96
BAB IV
ANALISIS PERAN MANAJEMEN HUMAS DALAM
MENGEMBANGKAN PARTISIPASI MASYARAKAT
MI TAUFIQIYAH SEMARANG
A. Analisis Manajemen Humas di MI Taufiqiyah Semarang
1. Analisis Perencanaan Humas
Fungsi pokok humas adalah menarik simpati masyarakat pada
umumnya sehingga dapat meningkatkan relasi serta animo masyarakat
terhadap sekolah tersebut, yang pada ahirnya menambah “income” bagi
sekolah yang bermanfaat bagi bantuan terhadap tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan.
MI Taufiqiyah Semarang sebagai lembaga pendidikan Islam
mempunyai tugas untuk mendidik peserta didiknya mempunyai karakter
Islami yang kuat sebagai mengaktualisasi visi dan misinya yang mengarah
terciptanya peserta didik yang beriman, bertaqwa dan mempunyai
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi sehingga Islam
dijalankan oleh peserta didik secara komprehensif. Butuh perencanaan yang
matang dalam dengan merancang kegiatan harian, program jangka pendek,
program tahunan dan program jangka panjang agar nantinya proses
pembinaan siswa dapat tercapai dan sesuai tujuan yang diinginkan dalam
visi dan misi.
97
Program perencanaan jangka pendek dilakukan MI Taufiqiyah
Semarang dengan menyusun program kerja, menyusun jadwal kegiatan
kemasyarakatan, pengadaan pengajian atau istighosah selapanan (1 bulan)
sekali yaitu setiap jumat kliwon, membantu kegiatan ekstra kulikuler dan
menjalin hubungan baik dengan guru mengarahkan proses kinerja dari
rencana waka humas di MI Taufiqiyah Semarang adalah program yang
menguatkan potensi dalam diri madrasah dan luar madrasah sebagai satu
kesatuan.
Program jangka panjang dilakukan oleh MI Taufiqiyah Semarang
dengan membangun madrasah yang berwawasan disiplin dan patuh
terhadap aturan yang berlaku, mengaktifkan peran serta masyarakat,
membangun image madrasah ke masyarakat, Mendata dan memberdayakan
seluruh alumni MI Taufiqiyah Semarang menunjukkan madrasah ini
berproses untuk membentuk sebuah lembaga yang berkualitas yang mampu
dipercaya oleh masyarakat.
Proses penerimaan siswa baru dan mengelolalanya dengan
membentuk kepanitiaan, menyusun rencana kegiatan merupakan salah satu
hal yang juga direncanakan oleh Waka Humas dan lebih menitik beratkan
proses kerja lapangan dengan mendatangi setiap TK dan RA sekitar dan
langsung door to door agar nantinya mendapat in put siswa yang nantinya
menopang keberlanjutan MI Taufiqiyah Semarang . Pembentukan panitia
penerimaan siswa baru dilakukan sekali setahun. Oleh karena itu, dibentuk
98
khusus untuk itu dan kemudian dibubarkan setelah kegiatan selesai (Tim
Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 2002:127).
Humas sebagai perpanjangan tangan MI Taufiqiyah Semarang
untuk berkomunikasi dengan masyarakat mempunyai tujuan membangun
sekolah yang berwawasan disiplin dan patuh terhadap aturan yang berlaku,
mencetak siswa yang berprestasi, mencetak siswa yang mempunyai
kemampuan bertaraf nasional dan dipercaya oleh masyarakat merupakan
satu rencana yang digarap dengan matang sebagai satu wujud rencana
dalam mewujudkan visi misi.
Berbagai perencanaan yang dilakukan di Humas MI Taufiqiyah
Semarang sesuai dengan pendapat Nanang Fatah (2004: 50) yang
menyatakan perencanaan pendidikan adalah keputusan yang diambil untuk
melakukan tindakan selama waktu tertentu agar sistem pendidikan menjadi
lebih efektif dan efisien, serta menghasilkan lulusan bermutu yang relevan
dengan kebutuhan pembangunan dan masyarakat. Hal ini dilakukan agar
nantinya visi dan misi yang ada pada MI Taufiqiyah Semarang dapat
tercapai dengan baik melalui perencanaan yang baik sehingga terwujud
lembaga pendidikan yang berkualitas.
2. Analisis Organisasi Humas
Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang Humas
harus memiliki keterampilan-keterampilan tidak saja di bidang tugas-tugas
administratif semata, melainkan juga harus memiliki kemampuan
memimpin, mengorganisir, mampu memberikan motivasi dan dorongan
99
kepada guru, tenaga-tenaga kependidikan, serta para siswa untuk
mewujudkan lembaga pendidikan yang berkualitas.
Organisasi berfungsi sebagai prasarana atau alat dari manajemen
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka terhadap organisasi
dapat diadakan peninjauan dari dua aspek. Pertama aspek organisasi
sebagai wadah dari pada sekelompok manusia yang bekerja sama, dan
aspek yang kedua organisasi sebagai proses dari pengelompokan manusia
dalam satu kerja yang efisien (Soedjadi, 1990: 17).
Pengorganisasian merupakan hal yang harus dilakukan, karena
pengorganisasian menjembatani kegiatan perencanaan dengan
pelaksanaannya, di MI Taufiqiyah Semarang, pengorganisasian sementara
ini cenderung terpusat pada beberapa personal yang biasanya dilakukan
oleh Kepala sekolah dan Waka Humas saja. Akan tetapi, demi lancarnya
seluruh pelaksanaan program-program humas tersebut, maka selain
pembagian tugas sebagai koordinator program, masing-masing guru dan
karyawan secara tidak langsung mempunyai kewajiban untuk
mensukseskan program-program humas yang telah direncanakan.
Kordinator program harus bertanggung jawab dengan tugas yang di
embannya. Hal ini dilakukan dengan mengadakan rapat atau pertemuan
untuk mengadakan kepanitiaan atau seperti tim sukses yang dilakukan oleh
masing-masing kordinator program.
Pengorganisasian dilakukan di MI Taufiqiyah Semarang mengacu
pada perencanaan yang telah ditentukan, yang sesuai dengan perencanaan
100
program semester dan program tahunan. Dari beberapa program tersebut
dilengkapi dengan koordinator pelaksana atau pembentukan panitia.
Pengorganisasian dilakukan dengan pembagian tugas dan tanggung jawab
yang berbeda-beda tetapi tetap menuju pada satu tujuan, tindakan ini
dilakukan agar anggota di suatu organisasi dapat bekerja dengan baik dan
memiliki rasa tanggung jawab.
Setelah melakukan identifikasi tentang siapa yang harus melakukan
dan bertanggung jawab atas program kegiatan hubungan dengan
masayarakat, dituntut berjalan sesuai dengan apa yang dijadwalkan, ini
tidak lepas dari peran kepala MI Taufiqiyah Semarang dalam memotivasi,
mempengaruhi dan berkomunikasi kepada bawahan agar mau menjalankan
program sesuai dengan apa yang direncanakan
Upaya pengorganisaisan dalam rangka meningkatkan partisipasi
masyarakat dilakukan oleh Humas MI Taufiqiyah Semarang juga dilakukan
dengan membuat job description yang jelas dalam mengelola program kerja
kehumasan, pembagian tugas ini mulai dari Humas sebagai koordinator dan
panitia kegiatan sebagai pelaksana yang terdiri dari unsur guru dan
masyarakat untuk menyukseskan program madrasah, semua yang diberi
tugas harus memberikan laporan kepada waka Humas setiap bulan yang
nantinya dilaporkan kepada kepala madrasah dan yayasan untuk dilakukan
evaluasi dan tindakan lebih lanjut. Lebih dari itu semua pihak madrasah
bertanggung jawab mensukseskan program madrasah dalam melibatkan
peran serta masyarakat.
