47
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Penelitian atas karyawan PT Telkom di Kupang menghasilkan
penemuan-penemuan meliputi karakteristik responden, deskripsi
pengukuran variabel Motivasi Kerja, Stres Kerja, dan Kepuasan Kerja,
hasil pengujian hipotesis, dan pembahasannya.
4.1 Deskripsi Tempat Penelitian
PT Telekomunikasi Divisi Regional V terdiri dari Wilayah
Telekomunikasi (Witel) Jawa Timur, yang berpusat di Surabaya, Bali,
yang berpusat di Denpasar, Nusa Tenggara Barat, berpusat di Mataram,
dan Nusa Tenggara Timur, yang berpusat di Kupang. Wilayah
Telekomunikasi dipimpin oleh General Manager yang disebut Kepala
Wilayah Telekomunikasi (Kawitel).Di bawah Wilayah Telekomunikasi
adalah Kantor Daerah Telekomunikasi (Kandatel) yang dipimpin oleh
Kepala Kantor Daerah Telekomunikasi (Kakandatel). Kantor Daerah
Telekomunikasi mengatasi para Supervisor Pelaksana yang tersebar di
Wilayah Telekomunikasi.
Wilayah Telekomunikasi Nusa Tenggara Timur memiliki beberapa
Supervisor Pelaksana, yaitu di Baa, Soe, Kefamenanu, Ende, Maumere,
Lewoleba, Labuan Bajo, Bajawa, Ruteng, Larantuka, Waingapu,
Waikabubak, Atambua, dan Seba.Di Kupang sendiri PT Telkom memiliki
tiga unit kantor. Kantor Pusat Wilayah Telekomunikasi Nusa Tenggara
Timur, terletak di Jalan W. J. Lalamentik, kota Kupang, berwenang dalam
administrasi, teknis, kepegawaian, keuangan, logistik, dan lain-lain;
Sentral Telepon Otomat (STO), terletak di Jalan Palapa, kota Kupang,
berwenang menangani transmisi; dan Plasa, di Jalan Urip Sumoharjo, kota
Kupang, berwenang dalam menangani niaga, kerjasama dengan pihak lain,
dan lain-lain.
48
AW (2015), salah satu manager di Wilayah Telekomunikasi Nusa
Tenggara Timur, dalam suatu pembicaraan singkat via telepon (1
September 2015, 08.00 WIB), mengatakan bahwa sejak tahun 1990-an PT
Telekomunikasi Indoenesia telah memasuki era komputerisasi, sehingga
segala pengendalian berpusat dari Kantor Pusat PT Telkom, yang
berlokasi di Bandung, Jawa Barat, sedangkan Wilayah Telekomunikasi di
berbagai Divisi Regional merupakan pelaksana.
4.2 Deskripsi Responden Penelitian
4.2.1 Karakteristik Responden Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-laki 54 80.6%
2 Perempuan 13 19.4%
Total 67 100%
Karyawan PT Telkom di Kupang terdiri atas 54 laki-laki dan 13
perempuan. Persentase jumlah karyawan jenis kelamin dapat dilihat pada
Tabel 4.1. Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui responden dalam penelitian ini
saat data diambil adalah sebanyak 67 orang, yang terbagi menjadi 54 laki-
laki dan 13 perempuan. Secara presentase laki-laki adalah 80.6% dan
perempuan sebanyak 19,4%.
4.2.2 Karakteristik Responden Penelitian berdasarkan Usia
Tabel 4.2Persentase Responden Berdasarkan Usia
No. Usia Responden (tahun) Jumlah Persentase (%)
1 < 51 21 31.4%
2 ≥ 51 46 68.6%
Total 67 100%
49
Tabel 4.2 menunjukkan keadaan responden berdasarkan usia pada
saat data diambil adalah 46 responden berusia 51 tahun dan 21 responden
berusia kurang dari 51 tahun. Secara presentase, responden yang berusia
kurang dari 51 tahun sebanyak 31.4% dan responden yang berusia 51
tahun adalah 68.6%.
