BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
4.5.3. Hasil uji validitas angket dengan riset partisipan perawat
Uji validitas dilakukan pada 15 orang perawat di ruang
Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga. Uji validitas
menggunakan SPSS 16 for Windows. Hasil uji validitas dengan
koofisien korelasi total item ≥ 0,21 menunjukan sebanyak 51 item
pernyataan dalam angket Family Centered Care valid dari total 86
item pernyataan, sedangkan dalam angket efek hospitalisasi pada
anak sebanyak 12 item pernyataan dari total 32 item pernyataan.
4.1.2. Hasil uji validitas angket dengan riset partisipan
orangtua
Uji validitas angket yang dilakukan pada orangtua dengan
anak usia 3–6 tahun, juga dilakukan di ruang Anggrek Rumah Sakit
umum Daerah Kota Salatiga sebanyak 15 orang riset partisipan. Uji
validitas menggunakan SPSS 16 for Windows dengan koofisien
korelasi total item ≥ 0,21 menunjukan 56 item dalam angket
pernyataan Family Centered Care dinyatakan valid dari total 76
item pernyataan dan 20 item pernyataan dalam angket efek
hospitalisasi pada anak dinyatakan valid dari total 32 item
pernyataan.
4.1.3. Hasil uji reliabilitas angket dengan riset partisipan
perawat
Uji reliabilitas terhadap angket Family Centered Care dan
hospitalisasi pada anak menggunakan teknik Alpha Cronbach. Hasil
uji angket Family Centered Care adalah 0,944 dengan r Alpha
positif dan r Alpha lebih besar dari r tabel (0,944 > 0,641) yang
artinya alat ukur (angket) yang akan digunakan berada dalam
kategori baik sekali (excellent) sedangkan untuk angket efek
hospitalisasi pada anak diperoleh nilai reliabilitas 0,885 dengan r
Alpha positif dan r Alpha lebih besar dari r tabel (0,885 > 0,641)
artinya angket yang digunakan berada dalam kategori baik (good).
Oleh karena itu, kedua angket ini dinyatakan reliabel sehingga
dapat digunakan sebagai alat ukur untuk memperoleh data.
4.1.4. Hasil uji reliabilitas angket dengan riset partisipan
orangtua
Uji reliabilitas terhadap angket Family Centered Care dan
efek hospitalisasi pada anak dengan riset partisipan orangtua
menggunakan teknik Alpha Cronbach. Hasil uji angket Family
Centered Care adalah 0,959 dengan r Alpha positif dan r Alpha
lebih besar dari r tabel (0,959 > 0,641) artinya alat ukur (angket)
yang akan digunakan berada dalam kategori baik sekali (excellent)
sedangkan untuk angket efek hospitalisasi pada anak diperoleh
nilai reliabilitas 0,868 dengan r Alpha positif dan r Alpha lebih besar
dari r tabel (0,868 > 0,641) artinya angket yang digunakan berada
dalam kategori baik (good). Jadi, kedua angket ini dinyatakan
reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur untuk memperoleh
data.
4.4. Pelaksanaan penelitian
4.2.1. Waktu dan tempat pelaksanaan
Penelitian dilakukan di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti
Wilasa Citarum Semarang. Penelitian dilakukan mulai tanggal 11
Februari 2012 sampai 7 Maret 2012 dengan jumlah riset partisipan
sebanyak 13 orang perawat dan 34 orangtua yang memiliki anak
usia 3–6 tahun yang menjalani rawat inap di ruang tersebut.
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara
penyebaran angket kepada perawat dan orangtua pasien anak.
4.2.2. Prosedur penelitian
4.2.2.1. Tahap persiapan
Penelitian di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarang, diawali dengan mengajukan izin penelitian
secara tertulis melalui surat pengantar dari Dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana yang
ditujukan kepada Direktur Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang yang diproses melalui Diklat Rumah Sakit dan
Bidang Keperawatan Rumah Sakit tersebut. Setelah proses ijin
selama 2 hari, peneliti diijinkan ke ruang Dahlia untuk
melakukan proses penelitian.
4.2.2.2. Tahap pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menyebarkan
angket yang diberikan langsung oleh peneliti kepada perawat
dan orangtua dengan anak usia 3 – 6 tahun yang menjalani
proses perawatan di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarang.
