Transcript
Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Responden dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus di

Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Daerah Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu ditampilkan pada Gambar 2 dan 3

Gambar 1. Peta Kabupaten Grobogan

Keterangan peta : yang diarsir adalah kecamatan Purwodadi

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

2

Gambar 2. Peta Kelurahan Purwodadi

Keterangan Peta :

: Batas Wilayah Kelurahan

: Batas Wilayah RW

: Sungai/ Kali/ Saluran

: 23 RW di Kelurahan Purwodadi

: Puskesmas

: Rumah Sakit

Kota Purwodadi adalah ibukota Kabupaten Grobogan provinsi

Jawa Tengah yang terletak pada 64 km sebelah tenggara Kota

Semarang, dan 64 km sebelah utara Kota Solo. Purwodadi memiliki

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

3

luas wilayah 77.656 Ha dengan jumlah penduduk 133.175 jiwa.

Purwodadi terdiri dari empat kelurahan yaitu Kelurahan Purwodadi,

Kuripan, Danyang dan Kalongan. Luas wilayah disetiap kelurahan

yaitu Purwodadi 39.051 Ha, Kuripan 5.200 Ha, Danyang 30.251 Ha,

dan Kalongan 3.154 Ha. Kepadatan penduduk disetiap kelurahan yaitu

Purwodadi 64.321 jiwa, Kuripan 24.448 jiwa, Danyang 22.734 jiwa,

Kalongan 21.672 jiwa.

Kelurahan Purwodadi terletak di Kecamatan Purwodadi,

Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Kelurahan Purwodadi

memiliki luas wilayah 39.051 Ha dengan kepadatan penduduk 64.321

jiwa. Kelurahan Purwodadi memiliki 23 RW dan 136 RT.

Peneliti hanya mengambil tempat penelitian berfokus pada 2 RW

saja yaitu RW Jagalan Utara (9RT) dan RW Jetis Barat (6RT). Alasan

peneliti mengambil RW Jagalan Utara yaitu karena berada pada pusat

kota dan dekat dengan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit,

praktek dokter, praktek bidan, klinik kesehatan dan puskesmas.

Alasan peneliti mengambil tempat penelitian di RW Jetis Barat dengan

alasan jauh dari pusat kota dan fasilitas kesehatan.

Desa Truwolu terletak di Kecamatan Ngaringan, Kabupaten

Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Desa Truwolu memiliki luas wilayah

605.470 Ha dan jumlah penduduk 7.926 jiwa. Batas wilayah desa

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

4

Truwolu antara lain sebelah utara Bandungsari, selatan Sendangrejo,

barat Dapurno, dan timur Kalanglundo.

Gambar 3. Peta Desa Truwolu

4.2 Deskripsi Diri Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu

4.2.1 Jumlah Penderita Diabetes Mellitus

Diabetes adalah satu dari lima penyakit utama tidak menular

yang paling banyak di derita di Kabupaten Grobogan (Dinas

Kesehatan 2011). Kelima penyakit tersebut antara lain hipertensi,

asma, diabetes mellitus, gagal jantung dan paru obstruksi

kronik/menahun. Dengan masing-masing jumlah kasus yaitu hipertensi

(15.587 kasus), asma (6.344 kasus), diabetes mellitus (4.297 kasus),

deccom cordis/gagal jantung (944 kasus), paru obstruksi

kronik/menahun (459 kasus).

: Bidan Desa

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

5

Penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi berdasarkan

catatan Puskesmas Purwodadi 1 tahun 2013 328 penderita

sedangkan tahun 2014 sampai bulan Maret 161 penderita. Jumlah

tersebut hanya pada penderita rawat jalan saja karena Puskesmas

Purwodadi 1 tidak memiliki rawat inap.

Penderita diabetes mellitus di Desa Truwolu berdasarkan

catatan Puskesmas Ngaringan sebanyak 10 penderita. Menurut Bidan

desa 5 orang penderita dan 2 penderita diabetes mellitus peneliti

dapatkan dari informasi warga desa. Sehingga total jumlah penderita

diabetes mellitus di desa Truwolu sebanyak 17 orang.

4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus

Berdasarkan data yang tercatat di Kelurahan Purwodadi jumlah

penduduk yang berjenis kelamin laki-laki 30.569 jiwa dan perempuan

33.752 jiwa.

Penderita diabetes mellitus berdasarkan catatan RS Panti

Rahayu (Yakkum) Purwodadi yang rawat jalan tahun 2010 dengan

jenis kelamin laki-laki 985 dan perempuan 1.122. Tahun 2011 jenis

kelamin laki-laki 996 dan perempuan 1.188. Tahun 2012 jenis kelamin

laki-laki 1.002 dan perempuan 1.206. Tahun 2013 jenis kelamin laki-

laki 1.054 dan perempuan 1.334. Penderita diabetes mellitus dengan

rawat inap tahun 2010 jenis kelamin laki-laki 231 dan perempuan 387.

Tahun 2011 jenis kelamin laki-laki 251 dan perempuan 458. Tahun

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

6

2012 jenis kelamin laki-laki 245 dan perempuan 525. Tahun 2013

dengan jenis kelamin laki-laki 263 dan perempuan 543.

Menurut catatan Puskesmas Purwodadi 1 penderita diabetes

mellitus di RW Jagalan Utara yang berjenis kelamin laki-laki 4 orang

dan perempuan 12 orang. Sedangkan di RW Jetis Barat yang berjenis

kelamin laki-laki 3 orang dan perempuan 8 orang.

Data penduduk desa Truwolu yang berjenis kelamin laki-laki

3.594 jiwa dan perempuan 4.327 jiwa.

Penderita diabetes mellitus di Desa Truwolu berdasarkan

catatan Puskesmas Ngaringan yang berjenis kelamin laki-laki 4 orang,

sedangkan 13 lainnya berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut

berdasarkan catatan bidan, puskesmas, rumah sakit maupun warga di

desa. Data jenis kelamin diatas sejalan dengan hasil penelitian

terhadap responden (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita

Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Jenis Kelamin

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Laki-laki 7 25,9% 4 23,5%

Perempuan 20 74,1% 13 76,5%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.1. menunjukan jenis kelamin penderita diabetes mellitus

di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut

memperlihatkan baik penderita diabetes mellitus di kota (Kelurahan

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

7

Purwodadi) dan di desa terbanyak adalah sama berjenis kelamin

perempuan, dengan persentase di kota (74,1%) dan di desa (76,5%).

4.2.3 Agama

Agama yang terdapat di Kelurahan Purwodadi adalah agama

Islam, Kristen Protestan, Khatolik, Hindu, Budha. Dengan jumlah

masing-masing agama yaitu Islam 48.028, Kristen Protestan 10.802,

Khatolik 5.012, Hindu 381 dan Budha 98. Agama yang paling

mendominasi di Kelurahan Purwodadi.

Penduduk desa Truwolu, berdasarkan catatan Kantor Balai Desa

Truwolu agama yang paling mendominasi adalah agama Islam.

Jumlah agama Islam 7.894 dan Kristen Protestan 32. Sedangkan

agama Khatolik, Hindu dan Budha tidak ada. Data agama diatas

sejalan dengan hasil penelitian terhadap responden (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama Penderita

Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Agama

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Islam 22 81,5% 16 94,1%

Khatolik 1 3,7% 0 0%

Kristen Protestan 4 14,8% 1 5,9%

Hindu 0 0% 0 0%

Budha 0 0% 0 0%

Konghucu 0 0% 0 0%

Kejawen 0 0% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

8

Tabel 4.2 menunjukan agama penderita diabetes mellitus di

Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut

memperlihatkan baik penderita diabetes mellitus di kota (Kelurahan

Purwodadi) maupun di desa sebagian besar beragama Islam, dengan

persentase di kota (81,5%) dan desa (94,1%).

4.2.4 Pendidikan Terakhir

Menurut data dari Kantor Kelurahan Purwodadi tercatat yang

tidak pernah menempuh bangku pendidikan adalah 521 orang, tidak

tamat SD 1.056 orang, pendidikan terakhir SD 11.201 orang,

pendidikan terakhir SMP 4.342 orang, pendidikan terakhir SMA 25.491

orang, pendidikan terakhir Diploma 5.357 orang, pendidikan terakhir

S1 15.267 orang, pendidikan terakhir S2 1.051 orang, pendidikan

terakhir S3 35 orang.

Sedangkan menurut data Kantor Balai Desa Truwolu tercatat

yang tidak pernah menempuh bangku pendidikan adalah 561 orang,

tidak tamat SD 2.192 orang, pendidikan terakhir SD 2.178 orang,

pendidikan terakhir SMP 876 orang, pendidikan terakhir SMA 1.053

orang, pendidikan terakhir Diploma 735 orang, pendidikan terakhir S1

325 orang. Data pendidikan terakhir diatas sejalan dengan hasil

penelitian terhadap responden (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

9

Pendidikan Terakhir

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Tamat SD 2 7,4% 3 17,6%

SD 4 14,8% 5 29,4%

SLTP/SMP 3 11,1% 5 29,4%

SMA 9 33,3% 0 0%

Diploma 4 14,8% 2 11,8%

Pendidikan Terakhir

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

S1 4 14,8% 2 11,8%

S2 1 3,7% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.3 menunjukan pendidikan terakhir penderita diabetes

mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut

memperlihatkan penderita diabetes mellitus di kota (Kelurahan

Purwodadi) terbanyak memiliki pendidikan terakhir SMA (33,3%),

sedangkan di desa terbanyak memiliki pendidikan terakhir SD dan

SMP (29,4%).

4.2.5 Pekerjaan

Berdasarkan data Kelurahan Purwodadi, tercatat yang tidak

bekerja 2.150 orang, sedangkan yang pekerjaan pegawai 26.213

orang, pekerjaan wiraswasta 32.115 orang, pekerjaan petani 2.231

orang, pekerjaan ibu rumahtangga 1.210 orang, lainnya sebanyak 402

orang.

Berdasarkan data dari Kantor Balai Desa Truwolu tercatat yang

tidak bekerja 718 orang, yang pekerjaan pegawai 931 orang, yang

pekerjaan wiraswasta 1.737 orang, yang pekerjaan petani 3.745

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

10

orang, dan pekerjaan ibu rumahtangga 561 orang, lainnya sebanyak

234 orang. Data pekerjaan diatas sejalan dengan hasil penelitian

terhadap responden (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Pekerjaan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Wiraswasta 14 51,9% 4 23,5%

Guru 5 18,5% 4 23,5%

Petani 3 11,1% 7 41,2%

Pensiunan 2 7,4% 0 0%

Ibu rumahtangga 3 11,1% 2 11,8%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.4 menunjukan pekerjaan penderita diabetes mellitus di

Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut

memperlihatkan penderita diabetes mellitus di kota (Kelurahan

Purwodadi) pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta (51,9%) dan di

desa pekerjaan terbanyak adalah petani (41,2%).

4.2.6 Status Pernikahan

Menurut data Kelurahan Purwodadi tercatat yang memiliki status

pernikahan belum menikah 23.959 orang, menikah 37.421 orang,

janda 2.325 orang, duda 616 orang.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

11

Menurut data Kantor Balai Desa Truwolu tercatat yang memiliki

status pernikahan belum menikah 2.652 orang, menikah 5.101 orang,

janda 123 orang dan duda 50 orang. Data status pernikahan diatas

dapat dilihat juga dari hasil penelitian terhadap responden (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Status Pernikahan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Belum Menikah 0 0% 0 0%

Menikah 23 85,2% 12 70,6%

Janda 3 11,1% 4 23,5%

Duda 1 3,7% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.5 menunjukan status pernikahan penderita diabetes

mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut

memperlihatkan baik di kota (Kelurahan Purwodadi) maupun di desa

terbanyak memiliki status menikah, dengan persentase di kota

(85,2%) dan desa (70,6%).

