48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Awal
Penelitian dilakukan di SDN Randulawang 03 Kecamatan Jati, Kabupaten
Blora. Sebelum melaksanakan penelitian, harus melakukan kegiatan pra
siklus/observasi terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengetahui keadaan nyata
kelas yang nantinya akan dijadikan tempat penelitian. Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti pada hari Senin, 7 Maret 2016 didapatkan bahwa
hasil belajar IPS siswa kelas III SDN Randulawang 03 masih rendah atau dibawah
KKM yaitu 66. Berikut merupakan hasil belajar IPS pra siklus:
Tabel 4.1
Nilai Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pra Siklus
Nilai jumlah siswa Presentase Keterangan40-45 2 8,33% Tidak Tuntas46-50 3 12,50% Tidak Tuntas51-55 2 8,33% Tidak Tuntas56-60 2 8,33% Tidak Tuntas61-65 4 26,66% Tidak Tuntas66-70 2 8,33% Tuntas71-75 3 12,50% Tuntas76-80 2 8,33% Tuntas81-85 3 12,50% Tuntas86-90 1 4,16% Tuntas
Jumlah 24 100%Ketuntasan 11 45,83%
Belum Tuntas 13 54,17%Nilai Tertinggi 88Nilai Terendah 44
Rata-rata 63,66
49
Dari tabel diatas menunjukan bahwa variasi skor nilai ada 10 jenis. Nilai
tertinggi 88 yang dicapai oleh 1 (4,16%) siswa, sementara nilai terendah 44
dicapai oleh 2 (8,33%) siswa. Siswa kelas III SDN Randulawang 03 yang
mendapatkan nilai ≥ 65 hanya 11 (45,83%) siswa, sedangkan siswa yang belum
tuntas atau siswa yang mendapatkan nilai ≤ 65 ada 13 (54,17%) siswa. Pernyataan
tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.1 Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pra Siklus
Dari hasil observasi yang dilakukan pada kelas III SDN Randulawang 03
menunjukan bahwa hasil belajar IPS masih rendah. Rendahnya hasil belajar
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: dalam proses pembelajaran, guru
menyampaikan meteri pelajaran belum menggunakan metode dan media yang
kurang tepat, metode yang digunakan guru hanya ceramah saja, sehingga
pembelajaran berpusat pada guru. Dengan berbagai permasalahan tersebut maka
perlu adanya model pembelajaran yang bervariasi dan inovatif, sehingga dapat
melatih kerja sama antar siswa dan menyenangkan sehingga hasil belajar IPS
kelas III SDN Randulawang 03 dapat meningkat. Pembelajaran yang dimaksud
adalah pembelajaran menggunakan model role playing berbantuan media benda
konkrit yang akan dilaksanakan dalam 2 siklus.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
TidakTuntas
Tuntas
13
49
Dari tabel diatas menunjukan bahwa variasi skor nilai ada 10 jenis. Nilai
tertinggi 88 yang dicapai oleh 1 (4,16%) siswa, sementara nilai terendah 44
dicapai oleh 2 (8,33%) siswa. Siswa kelas III SDN Randulawang 03 yang
mendapatkan nilai ≥ 65 hanya 11 (45,83%) siswa, sedangkan siswa yang belum
tuntas atau siswa yang mendapatkan nilai ≤ 65 ada 13 (54,17%) siswa. Pernyataan
tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.1 Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pra Siklus
Dari hasil observasi yang dilakukan pada kelas III SDN Randulawang 03
menunjukan bahwa hasil belajar IPS masih rendah. Rendahnya hasil belajar
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: dalam proses pembelajaran, guru
menyampaikan meteri pelajaran belum menggunakan metode dan media yang
kurang tepat, metode yang digunakan guru hanya ceramah saja, sehingga
pembelajaran berpusat pada guru. Dengan berbagai permasalahan tersebut maka
perlu adanya model pembelajaran yang bervariasi dan inovatif, sehingga dapat
melatih kerja sama antar siswa dan menyenangkan sehingga hasil belajar IPS
kelas III SDN Randulawang 03 dapat meningkat. Pembelajaran yang dimaksud
adalah pembelajaran menggunakan model role playing berbantuan media benda
konkrit yang akan dilaksanakan dalam 2 siklus.
Tuntas NilaiTerendah
NilaiTertinggi
Rata-rata
11
44
88
63,66
Tidak Tuntas
Tuntas
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata
49
Dari tabel diatas menunjukan bahwa variasi skor nilai ada 10 jenis. Nilai
tertinggi 88 yang dicapai oleh 1 (4,16%) siswa, sementara nilai terendah 44
dicapai oleh 2 (8,33%) siswa. Siswa kelas III SDN Randulawang 03 yang
mendapatkan nilai ≥ 65 hanya 11 (45,83%) siswa, sedangkan siswa yang belum
tuntas atau siswa yang mendapatkan nilai ≤ 65 ada 13 (54,17%) siswa. Pernyataan
tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.1 Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pra Siklus
Dari hasil observasi yang dilakukan pada kelas III SDN Randulawang 03
menunjukan bahwa hasil belajar IPS masih rendah. Rendahnya hasil belajar
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: dalam proses pembelajaran, guru
menyampaikan meteri pelajaran belum menggunakan metode dan media yang
kurang tepat, metode yang digunakan guru hanya ceramah saja, sehingga
pembelajaran berpusat pada guru. Dengan berbagai permasalahan tersebut maka
perlu adanya model pembelajaran yang bervariasi dan inovatif, sehingga dapat
melatih kerja sama antar siswa dan menyenangkan sehingga hasil belajar IPS
kelas III SDN Randulawang 03 dapat meningkat. Pembelajaran yang dimaksud
adalah pembelajaran menggunakan model role playing berbantuan media benda
konkrit yang akan dilaksanakan dalam 2 siklus.
