1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 5 November
2012 sampai 20 Desember 2012. Penelitian ini dilakukan di
Desa Layeni, Kecamatan Teon Nila Serua (TNS), Kabupaten
Maluku Tengah.
Gambar 1. Denah Desa Layeni
2
4.2. Sejarah Teon Nila Serua
Kecamatan Teon Nila Serua (TNS) merupakan
kecamatan pendatang di Kabupaten Maluku Tengah. Pada
zaman dulu masyarakat TNS hidup dengan tentram di pulau
TNS. Namun lama-kelamaan masyarakat menyadari bahwa
pulau yang mereka tempati terdapat gunung merapi aktif, yang
sewaktu-waktu dapat melutus. Maka masyarakat setempat
berusaha untuk keluar dari pulau TNS. Dengan kerjasama
pemerintah dan pemuka-pemuka agama, maka pada tahun
1978 masyarakat dievakuasi ke pulau Seram, tepatnya di desa
Makariki, kabupaten Maluku Tengah. Setelah lama tinggal di
desa Makariki, maka pada tahun 1980 pemerintah
menempatkan masyarakat TNS ke Waipia, sampai sekarang. 1
4.3. Asal Mula Sopi di Teon Nila Serua
Pada zaman dahulu sebelum penduduk TNS pindah
ke pulau Seram, para leluruh sudah mengenal sopi, sebagai
minuman yang digunakan dalam upacara adat. Selain itu, para
leluhur juga menggunakan sopi sebagai obat untuk
menyembuhkan sakit perut, dan sebagai penambah semangat
1 Hasil percakapan melalui telepon dengan kepala mata rumah Kelelufna, Bpk.
P.K, pada tanggal 8 Juni 2013 pukul 19.00 WIB
3
dalam bekerja. Istilah yang digunakan untuk memproduksi sopi
yaitu “tipar”.2 Sopi yang diproduksi yaitu sopi mayang.3
Namun setelah penduduk desa pindah ke pulau
Seram, mereka mulai menjadikan sopi sebagai mata
pencaharian. Sopi yang diproduksi adalah sopi kelapa. Pohon
kelapa yang ditanam di kecamatan TNS sebanyak 617 hektar.
Luas wilayah kecamatan Teon Nila Serua adalah 24,28 km2,
dan jumlah penduduk 12.857 jiwa. (Maluku Dalam Angka,
2011). Teon Nila Serua terbagi dalam 16 desa antara lain
Ameth, Bumey, Isu, Jerili, Kokroman, Kuralele, Layeni, Wotay,
Lesluru, Messa, Nakupia, Sifluru, Trana, Usliapan, Waru, dan
Watludan.
4.4. Desa Layeni
Salah satu desa penghasil sopi yaitu desa Layeni.
Berdasarkan data geografis desa Layeni terletak 50 m diatas
permukaan laut, dengan luas wilayah 7.500 m2 dan jumlah
penduduk ± 1.076 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 558 jiwa dan
perempuan 518 jiwa. Jumlah laki-laki yang masih bersekolah
2 Tipar yaitu proses penyadapan air mayang.
3 Lihat 2
4
485 jiwa, yang bekerja 218 jiwa sedangkan jumlah perempuan
yang masih bersekolah 478 jiwa, dan yang bekerja 225 jiwa.4
Secara geografis, desa Layeni diapit oleh Desa Wotai,
desa Bumei dan desa Sifluru di sebelah barat, di sebelah timur
dibatasi oleh desa Jerili, sebelah selatan dibatasi oleh desa
Lesluru dan desa Isu, di sebelah utara dibatasi oleh sungai
Tone.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Layeni berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
4 Lihat 4
Usia Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
0 - 4 tahun 52 jiwa 41 jiwa
5 -9 tahun 65 jiwa 77 jiwa
10 -14 tahun 83 jiwa 59 jiwa
15 - 19 tahun 53 jiwa 66 jiwa
20 - 24 tahun 70 jiwa 33 jiwa
25 - 29 tahun 44 jiwa 26 jiwa
30 - 39 tahun 68 jiwa 69 jiwa
40 - 49 tahun 59 jiwa 72 jiwa
50 -59 tahun 43 jiwa 40 jiwa
> 60 tahun 46 jiwa 35 jiwa
Jumlah 558 jiwa 518 jiwa
5
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Layeni.
Jenis
Kelamin
Tingkat Pendidikan
Jum
TK SD SMP SMA P. Tinggi
Laki-Laki 19 141 75 208 42 485
Perempuan 18 158 75 174 53 478
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan tertinggi di desa Layeni yaitu Sekolah Menengah
Atas, dengan jumlah tertinggi berjenis kelamin laki-laki yaitu
208 jiwa.
Mayoritas penduduk desa Layeni, ±72% bekerja
sebagai petani, 15% bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, 7%
sebagai wiraswasta, 5% Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, dan
1% sebagai TNI/Polri. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 3. Tingkat Pekerjaan Penduduk Desa Layeni.