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

12

4.3 Data Keluarga Dan Status Kesehatan Penderita Diabetes Mellitus

Sampel di Kelurahan Purwodadi Dan Desa Truwolu

4.3.1 Jumlah Anak

Peneliti menanyakan jumlah anak untuk mengetahui data

keluarga responden. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal

tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui berapa jumlah anak

responden penelitian. Jumlah anak yang dimiliki oleh responden

(Tabel 4.6).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Penderita

Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Jumlah Anak

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Memiliki Anak 0 0% 0 0%

1 Anak 3 11,1% 0 0%

2 Anak 10 37% 3 17,6%

3 Anak 9 33,3% 8 47,1%

4 Anak 4 14,8% 3 17,6%

5 Anak 1 3,7% 1 5,9%

7 Anak 0 0% 1 5,9%

9 Anak 0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.6 menunjukan jumlah anak penderita diabetes mellitus di

Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut

memperlihatkan penderita diabetes mellitus di kota (Kelurahan

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

13

Purwodadi) terbanyak memiliki 2 anak 37%, sedangkan di desa

terbanyak memiliki 3 anak 47,1%.

4.3.2 Jumlah Saudara Kandung Perempuan

Untuk mengetahui data keluarga responden, peneliti

menanyakan jumlah saudara kandung perempuan responden. Hal

yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena

peneliti ingin mengetahui berapa jumlah saudara kandung perempuan

yang dimiliki responden penelitian. Jumlah saudara kandung

perempuan yang dimiliki responden (Tabel 4.7).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Saudara Kandung Perempuan Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan

Purwodadi dan Desa Truwolu

Jumlah Saudara Kandung Perempuan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Ada 5 18,5% 2 11,8%

1 6 22,2% 2 11,8%

2 5 18,5% 3 17,6%

3 4 14,8% 7 41,1%

4 4 14,8% 0 0%

5 0 0% 2 11,8%

6 1 3,7% 1 5,9%

7 2 7,4% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.7 menunjukan jumlah saudara kandung perempuan

penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

14

Truwolu. Data tersebut memperlihatkan di kota (Kelurahan Purwodadi)

terbanyak memiliki 1 saudara kandung perempuan 22,2%, sedangkan

di desa terbanyak memiliki 3 saudara kandung perempuan 41,1%.

4.3.3 Jumlah Saudara Kandung Laki-laki

Untuk mengetahui data keluarga responden, peneliti

menanyakan jumlah saudara kandung laki-laki responden. Hal yang

mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti

ingin mengetahui berapa jumlah saudara kandung laki-laki yang

dimiliki responden penelitian. Jumlah saudara kandung laki-laki yang

dimiliki responden (Tabel 4.8).

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Saudara

Kandung Laki-laki Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Jumlah Saudara Kandung Laki-laki

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Ada 5 18,5% 2 11,8%

1 9 33,3% 4 23,5%

2 6 22,2% 6 35,3%

3 6 22,2% 4 23,5%

4 0 0% 1 5,9%

5 1 3,7% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.8 menunjukan jumlah saudara kandung laki-laki

penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data tersebut memperlihatkan di kota (Kelurahan Purwodadi)

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

15

terbanyak memiliki 1 saudara kandung laki-laki 33,3%, sedangkan di

desa terbanyak memiliki 2 saudara kandung laki-laki 35,3%.

4.3.4 Keluarga Yang Menderita Diabetes

Untuk mengetahui data keluarga responden, peneliti

menanyakan apakah ada keluarga responden yang juga menderita

diabetes mellitus. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal

tersebut karena peneliti ingin mengetahui ada tidaknya keturunan

diabetes mellitus yang diwariskan oleh keluarga responden. Ada

tidaknya keluarga yang menderita diabetes mellitus pada responden

(Tabel 4.9).

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluarga Yang

Menderita Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Apakah Ada Orang Tua/Saudara Yang Menderita Diabetes

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 17 63% 13 76,5%

Tidak 10 37% 4 23,5%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.9 menunjukan keluarga yang juga menderita diabetes

mellitus pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan

Desa Truwolu. Data tersebut memperlihatkan baik di kota (Kelurahan

Purwodadi) maupun di desa terbanyak memiliki anggota keluarga

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

16

yang menderita diabetes mellitus juga dengan persentase di kota 63%

dan di desa 76,5%.

4.3.5 Anggota Keluarga Yang Menderita Diabetes

Untuk mengetahui data keluarga responden, peneliti

menanyakan siapa saja keluarga responden yang juga menderita

diabetes mellitus. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal

tersebut karena peneliti ingin mengetahui siapa saja keluarga yang

menderita diabetes mellitus dan siapa saja yang mendapat keturunan

diabetes mellitus yang diwariskan. Siapa saja keluarga yang

menderita diabetes mellitus pada responden (Tabel 4.10).

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluarga Yang

Menderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Siapa Yang Menderita

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Ada 10 37% 4 23,5%

Ayah 5 18,5% 1 5,9%

Ibu 2 7,4% 0 0%

Kakek 2 7,4% 4 23,5%

Paman 1 3,7% 1 5,9%

Saudara Kandung 1 3,7% 0 0%

Ayah, Saudara Kandung

2 7,4% 0 0%

Ayah, Saudara Kandung, Nenek

1 3,7% 2 11,8%

Ayah, Ibu, Nenek 2 7,4% 1 5,9%

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

17

Ibu, Saudara Kandung, Nenek, Bibi

1 3,7% 1 5,9%

Ibu, Saudara Kandung, Kakek, Paman, Bibi

0 0% 3 17,6%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.10 menunjukan siapa keluarga yang juga menderita

diabetes mellitus pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan

Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut memperlihatkan di kota

(Kelurahan Purwodadi) terbanyak keluarga yang menderita diabetes

mellitus juga adalah ayah 18,5% sedangkan di desa terbanyak

keluarga yang menderita diabetes mellitus juga adalah kakek 23,5%

4.3.6 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sebelum Terdiagnosa

Untuk mengetahui status kesehatan responden, peneliti

menanyakan pernahkah responden melakukan pemeriksaan kadar

glukosa darah sebelum terdiagnosa. Hal tersebut peneliti tanyakan

untuk mengetahui sebelum responden didiagnosa diabetes mellitus

apakah responden memiliki kesadaran untuk cek kadar glukosa darah

dan melakukan pengontrolan status kesehatan. Pemeriksaan kadar

glukosa darah sebelum terdiagnosa pada responden (Tabel 4.11).

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Kadar

Glukosa Darah Sebelum Terdiagnosa Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Pernah Cek Kadar Gula Darah Sebelum Terdiagnosa

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 13 48,1% 6 35,3%

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

18

Tidak 14 51,9% 11 64,7%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.11 menunjukan pemeriksaan kadar glukosa darah

sebelum terdiagnosa pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan

Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut memperlihatkan baik di

kota (Kelurahan Purwodadi) maupun di desa terbanyak tidak

memeriksakan kadar glukosa darah sebelum terdiagnosa, dengan

persentase di kota 51,9% dan di desa 64,7%.

4.3.7 Tempat Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sebelum Terdiagnosa

Untuk mengetahui status kesehatan responden, peneliti

menanyakan tempat pemeriksaan kadar glukosa darah sebelum

terdiagnosa. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah

responden memanfaatkan sarana kesehatan sebagai tempat

pemeriksaan yang dipilih atau tidak. Tempat pemeriksaan kadar

glukosa darah sebelum terdiagnosa pada responden (Tabel 4.12).

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Pemeriksaan

Kadar Glukosa Darah Sebelum Terdiagnosa Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Dimana Tempat Cek Kadar Gula Darah Sebelum Terdiagnosa

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Puskesmas 8 61,5% 4 66,6%

Bidan 1 7,7% 0 0%

Klinik Kesehatan 1 7,7% 0 0%

Rumah Sakit 3 23% 1 16,7%

Puskesmas, Klinik Kesehatan

0 0% 1 16,7%

Total 13 100% 6 100%

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

19

Tabel 4.12 menunjukan tempat pemeriksaan kadar glukosa

darah sebelum terdiagnosa pada penderita diabetes mellitus di

Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut

memperlihatkan baik penderita diabetes mellitus di kota (Kelurahan

Purwodadi) maupun di desa terbanyak memeriksakan kadar glukosa

darah sebelum terdiagnosa adalah di Puskesmas, dengan persentase

di kota (61,5%) dan desa (66,6%).

4.3.8 Tingkat Keseringan Pemeriksaan Glukosa Darah Sebelum

Terdiagnosa

Untuk mengetahui status kesehatan responden peneliti

menanyakan tingkat keseringan pemeriksaan kadar glukosa darah

sebelum terdiagnosa. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui

apakah responden rutin dalam hal memeriksakan glukosa darah

sebelum terdiagnosa. Tingkat keseringan pemeriksaan glukosa darah

sebelum terdiagnosa pada responden (Tabel 4.13).

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Keseringan

Pemeriksaan Glukosa Darah Sebelum Terdiagnosa Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Tingkat Keseringan Cek Kadar Gula Darah

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Pernah 14 51,9% 11 64,7%

10 hari sekali 2 7,4% 0 0%

14 hari sekali 2 7,4% 0 0%

1 bulan sekali 8 29,6% 4 23,5%

2 bulan sekali 1 3,7% 2 11,8%

3 bulan sekali 0 0% 1 5,9%

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

20

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.13 menunjukan tingkat keseringan pemeriksaan glukosa

darah sebelum terdiagnosa pada penderita diabetes mellitus di

Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut

memperlihatkan baik di kota (Kelurahan Purwodadi) maupun di desa

terbanyak 1 bulan sekali memeriksakan kadar glukosa darah sebelum

terdiagnosa, dengan persentase di kota (29,6%) dan desa (23,5%).

4.3.9 Pengetahuan Gejala Diabetes Mellitus

Untuk mengetahui pengetahuan responden terhadap gejala

diabetes mellitus, peneliti menanyakan apakah responden mengetahui

apa saja gejala diabetes mellitus. Tahu tidaknya gejala diabetes

mellitus yang responden (Tabel 4.14)

Tabel 4.14

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gejala Diabetes Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu

Apakah Mengetahui Gejala Diabetes

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 27 100% 17 100%

Tidak 0 0% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

21

Tabel 4.14 menunjukan pengetahuan yang diketahui oleh

penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data tersebut memperlihatkan baik di kota (Kelurahan

Purwodadi) dan desa 100% mengetahui gejala penyakit diabetes

mellitus.

4.3.10 Gejala Yang Dialami

Peneliti menanyakan apakah responden mengetahui apa saja

gejala diabetes mellitus. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui

gejala apa saja yang responden alami saat menderita diabetes

mellitus. Gejala apa saja yang dialami responden (Tabel 4.15)

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gejala Yang Dialami

Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Gejala Yang Dialami

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Banyak kencing 1 3,7% 2 11,7%

Badan Lemas 3 11,1% 0 0%

Banyak kencing,badan lemas,pandangan kabur

7 25,9% 5 29,4%

Gejala Yang Dialami

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Banyak kencing,kesemutan,

0 0% 2 11,7%

Banyak kencing,banyak makan

2 7,4% 0 0%

Banyak kencing,berat badan turun

2 7,4% 0 0%

Banyak 4 14,8% 1 5,9%

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

22

makan,banyak kencing,badan lemas

Banyak makan,banyak minum,banyak kencing,badan lemas

2 7,4% 0 0%

Banyak kencing,badan lemas,berat badan turun

1 3,7% 1 5,9%

Banyak kencing,banyak minum,badan lemas,berat badan turun

0 0% 2 11,7%

Banyak makan,banyak kencing,banyak minum badan lemas,berat badan turun

3 11,1% 1 5,9%

Banyak kencing,badan lemas,pandangan kabur

2 7,4% 0 0%

Banyak makan,banyak kencing,banyak minum,badan lemas,kesemutan

0 0% 1 5,9%

Gejala Yang Dialami

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Banyak makan,banyak kencing,banyak minum,badan lemas,kesemutan,pandangan kabur

0 0% 2 11,7%

Total 27 100% 17 100s%

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

23

Tabel 4.15 menunjukan gejala yang dialami penderita diabetes

mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data tersebut

memperlihatkan baik di kota (Kelurahan Purwodadi) maupun di desa

gejala terbanyak yang dialami sama yaitu banyak kencing, badan

lemas, dan pandangan kabur, dengan persentase di kota 25,9% dan

desa 29,4%.

