Download - Bab IV Briket Batubara Non-karbonisasi Belum
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB IV
BRIKET BATUBARA NON-KARBONISASI
4.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum batubara non-karbonisasi ini,
antara lain:
1. Praktikan mengerti tentang briket batubara non-
karbonisasi.
2. Praktikan mengerti dan mampu melaksanakan proses
pembuatan briket batubara non-karbonisasi.
3. Praktikan mampu menganalisa fungsi dari campuran
bahan-bahan dalam pembuatan briket batubara non-
karbonisasi.
4.2. Dasar Teori
Konsep utama dalam pembuatan briket, yaitu
merekatkan butiran-butiran dengan perekat tertentu, dicetak
dan ditekan sehingga menjadi benda yang masif, kompak dan
tidak mudah pecah. Dalam perjalanannya, teknik pembuatan
briket mengalami berbagai modifikasi dengan tujuan utama
meningkatkan mutu briket, memanfaatkan bahan lokal
dengan biaya murah sehingga harga briket dapat dijangkau,
mampu bersaing dengan harga bahan bakar lain, dan dapat
diterima oleh masyarakat. Beberapa cara telah dikembangkan
dengan melakukan modifikasi pada bahan perekat dan bahan
tambahan lainnya (Sukandarrumidi, 2005).
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Sifat briket yang baik antara lain tidak berasap dan tidak
berbau pada saat pembakaran, mempunyai kekuatan tertentu
sehingga tidak mudah pecah, mempunyai suatu suhu
pembakaran yang tetap dengan jangka waktu yang lama,
setelah dibakar masih mempunyai kekuatan tertentu
sehingga mudah untuk dikeluarkan dari dalam tungku, dan
gas hasil pembakaran tidak mengandung suatu gas karbon
monoksida yang cukup tinggi
Bahan baku utama dari briket batubara itu sendiri
adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan
mempunyai cadangan untuk selama kurang lebih 150 tahun.
Teknologi pembuatan briket tidak terlalu rumit dan dapat
dikembangkan dalam waktu yang singkat.
Indonesia sebetulnya telah mengebangkan briket
batubara sejak tahun 1994 namun tidak berkembang dengan
baik karena minyak tanah masih tetap disubsidi sehingga
harganya masih sangat murah, sehinggga masyarakat masih
lebih memilih minyak tanah sebagai bahan bakar sehari-hari.
Batubara merupakan salah satu sumber energi primer
yang memiliki riwayat pemanfaatan yang sangatlah panjang,
pada akhir-akhir ini harga bahan bakar minyak dunia
meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya harga
jual bahan bakar dari minyak termasuk minyak tanah di
Indonesia.
Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM
dalam hal ini minyak tanah, bahan bakar alternatif yang
murah dan mudah didapat. Briket batubara merupakan salah
satu bahan bakar padat alternatif yang terbuat dari batubara.
Bahwa bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
alternatif pengganti dari minyak tanah yang mempunyai
kelayakan teknis untuk digunakan sebagai bahan bakar
rumah tangga. Briket juga memiliki keuntungan ekonomis
karena dapat diproduksi secara sederhana, memiliki nilai
kalori yang tinggi
(Anonim, 2015)
Teknologi pembuatan briket tidaklah terlalu rumit dan
dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta
dalam waktu yang relatif singkat. Briket batubara dipilih oleh
masyarakat untuk bahan bakar alternatif karena dilihat dari
segi-segi kelebihannya dan batubara briket juga relatif murah
untuk masyarakat.
Adapun keunggulan briket batubara adalah:
1. Lebih murah.
2. Nilai kalori yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik
untuk pembakaran yang lama.
3. Tidak beresiko meledak atau terbakar.
4. Tidak mengeluarkan suara bising dan tidak berjelaga.
5. Sumber batubara melimpah.
Teknologi pembuatan briket batubara dari batubara
bubuk yang dapat menimbulkan kesulitan pada waktu
pengangkutan ternyata sudah banyak dilakukan di beberapa
negara. Hal yang mendorong pemanfaatan briket untuk
masyarakat dan industri kecil di Indonesia antara lain :
1. Potensi batubara di Indonesia yang sangat besar.
2. Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana, dengan
investasi sedikit.
3. Batubara yang ada di Indonesia mudah pecah dan berkalori
tinggi.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4. Memanfaatkan batubara bubuk yang tidak dipakai,
sehingga menjadi lebih bermanfaat.
Briket batubara non-karbonisasi memungkinkan untuk
digunakan (dibakar) dengan sempurna terutama dengan
sistem (pembakaran) tanpa mengeluarkan asap dan juga bau.
Jenis tungku yang sesuai untuk pembakaran briket dengan
jenis tanpa karbonisasi terutama adalah dilengkapi dengan
fasilitas udara sekunder ruang pembakaran yang cukup
untuk membakar zat terbang.
Sifat-sifat yang diperhatikan dalam pemamfaatan
batubara sebagai bahan bakar industri kecil, antara lain:
1. Ukuran butir, pada proses pengolahan briket batubara
yang diumpamakan dalam tungku akan mempengaruhi
terhadap cara pembakarannya. Batubara untuk
pembakaran dalam kantung api yang berisi ukuran butir
lebih kecil dari 1 cm, tidak boleh lebih dari 30%.
2. Abu, kandungan abu dari batubara yang terlalu banyak
akan mengganggu proses pembakaran. Hal ini akan
berdampak langsung pada kelancaran untuk proses
pemeliharaan api yang mengalami reaksi oksidasi oleh
udara pembakaran, dan sulit dalam pemeliharaan api.