Jenis Pekerjaan Jum
Kelamin Petani PNS TNI/Polri Wiraswasta Pensiunan
Laki-laki 123 48 7 19 21 218
Perempuan 141 58 - 19 7 225
6
4.4. Deskripsi Produsen Sopi di desa Layeni
Dari 72% penduduk yang bekerja sebagai petani, ada
6,3% atau 6 keluarga yang juga berprofesi sebagai produsen
sopi, dan menjadikan produsen sopi sebagai pekerjaan utama
mereka. Keenam orang ini sudah menikah dan memiliki anak,
dan sebagian dari anak-anak mereka masih duduk di bangku
sekolah dan ada juga yang sudah bekerja. Sebagian besar dari
produsen sopi bekerja sebagai petani, dan ada yang bekerja
sebagai Pegawai Negeri Sipil. Jenis tanaman pertanian yang
ditanam yaitu ubi jalar dan ubi kayu.5
5 Hasil wawancara dengan Bpk. Y. W, salah satu produsen sopi yang juga bekerja
sebagai petani. Bertempat di rumahnya pada tanggal 10 November 2012, pukul 12.00 WIT.
7
Tabel 4. Data Keluarga Produsen Sopi
No Nama J.K Usia Pendidikan Pekerjaan Status Pernikahan Status dalam Keluarga
1
Bpk. Y. W L 53 thn SD Petani Menikah Kepala Keluarga
Ibu. H. W P 48 thn SD Petani Menikah Istri
C.W L 29 thn S1 Polisi Menikah Anak
R. W L 27 thn SMA Petani Menikah Anak
2
Bpk. L. R L 59 thn SD Petani Menikah Kepala Keluarga
Ibu. A. R P 57 thn SD Petani Menikah Istri
P. R P 28 thn SMK PNS Menikah Anak
J. R L 26 thn SMA Belum bekerja Belum Menikah Anak
S. R P 24 thn S1 Belum bekerja Belum menikah Anak
3
Bpk. Y. N L 42 thn SMA PNS Menikah Kepala Keluarga
Ibu. K. N P 39 thn S1 PNS Menikah Istri
A. N L 9 thn SD Pelajar Belum Menikah Anak
V. N P 4 thn Belum sekolah Tidak bekerja Belum Menikah Anak
4
Bpk. A. T L 47 thn SMA Petani Menikah Kepala Keluarga
Ibu. A. T P 43 thn S1 PNS Menikah Istri
H. T L 24 thn D3 PNS Menikah Anak
D. T L 19 thn SMA Belum bekerja Belum menikah Anak
5 Bpk. A. T L 32 thn SMP Petani Menikah Kepala Keluarga
Ibu. R. T P 24 thn SMA Petani Menikah Istri
8
C. T P 3 thn Belum sekolah Tidak bekerja Belum Menikah Anak
6
Bpk. J. A L 52 thn SMA Petani Menikah Kepala Keluarga
Ibu. M. A P 49 thn SMA Petani Menikah Istri
F. A P 18 thn SMA Pelajar Belum menikah Anak
A. A L 16 thn SMP Pelajar Belum menikah Anak
F. A L 14 thn SMP Pelajar Belum Menikah Anak
J. A P 10 thn SD Pelajar Belum Menikah Anak
9
Produksi sopi dari keenam produsen ini menggunakan 9
sampai 12 pohon kelapa, yang ditanam di lahan seluas 1 sampai 2
hektar. Para produsen ini bekerja selama 4 sampai 6 hari, dengan
intensitas kerja 2 sampai 4 kali dalam sebulan, dan dapat
menghasilkan 35 sampai 55 liter sopi dalam sekali produksi. Para
produsen ini memproduksi dan menjual lagi hasil produksinya
kepada masyarakat di dalam desa atau di luar desa.6 Pendapatan
dari penjualan sopi tersebut menghasilkan Rp 450.000 sampai Rp
770.000 per minggu.
Tabel 5. Pendapatan Keluarga dari Produksi Sopi
Nama Frekuensi produksi
Lamanya produksi
(hari)
Jumlah pohon Kelapa yang digunakan
Banyaknya sopi yang dihasilkan (jerigen)
Pendapatan (Rp)
Bpk. Y. W 1 bln 2 kali 4 10 9 630.000
Bpk. L. R 1 bln 3 kali 4 11 10 600.000
Bpk. Y. N 1 bln 3 kali 6 12 10 500.000
Bpk. A. T 1 bln 3 kali 6 11 9 450.000
Bpk. J. A 1 bln 4 kali 6 12 11 770.000
Bpk. A. T 1 bln 2 kali 6 9 7 490.000
6 Hasil wawancara dengan produsen sopi, Bpk. A. T, bertempat di rumahnya, pada
tanggal 10 November 2012, pukul 11.00 WIT.
10
Gambar 4. Hasil Penyulingan air aren kelapa yang ditampung di jerigen.
Gambar 5. Proses penyulingan air aren kelapa menjadi Sopi
Gambar 3. Plastik transparan yang digunakan sebagai media dalam proses penyulingan
Gambar 2 Wawancara peneliti dengan salah satu produsen sopi, Bpk. Y.N
11
4.5. Deskripsi Penjual Sopi di desa Layeni
Penjual sopi di desa Layeni berjumlah 4 keluarga. Anak-
anak mereka masih duduk di bangku sekolah dan ada juga yang
sudah bekerja. Sebagian besar keluarga produsen sopi bekerja
sebagai petani, dan ada juga yang bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil. Jenis tanaman pertanian yang biasa mereka tanam yaitu ubi
kayu, kacang tanah, dan ubi jalar.7
Tabel 6. Pendapatan dan Keuntungan Usaha Penjual Sopi di Desa Layeni.
