12
BAB III
TEORI DASAR
3.1 Penambangan Terbuka Batubara
Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada
letak endapan, dan alat-alat mekanis yang dipergunakan. Teknik penambangan
pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi dan topografi daerah yang
akan ditambang.
3.1.1 Contour mining
Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara yang relatif
datar dan tersingkap di lereng pegunungan atau bukit.
Cara penambangannya diawali dengan pengupasan tanah penutup
(overburden) di daerah singkapan di sepanjang lereng mengikuti garis
ketinggian (kontur), kemudian diikuti dengan penambangan endapan
batubaranya. Penambangan dilanjutkan ke arah tebing sampai dicapai batas
endapan yang masih ekonomis bila ditambang.
Karena keterbatasan daerah yang bisa digali, maka daerah menjadi sempit
tetapi panjang sehingga memerlukan alat-alat yang mudah berpindah-pindah.
Umur tambang biasanya pendek.
Menurut Robert Meyers, contour mining dibagi menjadi beberapa metode,
antara lain :
a. Conventional contour mining
Pada metode ini, penggalian awal dibuat sepanjang sisi bukit pada daerah
dimana batubara tersingkap. Pemberaian lapisan tanah penutup dilakukan
dengan peledakan dan pemboran atau menggunakan Dozer dan ripper
serta alat muat front end leader, kemudian langsung didorong dan
ditimbun di daerah lereng yang lebih rendah (Gambar 3.1).
Pengupasan dengan contour stripping akan menghasilkan jalur operasi
yang bergelombang, memanjang dan menerus mengelilingi seluruh sisi
bukit.
13
Gambar 3.1
Conventional Contour Mining (Skelly and Loy, 1975 )
b. Block-cut contour mining
Pada cara ini daerah penambangan dibagi menjadi blok-blok penambangan
yang bertujuan untuk mengurangi timbunan tanah buangan pada saat
pengupasan tanah penutup di sekitar lereng.
Gambar 3.2
Block-Cut Contour Mining (Skelly and Loy, 1975 )
Pada tahap awal blok 1 digali sampai batas tebing (highwall) yang
diijinkan tingginya. Tanah penutup tersebut ditimbun sementara,
batubaranya kemudian diambil. Setelah itu lapisan blok 2 digali kira-kira
setengahnya dan ditimbun di blok 1. Sementara batubara blok 2 siap
digali, maka lapisan tanah penutup blok 3 digali dan berlanjut ke siklus
14
penggalian blok 2 dan menimbun tanah buangan pada blok awal. Pada saat
blok 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka lapisan tanah penutup
blok 4 dipidahkan ke blok 2 setelah batubara pada blok 3 tersingkap
semua. Lapisan tanah penutup blok 5 dipindahkan ke blok 3, kemudian
lapisan tanah penutup blok 6 dipindahkan ke blok 4 dan seterusnya sampai
selesai (Gambar 3.2). Penggalian beruturan ini akan mengurangi jumlah
lapisan tanah penutup yang harus diangkut untuk menutup final pit.
c. Haulback contour mining.
Gambar 3.3
Teknik Haulback Truck Dengan Menggunakan Front-End Loader (Skelly and Loy, 1975)
Gambar 3.4
Haulback Dengan Menggunakan Kombinasi Scraper Dan Truk (Chironis, 1978)
15
Metode haulback ini (Gambar 3.3 dan 3.4) merupakan modifikasi dari
konsep block-cut, yang memerlukan suatu jenis angkutan overburden,
bukannya langsung menimbunnya. Jadi metode ini membutuhkan
perencanaan dan operasi yang teliti untuk bisa menangani batubara dan
overburden secara efektif
Ada tiga jenis peralatan yang sering digunakan, yaitu :
- Truk atau front-end loader
- Scrapers
- Kombinasi dari scrapers dan truk
d. Box-cut contour mining
Gambar 3.5
Metode Box-Cut Contour Mining (Chironis, 1978)
Pada metode box-cut contour mining ini (Gambar 3.5) lapisan tanah
penutup yang sudah digali, ditimbun pada daerah yang sudah rata di
sepanjang garis singkapan hingga membentuk suatu tanggul-tanggul yang
rendah yang akan membantu menyangga porsi terbesar dari tanah
timbunan.