4.2.2.3. Tahap akhir
Angket yang telah disebarkan kepada perawat dan
orangtua, kemudian dicek ulang oleh peneliti untuk memastikan
bahwa semua item pernyataan sudah dijawab oleh para riset
partisipan. Setelah itu, peneliti melakukan skoring pada angket
tersebut untuk dilakukan pengolahan data.
4.3. Karakteristik riset partisipan
4.3.1. Karakteristik perawat di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti
Wilasa Citarum Semarang
Perawat ruang Dahlia yang berpartisipasi sebagai riset
partisipan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang dan termasuk
dalam kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti. Riset
partisipan tersebut memiliki karakteristik berdasarkan lama kerja
dan tingkat pendidikan. Karakteristik perawat ruang Dahlia Rumah
Sakit Panti Wilasa Citarum dapat dilihat di tabel berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Perawat di Ruang Dahlia Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja (N:13)
Karakteristik responden Jumlah (N: 13)
Persentase (%)
Umur ≥≥≥≥ 20 tahun ≥≥≥≥ 30 tahun ≥≥≥≥ 40 tahun
4 7 2
30,77 53,85 15,38
Tingkat Pendidikan D3 S1Keperawatan S1 Dan Ners
12 1 0
92,31 7,69
0 Masa kerja
< 2 Tahun > 2Tahun
2 11
15,39 84,61
Sumber: Data Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Bulan Februari 2012
Berdasarkan data tabel 4.1 di atas, menunjukan bahwa riset
partisipan yang terlibat dalam penelitian, lebih banyak berusia 30–
40 tahun dengan angka pendidikan tertinggi adalah diploma (D3)
Keperawatan serta masa kerja lebih dari 2 tahun.
4.3.2. Karakteristik orangtua dengan anak usia 3–6 tahun
Orangtua dengan anak usia 3–6 tahun yang terlibat sebagai
riset partisipan dalam penelitian ini berjumlah 34 orang dan
termasuk dalam kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti.
Riset partisipan yang terlibat, memiliki karakteristik berdasarkan
usia dan tingkat pendidikan. Karakteristik riset partisipan dapat
dilihat di tabel berikut:
Tabel 4.2 Karakteristik Orangtua yang Memiliki Anak Usia 3-6 Tahun di Ruang Dahlia Berdasarkan Tingkat Pendidikan (N:34)
Karakteristik responden Jumlah (N: 34)
Persentase (%)
Umur ≥≥≥≥ 20 tahun ≥≥≥≥ 30 tahun ≥≥≥≥ 40 tahun
2
26 6
5,88 76,47 17,65
Tingkat Pendidikan SMP SMA Perguruan tinggi
1
16 17
2,94 47,06
50
Berdasarkan tabel 4.2, orangtua yang terlibat sebagai riset
partisipan paling banyak berusia ≥ 30 tahun yaitu 76,47% dan 50 %
tingkat pendidikan riset partisipan adalah perguruan tinggi.
Selain orangtua, peneliti juga menambah karakteristik anak
usia 3–6 tahun dengan orangtua menjadi riset partisipan. Adapun
karakteristik anak, didasarkan pada usia dan pengalaman masuk
rumah sakit. Berikut tabel karakteristik anak usia 3–6 tahun yang
menjalani rawat inap di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarang.
Tabel 4.3 Karakteristik anak usia 3-6 tahun yang menjalani perawatan di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
Karakteristik anak Jumlah (N: 34)
Persentase (%)
Umur 3 – 3,9 tahun 4 – 4,9 tahun 5 - 6 tahun
12 6 16
35,29 17,65 47,06
Pengalaman dirawat di rumah sakit
Pertama kali Kedua kali >2 kali
8 19 7
23,53 55,88 20,59
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa karakteristik anak
yang dirawat di ruang Dahlia lebih banyak berusia 5–6 tahun yaitu
47,06% dan telah menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 2
kali yaitu 47,06%.
4.4. Hasil Penelitian
4.5.3. Family Centered Care
Gambar 4.1 Gambaran Family Centered Care menurut Riset Partisipan Perawat
Diagram di atas menunjukan bahwa 13 orang riset
partisipan melaksanakan Family Centered Care dengan baik di
ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.
