89
BAB III PERGAULAN BEBAS DI MESIR
Sastra yang ditulis oleh pengarang pada kurun waktu tertentu pada
umumnya langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu
(Luxemburg dalam Sangidu, 2007:41). Novel “Asywa>k” karya Qutb
merupakan deskripsi pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan di Mesir
dalam kurun waktu tahun 1906-1947, tahun dimana Qutb lahir sampai novel
“Asywa>k” diterbitkan. Peristiwa penting di Mesir yang terjadi dalam kurun
tersebut adalah terjadinya revolusi pada tahun 1919, yaitu tentara Inggris
menduduki Mesir (Mitchell, 2005:5). Hal ini berawal dari dibukanya kembali
Teruzan Suez yang menghubungkan antara Eropa dan Asia, sehingga
menyebabkan ekspansi imperialisme Barat ke benua Timur dan Mesir (Noor,
2014:281). Menurut Iswati akibat dari dibukanya Terusan Suez ini antara lain
proses Eropanisasi bangsa Asia menjadi dipercepat, pantai Afrika utara menjadi
rebutan negara-negara imperialis Barat terutama Mesir, dan paham-paham
Barat masuk ke Asia (2012:92).
Mesir sebagai pemilik Terusan Suez memiliki daya tarik bagi Inggris
dari segi ekonomi dan militer (Iswati, 2014:93). Sebab Terusan Suez
menguntungkan Inggris dalam perdagangan dan upayanya dalam membentuk
Britania Raya (Noor, 2014:274). Inggris ingin menguasai Mesir dengan jalan
meminjamkan dana terhadap Mesir, dan ketika Mesir tidak sanggup membayar
dan menjual saham-sahamnya, Inggris masuk dan ikut campur dalam
pemerintahan sehingga pada akhirnya menimbulkan nasionalisme Mesir
(Iswati, 2014:93). Dengan demikian, dari sana terjadi penyebaran budaya-
budaya Barat di Mesir dengan mudah. Adapun pembahasan mengenai
90
pergaulan bebas dalamnovel “Asywa>k” berdasarkan sosiologi pengarang dan
sosiologi karya sastra dibahas lebih detail sebagai berikut:
A. SOSIOLOGI PENGARANG
Pembahasan mengenai masalah sosiologi pengarang adalah berkaitan
dengan diri pengarang, yaitu meliputi jenis kelamin, tempat kelahiran, status
sosial, profesi, ideologi, latar belakang, ekonomi, agama dan keyakinan, tempat
tinggal, serta kesenangan yang dimiliki pengarang (Kasnandi dan Sutejo,
2010:59). Berikut informasi mengenai pengarang dan pendapat pengarang
mengenai novel “Asywa>k”:
1. Biografi Sayyid Qutb
Ibrahim Husein Syadzili Sayyid Qutb (1906—1966 M) adalah salah seorang
penulis, pemikir, dan aktivis Islam terkemuka (‘Imarah, 2009: 273). Qutb lahir
pada tanggal 9 Oktober 1906 di desa Musya>, provinsi Asyuth, Mesir. Dia berasal
dari keluarga yang cukup terpandang dan tumbuh dalam tuntunan Islam yang
kental .Qutb mengenyam bangku pendidikan hingga bergelar sarjana. Riwayat
pendidikan Qutb yaitu bersekolah di Pra-Sekolah Dasar (SD) dan SD, kemudian
melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru Tingkat Pertama. Setelah itu Qutb
melanjutkan pendidikan ke Kairo di universitas Da>r al-U>lum dan mendapat gelar
sarjana Licence dalam bidang bahasa dan sastra Arab (Al-Khalidiy, 2016:23, 43-
44, 79-80). Berikut keterangan lebih rinci mengenai diri Qutb:
a. Secara Fisik
Qutb adalah seorang laki-laki pemberani bertubuh tegap (An-Nadwiy
dalam Al-Khalidiy, 2016:59). Dia memiliki kulit cokelat dan bertubuh
tinggi sedang, dengan ukuran tubuh juga sedang, tidak gemuk dan tidak
91
kurus. Sejak kecil beliau menderita berbagai penyakit yang membuat
tubuhnya lemah. Meskipun demikian, dalam menulis, Qutb memilki gaya
bahasa yang lugas dan keras (Al-Khalidiy, 2016:60).
