35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Salatiga 8 semester I tahun
pelajaran 2016/ 2017dengan subyek penelitian kelas IV dengan jumlah
sebanyak 34 siswa. SD Negeri Salatiga 8 terletak di lingkungan yang cukup
kondusif karena jauh dari pasar sehingga suasana di SD Negeri Salatiga 8
tergolong nyaman karena jauh dari kebisingan kendaraan umum. Sarana dan
prasaran di SD Negeri Salatiga 8 sudah cukup lengkap dan fasilitas untuk
mengajar seperti alat peraga, LCD dan sumber- sumber lain (buku) sudah
sangat menunjang proses pembelajaran.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas
dilakukan. Pembelajaran pada kondisi awal, guru lebih sering menggunakan
metode ceramah dan dilanjutkan pemberian tugas sehingga pembelajaran
lebih berpusat pada guru, kondisi yang demikian menyebabkan siswa merasa
cepat bosan dan berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil tes ulangan
terakhir yang dilakukan siswa pada kelas IV SDN Salatiga 8 yang berjumlah
34 siswa pada mata pelajaran IPS, terlihat bahwa hasil belajar siswa masih
rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi ulangan siswa pada mata
pelajaran IPS, dimana sejumlah peserta didik memperoleh nilai di bawah
KKM = 70. Data hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan, dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
36
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV
SDN Salatiga 8 Sebelum Tindakan
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 95 – 100 - - -
2 90 – 94 - - -
3 85 – 89 - - -
4 80 – 84 4 11,77 Tuntas
5 75 – 79 6 17,65 Tuntas
6 70 – 74 10 29,42 Tuntas
7 65 – 69 8 23,52 Belum tuntas
8 60 – 64 2 5,88 Belum tuntas
9 55 – 59 1 2,94 Belum tuntas
10 50 – 54 2 5,88 Belum tuntas
11 < 50 1 2,94 Belum tuntas
Jumlah 34 100
Rata-rata 69,08
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 45
Tabel 4.1 di atas menunjukkan rekap nilai pada kondisi awal yang
diuraikan dengan data pada tabel di atas yaitu siswa yang mendapat nilai < 50
sebanyak 1 siswa atau 2,94%, siswa yang mendapat nilai antara 50-54
sebanyak 2 siswa atau 5,88%, siswa yang mendapat nilai antara 55-59
sebanyak 1 siswa atau 2,94%, siswa mendapat nilai antara 60 – 64 sebanyak
2 siswa atau 5,88%, siswa yang mendapat nilai antara 65 – 69 berjumlah 8
siswa atau 23,52%,siswa yang mendapat nilai antara 70 – 74 berjumlah 10
siswa atau 29,42%, siswa yang mendapatkan nilai antara 75-79 berjumlah 6
siswa atau 17,65% dan siswa yang mendapat nilai antara 80-84 sebanyak 4
siswa atau 11,77%. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah 69.08, dengan
perolehan nilai terendah yaitu 45 dan tertinggi 85.
Prosentase keseluruhan siswa yang mencapai kriteria ketuntasan
maupun belum tuntas belajar berdasarkan KKM yang telah ditentukan,
disajikan pada tabel berikut ini:
37
Tabel 4.2
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV
SDN Salatiga 8 Sebelum Tindakan
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 < 70 14 41,18 Belum tuntas
2 ≥ 70 20 58,82 Tuntas
Jumlah 34 100
Rata-rata 69,08
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 45
Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV SDN Salatiga 8
sebelum dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai
kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70) sebanyak 14 siswa
atau 41,18% dari total keseluruhan siswa; sedangkan siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 20 siswa atau 58,82% dari total
seluruh siswa. Berikut, prosentase siswa yang belum ataupun telah mencapai
KKM disajikan pada gambar berikut ini:
Gambar 4.1
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Sebelum Tindakan
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena metode yang sering
digunakan adalah metode ceramah yaitu dengan guru mendominasi dalam
59%
41%
KETUNTASAN HASIL BELAJAR PRA SIKLUS
TUNTAS TIDAK TUNTAS
38
penjelasan materi kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas. Hal ini
berdampak pada siswa yang menjadi cepat bosan pada saat pelajaran IPS, ini
terlihat ketika di kelas, siswa mudah bosan selama mengikuti kegiatan
pembelajaran. Selain itu, cara guru mengajar yang masih didominasi dengan
ceramah membuat kelas menjadi monoton dan sajian pelajaran menjadi
kurang menarik perhatian siswa.
Hasil belajar siswa pada pra siklus atau data hasil belajar siswa sebelum
dilakukan tindakan, dari situlah penulis melakukan sebuah penelitian
tindakan kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Dalam penelitian di SDN Salatiga 8,
penulis menggunakan metode Two Stay Two Stray. Penelitian ini dilakukan
dalam dua siklus, dimana tiap siklus dilakukan dua pertemuan.