3. Sifat mengkokas atau coking, batubara memiliki sifat
mengkokas yag tinggi yang sering menggumpal apabila
dipanaskan.
4. Nilai kalor, batubara dengan nilai kalor yang disebabkan
karena memang batubara yang dijadikan bahan dasar
briket adalah jenis batubara low rock sehingga nilai kalori
yang didapatkan pada proses pembakaran rendah karena
banyaknya kadar air yang terkandung didalam briket.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
5. Kadar belerang, kadar belerang yang cukup tinggi misalnya
2-3% dalam briket akan mengakibatkan bau yang kurang
sedap, hal ini akan mengganggu kesehatan dan
kenyamanan para pengguna briket.
6. Asap pembakaran, apabila asap yang timbul dari
pembakaran berwarna gelap maka hal ini menunjukkan
proses pembakaran menjadi kurang sempurna, sehingga
terdapat beberapa komponen batubara yang belum
terbakar dengan sempurna akan menimbulkan jelaga yang
berwarna hitam.
(Anonim, 2015)
Nilai strategis dan ekonomis pemamfaatan batubara
sebagai bahan bakar yang sering terkendala oleh dampak
dari lingkungan yang berasal dari emisi gas dan sisa
pembakaran yang langsung maupun tidak langsung
berpengaruh kepada kesehatan manusia, selain itu
pembakaran batubara dengan jumlah yang sangat besar akan
mempengaruhi kondisi lingkungan, antara lain berupa gas
rumah kaca seperti CO2 dan lain-lain.
Secara umum polutan yang timbul akibat pembakaran
batubara antara lain partikel halus, belerang dan NOx, dan
aersen, serta bahan-bahan organik yang tidak terbakar secara
sempurna. Unsur-unsur ini terbentuk pada saat pembentukan
endapan batubara sebagai proses alami. Dengan demikian
sederhana, untuk mendapatkan kondisi pembakaran yang
bersih, semua zat pengotor tersebut haruslah ditiadakan,
paling tidak dicegah agar tidak merebak menjadi padatan
yang tidak teremisikan.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Briket batubara memiliki keterbatasan waktu penyalaan
awal yang memakan waktu antara 5-10 menit dan diperlukan
penyiraman minyak tanah sebagai penyalaan awal, briket
batubara efisien digunakan untuk jangka waktu di atas 2 jam.
Jenis proses pembuatan briket batubara dapat dibagi
menjadi 2, yaitu berkarbonisasi dan jenis non-karbonisasi.
1. Karbonisasi (super)
Jenis ini mengalami terebih dahulu proses
dikarbonisasi sebelum menjadi briket. Dengan proses
karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam briket
batubara itu diturunkan serendah mungkin sehingga produk
akhirnya menjadi meningkat karena pada batubara tersebut
dapat terjadi rendemen sebesar 50%. Briket ini digunakan
untuk keperluan rumah tangga serta lebih aman dalam
penggunaannya. Manfaat dan Keuntungan Memasak dengan
Briket Super:
a. Menghemat bahan bakar
b. Daya tahan briket lebih lama
c. Nyala bara lebih bersih
d. Tidak berbau dan berasap
e. Aman dan tidak meledak
f. Panas nyala bara relatif lebih tinggi
g. Rasa, bau, dan aroma makanan tidak berubah, tetap asli
h. Non toksik (tidak beracun)*
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
i. Ruangan dapur tetap bersih
j. Perabot dapur tidak hitam
k. Abu bekas briket dapat dipakai sebagai abu pembersih dan
juga alat pemadam briket
2. Non-karbonisasi (biasa)
Jenis yang ini tidak mengalami karbonisasi sebelum
diproses menjadi briket dan harganya pun lebih murah,
karena zat-zat terbangnya masih terkandung dalam briket
batubara maka pada penggunaaanya lebih baik
menggunakan tungku (bukan kompor) sehingga akan
menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana seluruh
zat terbang yang muncul dari briket akan habis terbakar
oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini pada umumya
digunakan untuk industri kecil. Produsen terbesar briket
batubara di Indonesia pada saat ini adalah PT. Tambang
Batubara Bukit Asam (Persero) atau PT. BA yang
mempunyai 3 pabrik yaitu di Tanjung Enim Sumatera
Selatan, Bandar Lampung dan Gresik Jawa Timur dengan
kapasitas terpasang 115.000 ton per tahun. Di samping PT.
BA terdapat beberapa dari perusahaan swasta yang
memproduksi briket batubara.
(Anonim, 2015)
Salah satu masalah dalam pengembangan industri
briket di Indonesia adalah diperlukannya karbonisasi dalam
proses pembuatan briket tersebut. Hal ini terutama karena
batubara yang dapat digunakan termasuk dalam peringkat
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
rendah dengan kadar zat terbang rata-rata di atas 35%
sehingga saat dalam proses pembakarannya akan
menimbulkan asap dan bau.
Sedangkan di Korea, Cina, dan Vietnam batubara yang
digunakan untuk briket adalah dari jenis antrasit sehingga
tidak perlu dilakukan proses karbonisasi karena kadar zat
terbangnya rata-rata di bawah 15%.
Proses yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan proses non-karbonisasi. Briket batubara non-
karbonisasi memungkinkan untuk digunakan atau dibakar
tanpa menimbulkan asap atau bau dengan bahan baku
batubara semi antrasit dan bahan pembantu seperti jerami,
ampas tebu, serta molaser.
