55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Pelaksanaan Tindakan
Pada bagian pelaksanaan tindakan, akan diuraikan empat subbab yaitu
kondisi awal, siklus 1, siklus 2 dan pembahasan antar siklus 1 dan siklus 2.
Subbab kondisi awal membahas tentang kondisi awal siswa termasuk di dalamnya
hasil belajar pada mata pelajaran IPA sebelum dilakukannya tindakan penelitian.
Selanjutnya pada subbab siklus 1 dan siklus 2 membahas tentang rencana
tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil tindakan dan refleksi.
4.1.1.1. Kondisi Awal
Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SD Negeri Bugel 01 Salatiga pada
semester II tahun ajaran 2015/2016. Sebelum dilaksanakannya penelitian, terlebih
dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi saat pembelajaran IPA berlangsung,
wawancara dengan guru kelas 5 terkait dengan pembelajaran IPA dan
dokumentasi awal untuk mendapatkan data hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa hasil
belajar IPA rendah disebabkan oleh beberapa hal. Guru belum menggunakan
model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran IPA. Guru hanya
menggunakan ceramah dan tanya jawab, sehingga guru sangat mendominasi
pembelajaran. Hal ini menjadikan siswa pasif, siswa belum aktif dalam
melakukan penemuan atau inkuiri dalam mempelajari IPA.
Permasalahan lain adalah guru belum menggunakan media pembelajaran
yang dapat mendukung dalam pembelajaran IPA. Hal ini menjadikan siswa
nampak kurang tertarik dengan materi pelajaran IPA. Siswa belum mendapatkan
pengalaman belajar nyata atau konkret sesuai dengan tahap perkembangan siswa
yang seharusnya mereka dapatkan saat mempelajari IPA.
56
Hasil belajar siswa yang masih rendah ditunjukkan pada perolehan hasil
belajar siswa yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPA yaitu ≥ 75. Data hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA yang diperoleh dari nilai Ulangan Tengah Semester
(UAS) pada semester I tahun ajaran 2015/2016 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4. 1
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA
Siswa Kelas 5 SD Negeri Bugel 01
Tahun Pelajaran 2015/2016
Kondisi Awal
No Rentang Nilai Frekuensi Presentase(%)
1 45-54 2 12.5
2 55-64 4 25
3 65-74 4 25
4 75-84 4 25
5 85-94 2 12.5
Jumlah 16 100
Nilai Rata-rata 65.69
Nilai Tertinggi 94
Nilai Terendah 45
Berdasarkan Tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran IPA pada
kondisi awal, maka dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi, presentase,
perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah. Dalam distribusi
frekuensi nilai pada kondisi awal, perolehan nilai siswa dibagi ke dalam 5 rentang
nilai.
Pada rentang nilai 55-64, diperoleh oleh 4 siswa (25%). Sedangkan pada
rentang 65-74, juga diperoleh oleh 4 siswa (25%). Selanjutnya, terdapat 4 siswa
(2.5%) yang memperoleh nilai pada rentang 75-84. Pada rentang nilai 85-94
diperoleh oleh 2 siswa (12.5%).
Pada kondisi awal, nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 65.69
dengan nilai tertinggi 94 dan nilai terendah 45. Berdasarkan Tabel 4.1 nilai mata
pelajaran IPA pada kondisi awal maka dapat digambarkan dalam Gambar 4.1.
57
Gambar 4.1
Diagram Batang Hasil Perolehan Nilai Mata Pelajaran IPA
Siswa Kelas 5 SD Negeri Bugel 01
Tahun Pelajaran 2015/2016
Kondisi Awal
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥75) maka dapat
dialakukan analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas.
Analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal dapat disajikan dalam
Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Presentase(%)
1 Tuntas ≥ 75 6 37,50
2 Tidak Tuntas < 75 10 62,50
Jumlah 16 100
Berdasarkan Tabel 4.2 analisis ketuntasan belajar kondisi awal, maka
dapat dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas adalah 6 siswa atau mencapai
37.50%. Sedangkan untuk siswa yang belum tuntas adalah 10 siswa atau
mencapai 62.50%. Ketuntasan belajar disajikan dalam Gambar 4.2.
0
1
2
3
4
5
45-54 55-64 65-74 75-84 85-94
Jum
lah S
isw
a
Rentang Nilai
58
Gambar 4.2
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga
Tahun Pelajaran 2015/2016
Kondisi Awal
Berdasarkan hasil belajar IPA yang masih rendah, maka peneliti merasa
perlu mengadakan perbaikan pembelajaran IPA dengan menerapkan model
pembelajaran Group Investigation berbantu media realia. Upaya perbaikan
dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2.
4.1.1.2 Siklus 1
Pada subbab siklus 1, akan diuraikan tentang rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, hasil tindakan dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus 1
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung
selama dua kali 35 menit.
4.1.1.2.1. Rencana Tindakan
Subbab tahap rencana tindakan menjelaskan tentang perencanaan yang
dilakukan oleh peneliti bersama guru kolaborator (guru kelas 5) yaitu ibu Puji
Nuryati, S.Pd. Perencanaan tindakan ini dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan
pembelajaran dengan model Group Investigation berbantu media realia.
a. Pertemuan Pertama
Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada pertemuan pertama meliputi
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
model Group Investigation berbantu media realia. Penyusunan RPP
37.50%
62.50%Tuntas
Tidak Tuntas
59
didiskusikan dengan ibu Puji Nuryati, S.Pd selaku guru kelas 5 dan sebagai
guru kolaborator.
Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media yang akan digunakan
serta penentuan waktu penelitian. Diskusi ini dilakukan untuk kelancaran
penelitian dan penyesuaian dengan kalender akademik sekolah.
Berdasarkan RPP yang telah disusun, materi pembelajaran yang akan
diajarkan pada pertemuan pertama adalah tentang jenis batuan berdasarkan
proses terbentuknya. Jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya yang akan
dipelajari adalah jenis batuan beku, batuan sedimen dan batuan malihan.
Selanjutnya peneliti menyiapkan perlengkapan pembelajaran yaitu
media realia yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu jenis-jenis batuan.
Jenis batuan yang digunakan adalah jenis batuan beku (batu granit, apung,
obsidian, andesit dan breksi), jenis batuan sedimen (batu pasir dan batu kapur),
jenis batu malihan (batu marmer dan genes).
Selain media pembelajaran, peneliti juga mempersiapkan perlengkapan
lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa sesuai
dengan model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia. lembar
observasi kegiatan guru dan siswa digunakan untuk memeriksa keterlaksanaan
model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia.
b. Pertemuan Kedua
Kegiatan perencanaan pada pertemuan kedua adalah tindak lanjut dari
pertemuan pertama, yang membedakan adalah materi yang dipelajari. Pada
pertemuan kedua materi yang dipelajari adalah tentang macam-macam proses
pelapukan batuan yang terdiri dari pelapukan fisika, pelapukan biologi dan
pelapukan kimia.
Sama halnya dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua
peneliti bersama guru kolaborator mendiskusikan tentang penyusunan RPP
dengan menggunakan model Group Investigation berbantu media realia.
Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan standar kompetensi, kompetensi
60
dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media yang akan digunakan serta
penentuan waktu penelitian.
Selanjutnya peneliti menyiapkan perlengkapan pembelajaran yaitu
media realia yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu contoh-contoh
dari hasil pelapukan. Contoh dari pelapukan fisika (batu karang yang terkikis
ombak), pelapukan kimia (batuan yang retak/pecah) dan pelapukan biologi
(batu yang ditumbuhi lumut).
Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar observasi kegiatan guru
dan lembar observasi kegiatan siswa sesuai dengan model Group Investigation
berbantu media realia. Lembar observasi kegiatan dan RPP yang telah
divalidasi kemudian diserahkan kepada guru observer yaitu ibu Budi Peni,
S.Pd.
Peneliti juga menyusun soal evaluasi berupa soal pilihan ganda soal
dengan jumlah 30 soal yang akan diberikan pada siswa pada akhir siklus atau
pertemuan kedua. Soal evaluasi disusun berdasarkan materi yang sudah
dipelajari siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua.
4.1.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan
Subbab pelaksanaan tindakan mendeskripsikan tentang rincian proses
pelaksanaan tindakan dari kegiatan awal sampai kegiatan penutup. Rincian
pelaksanan tindakan siklus 1 sebagai berikut:
a. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 pertemuan pertama dilaksanakan
pada hari Rabu tanggal 6 April 2015 pukul 07.00-08.10 WIB oleh ibu Puji
Nuryati, S.Pd. selaku guru kolaborator dan guru kelas 5. Guru yang ditunjuk
sebagai observer untuk mengamati kegiatan guru dan siswa adalah ibu Budi
Peni, Amd. Selaku guru kelas 2.
Kegiatan pembelajaran terdiri dari empat kegiatan yaitu kegiatan pra
pembelajaran, pendahuluan, inti dan penutup. Kegiatan pra pembelajaran yaitu
dimulai dengan guru menyiapkan ruang, alat dan media pembelajaran. Siswa
menyiapkan perlengkapan pembelajaran. Setelah itu guru mengatur siswa
menempati tempat duduknya masing-masing.
61
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan mengucapkan salam pada siswa,
kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa dan
dilanjutkan dengan melakukan presensi atau memeriksa kehadiran siswa. Guru
memeriksa kesiapan belajar siswa dengan bertanya pada siswa dan kembali
memeriksa perlengkapan belajar siswa.
Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi pada siswa dengan bertanya
pada siswa, “Anak-anak, apakah kalian pernah melihat batu? dimana kalian
melihat batu? apakah semua batu itu sama ataukah berbeda?”. Siswa menjawab
pertanyaan guru, beberapa jawaban siswa antara lain pernah melihat batu di
sungai, di sekitar rumah, di sawah dan bentuk batu berbeda-beda.
Setelah menyampaikan apersepsi, guru menjelaskan tentang kegiatan
dan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Guru menjelaskan bahwa hari
ini akan mempelajari tentang jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya
dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation berbantu
media realia. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.
Dalam kegiatan inti, pada tahap 1 (mengidentifikasi topik dan mengatur
murid dalam kelompok), guru memberikan gambaran umum tentang
materi/topik yang akan dipelajari tentang jenis batuan berdasarkan proses
terbentuknya dengan berbantu media realia berupa jenis-jenis batuan beku,
sedimen dan malihan. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.
Guru bertanya kepada siswa tentang apa saja yang ingin dipelajari oleh
siswa tentang topik yang dipelajari dengan meminta masing-masing siswa
untuk menuliskan pertanyaan pada selembar kertas yang dibagiakan guru.
Siswa menuliskan pertanyaan dan setelah selesai mengumpulkannya ke depan
kelas. Saat menuliskan pertanyaan, beberapa siswa nampak kesulitan.
Kemudian guru membacakan beberapa pertanyaan yang dituliskan oleh
siswa. Setelah itu guru mengelompokkan pertanyaan siswa untuk menentukan
subtopik yang akan dipelajari dan sekaligus menentukan pembagian kelompok.
Setelah itu, guru menuliskan subtopik yang akan dipelajari di papan tulis.
Selanjutnya guru membagi siswa dalam kelompok sesuai dengan minat
siswa yang dapat dilihat dari pertanyaan yang ditulis oleh siswa. Siswa di
62
dalam kelas dibagi menjadi tiga kelompok dengan tiga subtopik yang berbeda
yaitu tentang jenis batuan beku, jenis batuan sedimen dan jenis batuan malihan.
Siswa berpindah tempat dan duduk sesuai dengan kelompok.
