18
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN
4.1.Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1. Keadaan Geografis
Desa Kulango adalah salah satu dari 10 Desa dari Kecamatan Popayato
dengan luas ± 2,74 KM2 yang terdiri dari tiga dusun, keadaan geografis Desa
Trikora Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato letak kedudukannya
memanjang dari utara ke selatan dan sebagian besar terdiri dari tanah datar,
sehingga sebagian besar Desa merupakan lahan pertanian tanah kering dan
perkebunan.
Letak geografis Desa Trikora Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato
adalah sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bender
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pujiko
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kali
4.1.2. Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Trokora Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato,
berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Desa Trikora adalah berjumlah 1376
jiwa, terdiri dari 321 Kepala Keluarga (KK), jumlah ini dapat digolongkan
menurut jenis kelamin seluruhnya sebagai berikut :
a. Jumlah penduduk laki-laki 634 jiwa
b. Jumlah penduduk perempuan 742 jiwa.
19
Maka untuk mengetahui kepadatan penduduk Desa Trikora Kecamatan
Popayato, dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Menurut klasifikasi umur dan jenis
kelamin sebagai berikut :
Tabel 1
Keadaan Penduduk Menurut Klasifikasi Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2012
No Golongan Umur Jenis Kelamin
Jumlah Prosentase Laki-Laki Perempuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
0 bulan – 12 bulan
13 bulan – 4 tahun
5 tahun – 10 tahun
11 tahun – 15 tahun
16 tahun – 20 tahun
21 tahun – 25 tahun
26 tahun – 30 tahun
31 tahun – 35 tahun
36 tahun – 40 tahun
41 tahun – 45 tahun
46 tahun – 50 tahun
51 tahun – 55 tahun
56 tahun – 60 tahun
61 tahun – 65 tahun
66 tahun – 70 tahun
71 tahun – 75 tahun
76 tahun – ke atas
34
33
47
62
60
43
46
35
31
33
37
39
30
27
30
25
7
46
51
57
78
73
47
50
46
43
36
40
37
32
30
37
30
9
80
84
104
140
133
90
96
81
74
69
77
71
62
57
67
55
16
5.80
6.10
7.50
10.17
9.66
6.54
6.97
5.88
5.37
5.01
5.59
5.15
4.50
4.14
4.86
3.99
1.16
Jumlah 634 742 1376 100
Sumber : Kantor Desa Trikora
20
4.1.3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Masyarakat Desa Trikora Kecamatan Popayato mayoritas mempunyai
mata pencaharian sebagai petani. Disamping itu terdapat pula beberapa jenis mata
pencaharian yang lain untuk lebih jelasnya hal ini dapat dilihat melalui tabel 2
sebagai berikut :
Tabel 2
Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2006
No Mata Pencaharian Jumlah Prosentase
1
2
3
4
5
Petani
Nelayan
Tukang
Pedangang
Pegawai Negeri / Guru
246
137
40
26
2
54.54
30.37
8.86
5.76
0.44
Jumlah 451 100
Sumber : Kantor Desa Trikora
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diuraikan bahwa penduduk Desa
Trikora mata pencahariannya adalah petani 246 orang. (54.54%), nelayan 2 orang
(0.44%), tukang 40 orang (8.86%), pedangang 26 orang (5.76%) dan Pegawai
Negeri/Guru 137 orang (33.37%). Dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian
masyarakat Desa Trikora rata-rata sebagai petani.
21
4.1.4. Keadaan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan
Keadaan wajib pajak bumi dan bangunan untuk setiap Dusun di Desa
Trikora Kecamatan Popayato adalah berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat melalui tabel.
Tabel 3
Keadaan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Trikora Tahun 2012
No Dusun Jumlah Prosentase
1
2
3
Dusun I
Dusun II
Dusun III
88
86
89
33.46
32.69
33.84
Sumber : Kantor Desa Trikora
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa wajib pajak bumi dan
bangunan di Dusun I adalah berjumlah 88 orang (33.46%), di Dusun II 86 orang
(32.69%) dan di Dusun III 89 orang (33.84%).