Gambar 4.2 Gambaran Family Centered Care menurut Riset
Partisipan Orangtua
Diagram di atas menunjukan bahwa 3 orang riset partisipan
menggambarkan bahwa Family Centered Care yang dirasakan oleh
riset partisipan dinilai cukup, sedangkan 31 orang menyatakan
gambaran pelaksanaan Family Centered Care yang dinilai baik oleh
riset partisipan di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang.
4.4.2. Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia 3–6 Tahun
Gambar 4.3 Gambaran Efek Hospitalisasi pada Anak menurut Riset Partisipan perawat
Diagram di atas menunjukan 13 orang riset partisipan
menggambarkan bahwa efek hospitalisasi pada anak di Ruang
Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang dinilai sedang.
Gambar 4.4 Gambaran Efek Hospitalisasi pada Anak menurut Riset Partisipan Orangtua
Diagram di atas menunjukan 14 orang riset partisipan
menggambarkan bahwa efek hospitalisasi pada anak di Ruang
Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang dinilai sedang
sedangkan 20 orang menyatakan rendah.
4.4.3. Analisis Data
4.4.3.1. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk mengetahui sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan
SPSS 16 for windows yang ditunjukan pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Uji Kolmogorov-Smirnov Variabel Family Centered Care dan efek Hospitalisasi Pada Anak dengan Riset Partisipan Perawat
Sampel dinyatakan berasal dari populasi yang
terdistribusi normal apabila nilai Asymp.Sig.(2-tailed) > 0,05. Uji
normalitas dengan sampel perawat untuk variabel Family
Centered Care diperoleh hasil 0,706 sedangkan variabel efek
hospitalisasi pada anak diperoleh hasil 0,459. Nilai
Asymp.Sig.(2-tailed) > 0,05 sehingga dapat disimpulkan
sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas variabel Family Centered Care dan
efek hospitalisasi pada anak dengan riset partisipan orangtua
dengan anak usia 3–6 tahun ditunjukan pada dalam tabel
berikut:
Family centered care
Hospitalisasi pada anak
N 13 13
Normal
Parameters a
Mean 183.62 30.46
Std.
Deviation 11.449 1.664
Most Extreme
Differences
Absolute .195 .237
Positive .195 .148
Negative -.109 -.237
Kolmogorov-Smirnov Z .703 .854
Asymp. Sig. (2-tailed) .706 .459
Tabel 4.5 Uji Kolmogorov-Smirnov Variabel Family Centered Care dan Hospitalisasi Pada Anak dengan Riset Partisipan Orangtua
Family Centered Care
Hospitalisasi Pada Anak
N 34 34
Normal Parameters a Mean 194.21 38.50
Std. Deviation 18.576 7.569
Most Extreme
Differences
Absolute .151 .116
Positive .067 .116
Negative -.151 -.069 Kolmog orov -Smirnov Z
.878 .676
Asymp. Sig. (2 -tailed) .424 .750
Uji normalitas untuk sampel orangtua dengan anak usia
3–6 tahun diperoleh hasil 0,424 untuk variabel Family Centered
Care sedangkan efek hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun
diperoleh hasil 0,750. Nilai Asymp. Sig.(2-tailed) > 0,05
sehingga dapat disimpulkan sampel diambil dari populasi yang
berdistribusi normal.
4.4.3.2. Uji linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui persamaan
garis regresi variabel Family Centered Care sebagai variabel
bebas terhadap variabel terikat yaitu efek hospitalisasi pada
anak. Uji linearitas menggunakan analisa Compare Means
(Test Of Linearity) dengan SPSS 16 for Windows. Apabila nilai
Asymp. Sig.(2-tailed) > 0,05 maka persamaan garis kedua
variabel linear. Uji linearitas variabel Family Centered Care dan
efek hospitalisasi pada anak dengan riset partisipan perawat
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Analisa Compare Means (Test Of Linearity) Variabel Family Centered Care dan Efek hospitalisasi pada Anak dengan Riset Partisipan Perawat
Sum of Squares df Mean
Square F Sig.
