47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus
Sebelum dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe group investigation
berbantuan benda nyata, pembelajaran IPA di kelas V SDN 2 Tegalrejo masih
menggunakan metode konvensional di mana guru hanya berceramah dan hanya
menggunakan media papan tulis. Pada saat guru mengajar, siswa hanya pasif
mendengarkan penjelasan guru. Guru tidak menggunakan media pembelajaran
yang inovatif sehingga siswa cenderung bosan dan bergurau sendiri. Setelah
dilakukan evaluasi akhir pembelajaran, ternyata masih banyak siswa yang belum
memahami materi dengan baik sehingga hasil belajarnya rendah.
Hasil belajar di kelas V SDN 2 Tegalrejo menunjukkan hasil yang kurang
memuaskan. Sebanyak 12 siswa atau 57,14% siswa belum tuntas hasil belajarnya
dari kriteria ketuntasan minimal atau KKM yaitu 70. Untuk lebih jelasnya, nilai
prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
Distribusi Nilai Hasil Belajar IPA Prasiklus
Rentang Jumlah Siswa Persentase Keterangan
60-64 6 28,57% Belum Tuntas
65-69 6 28,57% Belum Tuntas
70-74 4 19,05% Tuntas
75-79 3 14,29% Tuntas
80-84 2 9,52% Tuntas
Jumlah 21 100%
Rata-rata 68,95
Nilai tertinggi 83
Nilai terendah 60
Dari tabel 4.1, dapat dilihat bahwa dari 21 siswa, yang memperoleh nilai
60-64 ada 6 siswa, yang memperoleh nilai 65-69 ada 6 siswa, yang memperoleh
nilai 70-74 ada 4 siswa, yang memperoleh nilai 75-79 ada 3 siswa dan yang
memperoleh nilai 80-84 ada 2 siswa. Rata-rata nilai prasiklus sebesar 68,95
48
dengan nilai tertinggi 83 dan nilai terendah 60. Hasil belajar pada tabel 4.1
disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Belajar IPA Prasiklus
Berdasarkan tabel 4.1 dan diagram batang 4.1 tentang hasil belajar IPA
pada prasiklus, maka dapat dilihat tingkat ketuntasan hasil belajar tahap prasiklus
pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus
Nilai Keterangan Frekuensi Siswa Persentase
≥ 70 Tuntas 9 42,86 %
< 70 Belum Tuntas 12 57,14%
Jumlah 21 100 %
Dilihat dari nilai prasiklus dan ketuntasan hasil belajar, menunjukkan
bahwa hasil belajar di kelas V SDN 2 Tegalrejo masih rendah. Terbukti dari
jumlah siswa sebanyak 21 anak masih ada 12 anak atau 57,14% yang belum
mencapai ketuntasan dan baru ada 9 siswa atau 42,86% siswa yang sudah tuntas
0
1
2
3
4
5
6
7
60-64 65-69 70-74 75-79 80-84
DISTRIBUSI HASIL BELAJAR IPA
PRASIKLUS
Frekuensi
siswa
Rentang Nilai
49
KKM yaitu ≥70. Persentase ketuntasan hasil belajar pada tahap prasiklus jika
disajikan ke dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Lingkatan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Prasiklus
Melihat kondisi di kelas V SDN 2 Tegalrejo, maka penulis tertarik untuk
melakukan suatu tindakan dalam pembelajaran IPA materi cahaya dan sifat-
sifatnya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation berbantuan benda nyata. Group investigation menerapkan siswa
untuk bekerja dalam kelompok yang bersifat melakukan penyelidikan. Dengan
bantuan benda nyata, dapat membantu siswa mencari informasi dan sumber yang
dibutuhkan secara nyata karena menggunakan benda-benda asli. Jadi, diharapkan
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan
benda nyata dapat meningkatkan semangat siswa untuk belajar sehingga hasil
belajar siswa akan meningkat.
4.2 Deskripsi Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Hasil belajar pada prasiklus menjadi dasar untuk merencanakan tindakan
yang tepat agar hasil belajar siswa meningkat. Model pembelajaran yang akan
digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
PERSENTASE KETUNTASAN HASIL
BELAJAR IPA PRASIKLUS
Tuntas
BelumTuntas
42,86%57,14%
50
berbantuan benda nyata. Pada tahap ini, penulis mempersiapkan perangkat
pembelajaran berupa:
1. RPP dengan materi cahaya dan sifat-sifatnya.
2. Media pembelajaran. Media yang digunakan adalah benda-benda nyata
berupa kertas karton, lilin, air, lampu senter, sendok, cermin datar dan
cermin cembung, gelas bening, air, kopi, susu, plastik bening, sedotan dan
batu kerikil.
3. Lembar diskusi kelompok sebagai sarana untuk mengerjakan tugas
mengenai hasil penyelidikan yang dilakukan bersama kelompok.
4. Lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui aktivitas guru dan
siswa selama pembelajaran berlangsung.
5. Soal evaluasi yang akan diberikan pada pertemuan ketiga tiap siklus
setelah pembelajaran selesai.
Setelah semua perangkat pembelajaran disiapkan, penulis kemudian
berkonsultasi dengan guru kelas V mengenai RPP yang telah disusun dan
berdiskusi tentang jalannya kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan agar
pada pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di kelas
V SDN 2 Tegalrejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung dengan jumlah
siswa sebanyak 21 anak. Pelaksana pembelajaran adalah guru kelas V dan yang
menjadi observer adalah teman sejawat dari guru. Pembelajaran yang
dilaksanakan mengacu pada RPP yang telah dibuat dan dikonsultasikan dengan
guru kelas V sehingga kekurangan pada pembelajaran prasiklus tidak akan
terulang pada siklus I.
Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation berbantuan benda nyata akan dilakukan dalam 3 kali
pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 10 Maret 2014, pertemuan
kedua tanggal 11 Maret 2014, dan pertemuan ketiga pada tanggal 12 Maret 2014.
51
Pelaksanaan Pembelajaran Pada Pertemuan I Siklus I
Pada pertemuan pertama, dilaksanakan pembelajaran dengan materi
cahaya dan sifat-sifatnya. Sebelum melakukan pembelajaran, terlebih dahulu
mempersiapkan hal-hal yang diperlukan. Guru memulai pembelajaran dengan
berdoa, mengabsen siswa, menjelaskan bahwa pembelajaran akan dilakukan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan benda
nyata kemudian dilanjutkan pemberian apersepsi dengan memberikan pertanyaan
seputar cermin.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran group
investigation. Siswa dan guru menentukan topik yang akan diselidiki yaitu sifat-
sifat cahaya. Sifat cahaya ada 4 sehingga guru membentuk siswa menjadi 4
kelompok berdasarkan urutan absen yang masing-masing menyelidiki satu sifat
cahaya. Siswa bersama kelompok membagi tugas dan melakukan penyelidikan
sesuai topik yang diperoleh. Penyelidikan yang dilakukan menggunakan benda-
benda nyata sebagai sumber informasi langsung sehingga siswa bisa belajar sesuai
kenyataan. Siswa menggambar hasil percobaan yang dilakukan pada lembar
diskusi kelompok. Peran guru di sini adalah sebagai fasilitator dan pemandu
jalannya pembelajaran.
Pada kegiatan konfirmasi, guru dan siswa melakukan tanya jawab
mengenai pengalaman belajar dan penyelidikan pada hari ini. Pada kegiatan akhir,
guru menghimbau agar siswa mempersiapkan pembelajaran untuk pertemuan
selanjutnya.
Pelaksanaan Pembelajaran Pada Pertemuan II Siklus I
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru mempersiapkan media
pembelajaran seperti majalah, koran, buku, gambar dari internet, kertas, gunting
dan lem. Kegiatan dimulai dengan berdoa, presensi, kemudian dilanjutkan dengan
tanya jawab mengenai materi pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan
pertama.
Pada kegiatan inti, siswa diminta duduk berkelompok sesuai kelompok
pada pertemuan pertama. Guru membagikan media pembelajaran yang telah
dipersiapkan kepada masing-masing kelompok. Siswa bersama kelompok mencari
52
gambar benda-benda atau peristiwa yang berkaitan dengan topik yang diselidiki
pada pertemuan pertama. Gambar-gambar tersebut dicari di dalam majalah, koran,
dan gambar dari internet yang telah dibagikan oleh guru. Siswa bersama
kelompok kemudian membuat kliping. Setelah selesai, perwakilan setiap
kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka mulai dari kegiatan
penyelidikan sampai hasil dari kliping yang dibuat. Siswa dari kelompok lain
boleh menanggapi dan memberikan pertanyaan.
Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru membuat rangkuman tentang
pembelajaran yang telah dilakukan. Guru kemudian menghimbau siswa untuk
belajar di rumah untuk evaluasi pada pertemuan selanjutnya.
Pelaksanaan Pembelajaran Pada Pertemuan III Siklus I
Pada pertemuan ketiga, dilakukan evaluasi. Soal evaluasi berbentuk
pilihan ganda dengan jumlah 20 soal. Pada pertemuan ketiga, siswa tidak dibagi
menjadi kelompok seperti pada pertemuan pertama dan kedua. Kegiatan yang
dilakukan adalah guru membagikan soal kepada seluruh siswa. Siswa
mengerjakan soal secara individu tanpa mengganggu siswa yang lain. Setelah
selesai, siswa dan guru melakukan koreksi silang. Guru kemudian mendata nilai
siswa kemudian memberikan penghargaan kepada siswa yang memperoleh nilai
tertinggi. Penghargaan ini berbentuk ucapan selamat dan berjabat tangan langsung
dengan siswa yang memperoleh nilai tertinggi dengan tujuan agar siswa yang
nilainya masih rendah, termotivasi untuk lebih giat belajar. Guru memberikan
pesan penyemangat agar siswa dapat lebih aktif dan bersemangat dalam belajar.
3. Tahap Observasi
Pada saat pembelajaran berlangsung, penulis berkolaborasi dengan teman
sejawat dari guru melakukan observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan indikator pengamatan,
observer melakukan pengamatan yang meliputi kinerja guru, aktivitas siswa dan
hasil belajar IPA siswa dan memberi penilaian terhadap proses pembelajaran. Dari
observasi yang dilakukan, guru telah melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran sesuai indikator pada lenbar observasi dengan baik meskipun masih
53
ada kekurangan yaitu guru belum membagi kelompok secara heterogen. Dari segi
siswa, siswa masih mengganggu kelompok lain saat penyelidikan berlangsung.
4. Tahap Refleksi
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran pada siklus I, penulis
mengalami beberapa masalah yang berpengaruh pada keberhasilan siswa dalam
memahami materi. Hal ini terlihat pada hasil belajar dari 4 siswa yang yang belum
mencapai ketuntasan.
Pada saat pembelajaran berlangsung siswa belum memahami betul
langkah-langkah model pembelajaran yang dijelaskan oleh guru Pembagian
kelompok menurut urutan absen membuat kelompok tidak terbentuk secara
heterogen dikarenakan ada salah satu siswa yang tidak masuk sekolah pada
pertemuan pertama dan kedua. Ada satu kelompok yang anggotanya semuanya
siswa laki-laki. Pembagian topik penelitian yang diberikan kepada siswa ternyata
berpengaruh terhadap penguasaan materi dan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Siswa hanya memahami materi yang mereka selidiki dan kurang
memahami materi yang diselidiki kelompok lain. Selain itu, beberapa siswa
terutama siswa laki-laki sering mengganggu kelompok lain yang sedang
melakukan penyelidikan karena mereka juga tertarik dengan topik yang diselidiki
oleh kelompok lain.