16
3.1.2 Mountaintop removal method
Gambar 3.6
Mountaintop Removal Method (Chironis, 1978)
Metode mountaintop removal method ini (Gambar 3.6) dikenal dan
berkembang cepat, khususnya di Kentucky Timur (Amerika Serikat). Dengan
metode ini lapisan tanah penutup dapat terkupas seluruhnya, sehingga
memungkinkan perolehan batubara 100%.
3.1.3 Area mining method
Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang dekat
permukaan pada daerah mendatar sampai agak landai. Penambangannya
dimulai dari singkapan batubara yang mempunyai lapisan dan tanah penutup
dangkal dilanjutkan ke yang lebih tebal sampai batas pit.
Terdapat tiga cara penambangan area mining method, yaitu :
a. Conventional area mining method
Pada cara ini, penggalian dimulai pada daerah penambangan awal
sehingga penggalian lapisan tanah penutup dan penimbunannya tidak
terlalu mengganggu lingkungan. Kemudian lapisan tanah penutup ini
ditimbun di belakang daerah yang sudah ditambang (lihat Gambar 3.7).
17
Gambar 3.7
Conventional Area Mining Method (Chironis, 1978)
b. Area mining with stripping shovel
Cara ini digunakan untuk batubara yang terletak 10–15 m di bawah
permukaan tanah. Penambangan dimulai dengan membuat bukaan
berbentuk segi empat.
Gambar 3.8
Area Mining With Stripping Shovel (Chironis, 1978)
Lapisan tanah penutup ditimbun sejajar dengan arah penggalian, pada
daerah yang sedang ditambang. Penggalian sejajar ini dilakukan sampai
seluruh endapan tergali (lihat Gambar 3.8).
18
c. Block area mining
Cara ini hampir sama dengan conventional area mining method, tetapi
daerah penambangan dibagi menjadi beberapa blok penambangan. Cara ini
terbatas untuk endapan batubara dengan tebal lapisan tanah penutup
maksimum 12 m (Gambar 3.9). Blok penggalian awal dibuat dengan
bullDozer. Tanah hasil penggalian kemudian didorong pada daerah yang
berdekatan dengan daerah penggalian.
Gambar 3.9
Block Area Mining (Chironis, 1978)
3.1.4 Open Pit Method
Metode ini digunakan untuk endapan batubara yang memiliki kemiringan
(dip) yang besar dan curam. Endapan batubara harus tebal bila lapisan tanah
penutupnya cukup tebal.
a. Lapisan miring
Cara ini dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri dari satu
lapisan (single seam) atau lebih (multiple seam). Pada cara ini lapisan
tanah penutup yang telah dapat ditimbun di kedua sisi pada masing-masing
pengupasan (Gambar 3.11).
b. Lapisan tebal
Pada cara ini penambangan dimulai dengan melakukan pengupasan tanah
penutup dan penimbunan dilakukan pada daerah yang sudah ditambang.
19
Sebelum dimulai, harus tersedia dahulu daerah singkapan yang cukup
untuk dijadikan daerah penimbunan pada operasi berikutnya (Gambar
3.12). Pada cara ini, baik pada pengupasan tanah penutup maupun
penggalian batubaranya, digunakan sistem jenjang (benching system).
Gambar 3.10
Open Pit Method Pada Lapisan Miring (Skelly and Loy, 1975)
Gambar 3.11
Open Pit Method Pada Lapisan Tebal (Stefanko, Ramani, and Ferko, 1973)
20
3.2 Tempat Penimbunan
Terdapat beberapa pertimbangan dalam penentuan tempat penimbunan,
baik dari segi meterial lokasi dan syarat syarat yang lain, diantaranya adalah :
• Tempat penimbunan dapat dibagi menjadi dua, yaitu waste dump dan
stockpile :
1. Suatu waste dump adalah suatu daerah dimana suatu operasi tambang
terbuka dapat membuang material kadar rendah dan / atau material
bukan bijih yang harus digali dari pit untuk memperoleh bijih /
material kadar tinggi.