Hospitalisasi pada anak * Family Centered Care
Between Groups (Combined) 32.731 11 2.976 5.951 .310
Linearity 2.827 1 2.827 5.655 .253
Deviation
from
Linearity
29.903 10 2.990 5.981 .309
Within Groups .500 1 .500
Total 33.231 12
Berdasarkan hasil Uji linearitas dengan analisa dengan
sampel perawat diperoleh Nilai Asymp. Sig.(2-tailed) 0,309 >
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan kedua
garis linear.
Uji linearitas variabel Family Centered Care dan efek
hospitalisasi pada anak dengan riset partisipan perawat dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Analisa Compare Means (Test Of Linearity) Variabel Family Centered Care dan Efek Hospitalisasi pada Anak dengan Riset Partisipan Orangtua
Sum of Squares df Mean
Square F Sig.
Hospitalisasi Pada Anak * Family Centered Care
Between Groups
(Combined) 1542.583 23 67.069 1.928 .141
Linearity 317.847 1 317.847 9.136 .013
Deviation
from
Linearity
1224.736 22 55.670 1.600 .223
Within Groups 347.917 10 34.792
Total 1890.500 33
Tabel 4.7, menunjukan uji linearitas variabel Family
Centered Care dan efek hospitalisasi pada anak dengan
sampel orangtua dengan anak usia 3–6 tahun diperoleh Nilai
Asymp. Sig.(2-tailed) 0,223 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan
persamaan garis kedua variabel linear.
4.4.3.3 Analisa Hubungan
Analisa hubungan variabel Family Centered Care dan efek
hospitalisasi pada anak dengan teknik analisa korelasi Pearson
Product Moment menggunakan SPSS 16 for windows. Berikut
adalah tabel hasil analisa hubungan variabel Family Centered
Care dan efek hospitalisasi pada anak dengan riset partisipan
perawat.
Tabel 4.8 Analisa Pearson Correlation variabel Family Centered Care dan Efek Hospitalisasi pada Anak dengan Riset Partisipan Perawat
Family
Centered Care
Hospitalisasi
Pada Anak Family Centered Care
Pearson Correlation 1 -.292
Sig. (2-tailed) .334
N 13 13 Hospitalisasi Pada Anak
Pearson Correlation -.292 1
Sig. (2-tailed) .334
N 13 13
Tabel 4.8, menunjukan bahwa nilai p value atau sig. (2-
tailed) 0,334 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara Family Centered Care dengan efek hospitalisasi
pada anak. Sedangkan analisa hubungan variabel Family Centered
Care dan efek hospitalisasi pada anak dengan riset partisipan
orangtua dengan anak usia 3–6 tahun ditunjukan pada tabel
berikut:
Tabel 4.9 Analisa Pearson Correlation variabel Family Centered Care dan Efek hospitalisasi pada anak dengan riset partisipan orangtua
Family Centered Care
Hospitalisasi Pada Anak
Family Centered Care
Pearson Correlation 1 -.410*
Sig. (2-tailed) .016
N 34 34
Hospitalisasi Pada Anak
Pearson Correlation -.410* 1
Sig. (2-tailed) .016
N 34 34
Pada tabel di atas menunjukan bahwa nilai p value atau sig.
(2-tailed) 0,016 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara Family Centered Care dengan efek hospitalisasi
pada anak.
4.5. Pembahasan
4.5.1 Gambaran Family Centered Care di ruang Dahlia Rumah
Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
Berdasarkan karakteristik riset partisipan, perawat ruang
Dahlia 92,31 % atau sebanyak 12 orang berpendidikan Diploma
Keperawatan (D3) dan 7,69% atau hanya 1 orang yang
berpendidikan Sarjana Keperawatan (S1). Ditinjau dari karakteristik
pendidikan dan pengetahuan perawat mengenai konsep Family
Centered Care, maka sebanyak 92,31% atau 12 orang riset
partisipan menyatakan belum paham mengenai konsep Family
Centered Care sedangkan hanya 7,69% atau 1 orang yang paham
mengenai Family Centered Care. Tetapi, berdasarkan hasil
penelitian menyatakan bahwa Family Centered Care dilakukan
dengan baik di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang oleh 13 orang perawat tersebut sebagai riset partisipan.
