1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Gambaran Umum Kota Gorontalo
Dalam Catatan sejarah nama Gorontalo berasal dari kata ”Hulontalangio”
yang artinya lebih mulia, kemudian penyebutan hulontalangio dipersingkat
menjadi hulontalangi. Hulontalangi sendiri merupakan nama salah satu kerajaan
yang ada di Jazirah Gorontalo pada masa lampau. Pendirinya adalah Sultan
Botutihe yang telah berhasil melaksanakan tugas-tugas pemerintahan atas dasar
ketuhanan dan prinsip-prinsip masyarakat.
Kota Gorontalo lahir pada hari kamis, 18 Maret 1728 M atau bertepatan
dengan Kamis, 06 Syakban 1140 Hijriah. Tepat pada tanggal 16 Februari
2001Kota Gorontalo secara resmi sebagai ibu kota Provinsi Gorontalo (UU
Nomor 38 Tahun 2000 Pasal 7), namun sebagai daerah otonom Kota Gorontalo
secara resmi terbentuk pada tanggal 20 Mei 1960 sebagai pelaksanaan UU No.
29/1959 tentang pembentukan Dati II di Sulawesi.
Sebelum terbentuknya Provinsi Gorontalo, Kota Gorontalo merupakan
bagian dari Provinsi Sulawesi Utara. Gorontalo merupakan sebuah Kotapraja,
sebutan ini sesuai istilah yang digunakan dalam UU No. 181965 tentang
Pemerintahan Daerah yang diganti dengan UU No. 5/1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah yang menggantikan istilah Kotapraja menjadi Kotamadya.
Nama Kotamadya Gorontalo ini tetap dipakai hingga pada tahun 1999.
Selanjutnya, sejak diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana istilah Kotamadya sudah tidak dipakai lagi diganti
2
dengan Kota, maka Gorontalo pun menyesuaikan namanya menjadi Kota
Gorontalo hingga sekarang.
Gorontalo dikenal sebagai kota perdagangan, pendidikan dan pusat
pengembangan kebudayaan Islam di Indonesia Timur. Sejak dulu Gorontalo
dikenal sebagai Kota Serambi Madinah. Hal itu disebabkan pada zaman dahulu
pemerintahan kerajaan Gorontalo telah menerapkan syariat Islam sebagai dasar
pelaksanaan hukum, baik dalam bidang pemerintahan, kemasyarakatan, maupun
pengadilan. Hal ini dapat dilihat dari filosofi budaya Gorontalo yang Islami
berbunyi ”Adat bersendikan syara` dan syara` bersendikan Kitabullah (Al-
Quran)”. Syara` adalah hukum yang berdasarkan syariat Islam. Karena itu
Gorontalo ditetapkan sebagai salah satu dari 19 daerah hukum adat di Indonesia.
Raja pertama di Kerjaan Gorontalo yang memeluk agama Islam adalah Sultan
Amai, yang kemudian namanya diabadikan sebagai nama perguruan tinggi Islam
di Provinsi Gorontalo, yakni STAIN Sultan Amai yang sekarang telah menjadi
IAIN Sultan Amai.
Kota Gorontalo adalah salah satu wilayah Provinsi Gorontalo yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango.
Daerah ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Tapa Kabupaten Bone
Bolango disebelah Utara, Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango disebelah
Timur, Teluk Tomini disebelah Selatan, Kecamatan Telaga dan Batudaa
Kabupaten Gorontalo disebelah Barat.
Secara administratif Kota Gorontalo terbagi atas 9 (Sembilan) Kecamatan
dengan 50 (Lima Puluh) Kelurahan dengan rincian sebagai berikut:
3
1. Kecamatan Kota Barat : 7 Kelurahan
2. Kecamatan Dungingi : 5 Kelurahan
3. Kecamatan Kota Selatan : 5 Kelurahan
4. Kecamatan Kota Tengah : 6 Kelurahan
5. Kecamatan Kota Timur : 6 Kelurahan
6. Kecamatan Kota Utara : 6 Kelurahan
7. Kecamatan Dumbo Raya : 5 Kelurahan
8. Kecamatan Sipatana : 5 Kelurahan
9. Kecamatan Hulonthalangi : 5 Kelurahan
Kondisi geografis wilayah Kota Gorontalo terletak antara 00° 28’ 17” - 00°
35’ 56” Lintang Utara (LU) dan 122° 59’ 44” - 123° 05’ 59” Bujur Timur (BT)
dengan Luas Wilayah terbaru sesuai data survey dan pemetaan yang dilakukan
oleh BAKOSURTANAL adalah 79,47 Km², dengan luas wilayah per kecamatan
adalah Kecamatan Dungingi 4,67 Km², Kecamatan Kota Barat 19,98 Km²,
Kecamatan Kota Selatan dan Kecamatan Hulonthalangi 16,98 Km², Kecamatan
Kota Tengah 4,81 Km², Kecamatan Kota Timur dan Kecamatan Dumbo Raya
19,88 Km² dan Kecamatan Kota Utara dan Kecamatan Sipatana 13,09 Km².
Dataran Kota Gorontalo merupakan daerah yang rentan terhadap banjir
terutama daerah disekitar DAS utama dan daerah-daerah dekat muara sungai.
Sampai sejauh ini Kota Gorontalo memiliki kekhasan dalam bidang pertanian.
Kekhasan ini dapat dilihat pada keberadaan lahan persawahan disebagian wilayah
kota yang mungkin didaerah lain sukar ditemui. Namun sebagai konsekuensi dari
status yang disandang Kota Gorontalo sebagai ibukota provinsi saat ini, maka
4
luasan areal persawahan yang ada tersebut dari waktu ke waktu cenderung
berkurang. Hal ini jelas secara fisik keruangan memberikan dampak yang besar
terhadap perubahan fisik kota yang disebabkan oleh meningkatnya aktifitas di
Kota Gorontalo telah menyebabkan perubahan yang sangat mendasar dalam aspek
pemanfaatan ruang dengan kecenderungan yang mengarah pada ketidaksesuaian
pemanfaatan dengan rencana tata ruang yang ada.
Kecenderungan perkembangan aktifitas-aktifitas perkotaan khususnya
dibidang perdagangan dan jasa berkembang dengan pesat dan mulai
menggantikan keberadaan kawasan-kawasan lainnya seperti kawasan
permukiman. Demikian pula dengan sektor-sektor lainnya juga terjadi perubahan
secara signifikan.
Sebagai kota pusat perdagangan dan jasa di kawasan Teluk Tomini dan
sekitarnya, setiap tahunnya kota ini berbenah diri merubah wajah kota dengan
pembangunan disegala lini. Ketersediaan infrastruktur yang handal sebagai salah
satu pilar pokok penjabaran Grand Strategi, merupakan salah satu prioritas
kegiatan utama kota ini dalam upaya mencapai tujuan pembangunan daerah.
Perekonomian Kota Gorontalo yang digambarkan dengan PDRB atas dasar
harga berlaku secara nominal dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan
yang cukup signifikan, yaitu dari Rp. 981.035.000 pada tahun 2007, Rp.
1.162.536.000 tahun 2008 dan pada tahun 2009 sebesar Rp. 1.337.880.000.
Dominasi sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor
pengangkutan dan komunikasi dalam perekonomian Kota Gorontalo belum
5
tergoyahkan disamping sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta
sektor konstruksi bangunan.