Cara mengatasi permasalahan tersebut dengan menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran kooperatif tipe group investigation secara rinci sampai
siswa paham betul. Pembagian kelompok secara acak agar terbentuk kelompok
yang heterogen. Pembagian topik penyelidikan sebaiknya bersifat menyeluruh
agar siswa bisa memahami materi secara menyeluruh dan tidak mengganggu
kelompok lain karena topik penyelidikannya sama.
4.3 Deskripsi Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Hasil refleksi siklus I menjadi acuan untuk melaksanakan tindakan siklus
II guna meningkatkan hasil belajar siswa. Pada tahap ini, penulis menyiapkan
54
perangkat pembelajaran yang berupa RPP, lembar observasi guru dan siswa,
lembar diskusi kelompok, soal evaluasi akhir dan berbagai media untuk
menunjang pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus 2 dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di kelas
dan sekolah yang sama dengan siklus I. Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal
24 Maret 2014, pertemuan kedua tanggal 25 Maret 2014, dan pertemuan ketiga
pada tanggal 26 Maret 2014.
Pelaksanaan Pembelajaran Pada Pertemuan I Siklus II
Pertemuan pertama, pembelajaran dilaksanakan dengan materi alat-alat
optik. Guru meminta salah satu siswa untuk berdoa dan kemudian melakukan
presensi siswa. Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan menunjukkan salah
satu alat optik kemudian siswa diminta menyebutkan nama alat optik yang dibawa
oleh guru yaitu mikroskop.
Pada kegiatan inti, guru meminta siswa menyebutkan contoh alat optik
yang diketahui. Guru kemudian menjelaskan langkah-langkah group investigation
secara lebih rinci agar nantinya siswa memahami saat melakukan penyelidikan.
Siswa dan guru kemudian memilih topik penyelidikan dan membagi kelompok
secara heterogen. Guru membagikan alat optik (mikroskop, kamera, lup, teleskop,
dan periskop), koran, majalah, dan lembar diskusi kepada setiap kelompok.
Berbeda dari pembelajaran siklus I, pada siklus II setiap kelompok bertugas
menyelidiki semua alat optik yang sama. Siswa bersama kelompok menggambar
alat-alat optik dan menuliskan bagian-bagian alat optik beserta fungsinya.
Pada kegiatan akhir, guru meminta siswa belajar lagi di rumah sebagai
persiapan untuk melaksanakan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
Pelaksanaan Pembelajaran Pada Pertemuan II Siklus II
Pada pertemuan kedua, siswa duduk bersama kelompok sesuai pada
pertemuan pertama. Guru membagikan koran, majalah, dan gambar-gambar dari
internet sebagai media untuk membuat kliping. Siswa bersama kelompok
membuat kliping tentang alat-alat optik. Setelah selesai membuat kliping, hasil
55
dari kliping tersebut kemudian dijadikan satu dengan hasil penelitian pada
pertemuan pertama untuk dijilid menjadi satu.
Setelah kliping selesai dijilid, perwakilan dari tiap kelompok maju ke
depan kelas untuk mempresentasikan hasil investigasi mereka. Guru memandu
jalannya presentasi agar presentasi berjalan dengan lancar. Ketika ada siswa yang
presentasi di depan kelas, siswa yang lain harus memperhatikan dan boleh
menaggapi.
Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru membuat rangkuman tentang
pembelajaran yang telah dilakukan. Guru menghimbau siswa agar belajar lagi di
rumah untuk memperdalam materi agar bisa mengerjakan evaluasi pada
pertemuan selanjutnya.
Pelaksanaan Pembelajaran Pada Pertemuan III Siklus II
Pada pertemuan ketiga, dilakukan adalah evaluasi akhir pembelajaran
dengan materi alat-alat optik. Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda dengan
jumlah 20 soal. Pada pertemuan ketiga, siswa tidak dibagi menjadi kelompok
seperti pada pertemuan pertama dan kedua. Guru membagikan soal evaluasi
kepada tiap siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu tanpa
mengganggu siswa yang lain. Guru memantau siswa selama evaluasi berlangsung.
Setelah semua siswa selesai mengerjakan evaluasi, guru mengajak siswa
untuk melakukan koreksi bersama. Setelah selesai melakukan koreksi bersama,
guru kemudian mendata nilai siswa dan memberikan penghargaan kepada siswa
yang memperoleh nilai tertinggi. Penghargaan ini berbentuk ucapan selamat dan
berjabat tangan langsung dengan siswa yang memperoleh nilai tertinggi dengan
tujuan agar siswa yang nilainya masih rendah, termotivasi untuk lebih giat belajar.
Terakhir, guru memberikan pesan penyemangat agar pada pembelajaran
selanjutnya siswa lebih aktif dan bersemangat dalam belajar.
3. Tahap Observasi.
Pada siklus II, penulis berkolaborasi dengan teman sejawat dari guru
melakukan pengamatan terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung. Berdasarkan indikator pengamatan, observer
56
melakukan pengamatan yang meliputi kinerja guru, aktivitas siswa dan hasil
belajar IPA siswa dan memberi penilaian terhadap proses pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Setelah guru melaksanakan pembelajaran pada siklus II, yang menjadi
refleksi pada siklus ini adalah meningkatnya hasil belajar dan ketuntasan hasil
belajar siswa siswa. Guru telah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation berbantuan benda nyata dengan sangat baik. Dilihat dari
aktivitas siswa, siswa telah mengikuti pembelajaran dengan sangat baik dan tidak
mengganggu kelompok lain. Siswa terlihat aktif dan antusias mengikuti
pembelajaran karena menggunakan media yang menarik. Selain itu, pembagian
topik penyelidikan yang bersifat menyeluruh membuat siswa memahami semua
topik yang dibahas.