101
3. Analisis Actuating Humas
Tujuan manajemen dapat dicapai hanya jika dipihak orang-orang
staf atau bawahannya ada kesediaan untuk kerja sama. Demikian pula
dalam sebuah organisasi membutuhkan manajer yang dapat menyusun
sumber tenaga manusia dengan sumber-sumber benda dan bahan, yang
mencapai tujuan dengan rencana seperti spesialisasi, delegasi, latihan di
dalam pekerjaan dan sebagainya. Juga diperlukan pedoman dan instruksi
yang tegas, jelas apa tugasnya, apa kekuasaannya, kepada siapa ia
bertanggung jawab pada bawahan supaya pekerjaan dapat dilaksanakan
sesuai dengan maksud (Pangkyim, t.th: 166).
Pengarahan atau aktualisasi yang dilakukan humas bagi peningkatan
partisipasi masyarakat di MI Taufiqiyah Semarang dengan melaksanakan
program yang sudah ada dalam rangka menjalin hubungan internal lembaga
maupun dengan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
Penggerakan atau pelaksanaan program kerja hubungan MI
Taufiqiyah Semarang dengan masyarakat perlu diperhatikan adanya
koordinasi antara berbagai bagian dan jenis kegiatan. Hal ini juga tidak
lepas dari fungsi kepala madrasah dan yayasan MI Taufiqiyah Semarang
yang bertugas memantau dan menilai sejauh mana pelaksanaan program
kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat berjalan sesuai
jadwal. Sementara itu sejauh pengamatan peneliti tampaknya pelaksanaan
program kerja Humas dapat berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan
102
Pengarahan atau aktualisasi ini lebih mengedepankan peningkatan
partisipasi masyarakat dalam mengembangkan program madrasah, waka
Humas, kepala madrasah, guru sampai staf bekerja untuk menciptakan hal
tersebut dan kerja tersebut sudah menjadi rutinitas yang menjadi kewajiban
dari sumber daya yang ada dalam MI Taufiqiyah Semarang sehingga
sinergi madrasah.
Madrasah dan masyarakat merupakan dua komunitas yang saling
melengkapi antara satu dengan yang lainnya, bahkan ikut memberikan
warna terhadap perumusan model pembelajaran tertentu di madrasah.
Madrasah berperan dalam melestarikan dan memindahkan nilai-nilai kultur
pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan agama yang dianut para guru
dan peserta didiknya kepada generasi penerus dan untuk menjamin
kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan sosial dengan menjadi pelaku
aktif dalam perbaikan masyarakat. Madrasah merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan masyarakat, bahkan sekolah tumbuh dan berkembang
sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh karena itu, hubungan
madrasah dengan masyarakat merupkan suatu proses komunikasi yang
harmonis. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengertian masyarakat
akan kebutuhan dan kegiatan yang diselenggarakan di madrasah. Dengan
mengetahui kebutuhan dan kegiatan madrasah tersebut, masyarakat
terdorong untuk bersedia bekerjasama dalam upaya meningkatkan dan
mengembangkan kualitas dan kuantitas madrasah.
103
Untuk melaksanakan hubungan dengan masyarakat secara optimal,
MI Taufiqiyah Semarang menggunakan beberapa strategi dari yang bersifat
usaha internal, maupun usaha eksternal. Dan strategi yang dilakukan dalam
meningkatkan partisipasi atau peran serta masyarakat dilakukan dengan
berbagai cara. Cara-cara yang ditempuh disesuaikan dengan situasi daerah
dan dimana madrasah itu berada. Strategi MI Taufiqiyah Semarang dalam
melakukan hubungan dengan masyarakat meliputi urutan sebagai berikut:
a. Strategi MI Taufiqiyah Semarang dalam menjalin hubungan antar
lembaga sendiri
1) Ziarah
Kegiatan ziarah yang diadakan oleh MI Taufiqiyah
Semarang merupakan strategi dalam menjalin hubungan antar
lembaga sendiri. Kegiatan tersebut pada dasarnya adalah sebagai
sarana untuk menjalin komunikasi kepada para peserta didik, para
guru dan karyawan atau staff. Hal ini menunjukkan salah satu kunci
dalam menjalankan strategi menjalin hubungan dengan masyarakat
adalah fokus pada usaha ke dalam lembaga pendidikan MI
Taufiqiyah Semarang itu sendiri.
Kegiatan ziarah ini seperti halnya field trip atau karyawisata
yang merupakan kunjungan peserta didik keluar kelas untuk
mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan
kurikulum di madrasah atau sekolah (Sudjana dan Ahmad, 1997:
210).
104
Sebelum karya wisata dilakukan peserta didik, sebaiknya
direncanakan objek yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya
serta kapan sebaiknya dipelajari. Oleh karena itu, kegiatan ziarah
yang dilakukan di MI Taufiqiyah Semarang haruslah relevan
dengan bahan pengajaran disamping mendo’akan para wali juga
untuk kegiatan belajar. Misalnya ziarah kemakam para wali untuk
pelajaran sejarah ataupun pergi ke kebun binatang untuk pelajaran
biologi. Jadi kegiatan ini di samping kegiatan belajar sekaligus juga
rekreasi yang mengandung nilai edukatif yang bermanfaat untuk
memperoleh pengalaman secara langsung. Kemudian utuk
pelaksanaanya sendiri tergantung bisa dilakukan pada akhir
semester yang dikaitkan dengan keperluan pengajaran dari berbagai
bidang studi secara bersama-sama dan dibimbing oleh guru bidang
studi yang bersangkutan.
Dalam ziarah atau karyawisata tentunya perlu persiapan
yang matang demi menghindari resiko yang akan terjadi. Kemudian
setelah pelaksanaan juga diadakan follow up atau tindak lanjut.
Tahap tindak lanjut disini adalah tahap dimana setiap peserta didik
dituntut untuk menilai hasil kunjungan mereka dan guru menilai
kemajuan belajar berkat trip tersebut.
2) Istighosah
Pengadaan istighosah ini dimaksudkan untuk memotivasi
para peserta didik di MI Taufiqiyah Semarang agar lebih siap
105
menghadapi ujian nasional. Dalam istighosah itu, mereka berdo’a
bersama agar diberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas
akhir madrasah, yakni ujian nasional. Ini adalah pelayanan kepala
madrasah terhadap kebutuhan belajar dan memotivasi peserta
didiknya untuk meningkatkan prestasinya. Kegiatan ini merupakan
salah satu bagian dari strategi kepala madrasah dalam menjalin
hubungan dengan warga sendiri khususnya terhadap peserta didik.
Kegitan isthigosah ini merupakan kerjasama antara MI
Taufiqiyah Semarang dengan salah satu tokoh masyarakat. Dimana
tokoh masyarakat tersebut diundang ke MI Taufiqiyah Semarang
sebagai nara sumber atau tokoh ulama untuk memimpin acara
isthigosah tersebut. Tentunya tokoh masyarakat ini adalah orang
yang berkompeten dalam bidang agama khususnya agama Islam.
Selanjutnya dari kegiatan istigosah tersebut selain berdo’a bersama
juga diberikan motivasi, menyadarkan dan membantu
membangkitkan minat belajar peserta didik atau pun membagikan
pengalamanya. Kegiatan lain yang bisa mendatangkan nara sumber
dari masyarakat misalnya: seperti mendatangkan dokter atau mantra
kesehatan untuk menjelaskan berbagai penyakit, petugas pertanian
untuk menjelaskan cara bercocok tanam, dan lain-lain.