Hal ini berbeda dengan penelitian pada 124 orang perawat tentang
persepsi dan praktik perawat terhadap Family Centered Care,
bahwa walaupun perawat memiliki pengetahuan tentang konsep
Family Centered Care, tapi dalam laporannya mereka tidak
mempraktekan konsep tersebut (Bruce dan Ritchie, 1997).
Praktik Family Centered Care yang dilakukan dengan baik
oleh perawat di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang, mendukung penelitian Dunst dan Trivette (2009) bahwa
dalam praktik keperawatan konsep Family Centered Care
diterapkan dalam bentuk memperlakukan keluarga dengan penuh
perhatian, menyampaikan informasi kepada keluarga agar mereka
memahami tentang kondisi dan perawatan anak mereka,
melibatkan partisipasi orang tua dalam pembuatan keputusan dan
perawatan anak, serta kerjasama antara orang tua dan perawat.
Berdasarkan hasil penelitian penerapan Family Centered
Care oleh perawat yang dinilai oleh orangtua, sebanyak 31 orang
atau 91,18% menyatakan bahwa pelaksanaan Family Centered
Care dinilai baik sedangkan 3 orang atau 8,82% menyatakan
pelaksanaan Family Centered Care dinilai cukup. Family Centered
Care yang dilakukan oleh perawat, dinilai berbeda oleh orangtua.
Orangtua dan perawat memang memiliki jangka waktu yang sama
yaitu 24 jam untuk merawat anak di ruang Dahlia. Akan tetapi, ada
perbedaan fokus perawatan terhadap anak di ruang Dahlia.
Orangtua atau keluarga berada di samping anak selama 24 jam,
sedangkan perawat selain melakukan tindakan keperawatan
kepada anak sebagai fokus utama, perawat juga harus melakukan
kewajiban penting lainnya, seperti mendokumentasikan asuhan
keperawatan sebagai kewajiban dan administrasi pasien sesuai
dengan kebijakan rumah sakit. Selain itu, ketersediaan tenaga
perawat di ruangan dengan jumlah pasien yang tidak seimbang
tetapi tuntutan pelayanan dari orangtua anak yang dirawat harus
maksimal sehingga terkadang orangtua merasakan bahwa
pelayanan yang diberikan oleh perawat kurang maksimal sesuai
dengan yang diharapkan oleh orangtua dengan anak yang
menjalani perawatan di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarang.
Pelaksanaan Family Centered Care yang dilakukan di ruang
Dahlia salah satunya dengan memberikan kesempatan kepada
orangtua untuk mendampingi anak selama anak menjalani
perawatan di rumah sakit. Menurut Hunson dalam Supartini (2004),
rooming in atau pendampingan orangtua selama anak menjalani
perawatan di rumah sakit akan membantu meminimalkan stres
yang dialami oleh anak maupun orangtua karena perpisahan.
Selain itu, keberadaan orangtua selama perawatan anak di rumah
sakit bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada orangtua
untuk terlibat aktif dalam perawatan anak di rumah sakit dengan
pengawasan perawat (Brunner dan Suddarth, 1986 dalam
Hutchfield, 1999). Keterlibatan aktif orangtua dalam perawatan
anak di rumah sakit seperti memandikan, menyuapi makanan atau
obat, mendampingi saat diberikan suntikan merupakan tindakan
yang membantu mengurangi rasa trauma anak selama menjalani
perawatan di rumah sakit.
4.5.2. Gambaran Efek Hospitalisasi pada anak di ruang Dahlia
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
Hasil penelitian menunjukan bahwa menurut 13 orang
perawat di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang, efek hospitalisasi pada anak usia 3–6 tahun berada
dalam kategori sedang. Sedangkan menurut 20 orangtua atau
58,82% menyatakan efek hospitalisasi pada anak di ruang Dahlia
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang dinilai rendah dan 14
orang atau 41,18% menyatakan bahwa efek hospitalisasi pada
anak di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
dinilai sedang. Menurut Wong (2008), efek hospitalisasi pada anak
di rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa hal:
a. Perkembangan usia
Berdasarkan karakteristik usia, anak prasekolah yang
menjalani perawatan di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarang yang paling banyak berusia 5–6 tahun sebanyak
47,06%. Menurut Wong (2008), Anak usia prasekolah lebih mudah
untuk mentolerir perpisahan dengan pengasuh primer atau figur
lekat mereka yaitu orangtua dan membangun hubungan saling
percaya dengan peran pengganti seperti keluarga dekat atau
perawat. Reaksi hospitalisasi yang ditunjukan oleh anak yang
dirawat di ruang Dahlia, ketika anak diberikan tindakan yang
dirasakan menyakitkan seperti pemasangan infus. Anak
menunjukan respon memberontak dan menangis kesakitan. Tetapi,
respon ini tidak berlanjut selama anak menjalani proses rawat inap
di rumah sakit dengan kondisi terpasang infus.