4.3 Deskripsi Hasil Pengukuran Variabel Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabulasi
untuk memudahkan penggambaran deskriptif data tersebut berdasarkan
klasifikasi dengan tampilan tabel dan diagram.
4.3.1 Variabel Motivasi Kerja
Skala kepuasan kerja ini menggambarkan persepsi karyawan
terhadap diri mereka terkait motivasi kerja kepada diri sendiri dan orang
lain. Artinya responden diminta menilai sendiri motivasi kerja mereka.Skala
ini terdiri atas 29 aitem pernyataan valid dengan klasifikasi sedang dan
tinggi.
Identifikasi interval tingkat motivasi kerja menggunakan rumus
sebagai berikut:
total aitem x Likert terendah
total aitem x Likert tengah (pusat distribusi normal)
total aitem x Likert tertinggi
maka,
29 x 1 = 29
29 x 3 = 87
29 x 5 = 145
� =145 − 29
6
50
� =116
6= 19.333 ≈ 20
Jumlah total aitem variabel Motivasi Kerja sebanyak 29 dikalikan
skala Likert terendah, yaitu 1, sehingga hasilnya adalah 29. Kemudian,
total aitem Motivasi Kerja dikalikan skala Likert tengah, yaitu 3,
menghasilkan 87. Lalu, total aitem, sebanyak 29 dikalikan skala Likert
tertinggi, yaitu 5, hasilnya adalah 145. Penelitian ini menggunakan skala
Likert dalam 5 skala.
Selanjutnya, hasil pengalian total aitem dengan skala Likert
tertinggi, yaitu 145, dikurangi sebanyak hasil pengalian total aitem dengan
skala likert terendah, 29, menghasilkan nilai 116, kemudian dibagi 6
menjadi 19,333. Hasilnya ini dibulatkan menjadi 20. Nilai 20 tersebut
merupakan nilai interval antar kategori. 87 sebagai titik tengah, kemudian
diinterval turun sebanyak 20 unit menjadi 67, dan diinterval naik 20 unit
menjadi 107. Dengan demikian, skor 67 hingga 107 adalah kategori
sedang. Kategori dengan skor lebih kecil daripada 60 menjadi kategori
rendah, dan kategori dengan skor lebih dari 107 adalah kategori tinggi.
Interval skor dan ketagori Motivasi kerja tersebut kemudian
dideskripsikan dalam Tabel 4.3. Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui Motivasi
Kerja Tinggi sebesar 20.90 persen dan Motivasi Kerja Sedang karyawan
sebesar 79.10 persen.
Gambar 4.1 Interval Skor dan Kategori Motivasi Kerja
107 87
rendah tinggi sedang
20 20
67
51
Tabel 4.3Deskripsi Pengukuran Motivasi Kerja
Kategori Interval Skor Frekuensi responden
Frekuensi dalam persen (%)
Rendah skor <67 0 0 Sedang 67≤ skor <107 53 79.10 Tinggi Skor ≥107 14 20.90
Minimum 83
Maximum 124
Mean 96,77
4.3.2 Deskripsi Pengukuran Mutlak Variabel Stres Kerja
Skala kepuasan kerja ini menggambarkan persepsi karyawan
terhadap diri mereka terkait stres kerja kepada diri sendiri dan orang lain.
Artinya responden diminta menilai sendiri stres kerja mereka.Skala ini
terdiri atas 30 aitem pernyataan valid dengan klasifikasi rendah dan
sedang.
Identifikasi interval tingkat stres kerja menggunakan rumus
sebagai berikut:
total aitem x Likert terendah total aitem x Likert tertinggi maka, 30 x 1 = 30 30 x 5 = 150
� =150– 30
6
� =120
6= 20
Gambar 4.1 menunjukkan Interval Skor dan Kategori Stres Kerja.