4.2.2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dengan kompetensi dasar Menghargai
keragaman suku bangsa danbudayasetempat (kabupaten/kota,
provinsi) yang dilakukan melalui empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi yang sesuai
dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto
(2007:16). Langkah pelaksanaan siklus I diuraikan pada perencanaan
tindakan mengenai apa yang diperlukan dan dilaksanankan saat
pembelajaran. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
dari rencana yang telah dibuat, kemudian diuraikan refleksi
berdasarkan hasil observasi. Adapun penjelasan masing-masing
tahapan dijabarkan sebagai berikut.
a) Tahap Perencanaan Tindakan
Sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan, ada beberapa langkah
yang dilakukan oleh penulis, antara lain:
1) Memeriksa kembali RPP yang telah disusun, sambil
mencermati kembali setiap butir yang direncanakan untuk
dilaksanakan pada pelaksanaan tindakan.
39
2) Menyiapkan semua alat peraga dan sarana lain yang akan
digunakan. Setelah itu dilakukan pengecekan lagi alat peraga
tersebut apakah sudah benar-benar tersedia dan sesuai dengan
perencanaan pembelajaran yang hendak dilakukan.
3) Mengecek kembali kelengkapan dan ketersediaan alat
pengumpul data, seperti lembar observasi yang telah
disepakati dengan guru yang mendampingi sebagai observer.
b) Pelaksanaan Tindakan
Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran,
maka disepakatilah untuk melakukan kegiatan perbaikan
pembelajaran yang terdiri dari dua pertemuan pembelajaran yaitu:
Pertemuan I
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan meliputi beberapa
kegiatan seperti yang telah didesain dalam rencana
pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam,
berdoa, mengabsen, mengecek kerapian siswa, mengatur
tempat duduk siswa dan melakukan apersepsi. Kegiatan
apersepsi yang dilakukan adalah mengingatkan kembali
kepada para siswa tentang materi.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan
materi pembelajaran yaitu Menghargai Keragaman Suku,
Bangsa dan Budaya. Kemudian guru menjelaskannya dan
membentuk siswa dalam kelompok secara berpasangan, dan
melaksanakan pembelajaran dengan metode TSTS.
3) Kegiatan penutup
Bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan
tentang materi yang telah dipelajari dengan menggunakan
metode TSTS, sekaligus memberikan kesempatan kepada
siswa yang masih belum memahami materi pelajaran yang
40
diberikan, Guru memberikan pesan kepada siswa untuk
mempelajari lagi materi tersebut di rumah, karena masih akan
dilakukan lagi pertemuan berikutnya, dan memberikan
Pekerjaan Rumah (PR).
Pertemuan II
1) Kegiatan awal
Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka
pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi
siswa, mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi.
Kemudian, guru bertanya kepada siswa “siapa yang tidak
mengerjakan PR?”. Guru mencocokkan PR dan
mengingatkan kembali tentang materi yang diajarkan
dipertemuan sebelumnya yaitu “Menghargai keragaman
suku bangsa dan budaya”.
2) Kegiatan inti
Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan
materi pembelajaran yaitu Menghargai Keragaman Suku,
Bangsa dan Budaya. Kemudian guru menjelaskannya dan
membentuk siswa dalam kelompok secara berpasangan, dan
melaksanakan pembelajaran dengan metode TSTS
3) Kegiatan penutup
Setelah waktu selesai, guru memberikan kesempatan
kepada siswa yang belum memahami pelajaran termasuk
metode pembelajarn untuk bertanya, guru bersama-sama
dengan siswa membuat kesimpulan. Guru membagikan
lembar evaluasi kepada masing-masing siswa untuk
dikerjakan.
c) Observasi
Pada kegiatan ini, yang diamati adalah aktivitas guru dan
siswa setelah diberikan tindakan dengan metode Two Stay Two
Stray. Berikut ini dipaparkan hasil aktivitas guru dan siswa dalam
41
pembelajaran dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray
yang diperoleh setelah dilakukan tindakan pada siklus I, baik
pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua.
1. Aktivitas Guru
Aktivitas guru yang diamati adalah aktivitas guru dalam
pembelajaran dengan menerapkan metode Two Stay Two Stray
dalam pelajaran IPS. Aktivitas guru yang diamati meliputi
aktivitas pada pertemuan pertama dan kedua. Data hasil observasi
aktivitas guru menggunakan metode Two Stay Two Stray dalam
pembelajaran IPS, dinilai dengan rumus di bawah ini (Djamarah,
2005:331):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
80 ke atas : baik sekali
66 – 79 : baik
56 – 65 : cukup
46 – 55 : kurang
45 ke bawah : gagal
Hasil pengamatan dari kedua pertemuan tersebut disajikan
berikut ini:
Tabel 4. 3
Hasil Observasi Aktivitas Guru Menerapkan Model TSTS
Siklus I
Pertemuan Materi Total Skor
Observasi
Nilai
Aktivitas
Kriteria
1
Menghargai
Keragaman
Suku, Bangsa
dan Budaya
14 70% Baik
2
Menghargai
Keragaman
Suku, Bangsa
dan Budaya
15 75% Baik
42
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa aktivitas guru pada
pertemuan pertama siklus I, dalam menerapkan metode Two
Stay Two Stray pada pelajaran IPS materi menghargai keragaman
suku, bangsa dan budaya masuk dalam kriteria atau katogeri baik,
dengan perolehan skor yaitu 14 dengan nilai aktivitas yaitu 70%,
dengan kategori baik. Pada siklus I pertemuan 2 masuk dalam
kriteria baik, di mana perolehan total skor dalam menerapkan
metode Two Stay Two Stray adalah 15 dengan nilai persentase
aktivitas yaitu 75%.
