Download - BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang terdiri dari pengamatan
selintas dan pengamatan utama.
4.1. Pengamatan Selintas
Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang dilakukan di luar
pengamatan utama, yang bertujuan untuk melengkapi pengamatan utama.
Pengamatan selintas pada penelitian ini meliputi pengamatan suhu udara minimal
dan maksimal, kelembaban udara relatif (RH), pH larutan, Electical Conductivity
(EC) larutan, dan warna daun, persentase tanaman hidup.
4.1.1. Suhu Udara dan Kelembaban Udara
Pertumbuhan dan hasil tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yaitu sifat genetis pada tanaman sedangkan faktor
eksternal adalah lingkungan tempat tumbuh tanaman. Di lingkungan tempat
penanaman, iklim adalah faktor eksternal yang penting diamati, seperti suhu
lingkungan dan kelembaban udara. Berikut ini adalah grafik dari suhu dan
kelembaban udara tempat penelitian.
Gambar 4.1 Suhu udara di tempat penelitian
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
Suh
u (
OC
)
Hari Ke
Max
Min
Rata - rata harian
20
Gambar 4.2 Kelembaban udara di tempat penelitian
Setiap jenis tanaman mempunyai batas suhu minimum, optimum dan
maksimum yang berbeda-beda untuk setiap tingkat pertumbuhannya. Apabila
tanaman ditanam di luar daerah iklimnya, maka produktivitasnya sering kali tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena hal tersebut penting untuk
mengetahui kondisi suhu udara dan kelembaban udara di lingkungan penelitian.
Suhu udara minimum dan maksimum di tempat penelitian yaitu 15,2 oC dan 37,3
oC (gambar 4.1), sedangkan kelembaban udara yaitu rata – rata 46,0 % (data
selengkapnya disajikan pada lampiran 1. Kangkung memerlukan suhu antara 20-
30 °C dan kelembaban udara > 60% (Rahman, 2014), namun ditempat penelitian
kondisinya kurang memenuhi persyaratan suhu dan kelembaban optimal untuk
pertumbuhan kangkung. Suhu udara di sekitar tanaman dipengaruhi oleh pindah
panas konveksi, laju evaporasi, intensitas cahaya matahari, kecepatan dan arah
angin (Nurianingsih, 2011). Suhu yang relatif tinggi di tempat penelitian
mempengaruhi kelembaban udara menjadi lebih rendah, hal ini dikarenakan pada
suhu udara yang tinggi, udara mengandung uap air dalam jumlah yang sedikit
sehingga kelembaban udara menjadi rendah. Berdasarkan rekomendasi dari
Rahman (2014) kelembaban udara ditempat penelitian kurang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman kangkung.
4.1.2. Warna Daun
Warna daun pada tanaman dapat menunjukkan status hara secara visual
terutama unsur hara nitrogen yang berkaitan dengan kandungan klorofil. Warna
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
Ke
lem
bab
an (
%)
Hari ke
Rataan RH
21
daun erat kaitannya dengan kandungan klorofil, sedangkan kandungan klorofil
berkaitan dengan proses fotosintesis tanaman. Oleh karena hal tersebut penting
untuk diketahui warna daun yang dihasilkan pada masing - masing perlakuan
pemberian pupuk cair. Untuk mengamati warna daun digunakan alat yaitu Royal
Horticulture Society (RHS) Colour Chart. Menurut (Wyman,1957) RHS adalah
standar baku untuk membandingkan keakuratan warna daun dan menggambarkan
keseragaman warna daun.
Kontrol AB mix Hortigro A Multitonik Supermes
Gambar 4.3 Pengaruh komposisi hara terhadap warna daun
Data keragaman warna daun pada komposisi hara pupuk cair untuk tanaman
kangkung dengan menggunakan RHS colour chart akan ditampilkan pada tabel
4.1.
Tabel 4.1 Pengaruh komposisi hara terhadap warna daun kangkung darat
Komposisi hara
dalam pupuk RHS Colour Chart Warna daun
Air baku (kontrol) RHS N144 A
RHS N144 C
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan
AB mix RHS 143 A Hijau tua
Hortigro A RHS 143 B
RHS 150 B
Hijau muda
Kuning tua
Multitonik RHS 143 C
RHS 150 C
Hijau muda
Kuning muda
Supermes RHS 143 B
RHS 150 C
Hijau muda
Kuning muda
Jika melihat gambar masing – masing perlakuan pada gambar 4.3. ,
perlakuan hara AB mix menghasilkan warna daun hijau tua, sedangkan perlakuan
lain berwarna hijau kekuning-kuningan dan pucat. Kandungan klorofil sangat
mempengaruhi pembentukan warna pada daun, semakin hijau warna daun maka
22
semakin tinggi kandungan klorofilnya. Kandungan klorofil pada tabel 4.6 ,
menunjukkan bahwa komposisi hara pada AB mix yang menghasilkan warna
daun hijau tua memiliki kandungan klorofil tertinggi dibandingkan perlakuan lain.