Pada tahap 2 (merencanakan tugas yang akan dipelajari), guru meminta
dan membimbing siswa untuk menyusun rencana penyelidikan. Guru
membimbing siswa dalam menentukan apa saja yang akan diteliti, sumber
yang akan digunakan dalam penyelidikan dan pembagian tugas kelompok.
Guru meminta setiap kelompok untuk menentukan ketua dan sekretaris.
Siswa menyusun rencana penyelidikan dengan bimbingan dari guru.
Selain itu, guru juga membantu siswa dalam menentukan sumber yang akan
digunakan yaitu media realia berupa jenis-jenis batuan beku, sedimen dan
malihan dan mempersiapkan media tersebut. Pada kegiatan ini, ada beberapa
siswa yang nampak bingung dan kesulitan dalam mengerjakan tugas.
Pada tahap 3 (melaksanakan investigasi), guru meminta siswa untuk
mulai melakukan penyelidikan dengan menggunakan sumber yang telah
dipilih. Siswa melakukan penyelidikan dengan bimbingan dari guru. Pada
kegiatan ini, ada beberapa siswa yang nampak tidak mau mengerjakan tugas
kelompok.
Setelah selesai melakukan penyelidikan, pada tahap 4 (menyiapkan
laporan akhir), guru meminta siswa untuk menuliskan hasil penyelidikan dalam
bentuk laporan akhir. Siswa bersama kelompok melakukan diskusi untuk
menyusun laporan akhir. Pada kegiatan ini, beberapa siswa nampak kesulitan
dalam menuliskan laporan akhir.
Setelah memastikan semua kelompok selesai mengerjakan laporan
kahir, guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa. Pada tahap 5
(mempresentasikan laporan akhir), guru meminta setiap perwakilan kelompok
yaitu dua orang untuk melakukan presentasi di depan kelas. Kelompok secara
bergantian melaksanakan presentasi dengan baik.
Di setiap akhir presentasi kelompok, guru memberikan kesempatan
kepada anggota kelompok yang lain untuk megajukan pertanyaan atau
memberi masukan. Pada tahap ini, siswa belum aktif bertanya atau menanggapi
63
sehingga guru memeriksa kejelasan presentasi siswa dengan mengajukan
beberapa pertanyaan.
Selanjutnya pada tahap 6 (evaluasi), guru melakukan tanya jawab
dengan siswa tentang apa saja yang sudah dipelajari siswa. Guru menunjuk
beberapa siswa secara bergantian untuk menuliskan ringkasan materi yang
sudah dipelajari di papan tulis. Beberapa siswa secara bergantian maju ke
depan kelas untuk menulis.
Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa membaca ringkasan materi
yang sudah dituliskan di papan tulis. Setelah itu guru memberikan tindak lanjut
berupa tugas kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Guru
mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
b. Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 pertemuan kedua dilaksanakan
pada hari Kamis tanggal 7 April 2015 pukul 09.00-10.10 WIB oleh ibu Puji
Nuryati, S.Pd. selaku guru kolaborator dan guru kelas 5. Guru yang ditunjuk
sebagai observer untuk mengamati kegiatan guru dan siswa adalah ibu Budi
Peni, S.Pd. Selaku guru kelas 2.
Kegiatan pembelajaran terdiri dari empat kegiatan yaitu kegiatan pra
pembelajaran, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan pra pembelajaran diawali dengan guru menyiapkan ruang, alat dan
media pembelajaran. Siswa menyiapkan perlengakapan pembelajaran. Setelah
itu guru mengatur siswa untuk menempati tempat duduknya masing-masing.
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam
kepada siswa, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa.
Dilanjutkan dengan guru melakukan presensi untuk memeriksa kehadiran
siswa. Guru berikan motivasi pada siswa dengan mengajak siswa untuk
melakukan “tepuk semangat”.
Selanjutnya pada kegiatan apersepsi, guru meminta siswa untuk
mengamati batuan yang ada disekitar lingkungan sekolah. Siswa melaksanakan
tugas dari guru yaitu keluar dari kelas untuk mengamati batuan yang ada di
sekitar lingkungan sekolah.
64
Setelah siswa selesai mengamati dan masuk ke kelas, guru bertanya
kepada siswa, “Anak-anak tadi sudah mengamati batuan, apakah batuan itu
dapat hancur? bagaimana cara batuan dapat hancur?”. Siswa menjawab
pertanyaan guru, beberapa jawaban siswa antara lain batuan dapat hancur
karena pecah, batuan dapat hancur karena pelapukan.
Setelah menyampaikan apersepsi, guru menjelaskan tentang kegiatan
dan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Guru menyampaikan bahwa hari
ini akan belajar tentang proses pelapukan batuan menjadi tanah dengan
menggunakan model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia.
Pada tahap 1 (mengidentifikasi topik dan mengatur murid dalam
kelompok), guru menyampaikan gambaran umum topik/materi yang akan
dipelajari yaitu tentang proses terbentuknya tanah karena pelapukan dengan
berbantu media realia berupa contoh dari hasil pelapukan fisika, kimia dan
biologi. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.
Selanjutnya guru bertanya pada siswa tentang apa saja yang ingin
dipelajari siswa tentang topik yang dipelajari dengan meminta masing-masing
siswa untuk menuliskan pertanyaan pada selembar kertas yang dibagikan guru.
Siswa menuliskan pertanyaan dan setelah selesai mengumpulkannya ke depan
kelas.
Kemudian guru membacakan beberapa pertanyaan yang dituliskan oleh
siswa. Setelah itu, guru mengelompokkan pertanyaan siswa untuk menentukan
subtopik yang akan dipelajari sekaligus menentukan pembagian kelompok.
Kegiatan dilanjutkan dengan guru menjelaskan langkah-langkah model
pembelajaran Group Investigation.
Berdasarkan pertanyaan yang diajukan siswa, guru menuliskan subtopik
yang akan dipelajari di papan tulis. Guru membagi kelompok sesuai dengan
minat siswa yaitu sesuai dengan pertanyaan yang ditulis siswa. Siswa dalam
kelas dibagi menjadi tiga kelompok dengan tiga subtopik berbeda yaitu tentang
subtopik pelapukan fisika, pelapukan biologi dan pelapukan kimia. Siswa
berpindah tempat dan duduk sesuai dengan kelompok.
65
Pada tahap 2 (merencanakan tugas yang akan dipelajari), guru meminta
dan membimbing siswa untuk menyusun rencana penyelidikan. Guru
membimbing siswa dalam menentukan apa saja yang akan diteliti, memilih
sumber yanga akan digunakan dalam penyelidikan dan menentukan pembagian
tugas kelompok. Guru meminta setiap kelompok untuk menentukan ketua dan
sekretaris.
Siswa menyusun rencana penyelidikan dengan bimbingan dari guru.
Selain itu, guru membantu siswa dalam menentukan sumber yang akan
digunakan dalam penyelidikan dengan menyediakan media realia berupa
contoh hasil pelapukan fisika (batu karang), biologi (batu berlumut) dan kimia
(batu yang mengalami peretakan).
Pada tahap 3 (melaksanakan investigasi), guru meminta siswa untuk
memulai melakukan penyelidikan dengan menggunakan sumber yang telah
dipilih. Siswa melakukan penyelidikan dengan bimbingan dari guru. Pada
kegiatan ini, masih ada beberapa siswa yang nampak tidak mau mengerjakan
tugas kelompok.
Guru berkeliling untuk memeriksa kegiatan siswa. Setelah selesai
melakukan penyelidikan, pada tahap 4 (menyiapkan laporan akhir), guru
meminta siswa untuk menuliskan hasil penyelidikan dalam bentuk laporan
akhir. Siswa saling berdiskusi untuk menuliskan laporan akhir. Pada tahap ini,
masih terdapat beberapa siswa yang nampak kesulitan.
Setelah memastikan semua kelompok selesai mengerjakan laporan
akhir, guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa. Pada tahap 5
(mempresentasikan laporan akhir), guru meminta setiap perwakilan kelompok
yaitu untuk mempresentasikan laporan akhir di depan kelas. Kelompok secara
bergantian melaksanakan presentasi dengan baik.
Di setiap akhir presentasi kelompok, guru memberikan kesempatan
kepada anggota kelompok yang lain untuk mengajukan pertanyaan atau
memberikan masukan. Pada tahap ini, siswa belum aktif bertanya atau
menanggapi sehingga guru memeriksa kejelasan presentasi siswa dengan
mengajukan beberapa pertanyaan.
66
Selanjutnya pada tahap 6 (evaluasi), guru melakukan tanya jawab
dengan siswa tentang apa saja yang sudah dipelajari siswa. Guru menunjuk
beberapa siswa secara bergantian untuk menuliskan ringkasan materi yang
sudah dipelajari di papan tulis. Beberapa siswa secara bergantian maju ke
depan kelas untuk menulis.
Setelah itu, guru bersama siswa melaksanakan kegiatan refleksi. Guru
bertanya kepada siswa tentang apa saja pengalaman yang didapat selama
pembelajaran. Guru juga menanyakan tentang kendala atau kesulitan yang
dihadapi siswa. Beberapa siswa ditunjuk untuk menceritakan pengalaman yang
didapat serta kendala atau kesulitan yang dihadapi.
Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa membaca ringkasan materi
yang ada di papan tulis. Setelah itu guru memberikan tindak lanjut berupa soal
evaluasi. Siswa mengerjakan soal dengan baik sesuai dengan alokasi waktu.
Setelah selesai mengerjakan, guru meminta siswa untuk mengumpulkan ke
depan kelas. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam
penutup.
4.1.1.2.3. Hasil Tindakan
Pada subbab ini, akan diuraikan tentang hasil tindakan pada siklus 1. Hasil
tindakan menguraikan hasil analisis data dari lembar observasi kegiatan guru dan
kegiatan siswa sesuai dengan model pembelajaran Group Investigation berbantu
media realia serta hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai soal evaluasi yang
diberikan pada pertemuan kedua.
a. Hasil Analisis Lembar Observasi
1) Pertemuan Pertama
Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan
model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia. Pada
pertemuan pertama, observasi dilakukan oleh teman sejawat dari ibu Puji
Nuryati, S.Pd. yaitu ibu Budi Peni, S.Pd dengan mengisi lembar observasi
kegiatan guru dan kegiatan siswa sesuai dengan model pembelajaran Group
Investigation berbantu media realia.
67
Hasil dari analisis lembar observasi terhadap kegiatan guru dan
siswa sesuai dengan model pembelajaran Group Investigation berbantu
media realia secara rinci disajikan dalam tabel 4.3 dan 4.4.
Tabel 4.3
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 1 Pertemuan Pertama
No Indikator Butir
Pengamatan
Hasil Observasi
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 6 1
3 Kegiatan Inti 12 9 3
4 Kegiatan Penutup 4 3 1
Jumlah 25 20 5
Berdasarkan Tabel 4.3 tentang hasil observasi kegiatan guru
pertemuan pertama, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator
kegiatan pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum nampak atau
belum dilakukan oleh guru. Dari keseluruhan 25 butir pengamatan, 20 butir
pengamatan sudah terlaksana dan terdapat 5 butir pengamatan yang tidak
terlaksana.
Hasil dari pengamatan kegiatan guru secara umum pembelajaran
sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan model Group Investigation
berbantu media realia. Namun masih terdapat beberapa kegiatan guru yang
tidak terlaksana sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
pada pertemuan pertama.
Kegiatan guru yang belum nampak antara lain terdapat dalam
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan
pendahuluan, hanya terdapat satu kegiatan yang tidak dilakukan guru yaitu
guru tidak menyampaikan motivasi belajar kepada siswa.