Jumlah total aitem variabel Stres Kerja sebanyak 30 dikalikan skala Likert
terendah, yaitu 1, sehingga hasilnya adalah 30. Kemudian, total aitem
52
Stres Kerja dikalikan skala Likert tengah, yaitu 3, menghasilkan 87. Lalu,
total aitem, sebanyak 29 dikalikan skala Likert tertinggi, yaitu 5, hasilnya
adalah 145. Penelitian ini menggunakan skala Likert dalam 5 skala.
Selanjutnya, hasil pengalian total aitem dengan skala Likert
tertinggi, yaitu 145, dikurangi sebanyak hasil pengalian total aitem dengan
skala likert terendah, 29, menghasilkan nilai 116, kemudian dibagi 6
menjadi 19,333. Hasilnya ini dibulatkan menjadi 20. Nilai 20 tersebut
merupakan nilai interval antar kategori. 87 sebagai titik tengah, kemudian
diinterval turun sebanyak 20 unit menjadi 67, dan diinterval naik 20 unit
menjadi 107. Dengan demikian, skor 67 hingga 107 adalah kategori
sedang. Kategori dengan skor lebih kecil daripada 60 menjadi kategori
rendah, dan kategori dengan skor lebih dari 107 adalah kategori tinggi.
Interval skor dan kategori Stres Kerja tersebut kemudian dideskripsi dalam
Tabel 4.4. Tabel 4.4 menunjukkan tingkat stres kerja kerja pada kategori
sedang sebanyak 73.13 persen, sedangkan sisanya, 26.86 persen adalah
karyawan yang stres kerja karyawan pada kategori rendah.
Gambar 4.2 Interval Skor dan Kategori Stres Kerja
110 90
rendah tinggi sedang
20 20
70
53
Tabel 4.4Deskripsi Pengukuran Stres Kerja
Kategori Interval Frekuensi responden
Frekuensi dalam persen (%)
Rendah skor < 50 18 26,86 Sedang 50≤ skor < 70 49 73,13 Tinggi skor ≥70 0 0
Minimum 37
Maximum 107
Mean 86.40
4.3.3 Deskripsi Pengukuran Mutlak Variabel Kepuasan Kerja
Skala kepuasan kerja ini menggambarkan persepsi karyawan
terhadap diri mereka terkait kepuasan kerja kepada diri sendiri dan orang
lain. Artinya responden diminta menilai sendiri kepuasan kerja
mereka.Skala ini terdiri atas 29 aitem pernyataan valid dengan klasifikasi
Identifikasi interval tingkat kepuasan kerja menggunakan rumus sebagai
berikut:
total aitem x likert terendah
total aitem x likert tertinggi
maka,
29 x 1 = 29
29 x 5 = 145
� =145 − 29
6
� =116
6= 19
Gambar 4.3 memaparkan Interval Skor dan Kategori Kepuasan
Kerja. Jumlah total aitem variabel Kepuasan Kerja sebanyak 29 dikalikan
54
skala likert terendah, yaitu 1, sehingga hasilnya adalah 29. Kemudian,
total aitem Kepuasan Kerja dikalikan skala Likert tengah, yaitu 3,
menghasilkan 87. Lalu, total aitem, sebanyak 29 dikalikan skala Likert
tertinggi, yaitu 5, hasilnya adalah 145. Penelitian ini menggunakan skala
Likert dalam 5 skala.
Selanjutnya, hasil pengalian total aitem dengan skala Likert
tertinggi, yaitu 145, dikurangi sebanyak hasil pengalian total aitem dengan
skala likert terendah, 29, menghasilkan nilai 116, kemudian dibagi 6
menjadi 19,333. Hasilnya ini dibulatkan menjadi 20. Nilai 20 tersebut
merupakan nilai interval antar kategori. 87 sebagai titik tengah, kemudian
diinterval turun sebanyak 20 unit menjadi 67, dan diinterval naik 20 unit
menjadi 107. Dengan demikian, skor 67 hingga 107 adalah kategori
sedang. Kategori dengan skor lebih kecil daripada 60 menjadi kategori
rendah, dan kategori dengan skor lebih dari 107 adalah kategori tinggi.
