BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang
merupakan Rumah Sakit tipe A yang berada di Propinsi Jawa Tengah
Semarang. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo
Semarang didirikan pada tahun 1848 di Jl. Sompok Semarang,
sebagai tempat penampungan bagi pasien psikotik akut
(Doorgangshuizen). Pada tahun 1912 Doorgangshuizen Sompok di
pindahkan ke gedung Kleedingmagazijin di Jl. Cendrawasih Tawang
dengan nama Doorgangshuizen Tawang. Pada tanggal 21 Januari
1928 Doorgangshuizen berubah status menjadi Rumah Sakit Jiwa
Pusat Semarang. Pada tanggal 4 Oktober 1986 seluruh kegiatan
Rumah Sakit Jiwa Semarang di pindahkan ke gedung baru di Jl.
Brigjend. Sudiarto No. 347 Semarang. Tanggal 9 Febuari 2001 Rumah
Sakit Jiwa Pusat Semarang berubah nama menjadi Rumah Sakit Jiwa
Pusat Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Dr. Amino Gondohutomo
adalah nama psikiater pertama di Indonesia kelahiran Surakarta Jawa
Tengah. Pada tanggal 1 Januari 2002 Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr.
Amino Gondohutomo Semarang berubah nama menjadi Rumah Sakit
Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan jumlah
ruangan sebanyak 16 ruang rawat inap dan kapasitas 346 tempat tidur
sedangkan jumlah seluruh pasien selama peneliti melaksanakan
penelitian di RSJ tersebut sebanyak 314 yakni 184 pasien laki-laki dan
130 pasien perempuan.
B. Tahap Pengambilan Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai, yaitu
subyek yang digunakan untuk try out akan digunakan sekaligus
sebagai data penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22
Desember 2011 sampai 5 Januari 2012.
Cara pengambilan data dalam penelitian ini yaitu terlebih dulu
peneliti mengkonfirmasikan data yang di dapat dari kepala ruangan
dari masing-masing ruang dengan rekam medis yang ada di tiap
ruangan, kemudian Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) dengan
responden partisipan setelah itu peneliti menjelaskan tujuan dari
pemberian kuesioner kepada responden, dan kemudian responden
partisipan dapat mengisi kuesioner yang telah di berikan.
C. Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Perhitungan Uji Validitas
a. Skala Konsep Diri
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item total
correlation dengan menggunakan korelasi Pearson
Product Moment dengan bantuan program SPSS Version
16.0 pada skala konsep diri diperoleh dari 42 item yang
diuji, ada 22 item gugur atau tidak valid karena memiliki
koefisien korelasi yang = 0, 259. Nilai validitas yang
digunakan bergerak dari angka 0, 361 s/d 0, 695. Untuk
melihat hasil lengkap perhitungannya dapat dilihat pada
bagian lampiran.
Tabel 4.1 Komposisi Aspek Dengan Nomor Item Valid dan
Gugur pada Skala Konsep Diri
Aspek Indikator Item
Total
Favorable Unfavorable
Identitas Diri (self-identity)
1. Memahami diri sebagai organisme yang utuh.
2. Berbeda dan terpisah dengan orang lain.
1*, 3*, 5*, 6, 7*
2*, 4*, 8*
8
3. Mengakui diri sendiri. 4. Mengakui jenis
kelamin sendiri.
Ideal Diri (self-ideal)
1. Persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah berdasarkan standar pribadi.
9, 10*, 12*, 14
11, 13*, 15
7
Citra Tubuh (body image)
1. Penampilan fisik. 2. Tinggi badan. 3. Berat badan. 4. Cara individu
meamndang dirinya.
16, 18*, 20*, 22
17, 19, 21*, 23*
8
Harga Diri (self-esteem)
1. Kepuasan individu terhadap pribadinya.
2. Perasaan sebagai pribadi yang tepat.
24*, 25, 27, 28*, 30*
26, 29
7
Peran (self-role)
1. Kedudukan dalam kelaurga.
2. Peran dalam keluarga.
3. Fungsi dalam keluarga.
4. Kelompok sosial. 5. Kelompok umum.
31, 33, 35, 37, 39*, 41*
32, 34, 36*, 38*, 40, 42*
12
Total 42
Tanda (*) menunjukkan nomor item yang tidak valid.
