70
BAB IV
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD
DAN PRAKTIK INVESTASI EMAS DI
PEGADAIAN SYARIAH
A. Praktik Investasi Emas di Pegadaian Syariah Cabang
Serang
Bangkitnya ekonomi Islam di Negara Indonesia
merupakan fenomena yang menggembirakan sekaligus menarik
untuk dikaji. Dasar ilmu ekonomi Islam yang sangat unik bagi
paham kapitalis, yakni dengan menyatukan fenomena ilmu
pengetahuan yang dikenal rasional dan materi dengan nilai-nilai
ilahiyah yang bersumber dari unsur-unsur spiritual Islam. Baik
para ilmuwan, praktisi maupun masyarakat Islam terhadap
berbagai transaksi ekonomi yang berbasis bunga, mengandung
unsur gharar (keraguan, tipuan) dan maysir (judi) melahirkan
semangat untuk berintropeksi diri dan menggali, serta
membangkitkan sebuah sistem yang diharapkan memunculkan
solusi.1 Salah satu ajaran Islam yang dapat dikategorikan sebagai
kegiatan ekonomi yang termasuk kegiatan muamalah yaitu
kegiatan berinvestasi karena termasuk suatu kegiatan yang
mengatur antara hubungan manusia.
1 Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan
Berdasarkan Prinsip Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 76
71
Satu fenomena global besar yang mendorong tingkat
permintaan emas investasi merupakan brexit. Dalam fenomena
ini Negara Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa.
Kejadian ini menimbulkan ketidakpastian dalam pasar dan
mendorong investor untuk beralih ke investasi emas. Secara
umum, orang-orang akan mengalihkan investasi mereka ke dalam
bentuk logam mulia ketika mereka tidak yakin dengan masa
depan pasar. Berbeda dengan uang yang dapat dengan bebas
dicetak Negara dan lebih rentan terhadap inflasi, emas memiliki
stok yang terbatas dan tidak begitu terikat dengan pergolakan
mata uang. Oleh karena itu, keadaan pasar logam mulia jauh lebih
stabil dan menjadikannya pilihan investor di saat yang tidak
pasti.2
Investasi Emas adalah suatu produk yang terdapat di
Pegadaian Syariah Cabang Serang yang mana produk investasi
emas ini ada tiga macam investasi emas yaitu Tabungan Emas
(pembelian dan penjualan emas dengan fasilitas titipan),
Konsinyasi Emas (titip-jual emas batangan) dan Mulia. Dalam
penelitian ini penulis hanya meneliti kepada produk investasi
emas logam mulia saja. Investasi emas logam mulia adalah
layanan penjualan emas batangan kepada masyarakat secara tunai
atau angsuran dengan proses mudah dan jangka waktu yang
fleksibel. Logam mulia dapat menjadi alternatif pilihan investasi
yang aman untuk mewujudkan kebutuhan masa depan, seperti
2https://www.orori.com/ororeads/trend-investasi-emas-2016. Diakses
Pada Tanggal 6/09/2018 Pukul 22.34 WIB
72
menunaikan ibadah haji, mempersiapkan biaya pendidikan anak,
memiliki rumah idaman serta kendaraan pribadi.3
Modal merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
distribusi aset masa yang akan datang. Disamping memberikan
kepuasan pribadi dan jasa juga membantu untuk menambah
kekayaan setelah diupayakan. Agar jumlah modal serta aset
meningkat, maka setiap masyarakat dianjurkan untuk terus
menginvestaikan. Adapun cara untuk meningkatkan modal, yaitu:
Pertama, sikap tidak berlebihan terhadap pengeluaran,
Islam memerintahkan umatnya untuk menghindari sikap
berlebihan (boros).4 Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
QS. Al-A’raf ayat 31 yaitu:
“Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai yang
berlebih-lebihan”.(QS. Al-A’raf: 31).5
Pesan yang disampaikan al-Qur’an menyiratkan betapa
besar perhatian Islam terhadap masalah perekonomian dengan
3www.pegadaian.co.id, diakses padaTanggal 12 Agustus 2018 Pukul
08.00. 4Muhamad, Dasar-Dasar Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia,
2014), Cetakan Kedua, h. 133 5 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an Kementrian Agama
RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia,
