun Nafi`, Tanggal 14 November 2011
180
Kegiatan ekstrakulikuler di pondok pesantren semuanya tidak lepas
dari tujuan pengembangan bakat dan kreativitas para santri. Meskipun
tujuan utama pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu adalah tafaqquh
fi ad- din, pengelola pondok pesantren APIK tetap memberikan fasilitas
ruang gerak yang bersifat teknis, manfaatnya untuk menopang ilmu pokok
yang dipelajari, dikaji, dan diamalkan oleh para santrinya, sehingga peranan
pondok pesantren di masyarakat tidak dikatakan jumud/ortodok (hanya
mempelajari ilmu-ilmu agama), tetapi bernuansa dinamis, fleksibel, relevan,
dan selalu mengikuti perkembangan dari masa ke masa.
Kegiatan ekstrakulikuler yang ada di pondok pesantren meliputi
berbagai bidang, sehingga para santri yang berminat mengikutinya tinggal
memilih sesuai dengan bakatnya, di antaranya ;
a. Kegiatan Bahtsul Masail
Kegiatan bahtsul masail39
di pondok pesantren merupakan kegiatan
utama. Secara teknis bahtsul masail diselenggarakan untuk membahas
permasalahan/problematika kehidupan yang terjadi di masyarakat, dan
memerlukan kepastian hukum secara syar‟i sebagai solusi jawaban
dengan cara dimusyawarahkan.
39
Metode yang digunakan secara konvensional, yakni tiap peserta bahtsul masail
membacakan jawaban atas kasus/permasalahan yang diangkat oleh panitia kemudian
dirumuskan oleh tim perumus yang selanjutnya diperdebatkan/didiskusikan oleh para peserta
dengan dipandu oleh moderator, selanjutnya tahap akhir permasalahan dan jawaban
dilimpahkan oleh dewan hakim untuk diputuskan jawaban final yang dapat diterima oleh
semua peserta. Metode lainnya adalah metode presentasi, artinya kelompok/kelas yang
ditunjuk oleh panitia sesuai dengan yang dijadwalkan diharuskan mengangkat tema
permasalahan serta solusi jawabannya untuk dipresentasikan dihadapan peserta lainya,
sementara peserta lainya mengkritisi dan menyanggah isi dari makalah yang disampaikan bila
tidak sejalan dengan pandangan/gagasan peserta. Selanjutnya dewan hakim yang
mentashihnya.
181
Waktu yang ditetapkan dalam penyelenggaraan kegiatan ini adalah
dua minggu sekali/setengah bulan sekali. Peserta yang ikut dalam
kegiatan adalah santri yang sudah tingkat Aliyah. Sementara santri yang
masih berada di tingkat bawahnya (MTs), belum bisa diikutkan dalam
forum bahtsul masail, sehingga ada kegiatan ektrakurikuler yang lain,
hampir sama dengan bahtsul masail, yaitu musyawarah wustha.40
Kegiatan semacam ini di MSMH pondok pesantren Salafiyah APIK
diklasifikasikan menjadi dua istilah, yakni musyawarah wustha dengan
musyawarah kubra dan bahtsul masail wustha dengan bahtsul masail
kubra. Pelaksanaan musyawarah dan bahtsul masail wustha diadakan
masing- masing tiap dua minggu sekali secara bergantian. Sedangkan
musyawarah dan bahtsul masail kubra dilakukan tiap setengah tahun
sekali sebelum pelaksanaan tes semester.
b. Falakiyah
Kegiatan ini dibentuk atas dasar tuntutan perlunya pengembangan
kurikulum yang telah ada, namun tidak efesien bila dimasukkan ke dalam
kurikulum tersebut karena memang falakiyyah di MSMH belum ada, jadi
sifatnya pelajaran baru. Sehingga, pelajaran ini dilangsungkan di luar jam
sekolah/bersifat tambahan (ekstra). Pelaksanaannya tiap 3 minggu sekali
40
Perbedaan antara bahtsul masail dengan musyawarah wustha adalah terletak pada
materi yang dibahas. Jika bahtsul masail yang dibahas adalah masalah hukum syar‟i terkait
dengan permasalahan kehidupan manusia, maka musyawarah wustha yang dibahas adalah
materi/ilmu nahwu sharaf.