Persentase pada data diatas didukung oleh hasil wawancara

kepada 5 responden yaitu sebagai berikut :

Responden 1 :“Gejalanya sama seperti adik-adik saya sampai sudah hafal mbak seperti kesemutan, pandangan mata kabur, sering lelah, sering kencing dimalam hari dan berat badan saya turun mbak”

Responden 2 :“Oh…gejala yang saya alami mata kabur, mudah

kelelahan, mudah lupa dan gampang stress” Responden 3 :“Yang pertama saya rasakan itu mata saya kabur

pandangannya, badan terasa lemas dan sering kencing malam hari”

Responden 4 :“Badan sering lemes gitu,terus sering kencing terus,

ditambah lagi bagian tubuh seperti kaki dan tangan terasa kesemutan terus”

Responden 5 :“ Sering kencing mbak malam hari, bias sampai 6-7 kali

kencing terus.

4.3.11 Pengetahuan Faktor Penyebab Timbulnya Diabetes

Peneliti menanyakan apakah responden mengetahui faktor

penyebab timbulnya diabetes mellitus. Hal tersebut bertujuan untuk

mengetahui apakah responden memiliki pengetahuan yang baik

dalam hal faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

24

diabetes mellitus. Tahu tidaknya responden terhadap faktor penyebab

timbulnya diabetes mellitus (Tabel 4.16)

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Faktor Penyebab

Timbulnya Diabetes Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Mengetahui Faktor Penyebab Timbulnya Diabetes

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 23 85,2% 15 88,2%

Tidak 4 14,8% 2 11,8%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.16 menunjukan pengetahuan tentang faktor penyebab

timbulnya diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data tersebut memperlihatkan baik di kota (Kelurahan

Purwodadi) maupun di desa sebagian besar mengetahui faktor

penyebab timbulnya diabetes mellitus, dengan persentase di kota

(85,2%) dan desa (88,2%).

4.3.12 Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Diabetes

Peneliti menanyakan apakah responden mengetahui faktor

penyebab timbulnya diabetes mellitus. Hal yang mendasari peneliti

menanyakan hal tersebut karena peneliti ingin mengetahui apakah

responden mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

timbulnya diabetes mellitus. Faktor yang menyebabkan timbulnya

diabetes mellitus pada responden (Tabel 4.17)

Tabel 4.17

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

25

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Diabetes Pada Penderita Diabetes Mellitus

di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Diabetes

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Keturunan 2 8,7% 2 13,3%

Pola makan 2 8,7% 4 26,7%

Keturunan,pola makan 5 21,7% 5 33,3%

Lingkungan,pola makan 2 8,7% 0 0%

Keturunan,kegemukan 1 4,3% 0 0%

Kebiasaan tidak melakukan aktivitas fisik,pola makan

4 17,4% 1 6,7%

Kebiasaan tidak melakukan aktivitas fisik,keturunan

2 8,7% 2 13,3%

Kebiasaan tidak melakukan aktivitas fisik,keturunan,lingkungan

1 4,3% 0 0%

Kebiasaan tidak melakukan aktivitas fisik,keturunan,lingkungan,pola makan

4 17,4% 1 6,7%

Total 23 100% 15 100%

Tabel 4.17 menunjukan faktor penyebab timbulnya diabetes

mellitus pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan

Desa Truwolu. Data tersebut memperlihatkan baik di kota (Kelurahan

Purwodadi) maupun di desa faktor penyebab timbulnya diabetes

mellitus terbanyak karena keturunan dan pola makan, dengan

persentase di kota (21,7%) dan desa (33,3%).

Persentase pada data diatas didukung oleh hasil wawancara

yaitu sebagai berikut :

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

26

Responden 1 :“Menurut saya itu mungkin karena pola makan saya mbak sama dahulu saya itu kurang berolahraga karena aktivitas saya sebagai seorang pengajar. Bangun tidur masak untuk anak-anak kemudian jam 7 pergi mengajar jadi tidak ada waktu buat olahraga”

Responden 2 :“Karena pola makan saya yang tidak teratur hal

tersebut timbul karena kebiasaan saya yang suka makan pada malam hari”

Responden 3 :“Kalau menurut saya, menurut yang saya tahu, menurut

yang saya alami itu karena makanan dan karena saya kurang olahraga karena begitu sebelumnya saya kan sebetulnya sering sekali olahraga trus jadi jarang kok terus timbul gula darah saya menjadi 250 “

4.3.11 Pantangan Saat Menderita Penyakit Diabetes Mellitus

Peneliti menanyakan apa saja yang dihindari/ yang menjadi

pantangan saat menderita diabetes mellitus. Hal tersebut bertujuan

untuk mengetahui apakah responden mengontrol diabetesnya dengan

mengatur pantangan makan saat menderita diabetes mellitus.

Pantangan yang dihindari saat menderita diabetes mellitus pada

responden (Tabel 4.18)

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pantangan Saat

Menderita Diabetes Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Apa Yang Dihindari Saat Menderita Diabetes

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak tahu 2 7,4% 0 0%

Makan makanan/ minuman manis

3 11,1% 5 29,4%

Makan makanan/ minuman manis, hindari karbohidrat

10 37% 7 41,1%

Apa Yang Dihindari Saat Menderita Diabetes

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Makan makanan/ 2 7,4% 0 0%

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

27

minuman manis, stres

Makan makanan/ minuman manis, hindari karbohidrat, stress

7 25,9% 1 5,9%

Makan makanan/ minuman manis, olahraga, stres

0 0% 2 11,8%

Makan makanan/ minuman manis, hindari karbohidrat, makan sayur-sayuran

1 3,7% 0 0%

Makan makanan/ minuman manis, hindari karbohidrat, makan sayur-sayuran, olahraga

2 7,4% 0 0%

Makan makanan/ minuman manis, hindari karbohidrat, stres, menghindari makanan tinggi kolesterol

0 0% 2 11,8%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.18 menunjukan pantangan yang dilakukan penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data

tersebut memperlihatkan baik di kota dan desa terbanyak memiliki

pantangan yang sama yaitu menhindari makanan/minuman yang

manis serta karbohidrat, dengan persentase di kota 37% dan desa

41,1%.

Persentase diatas didukung oleh wawancara ke 5 responden

sebagai berikut :

Responden 1 :“Saya tidak lagi mengkonsumsi makanan yang sifatnya manis-manis, terus saya gak makan nasi terlalu

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

28

banyak tetap saya kurangi karena nasi kan kadar gulanya tinggi”

Responden 2 :“Ya…yang saya hindari makanan yang mengandung gula terlalu tinggi seperti sirup”

Responden 3 :“Seperti emping mlinjo trus gula, saya tidak mengkonsumsi gula pasir tapi saya mengkonsumsi Sakorit atau Tropikanaslim untuk menghindari penumpukan gula didalam tubuh saya”

Responden 4 :“Ya…mengurangi minum-minuman manis ,gula pokoknya saya hindari”

4.3.12 Gejala Komplikasi Yang Dialami

Peneliti menanyakan apa saja gejala komplikasi yang dialami

responden. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui status kesehatan

dan komplikasi yang dialami penderita diabetes mellitus. Gejala

komplikasi yang dialami oleh responden (Tabel 4.19).

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gejala Komplikasi Yang Dialami Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Gejala Komplikasi Yang Dialami

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Ada 19 70,3% 8 47%

Kebutaan 4 14,8% 1 5,9%

Luka gangrene 0 0% 4 23,5%

Jantung 1 3,7% 1 5,9%

Stroke 1 3,7% 0 0%

Kebutaan, luka gangrene

2 7,4% 1 5,9%

Kebutaan, luka gangren, stroke

0 0% 1 5,9%

Kebutaan, luka gangren, jantung, stroke

0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

29

Tabel 4.19 menunjukan gejala komplikasi yang dialami penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data

diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak adalah

sama yaitu tidak memiliki gejala komplikasi, dengan persentase di kota

70,3% dan desa 47%.

4.4 Pengobatan Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi

Dan Desa Truwolu

4.4.1 Tempat Berobat

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan dimana tempat

berobat yang dipilih oleh responden. Hal yang mendasari peneliti

menanyakan tempat berobat adalah untuk mengetahui apakah

responden memanfaatkan fasilitas kesehatan atau tidak sebagai

tempat berobat yang dipilih. Tempat berobat yang dipilih responden

(Tabel 4.20).

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Berobat Penderita Diabetes

Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Pilihan Tempat Berobat

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Puskesmas 11 40,7% 6 35,3%

Bidan 4 14,8% 3 17,6%

Klinik kesehatan 4 14,8% 0 0%

Rumah sakit 4 14,8% 1 5,9%

Puskesmas,klinik kesehatan

4 14,8% 2 11,7%

Puskesmas, bidan 0 0% 2 11,7%

Klinik kesehatan, rumah sakit

0 0% 1 5,9%

Puskesmas, klinik kesehatan, tempat

0 0% 1 5,9%

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

30

pengobatan alternatif

Pilihan Tempat Berobat

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Pengobatan Alternatif 0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.20 menunjukan tempat berobat penderita diabetes

mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas

memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak sama memilih

tempat berobat ke Puskesmas, dengan persentase di kota 40,7% dan

desa 35,3%.

Persentase diatas didukung oleh hasil wawancara sebagai

berikut :

Responden 1 :“Saya berobat ke RS Umum di Purwodadi sampai sekarang tiap 1 bulan sekali saya cek up ke RS itu”

Responden 2 :“Pertama saya pergi berobat di dokter praktek di

Purwodadi” Responden 3 :“Pergi ke Puskesmas itu tadi..” Responden 4 :“Pertama kali saya bawa ke Puskesmas mbak, kata

Puskesmas suruh bawa cek kedokter…Lalu saya bawa ke Dokter Utomo setelah itu tidak kuat lagi biayanya mahal jadi saya sekarang pergi ke pengobatan alternatif”

Responden 5 :“Cuma 1 bulan itu saya pergi ke Puskesmas setelah itu

ke Bidan desa mbak…”

4.4.2 Alasan Tempat Berobat Yang Dipilih

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan alasan yang

mendasari pemilihan tempat berobat responden. Yang menjadi dasar

peneliti menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

31

mengetahui apa saja alasan kuat yang mendasari responden memilih

tempat pengobatan. Apa saja alasan responden memilih tempat

berobat (Tabel 4.21)

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alasan Tempat Berobat Yang Dipilih Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan

Desa Truwolu

Alasan Tempat Berobat Yang Dipilih

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ekonomi 5 18,5% 9 52,9%

Jarak lebih dekat 2 7,4% 0 0%

Fasilitas 9 33,3% 6 35,3%

Ekonomi, jarak lebih dekat

7 25,9% 1 5,9%

Jarak lebih dekat, fasilitas

3 11,1% 0 0%

Fasilitas, lebih percaya berobat ke dokter

1 3,7% 0 0%

Fasilitas, terjamin dan pemeriksaan yang lengkap

0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.21 menunjukan alasan tempat berobat yang dipilih oleh

penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data diatas memperlihatkan di kota terbanyak memilih

tempat berobat dengan alasan fasilitas 33,3% sedangkan di desa

terbanyak memilih tempat berobat dengan alasan ekonomi 52,9%.

Persentase pada data diatas didukung oleh hasil wawancara

kepada responden sebagai berikut :

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

32

Responden 1 :“Karena letaknya dekat dengan rumah saya, saya domisili memang di purwodadi jadi untuk mempersingkat waktu meringankan biaya karena saya kan seorang PNS jadi agak ringan biayanya kalau priksa di RS Umum”

Responden 2 :“Terus terang saya lebih percaya jika saya berobat ke dokter dibanding pergi ketempat lain”

Responden 4 :“Alasanya yang pertama ya tidak punya uang itu…uangnya pas-pasan, saya ini cuma ibu rumahtangga, suami saya cuma kuli bangunan ya mbak…mau ke dokter tapi mahal mbak..”