2012), h. 207
73
mengambil jalan tengah diantara sikap ekstrim, yaitu sikap
berlebihan (boros) dan kikir. Kedua, membatasi uang yang tidak
terpakai. Sumber daya yang telah dianugerahkan Allah
hendaknya dimanfaatkan sesuai dengan batas-batas yang telah
diizinkan Islam. Khalifah Umar bin Khatab pun pernah
menekankan supaya umat Islam menggunakan modal secara
produktif, dengan pernyataannya “mereka yang mempunyai uang
perlu mengembangkan (menginvestasikan), dan mereka yang
mempunyai tanah perlu mengolahnya”. Ketiga, penggunaan
tabungan secara efisien. Pentingnya pengorganisasian dan
mengatur sistem keuangan dengan mengurangi pemborosan,
sekaligus memobilisasikan dana tabungan dan menyalurkan
untuk hal-hal sosial produktif. Keempat, memanfaatkan sumber
daya dan peran pemerintah. Prinsip Islam yang tidak
mentoleransi sikap boros serta mendorong umatnya untuk
menggunakan sumber daya secara efisien, tidak hanya berlaku
bagi individu. Namun juga bagi masyarakat secara luas. Hal ini
ditekankan bahwa pemerintah sebagai kepercayaan rakyat akan
menggunakan sumber daya untuk kesejahteraan masyarakat.6
Adapun Keuntungan Berinvestasi Logam Mulia di
Pegadaian Syariah Cabang Serang, yaitu:
1. Pembelian dapat dilakukan secara kredit juga dapat dengan
cara arisan
6 Muhamad, Dasar-Dasar Keuangan , …, h. 134
74
2. Investasi emas melalui perusahaan resmi berpengalaman dan
terpercaya
3. Bersertifikat resmi dari PT. Antam, Tbk dan PT. Pegadaian
(persero)
4. Trend harga emas yang cendrung naik
5. Mudah diuangkan lagi dengan cara dijual kembali atau
digadaikan
6. Tersedia pilihan berat mulai dari 1 gram, 5 gram, 10 gram,
25 gram, 50 gram, 100 gram, 250 gram, dan 1 kg.
7. Bila nasabah menginginkan, pegadaian menyediakan jasa
penyimpanan Logam Mulia di tempat yang aman
8. Logam Mulia diterima setelah angsuran logam mulia lunas7
Pada awalnya nasabah (pemohon) datang ke Pegadaian
Syariah Cabang Serang menemui teller menanyakan informasi
tentang bagaimana permohonan berinvestasi emas logam mulia,
kemudian teller menjelaskan mengenai prosedur dan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh nasabah. Untuk pembelian secara tunai,
nasabah cukup dengan membayar nilai Logam Mulia yang akan
dibeli. Adapun pembelian secara angsuran, nasabah dapat
menentukan pola pembayaran angsuran sesuai dengan keinginan.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah
untuk berinvestasi emas logam mulia adalah sebagai berikut:
7 www.pegadaian.co.id, diakses padaTanggal 12 Agustus 2018 Pukul
08.30.
75
Pertama, nasabah menyerahkan fotocopy KTP/Identitas
lainnya kepada teller, lalu memeriksa persyaratan yang
diserahkan nasabah tersebut.
Kedua, nasabah mengisi formulir pemesanan logam mulia
yang telah diberikan teller kepada nasabah.
Ketiga, setelah mengisi formulir nasabah menyerahkan uang
muka sesuai dengan harga logam mulia yang dipilih nasabah.
Dengan tersedia pilihan berat mulai dari 1 gram, 5 gram, 10
gram, 25 gram, 50 gram, 100 gram 250 gram dan 500 gram.
Dengan cara cicil mulai uang muka minimal 20% bias
diangsur selama 3, 6, 12, sampai dengan 3 tahun.
Keempat, nasabah menandatangani akad mulia sebagai suatu
persetujuan melakukan pembelian logam mulia pada produk
Investasi Emas Logam Mulia.8
Dalam jual beli ini, pembeli di bolehkan meminta
pemesan membayar uang muka atau tanda jadi saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan. Uang muka
adalah jumlah yang dibayar oleh pemesan yang menunjukkan
bahwa ia bersungguh-sungguh atas pesanannya tersebut. Bila
kemudian pemesan menolak untuk membeli aset tersebut, biaya
riil pembeli harus dibayar dari uang muka. Bila nilai uang muka
tersebut lebih sedikit dari kerugian yang harus ditanggung
8 Sumber data diperoleh dari hasil wawancara dengan
BapakHusnanTaffarod (Kepala Cabang Pegadaian Syariah Cabang Serang)
Pada tanggal 14 Agustus 2018 Pukul 15.00 WIB.