Nama
Jumlah sopi yang
dibeli (jerigen)
Harga sopi yang dibeli
(Rp)
Harga sopi yang dijual (Rp/liter)
Lamanya Penjualan Sopi (hari)
Pendapatan menjual Sopi
(Rp)
Keuntungan penjualan sopi (Rp)
Ibu. L. F 7 350.000 15.000 4 525.000 175.000
Bpk. J. N 5 250.000 15.000 4 300.000 50.000
Ibu. A. N 3 150.000 20.000 3 300.000 150.000
Bpk. A N 5 250.000 20.000 4 500.000 250.000
7 Hasil wawancara dengan Kapala Desa Layeni bertempat di Kantor Desa Layeni, pada
tanggal 10 November 2012, pukul 09.00
12
Keempat penjual ini menjadikan sopi sebagai mata
pencaharian mereka. Mereka mendapatkan sopi dari produsen sop
di dalam desa Layeni. Jika stok di dalam desa sudah habis, mereka
akan membeli dari luar desa seperti desa Isu.8
Menjual sopi tidak memerlukan waktu yang lama untuk
mendapatkan uang, bila dibandingkan dengan hasi pertanian yang
menunggu 3-4 bulan untuk memperoleh hasilnya. Dari tabel 6 dapat
dilihat bahwa para penjual sopi membeli sopi berkisar antara 3
sampai 7 jerigen atau 15 sampai 35 liter, dengan harga Rp 50.000
per jerigen. Mereka kembali menjual sopi tersebut dengan harga Rp
15.000 sampai Rp 20.000 per liter. Dengan demikian, para penjual
sopi tersebut memperoleh keuntungan berkisar antara Rp 50.000
sampai Rp 250.000 dalam 3 sampai 4 hari.
Walaupun memperoleh keuntungan yang berbeda-beda,
ada yang kecil dan ada yang besar, namun dengan hasil tersebut
para penjual sopi dapat membeli kebutuhan dalam rumah tangga
mereka.
8 Hasil wawancara dengan penjual sopi, Ny.L.F. Bertempat di rumahnya pada tanggal 11
November 2012, pukul 11.00 WIT.
13
Tabel 7. Deskripsi Keluarga Penjual Sopi
No Nama J.K Usia Pendidikan Pekerjaan Status
Pernikahan Status dalam
Keluarga
1
Bpk. R. F L 50 thn SD Petani Menikah Kepala Keluarga
Ibu. L. F P 47 thn SMP Petani Menikah Istri
J. F P 26 thn SMA Belum bekerja Belum menikah Anak
D. F L 24 thn SMA Petani Belum menikah Anak
J. F P 14 thn SMP Pelajar Belum menikah Anak
P. F L 10 thn SD Pelajar Belum menikah Anak
2
Bpk. S. N L 45 thn S1 PNS Menikah Kelapa Keluarga
Ibu. A. N P 42 thn SMA Petani Menikah Istri
C. N P 16 thn SMA Pelajar Belum Menikah Anak
S. N L 13 thn SMP Pelajar Belum Menikah Anak
14
3
Bpk. J. N L 57 thn S1 PNS Menikah Kepala Keluarga
Ibu. J. N P 54 thn SMK Petani Menikah Istri
S. N P 28 thn S1 PNS Menikah Anak
H. N P 25 thn S1 PNS Menikah Anak
G. N P 22 thn Mahasiswa Pelajar Belum menikah Anak
V. N P 12 thn SMP Pelajar Belum Menikah Anak
4
Bpk. A. N L 46 thn SMA Petani Menikah Kepala Keluarga
Ibu. Chr. N P 48 thn S1 PNS Menikah Istri
S. N L 17 thn SMA Pelajar Belum Menikah Anak
C. N P 14 thn SMP Pelajar Belum Menikah Anak
R. N L 11 thn SD Pelajar Belum Menikah Anak
15
4.6. Penggunaan dan Persepsi Masyarakat tentang Sopi
Sopi merupakan minuman keras yang dikonsumsi oleh
anak muda sampai orang tua lanjut usia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui penggunaan sopi dan persepsi masyarakat
desa Layeni tentang sopi terhadap kesehatan, dengan
menggunakan metode kualitatif untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian. Fenomena
yang dimaksud adalah terkait dengan perilaku, persepsi, dan
lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa. Pendekatan ini mempertimbangkan suatu
peristiwa yang mempunyai makna tertentu yang tidak dapat
diungkapkan secara kuantitatif atau dengan angka-angka
(Moleong, 2006)
Subyek yang diteliti adalah 40 orang dari 102 orang
laki-laki yang berusia 40-60 tahun. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara. Wawancara berlangsung sesuai dengan
kesiapan subyek sendiri. Proses ini juga berjalan dengan lancar
dan semua subyek memperlihatkan keterbukaannya kepada
peneliti.