Tidak Tuntas
Tuntas
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata
50
4.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan deskripsi dari kegiatan pembelajaran dari
awal sampai akhir pembelajaran serta deskripsi observasi kegiatan guru dan
aktivitas siswa selama proses belajar mengajar. Pelaksanaan tindakan setiap siklus
dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Adapun tahapan yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
4.2.1 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan
kelas. Pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pada hari Sabtu, 12 Maret 2016 sampai
dengan 26 Maret 2016.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 Maret 2016 pada jam
pelajaran pertama dan kedua dengan alokasi waktu 2x35 menit. Materi ajar pada
pertemuan pertama adalah memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah. Pada kegiatan awal, guru memulai dengan mengucapkan salam, berdoa
bersama, serta mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru menanyakan keadaan
siswa dan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran yang akan berlangsung. Guru
dan siswa menyiapkan alat-alat belajar seperti buku paket, LKS, alat tulis, dan
media pembelajaran yang akan digunakan. Setelah itu guru memberikan apersepsi
dengan tanya jawab tentang “apakah kalian pernah membeli barang?, dimana?.
Guru mengaitkan materi dengan pengalaman siswa sehari-hari tentang jual beli.
Setelah siswa mengerti, guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar dan
menyampaikan tujuan pelajaran yang hendak dicapai.
Kegiatan inti dimulai dengan mengaitkan materi lalu dan menumbuhkan
partisipasi siswa untuk dapat bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Siswa
diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sebangku untuk berbagi
pengalaman tentang membeli barang. Setelah itu guru membagi siswa ke dalam 6
kelompok kecil. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu belajar
dikolaborasikan dengan bermain. Guru membuat aturan permainan. Dalam
bermain peran, siswa di dalam kelompok dituntut agar dapat bekerjasama dalam
51
bermain peran. Setelah guru menjelaskan aturan permainan, mereka akan
berdiskusi untuk mencari memilih peran yang paling tepat. Hasil yang didapat
akan dituangkan dalam praktik secara langsung dan guru juga menyediakan
lembar kerja siswa. Setelah kelompok selesai melakukan praktik bermain peran,,
guru meminta LKS pada setiap kelompok yang mengamati temannya. Kelompok
yang lain bertugas untuk menilainya. Apabila semua kelompok sudah
mempresentasikan kerja kelompok dalam bermain peran, maka siswa mencoba
untuk membuat kesimpulan pembelajaran yang disempurnakan oleh guru. Pada
kegiatan penutup, guru memberi kesempatan kepada siswa yang belum jelas
tentang materi yang disampaikan. Setelah itu guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal evaluasi secara individu untuk mengetahui keberhasilan yang
dicapai siswa. Setelah soal terselesaikan, guru menutup pelajaran dengan
memberikan refleksi, pesan moral, menyampaikan materi ajar yang akan datang,
dan memberi salam.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Maret 2016 pada jam
pelajaran pertama dan kedua dengan alokasi waktu 2x35 menit. Materi ajar pada
pertemuan kedua adalah menyebutkan tempat jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah. Pada kegiatan awal, guru memulai dengan mengucapkan salam, berdoa
bersama, serta mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru menanyakan keadaan
siswa dan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran yang akan berlangsung. Guru
dan siswa menyiapkan alat-alat belajar seperti buku paket, LKS, alat tulis, dan
media pembelajaran yang akan digunakan. Setelah itu guru memberikan apersepsi
dengan tanya jawab tentang “dimana kalian membeli alat tulis?, selain itu, dimana
kalian membeli perlengkaan sekolah seperti alat tulis dan tas sekolah?”.
Kemudian guru mengaitkan apersepsi dengan materi ajar yang akan dilaksanakan.
Setelah siswa siap untuk mengikuti proses pembelajaran, guru menjelaskan materi
pelajaran secara garis besar dan menyampaikan tujuan pelajaran yang hendak
dicapai.