4.1.5. Keadaan Pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan
Sampai dengan laporan penelitian ini ditulis, target pencapaian (pelunasan)
pajak bumi dan bangunan untuk setiap dusun berbeda-beda, target pencapaian
yang dicantumkan dalam laporan ini adalah hasil pelunasan pajak bumi dan
bangunan tahun 2011. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang hal
tersebut di atas, maka dapat dirinci melalui tabel sebagai berikut :
22
TABEL 4
Keadaan Pelunasan PBB Tahun 2011
No Dusun
Besarnya
PBB Sudah Dibayar Tunggakan
Terhitung Rp % Rp %
1
2
3
I
II
III
1.643.381
1.475.472
1.766.825
1.475.150
1.325.769
1.575.675
89,76
89,85
89,18
163.231
149.703
191.150
10,23
10,14
10,81
Jumlah 4.885.678 4.376.594 89,58 509.084 10.41
Sumber : Kantor Desa Trikora
Berdasarkan tabel 4 di atas maka dapat dijelaskan bahwa keadaan
pelunasan PBB adalah sebagai berikut :
Dusun Satu (I) Besarnya PBB 1.643.381
Sudah dibayar 1.475.150 (89.76%)
Tunggakan 163.231 (10.23%)
Dusun Dua (II) Besarnya PBB 1.475.381
Sudah dibayar 1.325.769(89.85%)
Tunggakan 149.203 (10.14%)
Dusun Tiga (III) Besarnya PBB 1.766.828
Sudah dibayar 1.575.675 (89.18%)
Tunggakan 291.150 (10.81%)
Dapat dilihat bahwa target capaian pajak bumi dan bangunan untuk tahun
2011 di Desa Trikora Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato baru mencapai
23
89.58%. Dengan demikian masih ditemukannya penunggakan pajak bumi dan
bangunan sebesar 14.41%.
Dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa target
penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB) di Desa Desa Trikora Kecamatan
Popayato Kabupaten Pohuwato belum memenuhi capaian yang diinginkan.
Kenyataan ini ternyata banyak faktor yang menjadi penyebabnya, dan untuk
mengukur penyebab itu peneliti mencoba mendeskripsikan melalui sebaran angket
yang dilakukan peneliti dan hal ini dapat dilihat pada data hasil angket indikator
kesadaran masyarakat membayar PBB di Desa Trikora Kecamatan Popayato
Kabupaten Pohuwato.
Data Hasil Angket Indikator Tingkat Kesadaran Masyarakat
Dalam Membayar PBB di Desa Trikora
Tabel 5
No
Aspek yang Ditanyakan Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Apakah anda mengetahui
bahwa pemungutan PBB telah
diatur dalam UU Perpajakan?
Ya
Tidak
Tidak menjawab
39
-
-
100
-
-
Berdasarkan tabel 5 ternyata seluruh responden menyatakan mereka
mengetahui bahwa pemungutan pajak bumi dan bangunan telah diatur dalam
undang-undang, artinya seluruh responden menyadari sepenuhnya bahwa
ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pajak bumi dan bangunan telah
ditetapkan dan berlaku secara nasional di wilayah Negara Republik Indonesia.
24
Tabel 6
No Aspek Yang Ditanyakan Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Apakah anda pernah
membaca isi undang-undang
tersebut?
Tidak menjawab
Ya
Tidak
21
12
6
53.80
30.76
15.38
Berdasarkan tabel 6 ternyata yang pernah membaca isi undang-undang
perpajakan sebanyak 21 orang (53.80%) dan yang tidak pernah membaca undang-
undang perpajakan sebanyak 12 orang (30.76%). Sedangkan responden yang tidak
menjawab 6 orang (15.38%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
mengetahui aturan atau ketentuan-ketentuan tentang PBB.
Tabel 7
No Aspek Yang Ditanyakan Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Sebagaimana seorang warga
negara apakah anda mengakui
adanya undang-undang
tentang PBB?
Tidak menjawab
Ya
Tidak
39
-
-
100
-
-
Berdasarkan tabel 7 ternyata dari segi pengukuran terhadap undang-
undang tentang PBB, maka seluruh responden menyatakan mengakui undang-
undang tentang pajak bumi dan bangunan, artinya bahwa seluruh responden
mengakui bahwa undang-undang perpajakan tersebut sah berlaku bagi seluruh
warga negara Indonesia.