Pertemuan I diperoleh nilai aktivitas sebesar 70% hal ini
menunjukkan bahwa guru telah mampu menerapkan metode Two
Stay Two Stray meskipun masih terdapat beberapa langkah
pembelajaran yang belum terlaksana seperti pada kegiatan awal,
guru belum memeriksa kesiapan siswa, guru belum memberikan
motivasi kepada siswa, guru belum memberikan penjelasan
terhadap kegiatan kelompok, guru belum memberikan bimbingan
ketika siswa melakukan kegiatan presentasi serta guru belum
melakukan evaluasi terhadap presentasi yang dilakukan siswa.
Setelah dilakukan refleksi kekurangan-kekurangan tersebut mulai
teratasi meskipun masih ada beberapa aspek yang masih belum
terlaksana. Refleksi pada akhir pertemuan 1 dilakukan dengan
membahas permasalahan yang terjadi pada pertemuan 1 sekaligus
merancang solusi yakni guru harus lebih memahami langkah-
langkah metode Two Stay Two Stray. Nilai aktivitas pada
pertemuan 2 meningkat menjadi 75% hal ini menunjukkan bahwa
ada perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
2. Aktivitas Siswa
Selain aktivitas guru, aktivitas yang diamati adalah aktivitas
siswa. Aktivitas siswa dalam hal ini adalah kesiapan siswa,
respon siswa dalam mengikuti pembelajaran metode Two Stay
43
Two Stray. Aktivitas siswa yang diamati adalah aktivitas siswa
pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2. Penghitungan
aktivitas siswa, sama juga dengan mengikuti persamaan dalam
menghitung aktivitas guru menerapkan metode Two Stay Two
Stray pada pelajaran IPS, dengan persamaan berikut:
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
80 ke atas : baik sekali
66 – 79 : baik
56 – 65 : cukup
46 – 55 : kurang
45 ke bawah : gagal
Aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran menggunakan
metode Two Stay Two Stray pada pelajaran IPS di Siklus I ini,
masing-masing disajikan berikut ini.
Tabel 4. 4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Mengikuti Pelajaran
Menggunakan Model TSTS Siklus I
Pertemuan Materi Total Skor
Observasi
Nilai
Aktivitas
Kriteria
1
Menghargai
Keragaman
Suku, Bangsa
dan Budaya
11 61% Cukup
2
Menghargai
Keragaman
Suku, Bangsa
dan Budaya
13 72% Baik
Hasil pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 masuk
dalam kriteria cukup, dengan perolehan total skor yaitu 11
dengan persentase nilai aktivitas yaitu 61%. Hasil observasi pada
siklus I pertemuan 2 menunjukkan peningkatan dalam aktivitas
siswa, dimana perolehan aktivitas siswa berada pada kriteria
44
cukup baik dalam mengikuti pelajaran IPA menggunakan metode
Two Stay Two Stray. Skor yang diperoleh adalah 13 dengan nilai
aktivitas yaitu 72%.
Hasil penilaian terhadap aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray menunjukkan
adanya peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 siklus I, di
mana pada siklus 1 nilai aktivitas yang diperoleh sebesar 61%
meningkat menjadi 72%. Kendala pada pertemuan 1 yang dialami
siswa yakni ketika diberikan tugas kelompok, masih banyak
siswa yang terlihat bingung mengenai tugas yang diberikan hal
ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan model yang
digunakan, namun dengan bimbingan guru kendala tersebut dapat
teratasi terbukti dengan peningkatan skor penilaian terhadap
aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran.