Interval skor dan kategori kepuasan kerja tersebut kemudian dideskripsi
dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5 menunjukkan tingkat kepuasan kerja kerja
pada kategori Tinggi sebanyak 32.83 persen, sedangkan sisanya, 67.16
persen adalah karyawan yang memiliki kepuasan kerja pada kategori
Sedang.
Gambar 4.3 Interval Skor dan Kategori Kepuasan Kerja
107 87
rendah tinggi sedang
20 20
67
Tabel 4.5Deskripsi Pengukuran Kepuasan Kerja
Kategori Interval
Rendah skor <67 Sedang 67≤ skor <107 Tinggi Skor >107
Minimum 85
Maximum 137
Mean 105.52
4.4 Hasil Uji Statistik
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan
uji Homogeneity of Variance (ANOVA).
4.4.1 Uji Normalitas Korelasi Multivariat
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data
berdistribusi normal. Selain itu dari hasil pengujian normalitas juga dapat
menunjukkan bahwa sampel yang diambil berdistribusi normal atau
hampir berdistribusi normal
kenormalan distribusi skor dari masing
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
normal apabila nilai signifikansi di atas nilai alpha (p>0.05). Parameter
yang digunakan untuk mengidentifikasi kenormalan distribusi adalah tabel
Hypothesis Test Summary. Adapun hasil uji normalitas dat
sebagai berikut (tabel 4.6)
Tabel 4.6Hypothesis Test Summary
55
Tabel 4.5Deskripsi Pengukuran Kepuasan Kerja
Frekuensi responden
Frekuensi dalam persen (%)
0 0 45 67,16 22 32,83
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan
Homogeneity of Variance (ANOVA).
4.4.1 Uji Normalitas Korelasi Multivariat
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data itu
n itu dari hasil pengujian normalitas juga dapat
menunjukkan bahwa sampel yang diambil berdistribusi normal atau
hampir berdistribusi normal (Arikunto, 2006). Pengidentifikasian
kenormalan distribusi skor dari masing-masing variabel dilakukan
Smirnov. Data dinyatakan berdistribusi
normal apabila nilai signifikansi di atas nilai alpha (p>0.05). Parameter
yang digunakan untuk mengidentifikasi kenormalan distribusi adalah tabel
. Adapun hasil uji normalitas data ditunjukkan
Hypothesis Test Summary (Kesimpulan Uji Hipotesis)
56
Parameter tersebut menunjukkan bahwa Kepuasan Kerja
terdistribusi normal dengan rata-rata 62.138 dan standar deviasi sebesar
12.51 setelah diidentifikasi menggunakan
Smirnov Test. Normalitas data Kepuasan Kerja berada pada taraf
signifikansi 0.86 (86%).Normalitas Kepuasan Kerja dapat juga
diidentifikasi melalui histogram persebaran data dan grafik
Menurut Santoso (2000), data dikatakan berdistribusi normal apabila
histogram berbentuk lonceng (
menunjukkan data terdistribusi normal karena kurva membentuk lonceng,
dengan standar deviasi 0.976.
Gambar 4.4 Histogram Normalitas Kepuasan Kerja
Gambar 4.5 Scatterplot Normalitas
Parameter tersebut menunjukkan bahwa Kepuasan Kerja
rata 62.138 dan standar deviasi sebesar
12.51 setelah diidentifikasi menggunakan One-Sample Kolmogorov
. Normalitas data Kepuasan Kerja berada pada taraf
fikansi 0.86 (86%).Normalitas Kepuasan Kerja dapat juga
diidentifikasi melalui histogram persebaran data dan grafik scatterplot.