Proses pengolahan briket batubara dapat didefinisikan
sebagai suatu proses pengolahan batubara, dimana briket
yang dihasilkan mempunyai bentuk, ukuran fisik, sifat kimia
tertentu dengan menggunakan teknik yang tepat. Bahan-
bahan campuran dan fungsi dari briket batubara, antara lain:
1. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara
a. Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan
akan semakin tinggi.
b. Semakin tinggi nilai kalorinya maka pembakaran akan
semakin lama karena unsur atau zat didalam batubara
yang mudah terbakar (volatile matter) yang terkandung
di dalamnya semakin sedikit.
c. Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan
akan semakin berkurang dan lama pembakaran akan
semakin cepat. Batubara dengan nilai kalori rendah juga
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
mengandung banyak air sehingga menyulitkan dalam
penyalaan.
d. Penyalaan, berasap dan panas yang berkurang.
Solusinya dengan cara proses pengeringan (mengurangi
jumlah dari kadar air didalam batubara) dan dengan cara
karbonisasi (menaikkan) kadar kalori batubara tersebut
maka kadar air yang terdapat didalam batubara juga akan
berkurang.
2. Biomassa (serbuk kayu), sebagai bahan untuk
mempercepat dan mempermudah proses pembakaran
a. Semakin banyak komposisi biomassa maka briket akan
semakin mudah terbakar dan pencapaian suhu
maksimalnya akan semakin cepat.
b. Kelemahannya semakin banyak komposisi biomassanya,
lama pembakaran menjadi semakin berkurang.
c. Semakin besar komposisi biomassa, maka kandungan
emisi polutan Cu dan polusi HC akan semakin
berkurang.
3. Tanah liat, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat
a. Jenis tanah yang dipilih haruslah mengandung unsur
kaulinik yaitu unsur yang mempengaruhi kerekatan,
kekerasan, dan kekeringan.
b. Semakin banyak komposisinya, gas Cu yang dihasilkan
akan semakin sedikit.
c. Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama
pembakaran komposisi yang terbaik untuk tanah liat
adalah 10%.
4. Kapur (lime), sebagai bahan imbuhan yang digunakan
untuk mengikat racun dan mengurangi bau belerang.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Komposisi kapur juga perlu diperhatikan, karena apabila
terlalu banyak akan membuat panas briket berkurang.
(Anonim, 2015)
Dalam sebuah briket batubara, semakin banyak
komposisi batubara maka pembakaran yang dihasilkan akan
semakin panas dan semakin lama. Namun juga harus
diperhatikan nilai kalorinya. Nilai kalori batubara akan rendah
jika di dalamnya terkandung banyak air.
Berikut ini adalah kelemahan dari briket batubara dan
solusi yang dapat diberikan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Sulit dalam penyalaaan, solusinya adalah:
a. Bahan baku batubara dalam keadaan kering, kadar
airnya rendah.
b. Memperbesar komposisi biomassa (serbuk kayu), karena
biomassa dapat membantu mempercepat proses
penyalaan.
2. Berasap dan berbau, solusinya adalah:
a. Semua bahan diusahakan dalam keadaan kering, karena
kelembapan dan kadar air yang menyebabkan asap yang
banyak dan berbau.
b. Penambahan unsur kapur dalam komposisi briket.
3. Panas dan lama pembakaran, solusinya adalah
a. Pemilihan batubara dengan kalori tinggi atau dengan
cara dikarbonisasi.
b. Pengeringan hasil briket, karena briket yang lembap dan
basah sangat berpengaruh terhadap panas yang akan
dihasilkan.
4. Kepadatan dan kekerasan, solusinya adalah:
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Pemilihan tanah liat yang baik.
b. Penjemuran hasil briket sampai benar-benar kering.
c. Memperkecil bahan bau agar lebih padat.
5. Harga jual produk, solusinya adalah
a. Pemilihan lokasi pabrik yang dekat dengan sumber
bahan baku dan konsumen.
b. Proses produksi yang baik dan benar.
c. Kualitas produksi besar akan menurunkan produksi.
Beberapa parameter dalam pembuatan briket antara lain
sebagai berikut:
1. Ukuran butir batubara.
2. Tekanan mesin pada waktu pembriketan.
3. Kadar air yang terkandung dalam batubara.
(Anonim, 2015)
Pada saat ini dikenal 2 tipe briket batubara, yaitu tipe
yontan dan tipe telur. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Tipe yontan (diambil dari nama tempat di Korea), tipe ini
lebih dikenal dan popular, suatu nama lokal berbentuk
silinder dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat
3,5 kg dan mempunyai lubang-lubang sebanyak 22 lubang.
Lubang tersebut bertujuan agar briket mudah terbakar dan
dapat menghasilkan panas yang maksimum. Proses
pembuatan briket yontan cukup sederhana. Batu bara
bubuk (5 mm) diberi air (10%) ditekan dengan mesin tekan,
pembriketan pada tekanan 120 kg/cm2 sehingga diperoleh
briket. Untuk tipe telur perlu ditambah molasses (7 %) dan
diroll pada mesin briket tipe roll. Jenis briket ini biasanya
digunakan untuk keperluan rumah tangga.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.1
Sketsa tipe yontan
2. Tipe telur (egg), berbentuk oval, berukuran panjang 46-48
mm, dengan lebar 32-39 mm, tebal bagian tengah 20-24 mm
pada bagian tepi pinggir dibuat pipih tumpul, sehingga
mudah dipindahkan dan mudah dibakar dari bagian pinggir
ke bagian tengah. Pembakaran yang sempurna, yakni
dengan nyala bersih dann berwarn biru, terjadi 10-15 menit
setelah briket menyala. Tempertur tungku yng dicapai pada
saat pembakaran sempurna adalah sekitr 600° C. Selama
pembakaran terjadi penurunan permukaan briket sampai 6
cm. Penurunan permukaan briket tersebut diakibatkan oleh
habisnya penyulut yang tebalnya 1 cm, tetapi juga karena
bekurangnya massa briket.