Anak usia prasekolah yang dirawat di ruang Dahlia, memang
tampak pendiam saat pertama kali masuk rumah sakit. Menurut
Wong (2008), hospitalisasi menyebabkan anak usia prasekolah
mengalami kehilangan kendali atau kemandirian karena
pembatasan aktivitas akibat restriksi fisik, perubahan rutinitas yang
harus dipatuhi oleh anak. Reaksi anak adalah menarik diri atau
menolak melakukan rutinitas yang harus dipatuhi seperti makan
atau minum obat. Kesan pendiam pada anak yang dirawat di ruang
Dahlia bisa disebabkan karena anak merasa merasa aktivitas fisik
mereka terbatas akibat berbagai tindakan perawatan yang mereka
alami misalnya pemasangan infus dan mereka perlu beradaptasi
dengan kondisi ini agar mereka tetap nyaman dan aman.
b. Pengalaman dirawat di rumah sakit
Hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi terbanyak, anak
usia 3-6 tahun yang menjalani perawatan di rumah sakit adalah dua
kali yaitu 55,88%. Pengalaman menjalani perawatan di rumah
sakit, memberikan kesempatan kepada anak untuk beradaptasi
dengan lingkungan rumah sakit dan diharapkan dengan proses
adaptasi yang baik, anak akan mendapatkan pengalaman positif
tentang hospitalisasi. Namun, hasil penelitian di Rumah Sakit
Umum Tabanan pada tahun 2008, menunjukan bahwa anak yang
menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak dua kali mengalami
perkembangan yang lebih baik dibanding anak yang menjalani
perawatan lebih dari 2 kali (Wulandari dkk, 2008). Hal ini berarti,
pengalaman positif selama di rumah sakit mempengaruhi
perkembangan anak. Pengalaman yang positif tidak hanya menjadi
kewajiban anak yang menjalani perawatan karena anak adalah
sosok yang bergantung dengan lingkungan oleh karena itu
kerjasama orangtua dan perawat saat hospitalisasi, memiliki peran
penting untuk mendukung anak memperoleh pengalaman positif
selama di rumah sakit
c. Dukungan dari lingkungan sosial
Dukungan sosial selama anak usia 3-6 tahun selama menjalani
perawatan di rumah sakit adalah dengan cara rooming in yaitu
orangtua mendampingi anak selama menjalani perawatan di rumah
sakit. Kehadiran orangtua untuk mendampingi anak memberikan
kesempatan kepada orangtua untuk berpartisipasi aktif dalam
melakukan perawatan kepada anak sehingga efek perpisahan
akibat hospitalisasi dapat diminimalkan. Berdasarkan pengamatan
peneliti, selama menjalani perawatan di rumah sakit, anak usia 3–6
tahun didampingi oleh salah satu atau kedua orangtua. Kalaupun
orangtua harus meninggalkan anak karena alasan pekerjaan, maka
anak akan didampingi oleh keluarga terdekat yang lain.
d. Mekanisme koping
Rumah sakit sebagai lingkungan yang asing bagi anak,
mengharuskan mereka untuk beradaptasi. Kemampuan anak untuk
beradaptasi akan memampukan anak untuk memperoleh
pengalaman yang baik tentang hospitalisasi dan meminimalkan
efek hospitalisasi. Proses adaptasi ditunjukan lewat kemampuan
mekanisme koping anak yang baik saat hospitalisasi. Dari hasil
pengamatan peneliti, tidak ada anak yang menunjukan sikap
maladaptif karena hospitalisasi seperti depresi.