76
pembeli, pembeli dapat meminta kembali sisa kerugiannya pada
pemesan.9
Setelah semua persyaratan terpenuhi, pihak pegadaian
membelikan emas logam mulia kepada PT. Antam. Sebelum
nasabah melunasi logam mulia, pihak pegadaian tidak akan
memberikan emas logam mulia tersebut kecuali Nasabah sudah
melunasi utangnya. Karena nasabah disini membeli dengan
sistem cicil.
Untuk kepemilikan emas logam mulia tersebut pada
cicilannya itu didasarkan pada akad di awal. Meskipun terjadi
kenaikan dan penurunan harga emas pada masa investasi, hal ini
tidak mempengaruhi perubahan harga emas logam mulia yang
diinvestasikan. akan tetapi jika nasabah itu sudah melunasi emas
logam mulia tersebut kemudian ingin menjual emasnya yang dari
hasil investasi itu baik ke pegadaian atau ketempat lain itu sudah
menjadi hak mutlak nasabah dan diperbolehkan, karena ketika
masa investasi telah selesai pihak pegadaian menyerahkan logam
mulia beserta suratnya. Dimana jika terjadi kenaikann harga emas
ketika si nasabah menjual logam mulia tersebut maka itu adalah
sebuah keuntungan bagi nasabah karena logam mulia bersifat
universal bisa dijual dimana saja. Sedangkan keuntungan bagi
9 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik,
(Jakarta: Gema Insani, 2015), Cet Ke-24, h.104
77
pegadaian sendiri ialah ditentukan pada saat dibuatnya akad dan
pelaksanaan masa investasi yang diambil.10
Praktik investai emas logam mulia di pegadaian syariah
serang dibawah pengawasan fatwa DSN (Dewan Syariah
Nasional) karena akad yang diterapkan pada praktik investasi
emas logam mulia adalah akad murabahah dalam himpunan
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI NO. 04/DSN-MUI/IV/2000
pada tanggal 1 April 2000 yang intinya menyatakan bahwa dalam
rangka membantu masyarakat guna melangsungkan dan
meningkatkan kesejahteraan dan berbagai kegiatannya, bank
syariah harus memiliki fasilitas murabahah bagi yang
memerlukannya, yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan
harga belinya kepada pembayarannya dengan harga yang lebih
sebagai laba.11
B. Analisis Akad Investasi Emas Di Pegadaian Syariah
Cabang Serang Menurut Hukum Islam
Akad dalam bahasa Arab artinya perikatan atau perjanjian
atau pemufakatan. Adapun pengertian berdasarkan fiqih akad
adalah pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan kabul
(pernyataan menerima ikatan), sesuai dengan kehendak syariah
yang berpengaruh pada objek perikatan. Berdasarkan pengertian
10
Sumber data diperoleh dari hasil wawancara dengan Bapak Husnan
Taffarod (kepala cabang Pegadaian Syariah Cabang Kepandean) Pada tanggal
14 Agustus 2018 Pukul 15.00 WIB. 11
Sarip Muslim, Akuntansi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik,
(Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 91.
78
tersebut, akad adalah suatu perbuatan hukum yang melibatkan
kedua belah pihak atau lebih, yang melakukan perjanjian. Ajaran
Islam menekankan bahwa semua transaksi yang dilakukan oleh
dua belah pihak atau lebih, tidak boleh menyimpang dan harus
sejalan dengan kehendak syariah. Menurut istilah (terminologi),
yang dimaksud dengan akad adalah:
وع يثبت التاض ارطباط االياب بقبيل لع وجه مش
“Perikatan ijab dan kabul yang dibenarkan syara
yang menetapkan keridhaan kedua belah pihak”.12
Oleh karena itu, akad menurut ajaran Islam adalah sesuatu
yang penting. Hal ini disebabkan karena akad akan terjadi dalam
setiap kegiatan yang berhubungan dengan muamalah. Akad yang
digunakan pada perjanjian investasi emas logam mulia di
Pegadaian Syariah Cabang Serang adalah akad murabahah yaitu
dengan sistem cicilan atau tunai.13
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam istilah teknis
perbankan syariah murabahah ini diartikan sebagai suatu
perjanjian yang disepakati antara Bank syariah atau Lembaga
Keuangan Syariah lainnya dengan nasabah, dimana bank
menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau
12
Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, … , h. 86-87. 13
Sumber data diperoleh dari hasil wawancara dengan Bapak Husnan
Taffarod (Kepala Cabang Pegadaian Syariah Cabang Kepandean) Pada tanggal
21 agustus 2018.