Pada kegiatan inti, guru tidak menjelaskan tentang langkah-langkah
kegiatan model pembelajaran Group Investigation. Guru tidak melalukan
kegiatan membimbing siswa dalam menyiapkan laporan akhir dan guru juga
tidak melakukan refleksi pembelajaran. Pada kegiatan penutup, guru tidak
menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan guru, terdapat beberapa
catatan yang dituliskan oleh observer. Pada tahap 1 (mengidentifikasi topik
68
dan mengatur murid dalam kelompok), gambaran umum tentang
topik/materi yang akan dipelajari kurang jelas dan media realia yang
digunakan kurang dapat diamati oleh siswa dengan baik.
Kemudian pada tahap 4 (menyiapkan laporan akhir), guru hanya
meminta siswa untuk menuliskan laporan akhir. Pada tahap ini, guru belum
memberikan bimbingan yang baik kepada siswa, sehingga beberapa siswa
nampak kesulitan dalam menuliskan laporan akhir.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1 Pertemuan Pertama
No Indikator Butir
Pengamatan
Hasil Observasi
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan
Pendahuluan
7 6 1
3 Kegiatan Inti 12 10 2
4 Kegiatan Penutup 4 3 1
Jumlah 25 21 4
Berdasarkan Tabel 4.4 tentang hasil observasi kegiatan siswa
pertemuan pertama, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator
kegiatan pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum nampak atau
belum dilakukan oleh siswa. Dari keseluruhan 25 butir pengamatan, 22 butir
pengamatan sudah terlaksana dan terdapat 4 butir pengamatan yang tidak
terlaksana.
Hasil dari pengamatan kegiatan siswa secara umum pembelajaran
sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan model Group Investigation
berbantu media realia. Namun masih terdapat beberapa kegiatan guru yang
tidak terlaksana sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
pada pertemuan pertama.
Kegiatan siswa yang belum nampak antara lain adalah pada kegiatan
pendahuluan yaitu siswa tidak disampaikan atau mendapat motivasi belajar.
Pada kegiatan inti, siswa tidak dijelaskan langkah-langkah model
pembelajaran Group Investigation. Siswa bersama guru tidak melakukan
refleksi pembelajaran. Pada kegiatan penutup, siswa tidak disampaikan
rencana pembelajaran selanjutnya.
69
Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan siswa, terdapat
beberapa catatan yang dituliskan oleh observer. Pada tahap 1
(mengidentifikasi topik dan mengatur murid dalam kelompok), siswa
nampak kesulitan di dalam menyusun atau membuat pertanyaan.
Pada tahap 2 (merencanakan tugas yang akan dipelajari), siswa juga
nampak kesulitan dalam menyusun rencana penyelidikan. Pada tahap 3
(melaksanakan investigasi), beberapa siswa tidak mengerjakan tugas
kelompok. Dalam tahap 4 (menyiapkan laporan akhir), siswa belum
mendapat bimbingan dari guru sehingga nampak kesulitan.
Pada tahap 5 (mempresentasikan laporan akhir), beberapa siswa
nampak sibuk sendiri atau bercanda dengan teman sehingga kurang
memperhatikan presentasi kelompok. Selain itu, siswa juga belum aktif
dalam menanggapi presentasi kelompok ketika diberikan kesempatan oleh
guru disetiap akhir presentasi kelompok.
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, observasi masih dilakukan oleh teman
sejawat dari ibu Puji Nuryati, S.Pd. yaitu ibu Budi Peni, S.Pd dengan
mengisi lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa sesuai dengan
model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia. Kegiatan
observasi bertujuan untuk memeriksa keterlaksanaan model pembelajaran.
Hasil dari analisis lembar observasi terhadap kegiatan guru dan
siswa sesuai dengan model pembelajaran Group Investigation berbantu
media realia secara rinci disajikan dalam Tabel 4.5 dan 4.6.
Tabel 4.5
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 1 Pertemuan Kedua
No Indikator Butir
Pengamatan
Hasil Observasi
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 6 1
3 Kegiatan Inti 12 12 0
4 Kegiatan Penutup 4 4 1
Jumlah 25 23 2
Berdasarkan Tabel 4.5 tentang hasil observasi kegiatan guru
pertemuan kedua, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator kegiatan
70
pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum nampak atau belum
dilakukan oleh guru. Dari keseluruhan 25 butir pengamatan, 23 butir
pengamatan sudah terlaksana dan terdapat 2 butir pengamatan yang tidak
terlaksana.
Hasil dari pengamatan kegiatan guru secara umum pembelajaran
sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan model Group Investigation
berbantu media realia. Namun masih terdapat beberapa kegiatan guru yang
tidak terlaksana sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
pada pertemuan kedua.
Beberapa kegiatan guru yang belum nampak antara lain adalah pada
kegiatan pendahuluan yaitu guru tidak melakukan kegiatan untuk
memeriksa kesiapan belajar siswa. Pada kegiatan penutup, guru tidak
menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan guru, terdapat beberapa
catatan yang dituliskan oleh observer. Pada tahap 1 (mengidentifikasi topik
dan mengatur murid dalam kelompok), gambaran umum tentang
topik/materi yang akan dipelajari sudah baik namun kurang adanya interaksi
media dengan siswa. Dalam tahap 4 (menyiapkan laporan akhir), guru sudah
membimbing namun beberapa siswa masih nampak kesulitan.
Tabel 4.6
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1 Pertemuan Kedua
No Indikator Butir
Pengamatan
Hasil Observasi
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 6 1
3 Kegiatan Inti 12 11 0
4 Kegiatan Penutup 4 3 1
Jumlah 25 23 2
Berdasarkan Tabel 4.6 tentang hasil observasi kegiatan siswa
pertemuan kedua, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator kegiatan
pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum nampak atau belum
dilakukan oleh siswa. Dari keseluruhan 25 butir pengamatan, 23 butir
pengamatan sudah terlaksana dan terdapat 2 butir pengamatan yang tidak
terlaksana.
71
Hasil dari pengamatan kegiatan siswa secara umum pembelajaran
sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan model Group Investigation
berbantu media realia. Namun masih terdapat beberapa kegiatan guru yang
tidak terlaksana sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
pada pertemuan kedua.
Beberapa kegiatan siswa yang belum nampak antara lain adalah pada
kegiatan pendahuluan yaitu siswa tidak diperiksa kesiapan belajarnya oleh
guru. Pada kegiatan penutup, siswa tidak disampaikan tentang rencana
pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan siswa, terdapat
beberapa catatan yang dituliskan oleh observer. Pada tahap 1
(mengidentifikasi topik dan mengatur murid dalam kelompok), siswa sudah
lebih baik dalam menyusun atau membuat pertanyaan. Pada tahap 3
(melaksanakan investigasi), masih ada siswa yang tidak mengerjakan tugas
kelompok.
Dalam tahap 4 (menyiapkan laporan akhir), masih ada siswa yang
nampak kesulitan dalam menulis laporan akhir. Pada tahap 5
(mempresentasikan laporan akhir), beberapa siswa masih ada yang bercanda
dengan teman sehingga kurang memperhatikan presentasi kelompok. Selain
itu, siswa juga belum aktif dalam menanggapi presentasi kelompok.
b. Hasil Analisis Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa pada siklus 1 diperoleh dari nilai soal evaluasi yang
dikerjakan siswa pada pertemuan kedua. Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda
yang terdiri dari 20 butir soal. Nilai siswa diperoleh dengan menghitung skor
yang diperoleh kemudian mengubahnya menjadi nilai akhir. Hasil dari analisis
hasil belajar siswa secara rinci disajikan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA
Siswa Kelas 5 SD Negeri Bugel 01
Tahun Pelajaran 2015/2016
Siklus 1
No Rentang Nilai Frekuensi Presentase (%)
1 42-52 1 6.25
2 53-63 1 6.25
72
3 64-74 2 12.5
4 75-85 10 62.5
5 86-96 2 12.5
Jumlah 16 100
Nilai Rata-rata 74.37
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 50
Berdasarkan Tabel 4.7 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran IPA pada
siklus 1, maka dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi, presentase dan juga
perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah. Dalam
distribusi frekuensi nilai pada siklus 1, perolehan nilai siswa dibagi ke dalam 5
rentang nilai.
Terdapat 1 siswa (6.25%) yang memperoleh nilai pada rentang 42-52,
pada rentang 53-63 juga diperoleh oleh 1 siswa (6.25%). Selanjutnya , terdapat
2 siswa (12.5%) yang memperoleh nilai pada rentang 64-74. Pada rentang nilai
75-85 diperoleh oleh 10 siswa (62.5%) dan 2 siswa (12.5%) yang memperoleh
nilai pada rentang 86-96.
Pada siklus 1, nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 74.37 dengan
nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Berdasarkan tabel nilai mata pelajaran
IPA pada siklus 1 maka dapat digambarkan dalam diagram Tabel pada Gambar
4.3.
Gambar 4.3
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA
Siswa Kelas 5 SD Negeri Bugel 01
Tahun Pelajaran 2015/2016
Siklus 1
0
2
4
6
8
10
12
42-52 53-63 64-74 75-85 86-96
Ju
mla
h S
isw
a
Rentang Nilai
73
Berdarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥75) maka dapat
dialakukan analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum
tuntas. Analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat disajikan
dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Analasis Ketuntasan Belajar Siklus 1
No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Presentase (%)
1 Tuntas ≥ 75 12 75
2 Tidak Tuntas < 75 4 25
Jumlah 16 100
Berdasarkan Tabel 4.8 analisis ketuntasan belajar siklus 1, maka dapat
dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas adalah 12 siswa atau mencapai 75%.
Sedangkan untuk siswa yang belum tuntas adalah 6 siswa atau mencapai 25%.
Ketutasan belajar disajikan dalam diagram lingkaran pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas V SD Negeri Bugel 01
Tahun Pelajaran 2015/2016
Siklus 1
4.1.1.2.4. Refleksi Siklus 1
Setelah dilakukannya kegiatan pembelajaran siklus 1 dari pertemuan
pertama dan kedua, maka selanjutnya diadakan refleksi atas tindakan
pembelajaran di siklus 1. Refleksi digunakan sebagai bahan perbaikan dengan
membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator
aktivitas yang telah ditetapkan.
Melalui kegiatan refleksi, dapat diketahui manfaat bagi guru dan siswa,
kelebihan dan kekurangan dari tindakan menggunakan model group investigaton
75.00%
25.00%
Tuntas
Tidak Tuntas
74
berbantu media realia. Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi yang
dilakukan oleh peneliti, guru kolabolator, guru observer dan beberapa siswa kelas
V.
Dari diskusi yang dilakukan, dapat diketahui manfaat dari pelaksanaan
pembelajaran bagi guru dan siswa. Guru dapat memperoleh pengalaman dan
wawasan baru dalam pembelajaran, guru merasa lebih mudah menyampaikan
materi khususnya dengan menggunakan media realia karena siswa bisa belajar
langsung tentang materi yang dipelajari dan pembelajaran dapat berjalan lebih
efektif.
Selain itu, guru juga merasa dapat memberikan kesempatan bagi siswa
untuk aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan menentukan subtopik, membuat
rencana penyelidikan dan investigasi kelompok. Guru tidak lagi berperan secara
dominan dalam pembelajaran, namun guru berperan menjadi konselor untuk
membimbing siswa dan membantu siswa jika kesulitan dalam mengerjakan
peneyelidikan.
Sedangkan bagi siswa, siswa merasa tertarik dengan materi yang dipelajari
karena guru menggunakan media realia dalam menyampaikan materi. Selain itu,
siswa juga mendapat pengalaman belajar baru melalui investigasi kelompok yang
membuat siswa aktif dalam pembelajaran dan juga belajar melakukan penelitian
sederhana. Siswa merasa lebih mandiri dalam belajar melalui penyelidikan
kelompok, siswa bebas menentukan apa saja yang ingin diteliti atau dipelajari.