d) Evaluasi Hasil Belajar Siklus I
Hasil belajar pada siklus I yang diperoleh selama proses
pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Two Stay
Two Stray kelas IV SDN Salatiga 8, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 95 – 100 - - -
2 90 – 94 - - -
3 85 – 89 - - -
4 80 – 84 13 38,24 Tuntas
5 75 – 79 10 29,42 Tuntas
6 70 – 74 5 14,70 Tuntas
7 65 – 69 1 2,94 Belum tuntas
8 60 – 64 1 2,94 Belum tuntas
9 55 – 59 1 2,94 Belum tuntas
10 50 – 54 2 5,88 Belum tuntas
11 < 50 1 2,94 Belum tuntas
Jumlah 34 100
Rata-rata 81.12
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 45
45
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa kondisi perolehan
hasil belajar siswa berubah setelah diberikan tindakan pada siklus
I, dimana hanya terdapat 1 siswa yang mendapatkan nilai di
bawah 50 atau sebesar 5%. Siswa yang mendapatkan nilai pada
rentang 50 – 54 sebanyak 2 siswa atau 5,88%, Siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 55 – 59 sebanyak 1 siswa atau
2,94%, siswa yang mendapatkan nilai rentang 60 - 64 berjumlah 1
siswa dengan prosentase 2,94%. Siswa yang mendapatkan nilai
antara 65 – 69 berjumlah 1 siswa atau 2,94%, siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 70 – 74 sebanyak 5 siswa atau
14,70%, dan terdapat 10 siswa yang mendapatkan nilai pada
rentang 75 – 79 atau 29,42%, terdapat 13 siswa atau sebesar
38,24% yang mendapatkan nilai pada rentang 80 – 84, dan tidak
ada siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 85 – 90 dan tidak
ada siswa yang mendapatkan nilai pada rentang antara 90 – 100.
Nilai rata-rata siswa meningkat dari awal sebelum tindakan yaitu
69,08 menjadi 81,12 pada siklus I. Nilai terendah dicapai dengan
nilai 45 dan nilai tertinggi adalah 85.
Berikut disajikan dalam tabel, prosentase ketuntasan belajar
pada siklus I, hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV
SDN Salatiga 8 Siklus I
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 < 70 6 17,65 Belum tuntas
2 ≥ 70 28 82,35 Tuntas
Jumlah 34 100
Rata-rata 81.12
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 45
Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa SD Negeri
Salatiga 8, sebelum dilakukan tindakan atau pada pra siklus
diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria
46
Ketuntasan Minimal sebanyak 14 siswa atau 41,18%; sedangkan
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 20 siswa
dengan prosentase 58,82%. Kondisi ini berubah setelah
dilaksanakan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang berhasil
lulus KKM sebanyak 28 siswa atau 82,35% dan siswa yang
belum berhasil lulus KKM sebanyak 6 siswa atau 17,65%.
Berikut prosentase hasil belajar siklus I disajikan pada gambar di
bawah ini:
Gambar 4.2
Prosentase Ketuntasan Belajar Siklus I
Perbandingan hasil belajar siswa setelah diadakan tindakan
pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan terhadap
ketuntasan belajar siswa. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar
sebanyak 28 siswa atau secara prosentase sebanyak 82,35%,
kemudian terjadi penurunan bagi siswa yang belum tuntas atau
mencapai KKM yaitu menjadi sebanyak 6 siswa atau secara
prosentase sebesar 17,65%. Hal ini disebabkan karena siswa
mulai merasa senang dalam proses pembelajaran. Meskipun
awalnya siswa sangat ribut, namun terlihat bahwa siswa
Tuntas Tidak Tuntas
47
menikmati dan tidak merasa bosan saat mengikuti kegiatan
pembelajaran di kelas.
e) Refleksi
Pembelajaran IPS kelas IV pada materi menghargai
keragaman suku, budaya dan bangsa pada siklus I ini belum
berhasil sesuai indikator kinerja yang ditentukan karena
ketuntasan belajar baru 82,35%.Hasilnya diungkapkan faktor
penyebab kekurang-berhasilan dalam pembelajaran yaitu:
1) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali pada saat
siswa mulai diminta untuk membuat kelompok.
2) Guru belum memberi reward/penguatan pada siswa yang
menjawab benar.
3) Guru masih kaku dalam memandu siswa yang belum
memahami langkah-langkah dalam metode Two Stay Two
Stray.
Data yang telah dianalisis dan data hasil diskusi, maka
peneliti melakukan penelaahan dan mencoba menyimpulkan hasil
tindakan yang telah dilakukan. Hasil ini menunjukkan bahwa
penguasaan siswa sudah meningkat, meskipun belum sesuai
dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan karena ketuntasan
belajar baru 82,35%. Hasil evaluasi observasi yang telah didapat,
kemudian peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II, yaitu sebagai berikut:
1) Memandu siswa dalam membentuk kelompok dan
mengarahkan dalam langkah-langkah pembelajaran dalam
materi yang sedang dipelajari melalui metode Two Stay Two
Stray.
2) Memberikan reward kepada siswa yang menjawab benar.
Reward atau penguatan kepada siswa berupa gambar bintang
atau pujian.