25
Tabel 8
No Aspek Yang Ditanyakan Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selama ini banyak wajib
pajak yang terlambat
membayar PBB disebabkan
karena kelalaian, apakan
anda terlambat membar
PBB juga disebabkan
adanya unsur kelalaian?
Tidak menjawab
Ya
Tidak
-
36
3
-
92.30
7.69
Berdasarkan tabel 8 ternyata 36 responden (92.30%) menyatakan bahwa
keterlambatan membayar pajak bumi dan bangunan bukan karena unsur kelalaian
dirinya dan responden yang tidak menjawab sebanyak 3 orang (7.69%). Ini berarti
bahwa sesungguhnya mereka menyadari sepenuhnya akan kewajibannya, tetapi
hingga batas waktunya belum atau tidak mempunyai kesanggupan sama sekali
untuk membayar pajak bumi dan bangunan.
Tabel 9
No Aspek Yang Ditanyakan Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Bila wajib pajak menunggak
pajaknya, apakan
pemerintah memberikan
sanksi bagi yang tidak
memenuhi kewajibannya?
Tidak menjawab
Ya
Tidak
24
7
8
61.53
17.94
20.50
26
Berdasarkan tabel 9 ternyata 24 responden menyatakan bahwa pemerintah
telah memberikan sanksi bagi wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya
dan 7 responden menyatakan bahwa pemerintah tidak pernah memberikan sanksi
kepada wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya, sedangkan yang tidak
menjawab sebanyak 8 orang, ini berarti masalah yang sering terjadi kembali
dalam pemungutan pajak adalah banyaknya tunggakan oleh wajib pajak. Untuk
lebih merespon masyarakat (wajib pajak) untuk tetap membayar pajak adalah
dengan memperketat pengurusan administrasi yang dibutuhkan masyarakat pada
pemerintah setempat dan sebanyak responden mengakui bila mereka dalam urusan
dengan pemerintah bukti pajak harus selalu disertakan.
Tabel 10
No Aspek Yang Ditanyakan Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Apakah anda merasa
keberatan dengan besarnya
PBB yang harus ada lunasi?
Tidak menjawab
Ya
Tidak
-
37
2
-
94.87
5.12
Berdasarkan tabel 10 ternyata 37 responden (94.87%) menyatakan tidak
keberatan terhadap besarnya PBB yang telah ditetapkan dan 2 responden (5.12%)
tidak menjawab, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka menyadari
bahwa beban besarnya pembayaran PBB sudah merupakan kewajiban mereka
sebagai wajib pajak. Artinya keterlambatan membayar pajak bumi dan bangunan
bukan disebabkan oleh besarnya penetapan jumlah yang dibayar, namun karena
faktor lain terutama belum tersedianya uang dan hingga saat jatuh tempo.
27
Tabel 11
No Aspek Yang Ditanyakan Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selama anda membayar
pajak pernakah anda
mengajukan klaim pada
pemerintah sehubungan
dengan PBB?
Tidak menjawab
Ya
Tidak
5
30
4
12.82
76.92
10.25
Berdasarkan tabel 11 ternyata 30 responden (76.92%) mengakui tidak
pernah mengajukan klaim pada pemerintah dan 5 responden (12.82%)
menyatakan bahwa pernah mengajukan klaim pada pemerintah, sedangkan 4
responden (10.25%) tidak menjawab tentang pengajukan klaim pada pemerintah
sehubungan dengan pajak bumi dan bangunan (PBB).
Tabel 12
No Aspek Yang Ditanyakan Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Apakah anda merasa yakin
bahwa pajak yang telah
anda bayar tersalurkan
dengan baik?
Tidak menjawab
Ya
Tidak
37
-
2
94.87
-
5.12
Berdasarkan tabel 12 ternyata 37 respoden (94.87%) mengakui bahwa
pajak yang telah mereka berikan telah disalurkan dengan baik dengan tidak
28
mempertanyakan secara menyeluruh kemana uang mereka disalurkan dan yang
tidak menjawab sebanyak 2 orang responden (5.12%), jelas disini kepercayaan
masyarakat keapda pemerintah cukup tinggi.
Tabel 13
No Aspek Yang Ditanyakan Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Pemerintah sebagai
penyelenggara pemungutan
pajak, menurut anda apakah
pemerintah mempunyai
upaya khusus dalam
pemungutan pajak?