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75) pada pelaksanaan tindakan siklus 1 terdapat 12
siswa yang tuntas atau ketuntasan klasikal mencapai 75%. Aritnya hasil dari
tindakan belum memenuhi indikator keberhasilan yang peneliti tentukan sebesar
80%. Berdasarkan hasil analisis, masih terdapat 4 siswa yang memperoleh nilai
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75).
Rata-rata hasil belajar yang dicapai sudah mengalami peningkatan dari
kondisi awal yaitu 65.69 menjadi 74.37 setelah pelaksanaan tindakan pada siklus
1. Namun rata-rata hasil belajar juga belum memenuhi indikator yang ditentukan
75
oleh peneliti yaitu meningkat minimal 5 dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM
≥ 75).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer yaitu ibu Budi
Peni S, Pd. pada pertemuan pertama dan kedua, dapat dianalisis bahwa terdapat
beberapa langkah pembelajaran yang belum nampak dilakukan oleh guru dan
siswa. Namun secara umum pembelajaran sudah berjalan baik sesuai dengan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada Rencana Pelaksanaan Pembelajara
(RPP).
Pada pertemuan pertama, beberapa kegiatan guru yang belum nampak
antara lain adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu guru tidak menyampaikan
motivasi belajar. Pada kegiatan inti, guru tidak menjelaskan tentang langkah-
langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Group Investigation,
guru tidak melalukan kegiatan membimbing siswa dalam menyiapkan laporan
akhir dan guru juga tidak melakukan refleksi pembelajaran. Pada kegiatan
penutup, guru tidak menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya.
Pada pertemuan kedua, guru melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik
nampak dari beberapa kegiatan yang tidak dilakukan pada pertemuan pertama
sudah tampak dilakukan pada pertemuan kedua. Kegiatan guru yang belum
nampak antara lain adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu guru tidak melakukan
kegiatan untuk memeriksa kesiapan belajar siswa. Pada kegiatan penutup, guru
tidak menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya.
Kegiatan siswa dalam pembelajaran sangat dipengaruhi dengan
keterlaksanaan kegiatan guru. Pada pertemuan pertama, kegiatan siswa yang
belum nampak adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu siswa tidak disampaikan
motivasi belajar. Pada kegiatan inti, siswa tidak dijelaskan langkah-langkah model
pembelajaran Group Investigation dan siswa bersama guru tidak melakukan
refleksi pembelajaran. Pada kegiatan penutup, siswa tidak disampaikan rencana
pembelajaran selanjutnya.
Pada pertemuan kedua, kegiatan guru mengalami peningkatan yang
tentunya berpengaruh pada kegiatan siswa. Kegiatan siswa yang belum nampak
antara lain adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu siswa tidak diperiksa kesiapan
76
belajarnya oleh guru. Pada kegiatan penutup, siswa tidak disampaikan tentang
rencana pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan hasil tindakan pada pelaksanaan siklus 1 dapat diketahui
beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penerapan model pembelajaran Group
Investigation berbantu media realia. Kelebihan akan dipertahankan untuk
pelaksanaan siklus 2, sedangkan kekurangan akan diperbaiki untuk pelaksanaan
siklus 2. Kelebihan dan kekurangan tersebut diantaranya:
a. Kelebihan
1. Secara umum pembelajaran sudah terlaksana dengan baik karena sesuai
dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Penggunaan media realia di dalam pembelajaran membuat siswa lebih
tertarik dengan materi pembelajaran karena dapat melihat langsung benda
atau objek yang sedang dipelajari.
3. Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran yaitu nampak pada kegiatan
siswa dalam menentukan subtopik yang akan dipelajari, menyusun rencana
penyelidikan dan dalam melakukan investigasi kelompok.
4. Siswa dapat belajar secara mandiri melalui penyelidikan kelompok dengan
menentukan sendiri apa saja yang ingin diteliti atau dipelajari sesuai
subtopik yang dipilih.
5. Melalui investigasi kelompok, siswa belajar untuk melakukan penyelidikan
atau penelitian sederhana sesuai dengan minatnya terhadap subtopik yang
dipilih.
6. Dengan mengoptimalkan penggunaan media realia, guru merasa lebih
mudah dalam menyampaikan materi kepada siswa sehingga pembelajaran
berjalan lebih efektif.
7. Peran guru yang semula sangat dominan dengan menggunakan ceramah dan
tanya jawab, kini guru mulai tidak mendominasi pelajaran dengan berperan
sebagai konselor bagi siswa dengan membimbing siswa dan membantu
siswa jika merasa kesulitan.
77
8. Kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan alokasi waktu yang
ditentukan.
b. Kekurangan
1. Penerapan model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia
belum terbiasa dilakukan oleh guru dan siswa. Pada pertemuan pertama
guru lupa menyampaikan langkah-langkah kegiatan sehingga siswa nampak
kebingungan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2. Guru kolaborator kurang jelas saat menyampaikan gambaran umum tentang
topik/materi yang akan dipelajari dengan berbantu media realia. Media
realia yang digunakan kurang jelas dilihat oleh siswa dan kurangnya
interaksi antara media realia dengan siswa.
3. Beberapa siswa belum bekerjasama dengan baik saat mengerjakan tugas
kelompok dan saat presentasi kelompok, ada beberapa siswa yang justru
bermain atau bergurau dengan temannya dan siswa juga belum aktif
bertanya atau menganggapi presentasi kelompok.
4. Guru kurang melakukan bimbingan pada siswa pada beberapa kegiatan,
yaitu pada kegiatan siswa untuk menuliskan pertanyaan dalam menentukan
subtopik, menyusun rencana penelitian dan menuliskan laporan akhir.
5. Terdapat beberapa kegiatan yang belum nampak dilakukan oleh guru.
Berdasarkan kekurangan yang ditemukan pada siklus 1, maka peneliti
menganalisis dan berkonsultasi dengan guru kolaborator untuk menyusun
rencana perbaikan perbaikan yang akan diterapkan pada siklus 1. Rencana
perbaikan pada Siklus 2 adalah sebagai berikut:
1. Peneliti dan guru kolaborator melakukan diskusi sebelum melaksanakan
pembelajaran mengenai langkah-langkah model pembelajaran Group
Investigation berbantu media realia sehingga dalam pelaksanaan dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
2. Dalam menyampaikan gambaran umum tentang topik/materi yang akan
dipelajari dengan berbantu media realia, guru memberikan ruang kepada
siswa untuk dapat berinteraksi dengan media realia yang digunakan seperti
78
meminta beberapa siswa untuk maju ke depan kelas untuk mengamati media
realia.
3. Guru kolaborator harus lebih memberikan motivasi kepada siswa untuk dapat
bekerja kelompok dengan baik dan aktif bertanya atau menanggapi presentasi
kelompok. Guru juga dapat mengingatkan secara halus kepada siswa yang
masih bermain atau bercanda saat pembelajaran berlangsung.
4. Guru kolaborator lebih memberikan bimbingan kepada siswa terutama dalam
beberapa kegiatan yaitu pada kegiatan siswa untuk menuliskan pertanyaan
dalam menentukan subtopik, menyusun rencana penelitian dan menuliskan
laporan akhir.
5. Guru kolaborator lebih memahami tentang langkah-langkah pembelajaran
sehingga semua kegiatan dapat terlaksana dengan baik.
4.1.1.3. Siklus 2
Pada subbab siklus 1, akan diuraikan tentang rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, hasil tindakan dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada Siklus 2
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung
selama dua kali 35 menit.
4.1.1.3.1. Rencana Tindakan
Subbab tahap rencana tindakan menjelaskan tentang perencanaan yang
dilakukan oleh peneliti bersama guru kolaborator (guru kelas 5) yaitu ibu Puji
Nuryati, S.Pd. sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan model Group
Investigation berbantu media realia. Tahapan perencanaan tindakan Siklus 2
merupakan upaya perbaikan pelaksanaan pembelajaran siklus 1.
a. Pertemuan Pertama
Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada pertemuan pertama meliputi
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
model Group Investigation berbantu media realia. Penyusunan RPP
didiskusikan dengan ibu Puji Nuryati, S.Pd selaku guru kelas 5 dan sebagai
guru kolaborator. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media yang
akan digunakan serta penentuan waktu penelitian.
79
Berdasarkan RPP yang telah susun, materi pembelajaran yang akan
diajarkan pada pertemuan pertama adalah tentang bagian dari lapisan-lapisan
tanah. Lapisan tanah yang dipelajari terdiri dari lapisan tanah atas, lapisan
tanah tengah, lapisan tanah bawah dan lapisan batuan induk.
Selanjutnya peneliti menyiapkan perlengkapan pembelajaran seperti
media realia yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu model atau tiruan
bagian lapisan-lapisan tanah. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar
observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa sesuai dengan
model Group Investigation berbantu media realia.
b. Pertemuan Kedua
Kegiatan perencanaan pada pertemuan kedua adalah tindak lanjut dari
pertemuan pertama, yang membedakan adalah materi yang dipelajari. Pada
pertemuan kedua materi yang dipelajari adalah tentang jenis-jenis tanah yaitu
jenis tanah humus, tanah liat, tanah berkapur, tanah vulkanik dan tanah
berpasir.
Sama halnya dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua
peneliti bersama guru kolaborator mendiskusikan tentang penyusunan RPP
dengan menggunakan model Group Investigation berbantu media realia.
Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media yang akan digunakan serta
penentuan waktu penelitian.
Selanjutnya peneliti menyiapkan perlengkapan pembelajaran seperti
media realia yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu jenis-jenis tanah
yaitu jenis tanah humus, tanah liat, tanah berkapur, tanah vulkanik dan tanah
berpasir. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar observasi kegiatan
guru dan lembar observasi kegiatan siswa sesuai dengan model Group
Investigation berbantu media realia.
Peneliti juga menyusun soal evaluasi berupa soal pilihan ganda soal
yang akan diteskan pada siswa pada akhir siklus atau pertemuan kedua. Soal
evaluasi disusun berdasarkan materi yang sudah dipelajari siswa pada
pertemuan pertama dan pertemuan kedua.
80
4.1.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan
Subbab pelaksanaan tindakan mendeskripsikan tentang rincian proses
pelaksanaan tindakan dari kegiatan awal sampai kegiatan penutup. Rincian
pelaksaan tindakan Siklus 2 sebagai berikut:
a. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan pada Siklus 2 pertemuan pertama dilaksanakan
pada hari Jumat tanggal 15 April 2016 pukul 07.30-08.40 WIB oleh ibu Puji
Nuryati, S.Pd selaku guru kolaborator. Guru yang ditunjuk sebagai observer
untuk mengamati kegiatan guru dan siswa adalah ibu Budi Peni, S.Pd yang
merupakan teman sejawat dari guru kolaborator.
Kegiatan pembelajaran terdiri dari empat kegiatan yaitu kegiatan pra
pembelajaran, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan pra pembelajaran diawali dengan guru menyiapkan ruang, alat dan
pembelajaran. Siswa menyiapkan perlengkapan pembelajaran. Setelah itu guru
mengatur siswa untuk menempati tempat duduknya masing-masing.
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam
kepada siswa, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru melakukan presensi untuk
memeriksa kehadiran siswa.
Selanjutnya adalah guru memeriksa kesiapan belajar siswa dengan
bertanya, “anak-anak, apakah kalian sudah siap belajar?”. Siswa menjawab
pertanyaan guru. Guru juga memeriksa kembali perlengkapan belajar siswa.