48
b. Pelaksanaan Siklus II
Tahap pelaksanaan siklus II sama seperti tahap pelaksanaan pada
siklus I, yakni mengacu pada tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart
dalam Arikunto (2007:16), pelaksanaan siklus II terdiri dari empat langkah
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan
refleksi. Kompetensi dasar yang digunakan yakni Menghargai berbagai
peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan
menjaga kelestariannya. Bagian pelaksanaan siklus II menguraikan
perencanaan tindakan mengenai apa yang dilaksanakan sebagai perbaikan
dari kekurangan siklus I. Setelah perencanaan dan pelaksanaan, diuraikan
refleksi berdasarkan hasil obsevasi.
a. Tahap Perencanaan
Peneliti menyiapkandan merevisi RPP dan menyiapkan
kembali skenario tindakan yang akan dilaksanakan pada
perbaikan pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil diskusi dan
refleksi siklus I maka peneliti melakukan upaya perbaikan
pembelajaran, memandu siswa dalam membentuk kelompok dan
mengarahkan dalam langkah-langkah pembelajaran dalam
materi yang sedang dipelajari melalui metode TSTS dan
memberikan reward atau penguatan kepada siswa yang
menjawab benar. Selain itu penulis juga menyiapkan kembali
lembar kerja siswa, lembar evaluasi, lembar observasi, dan
menyiapkan alat peraga.
b. Pelaksanaan
Pertemuan I
1) Kegiatan awal
Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa,
mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi. Kemudian,
guru bertanya kepada siswa “siapa yang tidak mengerjakan
PR?”. Guru mencocokkan PR dan mengingatkan kembali
49
tentang materi yang telah diajarkan dipertemuan sebelumnya
yaitu materi menghargai keanekaragaman suku bangsa dan
budaya.
2) Kegiatan inti, guru menjelaskan kembali materi tentang
menghargai keanekaragaman suku bangsa dan budaya.
Setelah bertanya jawab sebentar, guru melanjutkan materi
yakni Menghargai berbagai peninggalan sejarah di
lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga
kelestariannya.Untuk memberikan penjelasan tentang sub
materi tersebut, guru menggunakan metode TSTS. Guru
memaparkan materi dan kemudian membagi siswa ke dalam
kelompok berpasangan dan melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan dan sesuai langkah-langkah dari
metode TSTS.
3) Kegiatan akhir
Setelah waktu selesai, siswa diberikan tugas secara
individual untuk dikerjakan di rumah, guru memberikan
kesempatan kepada siswa yang belum memahami pelajaran
untuk bertanya, guru selaku pengajar bersama-sama dengan
siswa mengambil kesimpulan dan guru mengingatkan untuk
mempelajari sub materi berikutnya yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya. Tidak lupa, guru juga memberikan
pujian kepada siswa atau kelompok yang aktif bertanya,
sambil mengingatkan pada siswa yang lain, bahwa bertanya
adalah hal penting dan mendasar di dalam belajar.
Pertemuan II
1) Kegiatan awal
Seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya,
kegiatan awal dimulai dengan salam, berdoa, mengabsensi
siswa, mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi.
50
Setelah itu, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada pertemuan itu.
2) Kegiatan inti
Melanjutkan materi pada pertemuan sebelumnya, pada
pertemuan II siklus II ini,, guru menjelaskan kembali materi
tentang menghargai keanekaragaman suku bangsa dan
budaya. Setelah bertanya jawab sebentar, guru melanjutkan
materi yakni Menghargai berbagai peninggalan sejarah di
lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga
kelestariannya.Untuk memberikan penjelasan tentang sub
materi tersebut, guru menggunakan metode TSTS. Guru
memaparkan materi dan kemudian membagi siswa ke dalam
kelompok berpasangan dan melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan dan sesuai langkah-langkah dari
metode TSTS.
3) Kegiatan akhir
Setelah semua siswa selesai mengerjakan tugasnya,
guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya pada hal-
hal yang belum dipahami. Sebelum menutup pelajaran, guru
memberikan tes akhir atau tes evaluasi kepada siswa, juga
memberikan pujian dan mengucapkan terimakasih atas
kerjasama selama guru melakukan penelitian.
c. Observasi
Kegiatan observasi ini, yang diamati adalah aktivitas guru
dan siswa, serta motivasi belajar siswa setelah diberikan tindakan
dengan metode Two Stay Two Stray. Berikut ini dipaparkan hasil
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode Two Stay Two Stray yang diperoleh setelah
dilakukan tindakan pada siklus II, baik pada pertemuan pertama
maupun pertemuan kedua.