Kekurangan pada pembelajaran siklus I sudah mengalami perbaikan dan
peningkatan sehingga pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II menjadi
lebih baik. Hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II juga
meningkat dan telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan.
4.4 Hasil Analisis Data
Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang hasil
belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V SDN 2 Tegalrejo
Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan benda nyata.
4.4.1 Siklus I
Penulis dengan dibantu oleh observer dari teman sejawat guru melakukan
observasi terhadap kinerja guru dan aktifitas siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
4.4.1.1 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I
Berdasarkan observasi yang dilakukan observer pada guru kelas V saat
melakukan pembelajaran IPA siklus I dengan model pembelajaran kooperatif tipe
57
group investigation berbantuan benda nyata, didapatkan hasil yang akan
dipaparkan pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I
No Aspek Jumlah
1 Pra Pembelajaran 6
2 Kegiatan Pendahuluan 9
3 Kegiatan Inti 41
4 Kegiatan Akhir 18
Total Skor 74
Kategori Baik
Penilaian: Jumlah seluruh skor (total skor)
Kategori:
≤ 25 = sangat tidak baik
26-50 = tidak baik
51-75 = baik
76-100 = sangat baik
Berdasarkan lembar observasi guru pada pembelajaran IPA siklus I, ada 4
aspek yang dinilai yaitu pra pembelajaran, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan akhir. Pada aspek pertama yaitu aspek pra pembelajaran, kegiatan
tersebut dibagi menjadi 2 yaitu menyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran
kemudian memeriksa siswa untuk duduk rapi di tempat duduk masing-masing.
Skor yang diperoleh dalam kegiatan pra pembelajaran mencapai 6. Guru sudah
baik dalam mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran serta memeriksa
siswa untuk rapi duduk di tempat duduk masing-masing.
Aspek kedua yang diamati adalah kegiatan awal. Skor yang diperoleh
sebesar 9 dengan 3 rincian kegiatan yaitu guru membuka pelajaran dengan salam,
melakukan kegiatan apersepsi, dan menginformasikan tujuan pembelajaran dan
materi yang akan dipelajari hari ini. Guru sudah baik dalam membuka pelajaran,
melakukan apersepsi, dan telah menginformasikan tujuan pembelajaran dan
materi yang akan dipelajari.
Aspek ketiga yaitu aspek kegiatan inti. Dari aspek kegiatan inti, diperoleh
skor sebesar 41 dengan 14 rincian kegiatan. Di dalam kegiatan inti, terdapat
langkah-langkah pembelajaran koperatif tipe group investigation berbantuan
58
benda nyata. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Pada tahap
seleksi topik dan pengelompokan, guru telah menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan jelas, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka
selidiki, membagi topik yang akan diselidiki dan membagikan alat peraga kepada
semua kelompok. Namun kelompok yang dibentuk oleh guru berdasarkan urutan
absen kurang efektif karena salah satu siswa tidak masuk sekolah pada pertemuan
pertama dan kedua sehingga tidak terbentuk kelompok yang heterogen.
Pada tahap perencanaan, guru membimbing siswa merencanakan
penelitian dengan baik. Pada saat siswa melakukan investigasi, guru membimbing
siswa dalam melakukan penyelidikan. Ketika siswa bingung saat melakukan
penyelidikan, guru dengan sabar membimbing siswa. Guru juga menghimbau agar
siswa tidak mengganggu kelompok lain. Pada tahap analisis dan sintesis, guru
membimbing siswa mengorganisasi data yang diperoleh selama investigasi dan
membimbing siswa dalam menyusun kliping. Pada tahap penyajian hasil akhir,
guru mengatur jalannya laporan penelitian atau presentasi, membimbing siswa
dalam presentasi, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menaggapi
hasil presentasi.
Aspek keempat yaitu kegiatan akhir dengan skor 18 yang terbagi menjadi
6 rincian kegiatan. Pada aspek ini guru sudah baik dalam melaksanakan semua
rincian kegiatan yaitu membimbing siswa untuk menggabungkan rangkuman
kesimpulan semua kelompok, melakukan refleksi pembelajaran, memberikan
evaluasi, membimbing siswa untuk melakukan koreksi silang, melakukan
penilaian hasil evaluasi, dan mengakhiri pembelajaran.
Jumlah keseluruhan dari semua aspek yaitu 74 dengan kriteria baik.
Namun kelompok yang dibagi oleh guru juga kurang efektif karena dibentuk
berdasarkan urutan absen karena ada satu siswa yang tidak masuk sekolah pada
pertemuan pertama dan kedua. Ada kelompok yang anggotanya laki-laki semua
yang mengakibatkan tidak terbentuk kelompok yang heterogen.
59
4.4.1.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Selain observasi pada aktivitas guru, juga dilakukan observasi terhadap
aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran. Untuk hasil observasi siswa saat
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation berbantuan benda nyata siklus I, dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I
No Aspek Jumlah
1 Pra Pembelajaran 8
2 Kegiatan Pendahuluan 7
3 Kegiatan Inti 28
4 Kegiatan Akhir 9
Total Skor 52
Kategori Baik
Penilaian: Jumlah seluruh skor (total skor)
Kategori:
≤ 20 = sangat tidak baik
21-40 = tidak baik
41-60 = baik
61-80 = sangat baik
Pada tabel 4.4, terlihat diperoleh total skor untuk aktivitas siswa sebesar 52
dengan kategori baik. Pada aspek pra pembelajaran, skor yang diperoleh adalah 8
yang terbagi menjadi 3 rincian kegiatan yaitu menyiapkan alat tulis masing-
masing, duduk di tempat duduk masing-masing, siap mengikuti pembelajaran.