2. Stockpile digunakan untuk menyimpan material yang akan digunakan
pada saat yang akan datang, material yang akan disimpan dibagi
menjadi :
a. Bijih kadar rendah yang dapat diproses pada saat yang akan datang.
b. Tanah penutup atau tanah pucuk yang dapat digunakan untuk
reklamasi.
• Rancangan waste dump sangat penting untuk perhitungan keekonomian.
Lokasi dan bentuk dari waste dump dan stockpile akan berpengaruh
terhadap jumlah gilir truk yang diperlukan, demikian pula biaya operasi
dan jumlah truk dalam satu armada yang diperlukan.
• Daerah yang diperlukan untuk waste dump pada umumnya luasnya 2 – 3
kali dari daerah penambangan (pit), hal ini disebabkan beberapa faktor
yaitu :
a. Material yang telah dibongkar (loose material) berkembang 30 – 45
% dibandingkan dengan material in situ
b. Sudut kemiringan untuk suatu dump umumnya lebih landai dari
pit
c. Material pada umumnya tidak dapat ditumpuk setinggi kedalaman
dari pit.
21
3.2.1 Jenis Dump
Pembagian jenis dump sebagian besar berdasarkan lokasi tempat dump
tersebut, pembagian ini diantaranya :
1. Valley Fill / Crest Dumpsm
a. Dapat diterapkan di daerah yang mempunyai topografi curam.
Dumps dibangun pada lereng.
b. Elevasi puncak (dump crest) ditetapkan pada awal pembuatan
dump. Truk membawa muatannya ke elevasi ini dan membuang
muatannya ke lembah di bawahnya. Elevasi crest ini dipertahankan
sepanjang umur tambang.
c. Dump dibangun pada angle of repose.
d. Membangun suatu dump ke arah atas (dalam beberapa lift) pada
daerah yang topografinya curam biayanya mahal. Dumping akan
mulai pada kaki (toe) dari dump final yang berarti pengangkutan
truk yang panjang pada awal proyek.
e. Diperlukan usaha yang cukup besar untuk pemadatan yang
memenuhi persyaratan reklamasi.
2. Terraced Dump / Timbunan yang dibangun ke atas (dalam lift)
a. Dapat diterapkan jika topografi tidak begitu curam pada lokasi
timbunan.
b. Timbunan dibangun dari bawah ke atas. Tiap lift biasanya 10-20
meter tingginya.
c. Ada untung ruginya dari segi ekonomi antara jarak horisontal
untuk perluasan lift terhadap kapan memulai suatu lift baru.
d. Lift-lift berikutnya terletak lebih ke belakang sehingga sudut lereng
keseluruhan (overall slope angle) mendekati yang dibutuhkan
untuk reklamasi.
22
3.2.2 Pemilihan Lokasi Dump
Pemilihan lokasi dump dengan pertimbangan beberapa faktor, diantaranya
a. Lokasi dan ukuran pit sebagai fungsi waktu.
b. Topografi.
c. Volume waste rock sebagai fungsi waktu dan sumber.
d. Batas KP
e. Jalur penirisan yang ada.
f. Persyaratan reklamasi.
g. Kondisi pondasi.
h. Peralatan penanganan material.
Selama rancangan detail dapat dipertimbangkan beberapa lokasi yang
berbeda untuk perbandingan faktor ekonomik.
3.2.3 Parameter Rancangan
Penentuan rancangan dump mempertimbangkan parameter sebagai
berikut :
1. Angle of Repose
a. Batuan kering run of mine umumnya mempunyai angle of repose
antara 34 – 37 derajat.
b. Sudut ini dipengaruhi oleh tinggi dump, ketidak teraturan bongkah
batuan, kecepatan dumping.
c. Dapat dibuat pengukuran pada sudut lereng (bongkah-bongkah
alami (talus) yang ada di daerah tersebut.