51
1. Aktivitas Guru
Aktivitas guru yang diamati adalah aktivitas guru dalam
pembelajaran dengan menerapkan metode Two Stay Two Stray
dalam pelajaran IPS. Aktivitas guru yang diamati meliputi
aktivitas pada pertemuan pertama dan kedua. Data hasil observasi
aktivitas guru menggunakan metode Two Stay Two Stray dalam
pembelajaran IPS, dinilai dengan rumus di bawah ini (Djamarah,
2005:331):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
80 ke atas : baik sekali
66 – 79 : baik
56 – 65 : cukup
46 – 55 : kurang
45 ke bawah : gagal
Hasil pengamatan dari kedua pertemuan tersebut disajikan
berikut ini:
Tabel 4. 7
Hasil Observasi Aktivitas Guru Menerapkan Model TSTS
Siklus II
Pertemuan Materi Total Skor
Observasi
Nilai
Aktivitas
Kriteria
1 Menghargai
Peninggalan
Sejaran
18 85.7% Baik
Sekali
2 Menghargai
Peninggalan
Sejarah
20 95.2% Baik
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa aktivitas guru pada
pertemuan pertama siklus II, dalam menerapkan model kooperatif
tipe TSTS pada pelajaran IPS materi menghargai peninggalan
sejarah masuk dalam kriteria atau katogeri baik sekali, dengan
52
perolehan skor yaitu 18 dengan nilai aktivitas yaitu 85.7%,
dengan kategori baik sekali.
Hasil aktivitas guru yang disajikan pada tabel 4.7 di atas,
diketahui bahwa aktivitas guru dalam menerapkan metode Two
Stay Two Stray pada siklus II pertemuan 2 masuk dalam kriteria
baik sekali, di mana perolehan total skor dalam menerapkan
metode Two Stay Two Stray adalah 20 dengan nilai persentase
aktivitas yaitu 95.2%.
Penilaian terhadap guru dalam melaksanakan pembelajaran
dengan metode Two Stay Two Stray menunjukkan adanya
peningkatan dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 siklus II.
Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa guru telah menguasai
langkah-langkah pembelajaran metode Two Stay Two Stray
terbukti dengan nilai aktivitas guru pada pertemuan ke 2 siklus II
mencapai 95%.
2. Aktivitas Siswa
Selain aktivitas guru, aktivitas yang diamati adalah aktivitas
siswa. Aktivitas siswa dalam hal ini adalah kesiapan siswa,
respon siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode Two
Stay Two Stray. Aktivitas siswa yang diamati adalah aktivitas
siswa pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2. Penghitungan
aktivitas siswa, sama juga dengan mengikuti persamaan dalam
menghitung aktivitas guru menerapkan metode Two Stay Two
Stray pada pelajaran IPS, dengan persamaan berikut:
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
80 ke atas : baik sekali
66 – 79 : baik
56 – 65 : cukup
46 – 55 : kurang
53
45 ke bawah : gagal
Aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran menggunakan
metode Two Stay Two Stray pada pelajaran IPS di Siklus II ini,
masing-masing disajikan berikut ini.
Tabel 4. 8
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Mengikuti Pelajaran
Menggunakan Model TSTS Siklus II
Pertemuan Materi Total Skor
Observasi
Nilai
Aktivitas
Kriteria
1 Menghargai
Peninggalan
Sejaran
17 85% Baik
Sekali
2 Menghargai
Peninggalan
Sejarah
19 95% Baik
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 masuk dalam
kriteria baik sekali, dengan perolehan total skor yaitu 17 dengan
persentase nilai aktivitas yaitu 85%. Pada siklus II pertemuan 2,
terjadi peningkatan dalam aktivitas siswa, dimana perolehan
aktivitas siswa berada pada kriteria Baik Sekali baik dalam
mengikuti pelajaran IPS menggunakan metode Two Stay Two
Stray. Skor yang diperoleh adalah 19 dengan nilai aktivitas yaitu
95%.
d. Evaluasi Hasil Belajar Siklus II
Hasil belajar pada siklus II yang diperoleh selama proses
pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Two Stay Two
Stray kelas IV SDN Salatiga 8 Semester I tahun pelajaran
2016/2017, adalah sebagai berikut:
54
Tabel 4.9
Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siklus II
No Nilai Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 95 – 100 5 14,70 Tuntas
2 90 – 94 15 44,12 Tuntas
3 85 – 89 4 11,77 Tuntas
4 80 – 84 3 8,82 Tuntas
5 75 – 79 3 8,82 Tuntas
6 70 – 74 4 11,77 Tuntas
Jumlah 34 100
Rata-rata 93.4
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 70
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II dibandingkan dengan
pada siklus I. Jika pada siklus I, siswa yang tuntas belajar
mencapai 70% dari total jumlah keseluruhan siswa, maka pada
siklus II siswa yang tuntas belajar 100%, dengan uraian sebagai
berikut: yang mendapatkan nilai pada rentang 70 – 74 sebanyak 4
siswa atau 11,77%, kemudian pada rentang 75 – 79 sebanyak 3
siswa atau 8,82%, pada rentang 80 – 84 berjumlah 3 siswa
dengan prosentase 8,82%; yang mendapatkan nilai dalam rentang
85 – 89 berjumlah 4 siswa atau 11,77%, yang mendapatkan nilai
pada rentang 90 – 94 ada 15 siswa atau 44,12% dan yang
mendapatkan nilai pada rentang 95 – 100 berjumlah 5 siswa atau
14,70%. Nilai rata-rata kelas menjadi meningkat yaitu 93.4,
dengan nilai terendah 70 dan tertinggi 100.