Manfaat mendatangkan nara sumber atau tokoh masyarakat
ke madrasah diantaranya: dapat memecahkan suatu masalah,
memperkaya dan memperjelas pengertian, menyadarkan dan
106
membantu membangkitkan minat, memperkenalkan aspek
lingkungan baik sosial maupun fisik terhadap peserta didik, serta
memperkembangkan sensitif terhadap masyarakat.
3) PGOTW (pertemuan guru dan orang tua/ wali siswa)
Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi
sekolah dengan orang Tua wali murid dan tersosialisasikannya
informasi sekolah dengan siswa. Dengan cara menyampaikan
kondisi pembelajaran waktu KBM, pemantauan ibadah-ibadah di
rumah, konsultasi dan dialog masalah siswa.
Pengadaan pertemuan dengan wali murid ini diadakan satu
tahun sekali. Dan agenda dalam pertemuan ini yang sering dibahas
adalah tentang bantuan operasional dan UPM (Upaya
Pengembangan Madrasah). Walaupun pertemuan ini dadakan satu
tahun sekali hal ini tidak menjadi masalah bagi kepala madrasah
untuk sekaligus memperkenalkan program-program atau kegiatan
pendidikan di MI Taufiqiyah Semarang.
Pertemuan wali murid ini merupakan salah satu bentuk
media komunikasi yang telah dilakukan oleh MI Taufiqiyah
Semarang. Melalui media pertemuan seperti ini, orang tua peserta
didik dan guru dapat menyampaikan keluh kesah, masalah, dan
gagasan, serta masukkan untuk meningkatkan mutu proses
pembelajaran di madrasah.
107
Kegiatan pertemuan semacam ini sangat diperlukan untuk
terus menumbuhkan rasa kebersamaan dan kepercayaan antara
masing-masing pihak. Untuk melaksanakan kegiatan ini, langkah-
langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:
a) Pihak sekolah mengirimkan undangan kepada orang tua peserta
didik.
b) Dalam surat tersebut kemukakan agenda pertemuan, misalnya
membantu anak-nak menghadapi Ujian Nasional.
c) Kalau perlu buat panitia kecil yang akan bertanggung jawab
untuk melaksanakan acara ini.
d) Pelaksanaan acara pertemuan
e) Panitia kecil membuat laporan singkat hasil yang diperoleh
dalam pertemuan tersebut.
Dari acara pertemuan tersebut, orang tua peserta didik dapat
mengetahui secara lebih jelas apa yang akan dilakukan oleh anak-
anaknya, tugas-tugas yang harus dilaksanakan, dan masalah-
masalah yang mungkin akan dihadapi oleh anak-anaknya. Bagi
kepala sekolah dan guru juga akan dapat mengetahui secara lebih
jelas, misalnya kebiasaan belajar peserta didik di rumah, apakah di
rumah memang telah ada kebiasaan membaca.
4) Class meeting
Kegiatan ini merupakan bagian dari strategi kepala madrasah
dalam menjalin hubungan dengan baik terhadap peserta didiknya.
108
Program ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
peserta didik dalam melatih sprotifitas dan berkompetisi secara
sehat. Dalam class meeting ini peserta didik dilatih untuk
bekerjasama, sportif, lapang dada, rasa percaya diri, dan lain-lain.
Class meeting yang diadakan MI Taufiqiyah Semarang ini diisi
dengan berbagai macam perlombaan-perlombaan antar kelas.
Seperti, bola volly, sepak takraw, tenis meja, cerdas cermat, futsal,
dan lain-lain. Kegiatan ini tidak lain adalah untuk memberikan
kebugaran kepada para peserta didik setelah mengikuti ujian
semesteran.
5) Halal Bihalal
Acara ini adalah sebagai wujud silaturahmi antara guru,
karyawan, humas, dan peserta didik MI Taufiqiyah Semarang.
Kemudian untuk pelaksanaanya diadakan pada hari pertama efektif
masuk setelah libur hari raya Idul Fitri, yang diawali dengan
upacara bendera kemudian dilanjutkan dengan do’a bersama dan
salam-salaman antara guru, karyawan, dan peserta didik. Halal bi
halal seperti ini haruslah tetap dipertahankan karena acara ini sangat
baik untuk menjalin hubungan yang harmonis antar sesama warga
sendiri. Halal bi halal adalah bagian dari salah satu kegiatan
pendidikan yang realistis yang bermanfaat untuk menumbuhkan
sikap saling menyayangi, memaafkan antar sesama manusia dan
109
penyadaran penuh peserta didik terhadap kesalahan yang pernah
dilakukanya kepada guru, karyawan, dan sesama peserta didik.
6) Musyawarah Kegiatan Belajar
Dalam musyawarah ini orang tua atau wali murid beserta
guru-guru di MI Taufiqiyah Semarang membahas beberapa agenda
program sekolah, diantaranya adalah pengadaan les peserta didik
(pemadatan materi), try out, dan membahas pelepasan peserta didik
kelas XII atau akhirussanah. Hal semacam ini lah yang harus
dipertahankan, karena kegiatan seperti ini orang tua atau wali dapat
terlibat secara langsung untuk memberikan kontribusi dan ikut
terlibat dalam pengambilan keputusan.
Orang tua peserta didik merupakan salah satu representasi
bagi lembaga-lembaga pendidikan yang terbentuk dalam pengurus
atau anggota humas madrasah yang merupakan lembaga mandiri
sebagai wadah peran serta masyarakat di satuan pendidikan.
Keputusan yang diambil oleh lembaga untuk membantu madrasah
akan ditentukan oleh orang tua yang menjadi wakil yang duduk
dalam lembaga ini. Satu suara dari satu orang tua siswa akan sangat
menentukan untuk pengambilan keputusan yang akan diberlakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
7) Home visit
Dalam rangka mengadakan hubungan dengan masyarakat,
pihak sekolah seperti kepala madrasah, guru dan staf sekolah dapat
110
mengadakan kunjungan ke rumah orang tua murid, ke rumah warga,
atau tokoh masyarakat. Dalam kunjungannya itu, masyarakat
diberikan pengertian berkaitan dengan segala sesuatu yang berkaitan
dengan program pendidikan dan mereka didorong agar membantu
mengembangkan pendidikan anaknya. Kegiatan kunjungan rumah
yang diadakan oleh MI Taufiqiyah Semarang hanya sebatas ketika
salah satu dari orang tua atau wali murid mendapatkan musibah
(meninggal dunia). Hal ini merupakan wujud belasungkawa dari MI
Taufiqiyah Semarang terhadap orang tua siswa yang meninggal
dunia.
8) Surat
Media ini bertujuan untuk mempermudah hubungan
komunikasi antara pihak sekolah dengan orang tua siswa atau wali
murid, apabila sulit berhubungan langsung dengan mereka. Media
ini dimanfaatkan oleh MI Taufiqiyah Semarang, yaitu
pemberitahuan dari pihak madrasah kepada orang tua atau wali
murid ketika anaknya sering melakukan pelanggaran disiplin di
sekolah. Media ini adalah bentuk komunikasi dan kerjasama orang
tua peserta didik dengan madrasah. Dengan adanya surat
pemberitahuan dari pihak madrasah tentang apa yang telah
dilakukan anaknya di madrasah, maka orang tua perlu memberikan
bantuan perhatian, pengawasan, dan bimbingan kepada anaknya
111
agar kejadian atau kesalahan yang dilakukan anaknya tidak terulang
kembali.
b. Strategi MI Taufiqiyah Semarang dalam menjalin hubungan dengan
masyarakat luar
1) Publisitas madrasah atau sekolah
Publisitas ini merupakan strategi yang jitu untuk
memperkenalkan MI Taufiqiyah Semarang terhadap masyarakat
luas. Dengan teknik ini MI Taufiqiyah Semarang bekerjasama
dengan berbagai media baik elektronik maupun cetak. Sebagaimana
yang telah dilakukan oleh MI Taufiqiyah Semarang yang menjalin
kerjasama dengan stasiun radio kota wali, majalah rindang, dan
suara merdeka.