182
dengan pembimbing dari pengajar (dosen) UIN Walisongo Semarang dan
santri senior yang ahli di bidang ini.
Kajian dalam kegiatan ini berkisar tentang penentuan arah kiblat
dengan metode lama dan modern, penentuan jadwal waktu shalat dan
imsak, mengadakan praktik Ru‟yatul Hilal, dan merumuskan
penanggalan baik Hijriyah/Masehi.
c. Jurnalis
Kegiatan jurnalis yang diselenggarakan di pondok pesantren
Salafiyah APIK lewat MSMH bertujuan membantu pengembangan bakat
dan kreasi santri dalam bidang tulis menulis. Santri yang mengikuti
program ini dituntut untuk bisa menuangkan ide-ide/gagasan ke dalam
bahasa tulisan, tidak hanya pandai dan ahli berorasi (pidato) atau
berdiskusi tetapi juga mampu menulis dengan bahasa, ejaan, dan
penalaran yang benar sesuai dengan kaídahnya. Hal ini didasari oleh
pengalaman empiris dari para ulama yang menjadi kiblat keilmuan
mereka.
Jadwal kegiatannya diadakan sebulan sekali dengan cara
penyampaian materi dan tugas menyusun karya tulis dalam bentuk
apapun. Santri yang telah mengikuti program kegiatan ini bekerjasama
dengan pengurus perpustakaan dalam menyusun tugasnya, perpustakaan
MSMH terdapat referensi kitab atau buku yang dijadikan bahan
183
kajiannya, mulai dari masalah agama, sosial, pendidikan, ekonomi,
budaya, bahasa, politik, dan lain sebagainya.
Lewat program semacam ini di pondok pesantren telah ada majalah
dinding (mading) santri sebagai wadah para santri untuk menuangkan
karya tulisnya, baik dalam bentuk artikel, sastra, karikatur, laporan, dan
sebagainya. Tidak hanya mading santri saja yang menjadi hasil dari
program ini, tetapi terbentuk pula tim buletin/majalah Fajar Magazine
santri untuk tiap bulannya. Sementara di luar pondok pesantren, ada
sebagian santri pondok pesantren APIK Kaliwungu yang terlibat dalam
penerbitan Buletin Assalamu’alaikum Remaja Masjid Islam Kabupaten
Kendal yang terbit tiap tiga bulan sekali.
d. Muhadatsah
Muhadatsah adalah sebuah kegiatan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa lisan, atau istilah lain adalah bentuk
percakapan/dialog dengan orang lain. Muhadatsah yang diterapkan
sebagai bentuk salah satu dari program tambahan di pondok pesantren
APIK Kaliwungu ialah membuat sebuah komunitas kecil dari peserta
(santri yang mengikutinya), selanjutnya menerapkan ketentuan berdialog/
berkomunikasi dengan bahasa Arab, atau secara simpel adalah
menerapkan percakapan dengan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-
hari/sewaktu berlangsungnya kegiatan tertentu.
Bahasa yang dipilih adalah bahasa Arab, berdasarkan pertimbangan
materi pelajaran yang dikaji yaitu mengkaji materi- materi ilmu agama
184
yang berbahasa/berteks Arab. Materi pokok yang diprioritaskan dalam
pengkajian di tiap tingkatan atau kelas adalah pelajaran nahwu, sharaf
dan balaghah atau ilmu-ilmu yang membahas tentang rangkaian/struktur
kalimat, kaidah kebahasaan Arab, keindahan dan makna-maknanya.
Memang sebelumnya, di pondok pesantren Salafiyah APIK belum
ada program semacam ini walaupun para santrinya mayoritas tahu dan
pandai terhadap ilmu bahasa Arab tetapi kebanyakan dari mereka belum
pandai dalam menerapkan ilmu kebahasaannya ke dalam bentuk
percakapan, mereka hanya mampu menerapkannya dalam bentuk
pembacaan tulisan/menuliskan kalimat- kalimat berbahasa Arab.