(Anonim, 2015)
Gambar 3.2
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Sketsa tipe telur
Batubara dibuat briket dengan tipe telur lebih banyak
digunakan oleh kalangan industri kecil sebagai bahan
pembakar bata, genteng, tukang besi, dan gerabah. Meskipun
banyak dipakai untuk keperluan industri tetapi juga briket
batubara tipe telur dimanfaatkan dalam skala rumah tangga
dimensi dari briket batubara ini memiliki panjang antara 45
mm samai 55 mm dan lebarnya 32 mm sampai 48 mm serta
tebal 20 mm sampai 25 mm. Briket bentuk telur cocok untuk
keperluan rumah tangga atau rumah makan sedangkan
bentuk kubus dan silinder digunakan untuk kalangan industri
kecil atau menengah.
Berdasarkan data tahun 1998-2005 perkembangan
kebutuhan briket batubara yang turun naik namun cenderung
ada peningkatan konsumsi terendah sebesar 23506 ton pada
tahun 2004 dan tertinggi pada tahun 1999 yang mencapai
38302 ton. Pada sisi lain, potensi konsumsi BBM yang dapat
disubstitusi dengan briket batubara untuk 1 km dan rumah
tangga sebesar 11,32 juta ton dan jumlah optimisnya sebesar
1,3 juta ton per tahun atau ekuivalen dengan 936.000 kilo liter
minyak tanah per tahun. Kondisi pasar akan dapat
menentukan bagaimana prospek briketan batubara yang ada
di Indonesia sebagai bahan alternatif substitusi minyak tanah
mempunyai khususnya dengan energi alternatif lainnya
sepeti bahan bakar (biofuel) dan elpiji.
Apabila program permasyarakatan briket dapat
diwujudkan dengan baik, maka secara bertahap penggunaaan
briket batubara dapat ditingkatkan dalam rangka untuk
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
penggantian budaya pasar pemakaian minyak tanah menjadi
budaya pasar briket batubara.
Kegiatan promosi secara rutin perlu dilakukan untuk
menjamin pemakaian briket batubara skala penuh di masa
mendatang dengan peningkatan kualitas dan pengurangan
biaya dalam membantu percepatan transisi pemakaian bahan
bakar dan kayu bakar menjadi briket batubara.
(Rahardjo, Bambang Suwondo, 2007)
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4.3. Alat dan Bahan
3.3.1. Alat
a. Crusher, mereduksi ukuran partikel batubara.
Gambar 3.3.
Sketsa crusher
b. Sendok, berfungsi untuk memindahkan bahan
pembuatan briket batubara non-karbonisasi.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.4.
Sketsa sendok
c. Sieve, digunakan untuk memisahkan material.
Gambar 3.5.
Sketsa ayakan
d. Timbangan dan neraca analitik, digunakan untuk menimbang berat dari komposisi-komposisi pengolahan briket.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.5.
Sketsa timbangan dan neraca analitik
e. Palu, berfungsi untuk menghancurkan sampel batubara.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.7.
Sketsa palu
f. Safety tools, alat ini digunakan untuk melindungi
diri pada saat proses preparasi. Alat-alat yang
digunakan pada saat proses preparasi adalah safety
shoes, sarung tangan, masker dan kacamata.
Gambar 3.8.
Sketsa safety tools
g. Cetakan briket, digunakan untuk mencetak campuran
dari material menjadi bentuk briket.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.9.
Sketsa cetakan briket
h. Ember, digunakan untuk menampung bahan-bahan
pembuatan briket batubara non-karbonisasi.
Gambar 3.10.
Sketsa ember
3.3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada campuran
briket batubara non-karbonisasi adalah:
a. Batubara dengan kalori 7500 kkal, berfungsi sebagai
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
bahan bakar utama dalam campuran briket.
b. Kaolin, berfungsi sebagai campuran untuk
mengurangi asap dan penstabilisasi panas dalam
pembakaran briket.
c. Kanji, berfungsi sebagai perekat campuran batubara
dan kaolin sehingga briket yang dihasilkan menjadi
kompak dan kuat.
d. Serbuk kayu, berfungsi sebagai material untuk
mempercepat proses pembakaran briket.
e. Kapur, berfungsi untuk mengurangi bau pada saat
pembakaran.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4.4. Prosedur Campuran
Adapun prosedur campuran untuk pembuatan briket
batubara, yaitu:
Sketsa gambar 3.3.