Kerjasama ini sangat baik sekali untuk mempublikasikan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh MI Taufiqiyah Semarang.
Untuk mempublikasikan atau mengkomunikasikan pendidikan lewat
media masa pada zaman sekarang di indonesia tidaklah sulit. Sebab
media masa itu sudah menyebar sampai ke desa-desa. Istilah koran
masuk desa, kelompok pendengar dan pemirsa adalah bukti-bukti
adanya media itu sampai ke pelosok-pelosok desa. Dengan
demikian publikasi ini dapat dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga
pendidikan untuk mempublikasikan terhadap kegiatan yang
dilakukan lembaga pendidikan tersebut. Sebagai contoh, seperti apa
yang dilakukan oleh MI Taufiqiyah dengan memberikan brosul dan
112
kalender, Kegiatan seperti ini merupakan kontak sosial dengan
prinsip terbuka yang menandakan bahwa madrasah tersebut selalu
eksis atau pun aktif dalam menarik perhatian dari masyarakat.
Karena hidup matinya dan maju mundurnya suatu lembaga
pendidikan sebagian bergantung kepada bagaimana ia mengadakan
kontak hubungan dengan masyarakat. Sebab lembaga pendidikan
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Lembaga
pendidikan dan masyarakat adalah saling melengkapi kebutuhan
mereka masing-masing.
2) Humas madrasah atau sekolah
Humas MI Taufiqiyah Semarang merupakan organisasi
masyarakat pendidikan yang mempunyai komitmen dalam rangka
membantu penyelenggaraan pendidikan di MI Taufiqiyah
Semarang. Organisasi ini perlu dibentuk dalam rangka membantu
penyelenggaraan pendidikan terutama dalam hal pendanaan
madrasah. Pada dasarnya keberadaan humas madrasah di MI
Taufiqiyah Semarang adalah untuk mengurangi beban kepala
madrasah dalam memenuhi kebutuhannya. Dan dibentuk untuk
membantu menyukseskan kelancaran proses pembelajaran di
sekolah, baik menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun
penilaian. Keberadaan humas madrasah bukanlah sebagai pelengkap
dalam organisasi madrasah. Humas madrasah bersifat
komplementer untuk mendukung kinerja madrasah. Yang
113
anggotanya terdiri dari kepala sekolah, guru, dan beberapa tokoh
masyarakat, serta orang tua yang memiliki potensi dan perhatian
besar terhadap lembaga pendidikan. Perlu diketahui bahwa
organisasi ini lebih merupakan badan independen untuk mewadahi
peran serta masyarakat dalam membantu penyelenggaraan dan
peningkatan mutu pendidikan. Dan organisasi ini mempunyai empat
fungsi yaitu memberi pertimbangan (advisory agency), pendukung
(supporting agency), pengontrol (controlling agency), dan
penghubung (mediating agency) (Sagala, 2009: 256).
Keempat fungsi tersebut dalam melakukan aktivitasnya
bukanlah melakukan fungsinya secara terpisah-pisah, tetapi
berlangsung secara simultan. Dalam melakukan aktivitasnya, harus
mengedepankan peningkatan kualitas pendidikan, bukanlah
menyalurkan kehendaknya pribadi apalagi melakukan pemerasan.
Dalam melaksanakan fungsinya dilakukan secara seimbang dengan
memperhatikan etika dan aturan yang berlaku serta fokus pada
perolehan mutu yang kompetitif.
Keterlibatan masyarakat di MI Taufiqiyah Semarang melalui
humas madrasah sudah cukup aktif, walaupun apa yang diberikan
humas madrasah belumlah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
madrasah. Pengurus humas madrasah diharapkan memantau
perkembangan madrasah dan terlibat dalam rapat-rapat pengambilan
keputusan. Kemudian humas madrasah juga dilibatkan dalam
114
kegiatan apapun, kecuali dalam hal ujian dan penentuan nilai.
Kebijakan madrasah melalui humas madrasah menjadi terbuka
sehingga sebagai pengurus humas madrasah secara aktif berusaha
sekuat tenaga memberikan bantuan kepada madrasah.
Pelibatan masyarakat melalui humas madrasah merupakan
salah satu aspek yang terus dipelihara madrasah-madrasah. Dengan
adanya keterlibatan ini, beban sekolah diharapkan akan semakin
ringan sehingga memungkinkan sekolah lebih konsentrasi dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
Berbagai strategi dan program manajemen humas yang disusun
untuk mempromosikan MI Taufiqiyah Semarang pada beberapa tahun
belakangan ini sebenarnya sudah baik, karena terdapat berbagai variasi
strategi dan program menarik yang dilakukan untuk memperkenalkan MI
Taufiqiyah Semarang sekaligus menarik minat masyarakat pada madrasah
tersebut dengan memanfaatkan berbagai keunggulan MI Taufiqiyah
Semarang dan memaksimalkan peluang yang ada. Dalam penyusunan
strategi, hendaknya disusun berdasarkan visi, misi dan tujuan madrasah
serta analisis lingkungan, yang bertujuan agar strategi tersebut dapat efektif
dan efisien serta tepat tujuan. Analisis lingkungan yang dimaksud adalah
suatu usaha untuk mengetahui jati diri madrasah, SDM yang dimiliki dan
melihat lingkungan lain yang ada di sekitarnya
Sebagaimana yang diungkapkan H.A.R. Tilaar (2007: 57) untuk
mempersiapkan sumberdaya yang unggul perlu adanya kesiapan dari para
115
pengelola pendidikan, yaitu dengan kiat-kiat pengembangan keunggulan
participatory. Prinsip-prinsip yang harus dikembangkan antara lain:
1. Disiplin yang tinggi, seorang manajer dan pengelola yang bertanggung
jawab harus mempunyai pengabdian terhadap tugas dan pekerjaanya,
dengan kata lain harus mempunyai visi jauh kedepan dan inovatif,
seorang manusia unggul adalah yang selalu gelisah dan mencari yang
baru sehingga bisa menemukan sesuatu hal yang benarbenar berfungsi
dan berguna untuk semua.
2. Tekun, Ulet dan jujur, yaitu selalu memfokuskan perhatian tugas dan
pekerjaan yang telah diserahkan kepadanya atau suatu usaha yang
sedang dikerjakan serta tidak mudah putus asa dan jujur pada diri
sendiri dan orang lain, maka semua itu akan membawa kepada suatu
kemajuan terhadap pekerjaannya dalam mencari yang lebih baik dan
bermutu.
Proses menyusun strategi dan program-program manajemen humas,
hendaknya juga dilakukan dengan manajemen yang rapi, yaitu dengan
memetakan dengan jelas perencanaannya, pengorganisasiannya,
penanggung jawab dan sebagainya. Pihak madrasah hendaknya melakukan
empat langkah kegiatan, yaitu menentukan masalah (defining the problem),
perencanaan dan penyusunan program (planning and programming),
melakukan tindakan dan komunikasi (taking action and communicating)
dan evaluasi program (evaluating the program). Sehingga strategi dan
program-madrasah juga dapat lebih efektif, lebih efisien dan dapat
116
diketahui tingkat keberhasilan serta bagian-bagian yang perlu diperbaiki
lagi.