2. Faktor pengembangan (load factor)
a. Pada batuan keras, faktor pengembangan pada umumnya antara 30
dan 45%. Satu meter kubik in situ akan mengembang menjadi 1.3
- 1.45 meter kubik material lepas (loose).
b. Pengukuran bobot isi loose dapat dilakukan.
c. Dengan waktu, material dapat dikompakkan 5 – 15%. Material
yang dibuang dengan truk akan menjadi lebih kompak daripada
material yang dibuang oleh ban berjalan (belt conveyor stackes)
23
3. Tinggi lift / jarak setback
a. Hanya berlaku untuk dump yang dibangun ke atas (dengan lift).
b. Tinggi lift umumnya adalah 10 – 20 meter.
c. Rancangan jarak setback sedemikian rupa sehingga sudut
kemiringan keseluruhan rata-rata (average overall slope angle)
adalah 2H : 1V (27 derajat) sampai 2.5H : 1V (22 derajat) untuk
memudahkan reklamasi.
4. Jarak dari pit limit
a. Jarak minimum adalah ruangan yang cukup untuk suatu jalan
antara pit limit dan kaki timbunan (dump toe). Kestabilan pit akibat
dump harus diperhitungkan.
b. Jarak yang sama atau lebih besar dari kedalaman pit akan
mengurangi resiko yang berhubungan dengan kestabilan lereng pit.
3.3 Pemindahan Tanah Mekanis
Penggalian mekanik pada tambang terbuka antara lain :
1) Penggaru : tanah yang sangat kompak, batubara atau batuan yang lunak
atau telah mengalami pelapukan.
2) Roda mangkuk dan cutting-head Excavators : tanah dan batubara.
3) Auger and highwall miners : batubara.
4) Mesin gali mangkuk mekanis : endapan aluvial, koral dan tanah (di bawah
air).
3.3.1 Penggalian dan Pemuatan
Semua satuan operasi yang terlihat dalam penggalian atau pemindahan
tanah/ batuan selama penambangan disebut penanganan material (material
handling). Pada siklus operasi, dua operasi utama adalah pemuatan dan
transportasi dengn kerekan sebagai operasi optimal ketiga, jika transportasi
vertikal diperlukan.
Penanganan material pada tambang mekanisasi modern berpusat pada
peralatan. Skala peralatan pada tambang terbuka semakin bertambah besar.
24
Batas atas ukuran truk meningkat menjadi 300 ton, 170 m3 untuk dragline,
140 m3 untuk shovel dan 8400 m3 untuk bucket wheel Excavator.
Klasifikasi untuk peralatan tambang untuk penggalian–pemuatan dapat
dilihat pada Tabel 3.1 serta keuntungan dan kerugian dari berbagai alat dapat
dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.1 Klasifikasi Peralatan Penggalian Dan Pemuatan
(Hartman, H. L., 1987,)
Tabel 3.2
Perbandingan Shovel, Dragline Dan Bucket Wheel Excavators (Hartman, H. L., 1987)
Alat Keuntungan Kerugian
Shovel 1. Biaya modal rendah per yd3 (m3) atas
kapasitas mangkuk, meskipun bila
memperhitungkan panjang boom atau
berat mesin, gambaran kasar biaya-biaya
modal adalah ekivalen.
2. Menggali lebih baik terhadap material
keras dan hasil peledakan.
3. Dapat memilah-milah dengan baik.
1. Dapat terjadi kehancuran batubara pada
perolehan yang kecil.
2. Dimasuki oleh luncuran timbunan dan
banjir pada pit.
3. Tidak mudah menangani timbunan yang
kestabilannya rendah.
4. Tidak mudah menggali box cut.
5. Mengurangi penutup kemampuan
kedalaman dibandingkan dengan
dragline atas perbandingan ongkos.
6. Sulit digerakkan.
Dragline 1. Operasinya luas dan mudah digerakkan.
2. Kemampuan menggalinya besar.
3. Dapat menangani dan menimbun tanah
penutup yang memiliki kestabilan
rendah.
1. Membutuhkan persiapan permukaan.
2. Tidak dapat dengan baik menggali hasil
peledakan yang buruk.