Sedangkan perlakuan yang memilki warna pucat pada daun, didapat hasil
kandungan klorofilnya yang jauh lebih rendah dari AB mix (tabel 4.6).
4.1.3. pH dan EC Pada Awal dan Akhir Pengamatan
Power of Hydrogen (pH) dan Electrical conductivity (EC) penting untuk
diperhatikan dalam budidaya hidroponik. pH hidroponik adalah derajat keasaman
atau kebasaan pada nutrisi hidroponik dan akan mempengaruhi ketersediaan unsur
hara yang diserap oleh tanaman, keberadaan unsur hara akan mempengaruhi
pertumbuhan dengan ditunjukan gejala kekurangan hara ataupun kelebihan hara.
Sama halnya dengan pH, nilai EC penting untuk diperhatikan karena EC
menunjukan kepekatan pada larutan nutrisi. Kepekatan larutan nutrisi akan
mempengaruhi metabolisme tanaman, yaitu dalam hal kecepatan fotosintesis,
aktivitas enzim dan potensi penyerapan ion-ion oleh akar. Data pengamatan nilai
pH dan EC larutan nutrisi hidroponik disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Rataan nilai pH dan EC pada awal dan akhir pengamatan
Komposisi hara
dalam pupuk
Rata – rata
pH awal pH akhir EC awal
(mS/cm)
EC akhir
(mS/cm)
Air baku (kontrol) 6.87 7.26 0.27 0.23
AB mix 6.57 7.01 1.58 2.32
Hortigro A 6.56 7.58 0.95 1.51
Multitonik 6.79 7.30 0.82 1.36
Supermes 6.99 7.40 0.77 1.04
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa pH nutrisi pada awal penelitian
hampir sama, kemudian tiga hari setelah digunakan, ph larutan nutrisi mulai
mengalami peningkatan. Menurut Sari (2016) rekomendasi pH untuk tanaman
sayuran kangkung adalah 5,5-6,5. Sedangkan rentang pH 6 – 7 sangat ideal untuk
nutrisi, karena semua nutrisi larut sempurna dalam air dan tanaman menyerap
unsur hara secara maksimal. Dari tiap perlakuan, pH yang didapat di awal
23
pemberian nutrisi termasuk rentang pH ideal dalam budidaya hidroponik yaitu pH
6 – 7. Setelah 3 hari penggunaan nutrisi, pH mengalami peningkatan. Perubahan
pH dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu proses fotosintesis, respirasi
tanaman, bakteri dan media tanam (Azzamy, 2016). Peningkatan pH tersebut
menghasilkan nilai pH yang tinggi atau basa, sehingga kurang baik untuk
budidaya pada sistem hidroponik. Pada kandungan AB mix menghasilkan pH dari
awal pemberian nutrisi hingga terjadinya peningkatan pH masih dalam kategori
yang sesuai untuk pertumbuhan kangkung dan budidaya secara hidroponik.
Konduktivitas listrik (EC) larutan hara di hidroponik dapat mewakili
jumlah total garam dalam larutan nutrisi untuk tanaman. Nilai EC dipengaruhi
oleh konsentrasi dari nutrisi yang dilarutkan, perbedaan jumlah garam – garam
dari nutrisi yang terlarut akan menyebabkan nilai EC tinggi ataupun rendah.
Kebutuhan tingkat kepekatan larutan nutrisi tanaman sayuran yaitu EC antara 1,5-
2,5 mS/cm. Dilihat dari tabel 4.2, bahwa komposisi hara AB mix memberikan
rentang nilai EC yang memenuhi untuk pertumbuhan tanaman kangkung.
Sedangkan pada perlakuan yang lain memiliki nilai EC yang termasuk rendah
yaitu ≤ 1,5 mS/cm. Pada hidroponik nilai EC yang tinggi dapat menjadi racun
pada tanaman, sedangkan EC yang rendah mengakibatkan terjadinya defisiensi
unsur hara pada tanaman. Penurunan nilai EC setelah 3 hari penggunaan nutrisi
terjadi pada perlakuan kontrol, hal ini dapat disebabkan karena akar tanaman
mengabsorbsi berbagai ion-ion hara vang terdapat didalam larutan. Dan
peningkatan nilai EC terjadi karena adanya sejumlah ion-ion tertentu di dalam
larutan dan proses evapotranspirasi (Setiawan, 2007).