Selama penelitian berlangsung, peneliti juga meminta
ijin kepada subyek untuk menggunakan alat perekam berupa
Handphone pada saat wawancara. Hal ini dilakukan oleh peneliti
karena keterbatasan yang dimiliki peneliti yang tidak bisa
16
mencatat semua informasi yang diberikan secara verbal selama
wawancara berlangsung.
4.6.1. Karakteristik Riset Partisipan
Riset partisipan dalam penelitian ini merupakan
penduduk asli desa Layeni, yang berusia 40-60 tahun, berjenis
kelamin laki-laki, dan sudah menikah. 40 orang riset partisipan
ini berasal dari latar pendidikan masing-masing, ada 8 orang
yang berpendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), 9 orang
berpendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), 19
orang yang berpendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas
(SMA), dan 4 orang yang sudah Sarjana (S1). Selain itu dari 40
riset partisipan ini ada 26 orang yang bekerja sebagai petani, 8
orang pegawai negeri sipil (PNS), 1 orang TNI, 2 orang Polri,
dan 3 orang pensiunan.
4.6.2. Penggunaan Minuman Sopi di desa Layeni
Sopi merupakan minuman yang oleh masyarakat
Layeni digunakan dalam berbagai acara. Ketika masyarakat
bergotong royong untuk perbaikan balai desa, masyarakat
membeli beberapa liter sopi untuk dikonsumsi bersama dengan
tujuan menambah semangat dalam bekerja.
Sopi dikonsumsi saat sedang santai pada malam hari
dan saat ada acara keluarga seperti acara baptisan, peneguhan
17
sidi gereja, acara ulang tahun, dan pesta penikahan. Pada acara
seperti ini, keluarga menyuguhkan 1-2 sloki sopi kepada tamu
untuk diminum bersama dengan tujuan untuk menghangatkan
suasana dan meramaikan pesta.9
Sopi juga digunakan dalam upacara adat misalnya
upacara adat pernikahan dan upacara pelantikan raja. Dalam
upacara adat pernikahan, pihak keluarga laki-laki yang
menyediakan sopi. Sopi tersebut dimasukan didalam lari10
kemudian pihak keluarga laki-laki yang terlebih dahulu minum
sopi tersebut, dan kemudian diedarkan kepada pihak keluarga
perempuan yang ada disitu, dengan tujuan untuk menjadi tanda
bahwa kedua keluarga sudah mempersatukan anak-anak dari
kedua belah pihak.
Dalam upacara pelantikan raja, sopi yang digunakan
sebanyak 1 botol dan kemudian dilakukan sumpah adat oleh
ketua adat. Sopi tersebut lalu dimasukan kedalam lari dan
dibagikan kepada semua orang yang hadir pada saat itu.11
Oleh sebagian warga Layeni, sopi dijadikan sebagai
mata pencaharian. Mereka memproduksi dan menjual sopi
9 Lihat 10
10
Lari merupakan tempurung kelapa kering yang dijadikan sebagai gelas untuk minum sopi dalam upacara adat.
11
Lihat 10
18
tersebut untuk menambah pendapatan keluarga dan untuk
membiayai pendidikan anak-anak mereka. 12
4.6.3. Pemahaman masyarakat Layeni tentang sopi
Setiap riset paritisipan (RP) memiliki pengetahuan dan
cara pandang masing-masing tentang sopi, berdasarkan apa
yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui
pemahaman mereka tentang sopi, maka peneliti mengajukan
pertanyaan “Apa itu sopi” kepada 40 riset partisipan.
Dari pertanyaan tersebut, peneliti menemukan berbagai
jawaban riset partisipan yang berisi pemahaman mereka tentang
sopi. Ada 11 partisipan (27,5%) yang mengetahui bahwa sopi
adalah minuman beralkohol, 4 partisipan (10%) mengatakan
sopi merupakan minuman beralkohol yang dijadikan sebagai
mata pencaharian, dan 3 partisipan (7,5%) mengatakan bahwa
sopi adalah minuman beralkohol yang terbuat dari proses
penyulingan air aren kelapa.
Ada juga 19 partisipan (47,5%) yang memandang sopi
sebagai minuman keras, dan ada 6 partisipan (15%)
mengatakan sopi adalah minuman yang sudah dikenal sejak
dulu. Pemahaman dari ke 25 partisipan di atas, digabungkan
menjadi suatu pemahaman yang lebih baik oleh 3 partisipan
(7,7%) bahwa sopi adalah minuman keras yang sudah dikenal
12
Lihat 16
19
sejak dulu. Ada riset partisipan yang menyadari bahwa sopi
merupakan minuman keras yang berbahaya, dan minuman
keras yang dapat mengganggu kesehatan.
Sementara itu, dari 40 partisipan ada 14 partisipan atau
35% yang memandang sopi sebagai minuman yang dijadikan
sebagai mata pencaharian. Pendapat yang hampir sama juga
disampaikan oleh 6 partisipan (15%) yang mengatakan bahwa
sopi adalah minuman keras yang dijadikan sebagai mata
pencaharian. Ada 7 partisipan mengatakan bahwa, sopi
merupakan minuman yang dijadikan sebagai penyambung
hidup. Hal serupa juga dikatakan oleh 2 partisipan bahwa sopi
adalah minuman keras yang diproduksi untuk dijadikan
penyambung hidup. Dari pemahaman-pemahaman riset
partisipan diatas, dapat disimpulkan bahwa sopi adalah
minuman yang sudah dikenal sejak dulu dan dijadikan sebagai
mata pencaharian.