Responden 5 : “Ya itu tadi dekat dari rumah gak ongkos lagi ke Puskesmas sama biayanya lebih murah mbak maka dari itu saya pergi berobat ke Bidan desa”

4.4.3 Tingkat Keseringan Berobat

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan tingkat

keseringan berobat yang dilakukan responden. Hal yang mendasari

peneliti menanyakan tingkat keseringan berobat dikarenakan peneliti

ingin mengetahui tingkat kepatuhan pengobatan yang dilakukan

responden dengan cara melihat seberapa sering responden pergi

berobat. Tingkat keseringan berobat pada responden (Tabel 4.22)

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Keseringan Berobat Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan

Desa Truwolu

Tingkat Keseringan Pergi Berobat/Periksa

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak pernah 2 7,4% 4 23,5%

Jarang 2 7,4% 2 11,8%

10 hari sekali 2 7,4% 0 0%

2 minggu sekali 4 14,8% 0 0%

1 bulan sekali 16 59,3% 8 47%

2 bulan sekali 1 3,7% 2 11,8%

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

33

3 bulan sekali 0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.22 menunjukan tingkat keseringan berobat pada

penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa

terbanyak sama 1 bulan sekali pergi berobat, dengan persentase di

kota 59,3% dan desa 47%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Responden 1 :“Tiap 1 bulan sekali saya cek up ke RS”

Responden 2 :“Dulu 1 bulan sekali kontrol kedokter tetapi sekarang saya tidak pernah kontrol lagi”

Responden 3 :“Dulu saya 1 bulan sekali cek up di Puskesmas Ngaringan tapi kebetulan kan saya sudah punya alatnya sendiri untuk jaga-jaga kalau gula darah saya tiba-tiba naik..”

Responden 4 : “Dulu ya 1 bulan sekali saya berobat, sekarang ya gak pernah mbak…gak punya uang…mending sekarang ini uangnya buat sekolah anak-anak”

4.4.4 Penggunaan Insulin

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan apakah

responden menggunakan pengobatan insulin atau tidak. Hal yang

mendasari peneliti menanyakan penggunaan insulin tersebut karena

peneliti ingin mengetahui ada tidaknya responden yang menggunakan

pengobatan insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah dalam

keadaan normal. Penggunaan insulin pada responden (Tabel 4.23)

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

34

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Insulin

Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Apakah Menggunakan Obat Insulin Untuk Mengontrol Kadar Gula Darah

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 1 3,7% 7 41,2%

Tidak 26 96,3% 10 58,8%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.23 menunjukan penggunaan insulin pada penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data

diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak adalah

sama tidak menggunakan insulin, dengan persentase di kota 96,3%

dan desa 58,8% .

Persentase pada data di atas didukung oleh wawancara kepada

5 responden sebagai berikut :

Responden 1 : “Tidak mbak…”

Responden 2 : “Tidak..tidak pernah..”

Responden 3 : “Tidak..tidak pernah sampai sekarang”

Responden 4 : “Gak mbak…saya gak tau itu apa”

Responden 5 : “Tidak pernah mbak…”

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

35

4.4.5 Lama Penggunaan Insulin

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan sudah berapa

lama responden menggunakan pengobatan insulin. Hal yang

mendasari peneliti menanyakan lama penggunaan insulin dikarenakan

peneliti ingin mengetahui berapa lama penggunaan insulin yang sudah

dijalani responden. Selain itu peneliti ingin mengetahui ada tidaknya

responden yang tergantung dengan pengobatan insulin. Lama

penggunaan insulin pada responden (Tabel 4.24)

Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Penggunaan

Insulin Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Lama Penggunaan Pengobatan Insulin

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Menggunakan Insulin

26 96,3% 10 58,8%

< 1 Tahun 1 3,7% 2 11,7%

1 Tahun 0 0% 2 11,7%

2-3 Tahun 0 0% 1 5,9%

> 3 Tahun 0 0% 1 5,9%

>4 Tahun 0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.24 menunjukan lama penggunaan insulin pada penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data

diatas memperlihatkan di kota yang menggunakan insulin dengan

lama kurang dari 1 tahun 3,7%, sedangkan di desa terbanyak

menggunakan insulin selama kurang dari 1 tahun dan 1 tahun masing-

masing 11,7%.

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

36

4.4.6 Bagian Tubuh Yang Disuntik Insulin

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan di bagian tubuh

mana insulin biasa disuntikan. Yang menjadi dasar peneliti

menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui

bagian tubuh mana saja insulin disuntikan dan apakah penyuntikanya

dilakukan dibagian tubuh yang sama terus menerus atau tidak. Bagian

yang disuntik insulin pada responden (Tabel 4.25)

Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Bagian Tubuh Yang

Disuntik Insulin Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Bagian Tubuh Yang Disuntik Insulin

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Menggunakan Insulin

26 96,3% 10 58,8%

Lengan Atas 1 3,7% 7 41,2%

Bokong 0 0% 0 0%

Perut 0 0% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.25 menunjukan bahwa bagian tubuh yang disuntik

insulin pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi

(3,7%) dan Desa Truwolu (41,2%) adalah sama yaitu disuntikan di

lengan atas.

4.4.7 Frekuensi Suntik Insulin

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan berapa kali sehari

penyuntikan insulin dilakukan. Yang menjadi dasar peneliti

menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

37

kepatuhan responden dalam menggunakan pengobatan insulin dalam

sehari. Frekuensi suntik insulin pada responden (Tabel 4.26)

Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Suntik Insulin Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Frekuensi Suntik Insulin

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak menggunakan insulin

26 96,3% 10 58,8%

Tidak pernah lagi suntik insulin

0 0% 5 29,4%

2 kali sehari 1 3,7% 0 0%

2 bulan sekali 0 0% 1 5,9%

3 bulan sekali 0 0% 0 0%

4 bulan sekali 0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.26 menunjukan frekuensi suntik insulin pada penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data

diatas memperlihatkan di kota yang melakukan suntik insulin,

frekuensi suntik yang dilakukan adalah 2 kali sehari 3,7% sedangkan

di desa terbanyak tidak pernah lagi melakukan suntik insulin 29,4%.

4.4.8 Frekuensi Minum Obat

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan berapa kali sehari

responden meminum obat oral. Yang menjadi dasar peneliti

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

38

menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui

kepatuhan responden dalam meminum obat oral. Frekuensi minum

obat pada responden (Tabel 4.27)

Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Minum Obat Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Frekuensi Meminum Obat Dalam Sehari

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak pernah 2 7,4% 2 11,7%

1 kali sehari 8 29,6% 4 23,5%

2 kali sehari 15 55,6% 10 58,9%

3 kali sehari 2 7,4% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.27 menujukan frekuensi minum obat pada penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data

diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak adalah

sama frekuensi minum obat dalam sehari adalah 2 kali sehari, dengan

persentase di kota 55,6% dan desa 58,9%.

Persentase pada data diatas di dukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Responden 1 : “Diberi pil mbak biasanya 2 tablet saya minum 1 hari 1 kali”

Responden 2 : “Diberi obat pil dalam 1 hari diminum 1 kali”

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

39

Responden 3 : “ Saya cuma minum obat sekali saja terus saya rasa jantung saya berdebar-debar sampai sekarang saya tidak mau lagi minum obat”

Responden 4 : “kalau obat dari dokter saya minum 3 kali sehari”

Responden 5 : “Sehari Cuma 1 kali mbak…pagi aja minumnya…”

4.4.9 Alasan Memilih Penggunaan Obat Oral

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan alasan yang

mendasari responden memilih menggunakan obat oral. Yang menjadi

dasar peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin

mengetahui apa saja alasan kuat yang mendasari responden memilih

menggunakan obat oral. Alasan memilih menggunakan obat oral pada

responden (Tabel 4.28)

Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alasan Memilih

Penggunaan Obat Oral Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Alasan Memilih Penggunaan Obat Oral

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak pernah 2 7,4% 2 11,8%

Anjuran dokter 7 25,9% 8 47%

Cepat menurunkan kadar gula darah

0 0% 1 5,9%

Ekonomis 2 7,4% 3 17,6%

Anjuran dokter, ekonomis

3 11,1% 1 5,9%

Anjuran dokter, lebih terjamin

3 11,1% 0 0%

Anjuran dokter, cepat menurunkan kadar gula darah

3 11,1% 1 5,9%

Cepat menurunkan kadar gula darah, ekonomis

2 7,4% 1 5,9%

Anjuran dokter, cepat menurunkan kadar gula

5 18,5% 0 0%

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

40

darah, lebih terjamin

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.28 menunjukan alasan penggunaan obat oral yang

digunakan oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun

di desa alasan memilih menggunakan obat oral adalah sama karena

anjuran dokter, dengan persentase di kota 25,9% dan desa 47%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada

5 responden sebagai berikut :

Responden 1 : “Alasanya cepat menurunkan kadar glukosa darah dan lebih terjamin”

Responden 2 : “ Karena anjuran dokter”

Responden 3 : “Tidak pernah lagi minum obat oral “

Responden 4 : “Karena anjuran dokter”

Responden 5 : “Karena anjuran dokter”

4.4.10 Upaya-Upaya Menurunkan Kadar Gula Darah

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan upaya apa saja

yang responden lakukan untuk menurunkan kadar glukosa darah. Hal

yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti

ingin mengetahui upaya-upaya apa saja yang responden lakukan

untuk menurunkan kadar glukosa darah. Serta apakah responden

bersikap acuh tak acuh terhadap penyakit yang dideritanya atau tidak.

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

41

Upaya-upaya untuk menurunkan kadar glukosa darah pada responden

(Tabel 4.29)

Tabel 4.29 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Upaya-Upaya

Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Upaya-upaya Menurunkan Kadar Gula Darah

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Diet 2 7,4% 3 17,6%

Olahraga 1 3,7% 1 5,9%

Obat tradisional 1 3,7% 1 5,9%

Diet, olahraga 6 22,2% 2 11,8%

Upaya-upaya Menurunkan Kadar Gula Darah

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Diet, obat tradisional 8 29,6% 6 35,3%

Olahraga, obat tradisional

1 3,7% 0 0%

Diet, olahraga, obat tradisional

8 29,6% 4 23,5%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.29 menunjukan upaya yang dilakukan penderita

diabetes mellitus untuk menurunkan kadar glukosa darah pada

penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa

upaya yang dilakukan terbanyak sama yaitu dengan diet dan obat

tradisional, dengan persentase di kota 29,6% dan desa 35,3%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada

5 responden sebagai berikut :

Responden 1 : “diet dengan cara mengurangi porsi makan yang dahulu 1 piring sekarang menjadi ½ piring serta lauk

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

42

pauk porsinya dikurangi kemudian mengurangi makan/minum yang manis, olahraga jalan-jalan didepan rumah selama 30 menit pada sore hari, pengobatan tradisional yang dilakukan dengan menggunakan obat herbal propolis yang diteteskan sebanyak 3-5 tetes kedalam 1 gelas air diminum 3 kali sehari”

Responden 2 : “diet dengan cara mengurangi porsi makan dan mengganti nasi dengan makanan lain seperti nasi jagung, kentang dan ubi-ubian, olahraga yang dilakukan seperti voli, bulutangkis setiap hari di sekolah kurang lebih 30 menit - 1 jam, dan menggunakan pengobatan tradisional yaitu jamu yang di buat sendiri yaitu dengan cara merebus daun insulin dengan 1 gelas air, kemudian didinginkan dan diminum 1 kali sehari 1 gelas”

Responden 3 : “diet dengan cara mengurangi porsi makan dan mengganti nasi biasa dengan nasi merah, obat tradisionalnya dengan menggunakan air rebusan batok kelapa yang diminum 1 kali sehari.