Siswa sudah baik dalam manyiapkan alat tulis dan duduk di tempat duduk
masing-masing. Namun beberapa siswa belum menunjukkan sikap siap dalam
mengikuti pembelajaran. Ada siswa yang sibuk membersihkan kuku dari cat saat
guru melakukan kegiatan apersepsi.
Pada aspek kedua yaitu kegiatan pendahuluan, diperoleh skor sebesar 7
yang terbagi menjadi 3 rincian kegiatan yaitu menjawab salam dari guru,
mendengarkan penjelasan guru, tidak bergurau saat guru menjelaskan. Siswa
sudah baik dalam menjawab salam dari guru namun siswa masih bergurau saat
guru menjelaskan dan kurang mendengarkan penjelasan dari guru.
60
Pada aspek ketiga yaitu kegiatan inti, diperoleh skor 28 yang terbagi
menjadi 11 rincian kegiatan. Siswa sudah aktif memberikan kontribusi mengenai
apa yang akan mereka pelajari. Siswa mau berkelompok sesuai petunjuk guru,
akan tetapi sebagian siswa kurang terlibat dalam perencanaan penelitian. Hanya
siswa yang pandai dalam kelompok itu saja yang mengerjakan tugas, sementara
siswa yang lain mengganggu kelompok yang lain.
Pada aspek keempat yaitu kegiatan akhir, diperoleh skor sebesar 9 yang
terbagi menjadi 3 rincian kegiatan. Dari ketiga rincian kegiatan, siswa sudah
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Siswa aktif membuat
rangkuman, mengerjakan soal evaluasi tanpa mengganggu temannya dan
melakukan koreksi silang sesuai petunjuk guru.
Dari lembar observasi siswa saat pembelajaran IPA siklus I, diperoleh hasil
bahwa siswa sudah mengikuti pembelajaran dengan baik, namun siswa masih
belum memahami betul langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe group
investigation yang mengakibatkan siswa bingung saat mengisi lembar diskusi
kelompok. Beberapa siswa masih sering mengganggu kelompok lain saat
pembelajaran berlangsung.
4.4.1.3 Hasil Belajar IPA Siklus I
Setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan benda nyata pada
siklus I dengan 3 kali pertemuan, adapun hasil belajar IPA dengan materi cahaya
dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V SDN 2 Tegalrejo tersaji pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Distribusi Nilai Hasil Belajar IPA Siklus I
Rentang Jumlah Siswa Persentase Keterangan
50-59 1 4,76% Belum Tuntas
60-69 3 14,28% Belum Tuntas
70-79 6 28,58% Tuntas
80-89 9 42,86% Tuntas
90-99 2 9,52% Tuntas
Jumlah 21 100%
Rata-rata 76,67
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 55
61
Dari tabel 4.5, dapat dilihat bahwa dari 21 siswa, yang memperoleh nilai
50-59 ada 1 siswa dengan persentase 4,76%, yang memperoleh nilai 60-69 ada 3
siswa dengan persentase 14,28%, yang memperoleh nilai 70-79 ada 6 siswa
dengan persentase 28,58%, yang memperoleh nilai 80-89 ada 9 siswa dengan
persentase 42,86% dan yang memperoleh nilai 90-99 ada 2 siswa dengan
persentase 9,52%. Rata-rata nilai siklus I sebesar 76,67 dengan nilai tertinggi 95
dan nilai terendah 55. Hasil belajar pada tabel 4.5 disajikan dalam bentuk diagram
batang sebagai berikut:
Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Belajar IPA Siklus I
Berdasarkan tabel 4.5 dan diagram batang 4.3 tentang hasil belajar IPA
pada siklus I, maka dapat dilihat tingkat ketuntasan hasil belajar siklus I pada
tabel 4.6
Tabel 4.6
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I
Nilai Keterangan Frekuensi Siswa Persentase
≥ 70 Tuntas 17 80,95 %
< 70 Belum Tuntas 4 19,05%
Jumlah 21 100 %
Berdasarkan data pada tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa dari 21 siswa,
masih ada 4 siswa atau 19,05% yang dinyatakan belum tuntas karena hasil tes
0
2
4
6
8
10
50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
DISTRIBUSI HASIL BELAJAR IPA SIKLUS I
Frekuensi
siswa
Rentang Nilai
62
pada siklus I belum memperoleh nilai yang sama atau lebih besar dari KKM yang
ditetapkan yaitu 70. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai ≥70 sebanyak 17
siswa atau 80,95%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
dari prasiklus ke siklus I sebesar 38,09%. Persentase ketuntasan hasil belajar pada
siklus I disajikan ke dalam bentuk diagram lingkaran sebagai berikut:
Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Siklus I
Meskipun hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar pada siklus I sudah
meningkat, namun belum memenuhi indikator kinerja sehingga perlu dilakukan
tindakan pada siklus II agar indikator kinerja bisa tercapai yaitu sebesar 85% atau
minimal ada 18 siswa dari 21 siswa yang mencapai nilai KKM ≥ 70 dalam
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation berbantuan benda nyata.
4.4.2 Siklus II
Selama proses pembelajaran pada pertemuan I, II, dan III siklus II juga
dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran. Observer pada siklus II sama dengan observer siklus I yaitu teman
sejawat guru.