Sebagai tulang punggung perekonomian Kota Gorontalo sektor jasa-jasa
atau subsektor pemerintahan umum memiliki peranan sebesar 29,77% bila dilihat
dari kontribusinya pada PDRB. Sementara untuk sektor jasa (tersier) yang
meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang mempunyai kontribusi
terhadap perekonomian daerah sekitar 19,96%; sektor pengangkutan dan
komunikasi 14,46%; dan sisanya sektor jasa keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan sekitar 12,78%. Hal ini menunjukkan struktur perekonomian Kota
Gorontalo sudah mengarah kepada struktur jasa (service city).
Penyumbang perekonomian Kota Gorontalo lainnya adalah sektor sekunder
yang terdiri dari sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. Sektor industri
pengolahan menyumbang sekitar 6.83% sedangkan sektor bangunan sebesar
7.53%. Sementara sumbangan sektor primer di Kota Gorontalo hanya sebesar
6.46% yang terdiri dari sektor pertanian sebesar 5.28% dan sektor pertambangan
sebesar 1,18%.
Dari sisi penggunaan, dalam kurun waktu 2007-2009 komponen penggunaan
yang cukup besar adalah konsumsi rumah tangga sekitar 59,38%, konsumsi
pemerintah 44,94% serta pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik
sebesar 41,98%. Selanjutnya, perubahan inventori sebesar 4,80% dan Lembaga
swasta sebesar 2,10%.
Sementara itu, perkembangan inflasi secara tahunan (yoy) sampai dengan
periode Desember 2010 mencapai 7,43%, lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar
6
5,67%. Seluruh kelompok barang/jasa yang dihitung perkembangan harganya
menunjukkan terjadinya inflasi. Inflasi yang tinggi terjadi pada kelompok bahan
makanan sebesar 16,20%, kelompok makanan jadi/minuman, rokok dan tembakau
sebesar 7,08%, kelompok sandang 3,23%, Sementara empat kelompok
barang/jasa mengalami inflasi yang relatif rendah, yaitu: kelompok perumahan
(2,53%), kelompok kesehatan (2,32%), kelompok pendidikan (0,51%), dan
kelompok transport (2,53%).
Untuk lebih jelasnya hasil evaluasi indikator makro pembangunan di Kota
Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7: Pencapaian Kinerja Indikator Makro Pembangunan Daerah
Kota Gorontalo Tahun 2007-2009
No Indikator
Tahun
2007 2008 2009
1 PDRB HARGA BERLAKU (JUTA
RUPIAH) 981.035,70 1.162.536,81 1.337.880,19
2 PDRB HARGA KONSTAN (JUTA
RUPIAH) 484.886,14 520.892,28 559.910,93
3 PERTUMBUHAN EKONOMI 7,36% 7,43% 7,49%
4 PDRB PER KAPITA :
- HARGA BERLAKU (Rp) - HARGA KONSTAN (Rp)
6.043.651,34
2.987.131,59
7.038.212,88
3.153.578,23
7.848.830,13
3.284.782,79
Sumber: Bappeda Kota Gorontalo
Pada tahun 2009, struktur ekonomi Kota Gorontalo masih didominasi oleh
sektor–sektor tertier yakni sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel dan
restoran dengan nilai pendapatan sebesar Rp. 398.338.000 dan Rp.267.067.000
kemudian diikuti pengangkutan dan komunikasi Rp. 193.513.000. Sedangkan 3
yang memberikan produktivitas pendapatan yang terendah sektor pertanian,
7
Listrik, Gas dan air serta sektor pertambangan dan penggalian, yaitu masing-
masing sebesar Rp. 70.584,000, Rp. 29.554.000 dan Rp. 15.773.000
Kota Gorontalo memiliki kepadatan penduduk tertinggi di provinsi
Gorontalo, dimana rata-rata mencapai angka sebesar 2.778 jiwa/km2 tahun 2010.
Kondisi kependudukan baik dalam arti jumlah dan kualitas serta persebaran,
menjadi tantangan pembangunan yang di hadapi oleh Kota Gorontalo saat ini.
Jumlah penduduk Kota Gorontalo pada tahun 2011 mencapai 197.991 jiwa
(Sumber: BPS Kota Gorontalo, tahun 2011). Angka ini menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan penduduk Kota Gorontalo sangat cepat. Jika dilihat dari
pertambahan populasi/penduduk Kota Gorontalo kurun waktu 5 (lima) tahun,
sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, mencapai angka 20.536 jiwa
sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 8: Data Pertambahan Populasi/ Penduduk Kota Gorontalo Kurun
Waktu 5 Tahun (2006 s/d 2010)
Sumber : BPS Kota Gorontalo, 2011
Kondisi diatas menunjukkan bahwa perkembangan Penduduk Kota
Gorontalo setiap tahun berfluktuatif. Hal tersebut berdampak pada ketersediaan
sumber daya pendukung pembangunan Kota Gorontalo yang mencakup 3 pilar
roda penggerak pembangunan daerah Kota Gorontalo, yaitu a). Infrastruktur,
meliputi; sanitasi, transportasi, perumahan dan pemukiman serta perdagangan dan
No Tahun Populasi (Jiwa)
Kepadatan
(Jiwa/Km2)
1 2006 159.455 2.461
2 2007 162.325 2.505
3 2008 165.175 2.549
4 2009 170.456 2.631
5 2010 179.991 2.778
8
jasa telekomunikasi b). Sosial budaya meliputi; kesejahteraan masyarakat,
kesehatan, pendidikan dan tenaga kerja, serta 3). Ekonomi meliputi; Peningkatan
taraf hidup masyarakat.
Menyikapi hal tersebut diatas, maka upaya yang telah dan perlu dilakukan
oleh Pemerintah Kota Gorontalo adalah dengan melakukan pengendalian jumlah
penduduk yang diikuti peningkatan kualitas sumber daya masyarakat, serta
distribusi penduduk yang merata. Dengan demikian keberadaan jumlah penduduk
di Kota Gorontalo dapat menjadi modal pembangunan dan bukan sebaliknya
menjadi beban pembangunan daerah.
Organisasi Pemerintah Kota Gorontalo terdiri dari Kepala Daerah yaitu
Walikota dan Wakil Walikota beserta Perangkat Daerah Otonom yang terdiri atas
Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan
Kelurahan. Perangkat daerah dimaksud bertanggung jawab kepada Kepala daerah
dan membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Struktur Organisasi Pemerintah Kota Gorontalo terdiri dari 3 organisasi dan
Tata Kerja, yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kota Gorontalo yaitu; a).
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Gorontalo Nomor 13 tahun 2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kota Gorontalo, yang terdiri dari 9
bagian dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Gorontalo, b).
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor: 5 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah Kota Gorontalo, terdiri dari 12 dinas, dan 3).
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Lembaga Teknis
Daerah Kota Gorontalo terdiri dari; Inspektorat, 6 badan, 3 kantor sedangkan
9
Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Gorontalo Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Susunan dan Tata
Kerja Kecamatan di Kota Gorontalo, terdiri atas 6 Kecamatan dan 49 Kelurahan.
Kondisi tersebut diatas mengalami perubahan, pada struktur organisasi
Lembaga Teknis Kecamatan dan Kelurahan, yaitu terdapat 4 kecamatan dan 1
kelurahan pemekaran. Hal ini diatur pada Perda Nomor 19 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Kecamatan Sipatana, Perda Nomor 20 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Kecamatan Dumbo Raya, Perda Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Kecamatan Hulonthalangi dan Perda Nomor 23 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Kelurahan Tanggikiki. Sehingga kecamatan yang berada di
Kota Gorontalo sebanyak 9 Kecamatan dan 50 Kelurahan.
Berdasarkan kondisi diatas, maka hal tersebut menjadi tantangan Pemerintah
Kota Gorontalo dalam mengembangkan daerahnya melalui pembagian wilayah
berdasarkan wilayah pemekaran, yang berimplikasi pada kebutuhan luas wilayah
kota sebagai wilayah pemukiman dan pusat segala aktifitas masyarakat.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah, disebutkan bahwa pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang
oleh undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah. Kewenangan
wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah meliputi: a). Perencanaan
dan pengendalian pembangunan; b). Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan
ruang; c). Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d).