Oleh karena itu, sangatlah urgen bila mereka yang sudah difasilitasi
materi bahasa Arab, lebih dari cukup untuk mengembangkannya dalam
bentuk praktek dialog/ percakapan dalam aktifitas kehidupan sehari-hari.
e. Pelatihan Komputer
Pelatihan komputer yang diadakan di pondok pesantren Salasiyah
APIK tidak dilaksanakan secara terpogram. Menurut ustadz Abdun Nafi`
selaku kepala sekolah MSMH (periode 2011-2012), pelatihan komputer
ini diberikan di ruang khusus komputer.41
Bagi santri yang akan
menggunakan dikenakan biaya setiap satu jamnya Rp. 1000. Biaya ini
dimaksudkan untuk mengganti listrik yang digunakan oleh santri.
Adapun santri yang biasanya belum bisa menggunakan komputer, dan
41
Wawancara dengan Ustadz Abdun Nafi`, Tanggal 14 November 2011
185
bagi santri yang berniat untuk bisa menggunakan komputer sebagai
keahliannya biasanya mereka belajar dengan temannya atau meminta
para ustadz untuk mengajarinya.
H. Program Wajar Dikdas
Selain pendidikan MSMH yang berada di pondok pesantren Salafiyah
APIK, pendidikan lainnya yang diterapkan yaitu pendidikan sekolah Wajib
Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) dalam bentuk program Paket B dan
Paket C. Program Wajar Dikdas yang ada untuk membantu santri yang
memiliki tingkat pendidikan masih minim. Hal ini sesuai dengan makna Wajib
belajar adalah gerakan nasional yang diselenggarakan di seluruh Indonesia bagi
warga Negara yang berusia 7 tahun sampai 15 tahun untuk mengikuti
pendidikan dasar atau pendidikan yang setara sampai tamat, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat (Depag, 2003: 7).
Wajib belajar pendidikan dasar merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk mewujudkan critical mass. Dilaksanakannya wajib belajar ini memiliki
tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat Indonesia yang terdidik, minimal
memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar yang esensial.42
Sebagaimana tujuan diadakannya Wajar Dikdas yaitu untuk memberi
dasar bekal pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan masyarakat dan
42
Memiliki kemampuan dasar yang dimaksud adalah pengetahuan dan ketrampilan
dasar yang esensial, diharapkan lulusan pondok pesantren Salafiyah dapat melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, atau dapat dijadikan bekal untuk menjalani kehidupan di
masyarakat.
186
memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk dapat
mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat
atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Program Wajar Dikdas diselenggarakan untuk memberikan pelayanan
pendidikan dasar seluas-luasnya kepada warga negara Indonesia tanpa
membedakan latar belakang agama, suku, sosial, budaya, dan ekonomi. Hal ini
sesuai Pasal 31 Ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa ”tiap-tiap warga negara
berhak memperoleh pendidikan”. Lebih jelas, dalam Pasal 31 Ayat
(2)dinyatakan bahwa ”tiap-tiap warga negara wajib memperoleh pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.
Berdasarkan definisi tersebut, Wajar Dikdas ini diadakan karena
sebagian para santri menetap atau tinggal di pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu masih berusia 12-15 Tahun. Usia 12-15 menurut tingkatannya baru
memiliki ijazah SD atau MI. Berdasarkan hal tersebut, pondok pesantren
Salafiyah APIK menerima kebijakan pemerintah tentang program Wajar
Dikdas.
4. Landasan Normatif
Untuk menyelenggarakan program wajib belajar pendidikan dasar
pondok pesantren Salafiyah melaporkan/mendaftarkan pada Kantor
Kementerian Agama, dengan tembusan kepada Kepala Dinas pada
Pemerintahan Daerah di Kabupaten atau Kota setempat, tentang kesiapan
dan kesanggupan pondok pesantren menyelenggarakan program Wajar
Dikdas.
187
Berdasarkan laporan/pendaftaran tersebut, Kantor Kementerian
Agama setempat bersama instansi terkait lainnya akan melakukan klarifikasi
dan verifikasi. Selanjutnya Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
akan mengeluarkan piagam pengesahan tentang penetapan pondok
pesantren Salafiyah sebagai penyelenggara program Wajar Dikdas,
kemudian penetapan tersebut dilaporkan kepada Kantor Wilayah
Kementerian Agama propinsi setempat dan Kementerian Agama Pusat.