24
4.1.4 Persentase Tanaman Hidup
Gambar 4.4 Persentase hidup tanaman kangkung darat
Persentase tanaman hidup pada penelitian ini adalah rerata jumlah
tanaman kangkung yang hidup hingga panen (35 hst) pada masing – masing
perlakuan. Dari gambar 4.4 diketahui bahwa komposisi hara pada AB mix
memberikan rata - rata persentase tanaman hidup yang lebih tinggi diantara
perlakuan yang lain yaitu 94%. Tingginya jumlah tanaman hidup,
mengindikasikan bahwa komposisi hara tersebut mampu menyediakan hara yang
cukup untuk tanaman kangkung tumbuh dan berkembang. Hal yang
mempengaruhi ketersediaan hara yaitu nilai pH dan nilai EC. Sedangkan
persentase tanaman hidup yang rendah diakibatkan tanaman tidak mendapat hara
yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Nilai pH dan EC yang dihasilkan
pada AB mix diduga memberikan nilai yang dapat memenuhi standar kebutuhan
pertumbuhan kangkung. Unsur hara berperan dalam menghasilkan jumlah
tanaman hidup yang lebih tinggi karena unsur hara digunakan untuk metabolisme
tanaman.
4.2. Pengamatan Utama
4.2.1. Pengaruh Komposisi Hara Dalam Pupuk Cair Terhadap Komponen
Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat
Pertumbuhan merupakan perubahan bentuk dikarenakan bertambahnya
jumlah sel yang diikuti dengan pembesaran ukuran sel. Komponen pertumbuhan
92% 94%84%
50%58%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
P0 P1 P2 P3 P4
Rataan
P0 = Air baku (kontrol)
P1 = Komposisi hara
AB mix
P2 = Komposisi hara
Hortigro A
P3 = Komposisi hara
Multitonik
P4 = Komposisi hara
Supermes
25
yang diamati pada tanaman kangkung meliputi tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter batang, luas daun, berat kering dan berat segar tanaman.
Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh komposisi hara dalam pupuk
cair terhadap pertumbuhan kangkung darat
Parameter Pengamatan F Hitung
Tinggi tanaman 270,99**
Jumlah daun 142,61**
Luas daun 156,87**
Diameter batang 183,76**
Berat kering tajuk 324,32**
Berat kering akar 301,45**
Berat segar tajuk 2351,61**
Berat segar akar 996,33** Keterangan :
** = berpengaruh sangat nyata uji F taraf 1%
* = berpengaruh nyata uji F 5%
tn = tidak berpengaruh nyata
Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian berbagai
pupuk cair berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pertumbuhan tanaman
kangkung darat, yaitu pada tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter
batang, berat kering dan berat segar tanaman.
Tabel 4.4 Pengaruh komposisi hara dalam pupuk cair terhadap pertumbuhan
tanaman kangkung darat
Komposisi
hara dalam
pupuk
Tinggi
tanaman
(cm)
Jumlah
daun
(helai)
Luas
daun
(cm2)
Diameter
batang
(mm)
Berat
kering
tajuk
(g)
Berat
kering
akar
(g)
Berat
segar
tajuk
(g)
Berat
segar
akar
(g)
Air baku
(kontrol) 9.56 b 5.0 b 2.04 b 2.24 bc 1,90 ab 0,88 b 15,41 b 14,83 b
AB mix 30.01 a 8.1 a 13.16 a 5.63 a 11,75 a 2,84 a 129,62 a 50,49 a
Hortigro A 10.34 b 2.6 c 2.81 b 2.27 b 1,38 b 0,25 c 9,54 c 7,28 c
Multitonik 5.28 c 1.2 d 1.90 b 1.75 c 0,46 c 0,16 c 3,79 d 4,71 c
Supermes 5.61 c 1.7 d 2.15 b 2.00 bc 0,66 c 0,22 c 4,45 d 5,30 c
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukan pengaruh tidak
berbeda nyata antar perlakuan.
4.2.1.1 Tinggi Tanaman
Dari uji korelasi dihasilkan bahwa nilai keeratan hubungan parameter
tinggi tanaman sangat kuat terhadap jumlah daun, luas daun, diameter batang,
berat kering dan berat segar tanaman (Lampiran 2). Semakin tinggi tanaman akan
26
menghasilkan jumlah daun yang semakin banyak, semakin luas daun dan semakin
besar diameter batang, serta menghasilkan berat kering yang semakin besar.
Tinggi tanaman kangkung juga berhubungan sangat kuat terhadap jumlah
produksi dari berat segar tanaman.