Penyediaan sarana dan prasarana umum; e). Penanganan bidang kesehatan; f).
10
Penyelenggaraan pendidikan; g). Penanggulangan masalah sosial; h). Pelayanan
bidang ketenagakerjaan; i). Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan
menengah; j). Pengendalian lingkungan hidup; k). Pelayanan pertanahan; l).
Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; m). Pelayanan administrasi umum
pemerintahan; n). Pelayanan administrasi penanaman modal; o). Penyelenggaraan
pelayanan dasar lainnya; dan p). Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh
peraturan perundang-undangan.
Urusan tersebut diatas telah diimplemetasikan dalam pelaksanaan program
dan kegiatan melalui 4 bidang pembangunan daerah yaitu; 1). Bidang sosial
budaya, 2). Bidang ekonomi, 3). Bidang infrastruktur dan 4). Bidang
Pemerintahan.
Visi Kota Gorontalo yakni ”Kota Enterpreneur”. Sedangkan Misi Kota
Gorontalo adalah ”Mewujudkan Masyarakat Yang Mandiri dan Religius” Grand
Strategi yang dimilki oleh Kota Gorontalo adalah: 1) Menyelenggarakan
kepemerintahan yang enterpreneur, 2) Mewujudkan sumber daya manusia yang
berdaya saing, 3) Membangun Infrastruktur perkotaan yang handal, 4)
Menjadikan Kota Gorontalo sebagai pusat perdagangan dan jasa di Kawasan
Teluk Tomini dan sekitarnya.
1.2 Gambaran Perekonomian dan Keuangan Daerah Kota Gorontalo
Selama Tahun 2010 perkembangan ekonomi Kota Gorontalo menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan, semua sektor mengalami pertumbuhan positif
meskipun beberapa sektor menunjukkan perlambatan dibanding tahun
11
sebelumnya. Peningkatan ekonomi Kota terutama ditunjukkan oleh peningkatan
sektor konstruksi, sektor jasa dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan sebesar 7,49 %
naik 0,13 poin dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 7,36 %, dengan Total
jumlah Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan sebesar Rp.
559.910,93 dengan jumlah PDRB per kapita sebesar Rp. 3.284.782,76 sedangkan
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku mencapai Rp.1.337.880.190.000,- dan Jumlah
PDRB per kapita sebesar Rp. 7.848.830,13,-
Tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kota diperkirakan mencapai 7,59 %
dengan PDRB ADHB diperkirakan mencapai 1.630.082.380.000,- dan PDRB
ADHK sebesar Rp. 603.412.290.000,- Tahun 2011 diproyeksikan pertumbuhan
ekonomi mencapai Rp. 1.931.647.620.000,-
Selama Tahun 2009 laju inflasi kumulatif (dari Januari – Desember ) sebesar
4,5 %, dimana kelompok kesehatan dan bahan makanan merupakan kelompok
pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi sepanjang tahun 2009, masing-
masing sebesar 8,06 % dan 7,64 %, sedangkan kelompok transportasi dan jasa
keuangan mengalami deflasi sebesar 2,51 %.
Secara umum Tahun 2009 Kota Gorontalo mengalami 10 kali inflasi dan 2
kali deflasi. Deflasi terjadi pada bulan April dan Desember masing-masing
sebesar -0,05 % dan -0,82 %, sedangkan selebihnya terjadi inflasi, dimana inflasi
tertinggi pada bulan November (0,91%) dan terendah pada bulan September
(0.05%).
12
Inflasi Gorontalo Tahun 2010 (Januari-Juli ) sebesar 2,81 % lebih rendah
dari laju inflasi Kota Gorontalo pada periode yang sama tahun 2009 sebesar 3,24
%. Selama Tahun 2010 (Januari-Juli) secara umum Kota Gorontalo mengalami
dua kali deflasi dan lima kali Inflasi, Deflasi terjadi pada bulan Maret (0,47 %)
dan April (0,87%), sedangkan inflasi tertinggi selama Tahun 2010 (Januari-Juli)
terjadi pada Bulan Februari yaitu sebesar 1,68 %.
Beberapa perkembangan indikator makro ekonomi Kota Gorontalo dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9: Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi Makro
Kota Gorontalo
No Indikator Makro
Ekonomi
Realisasi Perkiraan Proyeksi
2009 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 PDRB ADHB (JUTA) 1.369.817,12 1.595.348,12 1.931.647,62 2.289.002,43
2 PDRB ADHK(JUTA) 560.063,38 602.467,09 1.066.647,62 1.885.513,00
3 INFLASI (%) 4,5 7,43 4 – 6 4 – 6
4 JUMLAH PENDUDUK
MISKIN (%) 5,29 5 5,2 5,0
5 TINGKAT
PENGANGGURAN(%) 8,88 8,78 8,68 8,58
6 PERTUMBUHAN
EKONOMI 7,49 7,6 7,7 7,8
Sumber: Bappeda Kota Gorontalo
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas
umum daerah yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu
tahun anggaran. Arah pengelolaan pendapatan daerah difokuskan pada upaya
peningkatan kemampuan keuangan daerah dalam menggali dan mengintensifkan
sumber-sumber pendapatan daerah. Sumber-sumber pendapatan daerah berasal
dari penerimaan pendapatan asli daerah, penerimaan dana perimbangan dan Lain-
13
Lain Pendapatan yang sah. Pendapatan asli daerah merupakan porsi pendapatan
yang secara hukum dan upaya diperoleh melalui usaha yang dilakukan oleh
pemerintah daerah. Melalui kreatifitas dan inovasi dari pemerintah daerah maka
pendapatan daerah diharapkan meningkat dari tahun ke tahun sesuai dengan
kondisi dan potensi yang ada.
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan
desentraslisasi yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus.
Tabel 10: Perkembangan Pendapatan Daerah Kota
Gorontalo Tahun 2006–2010
No Tahun Pendapatan Daerah (Rp.)
(%) Tingkat
Capaian
(%)
Kenaikan
Realisasi Target Realisasi
1 2 3 4 5 6
1 2006 269.952.870.000 276.938.565.771 42,02 102,59
2 2007 317.489.770.000 325.336.320.782 17,48 102,47
3 2008 372.072.887.262 387.948.124.371 19,24 104,56
4 2009 487.222.835.891 417.622.203.671 7,65 85,71
5 2010 556.389.430.214 494.626.470.027 18,44 88,90
Sumber: DPPKAD Kota Gorontalo
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah
yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran, pengelolaan belanja daerah berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang
beriorentasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan.anggaran serta
efektivitas dan efisiansi pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat
14
Daerah dalam rangka pelaksanaan bidang kewenangan/urusan pemerintahan
daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD, peningkatan alokasi belanja yang
direncanakan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah harus terukur yang
diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan kepada masyarakat
Pos Belanja daerah sesuai dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007
Tentang Perubahan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah terdiri atas Belanja Tidak Langsung dan Belanja
Langsung, Belanja Tidak Langsung terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Subsidi,
Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Tidak Terduga, sedangkan
Belanja Langsung terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa dan
Belanja Modal.
Tabel 11: Perkembangan Belanja Daerah Kota Gorontalo
Tahun 2006-2010
No Tahun Belanja Daerah (Rp.)