Tidak menjawab
Ya
Tidak
34
-
5
87.17
-
12.82
Berdasarkan tabel 13 ternyata 34 responden (87.17%) menyatakan bahwa
pemerintah sebagai penyelenggara pemungut pajak mempunyai banyak cara yang
dilakukan untuk meyakinkan masyarakat dalam membayar pajak, baik itu secara
pendekatan kepada wajib pajak, sosialisasi dan lain sebagainya. Sedangkan yang
tidak menjawab 5 responden (12.82%).
Tabel 14
No Aspek Yang Ditanyakan Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Pernahkah para petugas
pajak memberikan
penjelasan kepada wajib
pajak tentang pentingnya
melunasi PBB?
Tidak menjawab
Ya
Tidak
27
6
6
69.23
15.38
15.35
29
Berdasarkan tabel 14 ternyata 27 responden (69.23%) menyatakan bahwa
para petugas pajak pernah memberikan penjelasan kepada para wajib pajak
tentang pentingnya PBB dan 6 responden (15.38%) menyatakan bahwa
pemerintah (petugas pajak) tidak pernah memberikan penjelasan tentang
pentingnya PBB, sedangkan yang tidak menjawab sebanyak 6 responden
(15.38%).
Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mengetahui
pentingnya pembayaran PBB tepat waktu, namun demikian perlu kita ingat bahwa
responden adalah penunggak pajak, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan tentang PBB tidak mempengaruhi ketepatan membayar PBB atau
dengan kata lain walaupun mereka telah mengetahui pentingnya membayar PBB
tepat waktu namun tidak menutup kemungkinan terjadi keterlambatan membayar
pajak bumi dan bangunan.
Tabel 15
No Aspek Yang Ditanyakan Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Pernahkah para perangkat
desa dan petugas perpajakan
mengadakan penyuluhan
tentang PBB?
Tidak menjawab
Ya
Tidak
28
6
5
71.79
15.38
12.82
Berdasarkan tabel 15 dapat dijelaskan bahwa tentang penyuluhan yang
telah dilakukan oleh paratur desa mengenai pajak bumi dan bangunan ternyata 28
responden (71.79%) menyatakan pernah dilaksanakan sedangkan 6 responden
(15.38%) lainnya menyatakan tidak pernah, sedangkan responden tidak menjawab
30
sebanyak 5 orang (12.82%). Artinya bahwa responden tersebut belum pernah
mendapat penyuluhan dari aparat desa tentang PBB. Namun, walaupun sebagian
besar wajib pajak sudah menerima penyuluhan, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan terjadinya keterlambatan membayar PBB disebabkan oleh faktor
lain.
Disamping analisa data angket sebagaimana tersebut di atas, beberapa
saran dikemukakan oleh para responden, perlu pula menjadi perhatian.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan seorang responden Rahman S.
Suhu, menyatakan bahwa :
1. Supaya besarnya pajak bumi dan bangunan disesuaikan dengan data akhir atas
objek pajak agar lebih memberikan rasa keadilan bagi seluruh wajib pajak.
2. Agar aparat desa mencari terobosan untuk mengatasi kesulitan ekonomi untuk
membayar pajak bumi dan bangunan dengan cara mencicil.
Wawancara tanggal 14 April 2012
Dari hasil wawancara dapat dijelaskan bahwa :
1. Masih ada ketidak adilan bagi para wajib pajak terutama berkaitan dengan
kondisi objek pajak yang senantiasa bisa kembali.
2. Secara umum kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan senantiasa
melakukan pemuktahiran data berdasarkan verifikasi penelitian kantor PBB.
Dapat disimpulkan disini bahwa telah terjadi salah pengertian dari
sebagian wajib pajak bahwa penetapan besarnya PBB tidak dilandasi oleh
penelitian / pendataan sebelumnya.
Dalam rangka pendataan, subjek pajak harus mendaftarkan objek
pajaknya dengan mengisi surat pemberitahuan objek pajak (SPOP). SPOP
akan diberikan kepada setiap wajib pajak dan setelah diisi dengan jelas, benar
31
dan lengkap serta ditanda tangani harus disampaikan kepada Direktorat
Jenderal Pajak yang ada diwilayah kerjanya, meliputi letak objek pajak
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya surat
pemberitahuan objek pajak.