Al-Khalidiy (2016:60) menyatakan bahwa selain penyakit, beliau juga
mengalami berbagai siksaan fisik yang berakibat buruk terhadap
kesehatannya selama di penjara; dipindahkan dari satu penjara ke penjara
lain. Bahkan, beliau pernah menghuni penjara dengan lantai yang dingin
tanpa terkena sinar matahari sama sekali, dan hal tersebut berlangsung
dalam jangka waktu yang lama. Fisik Qutb berubah menjadi tidak setegap
dan segagah sebelumnya, namun jiwanya tetap besar melahirkan banyak
karya, revolusioner, serta menginspirasi bagi para mujahid (Al-Khalidiy,
2016:61).
b. Tempat Kelahiran
Qutb lahir di desa Musya >(Arab: Musya>h), sebuah desa di provinsi
Asyuth, Mesir. Desa ini terkenal dengan sebutan kampungnya Syeikh
Abdul Fattah, seorang tokoh penting di sana. Sebagian besar penduduk
desa ini menganut agama Islam dan sebagian kecil ada yang menganut
agama Nasrani. Pada umumnya keluarga nasrani tinggal di kampung lama
yang terletak di punggung bukit dan beradasekitar lima kilometer dari
kantor kepala desa (Al-Khalidiy, 2016:23, 36).
Secara geografis, desa Musya> terletak di antara dua bukit kecil yang
mengapit kawasan permukiman dan pertanian desa. Desa ini memiliki area
khusus yang luas untuk menggarap tanaman mereka, sebab letak desa
adalah di bantaran sungai Nil yang melintasi areal pertanian. Karena
92
terlampui luas, jumlah petani penggarap kalah jauh dibandingkan bidang
tanah yang digarap.Mereka menanam berbagai macam sayuran dan buah-
buahan (Qutb dalam Al-Khalidiy, 2016:37).
Setiap tahun, desa tempat kelahiran Qutb melewati tiga musim tani;
musim air naik, musim panen, dan musim memetik kapas. Musim air naik
terjadi ketika air sungai Nil meluap saat musim panas tiba. Air sungai
meluap dan menggenangi seluruh areal pertanian hingga satu atau dua
meter bahkan lebih.Sementara permukiman seperti pulau di tengah lautan,
dan sarana transportasi rakit dan perahu-perahu kecil (Al-Khalidiy,
2016:37).
Penduduk desa Musya> hidup dengan rukun, saling gotong-royong, dan
tidak membeda-bedakan kelas sosial. Tidak ada kelas pembantu seperti di
kota-kota atau beberapa desa dan tempat lain, yakni pembantu
kedudukannya hampir sama dengan budak. Meskipun diantara mereka
terdapat orang miskin, orang tersebut tidak memanggil majikannya dengan
“ndoro”, melainkan dengan kata “paman” (ammu)atau “bibi” (imra’ah
‘ammi). Mereka dapat bekerja di rumah, di kebun, atau menggembala
ternak seharian dan saat menjelang malam mereka pulang ke rumah seperti
majikan mereka (Qutb dalam Al-Khalidiy, 2016:39).
c. Status Sosial
Kedudukan Qutb dalam masyarakat sebagai seorang tokoh yang
memiliki pengaruh besar. Selain berasal dari keluarga yang terpandang
dan berpendidikan yang tinggi, Qutb adalah penulis, pemikir, dan aktivis
Islam terkemuka yang menyibukkan diri dalam aliran dan gerakan Islam
93
kontemporer. Dalam dunia kepenulisan, Qutb adalah seorang penyair,
sastrawan, dan pengamat sastra yang terjun dalam berbagai peperangan
kritik sastra melawan banyak tokoh dan pengamat sastra terkemuka
(‘Imarah, 2009:273).
Pada 1949 M, Qutb pernah mengkritik Taufiq Hakim dalam drama
Edipe yang diilhami cerita-cerita Yunani dan keyakinan berhalaisme yang
bertentangan dengan Islam, dengan memanfatkan seni Barat tanpa
mengambil isinya berupa keyakinan dan pemikiran. Sebelumnya Qutb
memulai studi tentang seni Islam dalam bukunya “Gambaran Seni dalam
Qur’an” (At-Tashwirul Fanni fil Qur’an) pada tahun 1945 M (‘Imarah,
2009:275).