(%) Tingkat
Capaian
(%)
Kenaikan
Realisasi Target Realisasi
1 2 3 4 5 6
1 2006 282.370.005.203 268.980.319.526 10,76 98,07
2 2007 340.218.173.159 311.670.295.321 15,87 91,61
3 2008 423.182.900.851 406.161.117.340 30,31 95,98
4 2009 509.563.606.229 440.009.556.617 8,3 86,35
5 2010 548.241.074.273 451.507.819.414 2,61 82,36 Sumber: DPPKAD Kota Gorontalo
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran darirekening kas umum daerah
yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran. Pengelolaan belanja daerah berdasarkan pendekatan prestasi yang
berorientasi pada pencapaian hasil input yang direncanakan. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas
15
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi satuan Kerja Perangkat
Daerah dalam rangka pelaksanaan bidang kewenangan/urusan pemerintah daerah
yang menjadi tanggung jawab SKPD. Peningkatan alokasi belanja yang
direncanakan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah harus terukur yang
diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan kepada masyarakat.
Pos Belanja daerah sesuai dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007
Tentang Perubahan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah terdiri atas Belanja Tidak Langsung dan Belanja
Langsung. Belanja Tidak Langsung terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Subsidi,
Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial dan Belanja tidak terduga, sedangkan
Belanja Langsung terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa dan
Belanja Modal.
Tabel 12: Perkembangan Penerimaan Pembiayaan Daerah
Kota Gorotalo Tahun 2006-2010
Tahun Penerimaan Pembiayaan (Rp.)
(%)
Kenaikan
Realisasi Target Realisasi
2 3 4 5
2006 19.415.461.060 674.729.544 (96,86)
2007 22.829.473.483 111.557.500 (83,47)
2008 51.250.013.589 32.336.625.427 28.886,50
2009 32.340.770.338 23.234.982.898 28,146
2010 8.926.242.068 926.241.068 96,01
Sumber: DPPKAD Kota Gorontalo
16
Tabel 13: Perkembangan Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Kota Gorontalo Tahun 2006-2010
Tahun Pengeluaran Pembiayaan (Rp.) Kenaikan
Realisasi
(%) Target Realisasi
1 2 3 4
2006 14.339.390.739 1.000.000.000 (93,44)
2007 418.837.668 (58,11)
2008 100.000.000 100.000.000 (76,12)
2009 10.000.000.000 0. 0
2010 17.074.598.010 16.372.188.579 0
Sumber: DPPKAD Kota Gorontalo
1.3 Gambaran Umum Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kota Gorontalo
Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Gorontalo
terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Gorontalo. Pembentukan Dinas
Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah yaitu Kepala Daerah
diwajibkan menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan daerah yang terdiri
dari laporan Realisasi APBD, Neraca Daerah, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas
Laporan Keuangan. Konsekuensi logis dari perubahan pertanggungjawaban
tersebut maka dibentuklah organisasi BPKD yang telah dirubah namanya menjadi
Dinas Pendapatan, Pengelola dan Keuangan Aset Daerah guna terintegrasinya
pengelolaan keuangan yang meliputi pencatatan dan pertanggungjawaban
penerimaan kas dan pengeluaran kas, serta aset/barang daerah.
Otonomi daerah dan peningkatan persaingan antar daerah telah memaksa
organisasi pemerintah daerah melakukan perubahan-perubahan yang inovatif
17
menuju pemerintahan yang baik dan mandiri. Perubahan yang paling mendasar
yakni pengelolaan keuangan daerah yang menuntut alokasi anggaran sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, permasalahan manajemen keuangan
sektor publik selama ini belum ditangani secara komprehensif dalam mewujudkan
suatu tata kepemerintahan yang baik (good govermance).
Visi DPPKAD Kota Gorontalo mengacu pada visi Kota Gorontalo yakni
Kota Enterpreneur. Adapun Visi DPPKAD Kota Gorontalo yakni ”Menjadi
Institusi Pengelola Keuangan yang Inovatif. Dalam mewujudkan visi tersebut,
maka Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Gorontalo
menjabarkan melalui misi sebagai berikut: ”Melaksanakan Pembaharuan
Kelembagaan dan Kebijakan Pengelola Keuangan Daerah yang Akuntabel dan
Berkelanjutan”. Dengan mengacu pada visi melalui pelaksanaan misi, maka
tujuan Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Gorontalo
sebagai berikut: (1) Meningkatkan Pendapatan daerah, (2) Meningkatkan
kapasitas Sumber Daya Manusia dan disiplin aparatur dalam pelaksanaan tugas.
(3) Meningkatkan koordinasi dengan mitra kerja, baik antar SKPD dan lembaga
lain yang saling bekerja sama. (4) Memantapkan pelaksanaan anggaran dan
pertanggungjawaban keuangan daerah yang akuntabel dan transparan. (5)
Meningkatkan pelayanan administrasi yang akuntabel guna mendukung
pencapaian sasaran kinerja.
Struktur organisasi DPPKAD Kota Gorontalo di tunjukkan sebagai berikut:
18
STRUKTUR ORGANISASI
DINAS PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH
KOTA GORONTALO
Gambar 6: Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kota Gorontalo
KEPALA DINAS DPPKAD
KOTA GORONTALO
DINAS SEKRETARIS
KASUBAG
KEUANGAN
KASUBAG
KEPEGAWAIAN
KASUBAG
UMUM DAN
KEARSIPAN
KABID
PENDAPATAN
KABID ANGGARAN
&PERBENDAHARAAN
KABID ASET KABID
AKUNTANSI
KASIE
PENDATAAN DAN
PENETAPAN
KASIE PENAGIHAN
DAN
PENGENDALIAN
KASIE
PENERIMAAN
LAIN-LAIN
KASIE
ANGGARAN DAN
VERIVIKASI
KASIE
PERBENDAHARAAN
KASIE
ADMINISTRASI
BENDAHARA
UMUM DAERAH
KASIE PENGELOLA
DATA
KASIE
PENGEMBANGAN
SISTEM AKUNTANSI
KASIE PELAPORAN
DAN PERTANGGUNG
JAWABAN
KASIE PENGENDALIAN
KEKAYAA DAERAH
KASIE INVESTASI
KASIE BINA BADAN
LAYANAN DAN
BUMD
KEPALA UPTD
SUBAG TATA
USAHA
19
Tugas dan Fungsi DPPKAD Kota Gorontalo adalah sebagai berikut:
A. Kepala Dinas mempunyai tugas: Melaksanakan sebagian tugas Pemerintah
Daerah dibidang Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan untuk kelancaran pelaksanaan
tugas unit. Dalam melaksanakan tugas Kepala Dinas Pendapatan, Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah menyelenggarakan fungsi: (1) Merencanakan
tugas dibidang Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah secara
berkesinambungan untuk peningkatan pendapatan, keuangan dan kekayaan
daerah, (2) Merumuskan kebijakan teknis dibidang Pendapatan, Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah sesuai kebutuhan sebagai pedoman pelaksanaan
tugas unit, (3) Mengorganisir kegiatan dibidang Pendapatan, Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah berdasarkan sistem dan prosedur kerja untuk
tertibnya pelaksanaan tugas unit.
B. Sekretaris Dinas mempunyai tugas: Melaksanakan pengelolaan
kesekretariatan, penyusunan rencana program, pengendalian dan
pengawasan, evaluasi dan pelaporan, penyelenggaraan anggaran rutin
keuangan, umum dan kepegawaian. Dalam melaksanakan tugas Sekretaris
Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah menyelenggarakan
fungsi: (1) Mengkoordinasikan tugas dengan Kepala-kepala Bidang melalui
rapat/pertemuan untuk penyatuan pendapat, (2) Mendistribusikan tugas
kepada bawahan sesuai job untuk tertibnya pelaksanaan tugas, (3) Menyusun
laporan pelaksanaan tugas secara berkala sebagai bahan evaluasi.