Walaupun dalam penyelenggaraan program ini mendapatkan
pengarahan dan bimbingan dari Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan
setempat, namun setiap pondok pesantren Salafiyah tetap berhak untuk
mengatur dan menentukan jadwal pendidikan serta proses pembelajaran
yang sesuai dengan kebiasaan, tradisi dan kondisi setempat. Di antara hak-
hak yang tetap melekat pada pondok pesantren tersebut ialah Pertama, hak
untuk mengalokasikan waktu pengajaran dan masing-masing mata
pelajaran. Kedua, hak untuk menerapkan metode pembelajaran, apakah itu
klasikal, tutorial, sorogan wetonan, atau individual. Ketiga, hak untuk
menetapkan masa/waktu pembelajaran semesteran atau catur wulan, atau
lainnya. Keempat, hak untuk mengembangkan ciri khas dan potensi pondok
pesantren baik dalam bidang keilmuan maupun dalam bidang sosial dan
budaya. Dan Kelima, hak untuk memperoleh bantuan pengembangan
pondok pesantren baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Ketenagaan yang diperlukan untuk menyelenggarakan program Wajar
Dikdas pada pondok pesantren Salafiyah, terdiri dari penanggung jawab
188
program, tenaga pengajar/guru mata pelajaran umum dan guru pembimbing
perpustakaan.
Tenaga pengajar yang dibutuhkan dalam program Wajar Dikdas di
pondok pesantren Salafiyah ini ialah : guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia, guru Matematika, dan guru Ilmu Pengetahuan Alam. Guru
pembimbing mata pelajaran umum lainnya, dapat dilakukan oleh guru mata
pelajaran umum tersebut, atau guru/ustadz pondok pesantren, dan apabila
memungkinkan dapat ditambah dengan guru-guru dan sekolah formal.
Tenaga pengajar yang dilibatkan dalam program ini diutamakan tenaga
pengajar yang tersedia di lingkungan pondok pesantren penyelenggara,
sepanjang mereka memiliki kemampuan akademik dan berkesanggupan
mengajar. Bila dilingkungan pondok pesantren tidak terdapat tenaga
pengajar dimaksud, maka pengurus pondok pesantren dapat mengupayakan
kerjasama dan menjalin kemitraan dengan pimpinan sekolah/madrasah atau
guru-guru yang terdapat di sekitar lokasi pondok pesantren.
Berdasarkan hal tersebut di atas, pelaksanaan program Wajar Dikdas
di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu berdasarkan piagam
Departemen Agama RI Nomor : Kd.11.24/5/PP.00/20.29/2006 (PIAGAM
TERDAFTAR). Sedangkan untuk tingkat Wustha di pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu tidak jauh beda dengan yang ada pada sekolah-
sekolah pada umumnya. Baik dari sisi kurikulum, metode maupun sistem
pembelajaran yang digunakan.
Pelaksanaan program Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah
189
APIK Kaliwungu dimulai dari tingkat Wustha atau setingkat dengan
SMP/MTs dan SMA/MA. Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu
tidak menerapkan program Wajar Dikdas pada tingkat Ula atau setingkat
SD/MI.
Berdasarkan piagam Departemen Agama RI Nomor :
Kd.11.24/5/PP.00/ 20.29/2006. (PIAGAM TERDAFTAR), diberikan oleh
Kepala kantor Departemen Agama Kabupaten Kendal kepada pondok
pesantren Salafiyah APIK, dengan Nomor Statistik : 512332408065 yang
beralamatkan di Desa Krajankulon Kecamatan Kaliwungu Kendal Jawa
Tengah. Pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu adalah salah satu
pondok pesantren sebagai penyelenggara wajib belajar pendidikan dasar
sesuai dengan surat keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Menteri Agama Nomor : 1/U/KB/2000 dan MA./86/2001 tentang pondok
pesantren Salafiyah sebagai pola Wajib Belajar Pendidikan Dasar.