Flowchart Pembuatan Briket Batubara Non-Karbonisasi
Langkah kerja:
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
Batubara dengankalori 6000 kkal
Batubara dengan ukuran 5-10 cm
Batubara dengan Ukuran ± 33 mm (8 mesh)
Batubara + kaolin + kanji + serbuk kayu + kapur gamping dengan total berat 200 gram
Briket batubara non-karbonisasi
direduksi dengan palu
digerus dengan crusher
dicampur dan dicetak
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Menyiapkan material batubara dengan kalori 6000
kkal.
b. Batubara digerus dengan ukuran 5-10 cm dengan
menggunakan palu.
c. Menggerus batubara yang berukuran 5-10 cm
dengan crusher menjadi ukuran ± 3 mm (8 mesh).
d. Mencampurkan batubara dengan kaolin kering,
kanji, kapur gamping, dan serbuk kayu hingga berat
totalnya mencapai 200 gram.
e. Mencetak campuran material tadi dengan
menggunakan cetakan briket batubara kemudian
mengeringkannya.
f. Mengamati dan mencatat:
1) Campuran bahan briket
2) Kekuatan fisik briket
3) Bentuk hasil akhir cetakan
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3.5. Data Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan dari praktikum briket batubara non-
karbonisasi dapat dilihat tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Data Hasil Pengamatan Briket Batubara Non-Karbonisasi
No.Nama
Sampel
%Batubar
a
%Kanji
%Kaolin
Bahan Lain
Keterangan%Serbuk Kayu
%Kapu
r
1. Biasa 1 70 15 15 - -
a. Kekuatan Fisik : kompak
b. Permukaan: kasar
c. Warna: hitamd. Briket yang
berhasil: 8e. Briket yang
gagal: 02. Biasa 2 70 10 20 - - a. Kekuatan
Fisik: kompakb. Permukaan:
kasarc. Warna: hitamd. Briket yang
berhasil: 8
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
e. Briket yang gagal: 0
3. Biasa 3 60 30 10 - -
a. Kekuatan Fisik: kompak
b. Permukaan: kasar
c. Warna: hitamd. Briket yang
berhasil: 8e. Briket yang
gagal: 0
4.Biomas
sa1
60 10 10 10 10
a. Kekuatan Fisik: cukup kompak
b. Permukaan: kasar
c. Warna:kecoklatan
d. Briket yang berhasil: 8
e. Biket yang gagal: 0
No.
Nama Sampel
%Batubar
a
%Kanji
%Kaolin
Bahan Lain
Keterangan%Serbuk Kayu
%Kapu
r
5Biomas
sa2
70 10 5 10 5
a. Kekuatan Fisik: kurang kompak
b. Permukaan: kasar
c. Warna: Hitamd. Briket yang
berhasil: 7e. Briket yang
gagal: 16 Biomas
sa3
60 15 15 5 5 f. Kekuatan Fisik: cukup kompak
g. Permukaan: cukup kasar
h. Warna: Hitam kecoklatan
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
i. Briket yang berhasil : 8
j. Briket yang gagal : 0
3.6. Pengolahan Data
Berikut ini adalah perhitungan yang diperlukan untuk
melengkapi data hasil pengamatan:
1. Berat total campuran (batubara+kaolin+kanji+serbuk
kayu kering) = 200 gram.
2. Batubara yang digunakan untuk praktikum ini adalah
batubara dengan kalori 6000 kkal.
Berikut ini adalah data hasil perhitungan campuran dari
komposisi briket batubara non-karbonisasi :
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1. Campuran 1 (Briket Batubara Non-Karbonisasi
Biasa 1)
Diketahui: Batubara = 70%
Kaolin = 15%
Kanji = 15%
Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran
b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran
Jawab:
a. Berat batubara dalam campuran = x 200
gram = 140 gram
b. Berat kaolin dalam campuran = x 200
gram = 30 gram
c. Berat kanji dalam campuran = x 200
gram = 30 gram
2. Campuran 2 (Briket Batubara Non-Karbonisasi Biasa 2)
Diketahui: Batubara = 70%
Kaolin = 20%
Kanji = 10%
Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran
b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran
Jawab:
a. Berat batubara dalam campuran = x 200
gram = 140 gram
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Berat kaolin dalam campuran = x 200
gram = 40 gram
c. Berat kanji dalam campuran = x 200 gram = 10
gram
3. Campuran 3 (Briket Batubara Non-Karbonisasi Biasa 3)
Diketahui: Batubara = 60%
Kaolin = 10%
Kanji = 30%
Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran
d. Berat kaolin dalam campuran
e. Berat kanji dalam campuran
Jawab:
a. Berat batubara dalam campuran = x 200
gram = 120 gram
b. Berat kaolin dalam campuran = x 200
gram = 20 gram
c. Berat kanji dalam campuran = x 200 gram = 60
gram
4. Campuran 4 (Briket Batubara Non-Karboniasasi Biomassa
1)
Diketahui: Batubara = 60%
Kaolin = 10%
Kanji = 10%
Serbuk kayu = 10%
Kapur = 10%
Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran
d. Berat serbuk kayu dalam campuran
e. Berat kapur dalam campuran
Jawab:
a. Berat batubara dalam campuran = x
200 gram = 120 gram
b. Berat kaolin dalam campuran = x 200 gram = 20
gram
c. Berat kanji dalam campuran = x 200 gram = 20
gram
d. Berat serbuk kayu dalam campuran = x
200 gram = 20 gram
e. Berat kapur dalam campuran = x 200 gram = 20
gram5. Campuran 5 (Briket Batubara Non-Karboniasasi Biomassa
2)
Diketahui: Batubara = 70%
Kaolin = 5%
Kanji = 10%
Serbuk kayu = 10%
Kapur = 5%
Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran
b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran
d. Berat serbuk kayu dalam campuran
e. Berat kapur dalam campuran
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jawab:
a. Berat batubara dalam campuran = x
200 gram = 140 gram
b. Berat kaolin dalam campuran = x 200 gram = 10
gram
c. Berat kanji dalam campuran = x 200 gram = 20
gram
d. Berat serbuk kayu dalam campuran = x
200 gram = 20 gram
e. Berat kapur dalam campuran = x 200 gram = 10
gram
6. Campuran 6 (Briket Batubara Non-Karboniasasi Biomassa
3)
Diketahui: Batubara = 60%
Kaolin = 15%
Kanji = 15%
Serbuk kayu = 5%
Kapur = 5%
Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran
b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran
d. Berat serbuk kayu dalam campuran
e. Berat kapur dalam campuran
Jawab:
a. Berat batubara dalam campuran = x
200 gram = 120 gram
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Berat kaolin dalam campuran = x 200 gram = 30
gram
c. Berat kanji dalam campuran = x 200 gram = 30
gram
d. Berat serbuk kayu dalam campuran = x
200 gram = 10 gram
e. Berat kapur dalam campuran = x 200 gram = 10
gram
3.7 Pembahasan
Dalam praktikum batubara pembuatan briket batubara
non karbonisasi. Adapun komposisi dari briket batubara itu
sendiri terdiri dari batubara dengan sedikit campuran dari
kaolin, kanji untuk briket biasa dan tambahan bahan lain
berupa serbuk kayu dan kapur untuk briket biomassa.