Selain itu, 5 partisipan (12,5%) yang mengatakan sopi
adalah minuman yang terbuat dari aren kelapa. Pengetahuan 5
partisipan tersebut dilengkapi oleh 10 partisipan (25%) lainnya,
yang mengatakan bahwa sopi merupakan minuman yang
terbuat dari proses penyulingan air aren kelapa. Ada juga
pendapat yang hampir sama dikatakan oleh 4 partisipan (10%),
bahwa sopi adalah minuman keras yang terbuat dari aren
kelapa. Pemahaman tersebut dilengkapi oleh 6 partisipan (15%)
20
lainnya yang mengatakan bahwa sopi adalah minuman keras
yang terbuat dari penyulingan air aren kelapa.
Ada juga pemahaman-pemahaman khusus yang
disampaikan oleh beberapa riset partisipan. Ada riset partisipan
yang memiliki pemahaman bahwa sopi merupakan minuman
keras tradisional, dan minuman yang diminum saat sedang
santai. Menurut salah satu perawat di puskesmas rawat inap
Teon Nila Serua, Bpk F.I, sopi merupakan alkohol yang dikelola
secara tradisional yang digunakan dalam acara-acara adat.
4.6.4. Manfaat mengkonsumsi Sopi
Setiap riset partisipan memiliki pengetahuan dan
pemahaman mereka masing-masing tentang manfaat
mengkonsumsi sopi bagi kesehatan. Untuk mengetahui
pemahaman riset partisipan tentang manfaat sopi maka peneliti
mengajukan pertanyaan “Apa manfaat mengkonsumsi sopi bagi
kesehatan” kepada 40 riset partisipan.
Dari pertanyaan tersebut ditemukan berbagai jawaban
riset partisipan tentang manfaat sopi terhadap kesehatan. 13
partisipan (32,5%) mengatakan sopi tidak bermanfaat bagi
tubuh. Sedangkan ada pemahaman lain yang disampaikan oleh
12 partisipan (30%), bahwa sopi bermanfaat sebagai obat. 4
partisipan (10%) mengatakan sopi bermanfaat sebagai obat
tradisional, 3 partisipan (7,5%) mengatakan sopi sebagai salah
21
satu bahan untuk pembuatan obat tradisional, 3 partisipan
(7,5%) memanfaatkan sopi sebagai penghangat tubuh, 2
partisipan (5%) mengatakan sopi dapat dimanfaatkan sebagai
penambah kekuatan jika dicampur dengan gingseng.
Ada 4 partisipan (10%) yang memahami bahwa sopi
bermanfaat sebagai obat jika dicampur dengan akar tumbuhan
terong untuk menyembuhkan sakit gigi. Pendapat tersebut
dilengkapi oleh 8 partisipan (20%) yang mengatakan bahwa sopi
dapat menyembuhkan sakit gigi jika dicampur dengan akar
tumbuhan terong.
Ada juga 2 partisipan (5%) mengatakan sopi dapat
mengurangi sakit dada jika dicampur dengan madu dan telur.
Hal serupa dikatakan oleh 2 partisipan bahwa sopi dapat
menghilangkan sakit dada, dapat menyembuhkan sakit dada,
dan sebagai obat untuk mengurangi sakit dada.
Ada 2 partisipan mengatakan sopi dapat
menyembuhkan sakit maag jika dicampur dengan kulit kayu
palsodor , ada 2 riset partisipan yang mengatakan bahwa sopi
jika dicampur dengan terigu dapat menurunkan bengkak, dan
menyembuhkan sakit perut, menyembuhkan sakit pinggang jika
dicampur dengan akar tumbuhan kakurang. Menurut kepala
mata rumah marga Tewernussa 13, sopi dikonsumsi sebagai
penghangat badan, dan juga dapat dijadikan obat untuk sakit
13
Kepala mata rumah yaitu ketua marga.
22
menyembuhkan sakit perut, dan untuk menyembuhkan sakit gigi
jika sudah dicampur dengan akar tumbuhan terong.
4.6.5. Dampak mengkonsumsi Sopi
Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak dapat
menyebabkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan. Sopi
yang adalah minuman beralkohol jika dikonsumsi berlebihan
dapat juga berdampak tidak bagi kesehatan. Untuk mengetahui
pemahaman tentang dampak mengkonsumsi sopi, maka peneliti
mengajukan pertanyaan “Apa dampak mengkonsumsi sopi”
kepada 40 riset partisipan.
Dari pertanyaan tersebut di temukan jawaban mereka
masing-masing tentang dampak mengkonsumsi sopi. Ada 2
partisipan (5%) menyadari bahwa mengkonsumsi sopi dapat
menyebabkan berbagai penyakit berbahaya bagi tubuh.