3. Biaya modal lebih besar per yd3 (m3) atas
kemanpuan mangkuk meskipun
Operation Category of Method Machine (Application) Surface Cyclic Shovel Power shovel, front-end loader, hydraulic Excavator,
Backhoe (mining ore, stRipping overburden) Dragline Crawler, walking (stRipping overburden) Dozer Rubber tired, crawler (blade) Scraper Rubber tired, crawler Blasting Explosive stRipping (overburden) Continuous Mechanical
Excavator Bucket wheel (BWE) (overburden), cutting-head (soil, coal)
Highwall mining Auger, highwall miner (coal) Dredging Bucket leader, hydraulic (placer)
(bersambung...)
25
4. Aman dari luncuran tumpukan tanah dan
longsoran pit selama operasi normal
5. Presentase perolehan batubaranya besar
& meminimkan kehancuran.
6. Menggali lebih dalam box cut.
7. Biaya perawatan kecil.
8. Dapat memilah-milah dengan baik.
9. Tidak terpengaruh golongan lapisan
batubara dari atas.
10. Dapat digerakkan ke seberang arah.
panjang boom dan berat mesin
diperhitungkan. Gambaran dasar biaya
modal adalah ekivalen.
Bucket wheel 1. Operasinya kontinu.
2. Interval jangkauannya panjang.
3. Dapat beroperasi pada dinding jenjang
yang tinggi dan pada lapisan batubara.
4. Dapat dengan mudah menjangkau
karakteristik tumpukan dan kestabilan
yang buruk.
5. Dapat memperluas interval shovel &
dragline jika beroperasi secara tandem.
6. Dapat langsung menyediakan dataran
untuk reklamasi.
1. Tidak dapat menggali material keras
sampai dengan 20 MPa.
2. Membutuhkan sejumlah persiapan
permukaan.
3. Ketersediaan rendah.
4. Tidak membutuhkan awak perawatan
yang banyak.
5. Biaya modal besar dibandingkan dengan
hasil (untuk short term).
6. Dapat dimasuki luncuran timbunan dan
banjur.
7. Dapat menyebabkan kehancuran
batubara dengan menghasilkan perolehan
batubara yang kecil.
8. Mobilitas rendah.
Untuk menangani dan memuat material ke atas alat-angkut dipergunakan
bermacam-macam alat-gali-muat, antara lain :
a. Power shovel
b. Hydraulic shovel
c. Dragline
d. Backhoe
e. Wheel loader
f. Truck loader / shovel loader
g. Bucket whee Excavator
h. Clamshell / Grab bucket
(...sambungan)
26
i. Overhead Shovel Loader
j. Continuous Miner
k. Buldozer
Untuk memilih alat gali muat yang akan dipakai harus mempertimbangkan
beberapa parameter lapangan seperti ditunjukkan pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4.
Bila faktor kondisi pengangkutannya juga akan diperhatikan, maka pemilihan
peralatan kombinasi gali/muat dan angkut yang hendak dipakai dapat mengacu
pada Tabel 3.5, Tabel 3.6 dan Tabel 3.7. Masing-masing tabel tersebut membagi
kondisi materialnya menurut:
• tanah pucuk (top soil)
• lapisan penutup (overburden)
• batubara
Tabel 3.3 Urutan pembongkaran batuan berdasarkan kuat tekan uniaksial
(Partanto Prodjosumarto,1993) Metode σc (MPa) Alat
Penggalian bebas 1 - 10 Shovel loader/BWE
Penggaruan 10 - 25 Ripper
Rock cutting 10 - 50 Rock cutter