Kegiatan inti dimulai dengan memberikan kesempatan siswa untuk
kembali berkelompok sesuai pertemuan sebelumnya. Guru memulai menjelaskan
kembali kegiatan pembelajaran hari ini untuk mengamati benda atau barang-
52
barang nyata yang dipersiapkan oleh guru. Siswa diminta memperhatikan benda
konkrit yang berkaitan dengan materi yaitu kegiatan jual beli di lingkungan rumah
dan sekolah. Setiap kelompok dituntut untuk berkonsentrasi. Siswa akan
mengumpulkan informasi-informasi saat pembelajaran berlangsung. Informasi
tersebut berguna untuk mengerjakan soal evaluasi. Setelah mengumpulkan
informasi dengan kelompok masing-masing, siswa kembali ke tempat duduk
masing-masing. Hasil yang di dapat akan dituangkan dalam lembar kerja siswa
yang disediakan oleh guru. Setelah kelompok selesai melihat benda-benda konkrit
dan memperhatikan penjelasan guru, siswa bersama-sama menyimpulkan apa
yang dipelajari hari ini. Apabila masih ada jawaban siswa yang kurang tepat, guru
meluruskan jawaban siswa sehingga menjadi jelas dan benar.
Pada kegiatan penutup, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan. Setelah itu guru membagikan soal
evaluasi dan meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi secara individu
untuk mengetahui keberhasilan yang dicapai siswa. Setelah soal terselesaikan,
guru menutup pelajaran dengan memberikan refleksi, pesan moral,
menyampaikan materi ajar yang akan datang, dan memberi salam.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Maret 2016 pada jam
pelajaran pertama dan kedua dengan alokasi waktu 2x35 menit. Pada pertemuan
ini guru mengulas materi dua pertemuan yang lalu dan memberikan evaluasi di
akhir siklus I. Pada kegiatan awal, guru memulai dengan mengucapkan salam,
berdoa bersama, serta mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru menanyakan
keadaan siswa dan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran yang akan
berlangsung. Guru dan siswa menyiapkan alat-alat belajar seperti LKS, alat tulis,
dan media pembelajaran yang akan digunakan. Setelah itu guru memberikan
apersepsi dengan tanya jawab tentang materi lalu. “Siapa yang masih ingat,
pelajaran IPS yang kita pelajari pertemuan yang lalu?”. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya.
Pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi
siklus I secara individu. Evaluasi ini dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan
penelitian pada siklus I. Materi soal adalah kegiatan jual beli di lingkungan rumah
53
dan sekolah. Hasil dari siklus I akan menjadi acuan pada siklus II. Pada kegiatan
penutup, guru memberi refleksi dan pesan moral yang berguna bagi kemajuan
belajar siswa. Setelah itu guru menyampaikan materi ajar yang akan datang, dan
memberi salam.
Selama penelitian berlangsung, peneliti sebagai observer mengamati
kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Observer mengisi lembar observasi guru
dan siswa sebagai berikut: (terlampir)
Tabel 4.2
Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Siklus 1
KegiatanPengamatan
Siklus 1
Objekyang
Diamati
Sintaks JumlahKeseluruhan
SintaksDilaksanakanBelum
Dilaksanakan
PertemuanPertama
Guru 14 6 20
Siswa 8 5 13
Pertemuan KeduaGuru 19 1 20
Siswa 13 0 13
Dari tabel di atas terlihat bahwa penilaian observasi terhadap guru dan
siswa mengalami peningkatan. Terjadi perbaikan dari pertemuan satu ke
pertemuan yang kedua. Untuk pertemuan ketiga tidak banyak yang dilakukan
karena peran guru sebatas memberikan evaluasi. Selama proses pembelajaran
berlangsung masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki pada siklus
berikutnya. Di bawah ini merupakan tabel ketuntasan hasil belajar IPS siklus 1
dapat kita lihat sebagai berikut:
54
Tabel 4.3
Nilai Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus 1
Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan46-50 1 4,16% Tidak Tuntas51-55 3 12,50% Tidak Tuntas56-60 3 12,50% Tidak Tuntas61-65 0 0% Tidak Tuntas66-70 5 20,83% Tuntas71-75 4 16,66% Tuntas76-80 4 16,66% Tuntas81-85 2 8,33% Tuntas86-90 1 4,16% Tuntas91-95 1 4,16% Tuntas
Jumlah 24 100%Ketuntasan 17 70,83%
Belum Tuntas 7 29,17%Nilai Tertinggi 95Nilai Terendah 50
Rata-rata 71,67
Dari tabel diatas menunjukan bahwa variasi skor nilai ada 10 jenis. Nilai
tertinggi 95 yang dicapai oleh 1 (4,16%) siswa, sementara nilai terendah 50 yang
dicapai oleh 1 (4,16%) siswa. Siswa kelas III SDN Randulawang 03 yang
mendapatkan nilai diatas KKM yaitu ≥66 sebanyak 17 (70,83%) siswa, sementara
siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM ada 7 (29,17%) siswa.
Dari tabel dan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan siklus 1
berlangsung dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat dibandingkan hasil
belajar pada kegiatan pra siklus tetapi masih ada 7 (29,17%) siswa yang belum
tuntas, ketidak tuntasan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat
dilihat pada lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, seperti: Masih ada
beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru selama kegiatan pembelajaran,
guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran, belum memberikan stimulus
berupa pertanyaan sehingga masih ada beberapa siswa yang pasif, guru kurang
55
dapat membimbing siswa dalam kerja kelompok sehingga diskusi kelompok
masih gaduh. Dari permasalahan tersebut menyebabakan 7 siswa mendapatkan
hasil belajar dibawah KKM ≤66. Untuk lebih jelasnya tentang hasil belajar IPS
siswa kelas III SDN Randulawang 03 dapat dilihat pada diagram batang dibawah
ini:
Gambar 4.2. Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus 1
Tahap refleksi siklus I dilaksanakan setelah penelitian pada siklus I berakhir.