Siswa kembali memeriksa perlengkapan belajarnya. Guru memberikan
motivasi pada siswa dengan mengajak siswa untuk melakukan “tepuk hebat”.
Selanjutnya pada kegiatan apersepsi, guru bertanya pada siswa, “anak-
anak, apakah kalian pernah melihat orang menggali tanah?apa yang bisa kalian
amati?apakah lapisan tanah dari atas sampai dengan bawah itu sama ataukah
berbeda?”. Siswa menjawab pertanyaan guru, beberapa jawaban siswa antara
lain lapisan tanah itu berbeda-beda. Selanjutnya, guru menjelaskan tentang
kegiatan dan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.
81
Pada tahap 1 (mengidentifikasi topik dan mengatur murid dalam
kelompok), guru menyampaikan gambaran umum topik/materi yang akan
dipelajari yaitu tentang bagian-bagian lapisan tanah berbantu media realia
berupa model atau tiruan lapisan tanah. Pada tahap ini, guru meminta beberapa
siswa maju ke depan kelas untuk mengamati media realia yang ditunjukkan
guru.
Selanjutnya guru bertanya pada siswa tentang apa saja yang ingin
dipelajari siswa tentang topik yang dipelajari dengan meminta masing-masing
siswa untuk menuliskan pertanyaan pada selembar kertas yang dibagikan guru.
Siswa mendapat bimbingan dari guru dalam menuliskan pertanyaan.
Setelah siswa selesai menuliskan pertanyaan, guru meminta siswa untuk
mengumpulkan ke depan kelas.Kemudian guru membacakan beberapa
pertanyaan yang dituliskan oleh siswa. Setelah itu, guru mengelompokkan
pertanyaan siswa untuk menentukan subtopik yang akan dipelajari sekaligus
menentukan pembagian kelompok.
Kegiatan dilajutkan dengan guru menjelaskan langkah-langkah model
pembelajaran Group Investigation. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan
siswa, guru membacakan subtopik yang akan dipelajari. Kegiatan selanjutnya
adalah guru membagi kelompok sesuai dengan minat siswa yaitu sesuai dengan
pertanyaan yang ditulis siswa.
Siswa di dalam kelas dibagi menjadi empat kelompok dengan empat
subtopik berbeda yaitu tentang subtopik lapisan tanah atas, lapisan tanah
tengah, lapisan tanah bawah dan lapisan batuan induk. Siswa berpindah tempat
dan duduk sesuai dengan kelompoknya.
Pada tahap 2 (merencanakan tugas yang akan dipelajari), guru meminta
dan membimbing siswa untuk menyusun rencana penyelidikan. Guru
membimbing siswa dala menentukan apa saja yang akan diteliti, memilih
sumber yanga akan digunakan dalam penyelidikan dan menentukan pembagian
tugas kelompok.
Siswa menyusun rencana penyelidikan dengan bimbingan guru. Guru
membantu siswa dalam menentukan sumber yang akan digunakan dalam
82
penyelidikan dengan menyediakan media realia jenis-jenis lapisan tanah. Guru
meminta siswa untuk saling bekerjasama dalam kelompoknya.
Pada tahap 3 (melaksanakan investigasi), guru meminta siswa untuk
melakukan penyelidikan dengan menggunakan sumber yang telah dipilih. Guru
membimbing setiap kelompok dalam melakukan penyelidikan. Pada tahap ini,
sebagian besar siswa sudah bekerjasama dengan baik hanya saja masih terdapat
beberapa siswa yang bergurau dengan temannya.
Guru berkeliling untuk memeriksa kegiatan siswa. Setelah selesai
melakukan penyelidikan, pada tahap 4 (menyiapkan laporan akhir), guru
meminta dan membimbing siswa untuk menuliskan hasil penyelidikan dalam
bentuk laporan akhir. Siswa menuliskan laporan akhir dengan bimbingan dari
guru.
Setelah memastikan semua kelompok selesai mengerjakan laporan
akhir, guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa. Pada tahap 5
(mempresentasikan laporan akhir), guru meminta setiap kelompok untuk
mempresentasikan laporan akhir di depan kelas secara bergantian sesuai
dengan urutan yang ditentukan guru.
Di setiap akhir presentasi kelompok, guru memberikan kesempatan
kepada anggota kelompok yang lain untuk mengajukan pertanyaan atau
memberikan masukan. Beberapa siswa nampak mengajukan pertanyaan. Jika
kelompok tidak bisa menjawab, guru membantu untuk menjawab pertanyaan.
Selanjutnya pada tahap 6 (evaluasi), guru melakukan tanya jawab
dengan siswa tentang apa saja yang sudah dipelajari siswa. Guru menunjuk
beberapa siswa secara bergantian untuk menuliskan ringkasan materi yang
sudah dipelajari di papan tulis. Beberapa siswa maju ke depan kelas untuk
menulis.
Setelah itu, guru bersama siswa melaksanakan kegiatan refleksi. Guru
bertanya kepada siswa tentang apa saja pengalaman yang didapat selama
pembelajaran. Guru juga menanyakan tentang kendala atau kesulitan yang
dihadapi siswa. Beberapa siswa ditunjuk untuk menceritakan pengalaman yang
didapat serta kendala atau kesulitan yang dihadapi.
83
Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa membaca ringkasan materi
yang ada di papan tulis. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas kepada
masing-masing siswa untuk membawa contoh tanah yang di dapat di sekitar
tempat tinggal agar pada pertemuan selanjutnya. Kemudian guru menjelaskan
rencana pembelajaran selanjutnya. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucapkan salam penutup.
b. Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan pada Siklus 2 pertemuan kedua dilaksanakan
pada hari Senin tanggal 18 April 2016 pukul 09.00-10.10 WIB oleh ibu Puji
Nuryati, S.Pd selaku guru kolaborator. Guru yang ditunjuk sebagai observer
untuk mengamati kegiatan guru dan siswa adalah ibu Budi Peni, S.Pd yang
merupakan teman sejawat dari guru kolaborator.
Kegiatan pembelajaran terdiri dari empat kegiatan yaitu kegiatan pra
pembelajaran, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan pra pembelajaran diawali dengan guru menyiapkan ruang, alat dan
media pembelajaran. Siswa menyiapkan perlengkapan belajarnya. Setelah itu,
guru mengatur siswa untuk menempati tempat duduknya masing-masing.
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam
kepada siswa, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru melakukan presensi untuk
memeriksa kehadiran siswa.
Selanjutnya adalah guru memeriksa kesiapan belajar siswa dengan
bertanya, “anak-anak, apakah kalian sudah siap belajar?”. Siswa menjawab
pertanyaan dari guru.Guru juga memeriksa kembali perlengkapan belajar
siswa. Guru memberikan motivasi pada siswa dengan mengajak siswa untuk
menyanyikan lagu “Siapa yang mau belajar”.
Pada kegiatan apersepsi, guru bertanya pada siswa, “Anak-anak, siapa
saja yang hari ini membawa contoh tanah yang di bawa dari rumah? ayo coba
keluarkan tanah yang kalian bawa. Coba amati tanah yang kalian bawa, apakah
semua jenisya sama ataukah berbeda?”.
84
Siswa mengeluarkan tanah yang sudah dibawa. Siswa mengamati tanah
yang ia bawa dan juga mengamati tanah yang dibawa oleh teman. Siswa
menjawab pertanyaan guru, beberapa jawaban siswa antara lain jenis-jenis
tanah berbeda beda. Setelah menyampaikan apersepsi, guru menjelaskan
tentang kegiatan dan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.
Pada tahap 1 (mengidentifikasi topik dan mengatur murid dalam
kelompok), guru menyampaikan gambaran umum topik/materi yang akan
dipelajari yaitu tentang bagian-bagian lapisan tanah berbantu media realia
berupa jenis tanah humus, liat, vulkanik, berkapur dan berpasir. Pada tahap ini,
guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk mengamati media
realia yang ditunjukkan guru.
Selanjutnya guru bertanya pada siswa tentang apa saja yang ingin
dipelajari siswa tentang topik yang dipelajari dengan meminta masing-masing
siswa untuk menuliskan pertanyaan pada selembar kertas yang dibagikan guru.
Siswa mendapat bimbingan dari guru dalam menuliskan pertanyaan. Setelah
siswa selesai menuliskan pertanyaan, guru meminta siswa untuk
mengumpulkan ke depan kelas.
Kemudian guru membacakan beberapa pertanyaan yang dituliskan oleh
siswa. Setelah itu, guru mengelompokkan pertanyaan siswa untuk menentukan
subtopik yang akan dipelajari sekaligus menentukan pembagian kelompok.
Kegiatan dilajutkan dengan guru menjelaskan langkah-langkah model
pembelajaran Group Investigation.
Berdasarkan pertanyaan yang diajukan siswa, guru membacakan
subtopik yang akan dipelajari. Kegiatan selanjutnya adalah guru membagi
kelompok sesuai dengan minat siswa yaitu sesuai dengan pertanyaan yang
ditulis siswa.
Siswa di dalam kelas dibagi menjadi empat kelompok dengan empat
subtopik berbeda yaitu tentang subtopik lapisan tanah atas, lapisan tanah
tengah, lapisan tanah bawah dan lapisan batuan induk. Siswa berpindah tempat
dan duduk sesuai dengan kelompoknya.
85
Pada tahap 2 (merencanakan tugas yang akan dipelajari), guru meminta
dan membimbing siswa untuk menyusun rencana penyelidikan. Guru
membimbing siswa dalam menentukan apa saja yang akan diteliti, memilih
sumber yanga akan digunakan dalam penyelidikan dan menentukan pembagian
tugas kelompok.
Siswa menyusun rencana penyelidikan dengan bimbingan guru. Guru
membantu siswa dalam menentukan sumber yang akan digunakan dalam
penyelidikan dengan menyediakan media realia jenis-jenis tanah (tanah humus,
liat, vulkanik, berkapur dan berpasir). Guru meminta siswa untuk saling
bekerjasama dalam kelompoknya.
Pada tahap 3 (melaksanakan investigasi), guru meminta siswa untuk
melakukan penyelidikan dengan menggunakan sumber yang telah dipilih. Guru
berkeliling untuk memeriksa kegiatan siswa. Siswa melakukan penyelidikan
dengan bimbingan dari guru.
Guru membimbing setiap kelompok dalam melakukan penyelidikan.
Guru juga membimbing siswa dalam melakukan penyelidikan di luar kelas.
Siswa dengan bimbingan guru melakukan pembuktian tentang ciri-ciri tanah
jika diberikan air.
Setelah selesai melakukan penyelidikan, pada tahap 4 (menyiapkan
laporan akhir), guru meminta dan membimbing siswa untuk menuliskan hasil
penyelidikan dalam bentuk laporan akhir. Siswa menuliskan laporan akhir
dengan bimbingan dari guru. Setelah memastikan semua kelompok selesai
mengerjakan laporan akhir, guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa.
Pada tahap 5 (mempresentasikan laporan akhir), guru meminta setiap
kelompok untuk mempresentasikan laporan akhir di depan kelas secara
bergantian sesuai dengan urutan yang ditentukan guru. Setiap kelompok secara
bergantian melalukan presentasi.
Di setiap akhir presentasi kelompok, guru memberikan kesempatan
kepada anggota kelompok yang lain untuk mengajukan pertanyaan atau
memberikan masukan. Beberapa siswa nampak aktif dalam mengajukan
86
pertanyaan. Jika kelompok tidak bisa menjawab, guru membantu untuk
menjawab pertanyaan.
Pada tahap 6 (evaluasi), guru melakukan tanya jawab dengan siswa
tentang apa saja yang sudah dipelajari siswa. Guru menunjuk beberapa siswa
secara bergantian untuk menuliskan ringkasan materi yang sudah dipelajari di
papan tulis. Beberapa siswa maju kedepan kelas untuk menulis.