Sementara itu 23 partisipan (57,5%) mengatakan sopi dapat
menyebabkan penyakit jantung, 3 partisipan (7,5%) mengatakan
bahwa mengkonsumsi sopi dapat menyebabkan penyakit stroke,
6 partisipan (15%) mengatakan bahwa mengkonsumsi sopi
dapat menyebabkan penyakit maag, 4 partisipan (10%)
mengatakan mengkonsumsi sopi dapat menyebabkan penyakit
kanker, 2 partisipan (5%) mengatakan mengkonsumsi sopi juga
dapat menyebabkan penyakit liver, 2 partisipan lainnya
mengatakan mengkonsumsi sopi dapat menyebabkan kematian,
23
dan 3 partisipan (7,5%) mengatakan bahwa mengkonsumsi sopi
dapat menyebabkan penyakit jantung dan stroke.
Menurut kepala desa Layeni dan kepala mata rumah
marga Nivaan, mengkonsumsi sopi sebelum makan dapat
menyebabkan sakit maag dan juga sakit jantung sampai
meninggal. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari kepala
puskesmas rawat inap Teon Nila Serua, bahwa penyakit
tekanan darah tinggi, dan jantung banyak terjadi pada orang tua
yang sering mengkonsumsi sopi.14
4.6.6. Perasaan ketika mengkonsumsi Sopi
Setiap riset partisipan memiliki perasaan mereka
masing-masing ketika mereka mengkonsumsi sopi. Untuk
mengetahui perasaan riset partisipan ketika mengkonsumsi
sopi, peneliti mengajukan pertanyaan “Apa yang anda rasakan
ketika megkonsumsi sopi” kepada 40 riset partisipan.
Dari pertanyaan tersebut, ditemukan jawaban riset
partisipan tentang perasaan ketika mengkonsumsi sopi. Ada
berbagai macam perasaan yang muncul dari riset partisipan
ketika mengkonsumsi sopi. Dari 40 partisipan, ada 11 partisipan
(27,5%) yang merasa tenang, 26 partisipan (65%) yang merasa
senang ketika mengkonsumsi sopi, dan 7 dari 40 partisipan
14
Hasil wawancara dengan kepala puskesmas rawat inap Teon Nila Serua, tanggal 19 Desember 2012, pukul 08.00 WIT
24
(17,5%) yang merasa tenang dan senang ketika mengkonsumsi
sopi.
Selain itu ada 11 partisipan (27,5%) yang rasa capek
menjadi hilang ketika mengkonsumsi sopi. Hal serupa juga
disampaikan oleh 2 partisipan yang merasa capek berkurang
ketika mengkonsumsi sopi. 8 partisipan lainnya (20%) merasa
senang dan rasa capek menjadi hilang, 2 partisipan (5%)
merasa mabuk, dan 3 partisipan (7,5%) merasa biasa-biasa saja
ketika mengkonsumsi sopi.
Selain itu, ada riset partisipan yang merasa senang dan
pusing, dan partisipan lainnya merasa rileks dan rasa capek
menjadi hilang ketika mengkonsumsi sopi.
4.6.7. Perasaan ketika tidak mengkonsumsi sopi
Setiap riset partisipan memiliki perasaan mereka
masing-masing ketika mereka tidak mengkonsumsi sopi. Untuk
mengetahui perasaan riset partisipan ketika tidak
mengkonsumsi sopi, maka peneliti mengajukan pertanyaan
“Bagaimana perasaan anda ketika tidak mengkonsumsi sopi”,
kepada 40 riset partisipan.
Dari pertanyaan tersebut, ditemukan berbagai jawaban
riset partisipan tentang perasaan mereka ketika tidak
mengkonsumsi sopi. Ada 29 partisipan (72,5%) yang merasa
biasa-biasa saja ketika tidak mengkonsumsi sopi. Ada juga 9
25
partisipan (22,5%) yang merasa tidak tenang jika mereka tidak
mengkonsumsi sopi, dan ada partisipan yang masih merasa
capek jika tidak mengkonsumsi sopi. Selain itu ada riset
partisipan yang masih merasa capek dan kondisi tubuh tidak
stabil ketika tidak mengkonsumsi sopi.
4.6.8. Perilaku setelah mengkonsumsi Sopi
Ada berbagai perilaku riset partisipan yang dapat
ditimbulkan ketika mengkonsumsi minuman sopi. Untuk
mengetahui perilaku riset partisipan setelah mengkonsumsi sopi,
maka peneliti megajukan pertanyaan “Apa yang anda lakukan
setelah mengkonsumsi sopi” kepada 40 riset partisipan.
Dari pertanyaan tersebut ditemukan jawaban riset
partisipan tetang perilaku mereka setelah mengkonsumsi sopi.
Ada 20 partisipan (50%) yang tidur setelah mengkonsumsi sopi.
Ada juga 4 partisipan (10%) yang makan setelah mengkonsumsi
sopi. Sedangkan 16 partisipan lainnya (40%) dapat melakukan
aktivitas seperti biasanya setelah mengkonsumsi sopi.