20
Sekretaris Dinas Membawahi:
1. Sub Bagian Program dan Keuangan, mempunyai tugas: Melaksanakan tugas
penyusunan program dan pengelolaan keuangan berdasarkan petunjuk
pelaksanaan/petunjuk teknis untuk kelancaran pelaksanaan tugas unit.
2. Sub Bagian Kepegawaian, mempunyai tugas: Melaksanakan tugas
pengelolaan administrasi kepegawaian sesuai Juklak/Juknis untuk tertibnya
administrasi kepegawaian.
3. Sub Bagian Umum dan Kearsipan, mempunyai tugas: Melaksanakan tugas
Pengelolaan perlngkapan dan kearsipan berdasarkan pedoman untuk
kelancaran pelaksanaan tugas unit.
C. Bidang Pendapatan mempunyai tugas: Melaksanakan tugas Pengelolaan
Pendapatan Daerah berdasarkan peraturan Perundang-undangan untuk
optimalisasi Pendapatan Asli Daerah. Dalam melaksanakan tugas Bidang
Pendapatan menyelenggarakan fungsi: (1) Menghimpun kebijakan teknis
pengelolaan Pendapatan Daerah sesuai kebutuhan sebagai dasar pelaksanaan
tugas, (2) Menyusun kebijakan teknis pengelolaan Pendapatan Daerah sesuai
kebutuhan sebagai pedoman pelaksanaan tugas, (3) Menyusun rencana
program dibidang Pendapatan Daerah sesuai kebutuhan sebagai dasar
pelaksanaan tugas.
Bidang Pendapatan terdiri dari:
1. Seksi Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas: Melaksanakan tugas
Pendataan dan Penetapan Retribusi Daerah berdasarkan Petunjuk
Pelaksanaan/Petunjuk Teknis untuk tertibnya adminitrasi pendapatan daerah.
21
2. Seksi Penagihan dan Pengendalian, mempunyai tugas: Melaksanakan tugas
penagihan dan pengendalian Pajak dan Retribusi Daerah berdasarkan
petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis untuk optimalisasi Pendapatan Daerah.
3. Seksi Penerimaan lain-lain, mempunyai tugas: Melaksanakan tugas
pengelolaan Penerimaan Lain-lain berdasarkan petunjuk
pelaksanaan/petunjuk teknis untuk pembiyaan daerah.
D. Bidang Anggaran dan Perbendaharawan mempunyai tugas: Melaksanakan
tugas dibidang Anggaran, Perbendaharaan, dan Verifikasi berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan untuk efektifitas dan efisiensi anggaran.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Anggaran dan Perbendaharaan
menyelenggarakan fungsi: (1) Mengelola dan meganalisa data perencanaan
anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berdasarkan skala prioritas
untuk pengalokasian anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), (2)
Melakukan penelitian Dokumen Penggunaan Anggaran (DPA) setiap Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berdasarkan ketentuan untuk tertibnya
administrasi keuangan, (3) Melakukan Verifikasi Surat Pertanggungjawaban
(SPJ) pengeluaran berdasarkan pengajuan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) untuk kesesuai penggunaan anggaran.
Bidang Anggaran dan Perbendaharaan terdiri dari:
1. Seksi Anggaran dan Verifikasi, mempunyai tugas: Melaksanakan tugas
dibidang anggaran dan verifikasi berdasarkan petunjuk pelaksanaan/petunjuk
teknis untuk efektifitas dan efisiensi anggaran.
22
2. Seksi Perbendaharaan, mempunyai tugas: Melakukan tugas perbendaharaan
berdasarkan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis untuk tertibnya
administrasi keuangan daerah.
3. Seksi Adminitrasi Bendahara Umum Daerah, mempunyai tugas: Melakukan
tugas pengelolaan administrasi bendahara umum daerah sesuai petunjuk
pelaksanaan/petunjuk teknis untuk tertibnya administrasi keuangan daerah.
E. Bidang Akuntansi mempunyai tugas: Melaksanakan dibidang akuntansi
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan untuk peningkatan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah. Dalam melaksanakan tugas Bidang Akuntansi
menyelenggarakan fungsi: (1) Menghimpun data keuangan berdasarkan
Laporan Realisasi Keuangan SKPD sebagai bahan penyusunan rancangan
pertanggungjawaban kepala daerah, (2) Mengembangkan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan untuk
tertibnya pengelolaan administrasi keuangan, (3) Menyusun Lapran Realisasi
Anggaran (LRA) SKPD berdasarkan laporan dari setiap SKPD sebagai bahan
penyusunan Laporan Keuangan dan Laporan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah.
Bidang Akuntansi terdiri dari:
1. Seksi Pengelolaan Data, mempunyai tugas: Melaksanakan tugas pengelolaan
data sesuai petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis untuk keakuratan data
keuangan.
23
2. Seksi Pengembangan Akuntansi, mempunyai tugas: Melaksanakan tugas
pengembangan akuntansi sesuai petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis untuk
peningkatan sistem pengelolaan keuangan daerah.
3. Seksi Pelaporan dan Pertanggungjawaban, mempunyai tugas: Melaksanakan
tugas penyusunan laporan keuangan dan pertanggungjawaban secara periodik
dan tepat waktu untuk beroleh laporan keuangan yang akuntabel.
F. Bidang Aset mempunyai tugas: Melaksanakan tugas pengelolaan aset daerah
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan untuk tertibnya kekayaan daerah.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Aset, menyelenggarakan tugas: (1)
Mengelola aset daerah sesuai fungsinya untuk dimanfaatkan secara berdaya
guna dan berhasil guna, (2) Melakukan penghapusan barang milik daerah
sesuai ketentuan yang berlaku untuk dibebaskan dari daftar inventaris
kekayaan daerah, (3) Menyusun rencana perencanaan modal/investasi daerah
sesuai kebutuhan untuk peningkatan pendapatan daerah.
Bidang Aset terdiri dari:
1. Seksi Pengendalian Kekayaan Daerah, mempunyai tugas: Melaksanakan
tugas pengendalian kekayaan daerah sesuai petunjuk pelaksanaan/petunjuk
teknis untuk tertibnya pemanfaatan kekayaan daerah.
2. Seksi Investasi, mempunyai tugas: Melaksanakan tugas pengelolaan investasi
sesuai Juklak/Juknis untuk peningkatan pendapatan daerah.
3. Seksi Bina Badan Layanan Umum dan Badan Usaha Milik Daerah,
mempunyai tugas: Melaksanakan tugas Bina Badan Layanan Umum dan
24
Badan Usaha Milik Daerah sesuai petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis
untuk peningkatan pola usaha kemitraan.
1.4 Hasil Penelitian
1.4.1 Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Hasil analisis rasio kemandirian keuangan daerah ditunjukkan pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 14: Hasil Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Derah
Sumber: Data yang diolah bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Pemerintah Kota Gorontalo.