Refleksi yang dilakukan peneliti terhadap penerapan model pembelajaran role
playing berbantuan media benda konkrit pada mata pelajaran IPS kelas III SDN
Randulawang 03 menunjukkan hasil yang cukup baik meskipun masih ada banyak
kekurangan. Hasil refleksi pada siklus I adalah sebagai berikut:
a) Siswa menjadi lebih bersemangat dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran.
b) Siswa berani menjawab pertanyaan spontan dari guru meski jawabannya tidak
selalu benar.
c) Siswa mampu bekerjasama untuk mengerjakan tugas secara kelompok dan
memainkan peran.
d) Siswa belum mampu mengerjakan tugas sesuai dengan langkah-langkah role
playing.
e) Guru belum menguasai model pembelajaran role playing secara menyeluruh.
f) Hasil belajar siswa rata-rata kelas melebihi KKM, namun masih ada 7 anak
yang belum mencapai KKM.
0
20
40
60
80
100
TidakTuntas
Tuntas
7
55
dapat membimbing siswa dalam kerja kelompok sehingga diskusi kelompok
masih gaduh. Dari permasalahan tersebut menyebabakan 7 siswa mendapatkan
hasil belajar dibawah KKM ≤66. Untuk lebih jelasnya tentang hasil belajar IPS
siswa kelas III SDN Randulawang 03 dapat dilihat pada diagram batang dibawah
ini:
Gambar 4.2. Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus 1
Tahap refleksi siklus I dilaksanakan setelah penelitian pada siklus I berakhir.
Refleksi yang dilakukan peneliti terhadap penerapan model pembelajaran role
playing berbantuan media benda konkrit pada mata pelajaran IPS kelas III SDN
Randulawang 03 menunjukkan hasil yang cukup baik meskipun masih ada banyak
kekurangan. Hasil refleksi pada siklus I adalah sebagai berikut:
a) Siswa menjadi lebih bersemangat dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran.
b) Siswa berani menjawab pertanyaan spontan dari guru meski jawabannya tidak
selalu benar.
c) Siswa mampu bekerjasama untuk mengerjakan tugas secara kelompok dan
memainkan peran.
d) Siswa belum mampu mengerjakan tugas sesuai dengan langkah-langkah role
playing.
e) Guru belum menguasai model pembelajaran role playing secara menyeluruh.
f) Hasil belajar siswa rata-rata kelas melebihi KKM, namun masih ada 7 anak
yang belum mencapai KKM.
Tuntas NilaiTerendah
NilaiTertinggi
Rata-rata
17
50
95
71,67
55
dapat membimbing siswa dalam kerja kelompok sehingga diskusi kelompok
masih gaduh. Dari permasalahan tersebut menyebabakan 7 siswa mendapatkan
hasil belajar dibawah KKM ≤66. Untuk lebih jelasnya tentang hasil belajar IPS
siswa kelas III SDN Randulawang 03 dapat dilihat pada diagram batang dibawah
ini:
Gambar 4.2. Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus 1
Tahap refleksi siklus I dilaksanakan setelah penelitian pada siklus I berakhir.
Refleksi yang dilakukan peneliti terhadap penerapan model pembelajaran role
playing berbantuan media benda konkrit pada mata pelajaran IPS kelas III SDN
Randulawang 03 menunjukkan hasil yang cukup baik meskipun masih ada banyak
kekurangan. Hasil refleksi pada siklus I adalah sebagai berikut:
a) Siswa menjadi lebih bersemangat dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran.
b) Siswa berani menjawab pertanyaan spontan dari guru meski jawabannya tidak
selalu benar.
c) Siswa mampu bekerjasama untuk mengerjakan tugas secara kelompok dan
memainkan peran.
d) Siswa belum mampu mengerjakan tugas sesuai dengan langkah-langkah role
playing.
e) Guru belum menguasai model pembelajaran role playing secara menyeluruh.
f) Hasil belajar siswa rata-rata kelas melebihi KKM, namun masih ada 7 anak
yang belum mencapai KKM.
Tidak Tuntas
Tuntas
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata
56
4.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan
kelas. Pelaksanaan tindakan siklus II yaitu pada hari Sabtu, 2 April 2016 sampai
dengan hari Sabtu, 16 April 2016. Pertemuan ini dilaksanakan pada jam pelajaran
pertama dan kedua dengan alokasi waktu 2x35 menit. Materi ajar pada pertemuan
keempat adalah sejarah uang, jenis uang. Pada kegiatan awal, guru memulai
dengan mengucapkan salam, berdoa bersama, serta mengabsen kehadiran siswa.
Kemudian guru menanyakan keadaan siswa dan kesiapan siswa dalam mengikuti
pelajaran yang akan berlangsung. Guru dan siswa menyiapkan alat-alat belajar
seperti buku paket, LKS, alat tulis, dan media pembelajaran yang akan digunakan.
