32
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dikemukakan pembahasan
dan analisis hasil penelitian dari data yang telah
diperoleh dan diolah. Adapun analisis dan pembahasan
tersebut di gunakan untuk menjawab penelitian yang
ada.
4.1 Profil Perusahaan
4.1.1 Sejarah PT. Daya Manuggal
Sejarah pendirian Grup Argo Manuggal diawali
sejak tahun 1949 oleh Bapak The Ning King yang
berawal dari sebuah perusahaan kecil dibidang tekstil.
Pada tahun 1961, Bapak The mendirikan pabrik
tekstilnya yang pertama di Salatiga, Jawa Tengah
dengan nama PT. Daya Manuggal. PT. Daya Manuggal
Salatiga merupakan 72 cabang perusahaan yang
tergabung dalam Argo Manuggal Group yang berkantor
pusat di Jakarta. PT. Daya Manuggal Salatiga adalah
salah satu perusahaan tekstil penghasil benag, grey
dan kain di Indonesia. PT Daya Manuggal berdiri pada
tanggal 17 Febuari 1961 dan terletak di Jalan
Argobusono No. 1 Kelurahan Ledok Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga dengan Akte Notaris
No.13/1961, hingga kini lokasi perusahaan tidak
33
pindah tempat. Pada awal berdiriannya, PT. Daya
Manuggal Salatiga hanya memiliki 200 mesin
konvensional jenis 1511.44 dengan jumlah karyawan
sebanyak 150 orang. Pada saat itu modal awal PT. Daya
Manuggal Salatiga hanya sebesar Rp.10.000.000,-.
Mulai berproduksi pada tahun 1962 dengan
menghasilkan produk kain grey jenis cotton. Seiring
dengan perkembangan dan perluasan pabrik saat ini
mencapai luas pabrik 349,725 m2 dan luas bangunan
79.19401 m2 dengan jumlah tenaga kerja ± 2800 orang
(Januari 2014), disertai dengan penambahan mesin-
mesin cangih Damatex mampu menigkatkan hasil
produksi dari serat/kapas menjadi benag sampai
dengan kain jadi.
Tujuan didirikannya PT.Daya Manuggal yaitu :
Mendapatkan keuntungan ; Membantu pemerintah
dalam menyediakan lapangan kerja ; Membantu
pemerintah dalam menyediakan bahan sandang bagi
masyarakat ; Membantu pemerintah dalam penigkatan
ekspor non migas. Hasil produksi diexpor keberbagai
negara di dunia seperti : Argentina, Amerika, Australia,
Bangkok, China, Jepang, Jerman, Hongkong, Italy,
Korea, Laos, Malaysia, Philipina, Saudi Arabia,
Singapur, South Afrika, Tailand, Vietnam dan
Srilangka.
34
4.1.2 Departement Spinning
Pada penelitian ini peneliti diberi kesempatan
untuk melakukan penelitian pada Departement
Spinning, setelah mengajukan proposal penelitian pada
tanggal 28 Agustus dan peneliti mulai melakukan
penelitian dari tanggal 28 Oktober 2015 setelah adanya
konfirmasi dari PT. Daya Manuggal. Namun, sampel
dalam penelitian ini, diambil pada waktu shift pagi,
sehingga koisioner yang di sebarkan sebanyak 70
responden, dan mewawancarai 6 responden termasuk
dalam 70 responden, yang dipilih secara acak. Saat ini
jumlah di Departement Spinning PT. Daya Manuggal
sebanyak 546 buruh/pekerja, terdiri dari 363
buruh/pekerja laki-laki dan 213 buruh/pekerja
perempuan. Departement Spinning terdiri dari dua unit,
yaitu Spinning unit 1 dan 2, Departement spinning
mulai beroperasi pada bulan sejak awal April tahun
1990. Kapasitas produksi 3315 Bale per bulan, jenis
benang yang diperoduksi antara lain: 100% cotton
combed Ne 16.60 (CM60), 100% Cotton carded Ne 16.40
(CE 40), Poly/Cotton combed 65/35 Ne 30-45 (TC
45/TC 30), Poly/cotton combed 45/55 Ne 30-55 (CVC
45) danb Poly cotton carded 65/35 Ne 12-20 (CE 20).
Proses produksinya yaitu memintal kapas, berasal dari
serat alam yang diimpor dari Amerika Seikat, Australia.
35
Pakistan, Cina, Afrika Timur dan Barat, Mesir
serta sebagian kecil hasil panenan dari Indonesia serta
Polyester, berasal dari serat buatan. Presentase
penjualan export 60% ke Jepang, Korea Selatan,
Malaysia, Lokal 40%. Jenis waste (pembuangan) padat
berupa : waste kapas, kawat karung, karton box, tali
plastik dan waste cair berupa H2SO4.
36
4.1.3 Alur Proses Pemintalan
37
1. Bahan Baku :
Dibedakan menjadi dua macam :
a. Bahan baku kapas adalah bahan baku benag
yang berasal dari serat alam diimport dari USA,
Australia, Uzbekistan dan India.
b. Bahan baku Polyester adalah bahan baku benag
yang berasal dari serat buatan (Man Made Fiber)
dari Indonesia
Fungsi :
a. Bahan baku kapas untuk pembuatan benag 100%
kapas dari Ne 16 s/d 100 Combed maupun
Carded. Untuk bahan pembuatan benag
campuran (blended) Polyester + Kapas (65 % dan
35 %) atau bahan Polyester + Kapas (45% dan
55%).
b. Bahan baku Polyester, merupakan jenis bahan
baku campuran untuk pembuatan benag
campuran (blended).
2. Gudang Bahan Baku
Gudang bahan baku adalah suatu tempat atau
bangunan yang khusus untuk menyimpan bahan
baku kapas dan polyester.
a. Fungsi :
- Menimbang kembali bahan baku yang
masuk ke gudang.
38
- Menyusun dan mengelompokkan bahan
baku berdasarkan jenisnya.
- Menyimpan sementara persediaan bahan
baku sebelum diproses di unit pemintalan
(2 bulan).
b. Tujuan :
- Untuk mengecekkan ulang apakah barang
yang dikirim sesuai dengan yang dipesan.
- Untuk memudahkan stock opname
pengambilan pada saat bahan baku
tersebut akan dipakai.
3. Bagian Pembuka Bale (Open Bale)
Open bale adalah bagian yang bertugas mengatur
pemasukan bahan baku kapas dan polyester dari
gudang ke unit pemintalan.
a. Fungsi :
- Membuka bale kapas dan polyester dengan
cara memutus kawat pengikat.
- Mengatur urutan komposisi bale kapas dan
polyester mixing (kurang lebih 10 s/d 12
bale).
b. Tujuan :
- Agar kapas dan polyester mengalami
pengembangan, regain tercapai sehingga
-
39
4. Penempatan Bahan Baku Di Samping Lattice
Tempat untuk meletakkan bahan baku yang siap
diproses pada awal memintal. Bertujuan untuk
memudahkan pekerjaan pada saat pengambilan bahan
kapas atau polyester yang akan diletakkan di lattice
(feeding).
5. Mesin Blowing
a. Creeper Lattice (CL) adalah bagian awal Blowing
yang berfungsin untuk meletakkan bahan baku
kapas yang akan diproses menurut atau standar
dari jenis kapas tiap-tiap bale sesuai dengan
prose yang dikehendaki.
b. Bale Mixer (BX 3), berfungsi sebagai pembuka
dan pencampur kapas yang disuapkan dari
bagian CL.
c. Fan Condersor berfungsi sebagai penghisap
kapas, membuat kotoran serat pendek.
d. Evener Cleaner (EC 3) untuk mengirim atau
menyuap dan membersihkan kotoran kapas,
seperti daun kering dan ranting-ranting kapas.
e. Fine Opener (FO) untuk mencabik-cabik kapas
dengan beater dan membersihkan dari kotoran
yang terbawa dari EC 3.
40
f. Two Way Distributor (TWD) untuk membagi kapas
yang disuapkan dari FO ke dua KD dengan
sistem pembalance.
g. Fan Condensor (KD) untuk menghisap kapas
yang disuapkan oleh mesin FO dan membuang
abu kapas serta serat pendek oleh perforatecage
(fungsinya sama dengan KD, disini hanya
melanjutkan proses dari bagian FO).
h. Ever Cleaning Feeder (ECF) untuk melakukan
penyetelan, penyuapan jumlah feeding kapas ke
bagian SW 4.
i. Single Cage Scutcher (SW 4) untuk mencabik dan
menggaruk kapas, membersihkan kotoran yang
masih tersisa dari mesin ECF serta untuk
menggulung lap.
j. Lap Scalle (TWM-3N), untuk menimbang lap
yang dihasilkan dari bagian SW 4 dan
mengontrol keadaan berat lap, supaya
senantiasa dalam keadaan standart yang
diinginkan.
6. Mesin Carding adalah mesin yang bekerja untuk
melakukan penggarukan terhadap lap hasil mesin
Blowing.
Fungsi :Untuk membersihkan kotoran-kotoran yang
masih terbawa oleh lap yang belum hilang pada
proses blowing.
41
- Untuk menguraikan serat-serat dalam
bentuk gumpalan menjadi serat individu.
- Untuk menghasilkan silver carding.
7. Mesin Pre Drawing adalah mesin yang bekerja
dengan melakukan perangkapan dan perenggangan
terhadap silver carding yang disuapkan.
Fungsi :
- Untuk mensejajarkan seral didalam silver.
- Untuk memperbaiki kerataan silver.
- Untuk menghasilkan silver Pre Drawing.
8. Mesin Lap Former adalah mesin yang khusus
memproses silver Pre Drwaning (cotton) menjadi lap
combing yang berat rata-ratanya = 50 gram/yds.
Fungsi :
- Untuk merubah masa kapas dalam bentuk silver
menjadi lap.