Penyelenggara dan pengelola pendidikan di madrasah diharapkan
harus bisa melaksanakan prinsip-prinsip pengembangan keunggulan
partisipatoris, hal tersebut didukung dengan adanya sumberdaya yang
berkualitas yaitu tersedianya tenaga pengajar yang profesional sesuai
bidangnya masing-masing serta siswa yang berkompetensi, peran serta dan
tanggung jawab kepala madrasah, guru, humas dan staf-staf lain sangat
besar dalam pengelolaan dan partisipasi masyarakat. Adanya kebebasan
penuh bagi penyelenggara dan penanggung jawab humas di madrasah untuk
mengembangkan pendidikan sesuai prakarsa sendiri serta dukungan dari
humas sekolah, masyarakat dan warga madrasah letak dan lingkungan yang
strategis, maka dengan adanya faktor-faktor yang mendukung tersebut
dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Dengan demikian, untuk mencapai tujuan pendidikan dan
mewujudkan keberhasilan dalam pengelolaan MI Taufiqiyah Semarang,
maka diharapkan dari semua komponen yang ikut bertanggung jawab
dalam pengelolaan yaitu kepala madrasah, guru-guru, wali murid, humas
dan masyarakat untuk dapat melaksanakan prinsip-prinsip manajemen
hums yang efektif di atas. Dari sekian faktor-faktor yang mendukung di MI
Taufiqiyah Semarang hendaknya dapat diterapkan oleh pengelola
kehumasan dalam pelaksanaan manajemen humas guna pembenahan yang
diharapkan sesuai tujuan pendidikan yang ditetapkan.
117
Pengarahan manajemen humas dalam melibatkan partisipasi
masyarakat mengarah pada pendidikan yang lebih baik dan sesuai untuk
masa depan guna berinovasi dalam mengelola model pendidikan yang
dianggap tepat sehingga bisa melahirkan lulusan (out put) yang kuat dan
memiliki SDM yang tinggi sejalan dengan cita-cita dan tujuan pendidikan
yang menjadi dasar pendidikan Islam sebagaimana yang diharapkan, maka
prioritas pengelolaan pendidikan harus diarahkan untuk mencapai tujuan
yaitu menghasilkan para lulusan yang memiliki pandangan ajaran Islam
yang luas, menyeluruh dan holistik serta mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan nyata dan perkembangan zaman.
Pelaksanaan Humas pada lembaga pendidikan Islam terkait
langsung dengan perilaku manusia, motivasi, kepemimpinan, dan
komunikasi dalam membina kerjasama, mengarahkan dan mendorong
kegairahan kerja, pemimpin perlu memahami perilaku personal yang diberi
tugas. Oleh karena itu, perlu adanya motivasi yang positif, seperti adanya
harapan pahala di kehidupan duniawi, ukhrawi, barakah, dan lain-lain yang
perlu dipertahankan demi terlaksananya program-program Humas yang
telah direncanakan di MI Taufiqiyah Semarang
4. Analisis Pengawasan Humas
Setelah melaksanakan perencanaan, pengorganisasian serta
pengarahan, maka kegiatan akhir dari fungsi manajemen adalah
pengendalian/pengawasan, pengawasan yaitu guna diadakan perbaikan
apabila terdapat penyimpangan. Ini sesuai dengan tujuan dari pengawasan
118
yaitu: Pertama, Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dari rencana. Kedua, Melakukan tindakan perbaikan
(corrective), jika terdapat penyimpangan-penyimpangan (deviasi). Ketiga,
Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya. Sama halnya
dengan pengawasan yang dilakukan Waka humas bagi peningkatan
partisipasi masyarakat dilakukan dengan melakukan pengamatan atau
memonitoring untuk melihat apakah ada kekurangannya dan
kelemahannya, menindaklanjuti secara langsung, melengkapi dan
membentuk laporan secara tertulis, juga melakukan komunikasi dengan
orang tua dan masyarakat menjadikan program kerja humas dapat berjalan
dengan baik.
Pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap
diperlukan, bagaimanapun rumit dan luasnya organisasi (Fatah, 2004: 101).
Pengawasan meliputi tindakan untuk menuntun dan memotivasi usaha
pencapaian tujuan maupun tindakan untuk mendeteksi dan memperbaiki
pelaksanaan yang tidak efektif, menjadi efektif dan efisien. Pengawasan
juga untuk menemukan dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan
penting terhadap hasil yang ingin dicapai dari aktifitas yang direncanakan
dan dilaksanakan secara obyektif (Yusuf, 2006:140).
Evaluasi kegiatan program Humas di MI Taufiqiyah Semarang,
dilakukan pada akhir kegiatan dan akhir tahun. Dan bentuk evaluasi atau
laporannya ada kalanya berupa komunikasi secara langsung yang berupa
dialog-dialog yang disampaikan ke kepala madrasah. Serta laporan tulis
119
yang dibuat rangkap dua, kemudian dari laporan itu dikoreksi di mana
kekurangannya dan di mana kelemahannya. Jadi dalam hal ini, hubungan
masyarakat dapat dievaluasi atas dua kriteria: pertama adalah
efektivitasnya, yaitu seberapa jauh tujuan telah tercapai. Kedua adalah
efisiensinya, yaitu sampai berapa jauh sumber yang ada atau yang potensial
yang telah digunakan secara baik untuk kepentingan kegiatan hubungan
masyarakat. Evaluasi ini dapat dilakukan pada waktu proses kegiatan
sedang berlangsung atau pada akhir suatu program itu untuk melihat
seberapa jauh tingkat keberhasilannya.
Bentuk pengawasan yang dilakukan dalam manajemen humas di MI
Taufiqiyah Semarang mengarah pada proses memastikan bahwa anggota di
bawahnya melakukan pekerjaan seusai dengan rencana (program kerja),
serta dapat melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan.
B. Analisis Partisipasi Masyarakat di MI Taufiqiyah Semarang
MI Taufiqiyah Semarang sebagai lembaga pendidikan Islam tidaklah
mengabaikan untuk melakukan kerja sama dengan masyarakat. MI Taufiqiyah
Semarang telah dimanfaatkan betul dalam melakukan hubungan dengan
masyarakat. Berkat kelincahan MI Taufiqiyah Semarang dalam kegiatan
humas tidak jarang berbagai bantuan datang, baik dukungan material, maupun
moral.
Adapun peran serta masyarakat terhadap MI Taufiqiyah Semarang itu
sendiri adalah: memberikan dana sumbangan untuk pengembangan madrasah
lewat humas madrasah; bersedia menjadi pembicara saat diundang MI
120
Taufiqiyah Semarang seperti seminar dan pengajian peringatan Hari besar
Islam dan istighosah atau doa bersama; dan memberikan fasilitas belajar
terhadap anaknya, memberikan uang saku, perlengkapan belajar dan lain-lain.
Jadi bisa dikatakan bahwa partisipasi masyarakat terhadap MI Taufiqiyah
Semarang tidak semata-mata menanggung biaya sekolah baik yang masuk
kategori bantuan pembangunan maupun iuran bulanan peserta didik saja.