Perlakuan komposisi hara AB mix menghasilkan tinggi tanaman tertinggi
dibandingkan perlakuan lain yaitu 30,01 cm. Unsur hara berperan dalam
pembentukan sel – sel baru dan komponen utama penyusun senyawa organik
dalam tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur hara
yang berperan terhadap aktifitas sel yaitu unsur nitrogen, kalsium (Ca), dan
Boron. Menurut Gardner et al. (1991) bahwa defisiensi nitrogen membatasi
pembesaran sel dan pembelahan sel. Sedangkan menurut Rosmarkam dan
Yuwono (2002) Ca berfungsi pada pembelahan sel, dan peran B dalam aktivitas
sel yaitu pembelahan sel, pemanjangan sel dan diferensiasi sel. Melihat dari
komposisi hara pada masing – masing pupuk (tabel 2.2) diketahui bahwa unsur N
tidak tersedia pada P3, hal ini diduga yang menyebabkan tanaman menghasilkan
tinggi terendah yaitu 5,21 cm. Sedangkan pada AB mix kandungan hara sebesar
9,9% N ; 11,48% Ca; dan 0,013% B diduga hara tersebut cukup untuk
metabolisme tanaman dalam membentuk tinggi tanaman. Tersedianya N dalam
jaringan tanaman dan karbohidrat yang cukup, akan meningkatkan sintesis asam
amino serta meningkatkan protein dan enzim-enzim yang berperan dalam proses
pertumbuhan, seperti peningkatan protoplasma sebagai penyusun sel, sehingga
jumlah sel meningkat. Pertumbuhan tinggi tanaman yang terhambat pada
perlakuan Hortigro dan Supermes diduga dapat terjadi karena tidak tersedianya
unsur kalsium (Ca) yang dapat diserap tanaman. Unsur Ca berperan erat dalam
pertumbuhan apikal, sehingga unsur hara tersebut dapat meningkatkan tinggi
tanaman.
4.2.1.2 Jumlah Daun
Jumlah daun berhubungan sangat kuat terhadap semua parameter
pertumbuhan yang lain diantaranya yaitu tinggi tanaman, luas daun , diameter
batang dan berat kering tanaman. Dari uji korelasi (Lampiran 2), diketahui pula
bahwa jumlah daun berhubungan sangat kuat dalam meningkatkan produksi dari
berat segar tanaman.
27
Perlakuan komposisi hara AB mix menghasilkan jumlah daun tertinggi
(8,1 helai) diantara perlakuan yang lain. Unsur hara akan memacu aktivitas
meristem daun pada awal perkembangan daun, aktivitas meristem daun
menyebabkan terjadinya perpanjangan daun. Menurut Hidayat (1995)
perpanjangan daun terjadi sebagai akibat aktivitas meristem interkalar.
Pembelahan dan pemanjangan sel didalam daun ditingkatkan oleh sintesis protein,
hal ini akan meningkatkan jumlah daun pada tanaman (Hakim, 1991). Unsur hara
yang berperan dalam sintesis protein yaitu N, P, dan Mg. Nitrogen berperan dalam
pertumbuhan jumlah daun yaitu melalui sintesis karbohidrat yang diubah menjadi
protein dan protplasma. Rosmarkam dan Yuwono (2002) mengatakan bahwa
semakin tinggi pemberian nitrogen, maka semakin cepat sintesis karbohidrat yang
diubah menjadi protein dan protoplasma. Selanjutnya, Rosmarkam dan Yuwono
(2002) mengatakan bahwa kekurangan Mg menyebabkan kadar protein turun,
subunit enzim akan mengalami disosiasi dan sintesis protein terhenti. Melihat dari
tabel komposisi hara (tabel 2.2) diketahui bahwa hortigro A memiliki komposisi
N yang tinggi (22%) namun tidak didukung dengan adanya unsur Mg, diduga hal
tersebut yang menyebabkan tanaman tidak menghasilkan maksimal dalam
menghasilkan jumlah daun. Tingginya jumlah daun pada perlakuan komposisi
hara AB mix diduga karena unsur nitrogen, fosfor dan magnesium tersedia dalam
jumlah cukup yaitu 9,9% N; 4,83% P; dan 2,83% Mg. Sehingga sintesis protein
berjalan maksimal dan akhirnya dapat memacu aktivitas sel dalam menghasilkan
daun.
4.2.1.3 Luas Daun
Dari uji korelasi diketahui bahwa luas daun berhubungan sangat kuat
terhadap parameter pertumbuhan yang lain (Lampiran 2). Luas daun berhubungan
sangat kuat terhadap parameter hasil tanaman yaitu berat segar tanaman. Semakin
luas daun maka akan meningkatkan berat segar tanaman.
Pengaruh komposisi hara (Tabel 4.4) menunjukkan luas daun pada
perlakuan AB mix tertinggi (13,16 cm2) jika dibandingkan perlakuan yang lain.
Luas daun dapat dipengaruhi oleh jumlah daun dan ukuran daun pada tanaman.