Setelah itu guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab tentang uang.
“Apakah kamu masih ingat, ketika di kantin kalian membeli makanan
menggunakan apa?”. Guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar dan
menyampaikan tujuan pelajaran yang hendak dicapai.
Kegiatan inti dimulai dengan mengaitkan materi lalu dan menumbuhkan
partisipasi siswa untuk dapat bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Siswa
diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Untuk materi
uang, guru meminta siswa untuk menyiapkan setiap kelompok memerankan
permainan yang solah-olah siswa berada dalam kondisi nyata dengan materi uang.
Peran yang dipersiapkan yaitu siswa ada yang menjadi penjual toko, ada pula
siswa yang menjadi pembeli atau pemilik uang. Guru mempersiapkan alat peraga
berupa uang mainan sebagai alat pembayaran yang sah. Pemeran memperhatikan
penjelasan dari guru dalam setiap langkah memainkan peran, sehingga
pembelajaran terkesan begitu nyata pada keadaan sebenarnya dan menyenangkan.
Selain itu, ada kelompok yang memainkan peran sebagai masyarakat yang
membayar suatu barang tetapi tidak dengan uang tunai. Guru meminta siswa atau
kelompok pemeran mengkondisikan keadaan pada saat seseorang mentransfer
uang dari ATM. Siswa ada yang berperan sebagai penerima transfer uang dengan
mengecek di ATM. Setelah kegiatan berlangsung, guru kembali menjelaskan
materi dan membuat simpulan materi uang bersama siswa. Pada kegiatan penutup,
57
guru memberi kesempatan kepada siswa yang belum jelas tentang materi yang
disampaikan. Setelah itu guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi
secara individu untuk mengetahui keberhasilan yang dicapai siswa. Setelah soal
terselesaikan, guru menutup pelajaran dengan memberikan refleksi, pesan moral,
menyampaikan materi ajar yang akan datang, dan memberi salam.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 April 2016 pada jam
pelajaran pertama dan kedua dengan alokasi waktu 2x35 menit. Materi ajar pada
pertemuan kelima adalah macam-macam uang dan pengelolaan uang. Pada
kegiatan awal, guru memulai dengan mengucapkan salam, berdoa bersama, serta
mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru menanyakan keadaan siswa dan
kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran yang akan berlangsung. Guru dan siswa
menyiapkan alat-alat belajar seperti buku paket, LKS, alat tulis, dan media
pembelajaran yang akan digunakan. Setelah itu guru memberikan apersepsi
dengan bertanya kepada siswa, ”apakah kalian membawa uang saku?, siapa yang
membawa bekal hari ini?” Guru bermaksud menjelaskan macam-macam uang,
dan pengelolaanya. Setelah siswa mengerti, guru menjelaskan materi pelajaran
secara garis besar dan menyampaikan tujuan pelajaran yang hendak dicapai.
Kegiatan inti dimulai dengan memberikan kesempatan siswa untuk
berkumpul dengan kelompok masing-masing sesuai pertemuan sebelumnya.
Guru mempersiapkan alat peraga berupa uang mainan, dan barang-barang yang
dijual di toko. Guru meminta siswa untuk memerankan penggunaan uang sehari-
hari dengan bimbingan guru. Setelah memperhatikan penjelasan dari guru, hasil
yang didapat akan dituangkan dalam lembar kerja siswa yang disediakan oleh
guru. Setelah siswa selesai menjawab lembar kerja, guru meminta siswa mencoba
untuk membuat kesimpulan pembelajaran. Apabila kurang tepat atas simpulan
yang diambil siswa, guru akan menyempurnakanya. Pada kegiatan penutup, guru
memberi kesempatan kepada siswa yang belum jelas tentang materi yang
disampaikan. Setelah itu guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi
secara individu untuk mengetahui keberhasilan yang dicapai siswa.
58
Setelah soal terselesaikan, guru menutup pelajaran dengan memberikan
refleksi, pesan moral, dan memberi salam. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada
hari Sabtu, 16 April 2016 pada jam pelajaran pertama dan kedua dengan alokasi
waktu 2x35 menit. Pada pertemuan ini guru mengulas materi dua pertemuan yang
lalu dan memberikan evaluasi di akhir siklus II. Pada kegiatan awal, guru
memulai dengan mengucapkan salam, berdoa bersama, serta mengabsen
kehadiran siswa. Kemudian guru menanyakan keadaan siswa dan kesiapan siswa
dalam mengikuti pelajaran yang akan berlangsung. Guru dan siswa menyiapkan
alat-alat belajar seperti buku paket, LKS, alat tulis, dan media pembelajaran yang
akan digunakan. Setelah itu guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab
tentang materi lalu. “Siapa yang masih ingat, pelajaran IPS kemarin kita belajar
tentang apa?”. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya.
Pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi siklus II
secara individu. Evaluasi ini dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan
penelitian pada siklus II. Materi soal adalah sejarah uang, macam-macam uang
dan pengelolaan uang. Pada kegiatan penutup, guru memberi refleksi dan pesan
moral yang berguna bagi kemajuan belajar siswa dan memberi salam.