79
modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar
kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank
ditambah dengan margin keuntungan) pada waktu yang
ditetapkan.
Dalam jual beli murabahah, penjual harus
memberitahukan harga produk yang dia beli dan menentukan
suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Murabahah dapat
dilakukan untuk pembelian dengan sistem pemesanan. Dalam al-
umm, Imam Syafi’i menamai transaksi ini dengan istilah al-amir
bi al-syira. Dalam hal ini calon pembeli atau pemesan dapat
memesan kepada seseorang (sebut saja pembeli) untuk
membelikan suatu barang tertentu yang diinginkannya. Kedua
belah pihak membuat kesepakatan mengenai barang tersebut serta
kemungkinan harga asal pembelian yang masih sanggup
ditanggung pemesan. Setelah itu kedua belah pihak juga harus
menyepakati beberapa keuntungan atau tambahan yang harus
dibayar pemesan. Jual beli kedua belah pihak dilakukan setelah
barang tersebut berada ditangan pemesan.14
Dari praktik investasi emas di pegadaian syariah cabang
serang sudah dijelaskan bahwa akad murabahah antara nasabah
dan pegadaian syariah tidak tunai, akad jual beli dan uang muka
terjadi di depan namun barang diserahkan setelah beberapa bulan
ketika angsuran lunas dibayar. Pada dasarnya emas adalah barang
14
Vethzal Rivai, Islamic Banking & Finance: Dari Teori ke Praktik
Bank dan Keuangan Syari’ah Sebagai Solusi dan Bukan Alternatif,
(Yogyakarta: BPFE, 2012), h. 319
80
ribawi, sebagaimana yang telah di sebutkan sebelumnya dalam
hadist Nabi SAW bahwasannya (menukar) emas dengan mata
uang adalah riba kecuali jika tunai. Maka dari itu muncul
pendapat-pendapat para ulama mengenai permasalahan jual beli
emas secara tidak tunai diantaranya yaitu:
Menurut Ulama Hanafiyah yang dikutip oleh Wahbah Az-
Zuhaili dalam kitabnya Fiqih Islam Wa Adillatuhu apabila kedua
pihak atau salah satunya berpisah sebelum adanya serah terima
kedua barang, maka akadnya menjadi fasid dan menjadi batal
menurut ulama klasik lainnya karena tidak adanya serah terima.
Selain itu agar akadnya tidak berubah bentuk menjadi jual beli
utang dengan utang (bay’ kali’ bil kali’) yang mengakibatkan
adanya riba fadhl (tambahan pada salah satu barang tukaran).15
Dalam hadist Nabi SAW yaitu:
ب نس، عن ميس بن أ
افع رحه اهلل، عن ملك بن أ ثنا الش حد
ن رسيل اهلل صل ب وريرة، أ
اهلل تميم، عن سعيد بن يسار، عن أ
روم الفضل بينىما. روم بادل ينار وادل ينار بادل عليه وسلم قال: ادل
“Asy-Syafi’i r.a menceritakan kepada kami, dari Anas bin Malik,
dari Musa bin Abu tamim, dari sa’id bin Abu Yassar, dari Abu
Hurairah. Rasulullah SAW bersabda, “Dirham dengan dirham,
dinar dengan dinar, jangan ada tambahan antara keduanya.”
(HR. Asy-Syafi’i).16
15 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema
Insani, 2011), Jilid 5, h. 200. 16
Abu Abdullah Muhammad Bin Idris Asy-Syafi’i, Sunan Asy-Syafi’i:
Shalat Dan Jual Beli, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), h. 516.