Selanjutnya, MI Taufiqiyah Semarang dalam menjalin hubungan
dengan masyarakat, juga melakukan berbagai kerja sama diantaranya adalah
kerjasama dengan organisasi masyarakat yang berupa kerjasama dalam bidang
keagamaan, dan kerjasama dengan Madrasah Ibtidaiyah yang berada di
Kecamatan pedurungan atau lebih dikenal dengan istilah Kelompok Kerja
Madrasah (KKM). Pada intinya kerjasama ini dapat diartikan sebagai proses
komunikasi antara sekolah dan masyarakat untuk membentuk pengertian dan
kesadaran mereka tentang pentingnya pendidikan sehingga terdorong untuk
bekerja sama dengan sekolah untuk memajukan sekolah.
Penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama,
yaitu: pemerintah, orang tua dan masyarakat. Untuk itu hubungan kemitraan
antara sekolah dan masyarakat mutlak dibangun. Dan masyarakat sendiri
dapat berperanserta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil
pendidikan.
Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses
pendidikan di madrasah atau sekolah dan tersedianya sarana dan prasarana
saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga dan atau masyarakat.
121
Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah,
keluarga, dan masyarakat. Hal ini mengisyaratkan bahwa orang tua murid dan
masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk berpartisipasi, turut
memikirkan dan memberikan bantuan dalam penyelenggaraan pendidikan di
madrasah atau sekolah.
Pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan yang tertuang
melalui otonomi pendidikan, pertama, memberikan kebebasan seluas-luasnya
kepada masyarakat dalam iklim laissez faire (keseimbangan). Pemerintah
membuka kepada masyarakat untuk melibatkan diri dalam berbagai bentuk
pendidikan tanpa ada campur tangan atau kontrol pemerintah. Kedua,
melakukan pengaturan keterlibatan masyarakat dalam pendidikan. Ketiga,
memberikan subsidi dan dukungan. Keempat, Reformasi aturan (Jalal dan
Dedi 2001:181). Tujuan pendidikan ini tidak dapat terwujud apabila kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan masih rendah.
Untuk mewujudkan peran masyarakat yang dipengaruhi oleh relasi
sosial, sehingga kesempatan guna berperan aktif dalam pendidikan menjadi
sempit sebab rakyat masih dalam kesadaran magis yakni menganggap takdir
sebagai penyebab semua, dan ada sebagian yang mencapai kesadaran naïf
yakin menggap bahwa akar persoalan adalah manusia sendiri yang malas,
bodoh sehingga terjadilah budaya bisu (Smith, 2001: 69), dimana masyarakat
menganggap bahwa pendidikan adalah taggung jawab pemerintah mereka
menganggap semua selesai kalau anak mereka sudah sekolah. Ada juga
sebagian kecil masyarakat yang sudah mencapai kesadaran kritisnya bahwa
122
pendidikan adalah tanggungjawab bersama, dan pendidikan tidak bisa terlepas
dari kepentingan dan relasi sosial maka pendidikan harus dijaga kenetralannya
biar tetap independen sehingga mampu melahirkan putra bangsa yang terbaik
(Prasetyo, 2004: 77).
Pengertian pendidikan seperti yang telah di bahas sebelumnya
diartikan bahwa pendidikan adalah usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu
masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan
(Syam, 1981: 2). Jadi, pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan
yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Bagi
manusia, belajar merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan kearah
kehidupan yang lebih berarti.
Sedangkan definisi partisipasi masyarakat yang berlaku di kalangan
lingkungan aparat perencana dan pelaksana adalah kemauan rakyat untuk
mendukung secara mutlak program-program yang dirancang dan ditentukan
tujuannya. Partisipasi masyarakat diasumsikan mempunyai aspirasi nilai
budaya yang perlu diakomodasikan dalam proses perencanaan dan
pelaksanaan suatu program (Soetrisno, 1996: 26).
Secara sederhana dapat dikatakan partisipasi masyarakat merupakan
kegiatan kerjasama antara masyarakat dan sekolah dalam rangka
merencanakan dan melaksanakan program-program yang ada di sekolah
sebagai upaya untuk mengikutsertakan masyarakat atas dasar hubungan timbal
123
balik atau feedback masyarakat terhadap sekolah dalam rangka merencanakan
dan melaksanakan program-program yang ada.
Masyarakat adalah pelaku atau faktor penting dalam pendidikan dan
merupakan lingkungan luas yang mempresentasikan akidah dan akhlak, serta
nilai-nilai dalam prinsip yang telah ditentukan (Zuhaili, 2002: 89). Sedangkan
tugas masyarakat dalam pendidikan meliputi bidang yang cukup luas dan
bermacam-macam yaitu membuat hal-hal terkecil dalam hidup sampai
departemen-departemen dan perusahaan-perusahaan besar (Zuhaili, 2002: 89).
Partisipasi yang tinggi dari orang tua murid dalam pendidikan di
madrasah atau sekolah merupakan salah satu ciri dari pengelolaan sekolah
yang baik, artinya sejauh mana masyarakat dapat diberdayakan dalam proses
pendidikan di madrasah atau sekolah adalah indikator terhadap manajemen
sekolah yang bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan ini
merupkan suatu yang esensial bagi penyelenggaraan madrasah atau sekolah
yang baik. Kemudian peran serta atau dukungan masyarakat itu sendiri dari
segi pelaku sangat variatif mulai dari yang bersifat individual hingga kolektif.
Adapun dari segi bentuknya, partisipasi masyarakat itu bisa berupa gagasan,
kritik membangun, dukungan, dan pelaksanaan pendidikan (Mulyasa, 2006:
170).
Agar hubungan MI Taufiqiyah Semarang dengan masyarakat dapat
berjalan dengan baik maka kepala madrasah harus mampu mengelola dan
mengerti tentang apa yang terjadi pada peserta didik di MI Taufiqiyah
Semarang dan apa yang dipikirkan orang tua tentang MI Taufiqiyah
124
Semarang. Dalam memegang peranan yang sangat strategis dan menentukan
ini Kepala Madrasah melalui tokoh-tokoh masyarakat secara aktif menggugah
perhatian mereka untuk memahami dan membantu sekolah dalam berbagai
bentuk sesuai dengan kebutuhan MI Taufiqiyah Semarang dan masyarakat.
Mereka dapat diundang untuk membahas bentuk-bentuk kerjasama dalam
meningkatkan mutu pendidikan, tukar menukar pendapat, bahkan adu
argumentasi dan sebagainya dalam mencari solusi peningkatan mutu
pendidikan. Dengan demikian, diharapkan terjadi hubungan yang harmonis
yang akan membentuk saling pengertian antara MI Taufiqiyah Semarang,
orang tua, dan masyarakat sekitarnya, serta masyarakat luas. Dan nantinya
rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan MI
Taufiqiyah Semarang juga akan baik dan tinggi.
Kemudian salah satu cara untuk menggali informasi dan untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi peran serta masyarakat dapat dilakukan
dengan cara membuat tabel skoring peran serta masyarakat. Peran serta
masyarakat memberi kontribusi antara lain berupa tenaga, pikiran, keahlian,
barang, dana, dan lainnya yang dapat diberikan kepada madrasah. Setelah
madrasah menjalin kerjasama dengan pihak yang berkepentingan, sesuai
dengan kesepakatan diantara mereka, maka madrasah dapat memperoleh
kontribusi tunai yang bisa diberikan dalam bentuk dana hibah, pemberian
beasiswa, dan lainnya. Bagi madrasah yang tidak mungkin lagi untuk meminta
bantuan dari pihak orang tua peserta didik karena kondisi ekonomi mereka
yang sangat sulit, sedangkan alokasi dana yang diterima dari pemerintah tidak
125
mampu memenuhi operasional madrasah. Dalam keadaan yang demikian,
maka kepala madrasah, guru, dan humas madrasah duduk bersama untuk
memikirkan alternatif apa yang dapat dilakukan untuk perbaikan dan
pengembangan madrasah. Salah satu alternatif madrasah dapat memilih untuk
melakukan pendekatan kepada perusahaan terdekat dengan madrasah misalnya
telkom atau lainnya.