- Untuk menghasilkan lap combing.
9. Mesin HL adalah mesin yang memproses silver
carding kapas (cotton) menjadi lap combing.
Fungsi : Untuk merubah masa kapas dalam bentuk
silver menjadi lap dan untuk menghasilkan lap
combing.
10. Mesin Combing adalah mesin yang bekerja untuk
melakukan penyisiran terhadap lap combing dari
mesin lap former.
Fungsi :
42
- Untuk memisahkan serat pendek dan serat
panjang.
- Untuk mensejajarkan serat panjang didalam
silver.
- Untuk menghasilkan silver combing.
11. Mesin Drawing adalah mesin yang bekerja untuk
melakukan penyisiran terhadap lap combing dari
mesin lap former.
Fungsi :
- Untuk memperkecil masa silver menjadi
benag dengan cara peregangan, pemilinan
(twist) dan penggulungan pada setiap spindle.
- Untuk menghasilkan benang single sesuai
nomor yang dikehendaki.
Keterangan : proses mesin blowing sampai
roving tersebut diatas adalah merupakan
persiapan memintal benag.
12. Mesin Ring Spinning adalah mesin yang bekerja
untuk melakukan peregangan pilinan dan
penggulungan benang.
Fungsi :
- Untuk memperkecil benang roving menjadi
benang dengan cara perenggangan, pemilinan
(twist) dan penggulungan pada setiap spindel.
- Untuk menghasilkan benang single sesuai
dengan nomor yang dikehendaki.
43
Keterangan : pada mesin ring spinning ini
dapat diketahui mata pintal (spindle) pada
suatu pebrik pemintalan.
13. Mesin Winding adalah mesin yang bekerja untuk
menyambung benang hasil produksimesin ring
spinning dengan cara twisting dengan panajang
benag yang ditentukan untuk proses selanjutnya di
tenun (weaving) dan perajutan (knitting).
Fungsi : Untuk memperbaiki mutu benang,
khususnya keratan benang hasil mesin ring
spinning ;Untuk menggulung benang hasil ring
spinning menjadi bentuk cone atau cheese.
14. Seleksi Benang Produksi Mesin Winding adalah
suatu kegiatan untuk melakukan pemisahan
benang secara visual antara benang normal
dengan benang tak normal.
Fungsi : Untuk mengetahui apakah bentuk
gulungan benang dalam cheese ada yang cacat, ;
untuk menseleksi berat benang yang diluar berat
standar, untuk mengetahui apakah ada perbedaan
warna benang (check denganmata dan black light),
untuk menentukan benang yang sudah diseleksi
atau benang standar yang siap di packing ;
menentukan jumlah berat per bale benang (1 bale
= 181,44 kg).
44
15. Mesin Heat Setter adalah mesin pemanas dengan
menggunakan uap panas yang diperlukan khusus
untuk blended, baik benang jenis TC maupun CT
(perbedaan benang TC maupun CT terletak pada
prosentase mixing antara bahan baku polyester
dan cotton).
Steam berlangsung selama 10 s/d 15 menit
dengan suhu 90-110 C, yang berfungsi untuk
menstabilkan twist yang sekaligus menghilangkan
skringkel pada benang tersebut.
45
4.2 Profil Responden
Bila dilihat dari karakteristik responden
berdasarkan hasil penelitian dilapangan terhadap
buruh/pekerja perempuan di Departement Spinning,
PT. Daya Manuggal Salatiga. Karakteristik responden
diperoleh dengan membagikan koisioner kepada
buruh/pekerja perempuan di PT. Daya Manuggal
Salatiga pada Departement Spinning. Secara
keseluruhan berjumlah 70 buruh/pekerja perempuan
pada Departement Spinning. Dari 70 Koisioner yang
dibagikan sebagai data penelitian namun hanya 67
kuisioner yang kembali. Sisa 3 koisioner yang kembali
dengan keterangan 3 orang tidak mengisi, hanya
mencantumkan nama saja. Rata-rata usia responden
buruh/pekerja perempuan dalam penelitian ini
memiliki rentang usia terbesar antara 20-50 tahun
sebanyak 67 orang. Sebagian besar responden
buruh/pekerja perempuan terdapat pada kelompok
usia 44-50 tahun (usia tua), yaitu sebanyak 41 orang
dengan tingkat pendidikan antara SMP & SMA
sebanyak 39 orang.
46
Dalam deskripsi karakteristik reponden tersebut
disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2.1
Data Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia dan Pendidikan
Pnd_Terakir Total
Sarjana SD SMP SMA
Interval_
Umur
20-25 0 0 0 6 6
26-31 0 0 0 3 3
32-37 1 0 0 10 11
38-43 0 0 3 3 6
44-50 0 2 13 26 41
Total 1 2 16 48 67
Sumber : Data primer yang diolah, 2015.
Rata-rata usia responden buruh/pekerja
perempuan dalam penelitian ini memiliki rentang usia
terbesar antara 20-50 tahun sebanyak 67 orang.
Sebagian besar responden buruh/pekerja
perempuan terdapat pada kelompok usia 44-50 tahun
(usia tua), yaitu sebanyak 41 orang dengan tingkat
pendidikan antara SMP & SMA sebanyak 39 orang.
Sedangkan responden yang berusia 20-25 tahun (usia
muda), jumlahnya relatif kecil yaitu sebanyak 6 orang
(usia muda), dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak
6 orang.
47
Responden dengan tingkat pendidikan SD
sebanyak 2 orang , dan pada tingkat pendidikan S1
sebanyak 1 orang. Dari karakterristik reponden
tersebut, kelompok usia 44-50 tahun (usia tua) lebih
banyak mendominasi dari pada kelompok usia muda
dan rata-rata tingkat responden adalah SMA.
Rata-rata usia responden buruh/pekerja
perempuan dalam penelitian ini memiliki rentang usia
terbesar antara 20-50 tahun sebanyak 67 orang.
Sebagian besar responden buruh/pekerja perempuan
terdapat pada kelompok usia 44-50 tahun (usia tua),
yaitu sebanyak 41 orang dengan tingkat pendidikan
antara SMP & SMA sebanyak 39 orang. Sedangkan
responden yang berusia 20-25 tahun (usia muda),
jumlahnya relatif kecil yaitu sebanyak 6 orang (usia
muda), dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 6
orang. Responden dengan tingkat pendidikan SD
sebanyak 2 orang , dan pada tingkat pendidikan S1
sebanyak 1 orang. Dari karakterristik reponden
tersebut, kelompok usia 44-50 tahun (usia tua) lebih
banyak mendominasi dari pada kelompok usia muda
dan rata-rata tingkat responden adalah SMA.
48
Tabel 4.3.1
Data Karakteristik Responden
Berdasarkan Status
Status Total
Belum
Menikah
Janda Menikah
Umur
20-25 2 0 4 6
26-31 0 0 3 3
32-37 0 0 11 11
38-43 0 0 6 6
44-50 1 1 39 41
Total 3 1 63 67
Sumber : Data Primer yang diolah, 2015.
Dari tabel 4.2.1, secara keseluruhan responden
buruh/pekerja perempuan sebanyak 63 orang telah
menikah, responden dengan status belum menikah
sebanyak 3 orang dan responden dengan status janda
sebanyak 1 orang. Kelompok usia 44-50 tahun
sebanyak 39 orang relatif lebih banyak dari pada
kelompok usia muda 20-25 tahun sebanyak 3 orang.
49
Sumber Data Primer yang diolah, 2015.
Dari tabel 4.4.1, Status kerja responden terbagi
menjadi dua yaitu ; pekerja kontrak dan pekerja tetap.
Secara keseluruhan responden sebanyak 67 orang,
responden yang berstatus tetap sebanyaj 59 sedangkan
resonden yang berstatus kontrak sebanyak 8 orang.
Rata-rata kelompok usia 44-50 tahun dengan status
kerja tetap sebanyak 41 orang relatif lebih banyak,
sedangkan kelomopok usia 20-25 tahun dengan status
kerja kontrak sebanyak 6 orang relatif lebih rendah.
Tabel 4.4.1
Data Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia & Status Kerja
Status_Kerja Total
Pekerja
Kontrak
Pekerja
Tetap
Umur
20-25 6 0 6
26-31 1 2 3
32-37 1 10 11
38-43 0 6 6
44-50 0 41 41
Total 8 59 67
50
1.3 Hasil Penelitian
Data karakteristik responden diperoleh ketika
peneliti melakukan wawancara dengan responden
buruh/pekerja perempuan pabrik pada Departement
Spinning di PT. Daya Manuggal Salatiga. Secara
keseluruhan jumlah buruh/pekerja sebanyak546
buruh/pekerja, yang terdiri dari 363 buruh/pekerja
laki-laki dan 213 buruh/pekerja perempuan, yang
merupakan gabungan dari dua unit spinning I dan
spinning II. Dari 213 buruh/pekerja perempuan,
peneliti memilih 6 responden yang bekerja pada shift
pagi 06.00-13.00 WIB di spinning I.
4.3.1 Gambaran Kondisi Buruh Perempuan
Pada Departement Sinning 1 buruh/pekerja
perempuan yang bekerja pada shift pagi sebanyak 70
orang. Namun peneliti memilih 6 responden dari 70
orang tersebut yang diambil secara acak dan yang
mewakili 6 unit kerja. Hasil wawancara dari 6
responden tersebut akan di dukung dengan olah data
statistik deskriptif dengan hitungan angka yang berupa
tabel, diagram, persen. Hasil analisis dari wawancara
akan didukung dengan analisis statistik deskriptif
berupa angka dan persen. Buruh/pekerja yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu yaitu : buruh/pekerja
pabrik yang sudah menikah, lama kerja minimal 1
tahun kerja , sudah berkeluarga. Responden dipilih
51
langsung oleh pimpinan setempat dan responden yang
dipilih terdiri dari 3 pekerja tetap dan 3 pekerja
kontrak. Responden 1-6 bekerja di unit kerja atau
bagian kerja yang berbeda-berda sesuai dengan
permintaan peneliti agar dapat menjawab persoalan
penelitian . Begitu juga dengan 3 pekerja tetap dan 3
pekerja kontrak agar peneliti dapat menjawab
persoalan penelitian.