Pada era 1950 sampai 1960 Qutb adalah anggota utama Ikhwanul
Muslimin(IM) Mesir. IM merupakan organisasi dakwah islamiyah yang
berperan besar dalam revolusi Mesir pada 23 Juli 1952 M. Qutb menjadi
penasihat dewan pimpinan revolusi bidang kebudayaan dan perburuhan,
kemudian diangkat menjadi sekretaris pembantu Ha’ah At-Tahrir,
organisasi revolusi pertama yang berdiri pada Januari 1952 M. Pasca
peristiwa upaya pembunuhan presiden Gamal Abd Nasser yang
dituduhkan kepada IM, Qutb dimasukkan penjara dan divonis kerja paksa
selama lima belas tahun. Setelah lima belas bulan pembebasan dari
penjara, Qutb kembali dipenjara pada Agustus 1965. Dia dituduh
memimpin organisasi baru yang mengideologikan pemikirannya yang
baru, sehingga dihukum mati. Qutb digantung dan menjadi syahid pada
tanggal 26 Agustus 1966 M (‘Imarah, 2009:277).
94
d. Profesi
Profesi Qutb adalah guru dan pegawai kementerian. Menurut ‘Imarah
Qutb mulai masuk ke sekolah Awwaliyah (pra Sekolah Dasar) di desanya
selama 4 (empat) tahun pada umur 6 (enam) tahun. Di madrasah tersebut,
Qutb menghafalkan al-Qur’an al-Karim.Kemudian pada tahun 1921 M, dia
pindah ke Kairo untuk meneruskan belajarnya.Setelah meraih ijazah Al-
Kafa’ah, dia menjadi guru di sekolah Awwaliyah dan meneruskan studi di
sekolah persiapan Da>r al-‘Ulu>m dilanjutkan ke sekolah tinggi Da>r al-
‘Ulu>m dan lulus pada tahun 1933 M (2009:274).
Setelah menyelesaikan studinya di Da>r al-‘Ulu>m pada tahun 1933,
Qutb bekerja sebagai guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) di beberapa
sekolah yang berada di bawah jajaran Kementerian Pendidikan dan
Pengajaran.Pada tanggal 2 Desember 1933, Qutb ditunjuk sebagai
pengajar pada sekolah Persiapan ad-Dawudiyyah yang terletak di
Kairo.Dia memperoleh gaji senilai 6 (enam) pound Mesir.setelah 2 (dua)
tahun mengajar, Qutb pindah ke Sekolah Dasar (SD) Dumyath pada 1
September 1935. Kondisi cuaca yang tidak sesuai dengan kondisi
kesehatan Qutb membuatnya mengajukan perpindahan ke SD Bani Suwaif
pada 1 Desember 1935.Qutb kembali dipindahkan pada 1 November 1936
ke SD Helwan.Setelah lebih dari 6 (enam) tahun mengajar, dia pindah
bekerja di Kementerian Pendidikan pada 1 Maret 1940 (Al-Khalidiy,
2016:88-89).
Qutb di Kementerian Pendidikan bertugas sebagai redaktur bahasa
Arab, pada bagian Penilik Pengetahuan Umum. Pada tanggal 17 April
95
1940, dia dipindahkan ke Biro Terjemahan dan Statistik. Tidak lama
setelah itu, dia dipindahkan dan ditunjuk sebagai Penilik Pendidikan
Dasar. Mutasi ini dilakukan sebagai hukuman atas kemarahan Menteri
Pendidikan akibat aktivitas Qutb dalam bidang keilmuan, sastra, dan
politik. Pada April 1945 dia kembali ditarik ke Biro Pengetahuan Umum
sampai tahun 1948. Pada 3 November Qutboleh Kementerian diberi tugas
ke Amerika untuk mendalami bidang pendidikan dan dasar-dasar
metodologinya (Baqi dalam Al-Khalidiy, 2016:89-90).
Sewaktu bekerja di Kementerian, Qutb aktif dalam usulan-usulan
perbaikan mulai dari praktik pendidikan, pola, cara, sampai sarana
pendidikan di Kementerian dengan sikap yang berani, terbuka, dan lugas.
Selain itu, dia juga membuat rancangan untuk kemajuan melalui penelitian
dan membuat laporanUsulan yang disampaikan Qutb anatara lain;
pengubahan metode pendidikan di kampus Da>r al-‘ulu>m, meperbaiki
kurikulum mata pelajaran tata Bahasa Arab (nahwu), balaghah,morfologi
(sharf), dan dikte (imlak) (Al-Khalidiy, 2016:91-92).