Adapun dari segi bentuknya, partisipasi masyarakat itu bisa berupa
gagasan, kritik membangun, dukungan, dan pelaksanaan pendidikan (Mulyasa,
2006: 170). Agar hubungan MI Taufiqiyah Semarang dengan masyarakat
dapat berjalan dengan baik maka kepala madrasah harus mampu mengelola
dan mengerti tentang apa yang terjadi pada peserta didik di MI Taufiqiyah
Semarang dan apa yang dipikirkan orang tua tentang MI Taufiqiyah
Semarang. Dalam memegang peranan yang sangat strategis dan menentukan
ini Kepala Madrasah melalui tokoh-tokoh masyarakat secara aktif menggugah
perhatian mereka untuk memahami dan membantu sekolah dalam berbagai
bentuk sesuai dengan kebutuhan MI Taufiqiyah Semarang dan masyarakat.
Mereka dapat diundang untuk membahas bentuk- bentuk kerjasama dalam
meningkatkan mutu pendidikan, tukar menukar pendapat, bahkan adu
argumentasi dan sebagainya dalam mencari solusi peningkatan mutu
pendidikan. Dengan demikian, diharapkan terjadi hubungan yang harmonis
yang akan membentuk saling pengertian antara MI Taufiqiyah Semarang,
orang tua, dan masyarakat sekitarnya, serta masyarakat luas. Dan nantinya
126
rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan MI
Taufiqiyah Semarang juga akan baik dan tinggi.
Peran serta masyarakat memberi kontribusi antara lain berupa tenaga,
pikiran, keahlian, barang, dana, dan lainnya yang dapat diberikan kepada
madrasah. Setelah madrasah menjalin kerjasama dengan pihak yang
berkepentingan, sesuai dengan kesepakatan diantara mereka, maka madrasah
dapat memperoleh kontribusi tunai yang bisa diberikan dalam bentuk dana
hibah, pemberian beasiswa, dan lainnya.
Bagi MI Taufiqiyah Semarang yang tidak mungkin lagi untuk meminta
bantuan dari pihak orang tua peserta didik karena kondisi ekonomi mereka
yang sangat sulit, sedangkan alokasi dana yang diterima dari pemerintah tidak
mampu memenuhi operasional madrasah. Dalam keadaan yang demikian,
maka kepala madrasah, humas, guru, dan humas madrasah duduk bersama
untuk memikirkan alternatif apa yang dapat dilakukan untuk perbaikan dan
pengembangan madrasah.
Madrasah dan masyarakat merupakan dua kominitas yang saling
melengkapi antara satu dengan yang lainnya, bahkan ikut memberikan warna
terhadap perumusan model pembelajaran tertentu di madrasah. Madrasah
berperan dalam melestarikan dan memindahkan nilai-nilai kultur pendidikan,
ilmu pengetahuan, teknologi, dan agama yang dianut para guru dan peserta
didiknya kepada generasi penerus dan untuk menjamin kemajuan ilmu
pengetahuan dan kemajuan sosial dengan menjadi pelaku aktif dalam
perbaikan masyarakat. Madrasah merupakan bagian yang tidak terpisahkan
127
dengan masyarakat, bahkan sekolah tumbuh dan berkembang sesuai dengan
tuntutan dan harapan masyarakat.
Oleh karena itu, hubungan madrasah dengan masyarakat merupkan
suatu proses komunikasi yang harmonis. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan pengertian masyarakat akan kebutuhan dan kegiatan yang
diselenggarakan di madrasah. Dengan mengetahui kebutuhan dan kegiatan
madrasah tersebut, masyarakat terdorong untuk bersedia bekerjasama dalam
upaya meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kuantitas madrasah.
C. Analisis Peran Manajemen Humas Dalam Mengembangkan Partisipasi
Masyarakat MI Taufiqiyah Semarang
Dalam hubungan masyarakat, salah satu hal yang harus diperhatikan
juga adalah adanya prinsip simbiosis mutualisme (prinsip saling
menguntungkan). Apabila dilihat dari sudut pandang Madrasah Ibtidaiyyah,
maka tidak dapat dipungkiri bahwa Madrasah Ibtidaiyyah membutuhkan
dukungan, baik dukungan moril, finansial maupun simpati dari berbagai
pihak, karena pada dasarnya sekolah atau madrasah tidak dapat memisahkan
diri atau terasing dari masyarakatnya. Bagaimanapun, masukan siswa dan
dana adalah berasal dari masyarakat. Lebih dari itu, di satu sisi sekolah
memerlukan masyarakat dalam menyusun program yang relevan, sekaligus
memerlukan dukungan dari masyarakat baik berupa calon murid/pendaftar,
maupun pembiayaan (SPP/DPP) dalam melaksanakan program sekolah,
madrasah dan pesantren (Syafaruddin, 2005:272). Namun apabila dilihat dari
kaca mata masyarakat, masyarakat juga membutuhkan hasil konkrit dari
128
madrasah berupa kualitas lulusan madrasah yang lebih baik dari sebelumnya.
Secara lebih lengkap lagi, kebutuhan masyarakat dari madrasah diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam
bidang mental-spiritual.
2. Memperoleh bantuan sekolah apabila terdapat masalah yang dihadapi oleh
masyarakat.
3. Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
4. Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang makin meningkat
kemampuannya (Purwanto, 1995: 194).
Tata kerja Humas MI Taufiqiyah Semarang lebih banyak mengurusi
masalah-masalah yang bersifat eksternal yang berkaitan dengan kelembagaan
dan hubungan masyarakat, sedang urusan internal dalam bidang proses belajar
mengajar dan komponennya yang mengarah pencerdasan peserta didik tetap
menjadi wewenang pihak madrasah karena mereka sudah teruji secara
kompeten di bidangnya, meskipun sekarang tugas dan wewenang humas
sekolah sudah mulai mengarah ke ranah memonitoring proses pembelajaran
seperti terkait bidang keprofesionalan guru dan proses belajar di kelas namun
itu semua terbatas sebagai bahan pertimbangan atau masukan kepada pihak
madrasah untuk lebih meningkatkan pembelajaran dengan tetap tidak
mencampurinya.
Untuk mewujudkan misinya yang berusaha mengembangkan MI
Taufiqiyah Semarang menjadi lembaga yang baik dan menjadi rujukan
129
masyarakat dalam menyalurkan anaknya. Humas MI Taufiqiyah Semarang
bertujuan mengembangkan MI Taufiqiyah Semarang kearah positif baik dari
segi fisik maupun pembelajarannya yang nantinya tujuan dari proses
pendidikan yang dicanangkan oleh MI Taufiqiyah Semarang tercapai.
Sejalan dengan fungsi pendidikan nasional, dalam pasal (3) Undang-
undang SISDIKNAS, mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang RI No 20
tahun 2003, 7).