PERSENTASE KETUNTASAN HASIL
BELAJAR IPA SIKLUS I
Tuntas
Belum Tuntas80,95%
19,05%
63
4.4.2.1 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II
Berdasarkan observasi yang dilakukan observer pada guru kelas V saat
melakukan pembelajaran IPA siklus II dengan model pembelajaran kooperatif
tipe group investigation berbantuan benda nyata, didapatkan hasil yang akan
dipaparkan pada tabel 4.7
Tabel 4.7
Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus II
No Aspek Jumlah
1 Pra Pembelajaran 8
2 Kegiatan Pendahuluan 11
3 Kegiatan Inti 52
4 Kegiatan Akhir 23
Total Skor 94
Kategori Sangat Baik
Penilaian: Jumlah seluruh skor (total skor)
Kategori:
≤ 25 = sangat tidak baik
26-50 = tidak baik
51-75 = baik
76-100 = sangat baik
Ada 4 aspek yang dinilai yaitu pra pembelajaran, kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pada aspek pertama yaitu aspek pra
pembelajaran, kegiatan tersebut dibagi menjadi 2 yaitu menyiapkan ruang, alat,
dan media pembelajaran kemudian memeriksa siswa untuk duduk rapi di tempat
duduk masing-masing. Guru sudah sangat baik dalam mempersiapkan ruang, alat
dan media pembelajaran serta memeriksa siswa untuk rapi duduk di tempat duduk
masing-masing. Skor yang diperoleh dalam kegiatan pra pembelajaran mencapai
8.
Aspek kedua yang diamati adalah kegiatan awal. Skor yang diperoleh
sebesar 11 dengan 3 rincian kegiatan yaitu guru membuka pelajaran dengan
salam, melakukan kegiatan apersepsi, dan menginformasikan tujuan pembelajaran
dan materi yang akan dipelajari hari ini. Guru sudah sangat baik dalam membuka
pelajaran, melakukan apersepsi, dan telah menginformasikan tujuan pembelajaran
dan materi yang akan dipelajari.
64
Aspek ketiga yaitu aspek kegiatan inti. Dari aspek kegiatan inti, diperoleh
skor sebesar 34 dengan 14 rincian kegiatan. Di dalam kegiatan inti, terdapat
langkah-langkah pembelajaran koperatif tipe group investigation berbantuan
benda nyata. Pada aspek ini, hampir seluruh rincian kegiatan dilaksanakan guru
dengan sangat baik.
Aspek keempat yaitu kegiatan akhir diperoleh skor 23 yang terbagi
menjadi 6 rincian kegiatan. Pada aspek ini guru sudah sangat baik dalam
melaksanakan semua rincian kegiatan yaitu membimbing siswa untuk
menggabungkan rangkuman kesimpulan semua kelompok, melakukan refleksi
pembelajaran, memberikan evaluasi, membimbing siswa untuk melakukan koreksi
silang, melakukan penilaian hasil evaluasi, dan mengakhiri pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi guru pada siklus II, didapatkan hasil bahwa
guru telah telah menjelaskan langkah-langkah group investigation secara rinci
sehingga saat melakukan penyelidikan, siswa tidak merasa bingung. Guru sudah
membagi kelopok secara acak sehingga terbentuk kelompok yang heterogen.
4.4.2.2 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II
Untuk hasil observasi siswa saat mengikuti pembelajaran IPA siklus II
dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan benda
nyata, dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8
Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II
No Aspek Jumlah
1 Pra Pembelajaran 11
2 Kegiatan Pendahuluan 9
3 Kegiatan Inti 38
4 Kegiatan Akhir 11
Total Skor 69
Kategori Sangat Baik
Penilaian: Jumlah seluruh skor (total skor)
Kategori:
≤ 20 = sangat tidak baik
21-40 = tidak baik
41-60 = baik
61-80 = sangat baik
65
Pada tabel 4.8, terlihat total skor untuk aktivitas siswa pada siklus II sebesar
69 dengan kategori sangat baik. Pada aspek pra pembelajaran, skor yang diperoleh
adalah 11 yang terbagi menjadi 3 rincian kegiatan. Siswa menyiapkan alat tulis
masing-masing , duduk di tempat duduk masing-masing, siap mengikuti
pembelajaran.
Pada aspek kedua yaitu kegiatan pendahuluan, diperoleh skor sebesar 9
yang terbagi menjadi 3 rincian kegiatan yaitu menjawab salam dari guru secara
kompak, mendengarkan penjelasan guru, tidak bergurau saat guru menjelaskan.
Siswa sudah baik dalam menjawab salam dari guru, mendengarkan penjelasan
guru dan tidak bergurau saat guru menjelaskan.
Pada aspek ketiga yaitu kegiatan inti, diperoleh skor 38 yang terbagi
menjadi 11 rincian kegiatan. Siswa aktif memberikan kontribusi mengenai apa
yang akan mereka pelajari. Siswa mau berkelompok sesuai petunjuk guru dan
aktif menggunakan alat peraga sesuai petunjuk guru. Siswa aktif berdiskusi tanpa
mengganggu kelompok lain karena topik penyelidikan bersifat menyeluruh. Tidak
ada perbedaan topik yang dibahas.
Pada aspek keempat yaitu kegiatan akhir, diperoleh skor sebesar 11 yang
terbagi menjadi 3 rincian kegiatan. Pada 2 rincian kegiatan, siswa melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan sangat baik. Siswa mengerjakan soal evaluasi tanpa
mengganggu temannya dan melakukan koreksi silang sesuai petunjuk guru.
Aktivitas siswa dalam membuat rangkuman sudah baik.
Dari hasil lembar observasi siswa, diketahui bahwa siswa tidak lagi
mengganggu kelompok lain karena mereka mendapat topik penyelidikan dan
media pembelajaran yang sama. Siswa terlihat semangat dan antusias dalam
pembelajaran karena media yang digunakan sangat menarik dan jarang dijumpai
secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Pembagian materi dan penyelidikan
yang bersifat menyeluruh, membuat siswa memahami semua topik yang dibahas.