Responden 4 : “diet dengan cara sehari makan 2 kali pagi dan sore, pagi makan nasi kemarin dan sore makan nasi jagung, porsi dikurangi, pengobatan tradisionalnya saat pergi ke alternatif diberi jamu 1 botol aqua diminum 2 kali sehari”

Responden 5 : “diet dengan cara mengurangi porsi makan dan nasinya diganti dengan nasi kemarin, pengobatan tradisional yang dilakukan dengan cara meminum air rebusan lidah buaya, diminum 1 gelas 1 kali sehari”

4.4.11 Upaya Pengobatan Lain Selain Pengobatan Farmakologis

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan apakah ada

usaha pengobatan lain yang responden lakukan selain pengobatan

farmakologis. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut

dikarenakan peneliti ingin mengetahui ada tidaknya usaha pengobatan

lain yang responden lakukan selain pengobatan farmakologis. Ada

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

43

tidaknya upaya pengobatan selain pengobatan farmakologis pada

responden (Tabel 4.30)

Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Upaya Pengobatan Lain Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Adakah Upaya Pengobatan Lain Selain Pengobatan Farmakologis

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 18 66,7% 11 64,7%

Tidak 9 33,3% 6 35,3%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.30 menunjukan bahwa ada tidaknya upaya pengobatan

lain selain pengobatan farmakologis yang dilakukan oleh penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data

diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak sama

yaitu melakukan upaya pengobatan lain selain pengobatan

farmakologis, dengan persentase di kota 66,7% dan desa 64,7%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada

5 responden sebagai berikut :

Responden 1 : “saya gunakan pengobatan lain yaitu pengobatan tradisional dengan menggunakan obat herbal propolis yang diteteskan sebanyak 3-5 tetes kedalam 1 gelas air diminum 3 kali sehari”

Responden 2 : “iya…pakai pengobatan tradisional yang dilakukan

dengan cara membuat jamu sendiri yaitu dengan cara merebus daun insulin dengan 1 gelas air, kemudian didinginkan dan diminum 1 kali sehari 1 gelas”

Responden 3 : “tidak pernah minum obat lagi jadi menggunakan pengobatan tradisional yang dilakukan yaitu dengan cara meminum jamu yang dibuat sendiri yaitu batok

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

44

kelapa yang dibakar kemudian ditumbuk dan hasil tumbukannya direbus dengan kayu manis dan air 1 liter, ditunggu sampai hanya menjadi ½ liter kemudian diminum 1 kali sehari”

Responden 4 : “karena tidak punya biaya jadi melakukan pengobatan

tradisionalnya saat pergi ke alternatif diberi jamu 1 botol aqua diminum 2 kali sehari”

Responden 5 : “pengobatan tradisional dengan cara meminum air

rebusan lidah buaya, diminum 1 gelas 1 kali sehari”

4.4.12 Penggunaan Pengobatan Tradisional

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan apakah

pengobatan lain yang dilakukan selain pengobatan farmakologis

adalah pengobatan tradisional. Hal yang mendasari peneliti

menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui

apakah responden menggunakan pengobatan tradisional atau tidak

untuk menurunkan kadar glukosa darah. Ada tidaknya penggunaan

tradisional pada responden (Tabel 4.31)

Tabel 4.31 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan

Pengobatan Tradisional Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Apakah Menggunakan Pengobatan Tradisional

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 18 66,7% 11 64,7%

Tidak 9 33,3% 6 35,3%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.31 menunjukan penggunaan pengobatan tradisional

pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

45

terbanyak sama yaitu menggunakan pengobatan tradisional, dengan

persentase di kota 66,7% dan desa 64,7%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada

5 responden sebagai berikut :

Responden 1 : “Ada mbak…saya dibelikan obat namanya propolis, itu katanya untuk semua macem penyakit. Saya coba dibelikan itu oleh anak saya beberapa botol kecil lalu saya minum 3 kali sehari.”

Responden 2 : “iya…pakai pengobatan tradisional yang dilakukan

dengan cara membuat jamu sendiri yaitu dengan cara merebus daun insulin dengan 1 gelas air, kemudian didinginkan dan diminum 1 kali sehari 1 gelas”

Responden 3 : “tidak pernah minum obat lagi jadi menggunakan

pengobatan tradisional yang dilakukan yaitu dengan cara meminum jamu yang dibuat sendiri yaitu batok kelapa yang dibakar kemudian ditumbuk dan hasil tumbukannya direbus dengan kayu manis dan air 1 liter, ditunggu sampai hanya menjadi ½ liter kemudian diminum 1 kali sehari”

Responden 4 : “karena tidak punya biaya jadi melakukan pengobatan

tradisionalnya saat pergi ke alternatif diberi jamu 1 botol aqua diminum 2 kali sehari”

Responden 5 : “pengobatan tradisional dengan cara meminum air

rebusan lidah buaya, diminum 1 gelas 1 kali sehari”

4.4.13 Alasan Menggunakan Pengobatan Tradisional

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan alasan yang

menjadi dasar responden menggunakan pengobatan tradisional. Hal

yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti

ingin mengetahui alasan kuat yang menjadi dasar responden memilih

menggunakan pengobatan tradisional dibandingkan pengobatan

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

46

medis . Alasan menggunakan pengobatan tradisional pada responden

(Tabel 4.32)

Tabel 4.32 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alasan Pengobatan

Tradisional Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Alasan Menggunakan Pengobatan Tradisional

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak menggunakan 9 33,3% 6 35,2%

Ekonomi 4 14,8% 3 17,6%

Lingkungan 2 7,4% 1 5,9%

Mudah didapat 4 14,8% 1 5,9%

Ekonomi, mudah didapat

3 11,1% 2 11,8%

Alasan Menggunakan Pengobatan Tradisional

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Lingkungan, mudah didapat

2 7,4% 2 11,8%

Ekonomi, lingkungan, mudah didapat

3 11,1% 1 5,9%

Ekonomi, tradisi, mudah dapat

0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.32 menunjukan alasan pengobatan tradisional yang

dipilih pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan

Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di

desa alasan terbanyak penggunaan pengobatan tradisional sama

karena ekonomi, dengan persentase di kota 14,8% dan desa 17,6%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

47

Responden 1 : “Saya dibelikan obat propolis katanya bisa menyembuhkan berbagai penyakit, maka dari itu saya coba. Mudah didapat tinggal beli di apotik “

Responden 2 : “Pada saat omong-omong sama teman saya mereka bilang ada namanya daun insulin khasiatnya dapat menurunkan kadar glukosa darah, setelah itu saya coba. Sebenarnya itu tanaman mudah didapat saya sendiri juga tanam sendiri”

Responden 3 : “Karena saya tidak mau lagi minum obat makanya saya coba pengobatan tradisional, Puji Tuhan keluhan yang saya alami hilang”

Responden 4 : “Alasannya ya pertama mbak…saya cuma ibu rumahtangga uangnya pas-pasan mbak…dari pada buat berobat-berobat mending buat makan anak-anak saya buat sekolah anak-anak saya mbak”

Responden 5 : “Kata orang-orang bisa menyembuhkan penyakit gula karena rasanya yang tawar, dan bahannya mudah didapat di sekitar rumah”

4.4.14 Jenis Obat Tradisional Yang Digunakan

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan jenis obat

tradisional seperti apa yang digunakan responden. Hal yang

mendasari peneliti menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin

mengetahui jenis obat tradisional seperti apa yang responden

gunakan untuk dapat menurunkan kadar glukosa darah. Jenis obat

tradisional yang digunakan responden (Tabel 4.33)

Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Obat Tradisional Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Jenis Obat Tradisional Yang Digunakan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Menggunakan 9 33,3% 6 35,3%

Obat Herbal 6 22,2% 4 23,5%

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

48

Jamu-Jamuan 12 44,4% 7 41,2%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4. 33 menunjukan jenis obat tradisional yang digunakan

penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa

jenis obat tradisional terbanyak yang di gunakan sama yaitu jamu-

jamuan, dengan persentase di kota 44,4% dan desa 41,2%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Responden 1 : “saya dibelikan obat herbal namanya propolis, itu katanya untuk semua macem penyakit. Saya coba dibelikan itu oleh anak saya beberapa botol kecil lalu saya minum 3 kali sehari”

Responden 2 : “membuat jamu sendiri yaitu dengan cara merebus

daun insulin dengan 1 gelas air, kemudian didinginkan dan diminum 1 kali sehari 1 gelas”

Responden 3 : “meminum jamu yang dibuat sendiri yaitu batok kelapa

yang dibakar kemudian ditumbuk dan hasil tumbukannya direbus dengan kayu manis dan air 1 liter, ditunggu sampai hanya menjadi ½ liter kemudian diminum 1 kali sehari “

Responden 4 : “saat pergi ke alternatif diberi jamu 1 botol aqua

diminum 2 kali sehari” Responden 5 : “pengobatan tradisional dengan cara meminum air

rebusan lidah buaya, diminum 1 gelas 1 kali sehari”

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

49

4.5 Pengelolaan Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi

Dan Desa Truwolu

4.5.1 Cara Pengelolaan

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus, peneliti menanyakan

pengelolaan apa saja yang dilakukan responden untuk mengendalikan

diabetes mellitus. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal

tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui pengelolaan apa

saja yang responden lakukan untuk dapat mengendalikan

penyakitnya. Serta sejauh mana usaha yang dilakukan responden

untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Pengelolaan yang

dilakukan oleh responden (Tabel 4.34)

Tabel 4.34 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengelolaan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Pengelolaan Yang Dilakukan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Diet 3 11,1% 7 41,2%

Olahraga 1 3,7% 1 5,8%

Diet, Olahraga 3 11,1% 2 11,8%

Diet, pengobatan 1 3,7% 2 11,8%

Olahraga, pengobatan 1 3,7% 0 0%

Diet, rutin cek darah, pengobatan

7 25,9% 0 0%

Diet, olahraga, rutin cek darah

1 3,7% 2 11,8%

Diet, olahraga, rutin cek 10 37% 3 17,6%

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

50

darah, pengobatan

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.34 menunjukan pengelolaan pada penderita diabetes

mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas

memperlihatkan pengelolaan yang dilakukan di kota terbanyak adalah

diet, rutin cek kadar glukosa darah, dan pengobatan 25,9%,

sedangkan di desa terbanyak adalah pengelolaan dengan cara diet

saja 41,2%.

Persentase data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Responden 1 : “melakukan pemeriksaan kadar gula darah rutin 1 bulan sekali, diet dengan cara mengurangi porsi makan yang dahulu 1 piring sekarang menjadi ½ piring dan terkadang nasinya diganti dengan nasi jagung serta lauk pauk porsinya, pengobatan melakukan pengobatan secara farmakologis dan pengobatan tradisional “

Responden 2 : “ pengelolaan dengan olahraga voli dan pola makan

diatur dengan cara mengurangi porsi makan dan melakukan pengobatan tradisional”

Responden 3 : “Dikelola dengan mengubah pola makan dan mengurangi porsi makan serta mengganti makan nasi merah, olahraga serta pengobatan tradisional dengan arang batok kelapa serta minum jus wortel rutin tiap pagi”

Responden 4 : “tidak pernah olahraga ya hanya melakukan pekerjaan ibu rumahtangga, sama mengurangi porsi makan dan mengganti dengan makan nasi jagung, pengoabatan di alternatif”

Responden 5 : “ Tidak pernah olahraga hanya bekerja di sawah, pengobatan di bidan kalau ada uang, sama mengganti makan dengan makan nasi jagung”

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

51

4.5.2 Pengelolaan Dengan Diet

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus, peneliti menanyakan

apakah pengelolaan yang dilakukan responden dengan melakukan

diet serta bagaimana cara melakukan diet tersebut. Hal yang

mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti

ingin mengetahui dengan cara seperti apa diet tersebut dilakukan oleh

responden dalam mengendalikan diabetes mellitus. Pengelolaan

dengan cara diet yang dilakukan responden (Tabel 4.35)

Tabel 4.35 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Diet Pada Penderita

Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Cara Melakukan Diet

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Melakukan Diet 3 11,1% 0 0%

Mengurangi porsi makan 1 3,7% 0 0%

Mengurangi porsi makan, mengurangi yang manis-manis

15 55,5% 6 35,3%

Mengurang yang manis-manis, mengganti makanan dengan jenis makanan lain

2 7,4% 2 11,8%

Cara Melakukan Diet

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Mengurangi porsi makan, mengganti makanan dengan jenis makanan lain

0 0% 1 5,8%

Mengurangi porsi makan, mengurang yang manis-manis, mengganti makanan dengan jenis makanan lain

6 22,2% 8 47%

Total 27 100% 17 100%

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

52

Tabel 4.35 menunjukan pengelolaan dengan cara diet yang

dilakukan oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan cara diet yang

dilakukan di kota terbanyak adalah mengurangi porsi makan dan

mengurangi yang manis-manis 55,5%, sedangkan di desa terbanyak

mengurangi porsi makan, mengurangi yang manis-manis, dan

mengganti makanan dengan jenis makanan lain 47%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Responden 1 : “Mengurangi porsi makan yang dahulu 1 piring sekarang menjadi ½ piring serta lauk pauk porsinya dikurangi kemudian mengurangi makan/minum yang manis”

Responden 2 :“Hanya mengurangi makan dan minum yang manis

serta porsi dikurangi” Responden 3 :“Diet dengan cara mengurangi porsi makan dan

mengganti nasi biasa dengan nasi merah” Responden 4 : “Mengurangi porsi makan dan nasinya diganti dengan

nasi kemarin” Responden 5 : “Diet dengan cara sehari makan 2 kali pagi dan sore,

pagi makan nasi kemarin dan sore makan nasi jagung, porsi dikurangi”

4.5.3 Frekuensi Makan

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti

menanyakan berapa kali sehari responden melakukan makan. Hal

yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena

peneliti ingin mengetahui kepatuhan menjalani diet itu sendiri dalam

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

53

hal frekuensi makan dalam sehari. Frekuensi makan yang dilakukan

oleh responden (Tabel 4.36)

Tabel 4.36 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Pada

Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Frekuensi Makan Dalam 1 Hari

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

2 kali sehari 7 25,9% 8 47%

3 kali sehari 17 63% 9 53%

>3 kali sehari 3 11,1% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.36 menunjukan frekuensi makan pada penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data

diatas memperlihatkan frekuensi makan yang dilakukan terbanyak

baik di kota maupun di desa yaitu 3 kali sehari, dengan persentase di

kota 63% dan desa 53%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Responden 1 : “Frekuensi makan tetap 3 kali sehari walaupun porsi makan dikurangi”

Responden 2 : “Frekuensi makan tetap 3 kali sehari” Responden 3 : “Dalam satu hari tetap makan 3 kali” Responden 4 :“Dulu kalau belum tahu kena diabetes ya 3-4 kali sehari

sekarang cuma 2 kali sehari pagi sama sore..biar cepet sembuh mbak…”

Responden 5 : “1 hari tu mbak kadang saya makan 1 kali kadang 2

kali gak tentu. Makan nasi jagung sedikit nanti makan ketelanya sedikit…1 piring itu gak penuh mbak”

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

54

4.5.4 Makanan Tambahan Lain Yang Di Konsumsi

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti

menanyakan ada tidaknya makanan tambahan lain yang dikonsumsi

oleh responden. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut

adalah karena peneliti ingin mengetahui dalam melakukan diet,

apakah responden menggunakan makanan tambahan lain untuk

dikonsumsi serta tetap mempertahankan asupan gizi responden.