Humas di MI Taufiqiyah Semarang dalam hal ini juga mengemban
tugas untuk menjembatani program yang menjadi perdebatan dan tarik ulur
antara pihak madrasah dan masyarakat sekolah terutama orang tua, seperti
dalam hal sosialisasi program pembelajaran ektrakurikuler, uang bangunan
sekolah sehingga nantinya terjadi satu formulasi satu program yang tidak
memihak salah satu dan terus melestarikan proses keterlibatan masyarakat
dalam setiap pengembangan madrasah sebagai bentuk harapan dari
desentralisasi pendidikan yang berkembang selama ini dengan tugas dan tata
kerja yang dilakukan humas MI Taufiqiyah Semarang pihak madrasah tetap
dapat menjalankan roda pembelajarannya sesuai dengan program
direncanakannya dan masyarakat tidak hilang eksistensinya bagi lembaga MI
130
Taufiqiyah Semarang, karena pada dasarnya peran masarakat dalam dunia
pendidikan diantaranya :
1. Menciptakan suasana yang sangat menunjang pelaksanaan pendidikan
nasional
2. Ikut menyelenggarakan pendidikan non pemerintah (swasta)
3. Membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana.
4. Menyediakan lapangan kerja
5. Membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak
langsung (Zuhaili, 2002: 59).
Selain itu tujuan dari hubungan antara sekolah dengan masyarakat
dapat ditinjau dari dua dimensi sebagai berikut :
1. Kepentingan sekolah yang bertujuan :
a. Memelihara kelangsungan hidup sekolah
b. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
c. Memperlancar kegiatan belajar mengajar
d. Memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka
mengembangkan dan melaksanakan program sekolah.
2. Kebutuhan masyarakat yang bertujuan;
a. Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b. Memperoleh kemajuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi masyarakat.
c. Menjamin relevansi program-program sekolah dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat.
131
d. Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang terampil dan
makin meningkat kemampuannya (Mulyasa, 2002: 148).
Kesadaran akan tanggung jawab pendidikan mereka ditingkatkan dan
dibina, agar tujuan nasional terwujud lebih cepat. Tentu saja keterlibatan dari
semua pihak di lingkungan masing-masing perlu melibatkan diri secara aktif.
Sehingga masyarakat setempat lebih menghargai mereka dan mendapat tempat
di hati masyarakat.
Pola komunikasi yang dilakukan diantara ketiga elemen (madrasah,
humas dan masyarakat sekolah), terutama antara guru dan humas MI
Taufiqiyah Semarang di lakukan dengan komunikasi dua arah dimana diantara
elemen madrasah selalu melakukan musyarawarah dan diskusi dalam
menetapkan sebuah kebijakan, dan keputusan diambil bukan berasal dari
egoisitas salah satu elemen tentunya dengan humas sebagai jembatan yang
menghubungkan kedua elemen lainnya.
Proses komunikasi ini terbukti dengan selalu adanya rapat antara staf
TU (tata usaha), kepala madrasah dan Humas di MI Taufiqiyah Semarang
dalam merencanakan program sekolah yang berkaitan dengan keuangan yang
tentunya melibatkan orang tua, dalam suasana rapat ini terjadi proses saling
tukar pikiran yang memperhatikan banyak pertimbangan sehingga nantinya
program itu menjadi bahan yang akan di tawarkan kepada masyarakat sekolah
dan ditemukanlah program yang matang dan menjadi landasan program
pelaksanaannya.
132
Selain itu kepala sekolah juga sering melibatkan pihak humas untuk
membahas secara formal maupun informal untuk meningkatkan kinerja proses
belajar mengajar disini terjadi proses yang penuh dengan suasana dialogis
antara keduanya.
Komunikai pada dasarnya bertujuan untuk memberikan informasi,
mendidik dan menerangkan informasi bahkan menghibur komunikan. agar
komunikan terpengaruh dan berubah sifat sesuai dengan kehendak
komunikator (Liliweri, 1997: 201) dan untuk mempengaruhi tingkah laku si
penerima informasi yang dinyatakan dalam tindakan-tindakan tertentu sebagai
respons terhadap informasi yang diterimanya (Nawawi, 1997: 47).
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan
manusia lain dan alam disekitarnya (interaksi sosial) untuk mendukung
kelangsungan hidupnya. Dalam berinteraksi itulah dibutuhkan komunikasi
baik dalam bahasa verbal (bahasa lisan/tulisan) maupun bahasa isyarat (bahasa
tubuh atau simbol). Dalam Islam komunikasi dibutuhkan untuk saling
mengenal, menyampaikan pesan, saling bekerja sama, berbuat kebajikan dll,
baik untuk tujuan-tujuan kemasyarakatan, keagamaan maupun tujuan
individual (Tasmara, 1997: 49). Dan dikenal pula adanya komunikasi personal
dengan Allah, Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam rangka
beribadah sebagaimana firman Allah:
Kehinaan telah dilimpahkan kepada mereka dimanapun mereka berada,
kecuali orang-orang yang mempunyai hubungan erat dengan Allah dan tali
133
hubungan yang erat dengan individu manusia-manusia lainnya. (Ali Imran:
112). (Soenarjo, 2004: 94)
Tujuan komunikasi sebenarnya adalah untuk mencapai pengertian
bersama, sesudah itu mencapai persetujuan mengenai suatu pokok ataupun
masalah yang merupakan kepentingan bersama. Di dunia pendidikan
komunikasi merupakan komunikasi yang terjadi pada bidang pendidikan.
Komunikasi ini berlangsung dalam suasana yang bebas, akrab dan bertujuan
(juga bertanggung jawab). Di sini komunikasi berlangsung tanpa paksaan,
masing-masing pihak secara bebas dan tanpa tekanan mengungkapkan
gagasan dan perasaannya kepada orang lain. Dengan pola hubungan ini
menurut peneliti menjadikan program madrasah akan dapat berjalan dengan
baik.
D. Analisis Solusi Terhadap Kelemahan
Problem solving (Solusi) yang di ambil MI Taufiqiyah Semarang yaitu
dengan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah lalu masalah tersebut di
pecahkan secara bersama, apabila perlu, di rumuskan kegiatan-kegiatan humas
yang akan di laksanakan di tahun depan maka pihak smadrasah mengadakan
penyusunan program kerja humas dan menentukan kebijakan lalu disampaikan
ke kepala sekolah dan disosialisasikan kepada seluruh steakholder yang ada di
MI Taufiqiyah Semarang untuk kemudian di tindak lanjuti sebagai program
kegiatan humas yang harus dilaksanakan di tahun ajaran baru.
Selain perlu Pembentukan struktur humas yang bersifat permanen,
sehingga memudahkan pengkoordinasian diantara atasan dan bawahan,
sehingga tidak terjadi adanya kesenjangan diantara pelaku humas, perlu
134
adanya pemikiran atau ide-ide kreatif dalam rangka memunculkan program-
program baru yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan perlu praktisi humas secara mikro, hendaknya ditentukan oleh
kualifikasi kemampuan “generalist” dan lebih ideal lagi jika memiliki
kemampuan ahli komunikasi plus.
Namun tidak hanya itu, yang lebih penting sebagai sikap yang harus
yang dikembangkan adalah membangun persepsi dan citra positif (positive
image) terlebih dahulu, mempunyai tujuan yang baik, saling mempercayai satu
sama lain (mutual confidence), saling menghargai (mutual appreciation),
saling pengertian antar kedua belah pihak (mutual understanding) dan
memiliki rasa toleransi (tolerance) (Ruslan, 2006: 33).
Selanjutnya tentunya langkah riil humas dengan terus menjalin
hubungan yang penuh dengan kekeluargaan, kepada kedua belah pihak
madrasah dan masyarakat sekolah, dan tentunya lebih ke arah kesadaran
bersama dalam rangka mewujudkan pengembangan MI Taufiqiyah Semarang
ke arah positif.