81
Adapun menurut dua ulama kontemporer yang bermazhab
hambali yaitu Ibnu Taimiyah (wafat 728 H) dan Ibnu Qayyim
(wafat 751 H) yang membolehkan menukar emas perhiasan
dengan dinar (uang emas) dengan cara tidak sama beratnya dan
tidak tunai karena emas adalah perhiasan dan bukan mata uang,
dengan demikian emas perhiasan telah keluar dari illat uang emas
dinar, yaitu tsamaniyah. Maka emas perhiasan tak ubahnya
barang dagangan yang boleh ditukar dngan mata uang emas
(dinar) dengan cara tidak tunai dan tidak sama beratnya.17
Ibnu
Qayyim memperkuat pendapatnya tersebut dengan memberikan
argumen bahwa perhiasan emas dan perak telah keluar dari fungsi
emas dinar dan perak dirham sebagai alat tukar menjadi barang
dagangan biasa.18
Ibnu Hubairah (Wafat Tahun 560 H) dalam kitabnya
Ikhtilaf Al-Aimmah Al-Ulama berpendapat bahwasannya umat
Islam telah sepakat bahwa tidak boleh menukar emas dengan
emas, atau perak dengan perak, baik yang masih berbentuk
perhiasan dengan cara tidak tunai dan tidak sama beratnya. Ini
merupakan riba nasiah dan riba fadhl. Dan umat Islam juga
sepakat ahwa boleh menukar dengan perak dengan ukuran yang
berbeda akan tetapi haram dilakukan dengan cara tidak tunai.
17 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Bogor:
PT. Berkat Mulia Insani, 2015), Cetakan kelima belas, h. 551. 18 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, I’lamul Muwaqi’in: Panduan Hukum
Islam, Penerjemah Asep Saefullah FM dan Kamaluddim Sa’diyatulharamain
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2000), h. 108.
82
Adapun pendapat Ibnu Juzay (Wafat Tahun 741 H) dalam
kitabnya Al-Qawanin Al-Fiqhiyyah ialah para ulama sepakat
bahwa haram hukumnya menukar emas dengan perak, atau emas
dengan emas, atau perak dengan perak, baik berbentuk bahan
baku ataupun telah diubah menjadi perhiasan dngan cara tidak
tunai. Akan tetapi serahterima kedua barang wajib dilakukan
tuna. Oleh karena pendapat ini terlalu lemah sehingga Majma’ Al
Fiqh Al Islami (divisi OKI) tidak menganggap pendapat ini dalam
muktamar di Abu Dhabi pada tahun 1995 dengan keputusan yang
berbunyi, “Menekankan kembali pendapat seluruh para ahli fikih
yang melarang menukmar emas perhiasan dengan yang tidak
perhiasan dengan ukuran yang tidak sama”.19
Setelah mengetahui bahwa pendapat ini tidak popular
dikarenakan jelas-jelas bertentangan dengan hadist yang
mewajibkan menukar emas dengan emas dengan cara tunai. Juga
pendapat tersebut mutlak melarang menukar emas dengan emas
dengan cara tidak tunai, baik emas perhiasan ataupun emas
sebagai mata uang, dan tidak ada satupun dalil yang mengikat
kemutlakan emas tersebut maka mengkhususkan larangan hanya
untuk emas sebagai mata uang termasuk mentaqyid dengan tanpa
dalil. Adapun dalil bahwa dengan adanya unsur pembuatan
manusia menjadikan emas perhiasan keluar dari emas yang
dimaksud pada masa Nabi SAW sebagai alat tukar tidak dapat
dibenarkan, karena emas yang menjadi alat tukar dimasa Nabi
19 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat,…, h. 552-553.
83
pun terdapat unsur pembuatan manusia dalam bentuk ukiran
gambar, ornament, dan tulisan.