Tabel 4.10
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
No Nilai Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 < 70 - - Belum tuntas
2 ≥ 70 34 100 Tuntas
Jumlah 34 100
Rata-rata 93,4
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 70
55
Ketuntasan Hasil belajar siswa SD Negeri salatiga 8,
sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang
memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM≥70) sebanyak 14 siswa atau 41,18% pada siklus I
kemudian terjadi penurunan menjadi 6 siswa atau 17,65% setelah
dilakukan siklus II tidak ada lagi siswa yang tidak berada pada di
bawah KKM. Sedangkan, yang mencapai ketuntasan minimal
sebelum dilaksanakan tindakan yaitu sebanyak 20 siswa atau
58,82% pada siklus I kemudian meningkat menjadi 28 siswa atau
82,35%, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi
100% tuntas dalam belajar IPS. Dengan hasil ini membuktikan
penelitian yang telah dilakukan telah berhasil karena telah
melebihi batas ketuntasan yaitu 85% sedangkan hasil yang
didapat adalah 100%.
Hasil tes dan pengamatan aktivitas siswa setelah diadakannya
tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar pada siklus II adalah sebesar
34 siswa tuntas semua atau secara prosentase sebesar 100% tuntas
secara KKM, kemudian tidak ada lagi siswa yang belum tuntas
hasil belajarnya. Terjadinya kenaikan hasil belajar siswa tersebut
karena siswa merasa senang dalam proses pembelajaran. Siswa
terlihat sangat antusias, aktif dalam bertanya dalam pembelajaran
menggunakan metode Two Stay Two Stray.
e. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus
I dan Siklus II
Perbandingan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I dan
siklus II akan dijabarkan melalui tabel di bawah ini.
56
Tabel 4.11
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
No. Nilai Tuntas Belum Tuntas
Jumlah
Siswa
% Jumlah
Siswa
%
1 Kondisi Awal 20 58,82% 14 41,18%
2 Siklus I 28 82,35% 6 17,65
%
3 Siklus II 34 100 % - -
Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
ketuntasan hasil belajar baik pada siklus I maupun siklus II.Pada
kondisi awal ketuntasan hasil belajar siswa sebanyak 58,82%,
sedangkan ketuntasan hasil belajar pada siklus I meningkat
menjadi 82,35%, dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar
23,53% dari kondisi awal ke Siklus I. Kemudian terjadi
peningkatan kembali pada siklus II yaitu sebesar 100% bagi
yang tuntas, dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar
17,65% dari ketuntasan hasil belajar dari Siklus I ke siklus II.
Hasil ini dapat disimpulkan bahwa metode Two Stay Two Stray
berhasil pada pelajaran IPS materi menghargai keragaman suku
bangsa dan budaya meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas
IV SDN Salatiga 8 semester I tahun pelajaran 2016/2017.
Hasil ini disajikan pada grafik perbandingan ketuntasan
hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II yang dapat
dilihat pada grafik yang tersaji berikut ini:
57
Gambar 4.3
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
f. Refleksi
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada materi
menghargai keragaman suku bangsa dan budaya, peneliti
melakukan refleksi. Ternyata hasil perbaikan pembelajaran
memberikan hasil sesuai yang diharapkan, dimana semua siswa
pada siklus II berhasil tuntas dalam belajarnya.
4.3. Pembahasan
Hasil analisis komparatif, menunjukkan bahwa adanya peningkatan
terhadap ketuntasan belajar siswa mulai dari kondisi pra siklus hingga
siklus II. Hasil belajar kondisi awal atau kondisi pra siklus menunjukkan
bahwa jumlah ketuntasan siswa mencapai 58,82%, hal ini dikarenakan
dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode pembelajaran yang
0
5
10
15
20
25
30
35
Pra Siklus Siklus I Siklus II
20
28
34
14
6
0
Jum
lah
Sis
wa
Tuntas
Tidak Tuntas
58
konvensional yakni dengan ceramah dan dilanjutkan pemberian tugas.
Kondisi demikian tidaklah sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS.
Tujuan pendidikan IPS adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan
dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat,
minat kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Trianto, 2010: 174).
Mencermati kondisi yang terjadi, maka diperlukan suatu model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPS salah
satunya adalah model TSTS. Model pembelajaran Two Stay Two
Stray/Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan
informasi dengan kelompok lainnya (Spencer Kagan,1990: 140).
Pembelajaran kooperatif two stay two stray digunakan untuk mengatasi
kebosanan anggota kelompok, karena guru biasanya membentuk
kelompok secara permanen. Two stay two stray memungkinkan siswa
untuk berinteraksi dengan anggota kelompok lain. Menurut Lie, A. (2008:
61) membentuk kelompok berempat memiliki kelebihan yaitu kelompok
mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide muncul, lebih
banyak tugas yang bisa dilakukan dan guru mudah memonitor.