Tahun Pendapatan Asli Daaerah (PAD)
Bantuan Pemerintah Pusat/Provinsi + Pinjaman Rasio
2008
Rp 43.125.193.544
Rp 330.822.250.641 + Rp 2.500.000
Rp 43.125.193.544 = 0,130 x 100 % = 13,04
Rp 330.824.750.641
13,04 %
2009
Rp 53.590.516.884
Rp 363.975.280.809 + Rp 8.101.000.000
Rp 53.590.516.884 = 0,144 x 100 % = 14,40
Rp 372.076.280.809
14,40 %
2010 Rp 25.284.895.758
Rp 357.458.301.137 + 0
Rp 25.284.895.758 = 0,070 x 100 % = 07,07
Rp 357.458.301.137
07,07 %
2011 Rp 31.636.441.135
Rp 419.015.201.977 + Rp 9.050.549.381
Rp 31.636.441.135 = 0,074 x 100 % = 07,40
Rp 428.065.751.358
07,40 %
25
Apabila digambarkan dalam grafik, pergerakkan rasio kemandirian adalah
sebagai berikut:
Gambar 7: Grafik Pergerakan Rasio Kemandirian Pemkot Gorontalo
1.4.2 Analisis Rasio Efektifitas PAD
Hasil analisis rasio efektifitas PAD ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 15: Hasil Analisis Rasio Efektifitas PAD
Apabila digambarkan dalam grafik, pergerakkan rasio efektifitas PAD
adalah sebagai berikut:
0
5
10
15
20
2008 2009 2010 2011
Series 107,07% 07,40%
Tahun Realisasi penerimaan PAD
Target Penerimaan PAD Rasio
2008 Rp 43.125.193.544 = 0,929 x 100 = 92,91
Rp 46.414.966.400
92,91 %
2009 Rp 53.590.516.884 = 0,575 x 100 = 57,53
Rp 93.156.031.629
57,53 %
2010 Rp 25.284.895.758 = 0,326x 100 = 32,62
Rp 77.522.101.726
32,62 %
2011 Rp 31.636.441.135 = 0,267 x 100 = 26,67
Rp 118.546.657.588
26,67 %
Sumber: Data yang diolah bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah Kota Gorontalo
13,06%
14,40%
26
Gambar 8: Grafik Pergerakan Rasio Efektifitas PAD Pemkot Gorontalo
1.4.3 Analisis Rasio Efisiensi PAD
Hasil analisis rasio Efisiensi PAD ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 16: Hasil Analisis Rasio Efesiensi PAD
Apabila digambarkan dalam grafik, pergerakkan rasio efesiensi PAD adalah
sebagai berikut:
0
20
40
60
80
100
2008 2009 2010 2011
Series 1
32,62%26,67%
Tahun Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Memungut PAD
Realisasi Penerimaan PAD Rasio
2008 Rp 300.000.000 = 0,007 x 100 = 0,70
Rp 43.125.193.544
0,70 %
2009 Rp 300.000.000 = 0,006 x 100 = 0,56
Rp 53.590.516.884
0,56 %
2010 Rp 300.000.000 = 0,012x 100 = 1,19
Rp 25.284.895.758
1,19 %
2011 Rp 300.000.000 = 0,009 x 100 = 0,95
Rp 31.636.441.135
0,95 %
Sumber: Data yang diolah bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah Kota Gorontalo
92,91%
57,53%
27
Gambar 9: Grafik Pergerakan Rasio Efesiensi PAD Pemkot Gorontalo
1.4.4 Analisis Rasio Aktivitas
Hasil analisis rasio aktivitas keuangan daerah adalah ditunjukkan pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 17: Hasil Analisis Rasio Aktivitas Keuangan Daerah
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
2008 2009 2010 2011
Series 1
0,95%
1,19%
0,70%0,56%
Tahun
Total Belanja Rutin
Total APBD
Total Belanja Pembangunan
Total APBD
Rasio
2008 Rp 324.859.400.078 = 0,393 x 100 = 39,26 Rp 827.494.186.952
Rp 81.204.142.262 = 0,098 x 100 = 09,81
Rp 827.494.186.952
39,26 %
09,81%
2009 Rp 328.996.477.827 = 0,373 x 100 = 37,35
Rp 880.945.355.302
Rp 111.013.078.790 = 0,126 x 100 = 12,60
Rp 880.945.355.302
37,35 %
12,60%
2010 Rp 362.556.788.193 = 0,402 x 100 = 40,25
Rp 900.698.395.767
Rp 85.020.140.699 = 0,094 x 100 = 09,44
Rp 900.698.395.767
40,25 %
09,44 %
2011 Rp 413.920.772.975 = 0,391 x 100 = 39,14
Rp 1.057.507.548.445
39,14 %
28
Apabila digambarkan dalam grafik, pergerakkan rasio aktivitas keuangan
daerah adalah sebagai berikut:
Gambar 10: Grafik Pergerakan Rasio Aktivitas Keuangan Daerah Pemkot Gorontalo
1.4.5 Analisis Rasio DSCR
Hasil analisis rasio DSCR adalah ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 18: Hasil Analisis Rasio DSCR
Rp 113.012.585.600 = 0,107 x 100 = 10,69
Rp 1.057.507.548.445
10,69%
Sumber: Data yang diolah bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Gorontalo
Tahun Total (PAD + BD + DAU) - BW
Total (Pokok Angsuran + Bunga + Biaya Pinjaman Rasio
2008 Rp 43.125.193.544+21.690.603.867+256.963.927.000 – 259.980.167.703
100.000.000 + 0 + 0
= 321.779.723.411 – 259.980.167.703 = 617,99
100.000.000
617,99
2009 DSCR Pada Tahun ini tidak ada karena bunga tidak terealisasikan dan
angsuran pokok tidak ada
0
2010 Rp 25.284.895.758+21.670.160.342+264.392.757.000 – 311.223.247.237
16.372.865.946 + 594.444.371 + 0
= 311.347.813.100 – 311.223.247.237 = 0,007
16.967.310.317
0,007
0
10
20
30
40
50
2008 2009 2010 2011
Belanja Rutin
Belanja Pembangunan
40,25%
39,26%
37,35%
39,14%
09,81%12,60%
09,44%10,69%
40,25%
39,26%
37,35%
39,14%
09,81%12,60%
09,44%10,69%
29
Apabila digambarkan dalam grafik, pergerakkan rasio DSCR adalah sebagai
berikut:
Gambar 11: Grafik Pergerakan Rasio DSCR Pemkot Gorontalo
Secara keseluruhan jika digambarkan dalam tabel dan grafik yakni sebagai
berikut:
Tabel 19: Hasil Perhitungan Keseluruhan Rasio Keuangan Daerah
Pemerintah Kota Gorontalo
TAHUN
RASIO KEUANGAN
KEMANDIRIAN EFEKTIVITAS
PAD
EFESIENSI
PAD
AKTIVITAS
DSCR BELANJA
RUTIN
BELANJA
PEMBANGUNAN
2008 13,03 % 92,91 % 0,70 % 39,26 % 09,81 % 617,99
2009 14,40 % 57,53 % 0,56 % 37,35 % 12,60 % 0
2010 07.07 % 32,62 % 1,19 % 40,25 % 09,44 % 0,007
2011 07,40 % 26,67 % 0,95 % 39,50 % 10,26 % -0,182
Sumber: Data Diolah 2012
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
2008 2009 2010 2011
Series 1
--0,1820,007
617,99
0
2011 Rp 31.636.441.135+19.773.258.791+296.472.833.000 – 350.393.983.541
13.232.947.678 + 579.950.000 + 0
= 347.882.532.926 – 350.393.983.541 = - 0,182
13.812.897.678
-0,182
Sumber: Data yang diolah bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan
Neraca Pemerintah Kota Gorontalo
30
Apabila digambarkan dengan grafik tabel di atas maka sebagai berikut:
Gambar 12: Grafik Pergerakan Rasio Keuangan Daerah Pemkot Gorontalo
1.5 Pembahasan
1.5.1 Pembahasan Atas Rasio Kemandirian Kinerja Keuangan Dalam
Pengelolaaan APBD Pemerintah Kota Gorontalo
Rasio kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah
daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, dan kegiatan
pembangunan. Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah
terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti
bahwa tingkat kemandirian juga semakin tinggi. Rasio kemandirian juga
menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.
Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam
membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama
pendapatan asli daerah yang berarti tingkat kesejahteraan masyarakat semakin
tinggi.