Kemudian dalil bahwa illat riba emas adalah tsamaniyah
(uang sebagai alat tukar) dan bila illat ini hilang dari emas karena
sekarang emas bukan lagi sebagai alat tukar telah diganti dengan
uang kartal maka emas dianggap sama dengan barang lainnya
boleh ditukar dengan uang kartal dengan cara tidak tunai, sangat
lemah dari tinjauan kaidah ushul fiqh. Karena persyaratan
keabsahan sebuah illat mustanbathah bahwa illat tersebut tiak
boleh menafikan illat asalnya. Maka illat tsamaniyah yang
sifatnya ijtihad para ulama tidak boleh menafikan illat emas yang
dijelaskan Nabi secara tekstual.20
Maka dari itu penulis menyimpulkan bahwa pendapat
Ibnu Taimiyah dianggap sebagai pendapat yang kuat, walaupun
tetap juga tidak dapat dibenarkan menarik hukum boleh menukar
uang kartal dengan emas seperti yang dipraktikkan oleh
pegadaian syariah, karena Ibnu Taimiyah tidak membolehkan
secara mutlak dengan syarat emas tidak dijadikan sebagai
tsamaniyah (alat tukar, harga). Hal ini tidak dilakukan pada
praktik investasi emas di pegadaian syariah karena emas yang
dijual secara murabahah oleh pihak pegadaian bukanlah emas
perhiasan akan tetapi emas berbentuk batangan atau logam mulia
yang memang dimaksudkan sebagai investasi, sedangkan
menjadikan emas sebagai investasi juga merupakan salah satu
20
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat, …, h. 553.
84
fungsi dari uang. Dalam Ebook yang dikutip M. Abdul Mu’ti
Aliyudin dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Terhadap
Fatwa DSN-MUI Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai”
bahwasannya pada zaman Nabi Muhammad SAW, emas
dijadikan sebagai mata uang yang digunakan untuk bertransaksi
bersama perak. Dalam sejarah Islam, uang merupakan sesuatu
yang diadopsi dari peradaban Romawi dan Persia. Dinar adala
mata uang emas yang diambil dari Romawi dan Dirham adalah
mata uang perak warisan peradaban Persia. Dari sepanjang
kehidupannya, Nabi tidak merekomondasikan perubahan apapun
terhadap uang. Artinya, Nabi dan para sahabat yang menjadi
khalifah sesudahnya membenarkan praktik ini.21
Manusia hendak mempersiapkan diri untuk masa depan,
karena masa depan tidak dapat dipastikan. Manusia tidak ada
yang mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok.
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Yusuf ayat 48:
“Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit,
yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk
21
Dikutip dari skripsi M. Abdul Mu’ti Aliyudin, Tinjauan Terhadap
Fatwa DSN-MUI Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai, Serang :
Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin
Banten, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, 2017.
85
menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum)
yang kamu simpan”. (QS. Yusuf: 48)22
Dengan demikian investasi dilakukan oleh para pihak
untuk mewujudkan tujuan tertentu, karena investasi adalah bagian
dari perencanaan keuangan. Untuk menghindari dari unsur-unsur
yang dilarang oleh Allah maka masyarakat muslim harus pula
memperhatikan sistem pelaksanaannya. Karena berdasarkan
kaidah fiqih yang telah disebutkan sebelumnya bahwa hukum
asal dari kegiatan muamalah itu boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkannya, artinya ketika suatu kegiatan muamalah yang
praktiknya baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam
ajaran Islam maka praktik tersebut dianggap dapat diterima,
kecuali terdapat implikasi dari Al-qur’an dan Hadist yang
melarangnya.
Berdasarkan analisis Hukum Islam di atas dengan melihat
praktik investasi emas logam mulia di pegadaian syariah cabang
serang sudah terhindar dari unsur maisyir, gharar, dan riba.
Karena praktik investasi emas di pegadaian syariah menggunakan
akad murabahah yaitu termasuk transaksi yang dibolehkan oleh
syariat Islam. Mayoritas ulama, dari kalangan para sahabat,
tabi’in dan para Imam mazhab, juga membolehkan jual beli
22
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an Kementrian Agama
RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia,
2012), h. 324.
86
murabahah.23
Adapun dalil yang membolehkan jual beli
murabahah adalah sebagai berikut:
…. ….
“…Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba…”.(QS. Al-Baqarah:275).24
Praktik investasi emas di pegadaian syariah cabang
serang adalah bertujuan untuk membantu masyarakat
mewujudkan masa depan yang aman, nyaman dan tentram. Hal
ini sesuai dengan Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000
Tentang transaksi Murabahah, fatwa DSN-MUI No.38/DSN-
MUI/X/2002 Tentang Sertifikat Investasi Mudharabah Antar-
Bank (Sertifikat IMA).
23 Az-Zuhaili Wahbah, Fiqih Islam, … , h. 358 24
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an Kementrian Agama
RI, Al-Qur’an dan, …, h. 58.