Batubara sendiri berfungsi sebagai bahan utama dalam
pembuatan briket. Pada umumnya dalam pembuatan briket
batubara, komposisi batubara harus selalu lebih besar
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
daripada bahan yang lain (kaolin, kanji dan kapur).
Persentase komposisi batubara pada setiap campuran adalah
>60%.
Selain batubara sebagai bahan utama, bahan yang
digunakan adalah kaolin yang berfungsi untuk mengurangi
asap dan penstabilitas panas, kanji sebagai perekat, serbuk
kayu yang memudahkan dalam pembakaran briket. Selain itu
kapur yang berguna sebagai pengurang bau pada saat atau
sedang pembakaran. Persentase dari bahan-bahan tambahan
harus di bawah dari 60%.
Proses pembuatan briket yaitu dengan mencampur
semua bahan sesuai dengan takaran komposisi masing-
masing tiap briket. Takaran tiap bahan sudah ditetapkan
sebelumnya. Proses pencampuran bahan harus dilakukan
dengan cermat dan hati-hati agar adonan bahan yang
dihasilkan tercampur dengan rata sehingga briket yang
dihasilkan nantinya akan baik pula.
Dari tiap campuran dihasilkan 8 buah briket batubara.
Karena memiliki komposisi yang berbede-beda maka akan
mempengaruhi karakteristik briket yang dihasilkan.
Karakteristik ini yang kemudian akan diamati dan dianalisa
yang meliputi kekuatan fisik briket, permukaan briket dan
warnanya. Tidak lupa juga hasil pembakaran yang akan
dilakukan pada praktikum selanjutnya.
Dalam praktikum kali ini dilakukan enam kali campuran
dengan komposisi yang berbeda-beda. Pada campuran
pertama adalah membuat briket batubara non-karbonisasi
biasa 1. Briket ini terdiri dari campuran batubara, kaolin, dan
kanji. Adapun komposisinya adalah batubara 70%, kaolin 15%
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
dan kanji 15%. Hasil yang didapat adalah briket batubara
yang kuat dan kompak. Dan warna briket ini adalah hitam
dikarenakan bahan yang mendominasi adalah batubara.
Sedangkan permukaan dari briket ini adalah kasar. Banyak
briket yang dihasilkan secara sempurna 8 buah.
Pada campuran kedua adalah membuat briket batubara
non-karbonisasi biasa 2. Briket ini terdiri dari campuran
batubara, kaolin dan kanji. Adapun komposisinya adalah
batubara 70%, kaolin 20% dan kanji 10%. Hasil yang didapat
adalah briket batubara yang kuat dan kompak. Warna briket
ini adalah hitam dikarenakan bahan yang mendominasi
adalah batubara. Sedangkan permukaan dari briket ini adalah
kasar. Dan banyak briket yang dihasilkan secara sempurna 8
buah.
Pada campuran ketiga adalah membuat briket batubara
non-karbonisasi biasa 3. Briket ini terdiri dari campuran
batubara, kaolin dan kanji. Adapun komposisinya adalah
batubara 60%, kaolin 10% dan kanji 30%. Hasil yang didapat
adalah briket batubara yang lemah, ini karena kadungan kanji
yang tercampur terlalu banyak. Warna briket ini adalah hitam
dikarenakan bahan yang mendominasi adalah batubara.
Banyak briket yang dihasilkan secara sempurna 8 buah.
Untuk campuran keempat adalah pembuatan briket
batubara non-karbonisasi biomassa 1. Briket ini memiliki
komposisi batubara sebanyak 60%, kaolin sebanyak 10 %,
kanji sebanyak 10 %, kapur sebanyak 10% dan serbuk kayu
sebanyak 10%. Hasil yang didapat adalah briket batubara
yang kuat dan cukup kompak. Warna yang terdapat pada
briket ini adalah kecoklatan. Sedangkan permukaan dari
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
briket ini adalah kasar yang disebabkan oleh adanya serbuk
kayu. Banyak briket yang dihasilkan secara sempurna 8 buah.
Untuk campuran lima adalah pembuatan briket batubara
non-karbonisasi biomassa 2. Briket ini memiliki komposisi
batubara sebanyak 70 %, kaolin sebanyak 5 %, kanji
sebanyak 10 %, kapur sebanyak 5 % dan serbuk kayu
sebanyak 10 %. Hasil yang didapat adalah briket batubara
yang kurang kompak dikarenakan kandungan kaolin yang
tercampur sedikit. Warna yang terdapat pada briket ini adalah
hitam. Sedangkan permukaan dari briket ini adalah kasar
yang disebabkan oleh adanya serbuk kayu. Banyak briket
yang dihasilkan adalah 7 buah, karena faktor manusianya
sehingga briket yang dihasilkan tidak sempurna (8 buah),
pada saat pengangkatan briket yang kurang hati-hati. Satu
buah briket mengalami retak dan pecah pada saat proses
pengangkatan tutup cetakan briket. Campuran ini bisa
dikatakan berhasil, meskipun ada salah satu briket yang
pecah.