Menurut kepala desa Layeni, setelah mengkonsumsi
sopi, masyarakat tidak membuat keributan tetapi mereka
beraktivitas seperti biasanya, dan ada juga yang pulang ke
rumah mereka masing-masing. Hal yang sama juga dikatakan
oleh kepala mata rumah marga Nivaan, bahwa setelah
mengkonsumsi sopi para pengkonsumsi sopi melakukan
26
aktivitas mereka seperti biasanya, dan ada juga yang duduk
bercerita dengan teman “minumnya”.
4.7. Pembahasan
Dalam pembahasan ini dijelaskan tentang aspek-aspek
persepsi, dalam hal ini persepsi tentang sopi yaitu kognitif
(pengetahuan tentang sopi), afektif (perasaan ketika
mengkonsumsi, dan tidak mengkonsumsi sopi), dan konatif
(perilaku setelah mengkonsumsi sopi). Dari hasil penelitian yang
dilakukan ditemukan 40 persepsi partisipan yang berbeda-beda
mengenai penggunaan sopi terhadap kesehatan.
Untuk aspek kognitif, dari hasil penelitian ditemukan
berbagai pemahaman riset partisipan tentang sopi. Ada riset
partisan yang mengatakan sopi sebagai minuman keras, ada
juga riset partisipan yang tahu bahwa sopi itu minuman
beralkohol. Selain itu, ada riset partisipan yang mengatakan sopi
adalah minuman yang sudah dikenal sejak dulu, ada yang
mengatakan sopi itu terbuat dari proses penyulingan air aren
kelapa, dan ada yang menganggap sopi sebagai minuman yang
diproduksi untuk menyambung hidup, atau dengan kata lain sopi
sebagai mata pencaharian. Sopi merupakan minuman yang
27
selalu hadir dalam upacara-upacara adat, seperti pelantikan raja
15, atau adat pernikahan. 16
Minum sopi merupakan budaya yang sudah ada sejak
lama, yang telah diwariskan dari leluhur dan bukan semata-mata
untuk menciptakan hal negatif, tapi memiliki tujuan tersendiri.
Kebudayaan menurut Haris dalam Spradley (1997), adalah
konsep yang ditampakan dalam berbagai pola tingkah laku yang
dikaitkan dengan kelompok masyarakat tertentu, seperti ‘adat’
(custom), atau cara hidup masyarakat. Seperti yang tertulis
dalam Towards The Sustainability of NTT Sopi, sopi atau moke
atau tua menu adalah sekian dari nama lokal untuk minuman
khas yang diproduksi secara turun temurun oleh masyarakat
yang ada di berbagai pulau di Nusa Tenggara Timur maupun
Maluku, yang merupakan atribut yang tidak terlepas dari setiap
perayaan upacara tradisional, dan secara ekonomis menjadi
sumber pendapatan bagi sekian keluarga yang memiliki tradisi
penyulingan (destilasi) arak. Hal tersebut juga diakui oleh kepala
desa Layeni, bahwa minum sopi sudah menjadi tradisi sejak
dulu yang dikonsumsi saat upacara adat dilangsungkan dan
saat bekerja bersma-sama dalam perbaikan gedung geraja,
dengan tujuan untuk menambah semangat dalam bekerja.
15
Raja merupakan sebutan untuk kepala Desa. 16
Lihat 16
28
Selain itu, sopi dijadikan sebagai salah satu mata pecaharian
oleh masyarakat Layeni. 17
Sopi termasuk dalam minuman beralkohol yang oleh
masyarakat Layeni menyebutnya sebagai minuman keras, yang
jika dikonsumsi setiap hari dan dalam jumlah yang banyak akan
muncul efek langsung bagi tubuh seperti pusing, muntah, dan
lama-kelamaan akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh,
seperti menyebabkan penyakit kardiovaskuler, penyakit kronik
lainnya, dan sampai meninggal. Hal serupa juga dikatakan oleh
riset partisipan bahwa mengkonsumsi sopi yang berlebihan
dapat menyebabkan penyakit berbahaya seperti jantung, liver,
stroke, maag, kanker dan sampai meninggal. Ini berarti
partisipan mengetahui dampak bila mengkonsumsi sopi dalam
jumah yang banyak. Hal tersebut juga dibenarkan oleh salah
satu perawat Puskesmas Rawat Inap Teon Nila Serua, bahwa
jika sering mengkonsumsi sopi secara berlebihan dapat
menyebabkan penyakit berbahaya bagi tubuh, seperti maag,
jantung, dan liver, sampai menyebabkan kematian.18
Lebih dari itu, masyarakat Layeni menggunakan sopi
sebagai obat tradisional yang dapat digunakan untuk
menyembuhkan berbagai penyakit, seperti sakit maag
17
Lihat 16 18
Wawancara dengan Bpk. F.I, perawat di puskesmas Rawat Inap Teon Nila Serua. Tanggal19 Desember 2012, pukul 12.00 WIT.
29
(campuran sopi dengan kulit kayu palsodor), sakit gigi (sopi
dicampur dengan akar tumbuhan terung), penambah kekuatan
(sopi dicampur dengan gingseng), mengurangi sakit dada (sopi
dicampur dengan telur dan madu), dan dapat mengurangi
bengkak pada tubuh (campuran terigu dan diberi sedikit sopi),
dan menyembuhkan sakit pinggang (dicampur dengan akar
tumbuhan kakurang). Hal ini menunjukan bahwa, bagi
masyarakat Layeni sopi bukan semata-mata minuman
beralkohol yang memiliki dampak negatif, tapi juga mempunyai
dampak positif bagi kesehatan.