Selama penelitian berlangsung, peneliti sebagai observer mengamati
kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Observer mengisi lembar observasi guru
dan siswa. Hasil observasi terhadap guru dan siswa yang di lakukan observer,
hasilnya menunjukkan bahwa semua sintak sudak terlaksana. Berikut adalah hasil
observasi kinerja guru dan siswa selama proses pembelajaran:
Tabel 4.4
Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Siklus II
KegiatanPengamatan
Siklus 1
Objekyang
Diamati
Sintaks JumlahKeseluruhan
SintaksDilaksanakanBelum
Dilaksanakan
PertemuanPertama
Guru 20 0 20
Siswa 13 0 13
Pertemuan KeduaGuru 20 0 20
Siswa 13 0 13
59
Dari tabel di atas, terlihat bahwa penilaian observasi terhadap guru dan
siswa meningkat. Dari kegiatan siklus II ini guru sudah melakukan perbaikan dari
kekurangan-kekurangan pada siklus sebelumnya. Perbaikan yang dilakukan oleh
guru membuat hasil belajar siswa meningkat. Untuk pertemuan ketiga tidak
banyak yang dilakukan karena peran guru sebatas memberikan evaluasi. Dibawah
ini merupakan tabel ketuntasan hasil belajar IPS siklus II dapat kita lihat sebagai
berikut:
Tabel 4.5Nilai Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus II
NilaiJumlahSiswa Persentase Keterangan
51-55 1 4,16% Tidak Tuntas56-60 0 0% Tidak Tuntas61-65 1 4,16% Tidak Tuntas66-70 1 4,16% Tuntas71-75 3 12,50% Tuntas76-80 4 16,66% Tuntas81-85 3 12,50% Tuntas86-90 4 16,66% Tuntas91-95 4 16,66% Tuntas96-100 3 12,50% TuntasJumlah 24 100%
Ketuntasan 22 91,67%Belum Tuntas 2 8,33%Nilai Tertinggi 100Nilai Terendah 55
Rata-rata 84,58
Dari tabel diatas, menunjukan bahwa variasi skor nilai ada 10 jenis. Nilai
tertinggi 100 yang dicapai oleh 3 (12,50%) siswa, sementara nilai terendah 55
yang dicapai oleh 1 (4,16%) siswa. Siswa kelas III SDN Randulawang 03 yang
mendapatkan nilai diatas KKM yaitu ≥66 sebanyak 22 (91,67%) siswa, sementara
siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM ada 2 (8,33%) siswa.
60
Dari tabel dan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan siklus
II berlangsung dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat dibandingkan hasil
belajar pada kegiatan siklus 1, tetapi masih ada 2 (8,33%) siswa yang belum
tuntas, ketidak tuntasan tersebut disebabkan oleh kedua siswa tersebut hiperaktif
sehingga selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung siswa tersebut tidak
bisa berkonsentrasi dan selalu membuat kegaduhan di dalam kelas. Ada pula
seorang siswa yang memiliki masalah pribadi dirumah. Untuk lebih jelasnya
tentang hasil ketuntasan belajar IPS siswa kelas III SDN Randulawang 03 dapat
dilihat pada diagram batang dibawah ini:
Gambar 4.3 Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus II
Tahap refleksi siklus II dilaksanakan setelah penelitian pada siklus II
berakhir. Refleksi yang dilakukan peneliti terhadap penerapan model
pembelajaran role playing berbantuan media benda konkrit pada mata pelajaran
IPS kelas III SDN Randulawang 03 menunjukkan hasil yang baik meskipun masih
ada beberapa kekurangan. Hasil refleksi pada siklus II adalah sebagai berikut:
a) Siswa menjadi lebih bersemangat dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran.
b) Siswa berani menjawab pertanyaan spontan dari guru.
c) Siswa mampu bekerjasama untuk mengerjakan tugas secara kelompok.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
TidakTuntas
Tuntas
2
60
Dari tabel dan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan siklus
II berlangsung dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat dibandingkan hasil
belajar pada kegiatan siklus 1, tetapi masih ada 2 (8,33%) siswa yang belum
tuntas, ketidak tuntasan tersebut disebabkan oleh kedua siswa tersebut hiperaktif
sehingga selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung siswa tersebut tidak
bisa berkonsentrasi dan selalu membuat kegaduhan di dalam kelas. Ada pula
seorang siswa yang memiliki masalah pribadi dirumah. Untuk lebih jelasnya
tentang hasil ketuntasan belajar IPS siswa kelas III SDN Randulawang 03 dapat
dilihat pada diagram batang dibawah ini:
Gambar 4.3 Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus II
Tahap refleksi siklus II dilaksanakan setelah penelitian pada siklus II
berakhir. Refleksi yang dilakukan peneliti terhadap penerapan model
pembelajaran role playing berbantuan media benda konkrit pada mata pelajaran
IPS kelas III SDN Randulawang 03 menunjukkan hasil yang baik meskipun masih
ada beberapa kekurangan. Hasil refleksi pada siklus II adalah sebagai berikut:
a) Siswa menjadi lebih bersemangat dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran.
b) Siswa berani menjawab pertanyaan spontan dari guru.
c) Siswa mampu bekerjasama untuk mengerjakan tugas secara kelompok.