Adanya makanan tambahan lain yang dikonsumsi responden (Tabel

4.37)

Tabel 4.37 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Makanan Tambahan Lain Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan

Desa Truwolu

Adakah Makanan Tambahan Lain Yang di Konsumsi

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 14 51,9% 9 52,9%

Tidak 13 48,1% 8 47,1%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.37 menunjukan ada tidaknya makanan tambahan lain

yang dikonsumsi pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan

Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di

kota maupun di desa terbanyak sama yaitu mengkonsumsi makanan

tambahan lain, dengan persentase di kota 51,9% dan desa 52,9%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

55

Responden 2 : “Menggunakan makanan tambahan lain seperti nasi jagung, kentang dan ubi-ubian”

Responden 4 : “Terkadang mengkonsumsi singkong dan ubi” Responden 5 : “Mengkonsumsi nasi jagung”

4.5.5 Jenis Makanan Tambahan Lain

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti

menanyakan apa saja jenis makanan tambahan lain yang dikonsumsi

oleh responden. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut

adalah karena peneliti ingin mengetahui jenis makanan tambahan apa

saja yang responden konsumsi untuk mengelola diet itu sendiri. Jenis

makanan tambahan lain yang dikonsumsi responden (Tabel 4.38)

Tabel 4.38 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Makanan

Tambahan Lain Yang di Konsumsi Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Jenis Makanan Tambahan Yang di Konsumsi

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak ada tambahan makanan lain

13 48,1% 8 47%

Ubi-ubian 3 11,1% 2 11,8%

Nasi jagung 3 11,1% 0 0%

Beras merah 1 3,7% 0 0%

Buah 2 7,4% 0 0%

Ubi-ubian, nasi jagung 2 7,4% 3 17,6%

Ubi-ubian, buah 1 3,7% 1 5,9%

Jenis Makanan Tambahan Yang di Konsumsi

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Makanan ringan, buah 1 3,7% 0 0%

Buah, nasi jagung 0 0% 1 5,9%

Ubi-ubian, kacang-kacangan, nasi jagung

1 3,7% 1 5,9%

Ubi-ubian, nasih wadang dan nasi jagung

0 0% 1 5,9%

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

56

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.38 menunjukan jenis makanan tambahan lain yang di

konsumsi oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun

di desa jenis makanan tambahan lain yang dikonsumsi terbanyak

sama yaitu ubi-ubian dan nasi jagung, dnegan persentase di kota

11,1% dan desa 17,6%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Responden 2 : “Menggunakan makanan tambahan lain seperti nasi jagung, kentang dan ubi-ubian”

Responden 4 : “Terkadang mengkonsumsi singkong dan ubi” Responden 5 : “Mengkonsumsi nasi jagung”

4.5.6 Pelaksanaan Diet

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti

menanyakan apakah responden melaksanakan diet setiap hari. Hal

yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena

peneliti ingin mengetahui kepatuhan responden dalam melaksanakan

diet. Pelaksanaan diet yang dilakukan responden (Tabel 4.39)

Tabel 4.39 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Diet Pada

Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Apakah Tiap Hari Melakukan Diet

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

57

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 23 85,2% 16 94,1%

Tidak 4 14,8% 1 5,9%

Total 27 100% 7 100%

Tabel 4.39 menunjukan keseringan dalam melakukan diet oleh

penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota dan di desa

sebagian besar melakukan diet setiap hari, dengan persentase di kota

85,2% dan desa 94,1%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Responden 2 : “Setiap hari mbak..porsi dikurangi tetapi tetap makan 3 kali sehari”

Responden 3 : “Iya harus patuh tiap hari…karena saya merasa mempunyai resiko kencing manis dari bapak saya sehingga saya tetap mengelola badan saya sendiri supaya tidak terjadi komplikasi makanya saya patuh diet tiap hari…tetap makan dan tetap diet gitu mbak…”

Responden 5 : “Ya setiap hari sampai bosan…terkadang itu pengen makan nasi beras beli diwarung tapi jarang-jarang…Dulunya saya makan 3 kali sehari saya kurangi jadi 2 kali sehari kadang malah 1 kali sehari…kalau ketela biasanya dibuat cemilan aja…”

4.5.7 Penurunan Berat Badan

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti

menanyakan ada tidaknya penurunan berat badan saat melakukan

diet dan berapa kg penurunan berat badan yang dialami. Hal yang

mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

58

ingin mengetahui saat melakukan diet, apakah responden mengalami

penurunan berat badan secara signifikan atau tidak. Penurunan berat

badan responden (Tabel 4.40)

Tabel 4.40 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penurunan Berat Badan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Jumlah kg Penurunan Berat Badan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak ada penurunan 23 85,2% 13 76,5%

2 kg 2 7,4% 2 11,7%

3 kg 1 3,7% 1 5,9%

4 kg 0 0% 1 5,9%

6 kg 1 3,7% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.40 menunjukan penurunan berat badan pada penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data

diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa yang paling

mendominasi adalah tidak adanya penurunan berat badan yang

dialami, dengan persentase di kota 85,2% dan desa 76,5%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Responden 1 : “ Tidak ada penurunan berat badan mbak...malah naik karena saya banyak ngemil”

Responden 2 : “Kurang lebih 4 kg turun berat badan saya”

Responden 3 : “ya sekitar 2-3 kg mungkin dari efek saya diet tadi mbak”

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

59

Responden 4 : “Efeknya ya badan saya menjadi lebih kurus mungkin turun berat badan saya tetapi saya tidak pernah timbang mbak”

Responden 5 : “Berat badan turun 2 kg mbak…tapi saya biarkan saja”

4.5.8 Pemantauan Diet Dari Tenaga Kesehatan

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti

menanyakan adakah pemantauan/evaluasi diet dari tenaga kesehatan

dan apa saja hal-hal yang dipantau oleh tenaga kesehatan. Hal yang

mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti

ingin mengetahui ada tidaknya pemantauan/evaluasi dari tenaga

kesehatan tentang diet yang dijalani responden. Serta hal-hal apa saja

yang tenaga kesehatan pantau dalam menjalani diet. Pemantauan diet

dari tenaga kesehatan pada responden (Tabel 4.41)

Tabel 4.41 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemantauan Diet Dari Tenaga Kesehatan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan

Purwodadi dan Desa Truwolu

Adanya Pemantauan Diet Dari Tenaga Kesehatan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak ada 8 29,6% 9 52,9%

Kepatuhan diet 7 25,9% 3 17,6%

Makanan untuk diet 1 3,7% 1 5,9%

Berat badan 1 3,7% 0 0%

Kepatuhan diet, makanan untuk diet

1 3,7% 2 11,7%

Kepatuhan diet, waktu diet

4 14,8% 1 5,9%

Adanya Pemantauan Diet Dari Tenaga Kesehatan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Kepatuhan diet, berat badan

1 3,7% 0 0%

Kepatuhan diet, waktu diet, makanan untuk diet

4 14,8% 0 0%

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

60

Kepatuhan diet, makanan untuk diet, berat badan

0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.41 menunjukan pemantauan diet dari tenaga kesehatan

yang pernah dialami oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan

Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di

kota maupun di desa terbanyak adalah tidak adanya pemantauan diet

dari tenaga kesehatan, dengan persentase di kota 29,6% dan desa

52,9%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Responden 1 : “Tidak ada”

Responden 2 : “Setahu saya tidak pernah”

Responden 3 : “Dulu tidak ada pantauan sekarang saya tidak pernah pergi periksa lagi”

Responden 4 : “Tidak pernah”

Responden 5 : “Tidak ada pemantauan mbak…orang desa kok”

4.5.9 Manfaat Latihan Jasmani

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan

olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan pengetahuan

responden mengenai manfaat latihan jasmani/olahraga bagi penderita

diabetes mellitus. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal

tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui pengetahuan tentang

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

61

manfaat olahraga/ latihan jasmani yang diketahui oleh responden

dalam mengendalikan diabetes mellitus. Pengetahuan manfaat

olahraga/ latihan jasmani pada responden (Tabel 4.42)

Tabel 4.42 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Manfaat Latihan

Jasmani Bagi Penderita Diabetes Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Manfaat Olahraga/Latihan Jasmani Bagi Penderita Diabetes

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak tahu 5 18,5% 10 58,9%

Menurunkan kadar gula darah

6 22,2% 2 11,7%

Mencegah kegemukan 4 14,8% 0 0%

Mencegah komplikasi 1 3,7% 0 0%

Mengeluarkan keringat 0 0% 1 5,9%

Badan segar 1 3,7% 0 0%

Menurunkan kadar gula darah, mencegah komplikasi

5 18,5% 2 11,7%

Menurunkan kadar gula darah, mencegah kegemukan, mencegah komplikasi

5 18,5% 2 11,7%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.42 menunjukan pengetahuan manfaat latihan jasmani

bagi penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data di atas memperlihatkan di kota terbanyak mengetahui

manfaat olahraga yaitu dapat menurunkan kadar glukosa darah

22,2%, sedangkan di desa terbanyak tidak mengetahui manfaat

olahraga bagi penderita diabetes mellitus 58,9% .

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

62

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Responden 1 : “Sebenarnya olahraga itu baik ya mbak untuk kesehatan apalagi yang mempunyai sakit diabetes seperti saya ini tetapi terkadang saya malas dan banyaknya rutinitas menjadikan saya lebih malas lagi…terkadang saya sempatkan jalan-jalan ya terasa segar jika keringat itu keluar tetapi kadang-kadang tidak sempat”

Responden 2 : “ Untuk mengendalikan diabetes saya harus olahraga, maka dari itu tiap hari saya bekerja biar mengeluarkan keringat supaya kadar gula darah saya bisa turun”

Responden 3 : “Manfaat olahraga ya seperti tadi saya sampaikan, sebagian besar bisa untuk mengurangi kadar gula darah”

Responden 4 : “Seger mbak kalau keringat sudah keluar walaupun capek pasti…kelihatanya seperti penyakit keluar lewat keringat saat melakukan pekerjaan tadi”

Responden 5 : “Olahraganya ya disawah itu bertani nanti keluar keringat sendiri kalau olahraga-olahraga lain gak pernah”

4.5.10 Pemeriksaan Sebelum Olahraga

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/

latihan jasmani, peneliti menanyakan sebelum melakukan olahraga

apakah responden melakukan pemeriksaan medis. Hal yang

mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti

ingin mengetahui ada tidaknya pemeriksaan medis sebelum

responden melakukan olahraga/ latihan jasmani. Pemeriksaan

sebelum olahraga yang dilakukan responden (Tabel 4.43)

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

63

Tabel 4.43 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Sebelum Olahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu

Apakah Ada Pemeriksaan Medis Sebelum Melakukan Olahraga

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 1 3,7% 0 0%

Tidak 26 96,3% 17 100%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.43 menunjukan ada tidaknya pemeriksaan sebelum

olahraga pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun

di desa yang paling mendominasi adalah tidak adanya pemeriksaan

yang dilakukan sebelum olahraga, dengan persentase di kota 96,3%

dan desa 100%. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara kepada

5 responden di kota maupun di desa yang mengatakan tidak adanya

pemeriksaan medis sebelum olahraga.