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
2008 2009 2010 2011
R. Kemandirian
R. Efektivitas PAD
R. Efesiensi PAD
R. Aktivitas (B. Rutin)
R. Aktvitas (B.Pembangunan)
DSCR
31
Dilihat dari tahun 2008-2011 kemandirian mengalami penurunan.
Kemandirian keuangan Pemerintah Kota Gorontalo pada tahun 2008 adalah
sebesar 13,03% dimana realisasi PAD nya dapat memberikan konstribusi
terhadap pendapatan daerah sebesar Rp 43.125.193.544,- atau 11,12%
(43.125.193.544 / 387.947.444.185). Sedangkan dana perimbangan atau transfer
pemerintah pusat dan provinsi memberikan kontribusi sebesar Rp
330.822.250.641,- atau 85,27% (330.822.250.641 / 387.947.444.185) dari total
pendapatan dan sisanya berasal dari pinjaman yaitu sebesar 0,25%. Jadi dilihat
prosentase kontribusi PAD terhadap pendapatan, kinerja keuangan Pemerintah
Kota Gorontalo masih belum mandiri, karena dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat Pemerintah Kota
Gorontalo masih tergantung dengan dana dari pihak ekternal.
Kemandirian keuangan Pemerintah Kota Gorontalo pada tahun 2009 adalah
sebesar 14,40%. PAD nya mengalami kenaikan daripada tahun sebelumnya, dan
memberikan konstribusi sebesar 12,83% (53.590.516.884 / 417.715.697.693)
terhadap pendapatan daerah jadi mengalami kenaikan. Sedangkan dana
perimbangan atau transfer dari pemerintah pusat ataupun provinsi memberikan
kontribusi sebesar 87,13% (naik) (363.975.280.809 / 417.715.697.693) dari total
pendapatan dan sisanya berasal dari pinjaman yaitu sebesar 46,32%. Jadi dilihat
dari prosentase kontribusi PAD terhadap pendapatan, kinerja keuangan
Pemerintah Kota Gorontalo masih belum mandiri tetapi kemandirian keuangannya
mengalami kenaikan.
32
Kemandirian keuangan Pemerintah Kota Gorontalo pada tahun 2010 adalah
mengalami penurunan PAD yang sangat drastis yakni sebesar 07,07%, realisasi
PAD nya hanya dapat memberikan kontribusi sebesar 05,42% (25.284.895.758 /
466.532.357.752) terhadap pendapatan daerah. Sedangkan dana perimbangan atau
transfer pemerintah pusat ataupun provinsi memberikan kontribusi sebesar
76,62% (turun) (357.458.301.137 / 466.532.357.752). Jadi dilihat dari prosentase
kontribusi PAD terhadap pendapatan, kinerja keuangan Pemerintah Kota
Gorontalo masih tetap belum mandiri bahkan kemandirian keuangannya
mengalami penurunan lagi yang drastis.
Kemandirian keuangan Pemerintah Kota Gorontalo pada tahun 2011 adalah
sebesar 07,40%. Meskipun PAD nya mengalami sedikit kenaikan, tetapi realisasi
PAD nya dapat memberikan kontribusi sebesar 05,96% (31.636.441.135 /
530.559.291.303) terhadap pendapatan daerah. Sedangkan dana perimbangan atau
transfer pemerintah pusat ataupun provinsi memberikan kontribusi sebesar
78,98% (naik) (419.015.201.977 / 530.559.291.303) dan sisanya berasal dari
pinjaman yakni sebesar 81,54%. Jadi dilihat dari prosentase kontribusi PAD
terhadap pendapatan, kinerja keuangan Pemerintah Kota Gorontalo tetap belum
dapat mandiri dan kemandirian keuangannya mengalami sedikit kenaikan.
Dari pemaparan diatas, kinerja keuangan Pemerintah Kota Gorontalo dari
segi kemandirian keuangan belum tercapai selama 4 tahun tersebut. Apabila
dilihat dari trend prosentase rasio kemandirian keuangan daerah tertinggi
ditunjukkan pada tahun 2009 yaitu sebesar 14,40%, yang dikarenakan realisasi
PAD nya besar dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya. Jadi prosentase pada
33
tahun 2009 ini menunjukkan kinerja keuangan dari sisi kemandirian keuangan
daerah baik meskipun pada penilaian kriteria kemandiriannya dinilai rendah sekali
atau Pemerintahan Kota Goronralo belum bisa mandiri.
Dilihat dari prosentase rasio yang cenderung mengalami penurunan kecuali
tahun 2009, diharapkan Pemerintah Kota Gorontalo dapat menerapkan kebijakan-
kebijakan yang berhubungan dengan keuangan yang ada pada tahun 2009 agar
supaya dapat meningkatkan dan mengoptimalkan perolehan sumber-sumber PAD
serta peningkatan SDM aparat yang terkait dengan perolehan PAD dan juga
Pemerintah Kota Gorontalo harus dapat bertindak sekaligus bersikap efesien dan
efektif serta berprinsip melakukan partnership dengan kelompok-kelompok
masyarakat yang potensial. Dengan demikian peran investasi swasta dan
perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu untuk lebih
merealisasikan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah. Daerah juga
diharapkan mampu menarik investor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah serta menimbulkan efek multiplier yang besar.
1.5.2 Pembahasan Atas Rasio Efektifitas PAD Kinerja Keuangan Dalam
Pengelolaan APBD Pemerintah Kota Gorontalo
Rasio Efektifitas PAD merupakan kemampuan untuk merealisasikan yang
telah direncanakan, dalam hal ini seberapa besar kemampuan Pemda dalam
merealisasikan PAD sesuai yang ditargetkan, dikatakan efektif apabila rasio yang
dicapai lebih dari 100% atau semakin tinggi rasio efektifitas, menggambarkan
kemampuan daerah semakin baik. Pada tahun 2008 PAD Kota Gorontalo dapat
terealisasi sebesar 92,91% artinya kinerja keuangan Pemerintah Kota Gorontalo
34
dikategorikan efektif, kemudian tahun 2009 turun ke prosentase menjadi 57,53%.
Realisasi dan anggarannya pada tahun ini sebenarnya naik, tapi pencapaian untuk
memenuhi target menurun hal ini disebabkan elemen-elemen dari PAD tidak
mencapai target, contohnya pada elemen pendapatan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan hanya sebesar 54,92% dan pada elemen lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah hanya sebesar 39,22%. Jadi kinerja Keuangan
Pemerintah Kota Gorontalo dalam hal efektifitas PAD dinilai tidak efektif dalam
merealisasikan PAD nya.
Tahun 2010 PAD Kota Gorontalo turun sebesar 32,62% artinya di tahun
2010 ini kinerja keuangan dalam hal mnegefektifkan PAD Pemerintah Kota
Gorontalo dinilai tidak efektif di bandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Pada
Tahun 2011 PAD Kota Gorontalo kembali menurun sebesar 26,67% yang artinya
kinerja keuangan Pemerintah Kota Gorontalo dinilai tidak efektif dalam
merealisasikan PAD nya, hal ini disebabkan menurunnya realisasi elemen-elemen
PAD terhadap penetapan target atau anggaran PAD yang ditetapkan.
Dari pergerakkan rasio dari tahun ke tahun mengalami penurunan efektifitas
PAD Pemerintah Kota Gorontalo harus dapat melihat sebab penurunannya,
mungkin ketidakmampuan dalam pencapaian terhadap targetnya ataupun
penurunan perolehan dari salah satu elemen PAD kemudian dapat
mengoptimalkan perolehan PAD dengan memberdayakan elemen PAD yang
paling sesuai untuk lebih diberdayakan dengan cara lebih efektif agar dapat
memenuhi keinginan yang ingin dicapai dan juga tidak ada pihak yang dirugikan.