Setelah itu, guru bersama siswa melaksanakan kegiatan refleksi. Guru
bertanya kepada siswa tentang apa saja pengalaman yang didapat selama
pembelajaran. Guru juga menanyakan tentang kendala atau kesulitan yang
dihadapi siswa. Beberapa siswa ditunjuk untuk menceritakan pengalaman yang
didapat serta kendala atau kesulitan yang dihadapi.
Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa membaca ringkasan materi
yang ada di papan tulis. Setelah itu guru memberikan tindak lanjut dengan
meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi. Setelah semua siswa selesai
mengerjakan, guru meminta siswa untuk mengumpulakan ke depan kelas.
Kemudian guru menjelaskan rencana pembelajaran selanjutnya. Guru
mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
4.1.1.3.3. Hasil Tindakan
Pada subbab ini, akan diuraikan tentang hasil tindakan pada Siklus 2. Hasil
tindakan menguraikan hasil analisis data dari lembar observasi kegiatan guru dan
kegiatan siswa sesuai dengan model pembelajaran Group Investigation berbantu
media realia serta hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai soal evaluasi yang
diberikan pada pertemuan kedua.
a. Hasil Analisis Lembar Observasi
1) Pertemuan Pertama
Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan
model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia. Pada
pertemuan pertama, observasi masih dilakukan oleh teman sejawat dari ibu
Puji Nuryati, S.Pd. yaitu ibu Budi Peni, S.Pd dengan mengisi lembar
observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa sesuai dengan model
pembelajaran Group Investigation berbantu media realia.
87
Hasil dari analisis lembar observasi terhadap kegiatan guru dan
siswa sesuai dengan model pembelajaran Group Investigation berbantu
media realia secara rinci disajikan dalam Tabel 4.9 dan 4.10.
Tabel 4.9
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 2 Pertemuan Pertama
No Indikator Butir
Pengamatan
Pertemuan Pertama
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 7 0
3 Kegiatan Inti 12 12 0
4 Kegiatan Penutup 4 4 0
Jumlah 25 25 0
Berdasarkan Tabel 4.9 hasil observasi kegiatan guru pertemuan
pertama, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator kegiatan
pembelajaran yang dijabarkan dalam 25 butir pengamatan, semuanya telah
nampak dilakukan oleh guru.
Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan guru, terdapat catatan
yang dituliskan oleh observer yaitu pembelajaran sudah berlangsung dengan
baik. Guru diminta untuk memperhatikan beberapa siswa yang masih belum
mengerjakan tugas kelompok dengan baik. Hal ini nampak dari semua butir
pengamatan pada lembar observasi telah dilakukan oleh guru selama
pembelajaran berlangsung.
Tabel 4.10
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 2 Pertemuan Pertama
No Indikator Butir
Pengamatan
Pertemuan Pertama
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 7 0
3 Kegiatan Inti 12 12 0
4 Kegiatan Penutup 4 4 0
Jumlah 25 25 0
Berdasarkan Tabel 4.10 hasil observasi kegiatan siswa pertemuan
pertama, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator kegiatan
pembelajaran yang dijabarkan dalam 25 butir pengamatan, semuanya telah
nampak dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan siswa, terdapat catatan
yang dituliskan oleh observer yaitu pembelajaran sudah berlangsung dengan
88
baik. Hal ini juga nampak dari semua butir pengamatan pada lembar
observasi telah dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung.
Namun ada beberapa siswa yang belum mengerjakan tugas kelompok
dengan baik.
2) Pertemuan Kedua
Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan
model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia. Pada
pertemuan pertama, observasi masih dilakukan oleh teman sejawat dari ibu
Puji Nuryati, S.Pd. yaitu ibu Budi Peni, S.Pd dengan mengisi lembar
observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa sesuai dengan model
pembelajaran Group Investigation berbantu media realia.
Hasil dari analisis lembar observasi terhadap kegiatan guru dan
siswa sesuai dengan model pembelajaran Group Investigation berbantu
media realia secara rinci disajikan dalam Tabel 4.11 dan 4.12.
Tabel 4.11
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 2 Pertemuan Kedua
No Indikator Butir
Pengamatan
Pertemuan Pertama
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 7 0
3 Kegiatan Inti 12 12 0
4 Kegiatan Penutup 4 4 0
Jumlah 26 26 0
Berdasarkan Tabel 4.11 hasil observasi kegiatan guru pertemuan
pertama, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator kegiatan
pembelajaran yang dijabarkan dalam 25 butir pengamatan, semuanya telah
nampak dilakukan oleh guru.
Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan guru, terdapat catatan
yang dituliskan oleh observer yaitu pembelajaran sudah berlangsung dengan
sangat baik dan kondusif. Hal ini nampak dari semua butir pengamatan pada
lembar observasi telah dilakukan oleh guru selama pembelajaran
berlangsung.
89
Tabel 4.12 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 2 Pertemuan Kedua
No Indikator Butir
Pengamatan
Pertemuan Pertama
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 7 0
3 Kegiatan Inti 12 12 0
4 Kegiatan Penutup 4 4 0
Jumlah 26 26 0
Berdasarkan Tabel 4.12 hasil observasi kegiatan siswa pertemuan
pertama, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator kegiatan
pembelajaran yang dijabarkan dalam 25 butir pengamatan, semuanya telah
nampak dilakukan oleh siswa. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
pembelajaran sudah berjalan dengan baik, siswa telah melakukan semua
kegiatan pembelajaran sesuai yang tertulis dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan siswa, terdapat catatan
yang dituliskan oleh observer yaitu pembelajaran sudah berlangsung dengan
sangat baik dan kondusif. Hal ini juga nampak dari semua butir pengamatan
pada lembar observasi telah dilakukan oleh siswa selama pembelajaran
berlangsung.
b. Hasil Analisis Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa pada Siklus 2 diperoleh dari nilai soal evaluasi yang
dikerjakan siswa pada pertemuan kedua. Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda
yang terdiri dari 20 butir soal. Nilai siswa diperoleh dengan menghitung skor
yang diperoleh kemudian mengubahnya menjadi nilai akhir. Hasil dari analisis
hasil belajar siswa secara rinci disajikan dalam Tabel 4.13.
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA
Siswa Kelas 5 SD Negeri Bugel 01
Tahun Pelajaran 2015/2016
Siklus 2
No Rentang Nilai Frekuensi Presentase (%)
1 75-79 4 25
2 80-84 3 18.75
3 85-89 5 31.25
4 90-94 2 12.5
5 95-99 2 12.5
Jumlah 16 100
90
Nilai Rata-rata 83.43
Nilai Tertinggi 95
Nilai Terendah 75
Berdasarkan Tabel 4.13 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran IPA
pada Siklus 2, maka dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi, presentase
dan juga perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah.
Terdapat 4 siswa (25%) yang memperoleh nilai pada rentang 75-79, pada
rentang 80-84 juga diperoleh oleh 3 siswa (18.75%). Selanjutnya , terdapat 5
siswa (31.25%) yang memperoleh nilai pada rentang 85-89. Pada rentang nilai
90-94 diperoleh oleh 2 (12.5%) siswa dan 2 siswa (12.5%) yang memperoleh
nilai pada rentang 95-99.
Pada Siklus 2, nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 83.84 dengan nilai
tertinggi 95 dan nilai terendah 75. Berdasarkan tabel nilai mata pelajaran IPA
pada Siklus 2 maka dapat digambarkan dalam diagram tabel pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA
Siswa Kelas 5 SD Negeri Bugel 01
Tahun Pelajaran 2015/2016
Siklus 2
Berdarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥75) maka dapat
dialakukan analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum
tuntas. Analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 2 dapat disajikan
dalam Tabel 4.14.
0
1
2
3
4
5
6
75-79 80-84 85-89 90-94 95-99
Ju
mla
h S
isw
a
Rentang Nilai
91
Tabel 4.14
Analisis Ketuntasan Belajar Siklus 2
No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Presentase (%)
1 Tuntas ≥ 75 16 100
2 Tidak Tuntas < 75 0 0
Jumlah 16 100
Berdasarkan Tabel 4.14 analisis ketuntasan belajar siklus 2, maka dapat
dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas mencapai 100% artinya semua
siswa telah tuntas dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75). Ketutasan
belajar disajikan dalam diagram lingkaran pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas V SD Negeri Bugel 01
Tahun Pelajaran 2015/2016
Siklus 2
4.1.1.3.4. Refleksi Siklus 2
Setelah dilakukannya kegiatan pembelajaran siklus 2 dari pertemuan
pertama dan kedua, maka selanjutnya diadakan refleksi atas tindakan
pembelajaran di siklus 2. Refleksi digunakan sebagai bahan perbaikan dengan
membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator
aktivitas yang telah ditetapkan.
Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi yang dilakukan oleh
peneliti, guru kolabolator, guru observer dan beberapa siswa kelas 5. Pada
pelaksanaan tindakan siklus 2, peneliti dan guru kolaborator telah melakukan
berbagai upaya perbaikan tindakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1.
Berdasarkan hasil refleksi diketahui bahwa guru kolaborator sudah dapat
menerapkan model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia
100%
Tuntas
92
dengan sangat baik. Hal ini nampak pada hasil observasi kegiatan guru dan siswa
yang menunjukkan bahwa seluruh indikator pengamatan kegiatan pembelajaran
sudah dilakukan selama proses pembelajaran.
Pada pertemuan pertama, berdasarkan catatan hasil observasi kegiatan siswa
masih terdapat beberpa siswa yang bergurau dengan teman saat diskusi kelompok.
Namun pada pertemuan kedua, kekurangan tersebut sudah tidak nampak lagi dan
pembelajaran sudah dapat terlaksana dengan sangat baik.
Melalui model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia,
siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan
untuk menentukan subtopik yang akan dipelajari, berdasarkan pertanyaan yang
diajukan siswa. Siswa berperan aktif dalam menyusun rencana penyelidikan dan
melakukan penyelidikan. Selain itu, siswa juga merasa lebih tertarik dengan
materi yang dipelajari dengan bantuan media realia yang dibawa oleh guru.
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan Kriteria Ketuntasan Belajar
(KKM ≥ 75) maka diperoleh data sebanyak 16 siswa dengan presentase 100%
tuntas. Berdasarkan indikator keberhasilan ketuntasan belajar yang telah
ditentukan oleh peneliti yaitu 80%, maka dapat dinyatakan bahwa indikator
keberhasilan telah tercapai karena presentase ketuntasan telah mencapai 100%.
Sedangkan untuk perolehan nilai rata-rata belajar secara klasikal mencapai
83.43. Jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan berdasarkan nilai rata-rata
belajar secara klasikal yang sudah ditentukan peneliti yaitu naik minimal 5 dari
Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM ≥ 75), maka dapat dinyatakan bahwa indikator
keberhasilan juga telah tercapai karena nilai rata-rata belajar telah naik lebih dari
5 dari Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM ≥ 75).
Dapat disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan yang muncul pada
siklus 1 dapat diselesaikan dengan baik melalui upaya yang direncanakan pada
refleksi siklus 1 dan dilakukan pada Siklus 2. Hasil tindakan yang diperoleh pada
Siklus 2 juga telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh
peneliti.