Tabel 4.3.1 Profil Responden Pekerja Tetap dan Kontrak
Nama/
Kode
Umur Pendidik
an
Lama
Kerja
Bagian
Pekerjaan
Status
Kerja
Jmlh
Anak
R1 - D1
AMIKA
15 thn 11 Tahun
Oprator
CDR & 4
Tahun
Administra
si
Tetap 1
Anak
R2 47 thn SMA 25 thn Maintenanc
e Ring
Tetap 2
Anak
R3 48 thn SLTA 25 thn Operator
CDR
Tetap 3
Anak
R4 23 thn SMA 5 thn Operator
Winding
Kontra
k
2
bulan
hamil
R5 33 thn SMA 5 thn Blowing Kontra
k
R6 22 thn SMA 1 ½
thn
Quality
Control
Kontra
k
7 bln
hamil
Ket : Identitas responden diketahui peneliti dan pembimbing
,(Sumber : Data Primer).
Pada Departement Spinning terbagi menjadi 14
bagian kerja, namun pada penelitian ini hanya memilih
6 orang responden yang diambil dari enam unit bagian
kerja.
52
4.3.2 Pengupahan
Upah merupakan salah satu hak normatif
buruh/pekerja atau hak dasar buruh/pekerja. Upah
yang diterima oleh buruh/pekerja di PT.Daya Manuggal
Departement Spinning merupakan bentuk prestasi
kerja dari pengusaha. Prestasi kerja tersebut di
wujudkan dalam bentuk uang atas jasa yang telah
dilakukan oleh buruh/pekerja. Tujuan persoalan
penelitian yang pertama adalah untuk mendapatkan
gambaran secara umum tentang Kualitas Kehidupan
Kerja (Quality Of Worklife) di pabrik. Dengan
mengunakan tiga indikator dalam pengukuran Kualitas
Kehidupan Kerja diantaranya yaitu : sistem imbalan
yang inovatif ; lingkungan kerja ; restruksi kerja.
Berdasarkan hasil penelitian, sistem ibalan yang
inovatif (pengupahan), sesuai dengan standar hidup
buruh/pekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
upah/gaji pokok yang diterima oleh buruh/pekerja
pada PT.Daya Manuggal di Departement Spinning
sebesar Rp.1,400,000/bulan. Selain itu juga
perusahaan menjamin kesejahteraan buruh/pekerja
dengan memberikan tunjangan-tunjangan, cuti, premi,
jamsostek, BPJS, BP Manuggal, upah lembur, THR dan
fasilitas-fasilitas untuk menunjang kesejahteraan
buruh/pekerja pabrik.
53
Berdasarkan hasil wawancara, dari masing-
masing informan R1,R2,R3,R4,R5 dan R6 bahawa
perolehan upah rata-rata perbulan yang diterima oleh
pekerja/buruh perempuan, masih berada dibawah
ketentuan perundang-undangan yang mengatur Upah
Minimum Kota yang sesuai dengan standar hidup
karyawan dan standar pengupahan yang berlaku
berdasarkan wilayah. Jumlah upah yang diterima oleh
buruh/pekerja perempuan juga sama dengan jumlahj
upah yang diterima oleh buruh laki-laki. Berikut
penuturan dari responden 1 (R1) adalah karyawan
tetap (PKWT) dengan masa kerja 15 tahun dan
responden 4 (R4) adalah karyawan tidak tetap
(Kontrak/PKWTT) dengan masa kerja 5 tahun.
Berikut penuturan R1/Tetap :
“UMK sekarang Rp. 1.290.000, gaji pokok Rp.1,400,000.”
Berikut penuturan R4/Kontrak :
“Gaji saya Rp. 1.400,000 , diatas UMK.”
Penetapan Upah Minimum Kota (UMK) Salatiga
yaitu Rp 1.287.000 sementara rata-rata jawaban
responden R1-6 dalam hasil wawancara menunjukkan
bahwa upah yang diterima diatas standar pengupahan
atau di atas UMK (Upah Minimum Kota) dan gaji pokok
yang di terima pada umumnya sebesar Rp. 1.400,000.
54
Namun ada perbedaan pemberian upah pada
responden 5 (R5) adalah sebagai karyawan kontrak
dengan masa kerja 5 tahun .
Berikut penuturan R5/Kontrak :
“Perbulannya Rp. 1.290,000, kalau UMK 1.290.000 itu
UMK”
Pada penuturan sebelumnya, R4 menerima upah
sebesar Rp. 1,400,000, sedangkan R5 menerima upah
sebesar Rp.1.290,00, hal ini menunjukkan adanya
ketidak seimbangan upah antara R4 dan R5, padahal
R4 dan R5 sama-sama karyawan kontrak dengan lama
kerja yang sama selama 5 .Kemudian dalam proses
wawancara selanjutnya pada Responden (R6/Kontrak)
dengan masa kerja satu setengah tahun. Berikut
penuturan R6/Kontrak :
“Gaji bersih Rp 1.290.000”
Pada hasil wawancara tersebut ditemukan
adanya ketidak seimbangan upah dengan masa kerja
yang berbeda antara R4 , R5 dan R6. Responden (R4)
yang adalah karyawan kontrak dengan masa kerja 5
tahun menerima upah sebesar Rp 1.400.000,
sedangkan R5 dengan masa kerja 5 tahun menerima
upah sebesar Rp.1.290.000, pemberian upah ini juga
berlaku bagi R6 dengan masa kerja satu setengah
55
tahun. Walaupun upah yang diberikan tidak seimbang,
namun pemberian upah tersebut diberikan di atas UMK
(Upah Minimum Kota). Selain upah/gaji pokok yang
diterima oleh buruh/pekerja perusahaan juga
menunjang dan menjamin kesejahteraan
buruh/pekerja, berikut ini adalah hasil wawancara dari
R1 dan R3.Berikut penuturan R1/Tetap
“Kalau UMK itu khn gaji pokoknya itu khn masih ada
tambahan-tambahan lagi, ada tunjangan-tunjangan lainnya,
ada premi H1, H2. H1 itu haid, H2 itu melahirkan, kalau
premi itu sekitar Rp 20.000. H1 sekitar 105.000, H2 itu
dapatnya dua macam dari perusahaan. Kalau dulu H2
waktu melahirkan anak pertama itu kayaknya sekitar Rp.
150.000 itu dulu 10 tahun yang lalu. Terus ada juga dari
Serikat Pekerja kita dapat Rp.100.000,.”
Selain gaji pokok, perusahaan juga memberikan
tunjangan tambahan yaitu ; premi Rp.20.000, H1 (hak
cuti haid) diberi tunjangan sekitar Rp 105,000, ketika
buruh/pekerja ambil H1 maka buruh/pekerja tersebut
harus melapor ke bagian administrasi kemudian di
ganti dengan klaim berupa uang guna menunjang
kebutuhan buruh/pekerja tersebut. Apabila H1 di
ambil ataupun tidak diambil tentap hak buruh/pekerja
diberi sesuai dengan perjanjian kerja bersama (PKB).
Tunjangan H2 (hak cuti melahirkan) menurut R1, ada
dua macam tunjangan yang diberikan yaitu ; tunjangan
dari perusahaan dan tunjangan dari serikat pekerja
56
(SP). Tentu tunjangan H2 yang diterima oleh R1 pada
10 tahun yang lalu berbeda dengan tunjangan sekarang
tergantung pada tinggkat perekonomian yang
berkembang saat ini. Tunjangan premi menurut R3,
premi khusus diberikan hanya bagi buruh/pekerja
yang bekerja pada malam hari.Berikut penuturan
R3/Tetap :
“UMKnya sama, premi malamnya sama, premi
cutinya sama, hanya terpaut H1 tok. Kalau sift khn ada
premi malam, premi khusus itu kalalu yang disift lho ya.
Kalau premi itu malam tok. Kalau gaji kotor sekitar Rp.
1.400.000, kalau bersih paling Rp.900.000 itu kalau H1
masuk lho mba. H1 dapat Rp.105.000. Gaji bersih Rp
900.000 itu sudah di potong SAS (Simpanan Anak Sekolah)
di ambil setiap semester, SAT (simpanan akir tahun) di ambil
setiap desember, SHR (Simpanan Hari Raya) di ambil setiap
hari raya, masing-masing di tabung Rp.20.000 jadi semua
total potongannya Rp.500.00. H2 di ambil waktu pas
lahiran, tapi sekarang udah ga H2 lagi, H1 ga ambil kalau
pas H2. H2 dikasi sebelum dan sesudah melahirkan.”
Menurut R3, ada keseimbangan upah, premi
malam, premi cuti antara buruh/pekerja perempuan
dan laki-laki, hanya terpaut ada H1 (hak cuti haid).
Buruh/pekerja perempuan yang mengalami masa haid,
akan melaporkan ke bagian administrasi untuk
menganti klaim dengan uang. Sehingga upah yang
diterima buruh/pekerja perempuan lebih besar dari
pada buruh/pekerja laki-laki. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya kesepakatan bersama antara
buruh/pekerja perempuan dengan perusahaan, yang
57
telah disepakati di dalam perjanjian kerja bersama.