Tarif pajak yang berlaku pada pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah
tarif sebanding yaitu suatu tarif dengan presentase tertentu, sehingga besar
kecilnya pajak yang terhutang akan tergantung dengan besar kecilnya objek
pajak. Semakin besar objek pajak yang dikenakan pajak maka akan semakin
besar pajak yang terhutang. Besarnya prosentase tarif pajak bumi dan
bangunan adalah 0,5% (lima per sepuluh persen).
Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual objek pajak, yaitu harga rata-
rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar. Bila
mana tidak mendapat transaksi jual beli, nilai jual objek pajak ditentukan
melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis (yang letaknya
berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya), atau harga
perolehan baru, atau nilai objek pajak pengganti. Harga perolehan baru adalah
penentuan harga jual suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian
dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek
tersebut.
Pada dasarnya klasifikasi dan penentuan harga jual objek pajak akan
ditetapkan oleh Menteri Keuangan setiap 3 (tiga) tahun sekali. Namun
demikian untuk daerah tertentu yang karena perkembangan pembangunan
32
mengakibatkan kenaikan nilai jual objek pajak cukup besar, maka penetapan
klasifikasi dan harga jual objek pajak dilakukan setahun sekali.
Dasar perhitungan pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah nilai jual
kena pajak, yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan
setinggi-tingginya 100% (seratus persen) dari nilai jual objek pajak, yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kondisi
ekonomi sosial.
Oleh karena itu penggalakan penyuluhan tentang PBB harus senantiasa
dilaksanakan secara terus menerus dan terutama sekali menyangkut hal-hal
yang seharusnya dapat dinikmati oleh wajib pajak, sehingga wajib pajak tidak
lagi merasa selalu dibebani kewajiban tanpa memiliki hak dalam ikut
membangun negara melalui pajak bumi dan bangunan.
3. Saran agar aparat desa mampu mencari terobosan untuk mengatasi
keterlambatan membayar pajak akibat kondisi ekonomi yang sulit yaitu
dengan sistem cicilan, perlu mendapat perhatian sebab dalam membayar pajak
bumi dan bangunan tidak dibenarkan membayar secara mencicil. Oleh karena
itu para aparat desa dapat menjelaskan bagaimana cara untuk mengatasi
diantaranya dengan cara menabung.
Dari data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa adanya keterlambatan
wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak bumi dan bangunan
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : faktor ekonomi, masih
kurangnya sosialisasi dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penempatan
waktu pembayaran pajak.
33
Secara umum tingkat kesadaran masyarakat mempunyai hubungan yang
erat dengan golongan masyarakat baik dari golongan pendidikan maupun
golongan ekonomi masyarakat, untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan sebagai
berikut :
1. Golongan masyarakat yang tidak berpendidikan
Dalam implementasinya, masyarakat yang tidak berpendidikan jelas-
jelas tidak memahami arti hukum pajak, sentuhan pendidikan cukup
mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam menunaikan segala
kewajibannya. Dalam hal ini masih diperlukan langkah-langkah yang efektif
untuk memberikan pemahaman yang baik bagi masyarakat terutama dalam
pembayaran pajak. Untuk pemungutan pajak didasarkan pada kemampuan
bagi pemungut pajak untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan
pendekatan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian target dalam
pengumpulan pajak dapat direalisasikan dan pembayarannya masuk dalam
prosentase tepat pada waktunya.
2. Golongan masyarakat yang berpendidikan
Secara otomatis, masyarakat yang telah mengenyam bangku
pendidikan baik dari tingkat SD sampai dengan Sarjana, telah memiliki
pengetahuan tentang pajak, manfaat serta kewajibannya sebagai wajib pajak.
Dengan demikian pada golongan ini kualitas pembayaran pajak oleh
masyarakat wajib pajak belum memenuhi harapan. Hal ini disebabkan oleh
identitas kesibukan yang tinggi sehingga sering lalai dalam ketepatan waktu
dalam membayar pajak. Dan penyebab lain adalah lokasi tempat tinggal yang
34
tidak menetap dan berpindah-pindah, serta tingkat penghasilan yang belum
memadai sehingga pembayaran pajak kadang mengalami hambatan.