93
4.2 Hasil Analisis Data
Pada bab analisis data, akan diuraikan tentang perbandingan hasil belajar
dan ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Bugel 01 Salatiga pada
kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Melalui perbandingan belajar dan ketuntasan
hasil belajar pada kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2, maka dapat diketahui
perbedaan dan peningkatan yang ditemukan. Perbandingan ketuntasan belajar IPA
ditunjukan pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15
Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA
Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
No Ketuntasan
Belajar
Nilai Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1. Tuntas ≥ 75 6 37.50 12 75 16 100
2. Tidak Tuntas < 75 10 62.50 4 25 0 0
Jumlah 16 100 16 100 16 100
Nilai Rata-rata 65.69 74.37 83.43
Berdasarkan Tabel 4.15 perbandingan ketuntasan belajar IPA, dapat
diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus 1 dan
Siklus 2. Pada kondisi awal, siswa yang tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM ≥ 75) hanya berjumlah 6 siswa (37.50%), sementara siswa yang
belum tuntas berjumlah 10 siswa (62.50%).
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus 1, nampak peningkatan jumlah
siswa yang tuntas yaitu dengan jumlah 12 siswa (75%), sedangkan siswa yang
belum tuntas berjumlah 4 siswa (25%). Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1,
dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai
indikator keberhasilan yaitu mencapai 80% dari total keseluruhan siswa sehingga
masih diperlukan perbaikan pada Siklus 2.
Setelah pelaksanaan tindakan pada Siklus 2, jumlah siswa yang tuntas
mencapai 100% atau seluruh siswa telah tuntas dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM ≥ 75). Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1, dapat diketahui bahwa
ketuntasan belajar secara klasikal telah mencapai atau memenuhi indikator
keberhasilan yang ditetapkan yaitu mencapai 80% dari total keseluruhan siswa.
Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat
dalam diagram tabel pada Gambar 4.7.
94
Gambar 4.7
Diagam Batang Ketuntasan Belajar IPA
Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa selain ketuntasan hasil
belajar klasikal yang meningkat, nilai rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami
peningkatan. Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD
Negeri Bugel 01 pada kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2 ditunjukan dalam Tabel
4.16.
Tabel 4.16
Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Beajar IPA
Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
Hasil Tindakan Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Nilai Rata-rata Hasil
Belajar IPA
65.69 74.37 83.43
Berdasarkan Tabel 4.16 tentang perbandingan nilai rata-rata hasil belajar
siswa, dapat diketahui terdapat peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada
kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2. Pada kondisi awal, nilai rata-rata hasil belajar
siswa hanya mencapai 65.69. Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, nilai rata-
rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 74.37.
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1, dapat diketahui bahwa perolehan
nilai rata-rata hasil belajar siswa juga belum mencapai indikator keberhasilan
yang telah ditentukan yaitu meningkat minimal 5 dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM ≥ 75). Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan melalui
pelaksanaan tindakan pada siklus 2.
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Tuntas 6 12 16
Tidak Tuntas 10 4 0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Jum
lah
Sis
wa
95
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 2, diketahui bahwa hasil belajar
IPA semakin mengalami peningkatan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada
Siklus 2 mencapai 83.43. Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa
kelas V SD Negeri Bugel 01 pada kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2 dilihat
dalam diagram batang pada gambar 4.8 sebagai berikut:
Gambar 4.8
Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar IPA
Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
4.3 Pembahasan
Hasil dokumentasi awal menunjukkan hasil belajar siswa masih rendah
yaitu kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75). Data hasil belajar
siswa yang diperoleh dari nilai Ulangan Tengah Semester (UAS) pada semester I
tahun ajaran 2015/2016 menunjukkan bahwa dari keseluruhan jumlah siswa yaitu
16 siswa terdapat 10 siswa (62.50%) yang belum tuntas dan hanya 6 siswa
(37.50%) yang tuntas.
Untuk mengatasi permasalahan yang telah dikemukakan maka diperlukan
model pembelajaran dan media yang tepat dalam pembelajaran IPA. Menurut
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2007), proses pembelajaran IPA
ditekankan pada pemberian pengalaman langsung serta mendorong siswa untuk
melakukan inkuiri atau penemuan agar mendapat pemahaman yang mendalam
serta mengembangkan kompetensi dalam memperlajari alam secara ilmiah.
65.69
74.37
83.43
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Rata-rata
96
Hal yang hampir serupa juga dikemukakan oleh Susanto (2013) bahwa
pembelajaran IPA diharapkan dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan dapat
memberikan pengalaman belajar langsung bagi siswa. Budiningsih (2005: 39)
memaparkan bahwa melalui gambaran konkret dapat mengatasi keterbatasan
berpikir anak pada tahap operasional konkret.
Berdasarkan kondisi yang demikian, maka peneliti merasa diperlukan
adanya tindakan perbaikan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
berbantu media realia. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
berbantu media realia dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA.
Dalam artikel “Group Investigation Expands Cooperative Learning” tahun
1989, Yeal Sharan dan Shlomo Sharan menyatakan bahwa kelompok investigasi
menjadi sarana yang efektif untuk mendorong dan membimbing keterlibatan
siswa dalam pembelajaran, yaitu siswa mengambil peran yang penting dalam
merencanakan apa dan bagaimana yang akan dipelajari.
Hal serupa juga diungkapkan Mitchell dkk (2008: 389) bahwa Group
Investigation memungkinkan siswa bukan hanya sebagai penerima namun terlibat
langsung dalam memperoleh pengetahuan. Slavin (dalam Rusman, 2013: 221)
menjelaskan bahwa GI tepat diterapkan dalam pembelajaran biologi (IPA) karena
topik dan desain tugas yang mengarah pada metode penelitian ilmiah.
Melalui group investigation, siswa tidak hanya terlibat secara aktif dalam
pembelajaran melalui proses demokrasi yang diciptakan dalam kelas namun siswa
juga membangun pengetahuannya melalui penemuan dalam proses penyelidikan
kelompok. Hal ini sangatlah tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA yang
membutuhkan keterampilan proses melalui penemuan.
Spycher (dalam Kinard dan Gainer, 2015: 16) mengartikan realia sebagai
objek yang ditemukan di dunia nyata. Wibowo dan Sutijno (2005) menyatakan
bahwa belajar melalui pengalaman dengan media nyata merupakan cara yang
tepat dan bijaksana dilakukan oleh guru. Hal ini dapat membantu guru untuk
mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien.
97
Media realia dapat membantu siswa untuk mendapat pengalaman langsung
dalam belajar. Siswa dapat berinteraksi langsung dengan objek atau benda nyata
yang sedang dipelajari. Pengalaman melalui media nyata dapat membantu siswa
untuk mempelajari materi secara lebih konkret sehingga siswa lebih mudah
memahami dan mengingat materi yang dipelajari.
Hasil tindakan pada siklus 1 yang diperoleh dari nilai siswa pada soal
evaluasi siklus 1 menunjukkan ketuntasan belajar telah mengalami peningkatan
dibandingkan dengan kondisi awal. Ketuntasan belajar mencapai 75% atau 12
siswa sudah dinyatakan tuntas dan masih terdapat 4 siswa (25%) yang belum
tuntas. Sedangkan untuk rata-rata hasil belajar mencapai 74.37.
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa peningkatan hasil belajar
siswa pada siklus 1 disebabkan perubahan perilaku guru dan siswa saat
menggunakan model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia.
Perilaku guru dan siswa yang muncul pada siklus 1 berbeda jika dibandingkan
dengan perilaku yang muncul pada kondisi awal ketika menggunakan model
ceramah dan tanya jawab serta belum menggunakan media pembelajaran.
Perubahan perilaku guru dipengaruhi oleh model pembelajaran yang
digunakan. Pada pelaksanaan siklus 1, perilaku guru tidak lagi mendominasi
pembelajaran dengan ceramah dan tanya jawab seperti yang muncul pada kondisi
awal. Melalui model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia,
guru hanya berperan sebagai fasilitator atau konselor bagi siswa dalam belajar.
Pada pelaksanaan model pembelajaran Group Investigation berbantu media
realia, masih ditemukan aspek ceramah dan tanya jawab yang dilakukan guru.
Namun perbedaannya adalah ceramah dan tanya jawab yang dilakukan oleh guru
tidak mendominasi seluruh rangkaian pembelajaran dari awal hingga akhir.
Pada salah satu kegiatan guru pada tahap 1, guru memberikan penjelasan
atau gambaran umum tentang materi atau topik yang akan dipelajari dengan
berbantu media realia. Pada kegiatan ini, guru hanya memberikan penjelasan atau
ceramah singkat pada siswa dan bukan merupakan penjelasan atau ceramah yang
mendominasi pembelajaran seperti yang ditemukan pada kondisi awal.
98
Pada kegiatan presentasi kelompok, guru juga masih menggunakan tanya
jawab sebagai suatu inisiatif untuk memancing siswa dalam menanggapi
presentasi kelompok. Pada tahap evaluasi pembelajaran, guru bertanya jawab
tentang materi yang sudah dipelajari dan pengalaman yang diperoleh siswa selama
proses pembelajaran. Tanya jawab hanya sebagai bentuk interaksi dengan siswa
bukan sebagai kegiatan yang mendominasi pembelajaran.
Perilaku guru juga berubah terkait dengan penggunaan media dalam
pembelajaran. Jika sebelumnya pada kondisi awal guru belum menggunakan
media dalam menyampaikan materi, pada pelaksanaan tindakan siklus 1 ini guru
memanfaatkan media realia. Guru memberikan gambaran tentang topik yang akan
dipelajari dengan menggunakan media realia.
Perubahan perilaku siswa seiring dengan perubahan perilaku guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Pada kondisi awal ditemukan bahwa sikap siswa
pasif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan ceramah dari
guru dan sesekali menjawab ketika guru memberikan pertanyaan. Namun setelah
dilakukan tindakan siklus 1, sikap siswa berubah menjadi aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Melalui model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia,
siswa mulai terlibat aktif dalam pembelajaran yang nampak dalam semua tahap
kegiatan Group Investigation. Siswa aktif dalam menentukan subtopik yang akan
dipelajari, menyusun rencana penyelidikan, melaksanakan investigasi, presentasi
kelompok dan evaluasi pembelajaran.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh pengetahuan melalui
rangkaian kegiatan pembelajaran menjadikan siswa lebih mudah untuk memahami
materi yang sedang dipelajari. Siswa tidak memperoleh informasi tentang materi
secara utuh dari penyampaian guru namun siswa terlibat langsung dalam proses
penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta tentang materi yang dipelajari.
Hal ini dikuatkan dengan beberapa pendapat pakar. Sharan (2014)
menjelaskan bahwa disaat berlangsungnya penelitian yang dilakukan siswa untuk
menjawab masalah, siswa tidak menerima yang diberikan guru kepada mereka,
namun siswa membangun pengetahuan mereka sendiri.
99
Selain itu Sharan dan Sharan (1987: 17) juga menjelaskan bahwa Group
Investigation merupakan sarana yang efektif untuk mendorong dan membimbing
keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Selain itu, Mitchell dkk.
(2008: 389) juga menyatakan bahwa Group Investigation memungkinkan siswa
bukan hanya sebagai penerima namun terlibat langsung dalam memperoleh
pengetahuan.
Rangkaian kegiatan investigasi dapat memunculkan inisiatif siswa dalam
belajar. Siswa belajar untuk membuat pertanyaan tentang topik yang dipelajari,
menyusun rencana penyelidikan untuk kemudian melakukan investigasi atau
penyelidikan dalam kelompoknya.
Kegiatan investigasi kelompok juga dapat menumbuhkan motivasi intrinsik
pada diri siswa. Siswa melakukan penyelidikan sesuai dengan minat terhadap
subtopik tertentu. Pembagian kelompok juga didasarkan pada minat siswa. Hal ini
dapat memunculkan motivasi tersendiri bagi siswa karena dapat belajar sesuai
dengan minatnya.