Peledakan > 25 Pemboran & peledakan
27
Tabel 3.4 Cara pemilihan alat-gali (Partanto Prodjosumarto,1993)
Jenis alat
Jenis material
Pow
er-s
hove
l
Dra
glin
e
Pow
er S
crap
er
Bulld
ozer
Buc
ket W
heel
Exc
avat
or
Kapa
l ker
uk
Cla
msh
ell
Trac
k-ty
pe L
oade
r
Hyd
raul
ic-s
hove
l
Bac
k-ho
e
1. Mudah digali + + + + + + + + + + 2. Agak mudah digali + + + + + + - - + + 3. Agak sukar digali + + - + + + - - - - 4. Sangat sukar digali + - - - - - - - - - Keterangan : (+) : alat-gali dapat bekerja (-) : alat-gali sukar atau tidak dapat bekerja tanpa bantuan alat lain atau peledakan
Tabel 3.5
Pembobotan pemilihan alat untuk pemindahan tanah pucuk (Partanto Prodjosumarto,1993)
Keterangan : 1 = harus dipertimbangkan 2 = bisa dipertimbangkan 3 = bisa dipertimbangkan dalam kondisi-kondisi tertentu 4 = bisa dipertimbangkan dalam situasi khusus A = tinggi B = sedang C = rendah
Doz
ers
Fron
t-nd
Load
ers
Ele
vatin
g
Pul
l-pow
er
With
Pus
h Tr
acto
r
Dra
glin
e
Sho
vel a
nd T
ruck
Buc
ket W
heel
Exc
avat
or
Fro
nt-
en
d L
oa
de
r &
Tru
ck C
om
bin
a
Hyd
raul
ic S
hove
l / T
ruck
Tebal tanah pucuk (m) 0 - 0,6 m 1 1 1 1 1 3 1 1 0,6 - 1,5 1 1 1 1 1 3 4 3 1 1 0 - 100 1 1 2 2 1 3 1 100 - 150 2 2 1 1 1 4 3 1
Jarak angkut (m) 150 - 300 1 1 1 4 3 2 300 - 500 1 1 1 4 2 1 > 500 2 2 2 4 1 1
Fleksibilitas pada berba- Baik A A A A A A A B A A gai kondisi lapangan Biasa A A A A A A B B B A Buruk B B B B B A C C C B
28
Tabel 3.6
Pembobotan pemilihan alat untuk pemindahan lapisan penutup (Partanto Prodjosumarto,1993)
Keterangan : 1 = harus dipertimbangkan 2 = bisa dipertimbangkan 3 = bisa dipertimbangkan dalam kondisi-kondisi tertentu 4 = bisa dipertimbangkan dalam situasi khusus A = tinggi B = sedang C = rendah
Dra
glin
e
Pow
er S
hove
l
Sho
vel a
nd T
ruck
Com
bina
tion
Fron
t-end
Loa
ders
Doze
rs
Fron
t-end
Loa
der &
Tru
ck C
ombi
natio
n
Buc
ket W
heel
Exc
avat
or
Ele
vatin
g S
crap
er
Pull-
pow
er S
crap
er
Scra
per W
ith P
ush
Trac
tor
Hyd
raul
ic S
hove
l / B
ackh
oe
0 - 10 m 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Tebal 10 - 20 m 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 - 30 m 1 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 30 m 1 2 3 4 4 4 2 3 3 3 3 Fragmentasi buruk 3 1 1 3 1 3 - - - - 1 Karakteristik Agak bongkah-bongkah 2 1 1 2 1 2 - 2 2 2 1 Fragmentasi baik 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 Unkonsolidasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 - 50 m 1 1 - 1 1 - 2 - - - 1
50 - 100 m 1 - 2 1 1 - 1 - - - 1 Jarak angkut 100 - 150 m 2 - 1 2 2 3 1 3 3 3 1
150 - 300 m - - 1 - - 1 - 1 1 1 2 > 300 m - - 1 - - 1 - 1 1 1 1
Karakteristik pendukung Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 lapisan batubara Sedang 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1