Kesepakatan ini telah ditindaklanjuti dengan Keputusan Bersama Direktur
Jenderal Pendidikan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama
dengan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, Nomor: E/83/2000 dan No: 166/Kep/DS/2000 tentang
pedoman pelaksanaan pesantren Salafiyah sebagai pola wajib belajar
pendidikan dasar (Depag, 2002: 3). Berdasarkan kesepakatan tersebut
kepada lembaga bersangkutan diberikan hak menurut hukum, untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran program Wajar Dikdas
Tingkat Wustha dengan kualifikasi Paket B.
190
Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah tentang wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun, bahwa warga masyarakat diwajibkan
menempuh pendidikan minimal lulus SMP atau sederajat (Depag 2005:vii).
Sehingga dengan kebijakan tersebut diharapkan tidak ada lagi anak di usia
sekolah yang tidak mengenyam pendidikan dasar. Namun dikarenakan
beberapa hal yang mempengaruhi masyarakat, baik masalah hambatan
sosial, ekonomi, dan budaya, banyak warga masyarakat usia wajib belajar
tidak dapat mengikuti pendidikannya di sekolah. Hal tersebut di atas banyak
terjadi terutama di pondok pesantren Salafiyah.
Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada peserta
didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga
tidak dapat melanjutkan studinya kejenjang berikutnya. Rata-rata santri
yang menetap di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu, masih
berusia 12-15 tahun atau dikategorikan anak yang masih perlu mengikuti
wajib belajar, dan pada kenyataannya tidak dapat meneruskan
pendidikannya di sekolah (putus sekolah atau Drop Out).43
Melihat usia dan pendidikan sebagian besar santri yang akan masuk ke
pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu, dan tidak lagi melanjutkan
ke jenjang SMP atau SMA. Keadaan inilah yang membuat pengelola
pondok pesantren APIK Kaliwungu merespon kebijakan pemerintah tentang
Wajar Dikdas dengan menyelenggarakan program tersebut guna mengatasi
43
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012
191
santri pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu yang putus sekolah.
Pada Tahun 2009, pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu
mengembangkan program Wajar Dikdas dengan Paket C atau setara dengan
SMA. Diselenggarakan Paket C di pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu berdasarkan Nomor : Kd.11.24/5/PP.00/2030/2009.
Penyelenggaraan program Paket C ini berdasarkan Kesepakatan Bersama
antara Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI
No: 19/E/MS/2004 dan Nomor : DJ.11/166/04 tentang Penyelenggaraan
Kesetaraan Pada Pondok Pesantren Salafiyah. Berdasarkan Nomor:
Kd.11.24/5/PP.00/2030/2009. Pimpinan pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu diberi hak hukum untuk menyelenggarakan program Paket C.
Khusus santri yang akan mengikuti Paket C, dikarenakan dana BOS
yang diberikan oleh pemerintah hanya sampai pada program Paket B, maka
masing-masing santri dikenakan biaya masuk Rp. 10.000,-. Biaya tersebut
digunakan untuk biaya operasional di program Paket C.
5. Tujuan Wajar Dikdas
Ada beberapa hal yang menjadi motivasi pengelola dalam
penyelenggaraan program Wajar Dikdas sebagaimana program Kementerian
Agama, dengan sasarannya yaitu santri putus sekolah yang berada di
pondok pesantren Salaf, dan memiliki tujuan untuk memberi kesempatan
kepada santri yang putus sekolah (drop out) atau tidak memiliki
ijazah/STTB SMP atau yang sederajat, agar memiliki kompetensi dan
192
kualifikasi sama dengan program Wajar Dikdas pada pondok pesantren
Salafiyah tingkat Wustha.
Tujuan pengelola pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu
menyelenggarakan program Wajar Dikdas diantaranya disesuaikan dengan
tujuan dalam pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu yaitu “untuk
mencetak muslim yang alim dan amil”, dengan melestarikan dan
mempertahankan kemurnian ajaran Islam dengan paham Ahl Sunnah wal
Jama’ah dan meningkatkan pemberdayaan umat. Sebagaimana yang
dikatakan KH. Sholahudin Humaidullah bahwa santri pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu, setelah lulus dari pondok pesantren diharapkan
mereka mengabdi di masyarakat tidak hanya mengamalkan ilmu agama saja
tapi juga sukses dengan bidang yang lain. Seperti sampai saat ini santri
lulusan dari pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu telah ada yang
bekerja menjadi DPR, guru, bekerja di instansi pemerintah, dan
sebagainya.44
Tetapi walaupun pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu merespon SKB, pondok pesantren Salafiyah APIK tetap tidak
meninggalkan keasliannya sebagai pondok pesantren Salafiyah.