Berdasarkan Tabel 4.1 dari skala konsep diri pada
aspek identitas diri terdapat 7 item yang gugur dari 8 item,
pada aspek ideal diri terdapat 3 item yang gugur 7 item,
pada aspek citra tubuh terdapat 4 item yang gugur dari 8
item, pada aspek harga diri terdapat 3 item yang gugur
dari 7 item, sedangkan pada aspek peran terdapat 5 item
yang gugur dari 12 item.
a. Skala Acitivity of Daily Living
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item total
correlations dengan menggunakan korelasi Pearson
Product Moment dengan bantuan program SPSS Version
16.0 pada skala Activity of Daily Living diperoleh hasil dari
18 item yang telah di uji, 7 item gugur karena memiliki
koefisien korelasi yang = 0,259. Nilai validitas yang
digunakan bergerak dari angka 0,370 s/d 0,708. Untuk
melihat hasil lengkap perhitunganya dapat dilihat pada
lampiran.
2. Perhitungan Reliabilitas
Uji reliabilitas boleh dilakukan jika telah dilakukan uji validitas.
Setelah item yang tidak valid di buang menunjukkan bahwa
skala berada pada kategori reliabel sehingga layak digunakan
sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
a. Skala Konsep Diri
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item total
correlations dengan menggunakan korelasi Pearson
Product Moment dengan bantuan program SPSS 16.0
pada skala konsep diri, dan setelah membuang item yang
tidak valid maka diperoleh nilai koefisien alfa cronbach’s
sebesar a = 0,847 dari 20 item yang valid.
Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Skala Konsep Diri
Cronbach’s Alpha N of Items
.847 20 Nilai koefisien alfa cronbach’s 0,847 adalah reliabel
sehingga layak untuk dijadikan alat ukur untuk mengukur
konsep diri pada klien gangguan jiwa.
b. Skala Activity of Daily Living
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item total
correlations dengan menggunakan korelasi Pearson
Product Moment dengan bantuan program SPSS FOR
WINDOWS Versi 16.0 pada skala Activity of Daily Living
setelah membuang item yang tidak valid maka diperoleh
nilai koefisien alfa cronbach’s sebesar a= 0,722 dari 11
item yang valid.
Tabel 4.3 Uji Reliabilitas Skala
Activity of Daily Living
Cronbach’s Alpha
Cronbach’s Alpha Based on
Standardized Items
N of Items
.722 .823 12
Nilai koefisien alfa cronbach’s 0,722 adalah cukup
reliabel sehingga layak untuk dijadikan alat ukur untuk
mengukur konsep diri pada klien gangguan jiwa.
D. Deskripsi Data Penelitian
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan
komputer paket Stastical Product dan Service Solution SPSS versi
16.0, namun sebelumnya akan dipaparkan deskripsi hasil pengukuran
variabel yang digunakan.
1. Analisa Data Demografi
Penelitian dilakukan terhadap 32 responden penelitian
dengan diagnosa keperawatan Harga Diri Rendah di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang yang
telah memenuhi kriteria responden penelitian.
Pada bagian ini peneliti akan mendiskripsikan data
penelitian yang mencakup aspek jenis kelamin, umur, dan
pendidikan.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Responden
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 32
responden dalam penelitian ini terdapat 21 responden berjenis
kelamin laki-laki (65,6%) dan 11 responden berjenis kelamin
perempuan (34,4%).