Sumber : Halaman rumah Bpk. P. K
Gambar 6. Daun Palsodor
30
Sumber : Halaman rumah Bpk. P.K
Pohon Palsodor merupakan tanaman yang tumbuh di
hutan Seram, Sapurua dan Nusalaut. Tinggi pohon palsodor ±6-
15 meter dari permukaan tanah. Palsodor tidak memiliki bunga
maupun buah, Pada waktu masih muda, daunnya berbentuk jari,
namun ketika sudah tua daunnya akan berubah bentuk dan
bentuk jarinya menjadi hilang, permukaan daun hasul dan tidak
berbau.
Gambar 7. Pohon Palsodor
31
Sumber : Halaman rumah Ny.L.F
Terung (solanum melongena) termasuk famili
Solanaceae dan merupakan tanaman tahunan berbentuk perdu
yang dapat tumbuh hingga mencapai 60 – 90 cm. Daun
tanaman ini lebar dan bentuknya menyerupai telinga.
Sedangkan bunganya berwarna ungu dan merupakan bunga
sempurna, biasanya terpisah dari daun dan batang yang
terbentuk dalam tandan bunga. Untuk akarnya berbentuk akar
tunggang dengan akar samping yang dangkal. Di dalam terung
terdapat kandungan kalsium, vitamin A, vitamin C, kalium,
natrium, asam klorogenat, dan tripsin. Berdasarkan penelitian,
Gambar 8. Tumbuhan Terung
32
bahan-bahan yang dikandung oleh Terung memiliki manfaat
untuk menurunkan kolesterol; mengobati gusi bengkak,
peradangan pada mulut, demam, wasir, borok pada hidung, dan
retak tulang; melancarkan air seni; sebagai antikanker,
antimikroba, dan antivirus; sebagai alat kontrasepsi; serta
meningkatkan libido. 19
Sumber : Halaman rumah Bpk P.K
19
http://khasiatbuah.com/terung.htm
Gambar 9. Daun Kakurang
33
Sumber : Halaman rumah Bpk P.K
Tanaman ini merupakan tanaman liar yang tumbuh di
hutan. .Kakurang merupakan tanaman dengan tinggi ±70 cm
dari permukaan tanah, permukaan daun teraba halus, dan tidak
berbau. Tidak memiliki bungga maupun buah. Tidak terdapat
duri pada batangnya.
Gambar 10. Tumbuhan Kakurang
34
Aspek kedua yaitu afektif. Sebagian besar riset
partisipan mengkonsumsi sopi untuk menghilangkan rasa capek
setelah bekerja. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan
bermacam-macam perasaan riset partisipan ketika
mengkonsumsi sopi. Ada yang merasa senang, tenang, rileks,
ada yang merasa capek menjadi berkurang, dan ada juga yang
merasa biasa-biasa saja. Mengkonsumsi sopi dapat
menimbulkan efek euphoria, yaitu berupa perasaan nyaman,
dan tenang bagi peminumnya sehingga membuat lebih mudah
untuk mengungkapkan emosi. Misalnya ketika sedang kecewa,
atau sedih, gembira, dan lain sebaginya. Bukan hanya sekedar
nyaman akan tetapi alkohol juga bisa membuat orang menjadi
lebih rileks jika berada di dalam sebuah kondisi yang
menegangkan, atau membuat orang bertambah semangat
(Wiguna, 2008). Selain untuk menambah semangat, ada juga
riset partisipan yang mengkonsumsi sopi untuk menghilangkan
stres. Berdasarkan hasil penelitian, ada riset partisipan yang
merasa tidak tenang, merasa capek dan kondisi tubuh tidak
stabil ketika tidak mengkonsumsi sopi. Ini berarti riset partisipan
merasa sangat membutuhkan minuman sopi tersebut, atau
sudah ketagihan sopi. Hutapea (1993) menambahkan bahwa
alkohol digolongkan kedalam zat adaktif karena dapat
menimbulkan ketagihan dan ketergantungan. Jika sudah
35
ketagihan maka konsumen akan sulit untuk menghilangkan
kebiasaannya mengkonsumsi sopi.
Aspek yang ketiga yaitu konatif. Perilaku riset partisipan
setelah mengkonsumsi sopi yaitu ada yang tidur, makan, dan
ada juga yang dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Hal
tersebut diakui oleh kepala desa Layeni bahwa setelah
mengkonsumsi sopi, masyarakat tidak membuat keributan di
dalam desa, melainkan melakukan aktivitas seperti biasanya.
Pada akhirnya, minuman alkohol dalam hal ini sopi mempunyai
arti yang berbeda bagi banyak orang tergantung dari sudut
pandang mereka menilainya. Hal ini terlihat dalam kehidupan
masyarakat Layeni yang membuktikan bahwa tidak selamanya
minuman beralkohol (sopi) memiliki kesan yang buruk, sehingga
fungsi dari minuman dan unsur-unsur kebudayaan yang ada
didalamnya, sangat ditentukan oleh pemakainya.