35
1.5.3 Pembahasan Atas Rasio Efisiensi PAD Kinerja Keuangan Dalam
Pengelolaan APBD Pemerintah Kota Gorontalo
Kinerja Pemerintah Daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan
dikatagorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah
100 persen. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja keuangan daerah semakin
baik, sebaliknya semakin besar rasio efisiensi berarti kinerja keuangan daerah
semakin memburuk/tidak baik.
Dari grafik pergerakkan rasio menggambarkan kinerja keuangan
Pemerintah Kota Gorontalo dari tahun 2008-2011 dalam hal mengefisiensi PAD
mengalami fluktuatif tetapi kinerja keuangan pemerintah Kota Gorontalo dari 4
tahun tersebut sangat baik bagi pemerintah daerah karena kinerja keuangan
pemerintah Kota Gorontalo dikategorikan sangat efisien dalam memungut PAD
dan dapat menekan biaya pemungutan PAD nya meskipun Pemerintah Kota
Gorontalo tidak bisa meningkatkan PAD nya dari tahun ke tahun. Kinerja
keuangan Pemerintah Kota Gorontalo menunjukkan bahwa Pemda sangat efisien
dalam menggunakan biaya pemungutan PAD untuk dapat merealisasikan PAD
yang diterimanya, terlihat bahwa tingkat efisiensi PAD dari tahun 2008-2011
adalah 0,70%, 0,56%, 1,19%, 0,95%. Jadi kinerja keuangan Pemerintah Kota
Gorontalo dikategorikan sangat efisien.
1.5.4 Pembahasan Atas Rasio Aktivitas Kinerja Keuangan Dalam
Pengelolaan APBD Pemerintah Kota Gorontalo
Rasio aktivitas menggambarkan bagaimana pemerintah daerah
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan
36
secara optimal. Semakin tinggi prosentase dana yang dialokasikan untuk belanja
rutin/belanja operasi berarti prosentase belanja investasi (belanja pembangunan)
yang digunakan sarana dan prasarana ekonomi dan masyarakat cenderung
semakin kecil.
Pada tahun 2008 alokasi terbanyak untuk belanja operasi adalah
dialokasikan pada belanja pegawai yaitu 67,67% dari total belanja operasi. Tahun
2009 alokasi terbanyak masih pada belanja pegawai yakni sebesar 76,23%. Untuk
tahun 2010 dan 2011 alokasi terbanyak untuk belanja operasi adalah belanja
pegawai. Masing-masing sebesar 78,32% dan 77,72%. Dilihat dari prosentase
selama 4 tahun terakhir kinerja keuangan Pemerintah Kota Gorontalo mengalami
pergerakkan yang fluktuatif dalam hal pengeluaran untuk belanja rutin/belanja
operasi. Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Gorontalo secara umum dinilai
rendah artinya pengeluaran untuk belanja rutin/belanja operasi dinilai ekonomis
karena dari tahun 2008-2011 realisasi belanja tidak ada yang melebihi dari yang
dianggarkan dimana prosentasenya berturut-turut dari tahun 2008-2011 yaitu
sebesar 39,26%, 37,25%, 40,25%, dan 39,14%.
Pengeluaran belanja modal/belanja pembangunan yang dilakukan saat ini
akan memberikan manfaat jangka menengah dan panjang. Dilihat dari gambar
pergerakan rasio untuk belanja pembangunan kinerja keuangan Pemerintah Kota
Gorontalo selama 4 tahun terakhir rata-rata sebesar 10,63% atau dikatagorikan
masih rendah sekali, itu artinya pengalokasian belanja pembangunan/belanja
modal belum baik karena pengalokasian belanja masih mendominasi belanja
operasi/rutin.
37
Dilihat dari perhitungan rasio ini setiap tahun, dari tahun 2008-2011 lebih
banyak dialokasikan kepada belanja operasi. Dilihat dari perkembangan rasio ini
sebaiknya Pemerintah Kota Gorontalo lebih mengoptimalkan dana yang ada untuk
mengadakan belanja pembangunan yang mempunyai sifat lebih produktif dari
pada belanja rutin.
1.5.5 Pembahasan Atas Rasio DSCR Kinerja Keuangan Dalam Pengelolaan
APBD Pemerintah Kota Gorontalo
DSCR sangat diperlukan apabila Pemerintah Daerah berencana untuk
mengadakan hutang jangka panjang. Dan rasio ini mengukur kemampuan
pemerintah membayar kembali pinjaman daerah. Dilihat dari grafik pergerakan
rasio DSCR kinerja keuangan Pemerintah Kota Gorontalo cenderung mengalami
penurunan dan bahkan pada tahun 2011 mencapai minus, hal itu artinya
kemampuan pemerintah dalam membayar kembali pinjaman daerah juga
menurun.
Setelah diketahui besarnya nilai DSCR maka dapat dihitung maksimal
anguran pokok pinjaman dengan cara mengalikan DSCR dengan total pokok
utang yang kemudian dibagi dengan DSCR minimal yaitu 2,5, perhitungannya
adalah:
Tahun 2008 = 617,99 x Rp 100.000.000,- = Rp 61.799.000.000,- / 2,5 = Rp
24.719.600.000,-
Tahun 2009 = Total angsuran pokok pada tahun ini tidak dapat dihitung karena
DSCR nya tidak diketahui.
38
Tahun 2010 = Total angsuran pokok pada tahun ini tidak dapat dihitung karena
DSCR nya kurang dari 2,5 dan tidak dapat meminjam lagi. DSCR
yang kecil pada tahun ini disebabkan oleh pokok utang yang
tinggi.
Tahun 2011 = Demikian pula pada tahun 2011 total angsuran pokok pada tahun
ini tidak dapat dihitung karena DSCR nya kurang dari 2,5 dan
tidak dapat meminjam lagi. DSCR yang bernilai minus di tahun
ini disebabkan oleh Belanja Wajib yang tinggi dibandingkan
dengan Perolehan Pendapatan.
Jadi dapat diketahui bahwa maksimal angsuran pokok pinjaman pada tahun
2008 yakni sebesar Rp 24.719.600.000,-. Batas maksimal angsuran pokok
tertinggi adalah tahun 2008, dan dari perhitungan maksimal total angsuran pokok
diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin besar DSCR semakin besar pula tingkat
maksimum total angsuran pokok (Lutfiah, 2011).
Mahmudi (2010: 132) dalam Lutfiah (2011) mengatakan jika nilai DSCR
kurang dari 1, maka hal itu mengindikasikan terjadinya arus kas negative yang
berarti pendapatan tidak cukup untuk menutup seluruh beban hutang. Dari
perhitungan DSCR di atas pada tahun 2008 kinerja keuangan Pemerintah Kota
Gorontalo dilihat dari kemampuan keuangannya layak untuk mendapatkan
pinjaman karena masih memiliki kemampuan yang cukup untuk mengembalikan
pokok pinjaman beserta bunganya.
Pada tahun 2010 s/d 2011 kinerja keuangan Pemerintah Kota Gorontalo dari
kemampuan keuangannya belum layak untuk mengadakan pinjaman karena
39
kinerja keuangan Pemerintah Kota Gorontalo masih belum memiliki kemampuan
yang cukup untuk mengembalikan pokok pinjaman beserta bunganya. Dalam
melakukan pinjaman atau hutang kepada pihak eksternal, hendaknya Pemerinah
Kota Gorontalo dapat memprediksi dengan baik, jangan sampai hutang tersebut
membebankan pihak Pemerintah Daerah itu sendiri.