Tuntas NilaiTerendah
NilaiTertinggi
Rata-rata
22
55
100
84,58
Tidak Tuntas
Tuntas
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata
60
Dari tabel dan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan siklus
II berlangsung dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat dibandingkan hasil
belajar pada kegiatan siklus 1, tetapi masih ada 2 (8,33%) siswa yang belum
tuntas, ketidak tuntasan tersebut disebabkan oleh kedua siswa tersebut hiperaktif
sehingga selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung siswa tersebut tidak
bisa berkonsentrasi dan selalu membuat kegaduhan di dalam kelas. Ada pula
seorang siswa yang memiliki masalah pribadi dirumah. Untuk lebih jelasnya
tentang hasil ketuntasan belajar IPS siswa kelas III SDN Randulawang 03 dapat
dilihat pada diagram batang dibawah ini:
Gambar 4.3 Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus II
Tahap refleksi siklus II dilaksanakan setelah penelitian pada siklus II
berakhir. Refleksi yang dilakukan peneliti terhadap penerapan model
pembelajaran role playing berbantuan media benda konkrit pada mata pelajaran
IPS kelas III SDN Randulawang 03 menunjukkan hasil yang baik meskipun masih
ada beberapa kekurangan. Hasil refleksi pada siklus II adalah sebagai berikut:
a) Siswa menjadi lebih bersemangat dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran.
b) Siswa berani menjawab pertanyaan spontan dari guru.
c) Siswa mampu bekerjasama untuk mengerjakan tugas secara kelompok.
Tidak Tuntas
Tuntas
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata
61
d) Siswa mampu mengerjakan tugas sesuai dengan langkah-langkah role playing
e) Guru dapat memainkan peran sesuai arahan guru.
f) Guru dapat memaksimalkan penggunaan alat peraga.
g) Rata-rata hasil belajar siswa melebihi KKM.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi sebelum penelitian siklus I di kelas III SDN
Randulawang 03, ditemukan bahwa hasil belajar IPS siswa masih rendah. Hal ini
disebabkan guru belum mampu menginovasi model pembelajaran dan belum
mampu memahami karakteristik siswa yang memiliki kemampuan belajar
berbeda. Siswa cenderung mendengarkan ceramah dari guru dan mengerjakan
LKS secara individu saja. Kegiatan mengerjakan tugas secara individu akan
mematikan rasa kerjasama dan berbagi pengetahuan dengan temannya. Sedangkan
metode ceramah menyebabkan kemampuan berfikir kritis siswa menjadi lemah.
Siswa selalu diberi materi dan penjelasan secara langsung oleh guru, oleh sebab
itu ingatan akan materi yang disampaikan tidak sekuat apabila siswa menemukan
sendiri dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Akibat dari pembelajaran
yang monoton ini, kriteria ketuntasan minimal (KKM ≥ 66) hanya 11 siswa,
sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 13 siswa.
Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan
model pembelajaran role playing berbantuan media benda konrit dapat
meningkatkan hasil belajar IPS SDN Randulawang 03 Kabupaten Blora.
4.3.1 Siklus I
Pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran role playing
berbantuan media benda konkrit, siswa mencapai KKM ≥ 66 sebanyak 17 siswa
atau 70,83% dan sebanyak 7 siswa atau 29,17% mendapat nilai di bawah KKM.
4.3.2 Siklus II
Pada siklus II dengan menerapkan model pembelajaran role playing
berbantuan media benda konkrit, siswa mencapai KKM ≥ 66 sebanyak 22 siswa
atau 91,67% dan sebanyak 2 siswa atau 8,33% mendapat nilai di bawah KKM.
Setelah melakukan evaluasi pada siklus II, ternyata masih ada 2 siswa yang
belum mencapai KKM walaupun rata-rata kelas sudah mencapai KKM. Peneliti
62
berupaya untuk mengevaluasi ulang kedua anak tersebut, namun hasilnya
memang jauh dari KKM. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan siswa
dan guru kelas guna mencari tahu sebab ketidaktuntasan siswa tersebut. Kedua
siswa merupakan siswa yang memerlukan perhatian khusus. Mereka memiliki
latar belakang keluarga yang kurang harmonis dan sikap anak yang hiper aktif
sehingga mempengaruhi hasil belajar di sekolah. Peneliti memutuskan untuk
menyerahkan hasil belajar siswa tersebut kepada wali kelas untuk diadakan home
visit atau bimbingan khusus.