4.4.2.3 Hasil Belajar IPA Siklus II
Setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan benda nyata pada
66
siklus II dengan 3 kali pertemuan, adapun hasil belajar IPA dengan materi Cahaya
dan Sifat-sifatnya pada siswa kelas V SDN 2 Tegalrejo tersaji pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Distribusi Nilai Hasil Belajar IPA Siklus II
Rentang Jumlah Siswa Persentase Keterangan
55-61 2 9,52% Belum Tuntas
62-69 0 0% Belum Tuntas
70-76 4 19,05% Tuntas
77-83 5 23,81% Tuntas
84-90 10 47,62% Tuntas
Jumlah 21 100%
Rata-rata 80,24
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 55
Dari tabel 4.9, dapat dilihat bahwa dari 21 siswa, yang memperoleh nilai
55-61 ada 2 siswa dengan persentase 9,52%, tidak ada siswa yang memperoleh
nilai 62-69, yang memperoleh nilai 70-76 ada 4 siswa dengan persentase 19,05%,
yang memperoleh nilai 77-83 ada 5 siswa dengan persentase 23,81%, dan yang
memperoleh nilai 84-90 ada10 siswa dengan persentase 47,62%. Rata-rata nilai
siklus II sebesar 80,24 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 55. Hasil
belajar pada tabel 4.9 disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.5 Diagram Batang Hasil Belajar IPA Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
55-61 62-69 70-76 77-83 84-90
DISTRIBUSI HASIL BELAJAR IPA SIKLUS II
Frekuensi
siswa
Rentang Nilai
67
Berdasarkan tabel 4.9 dan diagram batang 4.5 tentang hasil belajar IPA
pada siklus II, maka dapat dilihat tingkat ketuntasan hasil belajar siklus II pada
tabel 4.10
Tabel 4.10
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II
Nilai Keterangan Frekuensi Siswa Persentase
≥ 70 Tuntas 19 90,48 %
< 70 Belum Tuntas 2 9,52%
Jumlah 21 100 %
Berdasarkan data dari tabel 4.10, dari 21 siswa yang memperoleh nilai ≥70
atau sudah tuntas KKM ada 19 anak atau 90,48% dan yang belum tuntas KKM
ada 2 siswa atau 9,52%. Jika dilihat dari data nilai siklus I dan siklus II, terjadi
peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II yaitu 76,67 menjadi 80,24.
Terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 3,57. Sedangkan ketuntasan hasil
belajar dari siklus I ke siklus II yaitu 80,95% ke 90,48%. Terjadi peningkatan
ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 9,53%. Persentase
ketuntasan hasil belajar pada siklus II disajikan ke dalam diagram lingkaran
sebagai berikut.
Gambar 4.6 Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil
Belajar Siklus II
PERSENTASE KETUNTASAN HASIL BELAJAR
IPA SIKLUS II
Tuntas
Belum Tuntas
9,52%
90,48%
68
Adanya peningkatan hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar dipengaruhi
adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap langkah-langkah group
investigation sehingga siswa siswa sudah paham dengan apa yang harus dilakukan
saat melakukan penyelidikan dalam pembelajaran. Pada siklus II ini, ketuntasan
yang ditetapkan sesuai indikator kinerja sudah tercapai sehingga penelitian ini
hanya sampai pada siklus II. Rekapitulasi hasil belajar pada kondisi prasiklus,
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11
Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 2 Tegalrejo Kondisi
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
No Nilai
Prasiklus Siklus I Siklus II
Jumlah
siswa
(%) Jumlah
Siswa
(%) Jumlah
Siswa
(%)
1 Tuntas 9 42,86% 17 80,95% 19 90,48%
2 Belum
Tuntas
12 57,14% 4 19,05% 2 9,52%
Jumlah 21 100% 21 100% 21 100%
Rata-rata Nilai 68,95 76,67 80,24
Nilai Tertinggi 83 95 90
Nilai Terendah 60 55 55
Dari tabel 4.11 dapat dijelaskan perbandingan hasil belajar setiap siklus.
Pada kondisi prasiklus, dari 21 siswa masih ada 12 siswa atau 57,14% yang belum
tuntas belajarnya dan 9 siswa atau 42,86% siswa sudah tuntas belajarnya dengan
nilai rata-rata 68,95. Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I, terjadi
peningkatan hasil belajar siswa yaitu dari 21 siswa sudah ada 17 siswa atau
80,95% yang sudah tuntas dan tinggal 4 siswa atau 19,05% yang belum tuntas
dengan nilai rata-rata 76,67.
Melihat hasil belajar pada siklus I yang masih belum memenuhi indikator
kinerja dalam penelitian ini yaitu 85% atau minimal 18 siswa sudah tuntas KKM,
maka perlu dilaksanakan pembelajaran pada siklus II. Hasil belajar setelah
dilaksanakan siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar.
Dari 21 siswa sudah ada 19 siswa atau 90,48% yang sudah memperoleh nilai ≥70
69
dengan nilai rata-rata 80,24. Jadi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II
telah memenuhi indikator kinerja dan tidak perlu dilakukan tindakan lagi.
Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar dan persentase ketuntasan hasil
belajar pada tahap prasiklus sampai dengan siklus II disajikan dalam bentuk grafik
sebagai berikut.
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Nilai Rata-rata
Hasil Belajar IPA kondisi Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Dari hasil lembar observasi guru, guru mengalami peningkatan dalam
melaksanakan proses mengajar di kelas. Pada siklus I, guru baru memperoleh skor
74 dengan kriteria “baik” meningkat pada siklus II menjadi 94 dengan kriteria
“sangat baik”. Hal ini berdampak positif terhadap hasil belajar siswa yang
ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata pada setiap siklus.