Dari wawancara dengan responden kebanyakan
buruh/pekerja perempuan tidak mengambil cuti
haidnya seperti yang dimaksud dalam ketentuan UU
Ketenagakerjaan bahawa setiap buruh/pekerja
perempuan bahwa ; “buruh/pekerja perempuan tidak
boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua
waktu haid. Pengusaha diwajibkan untuk memberikan
waktu istirahat bagi pekerja wanita pada waktu haid,
dengan mendapatkan upah”. Alasan buruh/pekerja
perempuan untuk tidak mengambil H1, karena
buruh/pekerja perempuan lebih senag untuk bekerja
dan juga karena bertemu dengan teman-teman di
lingkungan kerja. Namun ada juga buruh/pekerja yang
mensiyasati waktu hak cuti haid jika ada keperluan
mendadak, maka H1 di ambil. Berikut penuturan
R2/Tetap :
“Laki-laki sama perempuan sama, cuma bedanya
H1, itu juga kalau ga laporan tetap UMK, kalau ada
keperluan ambil H1, ga pernah ambil H1, kalau ga kepepet
kita khn punya hak cuti, kalau hak cutinya habis kita ambil
H1. Kalau ga kepepet gitu khn ga ambil nti khn di ganti
uang.”
Dari paparan R2, menegaskan bahwa , H1 tidak
pernah di ambil tetap di ganti kalimnya dengan uang.
Apabila R2 mengambil hak cuti haidnya (H1), sesuai
dengan ketentuan UU (tidak boleh bekerja pada hari
pertama dan kedua) upah yang diterima tetap sesuai
58
dengan UMK atau tidak dipotong ketika R2 mengalami
H1. Sehingga dapat disimpulakan bahwa, apabila
buruh/pekerja mengalami H1 maka ada keputusan
personal, buruh/pekerja tersebut mau mengambil H1
atau tidak mengambil H1, tetap buruh/pekerja tersebut
mendapatkan hak normatifnya (hak-hak dasarnya).
Selain itu juga, R2 dapat mensiyasati waktu cutinya,
apabila hak cuti tahunan sudah habis maka R2 dapat
menggunakan hak cuti haidnya (H1) jika R2 ada
keperluan-keperluan mendadak dan harus ijin tidak
masuk kerja dengan alasan yang jelas.
Tentu dalam penerapannya perusahaan telah
menjalankan aturan pemerintah, sesuai dengan
ketentuan UU Ketenagakerjaan. Selain bonus berupa
peremi dan juga tunjangan-tinjangan yang diberikan
oleh peerusahaan kepada buruh/pekerja. Perusahaan
juga menjamin kesejahteraan buruh/pekerja dengan
menyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang kinerja
buruh/pekerja. Berikut penuturan R4/Kontrak :
“Fasilitas itu ya ada semua,ada Balai Pengobatan (BP)
Manuggal.”
R4 tidak menyebutkan semua fasilitas yang
disediakan, R4 hanya menyebutkan BP Manuggal atau
Balai Pengobatan Manuggal. Namun R5 menjelaskan
tentang fasilitas dan tunjangan kesejahteraan bagi
buruh/pekerja.
59
Berikut penuturan R5/Kontrak :
“Responden 1-6 bekerja di unit kerja atau bagian
kerja yang berbeda-berda sesuai dengan permintaan peneliti
agar dapat menjawab persoalan penelitian . Begitu juga
dengan 3 pekerja tetap dan 3 pekerja kontrak agar peneliti
dapat menjawab persoalan penelitian.”
Perusahaan juga menjamin keselamatan dan
kesehatan kerja dengan memberikan Jamsostek
(Jaminan Sosial Tenga Kerja) atau yang sekarang
dikenal dengan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial). Selain itu juga, perusahaan menyediakan
fasilitas-fasilitas berupa tempat ibadah bagi umat
muslim umat kristen, BP Manuggal (Balai Pengobatan),
ruangan ASI, kamar mandi, ruang makan, koperasi dan
seragam ( skoret, masker, baju, topi, sepatu) semua
diberikan geratis dari pabrik, pengadaan sepatu kets
selalu diberikan geratis di bagi setiap satu sahun sekali
pada bulan september.
60
4.3.3 Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja terkait dengan penetapan jam
kerja, relasi antara atasan dan bawahan, relasi antara
buruh/pekerja dan juga membahas tentang
keselamatan dan kesehatan kerja. Perolehan data
berdasarkan hasil wawancara dengan responden R1-6,
peneliti mengajukan tujuh pertanyaan kepada
responden yang dalam hal ini diharapkan agar
mendapat gambaran tentang aspek lingkungan kerja.
Dalam hal ini penetapan jam kerja buruh/pekerja pada
umumnya maksimal kerja 7 jam dan 1 jam istirahat,
jadi total jam kerja buruh/pekerja adalah 8 jam dalam
satu hari. Berikut ini adalah deskripsi dari hasil
wawancara dengan responden (R3). Berikut penuturan
(R3/Kontrak) :
“Ya biasa hari ini, kerjanya...nyalakan mesin jam 6 pagi
mesinnya di kontrol terus, setelah itu ya istirahat, sampe
pulang jam 2.”
Penentuan jam kerja pada umumnya telah di
tetapkan dalam peraturan Undang-Undang
Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 Pasal 77 ayat (1)
disebutkan setiap pengusaha wajib melaksanakan
ketentuan waktu kerja satu harinya 8 jam sehari dan
40 jam dalam satu minggu untuk waktu kerja 5 hari
dalam satu minggu. Dalam penerapan jam kerja 8 jam
yang terdiri dari 7 jam kerja dan 1 jam istirahat.
61
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sangat
memperhatikan dan memanfaatkan waktu kerja
buruh/pekerja dengan sebaik-baiknya. Apabila ada
penambahan waktu jam kerja (kerja lembur) maka
perusahaan akan meminta buruh untuk bekerja sekitar
1-2 jam kerja. Jika ada permintaan produksi banyak
maka waktu kerja lembur akan di tambahkan pada sift
yang di tunjuk untuk bertanggung jawab. Adanya
sistem sift ini sangat membantu buruh/pekerja dalam
mengerjakan tugasnya masing-masing. Sistem shift ini
terdiri dari shift pagi pukul 06.00-14.00 WIB, shift
siang pukul 14.00-20.00 WIB dan shift malam pukul
22.00-06.00 WIB. Buruh/pekerja yang bekerja pada
shift pagi akan melanjutkan pekerjaan dari sistem sift
malam, selanjutnya buruh/pekerja yang bekerja pada
shift siang akan melanjutkan pekerjaan dari shift pagi
dan selanjutnya buruh/pekerja yang bekerja pada shift
malam akan melanjutkan pekerjaan dari shift siang
dan seterusnya. Buruh/pekerja yang bekerja pada sift
siang akan melanjutkan lagi pekerjaan dari sift pagi,
demikian juga dengan sift malam akan mengerjakan
atau melanjutkan pekerjaan dari sift siang. Sedangkan
dalam penelitian ini mengambil sampel responden yang
bekerja pada sift pagi jam 06.00-13.00 WIB. Untuk
mendapatkan gambaran tentang relasi antara atasan
dan bawahan, juga relasi antara rekan kerja.
62
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan
responden 2 (R2) dan responden (R6)
Berikut paparan dari (R2/Tetap) :
“Sama atasan juga ga ada masalah kita semua bekerja
seperti teman, baik atasan maupun bawahan. Tetapi kita juga
menghormati sebagai atasan kita, tapi kalau bekerja kita sama-
sama.”
Dari paparan diatas menunjukkan bahwa adanya
hubungan relasi baik antara atasan dan bawahan,
tidak ada sekat yang memisahkan antara pimpinan
setempat dengan bawahan sehingga terciptanya
lingkungan yang harmonis. Selain itu ,selaku pimpinan
tidak hanya menyelesaikan pekerjaannya saja, tetapi
juga pimpinan turut membantu dan memberikan
arahan kepada buruh/pekerja jika terjadi kesalahan
dalam bekerja, seperti yang dipaparkan oleh
responden (R6) :
“Bagus sih...mba... di meeting kalau misal ada yang kurang
ini disuruh benerin, seminggu sekali kita meeting, biasanya setiap
hari sabtu.”
Setiap satu minggu sekali, Departement Spinning
melakukan evaluasi kerja yang diadakan pada setiap
hari sabtu. Tujuan dari meeting ini agar buruh/pekerja
bekerja lebih efektif dengan mengevaluasi pekerjaan
selama satu minggu. Relasi yang harmonis ini juga
dirasakan oleh R5 :
63
“Itu juga baik ya orangnya pasti yo diberi tau, cara-caranya,
misalkan : kalau mau ambil cuti gimana caranya, terus gimana cara
jalankan mesin, kalau mau ijin juga ke kabak, misalkan ada ijin
keluar ke kapluk terus ke kabak.”
Dari tanggapan (R5) terhadap atasan
menunjukkan bahwa pimpinan juga turut membantu
buruh/pekerja yang kurang mengetahui tentang
aturan-aturan cuti dan ijin kerja hal ini terjadi pada
buruh/pekerja kontrak. Pada awal masuk kerja setiap
buruh/pekerja diberi pelatihan selam 3 bulan di
lapangan (lingkungan pabrik), dalam pelatihan tersebut
buruh/pekerja diajar untuk mengetahui tentang
pekerjaan yang akan dikerjakan setelah training sesuai
dengan job instruction (instruksi kerja) atau diajarkan
cara-cara untuk menjalankan mesin.
Namun waktu pelatian selama 3 bulan kurang
efektif, sehingga kemugkinan buruh/pekerja lupa
tentang cara atau teknik-teknik dalam menjalankan
mesin. Oleh karena itu perusahaan mengadakan
re_training yang berfungsi untuk mengulang kembali
atau mengingatkan kembali tentang bagai mana cara
atau teknik menggunakan mesin dengan aman dan
bekerja sesuai dengan standar kerja yang diterapkan
oleh perusahaan. Hal ini di upayakan oleh perusahaan
yang berguna untuk menigkatkan produktifitas buruh
dan produktifitas perusahaan. Pada pembahaan
selanjutnya akan menjelaskan tentang relasi antara
64
buruh/pekerja di dalam lingkungan pabrik. Berikut
penuturan dari (R4/Kontrak) :
“Sesama teman-teman juga enak-enak aja mba, penak koq
mba.”