Untuk campuran keenam adalah pembuatan briket
batubara non-karbonisasi biomassa 3. Briket ini memiliki
komposisi batubara sebanyak 60%, kaolin sebanyak 15 %,
kanji sebanyak 15%, kapur sebanyak 5 % dan serbuk kayu
sebanyak 5%. Hasil yang didapat adalah briket batubara yang
kuat dan cukup kompak. Warna yang terdapat pada briket ini
adalah hitam kecoklatan. Sedangkan permukaan dari briket
ini adalah kasar yang disebabkan oleh adanya serbuk kayu.
Banyak briket yang dihasilkan secara sempurna 8 buah.
Warna briket untuk biasa (batubara, kanji dan kaolin)
umumnya hitam dan untuk biomassa (batubara, kanji, kaolin,
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
serbuk kayu dan kapur) agak kecoklatan. Hal ini disebabkan
karena bahan utama briket yang dominan adalah batubara
makanya warna briket pun jadi hitam. Untuk briket biomasa
yang agak kecoklatan disebabkan oleh adanya campuran
serbuk kayu yang terkandung di dalamnya. Begitu pula untuk
permukaan briket agak kasar. Hal ini disebabkan karena
adanya serbuk kayu pada briket sehingga permukaan briket
agak sedikit kasar.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3.8 Penutup
3.8.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum
kali ini adalah:
a. batubara non-karbonisasi adalah briket batubara
yang tidak mengalami dikarbonisasi sebelum
diproses menjadi briket dan harganya pun lebih
murah karena zat terbangnya masih terkandung
dalam briket batubara maka pada penggunaannya
lebih baik menggunakan tungku sehingga
menghasilkan pembakaran yang sempurna.
b. Briket batubara non-karbonisasi biasa yang paling
baik adalah briket batubara non-karbonisasi biasa 1
hal ini dikarenakan komposisinya yang seimbang,
dengan batubara 70%, kanji 15% dan kaolin 15%
membuat briket campuran ini kompak dengan warna
hitam dan permukaan yang cukup kasar.
c. Briket batubara non-karbonisasi biomassa yang
paling baik adalah briket batubara non-karbonisasi
biomassa 1. Hal ini dikarenakan komposisinya yang
cukup seimbang batubara 60%, kanji 10%, kaolin
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
10%, serbuk kayu 10% dan kapur 10% membuat
briket campuran ini cukup kompak dengan warna
kecokelatan dan permukaan yang kasar.
d. Briket batubara non-karbonisasi biasa yang paling
tidak baik adalah briket batubara non-karbonisasi
biasa 3, hal ini dikarenakan campuran kanji sebesar
30% membuat briket pada saat dicetak sangat
lembek dan ukurannya relatif lebih kecil daripada
briket lainnya. Dengan komposisi batubara 60% dan
kaolin 10% serta kanji 30% membuat briket sangat
kompak, berwarna hitam dan permukaannya cukup
kasar.
e. Briket batubara non-karbonisasi biasa yang paling
tidak baik adalah briket batubara non-karbonisasi
biomassa 5. Dengan komposisi batubara 70%, kanji
10%, kaolin 5%, serbuk kayu 10% dan kapur 5%
membuat briket cukup rapuh pada saat dipegang,
hal ini mungkin dikarenakan pada saat
pencampuran kurang merata. Briket ini berwarna
hitam dikarenakan campuran batubara sebesar 70%
namun kurang kompak dan memiliki permukaan
yang cukup kasar.
f. Beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan briket batubara yaitu ukuran butir,
tekanan mesin pencetak pada saat pencetakan dan
kadar air yang terkandung dalam batubara.
3.8.2. Saran
Adapun saran untuk praktikum briket non-
karbonisasi ini adalah:
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Sebaiknya praktikan menggunakan alat safety yang
lengkap pada saat melaksanakan praktikum
b. Sebaiknya alat pencetak briket ditambah lagi agar
pratikum lebih cepat selesai.
c. Praktikan melakukan percobaan dengan cekatan
untuk menghemat penggunaan waktu dikarenakan
jumlah alat yang ada terbatas.
3.7. Pembahasan
Briket batubara non-karbonisasi adalah jenis yang tidak
mengalami karbonisasi sebelum diproses menjadi briket dan
harganya pun lebih murah, karena zat-zat terbangnya masih
terkandung dalam briket batubara maka pada penggunaaanya
lebih baik menggunakan tungku (bukan kompor) sehingga
akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana
seluruh zat terbang yang muncul dari briket akan habis
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini pada
umumya digunakan untuk industri kecil.
Pada kegiatan praktikum kali ini yaitu mengenai
pembuatan briket batubara non-karbonisasi. Dari campuran 1
sampai 3 bahan yang digunakan yaitu batubara, kaolin dan
kanji. Sedangkan pada campuran 4 sampai 6 bahan yang
digunakan yaitu serbuk kayu, batubara, kaolin, kanji dan
kapur.