4.5.3. Hubungan Family Centered Care dan Efek hospitalisasi
pada `anak
Berdasarkan hasil uji statistik dengan korelasi pearson
product moment pada riset partisipan 13 orang perawat di ruang
Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, menunjukan
korelasi antara Family Centered Care dengan efek hospitalisasi
pada anak nilai p value atau sig. (2-tailed) 0,334 > 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Family
Centered Care dengan efek hospitalisasi pada anak.
Menurut hasil penelitian dengan riset partisipan perawat,
menyatakan pelaksanaan Family Centered Care tidak memiliki
keterkaitan dengan efek hospitalisasi yang dialami anak oleh anak
yang menjalani perawatan di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti
Wilasa Citarum Semarang. Jika ditinjau dari karakteristik riset
partisipan, menyatakan bahwa 84,61% perawat ruang Dahlia
memiliki pengalaman kerja lebih dari 2 tahun. Menurut Notoatmojo
(1997), salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia
adalah pengetahuan sebagai faktor predisposisi. Selanjutnya,
Notoatmojo mendukung pernyataan WHO bahwa pengetahuan itu
dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain. Perawat mampu melakukan konsep Family Centered Care
dalam asuhan keperawatan, karena pengalaman mereka dalam
melakukan asuhan keperawatan kepada anak. Tetapi, pengetahuan
tentang konsep Family Centered Care secara teori belum diperoleh
perawat di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi tentang
pendekatan Family Centered Care untuk menambah wawasan
perawat tentang Family Centered Care sehingga menunjang
pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak di ruang Dahlia
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Selain itu, efek
hospitalisasi pada anak dipengaruhi perkembangan usia,
pengalaman dirawat di rumah sakit, dukungan dari lingkungan
sosial dan mekanisme koping. Faktor–faktor ini mempengaruhi
reaksi anak terhadap proses perawatan sehingga perawat perlu
untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh faktor tersebut untuk
meminimalkan efek hospitalisasi pada anak.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan korelasi pearson
product moment pada riset partisipan 34 orangtua, menunjukan
korelasi antara Family Centered Care dengan efek hospitalisasi
pada anak dengan nilai p value atau sig. (2-tailed) 0,016 < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Family
Centered Care dengan efek hospitalisasi pada anak.
Menurut Alimul (2005), dukungan keluarga mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak terutama pada anak yang
sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Dukungan keluarga
yang dirasakan anak lewat perilaku perawatan yang diberikan
keluarga membantu menurunkan kecemasan pada anak di rumah
sakit.
Pendampingan orangtua selama 24 jam di rumah sakit,
memungkinkan orangtua lebih mengetahui perkembangan kondisi
anak di rumah sakit dan menilai pendekatan Family Centered Care
yang dilakukan oleh perawat di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti
Wilasa Citarum Semarang. Hal ini juga ditunjang oleh tingkat
pendidikan orangtua yang memiliki anak usia 3–6 tahun yang
sedang menjalani perawatan di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti
Wilasa Citarum Semarang yaitu 50% berpendidikan perguruan
tinggi sehingga orangtua lebih mudah menyerap informasi
mengenai perawatan anak di rumah sakit dan peran mereka dalam
merawat anak. Informasi ini membantu orangtua untuk bersikap
dan bertindak melibatkan diri dalam merawat anak sehingga
mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi yang dialami oleh anak
mereka. Informasi dapat diberikan melalui komunikasi teraupetik.
Komunikasi teraupetik yang dimaksudkan antara perawat dan
orangtua tidak hanya sebatas sebagai alat pembuat keputusan atau
pertukaran informasi untuk melengkapi proses perawatan tetapi
kualitas, keefektifan, efisiensi komunikasi untuk menciptakan
ekspektasi yang positif bagi perawat dan orangtua (Fisher dkk,
2011) . Selain itu, kewajiban perawat dalam melakukan intervensi
keperawatan mandiri atau yang didelegasikan harus menjalin dan
mempertahankan hubungan saling percaya yang baik (rapport)
dengan pasien. Perawat harus memastikan bahwa orangtua dan
anak memperoleh informasi mengenai diagnosa dan rencana
tindakan, memberikan umpan balik terhadap setiap perkembangan
kondisi dan menunjukan rasa kepedulian untuk mencegah rasa
ketidakberdayaan dan putus asa yang dirasakan oleh klien
(Priharjo, 1995)