Rata-rata pendapat responden tentang relasi
kerja antara rekan kerja buruh/pekerja menunjukkan
adanya hubungan yang baik antar rekan kerja. Jika
ada teman-teman yang sakit baik di rumah sakit
ataupun di rumah dan tidak masuk kerja selama 1
minggu, para buruh/pekerja berinisiatif untuk pergi
menjenguk rekan kerja mereka. Selain itu juga, jika ada
rekan kerja atau keluarga dari rekan kerja di pabrik
yang meniggal, mereka juga datang untuk memberi
dukungan atau semangat bagi rekan tersebut. Suasana
kekeluargaan ini juga merupakan implementasi dari
visi dan misi PT. Daya Manuggal. Untuk mengetahui
tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pada PT
Daya manuggal sangat mengutamakann Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) dengan bekerja sesuai
standar kerja yang sudah di tentukan oleh pabrik.
Berikut ini adalah tanggapan dari (R3) tentang
keselamatan kerja :
“Keselamatan kerja , bekerja sesuai dengan standar kerja
yang ada disini, tentang peraturan-peraturan disini. Bekerja sesuai
dengan standar kerja yang sudah ditentukan oleh pabrik pada tiap-
tiap bagian. “
65
Pada umumnya keselamatan kerja merupakan
hal utama perusahaan dan khususnya bagi
buruh/pekerja agar mengurangi resiko kecelakan yang
terjadi pada saat bekerja. Hal ini dapat tercermin dari
penurun R3, bahawa buruh/pekerja bekerja dengan
standar kerja (ISO/ Internasional System Organisation)
yang baik agar dapat menigkatkan produktivitas kerja
yang tinggi. Menurut perbincangan dengan staf
produksi Spinning, standar kerja sudah terjamin
kualitasnya dengan sistem kerja sesuai standar ISO
9001:2008 (Standar Internasional) yang diakui dunia
untuk sertifikasi sistem secara keseluruhan. Standar
kerja yang dimaksud oleh R3 adalah standar kerja ISO
yang sudah diakui dunia , selain itu juga perusahaan
menerapkan peraturan-peraturan tertentu yang dibuat
oleh pabrik pada tiap-tiap bagian lokasi kerja, dengan
cara menempel aturan-aturan tertentu secara tertulis,
bendera K3, pamflet-pamflet berupa tulisan disertai
gambar-gambar yang merujuk kepada keamanan kerja.
Selain keselamatan kerja juga perusahaan menjamin
kesehatan buruh/pekerja dengan diadakannya
program pemerintah seperti ; Jamsostek atau BPJS
Ketenagakerjaan. Adanya program jaminan kecelakaan
kerja (JKK) adalah untuk memberikan perlindungan
atas resiko-resiko kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja dan penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.
66
Sementara pembayaran pengobatan ditanggung
oleh pemberi kerja (perusahaan) dan besaran biaya
tergantung pada tingkat resiko langkungan kerja.
Berikut ini adalah tanggapan dari responden (R1) :
“Ya kalau disini khn memang, kalau misalkan ada yang
kecelakan kerja tetap ada jaminannya kayak asuransinya gitu.
Jamsostek (Jaminan sosial tenaga kerja), aku khn sendiri ada
asuransinya sendiri, jaminan sosial tenaga kerja kalau ada
kecelakaan kerja.”
Selain jaminan kecelakan kerja perusahaan juga
mengupayakan untuk mengurangi resiko kecelakan
kerja dengan menyediakan peralatan atau
perlengkapan kerja seperti, yang di utaran oleh R1 :
“Pake topi, sepatu itu khn buat keselamatan kerja, sepatu
khn harus pake sepatu ket itu, masker, skoret, yang paling penting
itukan masker, kalau operator khn harus pake masker.”
Menurut hasil wawancara, hampir semua
buruh/pekerja menjawab hal yang sama, adapun
peralatan yang di sediakan oleh pabrik yaitu ; seragam
biru, topi untuk menutupi kepala khusunya rambut,
sepatu kets diberikan gratis setiap tahun pada bulan
september, masker agar terhindar dari debu, kantong
skoret/kantong wis untuk mengisi kotoran/sisa benag.
Dari penuturan R1, masker merupakan hal terpenting
yang wajib di hunakan oleh buruh/pekerja agar
terhindar dari paparan debu dari sisa-sisa benag.
67
Hal ini ditekankan lagi oleh R2 :
“Kalau kesehatan khn debunya khn banyak,
debunya terlalu banyak tapikan ada masker.”
Paparan debu yang terlalu banyak menjadi
keluhan bagi buruh/pekerja, hal ini sangat menggangu
aktivitas kerja buruh secara keseluruhan. Debu yang
kasat mata, dan mudah terhirup ketika melepaskan
masker tentu akan menggangu kesehatan khusunya
saluran pernapasan dari buruh/pekerja yang bekerja di
lingkungan pabrik. Nampaknya keluhan R2 tentang
debu yang menggangu juga di rasakan oleh R5 :
“Disini ya apa menghirup kapas khn nganu debu, pake
masker masih tembus tiap hari masker diganti itu masih kena debu,
tetap masuk debunya”.
Meskipun masker yang digunakan selalu di ganti
setiap hari, namun tidak optimal dalam
penggunaannya dan dapat menggangu kesehatan
buruh/pekerja. Hal ini menunjukkan masker yang
digunakan tersebut kemugkinan tipis sehingga mudah
di tembus oleh debu yang ada di lingkungan pabrik.
Oleh karena itu perlu bagi perusahaan atau pimpinan
setempat untuk memperhatikan jenis masker yang
digunakan atau megganti maker yang dibuat khusus
oleh pabrik dengan jenis kain yang lebih tebal agar
debu tidak mudah menembus masker yang di gunakan.
68
Hal ini, dilakukan untuk melindungi kesehatan
buruh/pekerja agar terhindar dari penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan. Selain menjamin
keselamatan kerja, perusahaan juga menjamin
kesehatan buruh/pekerja yang sakit dengan
disediakannya fasilitas berupa Balai Pengobatan atau
biasa dikenal di lingkungan pabrik dengan sebutan BP
Manuggal. Sementara keberadan BPJS yang
merupakan program pemerintah tetap di kontrol atau
di bawah pengawasan perusahaan khusunya Balai
Pengobatan Manuggal (BP Manuggal). Pada BP
Manuggal selain menyediakan obat-obatan, juga ada
dokter yang dipercayakan untuk menagani masalah
penyakit yang di alami. Berikut adalah penuturan dari
(R1) :
“Kalau kesehatan misalnya kita sakit disini khn ada Balai
Pengobatan (BP Manuggal), terus akir-akir ini kita khn pakainya
BPJS. BPJS juga khn tetap di BP juga.”
Jamsostek yang di maksud adalah BPJS
Ketenagakerjaan, perusahaan tidak hanya memberikan
jaminan kesehatan kepada tenaga kerja saja, tetapi
juga bagi anggota keluarga dari buruh/pekerja
tersebut. Khususnya anggota keluarga buruh/pekerja
yang terdaftar di Kartu Keluarga (KK). Lain lagi halnya
pada tingkatan level staf, jenis fasilitas kesehatan yang
diberikan berbeda dengan buruh/pekerja, hal ini dapat
69
tercermin dari penuturan R3 yang adalah istri dari
salah satu staf di perusahaan. Berikut penuturan R3 :
“Kesehatan kerja pake blue inhealt, ikut bapak kalau
kayawan biasa itu BPJS. Inheale khn kesehatan swasta tapi pake
dokter pribadi. Ikut bapak semua sekeluarga, padahal aku khn
karyawan tapi peraturan ikut bapak.”
Untuk level staf diberikan fasilitas kesehatan
Blue Inhealt milik swasta dengan menggunakann dokter
pribadi, sedangkan bagi buruh/pekerja biasa
menggunakan BPJS dengan doktekter umum. Menurut
peraturan perusahaan, bagi suami dan istri bekerja di
dalam lingkungan pabrik dan suami atau kepala
keluarga menuduki jabatan tertentu di perusahaan,
maka jaminan kesehatan yang diberikan perusahaan
harus mengikuti kepala keluarga menurut peraturan di
perusahaan.
4.3.4 Pelatihan Dan Kesempatan Kerja
Hal-hal yang terkait denga restrusi kerja yaitu ;
memberikan kesempatan kerja bagi buruh/pekerja
untuk mengembangkan diri, pelatian kerja/training,
instruksi kerja/ job decription. Berdasarkan wawancara
singkat dengan pimpinan setempat, untuk penigkatan
karier di Departemen Spinning, setiap buruh/pekerja
diberikan kesempatan yang sama untuk berkarir baik
itu perempuan atau laki-laki, tidak ada diskriminasi
dalam berkarir.