Hal ini karena daun yang terbentuk, akan semakin berkembang dan bertambah
ukuran oleh kecukupan hara yang didapat dari nutrisi. Unsur hara yang berperan
28
terhadap luas daun yaitu hara N, P, dan K. Unsur N berperan sebagai katalisator
daun dan fiksasi CO2 yang dibutuhkan tanaman untuk fotosintesis (Subandi, dkk.,
2015). Hal ini didukung dengan pernyataan Mas’ud (1993) jika suplai nitrogen
cukup, daun tanaman akan tumbuh besar dan memperluas permukaan daun. Unsur
hara P merupakan salah satu pembentuk senyawa ATP yang berfungsi untuk
sintesis protein dan kemudian digunakan untuk membentuk sel meristematik yaitu
untuk pembelahan dan pemanjangan sel. Sedangkan unsur K berperan sebagai
pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, transportasi karbohidrat
serta berperan sebagai katalisator pada proses metabolisme tanaman. Menurut
Rosmarkam dan Yuwono (2002) kenaikan luas daun berkorelasi dengan
kemampuan fotosintesis, sehingga berkorelasi pula dengan karbohidrat (gula, pati,
dan polifruktosa), lemak dan minyak. Seperti pada penelitian ini, diketahui bahwa
daun yang terbentuk pada beberapa perlakuan menghasilkan daun yang sempit
dan kecil yaitu 1,9 cm2
dan 2,15 cm2. Hal tersebut diduga karena unsur hara yang
tersedia kurang maksimal dalam memacu pembentukan daun. Unsur hara lain
yang berperan pada fotosintesis tanaman antara lain Mg, Ca, Cu, Zn, Fe, dan Mn.
Sehingga dapat dikatakan ketersediaan unsur tersebut mampu meningkatkan
proses fotosintesis tanaman dan kemudian meningkatkan luas daun.
4.2.1.4 Diameter Batang
Hasil uji korelasi (Lampiran 2) menunjukkan bahwa pada tanaman
kangkung diameter batang berhubungan sangat kuat terhadap parameter
pertumbuhan lainnya seperti tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun , dan berat
kering tanaman. Semakin besar atau meningkat diameter batang pada tanaman
kangkung akan meningkatkan berat segar tanaman, seperti dari hasil uji korelasi
antara diameter batang dan berat segar tanaman yang menunjukkan hubungan
yang sangat kuat.
Proses translokasi unsur hara yang berjalan lancar mempengaruhi aktifitas
pembelahan dan perpanjangan sel. Laju pembelahan sel dan perpanjangan sel
serta pembentukan jaringan mempengaruhi pertumbuhan batang, daun dan akar
(Harjadi, 1991). Pertambahan diameter batang diakibatkan oleh adanya aktivitas
kambium yaitu xylem dan floem pada meristem lateral tanaman. Sel di daerah
perpanjangan sel seperti pada batang tanaman, memiliki kemampuan untuk
29
membesar dan memanjang. Kemampuan sel tersebut tentunya akan dapat berjalan
maksimal dengan adanya unsur hara yang diserap oleh tanaman, unsur hara yang
mempengaruhi perpanjangan sel antara lain unsur nitrogen, kalsium (Ca), dan
boron (B) . Dari hasil penelitian ini, pada (tabel 4.4) diketahui bahwa komposisi
hara AB mix menghasilkan nilai diameter batang tertinggi yaitu 5,63 mm.
Sedangkan perlakuan lain, 1,75 mm – 2,24 mm. Hal ini diduga terjadi karena
aktivitas pada batang, seperti translokasi unsur hara yang diserap akar ataupun
hasil fotosintat yang dihasilkan daun diangkut oleh jaringan xylem dan floem
dalam jumlah yang banyak, sehingga aktivitas kambium pada daerah lateral akan
menambah diameter batang tanaman agar translokasi unsur hara berjalan lancar.
4.2.1.5 Berat Segar dan Kering Bagian Tajuk
Hasil Uji korelasi menunjukkan bahwa berat segar bagian tajuk
berhubungan sangat kuat terhadap parameter pertumbuhan yang lainnya (lampiran
2). Semakin tinggi tanaman, semakin banyak jumlah daun, semakin luas daun,
dan semakin tinggi nilai diameter batang tanaman akan mempengaruhi nilai dari
berat segar bagian tajuk. Hasil yang sama juga terdapat pada uji korelasi berat
kering bagian tajuk terhadap parameter pertumbuhan yang lain yaitu berhubungan
sangat erat antar variabel.
Pada penelitian ini diketahui bahwa komposisi pupuk pada perlakuan
komposisi hara AB mix menghasilkan nilai berat segar tajuk tertinggi yaitu
129,62 g. Sedangkan pada perlakuan lain dengan tinggi tanaman yang kerdil,
batang yang kecil, daun yang sedikit dan sempit menyebabkan hasil berat segar
bagian tajuk tanaman menjadi rendah. Nilai berat segar bagian tajuk dipengaruhi
oleh variabel tajuk tanaman antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun,
dan diameter batang. Unsur hara akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman pada bagian – bagian tersebut. Unsur hara yang diberikan
akan mempengaruhi aktivitas sel pada meristem apikal, lateral dan interkalar.