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Umur
Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
Laki-laki 21 65,6%
Perempuan 11 34,4%
Total 32 100%
Umur Frekuensi Persen (%)
< 19 tahun 1 3,1%
19-30 tahun 18 56,2%
31-54 tahun 13 40,6%
Total 32 100%
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari 32 responden
pada penelitian ini, responden yang paling banyak berada pada
rentang usia 19-30 tahun.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir
Responden
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persen (%)
SD 15 46,9%
SMP 7 21,9%
SMA 8 25,0%
D3 – Diploma 1 3,1%
S1 - Sarjana 1 3,1%
Total 32 100%
Berdasarkan 4.6 diketahui bahwa 15 (46,9%) responden
hanya menyelesaikan pendidikan di tingkat SD, 7 (21,9%)
responden menyelesaikan pendidikan di tingkat SMP, 8 (25,0%)
responden menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA,
sedangkan 1 (3.1%) responden menyelesaikan pendidikan
terakhir hingga tingkat D3-Diploma, dan 1 (3,1%) responden
menyelesaikan pendidikan di tingkat S1-Sarjana.
2. Analisa Deskritif
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil analisa
deskritif variabel konsep diri dan variabel activity of daily living.
Tabel 4.7
Statistik Deskritif Hasil Pengukuran Skala Konsep Diri
N Valid Missing Mean Std. Deviation Minimum Maximum
32 0
43.66 6.987
33 58
Berdasarkan tabel di atas tampak skor empirik yang
diperoleh pada skala konsep diri paling rendah 33 dan skor
paling tinggi adalah 58 dengan rata-ratanya 43,66 dan deviasi
6,987. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari 20 item konsep diri yang
valid.
Tabel 4.8 Kategori Hasil Pengukuran
Skala Konsep Diri
Nilai Kriteria Mean N Prensentase
(%)
47 ≤ + ≤ 60 Tinggi
43, 66
9 28,1 %
33 ≤ + ≤ 47 Sedang 21 65,6 %
20 ≤ + ≤ 33 Rendah 2 6,2 %
Jumlah 32 100 %
Keterangan: X= Konsep Diri
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden terdistribusi
ke dalam tiga kategori konsep diri. Sebanyak 28,1% responden
memiliki skor konsep diri yang berada pada kategori tinggi,
sebanyak 65,6% responden memiliki skor konsep diri berada
pada kategori sedang, dan hanya 6,2% responden memiliki
konsep diri pada kategori rendah. Berdasarkan hasil rata-rata /
Mean sebesar 43,66 sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata
konsep diri klien HDR di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino
Gondohutomo memiliki konsep diri sedang.
Tabel 4.9 Statistik Deskritif Hasil Pengukuran Skala Activity of
Daily Living (ADL)
N Valid Missing Mean Std. Deviation Minimum Maximum
32 0
29.09 2.763
20 32
Berdasarkan tabel 4.9 tampak skor empirik yang diperoleh
pada variabel Activity of Daily Living paling rendah adalah 20
dan skor paling tinggi adalah 32, dengan rata-rata /mean yaitu
29,09 dan memiliki standar deviasi 2,763. Nilai-nilai tersebut
diperoleh dari 11 butir item activity of daily living yang valid.
Tabel 4.10 Kategori Hasil Pengukuran
Skala Activity of Daily Living
Nilai Kriteria Mean N Prensentase
(%)
26 ≤ + ≤ 33 Tinggi
29,09
28 87,5%
18 ≤ + ≤ 26 Sedang 4 12,5%
11 ≤ + ≤ 18 Rendah 0 0%
Jumlah 32 100%
Dari tabel 4.10 dilihat bahwa responden terdistribusi ke
dalam dua kategori activity of daily living. Sebanyak 87,5%
responden memiliki skor activity of daily living yang berada pada
kategori tinggi, dan sebanyak 12,5% berada pada kategori
sedang. Berdasarkan hasil rata-rata/mean 29,09 dapat
dikatakan bahwa rata-rata klien HDR yang dirawat di Rumah
Sakit Jiwa daerah Dr. Amino Gondohutomo mampu melakukan
activity of daily living.
E. Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah data
telah memenuhi asumsi analisis sebagai syarat untuk melakukan
analisis dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment atau
Spearman’s rho. Uji normalitas digunakan One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test dan uji linearitas digunakan tabel Anova dengan
bantuan program SPSS Version 16.0.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Dengan
bantuan program SPSS Version 16.0. berdasarkan uji
normalitas diperoleh hasil skala konsep diri tampak hasil uji yaitu
data berdistribusi normal dengan K-S adalah 0,137 dengan p =
0,132 > 0,005. Sedangkan untuk skala Activity of Daily Living
tampak hasil K-S adalah 0,254 dengan p = 0,000 ,< 0,005.
2. Uji Linearitas
Pada uji linearitas yang menggunakan tabel Anova nilai
deviation from linearity diperoleh nilai f sebasar 1,025 dan garis
p = 0,491 (p > 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa konsep
diri dan activity of daily living tidak memenuhi asumsi linear.
F. Uji Hipotesis
Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Sperman Rank
Konsep
Diri
Activity of Daily Living
Sperman’s
rho Konsep Diri
Correlation Coeffisient Sig. (2-tailed) N
1.000 .
32
.210
.248 32
Activity of Daily Living
Corelation Coeffisient Sig. (2-tailed) N
.210
.248 32
1.000 .
32
Berdasarkan korelasi dengan menggunakan Sperman Rank
hasil pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara konsep diri dengan activity of daily living yang
ditunjukkan oleh nilai r = 0,210 dan nilai p = 0,248 (p > 0,05), dengan
N yang menunjukkan bahwa yang menjadi responden dalam
penelitian ini berjumlah 32 responden.
G. Pembahasan
Hasil perhitungan korelasi Sperman Rank dengan bantuan
SPSS versi 16, diperoleh nilai r = 0,210 dengan nilai p = 0,248 (p >
0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
konsep diri dengan variabel activity of daily living pada klien dengan
diagnosa harga diri rendah. Artinya konsep diri klien dengan diagnosa
harga diri rendah tidak selalu dipengaruhi oleh aktivitas harian atau
activity of daily living yang diberikan pada klien di rumah sakit jiwa.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang di
lakukan oleh Hartanti (2010) yang melakukan penelitian tentang
“Hubungan Konsep Diri dengan Kompotensi Interpersonal pada
Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Diponegoro (UKM
Undip) “ terhadap 257 responden, menggunakan metode kauntitatif
dengan analisis regresi sederhana. Hasil analisa data rxy= 0,672
dengan p>0,05. Hasil hipotesis menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara konsep diri dengan kompotensi interpersonal pada
pengurus unit kegiatan mahasiswa Undip.
Tidak adanya hubungan antara kedua varibel yaitu variabel
konsep diri dengan pemberian activity of daily living pada klien
dengan diagnosa harga diri rendah karena konsep diri seseorang
terbentuk tidak hanya melalui pemberian activity of daily living saja,
namun ada beberapa faktor lain yang berpengaruh dalam
pembentukan konsep diri. Selama peneliti melaksanakan penelitian,
dari 32 responden dengan diagnosa gangguan konsep diri; harga diri
rendah kurang dalam melaksanakan ADL dengan rutin. Hampir
semua responden dengan diagnosa gangguan konsep diri; harga diri
rendah hanya berdiam diri dan mengikuti perintah dari perawat
ruangan untuk melakukan aktivitas seperti; makan, minum obat,
menyikat gigi, dan pemeriksaan rutin TTV.
Pemberian obat rutin diberikan pada klien dengan diagnosa
Harga Diri Rendah tiap harinya. Adapun obat yang diberikan pada
klien harga diri rendah yaitu; Chlorpromazine (CPZ), Haloperidol
(HLP), dan Trihexyphenidil (THP). Namun ada juga program terapi
yang diberikan yaitu; Electro Convulsive Therapy (ECT). Berdasarkan
observasi peneliti, ada 4 responden yang mendapat Electro
Convulsive Therapy (ECT), dan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) juga
diberikan pada masing-masing ruangan di rumah sakit tersebut
namun hanya diberikan sekali dalam satu minggu.