70
Kesempatan kerkarir bagi buruh/pekerja dilihat
dari apsensi,kinerja, kerajinan, kecepatan dan
ketepatan waktu kerja, dan ditunjuk langsung dari
pimpinan setempat untuk menduduki posisi atau
jabatan tertentu. Pekerja/buruh yang ditunjuk harus
mengikuti beberapa prosedur tes seperti : tes psikoloqi,
tes di lapangan (lingkungan pabrik), dan mengikuti
beberapa traning dari perusahaan. Hal ini dilakukan
tentu untuk mengembagkan diri buruh/pekerja dan
perusahaan dalam, mempersiapkan cikal bakal
pemimpin yang baru untuk menduduki posisi tertentu,
apabila ada staf yang resain, pensiun atau beberapa
kedudukan yang mugkin mendadak harus diganti atau
di tambahkan. Pelatian kerja/training yang diadakan
oleh perusahaan bagi buruh/pekerja yang baru masuk
kerja, maka akan diberikan training selama tiga bulan,
menurut penuturan dari beberapa responden,
diantaranya R1 :
“Pelatihan kerja sebelumnya ada tiga bulan pelatian,
sesudah juga ada namanya re_training”
Tujuan dari pelatian kerja ini adalah untuk
memberi pengetahuan kepada buruh/pekerja yang
baru masuk kerja di pabrik agar buruh/pekerja
mengerti tentang kondisi pekerjaan yang akan di
kerjakan. Dalam kaitannya dengan manajement
produksi pada Departemen Spinning, buruh/pekerja
71
perempuan yang bekerja dengan mesin di bagian
produksi benag, telah diberi pelatihan selama 3 bulan
untuk mengenal mesin-mesin yang akan digunakan,
tentang bagaimana cara kerja mesin , kegunaan mesin,
cara menghidupkan dan mematikan mesin.Seperti yang
di utaran oleh R5 :
“Kalau training waktu itu diajarin seleksi kapas terus
diajarin mencet tombol-tombol mesin sama cara kerjanya, terus
campuran kapas.”
Pada awal masuk kerja R5 diberi pelatihan
selama tiga bulan untuk mengenal pekerjaan yang
akan dikerjakan nanti, dalam pelatihan tersebut R5
diajarkan selekasi kapas, campuran kapas dan juga
mengenal tentang cara kerja mesin yang digunakan
dalam pengolahan kapas.Ada beberapa mesin yang
lama namun masih bisa beroperasi dengan baik dan
dijamin keamanan mesin ketika beroperasi. Dari hasil
pengamatan peneliti di lapangan dengan pimpinan
setempat meunjukkan bagai mana cara mesin
beroperasi, cara menghidupkan dan mematikan mesin.
Menurut pimpinan setempat hanya ada beberapa mesin
lama yang di gunakan dan hampir semua mesin yang
digunakan saat ini adalah mesin-mesin yang bekerja
secara otomatis. Ketika buruh/pekerja mendekati
mesin dalam jarak 1 meter mesin-mesin tersebut akan
berhenti secara otomatis dan ketika mesin ditinggalkan
mesin akan hidup kembali dalam jarak tertentu.
72
Sekitar 12 lebih mesin yang digunakan dalam
proses produksi benag diantaranya ; mesin blowing,
mesin carding, mesin drawing, mesin lap former, mesin
hl, mesin combing, mesin drawing, mesin roving, meisn
ring spinning, mesin winding, dan mesin heat setter.
Menurut R3, pelatihan kerja diadakan setiap kali ada
buruh/pekerja yang baru masuk kerja di pabrik,
sedangkan buruh/pekerja yang lama diberi re_training
yang di adakan setiap satu tahun sekali, bertujuan
untuk mengulang kembali pekerjaan yang mugkin
buruh/pekerja sudah lupa tentang pekerjaannya,
dilihat juga dari kebutuhan perusahaan. Selain
pelatihan selama tiga bulan bagi buruh yang baru
masuk kerja di pabrik, ada juga re_training yang
diadakan setiap satu tahun sekali, berikut penuturan
R3 :
“Pelatihan kerja itu tidak setiap hari, tidak setiap bulan,
setiap tahunnya ada. Pelatihan kerja itu ada kalau setiap kali ada
karyawan yang baru masuk. Kalau karyawan lama itu tidak pake
palatihan, dulu ada tiga bulan waktu awal masuk, kalau sekarang
adanya re_training”
Khusus bagi buruh yang baru masuk kerja di
beri training selama tiga bulan yang bertujuan untuk
memberi pengetahuan tentang kondisi pekerjaan yang
akan dikerjakan oleh buruh/pekerja. Sedangkan bagi
buruh/pekerja yang lama diberi re_training yang
diadakan setiap satu tahun sekali dan tergantung dari
73
pengamatan pimpinan setempat terkait masalah
produksi yang mugkin tidak mencapai target. Oleh
karena itu, perusahaan megadakan re_training untuk.
Berikut ini adalah ulasan dari R3 yang merupakan
buruh/pekerja tetap dengan pengalaman kerja selama
25 tahun terkait dengan re_training :
“Biasanya masalah produksi, misalnya kenapa bulan ini,
tahun ini, koq ga mencapai target...gi’mana !. Mungkin apa istirahat,
apa mungkin karyawan kurang, jadi diulang kembali. Standar kerja
yang dulu dipakai, diulangi kembali, karyawan harus menghemat
waktu jam istirahat atau ditinggal lama khn mesin mati ga
mencapai target. Karyawan lama khn ga harus mengulang, hemat
waktu, jam istirahat, jam masuk, pokoknya, harus hemat, biar
mencapai target itu gi’mana. cari solusi biar tercapai. Sam itu
standar kerja yang dulu khn dilupakan lah sekarang di ingatkan
kembali”
Dari paparan R3 sebelumnya mengatakan
bahawa re_training di adakan setiap satu tahun sekali
bagi karyawan lama, tentu pengadaan re_training ini
juga berdasarkan evaluasi kerja mingguan yang di
adakan setiap hari sabtu seperti yang di ungkapkan
oleh R6. Fungsi dari re_training agar buruh/pekerja di
ingatkan kembali tentang standar kerja yang harus di
terapkan dalam proses produksi agar bekerja lebih
evektif. Terkait dengan masalah produksi seperti yang
di ungkapkan R3 tentu hal ini merujuk pada aspek
manajement produksi. Apabila produksi tidak mencapai
target, maka buruh/pekerja dituntut untuk harus
meminimalkan waktu kerja dengan menghemat waktu
74
istirahat dan ketepatan jam masuk kerja, mengingat 7
jam kerja buruh/pekerja selama satu hari, sesuai
dengan aturan UU Ketenagakerjaan. Adapun upaya
dan tujuan dari perusahaan dalam mengadakan
re_training adalah untuk menigkatkan produktivifitas
kerja yang tinggi. Dengan cara meminimalkan jam
kerja buruh/pekerja dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan pada tingkat kecepatan kerja yang normal
dengan beberapa alternatif sistem kerja, seperti yang di
ungkapkan oleh R3 yaitu ; menghemat waktu istirahat
dan jam masuk kerja (menghindari keterlambatan
masuk kerja). Hal ini diupayakan agar perusahaan
mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan,
yang dibutuhkan secara wajar, normal dan terbaik.
Terkait pengetahuan buruh tentang job description atau
instruksi kerja, pekerjaan yang ditangani selama
bekerja. Dari hasil wawancara dengan responden, rata-
rata semua buruh/pekerja memahami tentang
prosedur kerja yang akan di kerjakan selama satu hari
kerja , berikut ini adalah paparan dari R1 :
“Kalau pertama khn pagi itu khn udah apsensi, yang
penting dari bagian saya sendiri khn asensi , terus
perhitungan produksi yang sudah dikerjakan operator nanti
khn ada tiga sift itu pagi, siang, malam, itu nanti hasilnya
dihitung, terus dilaporkan ke departement, itu lainnya ya
nanti khn ada yang backup, ada yang menyimpan texsit ada
perhitungan relist,”
75
Pada umumnya setiap buruh/pekerja wajib
apsensi yang di lakukan awal masuk kerja bagi R1
apsensi adalah hal terpenting bagi dirinya dan pada
umumnya bagi setiap buruh/pekerja. Pada Depatement
Spinning memiliki apsensi atau pencatatan waktu
dengan pencatatan waktu hadir dan waktu pulang
kerja. Setelah itu R3 mengerjakan pekerjaannya dengan
melakukan perhitungan hasil produksi yang sudah
dikerjakan pada shift sebelumnya (sift malam)
kemudian hasil produksi tersebut di laporkan ke
departement. Data yang diperoleh dari hasil
perhitungan dicatat dan di laporkan ke departement
kemudian data tersebut di backup atau dibuat dalam
bentuk arsip data komputer agar data tersebut tidak
rusak atau hilang sehingga data tersebut dapat
digunakan kembali.
Sedangkan instruksi kerja/job descrition khusus
bagi perempuan yang hamil, diberi beban kerja yang
ringan agar tidak terjadi keguguran atau hal-hal tidak
diinginkan yang berkaitan dengan kehamilan, seperti
yang diungkapkan oleh responden R4 :
“Nimbang benang, hari ini nimbang aja mba, khn saya lagi
hamil jadi saya disuruh nimbang aja...sampe nanti 8 setengah
bulan, nanti khn ada cuti, sekarang ini baru 2 bulan hamil. Kalau
sebelum hamil, itu kerjanya masukin benang-benang dari bagian
kecil sampe ke besar, jadi bentuk e seng kecil...misalke seng kecil
itu dililit jadi besar.”
76
Adanya tolenransi dari perusahaan khusus bagi
buruh/pekerja yang hamil dapat dilihat dari penuturan
R4, yang mengatakan bahwa pekerjaan yang dikerjakan
saat ini adalah menimbang benag selama menjalani
masa kehamilan, sedangkan pekerjaan yang dikerjaka
sebelumnya adalah memasukkan benag-benag
kemudian dililit dari kecil sampai menjadi lilitan benag
yang besar. Tentu pekerjaan sebelumnya lebih berat
dari pada jenis pekerjaan yang ditangani sekarang.