Pada 18 November 1952 Qutb mengajukan pengunduran diri dari
Kementerian, karena adanya hubungan tidak baik antara Pemerintahan
Revolusi dan Kelompok IM, kelompok yang diikuti Qutb. Qutb telah
bekerja di Kementerian selama 18 tahun, 10 bulan, 16 hari.Pengunduran
diri Qutb dihalangi oleh rekannya Menteri Isma’il al-Qubbaniy yang
menyukai kinerja Qutb dan menyayangkan apabila keluar. Al-Qubbaniy
melakukan berbagai cara dan sengaja mengulur waktu agar Qutb menarik
kembali surat pengunduran dirinya. Akan tetapi Qutb tetap bersikukuh
96
untuk keluar dari Kementerian dan akhirnya dikabulkanoleh kabinet
Pemerintahan Revolusi pada13 Januari 1954 (Al-Khalidiy, 2016:90-91).
e. Ideologi
Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas
pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
hidup, cara berpikir, paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu
program sosial politik (KBBI, 2008:517). Pada dunia perpolitikan, Qutb
terlibat dan mengenal beberapa fase yang berbeda-beda, mulai dari Partai
Al-Wafd, Al-Haiah, dan terakhir bergabung dengan Al-Ikhwan al-
Muslimun atau yang biasa disebut dengan Ikhwanul Muslimin (IM)
(‘Imarah, 2009:276).
Adapun ideologi Qutb secara pribadi, dia mengalami beberapa tahap
perubahan: 1) masa kecil tumbuh dalam tuntunan Islam kental, 2)
kemudian ketika pindah ke Kairo, dia mulai mengkaji sastra, kritik,
analisis, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, serta mengenal kebudayaan
materialisme Barat. Sejak saat itu dia dilanda kebimbangan dan
meragukan hakikat serta eksistensi agama, 3) dan terakhir kebimbangan
Qutb sirna pada tahun 1940, dia kembali pada keimanan Islam, pemikiran
yang islami, medan dakwah, pergerakan, dan jihad (Al-Khalidiy,
2016:153,155,170).
Qutb kecil tumbuh dalam tuntunan nilai-nilai luhur dan keimanan
Islam yang ditanamkan oleh kedua orangtuanya.Ayah Qutb merupakan
sosok yang selalu komitmen pada ajaran agama yang dianutnya; rajin
datang ke masjid tanpa melupakan kewajibannya kepada yang berhak,
97
memprioritaskan akhirat dalam segala perilaku dan pikiran, serta selalu
membaca al-Fatihah tiap kali sebelum tidur.Ibu Qutb juga seorang yang
selalu berusaha menjaga keluhuran agama yang dianutnya, menunaikan
kewajiban ritual, serta mengikatkan diri dengan al-Qur’an, serta
mendengarkan bacaan dari para qari’ dengan penuh perhatian. Hal
tersebut membuat Qutb memiliki antusiasme yang tinggi untuk mengikuti
salat berjama’ah di masjidsejak kecil, suka mendengarkan ceramah
mubaligh, serta terlibat dalam diskusi terhadap pelajaran yang diberikan
(Al-Khalidiy, 2016:65).
Setelah melewati masa kecilnya di kampung; menamatkan SD dan
Sekolah Pendidikan Guru Tingkat Pertama pada 1918, Qutb melanjutkan
sekolah ke Kairo dan tinggal di sana. Ketika di Kairo, Qutb mulai
mengenal ajaran, pemikiran, dan falsafah materialisme Eropa dan Barat.
Budaya materialisme Barat ini bertentangan dengan ajaran dan nilai Islam
yang dianutnya.Qutb melahap segala ajaran tersebut, diserap mentah-
mentah tanpa terkecuali, sebab sejak dini Qutb terobsesi menimba
wawasan dan mempelajari kebudayaan. Qutb membaca buku-buku
terjemahan yang berada di perpustakaan besar milik gurunya, Abbas al-
Aqqad. Sejak saat itulah Qutb berada dalam dua idealisme; ajaran Islam
dan materialisme Barat,membawanya dalam kebimbangan dan keresahan
jiwa yang terlihat dalam tulisan dan gubahan syai’irnya (Al-Khalidiy,
2016:78, 153-158).
Setelah lima belas (15) tahun Qutb terlena dan larut dalam dunia
dunia sastra dan budaya Barat, Qutb secara bertahap kembali pada
98
pemahaman Islam dan menjadi pionir pemikir Islam. Perubahan itu
bermula ketika Qutb mempelajari al-Qur’an dengan motivasi sastra di
perpustakaan al-Qur’an “baru”. Qutb memikirkan beberapa alur berpikir
yang disampaikan al-Qur’an kemudian menuangkannya dalam sebuah
buku “Keadilan Sosial dalam Islam” (Al-Ada>lah al-Ijtima>’iyyah fi al-
Isla>m) (Al-Khalidiy, 2016:155, 168-170).