Diketahui pada perlakuan AB mix memiliki berat segar tajuk tertinggi, hal ini
diduga karena unsur hara yang didapatkan tanaman mampu memacu aktivitas sel
sehingga tanaman mampu menggunakannya secara maksimal untuk pertumbuhan
bagian tajuk.
30
Pada penelitian ini, AB mix memberikan nilai tertinggi pada berat kering
tajuk yaitu 11,75 g. Tingginya nilai berat kering tanaman dikarenakan proses
fotosintesis dari suatu tanaman tersebut meningkat, sehingga hasil berat kering
tanaman tinggi pula (Kozlowsky,1991). Berat kering tanaman rendah dapat terjadi
karena respirasi tanaman lebih besar dari fotosintesis, sehingga antara sintesis
karbohidrat (fotosintesis) dan penguraian karbohidrat menghasilkan energi
(respirasi) menjadi tidak seimbang. Tidak tersedianya unsur hara mikro yang
mampu membantu dalam proses fotosintesis seperti Mg, Ca, dan Zn
mengakibatkan proses fotosintesis tersebut berjalan kurang maksimal. Diduga hal
tersebut menyebabkan berat kering tanaman rendah, seperti terlihat pada
perlakuan Hortigro A, Multitonik, dan Supermes dengan tidak tersedianya unsur
hara Mg, Ca, dan Zn pada komposisinya.
4.2.1.6 Berat Segar dan Kering Bagian Akar
Hasil Uji korelasi menunjukkan bahwa berat segar bagian akar
berhubungan sangat kuat terhadap parameter pertumbuhan yang lainnya (lampiran
2). Hasil yang sama juga terdapat pada uji korelasi berat kering bagian akar
terhadap parameter pertumbuhan yang lain yaitu menghasilkan hubungan sangat
erat antar variabel.
Peran akar dalam pertumbuhan sama pentingnya dengan tajuk tanaman
yaitu tajuk berfungsi sebagai penyedia karbohidrat melalui proses fotosintesis,
sedangkan akar berfungsi untuk menyerap hara dan air yang diperlukan dalam
proses metabolisme tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari hasil sidik ragam
(tabel 4.4) diketahui bahwa perlakuan AB mix menghasilkan berat segar akar
tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain yaitu 50,49 g. Pemberian N dibawah
optimal akan menyebabkan pertumbuhan akar terhambat (Yoshida, 1969) dalam
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Kekurangan Ca dan P serta kelebihan Cu juga
mempengaruhi dari pertumbuhan akar, sehingga mempengaruhi dari berat segar
bagian akar tanaman.
Berat kering akar dipengaruhi dari volume dan jumlah akar. Semakin
besar volume akar dan semakin banyak jumlah akar maka berat kering akar
semakin besar. Seperti pada penelitian ini dengan hasil berat segar akar yang
tinggi akan meningkatkan hasil dari berat kering akar, begitupun sebaliknya.
31
Perlakuan dengan berat kering akar tertinggi yaitu pada perlakuan komposisi hara
AB mix sebesar 2,84 g, sedangkan perlakuan dengan berat kering akar terendah
yaitu 0,16 g pada komposisi hara multitonik. Selain karena volume dan jumlah
akar, rendahnya berat kering akar dapat terjadi karena terganggunya respirasi
akar. Menurut Sukawati (2010) terganggunya respirasi akar dapat menyebabkan
akar tidak berkembang dengan baik, kemudian akibatnya akar kurang mampu
menyerap unsur hara yang diberikan. Unsur hara yang berperan dalam
meningkatnya berat kering akar tanaman yaitu Mg. Hal ini karena Mg mempunyai
peranan terhadap metabolisme N, makin tinggi tanaman menyerap Mg, makin
tinggi juga kadar protein dalam akar sehingga meningkatkan biomassa bagian
akar dan bagian atas tanaman.
4.2.2 Pengaruh Komposisi Hara Dalam Pupuk Cair Terhadap Komponen
Fisiologis Tanaman Kangkung Darat
Parameter fisiologis yang diamati antara lain kandungan klorofil,
kandungan karotenoid, dan jumlah stomata. Hasil sidik ragam akan disajikan pada
tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh komposisi hara dalam pupuk
cair terhadap komponen fisiologis kangkung darat
Parameter Pengamatan F Hitung
Kandungan klorofil (DMSO) 68,68**
Kandungan klorofil (SPAD) 409,22**
Kandungan karotenoid 13,67**
Jumlah Stomata 5,8**
Keterangan :
** = berpengaruh sangat nyata uji F taraf 1%
* = berpengaruh nyata uji F 5%
tn = tidak berpengaruh nyata
Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian berbagai
pupuk cair berpengaruh sangat nyata terhadap parameter fisiologis tanaman
kangkung darat, yaitu Kandungan klorofil, kandungan karotenoid, dan jumlah
stomata.