4.3.3 Perbandingan Antar Siklus
Dari data yang diperoleh pada kegiatan pra siklus yang dilakukan pada
kelas III SDN Randulawang 03 ditemukan permasalahan pada hasil belajar IPS,
maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yaitu
siklus 1 dan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran role playing
berbantuan media benda konkrit. Berikut merupakan hasil perbandingan pra
siklus, siklus 1, dan siklus II yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II
NoKetentusan KKM
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F % F % F %
1 Tuntas ≥66 11 45,83% 17 70,83% 22 91,67%
2 Tidak Tuntas <66 13 54,17% 7 29,17% 2 8,33%
Jumlah 24 100% 24 100% 24 100%
Dari tabel diatas menyatakan bahwa hasil belajar pada pra siklus siswa
kelas III SDN Randulawang 03 memperoleh ketuntasan mencapai 11 (45,83%)
siswa dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 13 (54,17%) siswa . Setelah guru
menggunakan model role playing berbantuan media benda konkrit, hasil siklus I
sudah meningkat meskipun belum optimal, siswa yang tuntas sebanyak 17
(70,83%) siswa, dan yang tidak tuntas sebanyak 7 (29,17%) siswa.
63
Kemudian guru melanjutkan ke siklus II dan hasil belajar IPS siswa kelas
III SDN Randulawang 03 mencapai 22 (91,67%) siswa, sementara yang tidak
tuntas sebanyak 2 (8,33%) siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
batang dibawah ini:
Gambar 4.4. Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar
Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II
Berdasarkan perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II
bahwa penerapan model pembelajaran role playing berbantuan media benda
konkrit sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang memiliki
keunggulan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Peningkatan hasil belajar
IPS dengan model pembelajaran role playing berbantuan media benda konkrit
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi meningkat.
Peningkatan ini juga disertai dengan alat peraga sebagai media pembelajaran yang
menarik. Antusian belajar anak menjadi meningkat, semangat bekerja di dalam
kelompok, dan kerjasama yang tinggi membuktikan bahwa model pembelajaran
role playing berbantuan media benda konkrit berhasil meningkatkan hasil belajar
IPS siswa kelas III SDN Randulawang 03 Kabupaten Blora.
0
5
10
15
20
25
TidakTuntas
Pra Siklus
13
63
Kemudian guru melanjutkan ke siklus II dan hasil belajar IPS siswa kelas
III SDN Randulawang 03 mencapai 22 (91,67%) siswa, sementara yang tidak
tuntas sebanyak 2 (8,33%) siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
batang dibawah ini:
Gambar 4.4. Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar
Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II
Berdasarkan perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II
bahwa penerapan model pembelajaran role playing berbantuan media benda
konkrit sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang memiliki
keunggulan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Peningkatan hasil belajar
IPS dengan model pembelajaran role playing berbantuan media benda konkrit
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi meningkat.
Peningkatan ini juga disertai dengan alat peraga sebagai media pembelajaran yang
menarik. Antusian belajar anak menjadi meningkat, semangat bekerja di dalam
kelompok, dan kerjasama yang tinggi membuktikan bahwa model pembelajaran
role playing berbantuan media benda konkrit berhasil meningkatkan hasil belajar
IPS siswa kelas III SDN Randulawang 03 Kabupaten Blora.
Tuntas TidakTuntas
Tuntas TidakTuntas
Tuntas
Pra Siklus Siklus I Siklus II
11
7
17
2
63
Kemudian guru melanjutkan ke siklus II dan hasil belajar IPS siswa kelas
III SDN Randulawang 03 mencapai 22 (91,67%) siswa, sementara yang tidak
tuntas sebanyak 2 (8,33%) siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
batang dibawah ini:
Gambar 4.4. Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar
Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II
Berdasarkan perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II
bahwa penerapan model pembelajaran role playing berbantuan media benda
konkrit sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang memiliki
keunggulan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Peningkatan hasil belajar
IPS dengan model pembelajaran role playing berbantuan media benda konkrit
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi meningkat.
Peningkatan ini juga disertai dengan alat peraga sebagai media pembelajaran yang
menarik. Antusian belajar anak menjadi meningkat, semangat bekerja di dalam
kelompok, dan kerjasama yang tinggi membuktikan bahwa model pembelajaran
role playing berbantuan media benda konkrit berhasil meningkatkan hasil belajar
IPS siswa kelas III SDN Randulawang 03 Kabupaten Blora.
Tuntas
Siklus II
22
64
Berdasarkan pembahasan di atas maka implikasi teroritis dan implikasi praktis
sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa melalui model pembelajaran
role playing berbantuan media benda konkrit dapat meningkatkan hasil belajar
IPS siswa.
2. Implikasi Praktis
a) Bagi siswa
Manfaat praktis bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menguasai pelajaran IPS dengan model pembelajaran role playing berbantuan
media benda konkrit. Selain itu siswa tidak merasa bosan dan lebih
bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPS karena pembelajarannya
menyenangkan dengan berbagai variasi, sehingga siswa bisa lebih antusias
dalam belajar. Siswa juga dapat belajar untuk bekerjasama di dalam kelompok,
mengerti bahwa setiap permainan ada yang menang dan kalah.
b) Bagi Guru
Sebagai masukan agar dalam pelaksanan proses pembelajaran perlu
memperhatian cara pemberian tugas secara tepat dalam upaya meningkatkan
minat belajar siswa, menambah wawasan guru dalam menjadikan pelajaran
IPS di kelas agar lebih menarik dengan menggunakan model pembelajaran role
playing berbantuan media benda konkrit.
c) Bagi Sekolah
Memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka mengefektifkan
pembinaan dan pengelolaan metode mengajar dalam pelaksanaan pendidikan.