Selain itu tujuan adanya Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu yaitu banyaknya santri yang putus sekolah, hal tersebut
menjadi pertimbangan bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang penting
44
Wawancara KH. Sholahuddin Humaidullah , Tanggal 17 November 2011
193
bagi anak bangsa, sehingga selain ijazah pondok pesantren, ijazah formal
perlu dimiliki oleh santri.
Berdasarkan alasan tersebut di atas, pengelola pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu menyelenggarakan program Wajar Dikdas yang
diprogramkan oleh Kementerian Agama. Diharapkan tidak ada lagi santri
yang putus sekolah dan mereka bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang
yang lebih tinggi.
6. Pelaksanaan Wajar Dikdas di Pondok Pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu
Pelaksanaan Wajar Dikdas dimaksud adalah aplikasi Wajar Dikdas
dalam lingkup kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu. Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah APIK
diwajibkan kepada seluruh santri mulai dari awal masuk pondok pesantren.
Prosedur pelaksanaan Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu, saat akan mendaftar masuk ke pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu, santri diwajibkan untuk membawa ijazah
terakhir yang dimiliki. Sehingga akan diketahui tingkat pendidikan
terakhir yang dimiliki dari masing-masing calon santri yang akan masuk
ke dalam pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu.
Sebelum tahun 2010, sekitar 20% calon santri yang mendaftar di
pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu usia nya telah melebihi usia
anak-anak di sekolah formal pada umumnya. Namun sejak tahun 2010,
rata-rata calon santri pondok pesantren Salfiyah APIK Kaliwungu banyak
194
yang lulus dari SD langsung memilih untuk belajar di pondok pesantren.
Seperti Muhammad Taufiq Hidayat salah satu santri kelasIX, ia mulai
masuk pondok pesantren APIK Kaliwungu mulai umur 12 Tahun dan baru
lulus dari MI berdasarkan atas usulan orang tuanya.45
Program Wajar Dikdas di pondok pesantren APIK Kaliwungu
memiliki susunan pengurus yang bertanggung jawab terhadap
berlangsungnya Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah APIK
Kaliwungu. Setiap pengurusnya memiliki tugas masing-masing yaitu KH.
M. Sholahuddin Humaidullah adalah sebagai pemimpin, selain sebagai
kyai di pondok pesantren APIK Kaliwungu, setiap program pengajaran
yang akan dilaksanakan di pondok pesantren APIK Kaliwungu harus
seijin KH. M. Sholahuddin Humaidullah. Sedangkan KH. Ghufron
Humaidullah adalah sebagai wakil dari KH. M. Sholahuddin
Humaidullah dalam menjalankan program Wajar Dikdas.
KH. A. Fadlullah AT menantu dari KH. Imron bertugas sebagai
penanggung jawab setiap program yang akan dilaksanakan, karena beliau
adalah merupakan seorang yang dipercaya sebagai penghubung dengan
Kementerian Agama dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan
Wajar Dikdas.46
Selanjutnya pengelola lainnya seperti sekertaris, bendahara, kepala
sekolah, tata usaha adalah orang-orang yang diberi kepercayaan untuk
45
Wawancara dengan Taufiq (santri), Tanggal 13 April 2012 46
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012
195
membantu sehingga terlaksananya Wajar Dikdas di pondok pesantren
APIK Kaliwungu. Adapun pelaksanaan program Wajar Dikdas di pondok
pesantren APIK Kaliwungu sebagai berikut;
a. Mata Pelajaran Program Kejar Paket B dan C
Mata pelajaran merupakan syarat utama dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah, baik formal maupun non formal, begitu juga
Wajar Dikdas yang berada di pondok pesantren APIK Kaliwungu.