3. Golongan masyarakat yang belum memiliki kekayaan
Lain halnya dengan tingkat masyarakat yang memilki kekayaan,
golongan masyarakat ini telah memaham arti penting pajak serta segala
sesuatu tentang pajak. Namun dalam aplikasinya pembayaran pajak sering
terjadi penundaan dan penunggakan. Hal ini disebabkan oleh faktor kesibukan
dengan berbagai pertimbangan perputaran kekayaan lebih dominan dan sifat
santai dalam menghadapi desakan pembayaran pajak.
Berdasarkan pada penjelasan tersebut di atas dapatlah diartikan bahwa
tingkat kepedulian (kesadaran) terhadap pembayaran pajak sebenarnya cukup
tinggi, tetapi ada beberapa kendala yang cukup mempengaruhi tingkat
pembayaran pajak sesuai dengan target pemerintah dan ini tentu perlu
pemahaman yang lebih dari pemungut pajak. Dalam hal ini pemerintah untuk
terus mengevaluasi kekurangan pada sektor pajak bumi dan bangunan (PBB).
4.2.Pembahasan
4.2.1. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kurangnya Kesadaran
Masyarakat Desa Trikora Membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
Jika ditinjau dari pengertian dan fungsi dari pajak yaitu bahwa pajak
merupakan sumber keuangan negara dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan dan pemungutan pajak sudah didasarkan pada undang-undang,
yang berarti bahwa pemungutan pajak tersebut sudah disepakati atau disetujui
bersama antara pemerintah dengan rakyatnya, maka sudah sewajarnya kalau
35
masyarakat sadar akan kewajiban dibidang perpajakan yaitu membayar pajak
dengan benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun
kenyataan banyak hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutannya.
Perlawanan pasif terdiri dari hambatan-hambatan yang mempersukar
pemungutan pajak yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi,
perkembangan intelektual dan moral penduduk serta sistem pemungutan pajak itu
sendiri. Dalam perlawanan pasif ini tidak ada usaha secara nyata dari masyarakat
untuk menghambat pemungutan pajak, namun karena kondisi masyarakat yang
kurang atau bahkan tidak tahu seluk pajak maka mereka tidak membayar pajak.
Perlawanan aktif adalah meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditunjukkan terhadap fikus dan bertujuan untuk menghindari pajak.
Dalam perlawanan aktif ini nyata-nyata ada usaha dari wajib pajak untuk tidak
membayar pajak. Usaha-usaha tersebut dapat berupa penghindaran diri dari pajak,
pengelakan atau penyelundupan pajak maupun usaha melalaikan pajak.
Dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan baik individu
maupun organisasi/lembaga tidak berjalan sesuai dengan harapan walaupun telah
direncanakan sebelumnya dengan baik. Sistem yang baik dapat dipengaruhi oleh
kondisi alam, sehingga kegiatan yang telah dilakukan dan direncanakan dapat
dirubah. Hal ini sejalan dengan masalah dalam penelitian ini, dimana dalam
pemungutan pajak masyarakat Desa Kulango jika dikaitkan dengan sistem dalam
perpajakan cukup fleksibel dan memasyarakatkan, namun kendala-kendala seperti
bencana alam, kondisi alam/daerah, musim dapat mempengaruhi prosentase
pemungutan pajak pada daerah tersebut.
36
Dalam penelitian ini, penulis menemukan kendala yang komplek
sehubungan dengan pemungutan pajak di Desa Trikora Kecamatan Popayato
Kabupaten Pohuwato yaitu sebagai berikut :
1. Masih Kurangnya Sosialisasi
Sosialisasi adalah bagian proram yang telah dilaksanakan oleh pihak
pemungut pajak dalam hal ini pegawai pajak. Umumnya sosialisasi
pembayaran pajak masih dilakukan oleh pihak pemungut pada pihak Desa
(Kepala Desa dan jajarannya) serta sosialisasi melalui rapat desa dengan
masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat, sehingga dengan demikian
pemerintah desa yang menjalankan fungsi pemungut pajak seringkali
didampingi oleh petugas pajak. Namun ha ini dilakukan oleh pihak pajak
sebagai sebuah pendekatan kemasyarakatan dan pemberdayaan aparat desa
terlihat langsung keterlibatannya dalam membantu pemerintah.