Pempatan pekerjaan R4 tentu melewai beberapa
pertimbangan dari perusahaan hal ini dikarena untuk
melindungi buruh/pekerja yang hamil. Sehingga R4
diberi pekerjaan yang ringan demi kesehatan ibu dan
janin yang dalam masa pertumbuhan. Selain itu juga
adanya peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah
terkait perlindungan buruh/pekerja perempuan yang
mengalami kehamilan. Perlindungan buruh/pekerja
yang hamil, diatur dalam UU Ketenagakerjaan No.13
Tahun 2003 Pasal 82 ayat (1). Hal ini menunjukkan
adanya kepatuhan perusahaan dalam menjalankan
peraturan pemerintah sesuai dengan UU
Ketenagakerjaan. Oleh karena itu, selama delapan
setengah bulan R4 bekerja di bagian menimbang berat
benag, setelah itu satu setengah bulan (1,5) sebelum
melahirkan buruh/pekerja diberi cuti melahirkan atau
hak cuti melahirkan (H2). Tentu selama buruh/pekerja
tersebut hamil, maka haknya untuk mendapatkan H1
77
(hak cuti haid) dan pesangon tidak diberikan. Setelah
melahirkan 1,5 bulan dan menurut perkiraan dokter
buruh tersebut bisa kembali bekerja, jika belum pulih
buruh tersebut wajib untuk melaporkan atau ijin
kepada pimpinan setempat. Hal ini juga dialami oleh R6
yang juga mengalami kehamilan dengan masa
kandungan 8 bulan, berikut penuturan R6 :
“Masuk kerja terus ngecek berat benang. Kalau aku
kerjanya di bagian ngecek berat kualitas bisa ga masuk standar,
terus kita laporan maintanancenya, sampe pulang.”
Demikian juga dengan R6, yang bertugas untuk
mengejek berat benag, apakah benang tersebut masuk
dalam standar kualitas atau tidak, setalah itu hasil dari
kualitas benag tersebut dilaporkan ke maintanance. R6
mengerjakan pekerjaan yang ringan, agar tidak terjadi
keguguran yang disebabkan oleh kecelakan kerja.
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, bahwa ada
toleransi perusahaan dalam melindungi buruh/pekerja
yang sedang hamil atau adanya perlindungan bagi
buruh/pekerja perempuan khususnya dalam hal
perlindungan reproduksi. Sesuai dengan aturan
pemerintah dalam hal perlindungan reproduksi yang
diatur dalam UU Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003
Pasal 82.
78
4.4 Tingkat Quality Of Worklife
Pada pembahasan ini akan diuraikan hasil
penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya dengan
meggunakan analisis deskriptif statistik, untuk
mengukur tingkat Quality Of Worklife buruh
perempuan pabrik pada PT.Daya Manuggal di
Departement Spinning. Berikut ini adalah tabel yang
menunjukkan tingakat quality of worklife buruh
perempuan pada Departement Spinning.
4.4.1 Pengupahan
Dalam menjawab persoalan penelitian yang
kedua yaitu bagai mana tingkat Quality Of Worklife
atau kualitas kehidupan kerja buruh perempuan
pabrik terkait dengan pengupahan, lingkungan kerja
dan kesempatan kerja. Keseimbangan upah antar
buruh/perempuan dan laki-laki adalah sama, tampa
adanya diskriminasi upah yang diberikan baik bagi
buruh/pekerja perempuan maupun laki-laki. Pada
umumnya upah yang diberikan kepada buruh/pekerja
adalah Rp.1.400.000, hak untuk mendapatkan upah
ini juga seimbang dengan buruh/pekerja kontrak,
sehingga tidak ada diskiriminasi hak antara
buruh/pekerja kontrak baik laki-laki maupun
perempuan, kontrak maupun tetap.
79
Adanya implementasi atau kepatuhan peraturan
Undang-undang pada PT.Daya Manuggal dalam
penerapannya bahwa upah yang diterima
buruh/pekerja sesuai dengan Upah Minimun Kota,
khusus bagi buruh/pekerja. Upah insentif dan bonus
diberikan kepada buruh/pekerja yang produktif dilihat
dari penilaian kerja. Besar upah insentif ini tergantung
pada kebijakan dari masing-masing departement.
Tujuan dari pemberian upah insentif ini agar
memotivasi buruh/pekerja agar prestasi kerja dan
produktivitas kerja buruh/pekerja semakin menigkat.
Perusahaan juga memberikan bonus produksi kepada
karyawan yang dapat menghemat waktu produksi.
Menghemat waktu dalam hal ; menghemat waktu kerja,
masuk kerja harus tepat waktu dan juga menghemat
waktu istirahat dengan sebaik mungkin atau
mendapatkan waktu yang efektif agar mencapai
produktivitas yang tinggi.
Hal ini berlaku bagi semua buruh/pekerja pada
bagian produksi pada setiap departemen.Untuk
menunjang produktivitas buruh/pekerja perusahaan
menyediakan fasilitas yang berguna bagi karyawan
yaitu : Inventaris kerja ; setiap tahun buruh/pekerja
mendapatkan seragam kerja baru yang disediakan
perusahaan. Seragam kerja buruh/pekerja tersebut
terdiri dari : 2 stel seragam kerja, 1 pasang sepatu, 1
80
buah topi, 1 buah skoret/kantong wis, shifut, masker,
kartu pengernal buruh/pekerja, inventaris tersebut
diberikan secara cuma-cuma tanpa dipungut biaya ;
1. Kantin.
Perusahaan menyediakan makanan kepada
buruh/pekerja sehingga buruh/pekerja tidak
perlu keluar perusahaan untuk beristirahat
makan ;
2. Transportasi.
Perusahaan menyediakan sarana berupa bis
antar jemput, sebanyak 16 armada ;
3. BP Manuggal
Balai Pengobatan Manuggal perusahaan
menyediakan poliklinik yang cukup lengkap
dengan beberapa dokter yang ditempatkan di
Balai Pengobatan. Poliklinik tersebut berfungsi
sebagai media pengobatan sementara yang
beropersi selama 24 jam perhari. Poliklinik ini
tidak hanya disediakan bagi buruh/pekerja saja,
namun keluarga dari buruh/pekerja yang
mengalami sakit dapat beropat di poliklinik
perusahaan. Khusus bagi kerluarga dari
buruh/pekerja yang terdaftar di KK (Kartu
Keluarga).
4. Koperasi .
81
Adanya koprasi ini untuk memenuhi kebutuhan
pokok buruh/pekerja, koperasi menyediakan
berbagai kebutuhan pokok dan kebutuhan
sekunder koperasi menyediakan jasa simpan
pinjam bagi buruh/pekerja. Perusahaan dan
buruh/pekerja membentuk koperasi yang
diberinama “Primer Koperasi Karyawan
Manuggal”. Namun koperasi ini hanya khusus
bagi buruh/pekerja tetap, tidak bagi
buruh/pekerja kontrak.
5. Perpustakaan.
Buruh/pekerja dapat menambah pengetahuan di
ruang perpustakaan yang menyediakan berbagai
macam buku bacaan seperti koran, tabloid, novel
dan sebagainya. Fasilitas perpustakaan juga
dapat digunakan bagi peneliti yang melakukan
penelitian di PT.Daya Manuggal.
6. Mess
Bagi buruh/pekerja peremapuan dan laki-laki
yang masih bujang dan tempat tinggalnya jauh di
luar daerah, perusahaan menyediakan fasilitas
berupa mess putra berkapasitas 5 orang dan
mess putri berkapasitas 1 orang.
7. Ruang Ganti Pakaian
Tersedianya ruang ganti pakaian yang disediakan
khusus bagi buruh/pekerja, apabila ada
buruh/pekerja yang ingin berganti pakaian untuk
82
mengikuti kegiatan yang mengharuskan untuk
berganti pakaian.
8. Ruang Beribadah
Perusahaan juga menyediakan sarana berupa
ruang ibadah dan memberi kesempatan bagi
buruh/pekerja yang menjalankan ibdahnya
sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
Penyediaan fasilitas berupa masjid bagi umat
muslim dan gereja bagi umat nasrani.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada
indikator pertama menunjukan nilai rata-rata
kepuasan buruh atas upah yang diterima sebesar 2,42
dan masuk dalam kriteria “tidak setuju”. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata responden cenderung
tidak puas dengan upah yang diterima. Terkait dengan
item kedua yang munjukkan bahwa upah yang diterima
perbulan cukup untuk kebutuhann buruh saja dengan
skor rata-rata jawaban responden sebesar 2,45 dan
tidak cukup untuk kebutuhan hidup keluarga dengan
skor rata-rata jawaban responden sebesar 1,94.
Terkait dengan upah minimum, pada umumnya
penetapan upah pemerintah kota Salatiga sebesar Rp
1,290,000 dan buruh pada Departemen Spinning
menerima upah diatas UMK (Upah Minimum Kota)
sebesar Rp. 1,400,000,- rata-rata jawaban responden
sebesar 2,58 dan masuk dalam kriteria “Setuju”.
83
Namun ada tunjangan-tunjangan atau premi bagi
buruh yang bekerja produktif, apabila ada tambahan
waktu kerja lembur, upah yang diterima buruh lebih
dari gaji pokok yang diterima dan upah yang dibayar
terhitung sesuai dengan waktu jam kerja buruh,
dengan skor rata-rata jawaban responden sebesar 2,88
dan masuk dalam kategori “setuju” atau puas dengan
upah lembur yang diterima.
Apabila dalam proses produksi buruh ijin dan
berhenti bekerja karena berhalangan upah buruh tidak
dipotong dan tetap di bayar sesuai UMK. Skor rata-rata
jawaban responden sebesar 2,84 dan masuk dalam
kriteria “setuju” atau puas. Kemudian, apabila buruh
menjalankan cuti kerja, upah yang dibayarun sesuai
UMK, dengan skor rata-rata jawaban responden
sebesar 3,08 dan masuk dalam kriteria “sangat puas”.
Tidak hanya gaji pokok yang diterima namun buruh
juga berhak atas fasilitas-fasilitas yang menunjang
kesejahteraan buruh.