Selama penelitian, peneliti melihat bahwa pembentukan konsep
diri yang lebih baik dari klien dengan diagnosa Gangguan Konsep Diri;
harga diri rendah tidak hanya didapat dari pemberian Activity of Daily
Living saja, tetapi juga berasal dari penghargaan (reinforcement) yang
selalu diberikan oleh petugas kesehatan disetiap pemberian terapi
aktivitas kelompok (TAK) maupun strategi pelaksanaan (SP) yang
diberikan oleh perawat untuk meningkatkan harga diri klien dengan
diagnosa gangguan konsep diri; harga diri rendah sehingga dapat
meningkatkan konsep diri klien yang lebih baik lagi. Adapun faktor
lain yang bisa mempengaruhi terbentuknya konsep diri yang lebih baik
dari klien harga diri rendah, menurut Cooley C, H (1902, dalam Hardy,
M. & Heyes, S. 1985) yaitu, 1) Reaksi dari orang lain; dalam proses
rehabilitasi dan penyembuhan selama klien harga diri rendah di rawat
di rumah sakit jiwa, reaksi dari orang lain sangat berpengaruh dalam
pembentukan konsep diri klien yang lebih baik lagi. Dengan
mengamati pencerminan perilaku kita terhadap respon orang lain
mampu mengajari diri kita bahwa adanya reaksi yang tidak biasa dari
seseorang akan dapat mengubah konsep diri individu. 2)
Pembandingan dengan orang lain; dalam pembentukan konsep diri
seseorang, biasanya pembandingan diri dengan orang lain itu perlu
karena dengan membandingkan diri dengan orang lain dapat
membuat diri seorang individu lebih termotivasi lagi untuk menjadi
yang terbaik dari orang lain. 3) Peranan Seseorang; peran juga
menentukan bagaimana konsep diri seseorang mampu menjadi
konsep diri yang lebih baik lagi dimana individu dapat berperan sesuai
dengan peran yang dimiliki sebagai orang tua, suami, istri, maupun
anak. 4) identifikasi terhadap orang lain; pengidentifikasian seorang
individu terhadap sosok atau tokoh yang dikagumi ataupun disenangi
oleh individu tersebut dapat memberikan gambaran yang baik
maupun gambaran buruk dalam proses pembentukan konsep diri
seseorang.
Selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan karakeristik
responden dalam penelitian ini, yang meliputi jenis kelamin, usia, dan
pendidikan akhir.
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, dua puluh satu orang
responden berjenis kelamin laki-laki, dan sebelas orang responden
berjenis kelamin perempuan. Pada penelitian ini peneliti lebih banyak
mengambil responden laki-laki karena laki-laki lebih banyak mendapat
diagnosa harga diri rendah dibandingkan dengan perempuan.
Berdasarkan karakteristik usia, terdapat satu orang responden usia
remaja dengan rentang usia > 19 tahun, delapan belas orang
responden berada pada usia dewasa awal dengan rentang usia 19-30
tahun, dan tiga belas orang responden berada pada rentang usia
dewasa tengah 31-54 tahun. Rentang usia 19-30 tahun (dewasa awal)
terlihat lebih dominan karena pada usia ini banyak klien yang
mengalami depresi akibat dari tekanan sosial ekonomi, perubahan era
globalisasi dll. Semakin bertambah umur, jumlah penderita gangguan
mental makin besar (Anna, K. L. 2012. Gangguan jiwa masih
diabaikan. Kompas.com). Sedangkan untuk karakteristik tingkat
pendidikan akhir, terdapat lima belas orang responden dengan
pendidikan akhir SD, tujuh orang responden dengan pendidikan akhir
SMP, delapan orang responden dengan pendidikan akhir SMA, satu
orang responden dengan pendidikan akhir diploma, dan satu orang
responden dengan pendidikan akhie sarjana. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kurangnya pendidikan akan mengakibatkan
sesorang mudah mengalami gangguan jiwa. Hal ini sesuai dengan
hasil deskritif pendidikan akhir yang menunjukkan bahwa 46,9%
responden hanya menyelesaikan pendidikan di tinggat SD.