Pada campuran 1, pembutan briket batubara non-
karbonisasi dengan komposisi batubara 70% (140 gram),
kaolin 15% (30 gram) dan kanji 15% (30 gram) diperoleh 8
buah briket yang tercetak baik artinya dari 8 cetakan yang
dibuat tidak ada satupun hasil briket yang retak maupun
pecah pada saat proses terakhir pencetakan. Hal ini
dikarenakan komposisi briket pada persentase campurannya
sudah seimbang dan briket yang dihasilkan cukup kompak
dengan warna hitam dan permukaan yang kasar. Hal ini
mungkin dari besarnya campuran kanji yang diberikan yaitu
15% (30 gram) yang menyebabkan briket merekat dan
menjadi kompak.
Pada briket batubara non-karbonisasi campuran 2 yaitu
komposisi batubara 70% (140 gram), kaolin 20% (40 gram)
dan kanji 10% (20 gram) diperoleh 8 buah briket yang tercetak
baik artinya dari 8 cetakan yang dibuat tidak ada satupun
hasil briket yang retak maupun pecah pada saat proses
terakhir pencetakan. Hal ini dikarenakan komposisi briket
pada persentase campurannya sudah seimbang dan briket
yang dihasilkan cukup kompak dengan warna hitam dan
permukaan yang kasar.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Pada briket batubara non-karbonisasi campuran 3 yaitu
komposisi batubara 60% (120 gram), kaolin 10% (20 gram)
dan kanji 30% (60 gram) diperoleh 8 buah briket yang tercetak
baik artinya dari 8 cetakan yang dibuat tidak ada satupun
hasil briket yang retak maupun pecah pada saat proses
terakhir pencetakan. Namun briket yang dihasilkan pada
campuran 3 ini sangat buruk karena terlalu banyak
kandungan kanji, sehingga briket menjadi lemah.
Pada briket batubara non-karbonisasi campuran 4,
briket ini memiliki komposisi batubara sebanyak 60% (120
gram), kaolin sebanyak 10 % (20 gram), kanji sebanyak 10 %
( 20 gram), kapur sebanyak 10% (20 gram) dan serbuk kayu
sebanyak 10% (20 gram). Pada percoban yang kempat ini
yang membedakan dari percobaan sebelumnya yaitu
komposisi briket ditambah dengan serbuk kayu dan kapur.
Dari hasil pencetakan diperoleh 8 buah briket yang tercetak
baik tanpa mengalami adanya retakan atau pecah.
Pada briket batubara non-karbonisasi campuran 5,
briket ini memiliki komposisi batubara sebanyak 70 % (140
gram), kaolin sebanyak 5 % (10 gram), kanji sebanyak 10 %
(20 gram), kapur sebanyak 5 % (10 gram) dan serbuk kayu
sebanyak 10 %(20 gram). Pada percoban yang kempat ini
yang membedakan dari percobaan sebelumnya yaitu
komposisi briket ditambah dengan serbuk kayu dan kapur.
Dari hasil pencetakan diperoleh 7 buah briket yang tercetak
dan 1 mengalami adanya retakan atau pecah. Satu buah
briket mengalami retak dan pecah pada saat proses
pengangkatan tutup cetakan briket. Percobaan ini bisa
dikatakan berhasil, meskipun ada salah satu briket yang
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
pecah. Pecahnya salah satu briket ini kemungkinan besar
bukan dikarenakan persentase komposisi briket yang tidak
seimbang, melainkan kurang berhati-hatinya praktikan dalam
proses pengangkatan tutup pencetak briket sehingga briket
yang masih dalam keadaan basah menjadi retak dan akhirnya
pecah. Selain itu, hal lain yang dapat mengakibatkan briket
tersebut pecah yaitu mungkin tidak meratanya pembagian
besar jumlah campuran briket pada setiap cetakan briket
yang berjumlah 8 buah tersebut. Ada salah satu lubang
cetakan briket yang terisi sedikit oleh campuran yang sudah
disiapkan sehingga kepadatan pada setiap hasil cetakan
berbeda-beda, ada salah satu briket yang tidak kompak dan
akhirnya retak dan pecah.
Pada briket batubara non-karbonisasi campuran 6,
briket ini memiliki komposisi batubara sebanyak 60% (120
gram), kaolin sebanyak 15 % (30 gram), kanji sebanyak 15%
(30 gram), kapur sebanyak 5 % (10 gram) dan serbuk kayu
sebanyak 5% (10 gram). Pada percoban yang kempat ini yang
membedakan dari percobaan sebelumnya yaitu komposisi
briket ditambah dengan serbuk kayu dan kapur. Dari hasil
pencetakan diperoleh 8 buah briket yang tercetak baik tanpa
mengalami adanya retakan atau pecah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan briket
batubara non-karbonisasi ini yaitu praktikan harus mampu
memperkirakan komposisi campuran sebagai bahan
pembuatan briket agar nantinya briket dapat tercetak
sempurna. Praktikan juga harus berhati-hati dan teliti pada
saat pembuatan briket seperti proses pencetakan yaitu
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
penggunaan alat pencetak briket maupun pada saat akan
melakukan proses penjemuran.
Briket batubara non-karbonsasi yang terbaik dari
campuran briket yang berbeda-beda yaitu pada campuran 1
(biasa 1) dan campuran 4 (biomassa 1), dimana briket yang
berhasil adalah 8 dan kekuatan fisiknya kompak. Sedangkan
briket batubara yang kurang baik yaitu pada campuran 3
(biasa 3) dan campuran 5 (biomassa 2), dimana biasa 3
menghasilkan briket yang lemah dan biomassa 5 ada satu
buah briket yang pecah.
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dedy Rifky Setyawan
H1C113065