Tenaga pengajarnya berdomisilin di pondok pesantren APIK
Kaliwungu, terkecuali mata pelajaran Bahasa Inggris yang di ampu oleh
M. Tasif S.Pd. tidak berdomisilin di pondok pesantren. Namun M. Tasif
S.Pd. termasuk dari keluarga Dalem (keluarga kyai). Tenaga pengajar
Bahasa Inggris diambil dari luar pondok pesantren, karena di dalam
pondok pesantren APIK Kaliwungu masih jarang atau tidak ada yang
menguasai Bahasa Inggris, dan materi Bahasa Inggris, dianggap oleh
santri adalah salah satu materi tersulit. Dengan alasan santri kurang
memiliki kosa kata Bahasa Inggris, sehingga sulit untuk menerima mata
pelajarannya.47
Mata Pelajaran sebagaimana tersebut di atas, diberikan sesuai
dengan jadwal pelajaran yang satu tahunnya dibagi dua semester,
masing-masing semesternya mengikuti jadwal sekolah pondok pesantren
APIK Kaliwungu yaitu dengan menggunakan kalender Hijriyah. Mata
pelajaran yang diberikan dalam satu minggu hanya 3 hari yaitu hari
47
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012
196
Senin, Kamis dan Jum`at, pada malam hari dimulai jam 22.00 WIS
(waktu Istiwa) dan siang dimulai jam 13.00 WIS. Setiap waktu yang
digunakan untuk proses belajar mengajar Wajar Dikdas sekitar kurang
lebih satu jam, karena dimulainya setelah selesai mata pelajaran pondok
pesantren. Sedangkan untuk hari Jum`at bisa lebih dari satu jam, dengan
pertimbangan hari Jum`at adalah hari libur bagi santri untuk pelajaran
pondok pesantren.
Pemberian materi dalam setiap jam pembelajarannya hanya satu
materi, dengan buku paket yang di subsidi oleh Kementerian Agama.
Namun Sejak tahun 2010 atas usulan dari Ustadz Khudori Khoiron,
materi pelajaran diberikan dengan memakai Latihan Kerja Siswa (LKS),
dengan pertimbangan semangat belajar santri kurang, fasilitas kurang
memadai, jadwal pesantren penuh (dari setelah subuh hingga malam).
Dengan kondisi demikian, akan lebih efektif proses belajar mengajar
diberikan dengan menggunakan metode latihan.48
LKS yang digunakan
di dapat dari toko sekitar PPS APIK Kaliwungu, dengan pertimbangan
LKS tersebut dianggap yang terbaik dari LKS lainnya di sekitar pondok
pesantren APIK Kaliwungu. LKS ini dapat langsung dimiliki oleh santri
secara gratis, dikarenakan telah mendapatkan dana BOS dari pemerintah,
selain itu setiap santri tidak juga dipungut biaya pendidikan Wajar
Dikdas.
48
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012
197
Santri yang mengikuti pendidikan Wajar Dikdas di pondok
pesantren APIK Kaliwungu rata-rata satu kelas dibagi menjadi 20-40
santri. Masing-masing kelas menyesuaikan dengan pembagian kelas di
MSMH pondok pesantren APIK Kaliwungu.
b. Evaluasi Wajar Dikdas
Evaluasi (penilaian) sebagai bagian proses belajar mengajar adalah
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan
tentang kegiatan dan hasil belajar warga belajar yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Evaluasi ini bertujuan untuk
menentukan tingkat ketercapaian tujuan pendidikan dan atau tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, Garis-garis
program Pembelajaran (GBPP) atau dalam perangkat kegiatan
pembelajaran lainnya.
Fungsi evaluasi dalam pembelajaran adalah sebagai acuan guna
perbaikan kegiatan belajar, menentukan kenaikan kelas dan kelulusan,
alat seleksi dan penempatan, serta dapat menjadi motivasi.
Pengelolaan evaluasi diberikan dengan cara memberikan tes
kepada santri. Evaluasi Wajar Dikdas di pondok pesantren APIK
Kaliwungu, dilakukan dalam setiap semester yang dikoordinir oleh
Kelompok Kerja (POKJA) Wajar Dikdas pondok pesantren Salafiyah
yang berada di Kendal.