4.5.11 Frekuensi Berolahraga

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/

latihan jasmani, peneliti menanyakan seberapa sering responden

melakukan olahraga/ latihan jasmani. Hal yang mendasari peneliti

menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui

keseringan melakukan olahraga dalam upaya mengendalikan diabetes

mellitus yang dilakukan oleh responden. Frekuensi olahraga yang

dilakukan responden (Tabel 4.44)

Tabel 4.44

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

64

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Berolahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Frekuensi Olahraga/Latihan Jasmani

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Pernah 8 29,6% 8 47%

Setiap hari 11 40,7% 6 35,3%

3 hari sekali 2 7,4% 1 5,9%

1 minggu sekali 5 18,5% 2 11,7%

Tidak tentu 1 3,7% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.44 menunjukan frekuensi berolahraga pada penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data

diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak

melakukan olahraga setiap hari, dengan persentase di kota 40,7% dan

desa 35,3%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Responden 2 : “Melakukan olahraga setiap hari di sekolah seperti main voli dan bulu tangkis”

Responden 3 : “Dua hari sekali…pokoknya rutin 2 hari sekali mbak…”

4.5.12 Jenis Olahraga

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/

latihan jasmani, peneliti menanyakan jenis olahraga apa yang

responden lakukan. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal

tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui jenis-jenis olahraga

seperti apa yang responden lakukan dalam mengendalikan diabetes

mellitus. Jenis olahraga yang dilakukan oleh responden (Tabel 4.45)

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

65

Tabel 4.45 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Olahraga Pada

Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Jenis Olahraga Yang Dilakukan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak ada 8 29,6% 8 47%

Joging 5 18,5% 2 11,8%

Senam 2 7,4% 0 0%

Bekerja 4 14,8% 4 23,5%

Joging,senam 3 11,1% 2 11,8%

Joging,bersepeda 3 11,1% 0 0%

Joging,bersepeda,bekerja 1 3,7% 1 5,9%

Jalan santai di sekitar rumah

1 3,7% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.45 menunjukan jenis olahraga pada penderita diabetes

mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas

memperlihatkan jenis olahraga yang paling banyak dilakukan di kota

adalah jogging 18,5% sedangkan di desa bekerja 23,5%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada

5 responden sebagai berikut :

Responden 2 : “ Olahraganya voli kalau tidak badminton “

Responden 3 : “Senam aerobik mbak… terkadang jalan-jalan/ lari-lari kecil disekeliling rumah atau dijalan sana 2-3 km sama suami saya mengelilingi sekolahan beberapa kali begitu…”

Responden 4 : “Tidak mbak…saya cuma ibu rumahtangga jadi olahraganya ya bersih-bersih rumah, nimba-nimba air, nyuci juga udah bikin badan saya berkeringat”

Responden 5 : “Tidak pernah mbak…olahraganya ya disawah itu bertani nanti keluar keringat sendiri kalau olahraga-olahraga lain gak pernah”

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

66

4.5.13 Lamanya Berolahraga

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/

latihan jasmani, peneliti menanyakan berapa lama responden

melakukan olahraga/ latihan jasmani. Hal yang mendasari peneliti

menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui

dalam mengelola diabetes mellitus berapa lama responden melakukan

olahraga/ latihan jasmani. Lamanya berolahraga yang dilakukan

responden (Tabel 4.46)

Tabel 4.46 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Olahraga

Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Lamanya Berolahraga

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak berolahraga 8 29,6% 8 47%

15 menit 4 14,8% 2 11,8%

30 menit 6 22,2% 1 5,9%

45 menit 5 18,5% 2 11,8%

>60 menit 4 14,8% 4 23,5%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.46 menunjukan lamanya berolahraga pada penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data

diatas memperlihatkan lama berolahraga yang dilakukan penderita di

kota terbanyak 30 menit 22,2%, sedangkan di desa terbanyak lebih

dari 60 menit 23,5%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai

berikut :

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

67

Responden 2 : “kurang lebih 30 menit-60 menitan samapai keluar keringat”

Responden 3 : “1 jam mbak (60 menit)”

Responden 4 : “olahraganya ya bersih-bersih rumah, nimba-nimba air, nyuci juga udah bikin badan saya berkeringat yang berjam-jam”

Responden 5 : “ Namanya ibu rumah tangga ya bekerjanya macam-macam sampai berjam-jam mbak..”

4.5.14 Penurunan Berat Badan Saat Berolahraga

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan

olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan ada tidaknya

penurunan berat badan yang dialami oleh responden saat melakukan

olahraga. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut

adalah karena peneliti ingin mengetahui saat melakukan

olahraga/latihan jasmani, responden mengalami penurunan berat

badan atau tidak. Penurunan berat badan saat berolahraga yang

dialami responden (Tabel 4.47)

Tabel 4.47 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penurunan Berat Badan

Saat Berolahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Ada tidaknya Penurunan Berat Badan Saat Berolahraga

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 18 66,7 % 6 35,3 %

Tidak 9 33,3 % 11 64,7 %

Total 27 100 % 17 100 %

Tabel 4.47 menunjukan penurunan berat badan pada penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

68

diatas memperlihatkan di kota terbanyak mengalami penurunan berat

badan 66,7% sedangkan di desa terbanyak tidak mengalami

penurunan berat badan 64,7%.

4.5.15 Keluhan Saat Olahraga/Latihan Jasmani

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan

olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan ada tidaknya keluhan

yang responden alami saat melakukan olahraga/latihan jasmani. Hal

yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena

peneliti ingin mengetahui ada tidaknya keluhan yang dapat

membahayakan responden saat melakukan olahraga. Adanya keluhan

saat berolahraga yang dialami responden (Tabel 4.48)

Tabel 4.48 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Saat Olahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Ada tidaknya Keluhan Saat Melakukan Olahraga

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 5 18,5% 3 17,6%

Tidak 22 81,5% 14 82,4%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.48 menunjukan ada tidaknya keluhan saat olahraga

pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa

yang paling mendominasi adalah tidak adanya keluhan yang dialami

saat berolahraga, dengan persentase di kota 81,5% dan desa 82,4%.

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

69

4.5.16 Keluhan Yang Dialami

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan

olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan keluhan apa saja yang

responden alami saat melakukan olahraga/latihan jasmani. Hal yang

mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti

ingin mengetahui keluhan apa saja yang dialami responden yang

dapat membahayakan responden saat melakukan olahraga. Keluhan

yang dialami responden (Tabel 4.49)

Tabel 4.49 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Yang Dialami Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Keluhan Yang Dialami Saat Berolahraga

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak ada 22 81,5% 14 82,3%

Lelah 2 7,4% 1 5,9%

Lemas, lelah 3 11,1% 1 5,9%

Sesak nafas, nyeri 0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.49 menunjukan keluhan yang dialami pada penderita

diabetes mellitus saat berolahraga di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data diatas memperlihatkan keluhan yang dialami penderita

diabetes mellitus di kota terbanyak adalah lemas dan lelah 11,1%,

sedangkan di desa sebanyak 5,9% mengalami keluhan lelah, lemas,

sesak nafas dan nyeri .

Persentase pada data di atas didukung oleh wawancara kepada

responden sebagai berikut :

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

70

Responden 2 : “ Tidak ada keluhan yang berat paling hanya lelah saja”

Responden 3 : “ Tidak ada keluhan…”

Responden 4 : “ Bada terasa capek saja “

Respponden 5 : “ Tidak ada keluhan”

4.5.17 Terapi Insulin Saat Berolahraga

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan

olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan ada tidaknya terapi

insulin yang digunakan saat melakukan olahraga/latihan jasmani. Hal

yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena

peneliti ingin mengetahui apakah responden menggunakan terapi

insulin saat melakukan olahraga/latihan jasmani atau tidak. Ada

tidaknya terapi insulin yang dilakukan responden (Tabel 4.50)

Tabel 4.50 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Terapi Insulin Saat

Berolahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Apakah Mendapat Terapi Insulin Saat Melakukan Olahraga

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 0 0% 0 0%

Tidak 27 100% 17 100%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.50 menunjukan ada tidaknya terapi insulin saat

berolahraga pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan 100% tidak ada terapi

insulin saat berolahraga yang dilakukan bagi penderita diabetes

mellitus di kota maupun desa. Hal tersebut di dukung oleh wawancara

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

71

kepada 5 responden di kota dan desa yang mengatakan tidak

melakukan terapi insulin saat berolahraga.

4.5.18 Pemantauan Olahraga Dari Tenaga Kesehatan

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan

olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan apakah ada

pemantauan/evaluasi dari tenaga kesehatan saat melakukan

olahraga/latihan jasmani serta aspek apa saja yang dipantau oelh

tenaga kesehatan. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal

tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui ada tidaknya

pemantauan dari tenaga kesehatan dan aspek apa saja yang dipantau

dari tenaga kesehatan. Pemantauan olahraga dari tenaga kesehatan

yang dialami responden (Tabel 4.51)

Tabel 4.51 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemantauan Olahraga

Dari Tenaga Kesehatan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Pemantauan/Evaluasi Olahraga Dari Tenaga Kesehatan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak ada 18 66,7% 16 94,1%

Kepatuhan olahraga 8 29,6% 1 5,9%

Kepatuhan olahraga dan waktu olahraga

1 3,7% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.51 menunjukan pemantauan olahraga dari tenaga

kesehatan pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

72

di desa terbanyak tidak ada evaluasi atau pemantauan dari tenaga

kesehatan, persentase di kota 66,7% dan desa 94,1%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada

5 responden sebagai berikut :

Responden 2 : “ Tidak ada pemantauan dari tenaga kesehatan”

Responden 3 : “ Tidak ada mbak…tidak pernah”

4.5.19 Pengelolaan Pengobatan

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan cara

mengelola pengobatan, peneliti menanyakan pengelolaan pengobatan

apa yang dilakukan responden untuk mengendalikan diabetes

mellitus. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah

karena peneliti ingin mengetahui pengelolaan apa saja yang

responden lakukan dalam menjalani pengobatan diabetes mellitus.

Pengelolaan dengan pengobatan yang dilakukan responden (Tabel

4.52)

Tabel 4.52 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengelolaan

Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Pengobatan Yang Dilakukan Dalam Pengelolaan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak melakukan pengobatan

3 11,1% 0 0%

Pengobatan medis 7 25,9% 6 35,3%

Pengobatan tradisional 4 14,8% 6 35,3%

Pengobatan medis dan tradisional

13 48,1% 5 29,4%

Total 27 100% 17 100%

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

73

Tabel 4.52 menunjukan pengelolaan pengobatan yang dilakukan

oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota dan desa terbanyak

melakukan pengelolaan dengan pengobatan medis dan tradisional,

dengan persentase di kota 48,1% dan di desa 35,3%.

4.5.20 Kepatuhan Menjalani Pengobatan

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan cara

mengelola pengobatan, peneliti menanyakan kepatuhan dalam hal

mengelola pengobatan serta kepatuhan dalam hal apa yang dilakukan

responden untuk mengendalikan diabetes mellitus. Hal yang

mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti

ingin mengetahui patuh tidaknya responden dalam mengelola

pengobatan. Serta kepatuhan dalam hal apa saja yang dilakukan

responden. Kepatuhan menjalani pengobatan yang dilakukan

responden (Tabel 4.53)

Tabel 4.53 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Menjalani

Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Kepatuhan Dalam Menjalani Pengobatan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak menjawab 3 11,1% 0 0%

Waktu pengobatan 1 3,7% 1 5,9%

Cara pemberian pengobatan

2 7,4% 0 0%

Dosis pengobatan

3 11,1% 0 0%

Kepatuhan Dalam Menjalani Pengobatan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

74

Waktu pengobatan, dosis pengobatan

3 11,1% 3 17,6%

Waktu pengobatan, cara pemberian pengobatan

3 11,1% 0 0%

Cara pemberian pengobatan, dosis pengobatan

3 11,1% 1 5,9%

Waktu pengobatan, cara pemberian pengobatan, dosis pengobatan

9 33,3% 12 70,5%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.53 menunjukan kepatuhan menjalani pengobatan pada

penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa

terbanyak sama yaitu patuh dalam hal waktu pengobatan, cara

pemberian pengobatan, dan dosis pengobatan, dengan persentase di

kota 33,3% dan desa 70,5%.