Hal ini dikuatkan dengan pendapat dari Sharan (2014) yang menyatakan
bahwa proses investigasi menekankan inisiatif siswa yaitu dengan pertanyaan
yang mereka ajukan, sumber-sumber yang mereka temukan serta jawaban yang
mereka rumuskan.
Selain itu, Sharan (2014) juga menjelasakan bahwa motivasi intrinsik
merupakan salah satu komponen utama di dalam investigasi kelompok.
Investigasi kelompok dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam
menentuukan apa yang dipelajari dan bagaimana cara belajar sehingga dapat
mendatangkan motivasi yang kuat dalam proses penyelidikan.
Perilaku siswa juga berubah terkait dengan penggunaan media yang dibawa
oleh guru dalam pembelajaran. Jika sebelumnya pada kondisi awal guru belum
menggunakan media pembelajaran sehingga siswa hanya mendapatkan materi
pembelajaran hanya dari penjelasan guru.
Melalui penggunaan media realia, siswa tertarik dengan media dan juga
mendapat pengalaman belajar langsung dengan menggunakan benda nyata atau
konkret sehingga lebih mudah memahami materi pembelajaran. Melalui media
100
realia, siswa mendapat pengalamana belajar langsung tentang materi pembelajaran
yang bersifat abstrak.
Siswa tertarik dengan media realia yang digunakan guru dalam
pembelajaran. Selain itu, media realia memudahkan siswa dalam melakukan
penyelidikan sehingga siswa lebih mudah memahami materi menggunakan benda
konkret secara langsung. Media realia menjadi sarana yang efektif bagi guru
dalam menyampaikan materi sekaligus mencapai tujuan pembelajaran.
Hal ini dikuatkan dengan beberapa pendapat pakar terkait penggunaan
media realia. Burden dan Byrd (1999) menyatakan bahwa media realia mampu
menyampaikan tujuan pengalaman langsung pada siswa sehingga mampu
memberikan makna yang sebenarnya untuk kata-kata yang bersifat abstrak.
Kemp dan Dayton (dalam Susilana dan Riyana, 2011: 9) yang menyatakan
bahwa media dapat menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik. Selain itu,
Wibowo dan Sutijno (2005) juga berpendapat bahwa belajar melalui pengalaman
nyata merupakan cara yang tepat dan bijaksana bagi guru agar pembelajaran dapat
berjalan secara efektif dan efisien.
Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus 1, menunjukkan bahwa Group
Investigation mampu untuk mengatasi masalah akademik siswa yaitu hasil belajar
yang rendah pada kondisi awal. Keterampilan kognitif siswa meningkat setelah
pelaksanaan siklus 1.
Hal ini dikuatkan dengan pendapat yang dipaparkan oleh Joyce, dkk. (2009)
yang menyatakan bahwa Group Investigation mampu membendung dan
mengatasi semua masalah akademik. Agada di dalam penelitiannya melaporkan
bahwa Group Investigation dapat meningkatkan aspek keterampilan sosial dan
kognitif siswa (Mitchell dkk., 2008).
Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan perilaku guru dan siswa
dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation berbantu media
realia dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa
komponen guru dan siswa serta interaksinya dengan metode pembelajaran dan
media pembelajaran dapat berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran.
101
Hal ini dikuatkan dengan pendapat yang dipaparkan oleh Sumiati dan Asra
(2011: 3) bahwa pembelajaran terdiri dari tiga komponen yaitu guru, materi dan
siswa. Ketiga komponen saling berinteraksi dan melibatkan sarana dan prasarana
pembelajaran seperti metode pembelajaran, media pembelajaran dan penataan
lingkungan belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, dapat dikaji beberapa kekurangan terkait
dengan proses pembelajaran yang muncul pada siklus 1. Hal yang dianggap
kurang maksimal dalam pelaksanaan siklus 1 adalah peran guru dalam
pembelajaran. Guru kurang maksimal di dalam memberikan bimbingan kepada
siswa sehingga menimbulkan respon siswa yang kurang baik.
Respon siswa yang muncul saat pembelajaran adalah sebagian besar siswa
bingung dan kesulitan dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru. Beberapa
siswa belum dapat bekerja dengan baik dalam kelompoknya, justru bergurau dan
bermain sendiri. Hal ini tentu berdampak terhadap hasil belajar siswa.
Ketika siswa bingung dan kesulitan dalam mengerjakan tentu hasil yang
diperoleh tidak maksimal. Beberapa siswa yang tidak bekerja dengan baik dalam
kelompoknya menunjukkan bahwa belum adanya interaksi dan kerjasama yang
baik dalam melaksanakan investigasi kelompok.
Kekurangan yang muncul pada siklus 1 menjadi bahan pertimbangan untuk
perbaikan pada siklus 2. Upaya perbaikan yang perlu dilakukan adalah terkait
dengan peran guru dalam memberikan bimbingan pada siswa. Dalam hal ini, guru
memegang peran yang sangat penting demi kelancaran proses pembelajaran.
Kurangnya kemampuan guru dalam membimbing disebabkan karena guru
baru pertama kali menerapkan model pembelajaran Group Investigation. Guru
belum terbiasa untuk menjadi konselor atau fasilitator dalam melakukan
bimbingan saat kegiatan investigasi kelompok.
Upaya perbaikan untuk siklus 2 diarahkan pada peningkatan kemampuan
guru dalam melakukan bimbingan pada siswa pada setiap tahap kegiatan. Guru
harus lebih memahami langkah-langkah kegiatan dan menguasi materi
pembelajaran sehingga dapat memberikan bimbingan dengan maksimal.
102
Hal ini dikuatkan oleh pendapat dari Joyce dkk. (2009) bahwa dalam
pembelajaran investigasi kelompok, guru memiliki peran sebagai konselor,
konsultan dan pemberi kritik yang ramah, guru harus mampu membimbing
kelompok karena mungkin siswa akan kesulitan dalam proses penyelidikan serta
guru juga harus mampu merefleksikan pengalaman yang didapat kelompok dalam
belajar.
Hasil tindakan yang diperoleh pada siklus 2 menunjukan peningkatan hasil
belajar yang signifikan yaitu ketuntasan belajar mencapai 100% atau semua siswa
telah tuntas. Sedangkan untuk rata-rata hasil belajar mencapai 83.43. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil tindakan pada siklus 2 telah mencapai indikator
keberhasilan.
Ketuntasan belajar siswa telah mencapai lebih dari indikator keberhasilan
yaitu 80%. Sedangkan untuk nilai rata-rata hasil belajar siswa juga telah naik
lebih dari 5 dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75). Hal ini membuktikan
bahwa model pembelajaran Group Investigation berbantu media realia dapat
meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 semester
II tahun ajaran 2015/2016.
Setelah dilakukan upaya perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus1, hasil
belajar siswa kembali meningkat pada siklus 2 dan bahkan ketuntasan belajar
siswa mencapai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa upaya perbaikan dapat
dilakukan dengan baik oleh guru dan hasil belajar mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditentukan.
Pada pelaksanaan siklus 2, guru dapat melakukan bimbingan dengan baik
pada siswa dalam semua tahapan kegiatan sehingga siswa tidak lagi bingung dan
kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Pola bimbingan yang
dilakukan secara maksimal oleh guru sangat membantu siswa dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Bimbingan yang dilakukan oleh guru dalam berbagai bentuk diantaranya
memberikan pengarahan pada setiap kegiatan yang akan dilakukan siswa,
memberikan contoh agar dapat memudahkan siswa, membantu siswa jika
kesulitan dalam mengerjakan tugas dan memberikan teguran secara halus kepada
103
siswa yang sedang bergurau atau tidak memperhatikan agar kembali fokus pada
pelajaran.
Guru membimbing setiap kelompok dalam kegiatan pembelajaran dengan
berkeliling pada masing-masing kelompok untuk menanyakan kesulitan dan
membantu siswa. Selain itu, bentuk bimbingan yang dilakukan oleh guru adalah
memberikan pengarahan pada siswa untuk tetap focus dalam pembelajaran. Guru
menegur siswa secara halus bagi siswa yang bergurau dan tidak memperhatikan
pelajaran.
Melalui bimbingan guru, siswa dalam kelompok juga sudah dapat
bekerjasama dengan baik dalam melaksanakan investigasi kelompok. Sudah
munculnya interaksi yang baik antara siswa dengan siswa dan antara guru dengan
siswa sehingga investigasi kelompok dapat berjalan dengan baik.
Hal ini dikuatkan dengan pendapat dari Joyce dkk. (2009) yang menyatakan
bahwa dalam investigasi kelompok terdapat suatu proses pengasuhan dan
pengarahan yang harus diberikan guru. Guru berperan sebagai fasilitator yang
terlibat langsung dalam proses kelompok sehingga dapat membantu siswa dalam
melakukan kegiatan penyelidikan.
Selain itu, dikuatkan dengan pendapat dari Sharan (2014) yang menjelaskan
tentang pentinya interaksi didalam investigasi kelompok. Pola-pola interaksi
anatara siswa dengan siswa dan antar guru dengan siswa merupakan suatu hal
yang penting dalam keberhasilan investigasi kelompok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan berbantu media realia
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penerapannya Group Investigation
dan media realia saling melengkapi dan menunjang dalam pembelajaran IPA
sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
Group Investigation mampu menjadi sarana yang tepat untuk mendorong
keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan melatih siswa dalam
melakukan inkuiri atau penemuan melalui penyelidikan. Media realia menjadikan
siswa lebih tertarik mudah memahami materi yang dipelajari karena mendapat
pengalaman belajar konkret atau secara langsung dalam belajar.
104
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
berbantu media realia dalam penelitian ini selaras dengan hasil penelitian oleh
beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation maupun penggunaan media realia.
Hasil temuan penelitian ini yang berbeda dari penelitian sebelumnya adalah
peran guru sangat penting dalam penerapan Group Investigation berbantu media
realia. Pola bimbingan dan pengarahan guru dalam setiap kegiatan investigasi
kelompok menjadi kunci dari keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Ufuk Simsek (2012) menunjukkan bahwa
melalui penerapan Group Investigation, hasil belajar siswa meningkat yang
ditunjukkan pada peningkatan nilai rata-rata yang mencapai 80,67. Selain itu
penelitian oleh Garonia L Parcment (2009) yang membandingkan penerapan
model jigsaw dan Group Investigation. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
nilai rata-rata untuk kelas Group Investigation adalah yang paling tinggi yaitu
mencapai 90.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh I Made Astra dkk. (2015)
dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Hasil penelitiannya menunjukkan
peningkatan proses dan hasil belajar siswa. Peningkatan ditunjukan pada hasil
yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dalam 3 siklus.
Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Bustomi (2009) menunjukkan
peningkatan hasil belajar melalui penerapan model Group Investigation yang
ditunjukkan oleh nilai rata-rata hasil belajar siswa yang mencapai 69.08.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ratih Puspita Dewi dkk.
(2012) yang menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang mencapai
0,59 dan ketuntasan belajar yang mencapai 78,13%.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Km Widiantara dkk.
(2014) menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar melalui penerapan model
Group Investigation berbantu media realita pada mata pelajaran Matematika yang
105
ditunjukkan oleh nilai rata-rata skor hasil belajar mencapai 23,25 atau 77,5%
dengan kategori tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Purnama dkk. (2013) menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar melalui penggunaan media realia pada mata pelajaran
IPA. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata pra tindakan yaitu 68,5 dengan
ketuntasan klasikal 45%, kemudian pada siklus 1 nilai rata-rata meningkat
mencapai 73,9 dengan ketuntasan klasikal mencapai 70%. Pada Siklus 2, nilai
rata-rata kelas meningkat menjadi 84 dengan ketuntasan klasikal mencapai 90%.