Berdasarkan observasi siswa dalam saat proses pembelajaran IPA pada
materi cahaya dan sifat-sifatnya, siswa menjadi semangat dan antusias dalam
mengikuti pembelajaran. Siswa aktif melakukan penyelidikan dengan media
pembelajaran yang menarik dan jarang dijumpai secara langsung dalam kehidupan
sehari-hari. Siswa juga aktif membuat kliping dari majalah dan koran yang telah
42.86
80.9590.48
68.95
76.67 80.24
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Prasiklus Siklus I Siklus II
persentase
ketuntasan
(%)
nilai rata-
rata
Tahapan
PERBANDINGAN PERSENTASE KETUNTASAN
DAN NILAI RATA-RATA TIAP SIKLUS
70
disiapkan oleh guru. Dari siklus I yang baru mencapai skor aktivitas dengan
jumlah 52 dengan kriteria “baik” mengalami peningkatan setelah dilaksanakan
tindakan pada siklus 2 menjadi 69 dengan kriteria “sangat baik”. Perbandingan
skor lembar observasi guru dan siswa pada siklus I dan II disajikan ke dalam
grafik sebagai berikut.
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Skor Lembar Observasi Guru dan
Siswa Pada Siklus I dan II
Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation berbantuan benda nyata terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
IPA pada siswa kelas V SDN 2 Tegalrejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten
Temanggung semester II tahun pelajaran 2013-2014. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan benda nyata
membuat siswa lebih semangat dan antusias karena mereka belajar melalui
pengalaman langsung yang berkesan sehingga informasi yang mereka dapatkan
saat melakukan penyelidikan dalam kelompok kecil, dapat tertanam di dalam otak
dan tidak mudah dilupakan.
74
94
52
69
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Siklus II
Hasil Lembar
Observasi
Guru
Hasil Lembar
Observasi
Siswa
Tahapan
Total
Skor
PERBANDINGAN SKOR LEMBAR OBSERVASI
GURU DAN SISWA SIKLUS I DAN II
71
4.5 Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Tegalrejo Kecamatan Ngadirejo
Kabupaten Temanggung dengan subjek penelitian siswa kelas V. Proses
pembelajaran sebelum dilaksanakan penelitian ini masih bersifat konvensional
dimana guru hanya berceramah dan menggunakan media papan tulis. Acuan
pembelajaran hanya menggunakan buku paket sebagai sumber belajar. Hal ini
yang membuat hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Tegalrejo masih rendah. Siswa
yang telah tuntas KKM (≥70) hanya 9 dari 21 siswa atau 42,86% dan yang belum
tuntas KKM sebanyak 12 siswa atau 57,14%. Nilai rata-rata kelas hanya 68,95
dengan nilai tertinggi yang dicapai sebesar 83 dan nilai terendahnya yaitu 60.
Berdasarkan data tentang ketuntasan dan rata-rata hasil belajar IPA kondisi
prasiklus, maka perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA.
Peningkatan hasil belajar IPA dengan model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation berbantuan benda nyata dapat dilihat dari dan jumlah siswa
yang telah tuntas KKM dan hasil perolehan nilai pada siklus I dan II. Pada siklus I
sebanyak 17 siswa atau 80,95% siswa telah mencapai KKM. Rata-rata hasil
belajar pada siklus I sebesar 76,67 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 55.
Pada siklus I masih ditemukan kendala yaitu siswa belum memahami betul
langkah-langkah model pembelajaran yang dijelaskan oleh guru. Pembagian
kelompok menurut urutan absen juga tidak efektif karena tidak terbentuk
kelompok yang heterogen. Selain itu, masih beberapa siswa terutama siswa laki-
laki sering mengganggu kelompok lain saat penyelidikan berlangsung.
Pada siklus II, dari 21 siswa jumlah siswa yang telah tuntas KKM sebanyak
19 siswa atau 90,48%. Rata-rata nilai 80,24 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai
terendah 55. Ada 2 siswa atau 9,52% yang nilainya belum tuntas KKM.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas, didapatkan hasil bahwa kedua siswa
yang belum tuntas KKM memiliki kemampuan belajar yang lemah sehingga
kurang bisa menyerap materi pembelajaran. Pada siklus II indikator kinerja dalam
penelitian ini sudah terpenuhi sehingga tidak perlu dilaksanakan tindakan lagi.
Pada penelitian ini, penulis hanya mempersiapkan hal-hal non teknis seperti
mempersiapkan media pembelajaran, mempersiapkan RPP, lembar observasi
72
siswa dan guru, lembar kerja siswa, tes formatif untuk evaluasi. Pada saat
pembelajaran berlangsung, guru kelas 5 bertindak sebagai pelaksana pembelajaran
yang mengajarkan pembelajaran IPA dan satu orang observer yaitu guru kelas 2
yang mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa hasil aktivitas siswa setiap
siklusnya mengalami peningkatan, begitu juga dengan kinerja guru sudah sesuai
dengan yang diharapkan.
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan benda
nyata merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok
kecil yang beranggotakan 4-6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Siswa
memilih topik yang ingin dipelajari, menyusun rencana penelitian, melaksanakan
investigasi, menyusun laporan penyelidikan, mempresentasikan hasil penyelidikan
dan diakhiri dengan kegiatan evaluasi secara individu.
Menurut pendapat Hamdani (2011: 90), model pembelajaran kooperatif
tipe group investigation adalah suatu model pembelajaran yang menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok. Selain itu, performa siswa juga lebih aktif karena
mereka yang bekerja dalam kelompok kecil memiliki rasa tanggung jawab yang
lebih besar untuk membantu siswa-siswa lain dalam satu kelompok daripada
mereka yang bekerja dalam kelompok besar. Dibuktikan dengan peningkatan skor
aktifitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran IPA dengan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation berbantuan benda nyata yaitu pada siklus I
baru mencapai skor 52 dengan kriteria baik menjadi 69 dengan kriteria sangat
baik.