4.4.2 Lingkungan Kerja
Pada umumnya penetapan jam kerja pada
buruh/karyawan di PT. Daya Manuggal yaitu selama 8
jam perhari, 40 jam perminggu, maka hari kerja
buruh/pekerja selama 26 hari perbulan.
84
Jam kerja secara garis besar dibagi menjadi dua
yaitu : bagian kantor dan bagian produksi.
- Bagian Kantor :
Jam kerja karyawan bagian kantor dimulai pukul
08-00-16.00 WIB, dan khusus hari sabtu jam
kerja karyawan bagian kantor jam 08.00-13.00.
- Bagian Produksi
Jam kerja buruh/pekerja bagian produksi di bagi
menjadi 3 shift, yaitu :
1. Shift pagi : Pukul 06.00-14.00 WIB.
2. Shift siang : Pukul 14.00-22.00 WIB
3. Shift malam : Pukul 22.00-06.00 WIB
Berdasarkan skor rata-rata jawaban responden
pada item ke tiga sebesar 2,98 dan masuk dalam
kriteria “Setuju” atau puas. Bahwa relasi antara
pimpinan dan buruh/pekerja menunjukkan ada relasi
yang harmonis, hal ini juga didukung oleh pernyataan
dari R2 dan R6.
Selaku pimpinan tidak hanya menjalin relasi
antara pimpinan saja, namun pemimpin juga berupaya
untuk membangun hubungan yang baik dengan
buruh/pekerja. Ada respon yang baik dalam
kepemimpinan, ketika buruh/pekerja kurang mengerti
tentang pekerjaannya, pimpinan berupaya untuk
membantu buruh/pekerja tersebut dalam
85
menyelesaikan pekerjaannya. Bila dilihat dari skor
rata-rata jawaban responden pada item ke empat
sebesar 2,78, masuk dalam kriteria “Setuju” atau puas
dengan relasi yang di bangun oleh pimpinan dengan
buruh. Demikian juga dengan relasi antara
buruh/pekerja yang menganggap bahwa mereka
bekerja di pabrik sudah sama seperti keluarga sendiri.
Adanya rasa kekeluargaan yang terjalin harmonis baik
relasi antara pimpinan dan buruh/pekerja , maupun
antar buruh/pekerja di lingkungan pabrik. Skor rata-
rata jawaban responden pada item pertama sebesar
3,26 dan masuk kriteria “sangat puas”, yang
menunjukkan bahwa adanya relasi kekeluargaan yang
terjalin antara buruh/pekerja perempuan, yang
menurut anggapan mereka bahwa mereka bekerja
dipabrik sudah sama seperti keluarga sendiri.
Mengingat rata-rata tingkat usia 44-50 yang lebih
mendominasi. Rata-rata responden memiliki tingkat
kebutuhan pokok yang sama, dimana kebutuhan-
kebutuhan dasar tersebut telah disediakan di dalam
perusahaan. Buruh/pekerja dapat meminjam uang dan
juga dapat mengambil distribusi di koprasi, kebutuhan
yang terpenuhi tersebut, pada akirnya membuat
buruh/pekerja betah untuk tetap bekerja dipabrik dan
hidup sejahterah.
86
K3 adalah suatu bentuk perlindungan terhadap
tenaga kerja dari resiko kecelakan kerja dan penyakit
akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan di tempat kerja. Upaya perusahaan
penigkatan produktivitas kerja khusunya dalam hal
perlindungan K3. Perlindungan K3 buruh/pekerja
merupakan kewajibann perusahaan untuk melindungi
buruh/pekerja dari kecelakan kerja. Dalam upaya
perlindungan K3 di PT. Daya Manuggal pada
Departement Spinning : perusahaan memberi alat-alat
perlindungan diri pada para buruh/pekerja ; memberi
pertolongan pada kecelakaan kerja ; mencegah dan
mengurangi kecelakan ; memelihara kebersihan,
kesehatan; alat kerja dan proses kerjanya. Selama
proses produksi, perusahaan memberi alat-alat
perlindungan diri pada para buruh/pekerja berupa :
masker, skoret/kantong wiss, topi, cifud, sepatu kests,
dan seragam.
Untuk mencegah dan mengurangi kecelakan
kerja, perusahaan membeli dan mengadakan mesin-
mesin yang bekerja secara otomatis, hal ini diupaya
perusahaan agar buruh/pekerja terhindar dari
kemugkinan kecelakan kerja yang terjadi ketika
bekerja. Didukung dengan hasil data statistik, skor
rata-rata jawaban responden pada item ketiga sebesar
2,65 dan masuk dalam kategori “tidak puas”. Hal ini
87
menunjukkan bahwa peralatan atau perlengkapan yang
digunakan masih kurang efektif bagi buruh/pekerja
dalam penggunaannya. Pada item ketujuh mendapat
skor rata-rata jawaban responden sebesar 2,79 dan
masuk kategori “tidak puas” yang menunjukkan bahwa
udara di ruangan sangat menggangu pernafasan.
Terkait dengan item ketiga, item ketuju serta
pernyataan R1, R2 dan R6 yang menunjukkan bahwa
masker yang digunakan masih kurang efektif dalam
kegunaanya atau partikel-pariker kapas dapat
menembus masker yang digunakaan sehingga
menganggu pernafasan. Terkait dengan mesin-mesin
yang digunakan selalu dijaga kebersihannya baik
sebelum menggunakan mesin dan sesudah
menggunakan mesin. Selain itu juga mesin-mesin
selalu di kontrol proses kerja mesin yang digunakan
pada saat proses produksi berlangsung. Pemeliharaan
mesin-mesin dilakukan agar menigkatkan produktivitas
kinerja buruh/pekerja dan poduktivitas perusahaan.
Apabila terjadi kecelakan kerja yang diakibatkan oleh
pekerjaan pada buruh/pekerja, perusahan segera
memberi pertolongan pada kecelakaan kerja. Adapun
jaminan yang diberikan kepada buruh/pekerja berupa
asuransi individu , jamsostek, dan BPJS. Apabila
buruh/pekerja yang mengalami kecelakan kerja juga
dijamin kesehatannya sampai buruh/pekerja tersebut
sehat dan dapat bekerja lagi.
88
4.5.3 Pelatihan dan Kesempatan Kerja.
Pada Departemen Spinning, setiap
buruh/pekerja diberikan kesempatan yang sama untuk
berkarir baik itu perempuan atau laki-laki, tidak ada
diskriminasi dalam berkarir. Kesempatan kerkarir bagi
buruh/pekerja dilihat dari apsensi,kinerja, kerajinan,
kecepatan dan ketepatan waktu kerja, dan ditunjuk
langsung dari pimpinan setempat untuk menduduki
posisi atau jabatan tertentu. Pekerja/buruh yang
ditunjuk harus mengikuti beberapa prosedur tes seperti
: tes psikoloqi, tes di lapangan (lingkungan pabrik), dan
mengikuti beberapa traning dari perusahaan. Hal ini
dilakukan tentu untuk mengembagkan diri
buruh/pekerja dan perusahaan dalam, mempersiapkan
cikal bakal pemimpin yang baru.
Untuk menduduki posisi tertentu, apabila ada
staf yang resain, pensiun atau beberapa kedudukan
yang mugkin mendadak harus diganti atau di
tambahkan. Pelatihan kerja pada PT.Daya Manuggal,
Depertemen Spinning diadakan setiap kali ada
buruh/pekerja baru yang dalam pelaksanaanya
buruh/pekerja diberi training selama tiga bulan. Skor
rata-rata jawaban responden sebesar 2,95 dan masuk
kategori “Setuju” atau puas dengan pernyataan pada
item pertama yang menunjukkan bahwa semua
buruh/pekerja diberikesempatan untuk
89
mengembangkan diri. Buruh/pekerja yang baru
masuk diberi pelatihan kerja atau trainning selama tiga
bulan. Sebelumnya buruh/pekerja diberi magang,
dimana magang ini merupakan bagian dari sistem
pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu
dan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan
pengawasan instruktur. Pekerja yang lebih
berpengalaman, dalam menguasai keterampilan atau
keahlian tertentu. Selama tiga bulan tranning
buruh/pekerja di ajar untuk mengetahui kondisi
lingkungan kerja, kemudian di ajar untuk mngetahui
tentang cara kerja mesin, cara menggunakan mesin-
mesin (menghidupkan dan mematikan mesin) selama
produksi dan fungsi kerja mesin.
Buruh/pekerja Pada umumnya mesin-mesin
yang digunakan di Departement Spinning adalah
mesin-mesin yang berfungsi untuk mengolah kapas jadi
benag, mulai dari bahan mentah berupa kapas hingga
menjadi benag. Peserta pelatihan kerja atau training
diadakan khusus bagi buruh/pekerja yang baru masuk
sedangkan bagi buruh/pekerja yang lama diberi
Re_Trainning .Sedangkan buruh/pekerja yang lama
diberi Re_training yang tujuan untuk mengingatkan
kembali tentang standar kerja selama produksi.
90
Re_training akan diadakan jika produktivitas
kerja buruh/pekerja menurun, hal ini dapat dilihat dari
hasil produksi yang tidak mencapai target. Sehingga
buruh/pekerja dituntut agar bekerja lebih efektif
dengan cara menghemat waktu kerja ; menghemat
waktu kerja dan ketepatan jam masuk kerja, mengingat
penetapan waktu kerja 8 jam selama satu hari (UU
Ketenagakerjaan 2003). Hal ini diupayakan agar
perusahaan mendapatkan waktu baku dalam hal
penyelesaian pekerjaan, yang dibutuhkan secara wajar,
normal dan terbaik. Terkait pengetahuan buruh
tentang job description atau instruksi kerja, pekerjaan
yang ditangani selama bekerja. Dari hasil wawancara
dengan responden, rata-rata semua buruh/pekerja
memahami tentang prosedur kerja yang akan di
kerjakan selama satu hari.