Buruk 1 4 4 2 2 2 4 1 1 1 1 - Kapasitas pemisahan - A C A A B A A A A A A- Kemampuan / produksi - A A B A A B A A A A AFleksibilitas pada berba- Baik A A A A A A B A A A Agai kondisi lapangan Biasa A B B B A A B A A A A Buruk A C C C B B C B B B BMobilitas - B B B A A A C A A A A
29
Tabel 3.7 Pembobotan pemilihan alat untuk pemuatan batubara
(Partanto Prodjosumarto,1993) Keterangan : 1 = harus dipertimbangkan 2 = bisa dipertimbangkan 3 = bisa dipertimbangkan dalam kondisi-kondisi tertentu 4 = bisa dipertimbangkan dalam situasi khusus A = tinggi B = sedang C = rendah
Sho
vel
Fron
t-end
Loa
ders
(Rub
ber T
yred
)
Hig
h Li
fts (T
rack
s)
Hyd
raul
ic S
hove
l / B
ackh
oe
Sel
f-loa
ding
Ful
l-pow
ered
Elev
atin
g
Und
er-p
ower
ed W
ith T
ract
or
Buck
et W
heel
Exc
avat
or
0,3 - 1,0 m 2 1 1 2 1 1 1 4
1,0 - 1,5 m 1 1 1 1 1 1 1 3
Tebal lapisan batubara 1,5 - 3,0 m 1 1 1 1 2 2 2 2
3,0 - 7,5 m 1 2 2 1 3 3 3 1
> 7,5 m 1 3 3 1 4 4 4 1
Sangat
terfragmentasi/lunak
1 1 1 1 1 1 1 1
Fragmentasi Terfragmentasi sedang 1 1 1 1 2 2 2 3
Terfragmentasi rendah/keras 1 3 2 1 4 3 4
Sangat lunak 4 1 1 1 1 1 1 3
kondisi lantai tambang Sedang 1 1 1 1 1 1 1 2
Keras 1 1 1 1 1 1 1 1
Mobilitas - B A A A A A A B
Fleksibilitas pada
berba-
Baik A A A A A A A B
gai kondisi lapangan Biasa B B B A A A A B
Buruk C B B B B B B C
Tinggi 1 1 3 1 1 1 1 2
Kebutuhan produksi Sedang 1 1 1 2 1 1 1 1
Rendah 1 1 1 3 1 1 1 1
30
3.3.2 Pengangkutan
Pengangkutan merupakan bagian penting dalam suatu penambangan.
Klasifikasi metoda pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 3.8
Tabel 3.8
Klasifikasi Metoda Pengangkutan (Hartman, H. L., 1987)
Gradeability (Degrees)Operation Method Haul Distance
Avg. Max.
Surface Rail (train) Unlimited 2 3 Truck, trailer 0.2 – 5 mi 8 12 (0.3 – 8 km) Scraper (rubber-tired) 500 – 5000 ft 12 15 (150 – 1500 m) Front-end loader < 1000 ft 8 12 (300 m) Dozer < 500 ft 15 20 (150 m) Skip < 8000 ft vert. Unlimited (2400 m) Aerial tramway 0.5 – 5 mi 5 20
Cyclic
(0.8 – 8 km) Belt conveyor 0.2 – 10 mi 17 20 (0.3 – 16 km) High-angle conveyor < 1 mi 40 60 (1.6 km)
Continuous
Hydraulic conveyor Unlimited Unlimited
Untuk alat angkut yang paling banyak digunakan (truk jungkit), dapat
dijumpai 4 (empat) tahap, yaitu pemuatan, pengangkutan, penuangan dan
kembali kosong (lihat Gambar 3.12). dan Tabel 3.9 menyimpulkan
keuntungan dan kerugian beberapa alat angkut
31
Gambar 3.12
Daerah Kerja Pengangkutan Pada Tambang Terbuka (Martin, James A., et. al.,1982)
Tabel 3.9 Perbandingan Beberapa Alat Angkut (Pfleider, 1973 dan Martin dkk., 1982)
Mesin Keuntungan Kerugian
Dozer 1. Luwes.
2. Kemampuan tanjakan baik.
1. Terbatas untuk angkutan pendek.
2. Tak kontinu.
3. Produksi kecil, lambat.
Truk gandengan 1. Luwes dan mudah digerakkan.
2. Menangani batuan kasar, besar.
3. Kemampuan tanjakan sedang
1. Membutuhkan jalan angkut
yang baik.
2. Pelan saat cuaca buruk.
3. Ongkos operasi tinggi.
(bersambung...)
32
Scraper (roda karet) 1. Luwes dan mudah digerakkan.