32
Tabel 4.6 Pengaruh komposisi hara dalam pupuk cair terhadap komponen
fisiologis tanaman kangkung darat
Komposisi hara
dalam pupuk
Kandungan klorofil Kandungan
Karotenoid
(mg/gram)
Jumlah
Stomata
(1µm2)
DMSO
(mg/gram) SPAD (su)
Air baku
(kontrol) 0.75 b 17.95 b 0,11 b 74.0 b
AB mix 2.31 a 39.94 a 0,33 a 98.7 a
Hortigro A 0.98 b 13.63 c 0,13 b 75.0 b
Multitonik 0.74 b 12.51 c 0,16 b 76.9 b
Supermes 0.78 b 13.41 c 0,11 b 69.3 b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
antar perlakuan.
4.2.2.1 Kandungan Klorofil
Klorofil merupakan pigmen warna hijau yang terdapat pada tanaman dan
berfungsi untuk menyerap cahaya yang akan digunakan dalam proses fotosintesis.
Pada penelitian ini, kandungan klorofil diamati menggunakan metode
spektrofotometri yaitu dengan uji Dimetil sulfoksida (DMSO) dan klorofil meter /
Soil plant analysis development (SPAD). Pada kedua uji tersebut, perlakuan
komposisi hara AB mix memberikan hasil kandungan klorofil tertinggi (tabel 4.6)
yaitu pada uji DMSO (2,31mg/gram) dan pada uji SPAD (39,94 spad unit).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara lain gen,
cahaya, dan unsur N, Mg, Fe, Zn (Pratama dan Laily, 2015). Dapat dikatakan
bahwa pada AB mix unsur yang tersedia mampu diserap secara maksimal oleh
tanaman, terutama unsur nitrogen, magnesium, besi, dan seng.
Tingi rendahnya klorofil dapat dilihat secara visual yaitu dari warna daun,
tingginya kandungan klorofil ditandai dengan warna daun hijau tua (tabel 4.1.).
Menurut Pratama dan Laily (2015) klorofil yang tinggi terjadi karena sintesis
klorofil b menjadi klorofil a dalam jumlah yang besar, yang diikuti dengan
berkembangnya daun tersebut. Sintesis klorofil b terus berlanjut bersamaan
dengan perkembangan daun yang ditandai dengan berubahnya warna daun hijau
muda menjadi hijau tua. Hal ini didukung dari penelitian yang dilakukan oleh
33
Atmaja (2017) bahwa perlakuan dengan pemberian hara N menunjukkan
pertumbuhan warna daun tanaman mentimun yang lebih hijau dan segar.
4.2.2.2 Kandungan Karotenoid
Karotenoid merupakan pigmen berwarna jingga atau merah yang terdapat
di berbagai macam plastida berwarna (kromoplas) di akar, batang, daun, bunga,
dan buah berbagai tumbuhan. Karotenoid berfungsi membantu menyerap cahaya
matahari pada spektrum warna biru untuk digunakan pada proses fotosintesis.
Pengaruh komposisi hara menunjukkan bahwa kandungan karotenoid
tertinggi yaitu 0,33 mg/gram dihasilkan oleh AB mix (tabel 4.6.). Pembentukan
karotenoid dapat terjadi karena gen pada tanaman, yaitu oleh adanya gen psy-1
dan psy-2 yang akan menyandi enzim fitoen sintase. Adanya enzim tersebut akan
mengawali biosintesis karotenoid (Simkin et al., 2003). Kemudian aktivitas enzim
tersebut ditingkatkan oleh adanya intensitas cahaya. Serapan cahaya dipengaruhi
oleh daun yang dihasilkan tanaman, hal ini berarti daun yang luas pada perlakuan
AB mix mampu menyerap cahaya secara optimal untuk digunakan dalam proses
pembentukan karotenoid. Sedangkan pada perlakuan lain, daun yang dihasilkan
tidak optimal sehingga peningkatan aktivitas enzim untuk pembentukan
karotenoid tidak optimal pula. Menurut Francisco et al (2005) karotenoid
meningkat saat intensitas cahaya tinggi, dan fungsinya dapat melindungi klorofil
dari fotooksidasi. Hal ini dapat dikatakan unsur hara yang berperan dalam proses
fotosintesis dan pertambahan luas daun tanaman memiliki peranan pula pada
kandungan karotenoid.
4.2.2.3 Jumlah Stomata
Stomata terdapat hampir pada semua bagian tumbuhan, namun yang
paling banyak pada bagian bawah permukaan daun. Stomata berfungsi untuk
respirasi yaitu mengambil CO2 dan mengeluarkan O2 , sehingga berperan penting
terhadap pertumbuhan tanaman dalam hal fotosintesis.