), data dikatakan berdistribusi normal apabila
histogram berbentuk lonceng (bell shaped curve). Gambar 4.4
menunjukkan data terdistribusi normal karena kurva membentuk lonceng,
Gambar 4.4 Histogram Normalitas Kepuasan Kerja
Gambar 4.5 Scatterplot Normalitas
57
4.4.2 Uji Multikolineritas
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinieritas adalah untuk mengidentifikasi nilai
tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Ghozali (2009)
menyatakan multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance ≤ 0.10 dan VIF ≥
10. Tabel 4.7 menunjukkan nilai variance inflation factor (VIF) variabel
bebas Motivasi Kerja dan Stres Kerja lebih kecil dari 5, yaitu 3.524,
sehingga bisa diduga bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas antar
variabel bebas.
4.4.3 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heterokedastisitas digunakan untuk mengidentifikasi
ketidaksamaan varians sebuah model regresi dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians residual pengamatan
satu ke pengamatan yang lain adalah tetap, maka dapat disimpulkan telah
terjadi homoskedastisitas (tidak terjadi masalah heteroskedastisitas).
Pengidentifikasian heteroskedastisitas dapat melalui memantau
persebaran titik pada grafik scatterplot, untuk menjelaskan nilai prediksi
dependen ZPRED dengan residual SRESID. Menurut Santoso (2000),
apabila titik pada grafik scatterplot menyebar secara acak di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Scatterplot pada Gambar 4.6 menunjukkan titik-titik terpencar
dengan tidak membentuk pola-pola tertentu di sekitar garis diagonal, tetapi
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 MK ,284 3,524
STRESS ,284 3,524
a. Dependent Variable: KK
58
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian
tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga model regresi dapat digunakan
untuk memprediksi kepuasan kerja berdasarkan motivasi kerja dan stres
kerja.
Gambar 4.6 Grafik Scatterplot
4.4.4 Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan linear
antara variabel bebas dan variabel terikat, dan untuk mengetahui
signifikansi penyimpangan linearitas p > 0.05. Suatu data dikatakan
memiliki hubungan linear jika nilai p < 0.05.
Tabel 4.8 Hasil Uji Linearitas Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja
ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
KK * MK Between Groups (Combined) 6355,204 30 211,840 2,979 ,001
Linearity 4308,611 1 4308,611 60,590 ,000
Deviation from Linearity 2046,593 29 70,572 ,992 ,503
Within Groups 2559,990 36 71,111
Total 8915,194 66
59
Gambar 4.7 Linearitas Motivasi Kerja dengan Kepuasan Kerja
Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
KK * STRESS Between Groups (Combined) 7666,472 33 232,317 6,139 ,000
Linearity 4881,087 1 4881,087 128,993 ,000
Deviation from Linearity 2785,385 32 87,043 2,300 ,010
Within Groups 1248,722 33 37,840
Total 8915,194 66
Gambar 4.8 Linearitas Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja
60
Hasil pengujian pada Tabel 4.8 menunjukkan nilai signifikansi
linearitas sebesar 0.00 (p<0.05) dan nilai signifikansi penyimpangan
linearitas sebesar 0,503 (p>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
terpenuhinya syarat linearitas antara Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja.
Gambar 4.7 menunjukkan scatterplot hubungan Motivasi Kerja dan
Kepuasan Kerja, yaitu meningkatnya nilai Motivasi Kerja diikuti oleh
menurunnya nilai Kepuasan Kerja pada poin 90, dan pada poin 110,
meningkatnya nilai Motivasi Kerja diikuti meningkatnya nilai Kepuasan
Kerja.
Hasil pengujian pada Tabel 4.9 menunjukkan nilai signifikansi
linearitas sebesar 0.00 (p<0.05) dan nilai signifikansi penyimpangan
linearitas sebesar 0,010 (p>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
terpenuhinya syarat linearitas antara Stres Kerja dan Kepuasan Kerja.