4.6 Pembahasan

Penelitian yang bertujuan mengetahui perilaku pengobatan dan

pengelolaan diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi, mengetahui

perilaku pengobatan dan pengelolaan diabetes mellitus di Desa

Truwolu, membandingkan perilaku pengobatan dan pengelolaan

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu,

didapatkan hasil :

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

75

4.6.1 Banyaknya Penderita Diabetes Mellitus Kelurahan Purwodadi dan

Desa Truwolu

Tujuan peneliti menanyakan banyaknya penderita diabetes

mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu adalah untuk

mengetahui dan membandingkan jumlah penderita diabetes mellitus di

Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Hasil penelitian menunjukan

bahwa diabetes mellitus merupakan satu dari lima penyakit utama

tidak menular yang paling banyak di derita di Kabupaten Grobogan

dengan jumlah 4.297 yaitu 0,3% (Dinas Kesehatan, 2011). Salah satu

daerah di Kabupaten Grobogan yang memiliki penderita diabetes

mellitus adalah Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi berdasarkan Puskesmas

Purwodadi 1 tahun 2013 adalah 328 (0,5%), tahun 2014 sampai bulan

maret 161 penderita. Sedangkan penderita diabetes mellitus di Desa

Truwolu berdasarkan Puskesmas Ngaringan (2012) sebanyak 10

penderita. Menurut bidan desa Truwolu terdapat 5 penderita dan 2

orang penderita peneliti dapatkan dari informasi warga. Jadi penderita

diabetes mellitus di Desa Truwolu sebanyak 0,2%.

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Muhammad (2013) di Desa Mendungsari Kecamatan Gondangrejo

Kabupaten Karanganyar, berdasarkan catatan Puskesmas

Gondangrejo Kabupaten Karanganyar jumlah penduduk Kecamatan

Gondangrejo adalah 72.579, dari jumlah tersebut pada tahun 2012

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

76

persentase penduduk Kecamatan Gondangrejo yang menderita

diabetes mellitus adalah 0,5% yaitu sebanyak 337. Periode Januari

sampai April 2013, jumlah penduduk di Kecamatan Gondangrejo yang

menderita diabetes mellitus mencapai 0,2% yaitu sebanyak 146

penderita. Menurut Depkes RI (2009) jumlah kasus diabetes mellitus

di Indonesia sebesar 3,3%. Hasil Riskesdas (2013) menunjukan

bahwa penderita diabetes mellitus di Jawa Tengah sebesar 1,6%.

Menurut peneliti penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan

penderita diabetes mellitus di Jawa Tengah dan Indonesia. Menurut

peneliti sedikitnya penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya

faktor ekonomi, adat istiadat, gaya hidup, pendidikan, pengetahuan,

serta ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan. Sehingga

penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

memiliki jumlah penderita diabetes mellitus yang lebih sedikit

dibandingkan di Jawa Tengah dan Indonesia.

4.6.2 Deskripsi Diri Penderita Diabetes Mellitus

Tujuan peneliti menanyakan deskripsi diri penderita diabetes

mellitus adalah untuk mengetahui dan membandingkan deskripsi diri

penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan deskripsi diri

terutama pada pekerjaan utama penderita diabetes mellitus di

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

77

Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Pekerjaan utama yang

paling banyak dijalani penderita di Kelurahan Purwodadi adalah

wiraswasta (51,9%). Sedangkan pekerjaan utama yang paling banyak

dijalani penderita di Desa Truwolu adalah petani (41,2%). Menurut

peneliti banyaknya kejadian diabetes mellitus dengan penderita yang

memiliki pekerjaan wiraswasta di kota dikarenakan kesibukan bekerja

sehingga tidak memperhatikan pola makan maupun gaya hidup sehat.

Sedangkan menurut peneliti banyaknya kejadian diabetes mellitus

penderita di desa yang memiliki pekerjaan petani, disebabkan karena

kurangnya pengetahuan sehingga penderita bersikap acuh tak acuh

terhadap penyakit yang dideritanya dan lebih memilih fokus bekerja

untuk menghidupi keluarga. Hal tersebut sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Lalu (2013) yang dilakukan terhadap 53

responden didapatkan hasil bahwa sebanyak 23% tingkat

pengetahuan tentang Diabetes Mellitus di Desa Nyatnyono

Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dalam kategori

kurang, sebanyak 26 orang 59,1% responden memiliki pekerjaan

petani sehingga responden bersikap acuh tak acuh terhadap

penyakitnya dan mereka hanya fokus bekerja untuk menghidupi

keluarga, sehingga tidak menghiraukan penyakit yang dideritanya.

Peneliti berpendapat bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi sikap

penderita diabetes mellitus. Pengetahuan yang baik tentang diabetes

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

78

mellitus akan dapat menimbulkan sikap yang baik terhadap penyakit

yang dijalani.

4.6.3 Data Keluarga Dan Status Kesehatan Penderita Diabetes Mellitus

Tujuan peneliti menanyakan data keluarga dan status kesehatan

penderita diabetes mellitus adalah untuk mengetahui dan

membandingkan ada tidaknya diabetes mellitus yang diturunkan

melalui genetik. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan data

keluarga di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu terutama pada

anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus. Anggota keluarga

yang menderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi paling

banyak adalah ayah. Sedangkan anggota keluarga yang menderita

diabetes mellitus di Desa Truwolu yang paling banyak adalah Kakek.

Walaupun di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu anggota

keluarga yang menderita diabetes mellitus berbeda tetapi pada

dasarnya penderita diabetes mellitus sama-sama diperoleh dari

keturunan anggota keluarga. Hal tersebut sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Darmono (2007) yang menyatakan bahwa diabetes

mellitus dapat disebabkan oleh faktor genetik dari salah satu anggota

keluarga yang menderita diabetes mellitus. Peneliti sependapat

dengan hasil penelitian dan teori yang dikemukakan oleh Darmono

bahwa diabetes mellitus dapat disebabkan oleh faktor genetik. Faktor

genetik dapat menyebabkan timbulnya diabetes mellitus.

Page 79: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

79

4.6.4 Pengobatan Diabetes Mellitus

Tujuan peneliti menanyakan pengobatan diabetes mellitus

adalah untuk mengetahui dan membandingkan tempat pengobatan,

alasan menggunakan pengobatan, frekuensi pengobatan, lamanya

penggunaan pengobatan, serta pengobatan apa saja yang digunakan

oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesamaan pengobatan

yang dilakukan oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan

Purwodadi dan Desa Truwolu terutama pada bagian tubuh yang

disuntik insulin yaitu lengan atas, dengan hasil di Kelurahan

Purwodadi 3,7% dan Desa Truwolu 41,2%. Perbedaan pengobatan

diabetes mellitus terutama pada pengobatan insulin yang dijalani

penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu. Dalam menjalani pengobatan suntik insulin, penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi melakukan suntik insulin 2

kali sehari (3,7%). Sedangkan penderita diabetes mellitus di desa,

tidak pernah lagi menjalani suntik insulin (29,4%). Menurut peneliti

faktor yang mempengaruhi penderita diabetes mellitus di desa tidak

pernah lagi menjalani suntik insulin dikarenakan faktor ekonomi.

Penderita diabetes mellitus di desa 41,2% mengatakan bahwa suntik

insulin memiliki harga yang mahal. Sehingga penderita diabetes

mellitus lebih memilih tidak pernah lagi menggunakan suntik insulin.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kresnasari

Page 80: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

80

(2011) di RSUP Sanglah Denpasar, menyatakan bahwa dari 94

sampel yang diperiksa didapatkan 38 sampel (40,4%) yang memiliki

hambatan ketika menggunakan terapi insulin. Adapun alasan-alasan

yang didapatkan antara lain : takut dengan jarum suntik (20,2%), takut

dengan sakit atau nyeri yang ditimbulkan (17%), takut gemuk (7,5%),

takut terjadi hipoglikemia/ komplikasi lainnya (4,2%), harga insulin

mahal (5 atau 5,3%), dan bingung cara pakai (6,4%), takut tanggapan

lingkungan yang negatif (4,2%), dan lain-lainnya yaitu trauma (1

atau1,06%). Peneliti berpendapat bahwa faktor yang dapat

mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pemilihan penggunaan

suntik insulin, salah satunya dipengaruhi oleh faktor ekonomi.

Ekonomi yang rendah akan mempengaruhi perilaku pengobatan

penderita diabetes, seperti halnya biaya pengobatan dan biaya

transportasi mencapai sarana kesehatan. Sehingga faktor ekonomi

sangat berperan penting dalam pengobatan diabetes mellitus.

4.6.5 Pengelolaan Diabetes Mellitus

Dalam upaya memahami kesamaan dan perbedaan pengelolaan

diabetes mellitus oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan

Purwodadi dan Desa Truwolu dalam upaya mengontrol kadar glukosa

darah, maka diperoleh sebagai berikut yaitu kesamaan penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu terutama

pada kepatuhan pengelolaan pengobatan yang dilakukan penderita,

yaitu dalam hal waktu pengobatan, cara pemberian pengobatan, dan

Page 81: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

81

dosis pengobatan dengan hasil di Kelurahan Purwodadi 33,3% dan

Desa Truwolu 70,5%. Perbedaan pengelolaan diabetes mellitus

terutama pada pengetahuan tentang manfaat latihan jasmani/

olahraga bagi penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan

Desa Truwolu. Penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi

mengetahui manfaat latihan jasmani/olahraga bagi penderita diabetes

mellitus sedangkan penderita diabetes mellitus di Desa Truwolu tidak

mengetahui manfaat olahraga/latihan jasmani (58,9%). Penderita

diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi mengetahui manfaat

olahraga yaitu dapat menurunkan kadar glukosa darah (22,2%).

Menurut peneliti, penderita diabetes mellitus di desa tidak mengetahui

manfaat olahraga dikarenakan kurangnya pengetahuan. Pengetahuan

tentang manfaat yang kurang menyebabkan mereka lebih cenderung

mengabaikan olahraga/latihan jasmani bagi pengelolaan diabetes

mellitus. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Achmad (2011) bahwa pengetahuan yang tidak baik berisiko 4

kali tidak berhasil dalam pengelolaan DM (p=0,015; OR=4 (1,27-

12,58). Menurut American Diabetes Asssociation dalam Positon

Statement yang berjudul Physical Activity/Exercise and Diabetes

(2004) dijelaskan bahwa telah dilakukan studi untuk mengetahui

keuntungan dari latihan jasmani terhadap metabolisme karbohidrat

dan sensitivitas insulin. Studi tersebut menghasilkan kesimpulan

bahwa latihan jasmani intensitas 50-80% VO2-max (intensitas sedang

Page 82: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9039/4/T1_462008091_BAB IV.pdf · 4.2.2 Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan data yang

82

dan tinggi) selama 4 kali dalam seminggu dengan durasi 30-60 menit

dapat memperbaiki/menurunkan kadar HbA1c kisaran 10-20%. HbA1c

adalah glukosa yang terikat pada sel darah merah. Kadar A1c di

dalam darah menggambarkan kadar glukosa darah rata-rata selama 3

bulan. Peneliti berpendapat bahwa untuk mencapai pengelolaan

diabetes mellitus dibutuhkan pengetahuan tentang manfaat olahraga

bagi penderita diabetes mellitus, supaya pengetahuan yang baik

tentang manfaat olahraga, penderita dapat termotivasi untuk

melakukan olahraga supaya dapat mengontrol kadar glukosa darah.

Pengetahuan tentang manfaat olahraga bagi penderita diabetes

mellitus berperan penting dalam pencapaian keberhasilan pengelolaan

diabetes mellitus.


Top Related