Pada tabel 4.6 didapat bahwa perlakuan AB mix memberikan jumlah
stomata tertinggi per luas penampang (1µm2) yaitu 98,7. Menurut Dwidjoseputro
(1994) Salah satu faktor internal yang mempengaruhi jumlah stomata adalah
ukuran daun, hal ini karena stomata muncul pada saat daun mulai berkembang
34
yaitu ketika terjadi aktivitas sel pada saat pembentukan daun. Seperti yang
diungkapkan Hidayat (1995) bahwa stomata mulai berkembang menjelang
selesainya aktifitas meristematik pada epidermis dan terus berkembang selama
beberapa waktu, disaat daun memanjang dan meluas karena pembesaran sel.
Stomata muncul di akhir pengembangan daun, bahkan setelah jenis sel epidermis
lainnya seperti trikoma (Croxdale, 2001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
AB mix dengan ukuran daun yang lebih luas memiliki jumlah stomata yang lebih
banyak pula.
4.2.3 Pengaruh Komposisi Hara Dalam Pupuk Cair Terhadap Hasil
Tanaman Kangkung Darat
Hasil tanaman kangkung pada penelitian ini adalah berat segar bagian
tajuk dan akar. Hasil sidik ragam akan disajikan pada tabel 4.7. berikut.
Tabel 4.7 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh komposisi hara dalam pupuk
cair terhadap hasil tanaman kangkung darat
Parameter Pengamatan F Hitung
Hasil tanaman (tajuk + akar) 3316,35**
Hasil tanaman (dalam 1 m2) 3316,35**
Keterangan :
** = berpengaruh sangat nyata uji F taraf 1%
* = berpengaruh nyata uji F 5%
tn = tidak berpengaruh nyata
Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian berbagai
pupuk cair berpengaruh sangat nyata terhadap parameter hasil tanaman kangkung
darat, yaitu berat segar tanaman bagian tajuk dan akar.
Tabel 4.8 Pengaruh komposisi hara dalam pupuk cair terhadap hasil tanaman
kangkung darat
Komposisi hara dalam pupuk Hasil Tanaman (g/wadah)
Tajuk + akar
Air baku (kontrol) 30,24 b
AB mix 180,11 a
Hortigro A 16,83 c
Multitonik 8,50 d
Supermes 9,75 d
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
antar perlakuan.
35
Tabel 4.9 Pengaruh komposisi hara dalam pupuk cair terhadap hasil tanaman
kangkung darat pada luas area tanam 1 m2
Komposisi hara dalam pupuk Hasil tanaman (kg/m2)
Air baku (kontrol) 0,76 b
AB mix 4,50 a
Hortigro A 0,42 c
Multitonik 0,21 d
Supermes 0,24 d
Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
antar perlakuan.
Tabel 4.10 Hasil uji korelasi parameter pertumbuhan terhadap hasil tanaman
kangkung darat
Variabel Hasil Tanaman
Tinggi tanaman 0,988
Jumlah daun 0,917
Luas daun 0,991
Diameter batang 0,996
Berat kering 0,999
4.2.3.1 Hasil Tanaman Kangkung Darat
Hubungan antara parameter pertumbuhan dengan parameter hasil
menunjukkan hasil hubungan yang sangat kuat yaitu dari hasil uji korelasi (tabel
4.10). Maka dapat dikatakan bahwa parameter pertumbuhan tanaman kangkung
(tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang, dan berat kering
tanaman) mempengaruhi hasil dari tanaman kangkung. Semakin besar nilai dari
masing – masing parameter pertumbuhan kangkung tersebut akan semakin
meningkatkan hasil tanaman kangkung.
Hasil tanaman kangkung hidroponik didapat dari organ bagian tajuk
(batang dan daun) dan akar. Dari tabel 4.8 diketahui bahwa pada AB mix
memberikan hasil tertinggi yaitu dengan rata – rata 180,11 gram. Seperti diketahui
bahwa hasil tanaman kangkung hidroponik dipengaruhi oleh berat segar bagian
tajuk dan akar. Sedangkan rendahnya hasil tanaman pada penelitian ini
dikarenakan dari banyak tanaman yang tidak tumbuh dengan baik bahkan mati,
hal tersebut mempengaruhi hasil tanaman kangkung sehingga memberikan nilai
yang rendah.
36
Pada tabel 4.9 didapat hasil tanaman kangkung yaitu pada luas area tanam
1 m2, pada penelitian ini dengan luas area tanam 1 m
2 dapat digunakan untuk 25
wadah percobaan. Berdasarkan hasil tabel 4.9 , dapat dikatakan bahwa dengan
komposisi hara AB mix mampu memberikan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman secara maksimal sehingga memberikan hasil tertinggi yaitu 4,50 kg/m2.