Gambar 4.8 menunjukkan scatterplot hubungan Stres Kerja dan
Kepuasan Kerja, yaitu menurunnya nilai Stres Kerja diikuti oleh
menurunnya nilai Kepuasan Kerja pada poin 60, namun pada poin 110,
menurunnya nilai Stres Kerja diikuti meningkatnya nilai Kepuasan Kerja.
4.5 Hasil Uji Hipotesis
4.5.1 Analisis Regresi Multivariat
Koefisien regresi berganda (r) adalah indeks yang digunakan untuk
mengukur hubungan antar variabel. Dengan demikian, nilai koefisien
korelasi menunjukkan hubungan tiga variabel tersebut.
4.5.2Pengujian Hipotesis 1
Ho : Motivasi Kerja dan Stres Kerja tidak berpengaruh secara simultan
terhadap Kepuasan Kerja
Ha : Motivasi Kerja dan Stres Kerja berpengaruh secara simultan
terhadap Kepuasan Kerja
61
4.5.2.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F adalah pengujian statistik untuk mengidentifikasi pengaruh
variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Parameter yang
digunakan adalah nilai kolom F dan Sig. (taraf signifikansi) pada tabel
ANOVA.
Pengujian statistik secara simultan Motivasi Kerja dan Stres Kerja
terhadap Kepuasan Kerja menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10 Uji F Motivasi Kerja dan Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 5030.604 2 2515.302 41.440 .000b
Residual 3884.590 64 60.697
Total 8915.194 66
a. Dependent Variable: KK
b. Predictors: (Constant), STRESS, MK
Tabel 4.11 menunjukkan nilai Fhitungsebesar 41.440 dengan
signifikansi 0.000 (p<0.05) dan Ftabel sebesar 3.14 (α=5%) menunjukkan
terdapat pengaruh signifikan Motivasi Kerja dan Stres Kerja terhadap
Kepuasan Kerja. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini
diterima.
4.5.2.2 Koefisien Determinasi (R Square)
Koefisien determinasi (coefficient of determination/R-squared) adalah
ukuran yang menunjukkan berapa banyak variasi dalam data dapat
dijelaskan oleh modelregresi yang dibangun (kamusbisnis.com). Koefisien
determinasi pada regresi linear sering diartikan sebagai seberapa besar
kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians dari
variabel terikatnya (konsultanstatistik.com).
62
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi Motivasi Kerja dan Stres Kerja terhadap
Kepuasan Kerja
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .751a .564 .551 7.791
a. Predictors: (Constant), STRESS, MK
Nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0.564 mengartikan
Motivasi Kerja dan Stres Kerja dalam model regresi memiliki kemampuan
sebesar 56.4% (0.564 x 100%) untuk menjelaskan varian data dari
Kepuasan Kerja. Sedangkan sisanya sebesar 43.6% (diperoleh dari 100% −
56.4%) merupakan varian yang tidak dipengaruhi oleh Motivasi Kerja dan
Stres Kerja, namun oleh faktor lain. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa besarnya pengaruh variabel Motivasi Kerja dan Stres Kerjaterhadap
Kepuasan Kerja adalah 56.4%, sedangkan sisanya (43.6%) dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian.
4.5.2.3 Sumbangan Efektif Prediktor
Sumbangan efektif digunakan untuk mengetahui besar pengaruh
tiap variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Sumbangan
efektif semua variabel sama dengan koefisien determinasi (Budiono,
2004).