198
Secara managerial, pembinaan dan bimbingan pelaksanaan
program Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah dilaksanakan oleh
POKJA, adalah tim yang terdiri dari aparat Kementerian Agama dan
instansi terkait yang bertugas membantu terselenggaranya dengan sukses
program Wajar Dikdas pada pondok pesantren Salafiyah dari
perencanaan, pelaksanaan, supervisi, monitoring dan evaluasi
(Departemen Agama, 2002: 7).
POKJA Wajar Dikdas pondok pesantren Salafiyah di Kabupaten
Kendal, berfungsi mengkoordinir kegiatan Wajar Dikdas dalam pondok
pesantren Salafiyah secara bersamaan. Diantaranya setiap Tri Wulan
diharapkan masing-masing pondok pesantren Salafiyah melaporkan ke
Kementerian Agama lewat POKJA, diantaranya yang dilaporkan data
santri yang masuk dan keluar, rekap data santri yang akan mengikuti
ujian nasional.
Selain itu setiap diadakannya ujian semester, pembuatan soal ujian
dibuat secara koordinir sehingga diharapkan Wajar Dikdas di pondok
pesantren Salafiyah Kabupaten Kendal dapat kesamaan evaluasinya.
Hasil evaluasi dalam bentuk raport yang dimiliki oleh masing-masing
santri, di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu raport tersebut
tidak dibagikan, dengan alasan dikawatirkan akan hilang jika diberikan
kepada santri.49
49
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012
199
Akhir pendidikan Wajar Dikdas dilakukan penilaian ujian tahap
akhir atau dinamakan ujian nasional. Penilaian ujian nasional ini berlaku
untuk mata pelajaran PPKN, Matematika, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, dan IPA. Sebelum ujian akhir dilaksanakan Kementerian Agama
mengadakan Try Out kepada santri, dengan tujuan untuk mengenalkan
santri materi yang akan diujikan, model soal dalam bentuk cek point, dan
cara mengisi lembar jawaban.
Penyusunan alat ujian, termasuk kisi-kisi dan soal-soal ujian akhir
dan pelaksanaan ujian akhir diatur oleh keputusan dari Kementerian
Agama. Hasil penilaian belajar tahap akhir sebagai bahan pertimbangan
kelulusan warga belajar dan pemberian Surat Tanda Tamat Belajar
(STTB) yang menyatakan bahwa telah menyelesaikan studi Wajar
Dikdas pada tingkat Wustha, dan dapat digunakan untuk mendaftar
kejenjang berikutnya. Syarat mengambil ijazah di pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu, selain membayar sendiri ijazah Wajar
Dikdas, ijazah yang sudah ada diberikan jika santri tersebut telah
menyelesaikan di MSMH pondok pesantren APIK Kaliwungu. Jika
belum lulus dari MSMH, santri tidak diperbolehkan mengambil ijazah
Wajar Dikdas.
Penyelenggaraan ujian akhir di pondok pesantren Salafiyah APIK,
dengan menginduk di MTs Brangsong, namun ruang ujian tetap berada di
pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu. Jadwal pelaksanaan ujian
Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah, tidak bersamaan dengan
200
sekolah pada umumnya. Biasanya pelaksanaannya lebih akhir atau selisih
beberapa minggu dengan ujian di sekolah pada umumnya. Adanya waktu
ujian nasional yang berbeda, hal ini memberi kesempatan pada peserta
ujian di sekolah umum, yang belum lulus untuk mengikuti ujian ulang
nasional yang di selenggarakan di pondok pesantren Salafiyah.50
Pelaksanaan uji coba (try out) diadakan oleh Kementerian Agama.
Ujian try out ini memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan
santri dalam menghadapi ujian nasional. Namun hasil ujian uji coba
tersebut bukan sebagai patokan akhir untuk menilai bahwa santri tersebut
dapat mengerjakan soal ujian nasional. Hasil ujian ada tahun 2008, santri
yang mengikuti ujian nasional tidak seratus persen lulus pada akhir ujian
nasional.
50
Wawancara dengan Ust. Khudhori Khoiron, Tanggal 13 April 2012