Setelah dilakukan tindakan yakni dengan menerapkan model
pembeljaran TSTS, dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa dari
kondisi pra siklus ke siklus I adalah sebesar 23,53% yakni ketuntasan
peningkatan dari 58,82% (kondisi pra siklus) menjadi 82,35% (kondisi
siklus I), meskipun terjadi peningkatan ketuntasan terhadap hasil belajar
siswa, namun hasil tersebut belum dapat dikatakan berhasil karena
ketuntasan pada siklus I masih dibawah dari indikator keberhasilan yang
ditentukan yakni 85% siswa mendapat nilai di atas KKM (KKM ≥ 70)
sehingga diperlukan tindakan pada siklus II.
Hasil observai pada siklus I menunjukakan bahwa proses
pembelajaran sudah berjalan dengan baik, meskipun ada beberapa
langkah pembelajaran yang terlewatkan, siswa masih mengalami
59
kebingungan dalam penyelesaian tugas namun setelah dilakukan evaluasi
dan didiskusikan bersama dengan guru kelas, maka dirancang solusi dari
permasalahan tersebut, diantaranya guru perlu lebih memahami langkah-
langkah pembelajaran sehingga langkah-langkah pembelajaran dengan
model TSTS dapat terlaksana seluruhnya. Hasil observasi pada siklus II
menunjukkan adanya peningkatan baik terhadap guru maupun siswa, hal
tersebut membuktikan bahwa guru telah dapat melaksanakan
pembelajaran TSTS dengan baik, selain itu ketuntasan belajar siswa juga
mengalami peningkatan.
Kondisi pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan yakni
sebesar 17,65%, yakni dari 82,35%( siklus I) menjadi 100% (kondisi
siklus II). Nilai ketuntasan belajar pada siklus II menunjukkan
keberhasilan dalam penelitian ini karena nilai ketuntasan pada siklus II
telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitan yang dilakukan oleh
Yuhendrawati (2012) telah melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
untuk meningkatkan hasil belajar IPS Siswa Kelas IV A SDN 164
Pekanbaru. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada peningkatan,
pada kondisi siklus I jumlah ketuntasan sebesar 85.37% kemudian setelah
dilanjutkan pada siklus II jumlah ketuntasan meningkat menjadi 100%,
dengan demikian hasil ini menunjukkan bahwa model kooperatif tipe
TSTS telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian lainnya yang juga menunjukkan keberhasilan penerpan
TSTS dalam meningkatkan hasil belajar adalah penelitian dari Putri
Hannika Sitorus Pane 2015 telah melakukan penelitian dengan judul
“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model
pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) Pada mata pelajaran IPS Di
Kelas IV SDN. Hasil penelitiannya menunjukkan dari 28 siswa bahwa 4
siswa (14, 286%) tuntas dan 24 siswa (85, 714%) siswa tidak tuntas. Pada
siklus I rata-rata kelas meningkat yaitu menjadi 67, 321 di mana 16 siswa
60
lulus (57, 142 %) dan 12 siswa (42,858 %) tidak lulus. Maka
dilaksanakan siklus II, dan hasilnya mengalami peningkatan yaitu nilai
ratarata menjadi 88, 75 di mana 26 siswa (92,857%) tuntas dan 2 siswa (7,
143 %) tidak tuntas.
Kebeherhasilan dalam menerapkan model TSTS dalam penelitian
dapat dilihat melalui lembar observasi baik observasi guru maupun
observasi siswa. Hasil dari observasi terhaadap penerapan model TSTS
menunjukkan adanya peningkatan nilai pada lembar observasi, ini
menunjukkan bahwa TSTS dapat diterapkan guru tanpa ada penghambat.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa model TSTS merupakan model
yang tidak sulit diterapkan, sehingga dapat menjadi refrensi bagi guru
ketika hendak meningkatkan hasil belajar IPA. Adapun keunggulan dalam
penelitian ini yakni peneliti dapat menerapkan model TSTS pada kelas
dengan jumlah siswa yang relatif banyak yakni jumlah siswa pada kelas
IV SDN 8 sebanyak 34 siswa, memang dibutuhkan pengendalian kelas
yang ekstra, guru harus selalu membimbing dan memantau kegiatan yang
dilakukan siswa sehingga jumlah subyek tidak akan menjadi masalah.
Setelah diberikan pembelajaran dengan TSTS, selain dapat meningkatkan
hasil belajar, terlihat juga perubahan sikap di mana siswa yang tadinya
malu dan tidak berani mengemukakan pendapat menjadi berani. Kondisi
yang telah dipaparkan, apabila ditarik kesimpulan maka upaya dalam
meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 8 Salatiga
melalui pembelajaran TSTS telah berhasil dilakukan.