2. Kemampuan tanjakan baik.
1. Mungkin membutuhkan
dorongan pemuatan.
2. Terbatas untuk tanah, fragmen
kecil.
3. Ongkos operasi tinggi.
Kereta api 1. Produksi besar, ongkos murah
2. Jarak angkut tak terbatas.
3. Menangani batuan kasar, besar.
1. Biaya perawatan rel.
2. Kemampuan tanjakan buruk.
3. Ongkos operasi tinggi.
Ban berjalan 1. Produksi besar, kontinu.
2. Kemampuan tanjakan sangat baik.
3. Biaya operasi kecil.
1. Tidak luwes.
2. Terbatas untuk batuan kecil atau
hancur.
3. Biaya investasi tinggi.
Beberapa bagian dari pengangkutan ini meliputi :
1) Pengangkutan bijih/ore dari daerah penambangan ke tempat penumpukan
(ROM Stockpile/Temporary Stockpile)
2) Pengangkutan waste/overburden ke lokasi waste dump/dump area (baik
berupa tanah pucuk/humus ataupun lapisan penutup).
3) Pengangkutan bijih/ore dari lokasi penumpukan ke lokasi pembeli (dalam
rangka pemasaran).
Ada berbagai alat-angkut yang dapat dipergunakan didalam Pemindahan Tanah
Mekanis antara lain :
1. Truk jungkit atau truk curah (dump Truck)
2. Power scraper
3. Conveyors
4. Lori dan lokomotif
5. Cableway transportation
6. Pipa dan pompa
7. Skip
8. Cage
9. Tongkang (barge) dan kapal tunda (tug boat)
10. Kapal curah (bulk ore ship)
(...sambungan)
33
Untuk memilih alat-angkut yang sesuai harus dipertimbangkan berbagai kondisi
medan kerja (lihat Tabel 3.10).
Tabel 3.10 Cara pemilihan alat-angkut (Partanto Prodjosumarto,1993)
Keterangan : 1 = baik/cocok untuk digunakan. 2 = dapat/boleh digunakan. 3 = biasa digunakan untuk kondisi tertentu. 4.= bisa dipakai pada keadaan khusus.
Bulld
ozer
Tr
acto
r-dra
wn
Scra
per
U
nder
Pow
ered
, Rub
ber t
ired
Scr
aper
Al
l-whe
el-d
river
Scr
aper
Rubb
er-ti
red
Trac
tor
With
Tra
iler T
ract
or
Rea
r Dum
p
Sem
i-tra
iler R
ear D
ump
Sem
i-tra
iler B
otto
m D
ump
Trai
n
Con
veyo
r
Skip
Pipe
line
Material bongkah2an 1 1 1 1 1 maks. 3 cm 1 1 1 1 2 1 maks. 2 cm 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 Panjang 0- 100 m 1 1 2 3 3 3 1 3 3 4 4 4 jalan angkut 100- 170 m 2 1 1 2 2 3 1 2 2 4 4 4 170- 330 m 2 1 1 1 2 1 1 1 4 4 4 330- 500 m 3 2 1 1 1 1 1 1 4 4 4 500-1.670 m 1 1 1 1 1 1 3 4 4 1.670-3.330 m 3 3 2 1 1 1 2 2 3 3.330-5.000 m 3 1 1 1 1 1 3 > 5.000 m 2 2 2 1 1 2 Keadaan tanah baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 basah, lunak 1 1 3 3 2 Kemiringan 3 % 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 jalan 5 % 1 1 3 2 1 2 1 2 2 2 1 4 4 10 % 1 1 3 3 3 1 3 3 1 3 4 15 % 1 1 3 3 1 1 2 4 20 % 1 1 4 > 20 % 4 1 4 Fleksibilitas baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 sedang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 buruk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 Produksi per baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 4 hari sedang 3 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 4 buruk 2 1 1 1 1 1 1 1 2 4 Tonase kecil 1 1 1 1 1 1 1 1 1 keseluruhan sedang 3 3 1 1 1 1 1 1 3 2 3 4 besar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4