Sumbangan efektif prediktor diidentifikasi menggunakan rumus berikut:
���� =
�� �.������������.�
�
����������
SE = Sumbangan Efektif x = Koefisien korelasi Crossproduct = Crossproduct R2= Koefisien Determinan Regression = Regresi
63
Sebelum mengidentifikasi sumbangan efektif variabel Motivasi
Kerja dan Stres Kerja, perlu diketahui nilai crossproduct tiap variabel
bebas terhadap Kepuasan Kerja, melalui tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.12 Tabel Korelasi Motivasi Kerja, Stres Kerja, dan Kepuasan Kerja
Correlations
MK STRESS KK
MK Pearson Correlation 1 -,846** ,695**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
Sum of Squares and Cross-products 7591,940 -11495,224 5719,328
Covariance 115,029 -174,170 86,656
N 67 67 67
STRESS Pearson Correlation -,846** 1 -,740**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
Sum of Squares and Cross-products -11495,224 24301,910 -10891,269
Covariance -174,170 368,211 -165,019
N 67 67 67
KK Pearson Correlation ,695** -,740** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
Sum of Squares and Cross-products 5719,328 -10891,269 8915,194
Covariance 86,656 -165,019 135,079
N 67 67 67
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1) Sumbangan Efektif Motivasi Kerja
Sumbangan efektif Motivasi Kerja diidentifikasi sebagai berikut:
��������������� =0.263 × 5719.328 × 0.564
5030.604
��������������� = 0.16864 × 100%
��������������� = 16.86397 ≈ 16.86%
64
Sumbangan efektif Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja
adalah sebesar 16.86%, diperoleh dari perkalian antara koefisien korelasi
Motivasi Kerja, crossproduct Motivasi Kerja, dan koefisien determinasi
dibagi regresi. Hasilnya dibulatkan dengan 100%.
2) Sumbangan Efektif Stres Kerja
������������ =0.324 × 10891.27 × 0.564
5030.604
������������ = 0.395624 × 100%
������������ = 39.56239 ≈ 39.56%
Sumbangan efektif Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja adalah
sebesar 39.56% diperoleh dari perkalian antara koefisien korelasi Stres
Kerja, crossproduct Stres Kerja, dan koefisien determinasi dibagi regresi.
Hasilnya dibulatkan dengan 100%. Dengan demikian, total sumbangan
efektif Motivasi Kerja dan Stres Kerja teridentifikasi sebagai berikut,
ditampilkan dalam Tabel 4.14.
Tabel 4.13 Deskripsi Persentase Sumbangan Efektif
Variabel Persentase Sumbangan Efektif
Motivasi Kerja 16.86%
Stres Kerja 39.56%
Total (sesuai Koefisien Determinasi
[R2]) 56.42% ≈ 56.4%
4.5.4.3 Uji T
Uji T digunakan untuk mengetahui MK dan STRESS secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap KK, juga untuk
mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
65
variabel dependen atau tidak. Signifikan berarti hubungan yang terjadi
dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan).
4.5.3 Pengujian Hipotesis 2
Ho : Tidak ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin
Ha : ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin
Tabel 4.14 Group Statistics
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
KK Laki-laki 54 106,11 12,430 1,692
Perempuan 13 104,69 7,664 2,126
Tabel 4.16Independent Samples Test
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
KK Equal
variances
assumed
2,855 ,096 ,393 65 ,696 1,419 3,614 -5,798 8,636
Equal
variances
not
assumed
,522 29,349 ,605 1,419 2,716 -4,134 6,972
66
Tabel 4.16 menunjukkan deskripsi pengelompokan karyawan laki-
laki, yaitu sebanyak 54, dengan mean 106.11, dan karyawan perempuan
sebanyak 13 orang, dengan mean sebesar 104.69.
Mengacu pada Sebelum melakukan uji t test, lebih dulu dilakukan
uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levene’s Test). Hal ini
berarti bahwa jika varian sama, maka uji t menggunakan Equal Variance
Assumed (diasumsikan varian sama), sedangkan jika varian berbeda
menggunakan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda).
Tabel 4.16 menunjukkan probabilitas sebesar 0.096, lebih besar dari 0.05,
sehingga memberi arti kedua varian yang diuji adalah sama.