Bentuk sosialisasi tersebut dianggap oleh segenap masyarakat tidak
efektif, karena pengetahuan pajak hanya diperoleh oleh masyarakat tertentu
yang dipercaya oleh pihak pemungut pajak. Masyarakat menginginkan
disamping diminta pembayaran pajak juga mendapat pengetahuan tentang
pajak.
2. Penetapan Waktu Pembayaran Pajak
Untuk pembayaran pajak adalah sangat penting untuk diketahui oleh
masyarakat wajib pajak. Karena dengan penetapan waktu masyarakat telah
mempersiapkan diri untuk membayar tepat pada waktunya. Kenyataannya
dalam penetapan waktu yang singkat, waktu tersebut khususnya bagi
37
masyarakat yang berpenghasilan tergantung pada keadaan alam dalam hal ini
pencaharian mereka adalah tani. Jadi waktu yang singkat itu menyebabkan
keterlambatan dalam membayar pajak bumi dan bangunan.
Tetapi bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap, jenjang waktu yang
bermasalah hanya saja tergantung dengan kesibukan masyarakat dalam
menjalankan aktivitas kesehariannya. Hal ini dapat menyebabkan
terhambatnya pemungutan pajak tepat pada waktunya.
3. Sumber Pencaharian Masyarakat
Sumber pencaharian sangat erat kaitannya dengan waktu pembayaran
pajak. Khususnya di Desa Trikora Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato,
mayoritas masyarakatnya adalah petani sehingga hal ini cukup memberikan
pengaruh dalam pelunasan pajak pada setiap masa pembayaran pajak bumi
dan bangun (PBB). Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada
umumnya masyarakat Desa Trikora Kecamatan Popayato Kabupaten
Pohuwato memiliki lahan yang tidak produktif, sehingga masyarakat terbentur
pada beban yang biayanya tidak bersumber dari tanah itu sendiri dan ini
merupakan masalah tersendiri bagi masyarakat Desa Trikora Kecamatan
Popayato Kabupaten Pohuwato. Apalagi dimasa sekarang ini dimana terjadi
naiknya harga jual tanah yang dengan sendirinya menaikan pajak tanah.
Dalam sistem pemungutan pajak, faktor tersebutlah yang menjadi
kendala utama dalam pemungutan pajak pada masyarakat pedesaan khususnya
di Desa Trikora Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato. Secara teknis
dalam sistem perpajakan faktor tersebut tidak dijadikan dasar utama dalam
38
pemungutan pajak, sehingga kendala yang dialami adalah tidak terpenuhinya
target dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan (PBB) sesuai dengan
harapan yang telah ditetapkan.
4.2.2. Upaya Yang Dilakukan Guna Meningkatkan Kesadaran Bagi Wajib
Pajak Untuk Selalu Taat Pajak di Desa Trikora Kecamatan Popayato
Kabupaten Pohuwato
Hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak akan sangat merugikan bagi
negara, oleh karena itu dalam rangka untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan sama sekali hambatan-hambatan tersebut maka perlu diusahakan
suatu keadaan dimana masyarakat wajib pajak mau dan sadar akan
berkewajibannya membayar pajak. Usaha menghilangkan hambatan ini dapat
dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat
mengenai manfaat pajak bagi kelangsungan hidup negara dan kelancaran jalannya
pembangunan. Penyuluhan tentang, arti pentingnya atau manfaat pembayar pajak
ini dapat dilakukan secara dini yaitu pada sekolah-sekolah, perguruan tinggi dan
kelompok masyarakat lainnya.
Khususnya hambatan yang berupa penyelundupan dan melainkan pajak
adalah merupakan pelanggaran undang-undang. Oleh karena itu perlu adanya
tindakan yang tegas atau adanya sanksi yang berat terhadap para pelakunya,
karena hal tersebut akan dapat mempengaruhi atau mempunyai akibat pada bidang
keuangan, ekonomidan bahkan pada bidang sosial budaya. Salah satu hal yang
sangat penting dalam usaha untuk menghilangkan hambatan-hambatan dalam
pemungutan pajak adalah diusahakan adanya aparat pajak yang tangguh dan
39
bersih serta diterapkan sistem pemungutan pajak yang baik, sederhana dan mudah
dilaksanakan.