Selanjutnya, uji t dilakukan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Ho diterima jika t hitung < t tabel
Haditerima jika t hitung > t tabel
T hitung pada Tabel 4.20 adalah 0.393, sedangkan nilai t tabel berdasarkan
derajat kebebasan pada Tabel 4.20 (65) adalah 1.997. Berdasarkan
probabilitas, Tabel 4.20 menunjukkan P value (0.696 > 0.05), Dengan
disimpulkan Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan kepuasan kerja
antara karyawan laki-laki dan perempuan.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Hipotesis 1
Pengujian simultanmenunjukkan bahwa nilai signifikansi dan
syarat signifikansi telah terpenuhi sehingga motivasi kerja dan stres kerja
terbukti secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Hal ini
dibuktikan melalui nilai Fhitung sebesar 41.440 dengan signifikansi 0.000
(p<0.05) dan Ftabel sebesar 3.14 (a=5%) menunjukkan terdapat pengaruh
signifikansi motivasi kerja dan stres kerja terhadap kepuasan kerja.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja dan stres kerja
berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan kerja.
67
Beberapa kemungkinan yang menjelaskan kesimpulan tersebut,
yaitu pertama, sebagian besar karyawan Telkom menganggap bahwa
motivasi kerja adalah bagian penting untuk mendorong mereka bekerja
dengan produktif, ditambah dengan adanya tekanan kerja yang moderat
dan menantang mereka untuk bekerja lebih produktif sehingga mereka
mengalami kepuasan kerja. Pernyataan ini didukung oleh Li, Hu, Zhou,
He, Fan, Liu, et al. (2014), Dwipalguna & Mujati (2015), dan Dewi &
Netra (2015) yang mengatakan bahwa Motivasi Kerja dan Stres Kerja
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja; Kedua,
pada dasarnya karyawan PT Telkom menganggap bahwa keinginan
berprestasi yang tinggi dan adanya dukungan afiliasi dari atasan, kolega,
dan bawahan membuat mereka memiliki kekuatan untuk bekerja lebih
produktif diikuti oleh tingkat stres yang moderat dapat membuat mereka
menjadi produktif dan kepuasan mereka tercapai. Artinya keterlibatan satu
sama lain setiap komponen kerja, baik dalam jenjang sejawat mapun antar
level, dalam pekerjaan adalah hal yang penting untuk mencapai
kebahagiaan individual, yang mana kebahagiaann individual tersebutlah
yang mengantarkan karyawan pada kemampuan produktif terbaik.
Dampak dari produktivitas inilah yang kemudian membawa karyawan
mencapai kepuasan. Hal ini sejalan dengan Bajpai, Dave & Bajpai (2015)
yang mengatakan bahwa “because the satisfied individual is the motivated,
hapy individual who can contribute the best.”
4.6.2 Hipotesis 2
Semua karyawan mengalami kepuasan dalam pekerjannya, dan
kepuasan tersebut tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan
perempuan. Hal ini ditunjukkan melalui T hitung < T tabel (0.393 < 1.997)
dan signifikansi lebih besar daripada 5% (0.696 > 0.05). Hal ini
disebabkan oleh pertama, perbedaan jenis kelamin tidak menentukan
tingkat kepuasan karyawan dalam bekerja; kedua, karyawan laki-laki
maupun perempuan memiliki tingkat kepuasan kerja yang sama dalam
menjalankan tugasnya.Hal ini sejalan dengan Rast & Tourani (2012)
68
mengatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kepuasan kerja secara
signifikan berdasarkan jenis kelamin.
Dengan demikian para karyawan dapat menjalankan tugas dengan
motivasi yang tinggi untuk berprestasi dan berafiliasi, siap menghadapi
stres kerja dalam tingkat moderat, serta memperlakukan karyawan laki-
laki dan perempuan dalam batas-batas yang wajar dalam upaya mencapai
kepuasan kerja.