Untuk memaksimalkan pemungutan pajak bumi dan bangunan masyarakat
di Desa Trikora Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato, sesuai dengan
harapan pihak perpajakan, maka telebih dahulu memahami dan mengetahui
keadaan masyarakat serta lokasi pemungutan pajak. Hal ini penting dilakukan
karena untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjadi sebagaimana kendala-
kendala yang telah disebutkan sebelumnya.
Upaya pemerintah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
membayar pajak bumi dan bangunan yaitu :
1. Melakukan survei terhadap lokasi dari jumlah wajib pajak, petugas pajak
belum melakukan pemungutan pajak pada masyarakat, maka pihak pajak telah
memiliki rencana dan telah melakukan survei terhadap lokasi pemungutan
pajak. Hal ini sangat penting dilakukan, karena sebagai dasar untuk
menentukan waktu pembayaran dan batas pengumpulan pajak dari
masyarakat, sehingga target dalam setiap desa dapat tercapai dengan
maksimal. Data desa sangat sangat mempengaruhi kinerja pemerintah, dengan
data yang akurat tentang kesadaran masyarakat akan memudahkan
pengambilan kebijakan yang mengacu pada keadilan bagi masyarakat.
2. Sosialisasi Yang Efektif
Sosialisasi yang efektif sangat dibutuhkan, karena dengan sosialisasi
diharapkan masyarakat wajib pajak dapat memehami arti penting membayar
pajak kepada pemerintah. Sehingga tidak terkesan kepada masyarakat pikiran-
40
pikiran yang berhubungan dengan kepentingan lainnya. Karena harus
diketahui bahwa langkah ini cukup efektif bila dilakukan sosialisasi kepada
masyarakat wajib pajak untuk memberikan informasi tentang waktu
pembayaran pajak dan manfaatnya bagi masyarakat.
- Pengumuman melalui fasilitas umum
Salah satu langkah sosialisasi yang telah dilaksanakan adalah
menyampaikan pengumuman ditempat-tempat umum seperti dibalai desa,
mesjid. Cara ini cukup efektif untuk meningkatkan tingkat kesadaran
melakukan pemungutan pajak kepada masrakat wajib pajak bumi dan
bangunan (PBB).
3. Penetapan Kalender Batas Pemungutan Pajak
Pajak yang terutang menurutu surat pemberitahuan pajak terutang
harus dilunasi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya
surat pemberitahuan pajak terutang oleh wajib pajak. Sedangkan pajak yang
terutang berdasarkan surat ketetapan pajak harus dilunasi selambat-lambatnya
1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya surat ketetapan pajak oleh wajib
pajak. Pembayaran pajak yang terutang dapat dilakukan di Bank, kantor pos
dan giro dan tempat lain yang ditunjuk Menteri Keuangan.
Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo tidak dibayar atau
kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2 % (Dua persen)
sebulan yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai denganhari pembayaran
untuk jangka waktu yang belum atau kurang dibayar tersebut akan ditagih
dengan menggunakan surat tagihan pajak.
41
Maka dengan demikian yang harus dilaksanakan adalah adanya
penetapan kalender batas pemungutan pajak. Dengan adanyan penetapan
kalender batas pemungutan pajak masyarakat wajib pajak akan mengetahui
bahwa pembayaran pajak untuk selalu mematuhi aturan sesuai dengan
harapan.
4. Penerapan Sanksi Administrasi Bagi Yang Menunggak Pajak
Upaya ini dilakukan oleh pemerintah yang secara tegas
mengintruksikan pada bawahannya sampai ketingkat rukun warga (RW) agar
keperluan menyangkut administrasi oleh masyarakat, baik itu dalam bentuk
perjanjian, permohonan dan lain sebagainya harus menunjukkan bukti
pelunasan pajak sesuai tahun berjalan.
Adapun langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut khususnya di
Desa Kulango Kecamatan Lipunoto, sebagian besar telah dilaksanakan seperti
penyampaian informasi malalui tempat-tempat yang biasa didengar oleh
seluruh masyarakat, juga keterlibatan petugas pajak dalam setiap saat
pengumpulan pajak.