Adapun dalam perpolitikan, Qutb bergabung dengan Partai Al-Wafd
dan loyal sampai tahun 1942. Dia menulis di sejumlah media yang
dikelola partai tersebut, di samping menulis kajian dan puisi. Namun dua
puluh tahun setelahnya dia tidak bergabung dengan partai, kelompok, atau
organisasi mana pun sampai menemukan organisasi yang tepat baginya
yaitu Ikhwanul Muslimin. Dia resmi bergabung dengan IM pada 1953 dan
menghabiskan sisa hidupnya untuk organisasi ini (Al-Khalidiy, 2016:24).
Qutb mengalami perpindahan partai dari Al-Wafd setelah 17 (tujuh
belas) tahun, yaitu sejak berada di sekolah menengah sampai peristiwa
Februari 1942. Peristiwa tersebut adalah ketika Mesir berada di bawah
ancaman Inggris; Duta Besar (Dubes) Inggris menekan raja Faruk dan
untuk mencopot perdana menteri serta meminta Mustafa an-Nahhas,
pemimpin Partai al-Wafd, untuk membentuk kabinet baru dalam batas
waktu 24 (dua puluh empat) jam. Raja dan pimpinan partai Al-Wafd
mematuhi tekanan dari Dubes Inggris tersebut. Adapun Qutb tidak
sepaham dengan keputusanPartai Al-Wafd dan pemimpinnya yang mau
diatur-atur oleh Inggris yang mereka benci, sehingga dia memutuskan
keluar dari partai dan membentuk partai baru, Al-Wafd Garda Depan.
99
Dalam partai barunya, Qutb menghimbau agar seluruh partai politik
mengubah program-program mereka sesuai selera rakyat (Al-Khalidiy,
2016:173-174).
Pada tahun 1945, Qutb memutuskan tidak berafiliasi karena merasa
kecewa. Dalam majalah Ar-Risa>lah yang ditulisnya Qutb mengatakan
bahwa “partai politik masa itu tidak lagi pantas menjadi pemimpin bagi
generasi baru, sebab pola pikir solusi yang setengah hati, yaitu pola pikir
bahwa Inggris adalah negara tak terkalahkan dan kemiskinan adalah
penyakit pribumi. Mereka sudah kehabisan tenaga dan hati mereka sudah
kosong dari rasa percaya pada bangsa dan rakyat mereka sendiri.
Akhirnya pada 1953 Qutb menemukan apa yang dicarinya dalam
organisasi Ikhwanul Muslimin dan bergabung hingga akhir hayat (Al-
Khalidiy, 2016:174-175).
f. Latar Belakang
Di mata masyarakat kampungnya, keluarga Qutb merupakan keluarga
terpandang dan dianggap lebih maju daripada yang lain. Keluarga ini juga
memiliki pegawai yang bekerja menggarap sawahnya dan menerima upah.
Ayah Qutb cukup disegani dan dihormati oleh warga desa karena dianggap
memiliki kedudukan lebih tinggi. Bahkan, ada warga yang suka rela
menawarkan diri untuk membantu keluarga ini. Selain itu, seorang
pegawai pemerintah yang ditempatkan di desa ini rajin berkunjung ke
rumah Qutb. Bahkan, setiap keluarga Qutb mengadakan acara, orang-
orang kampung pasti menghadirinya (Al-Khalidiy, 2016:44).
100
Ayah Qutb adalah seorang yang pekerja keras, dermawan, sadar
politik, dan religious. Adapun ibu Qutb adalah perempuan yang taat
beragama, penyayang, serta tangguh. Ayah Qutb memiliki dua orang istri,
istri pertama ayahnya melahirkan seorang anak laki-laki, dan istri kedua
ayahnya adalah ibu kandung Qutb yang melahirkan 5 (lima) orang anak:
dua laki-laki dan tiga perempuan. Mereka adalah Nafisah, Qutb, Aminah,
Muhammad, dan Hamidah(Al-Khalidiy, 2016:45-50).
Qutb mempunyai akar keturunan India (2009:273). Hal ini diperkuat
oleh pendapat Al-Khalidiy yang menjelaskan bahwa meskipun masih
terdapat beberapa pertentangan mengenai hal tersebut yakni beberapa
penulis biografi Qutb lebih menyukai bahwa Qutb adalah asli Mesir,
namun banyak penulis yang yakin dia berasal dari India, dengan bukti
ucapan Qutb sendiri, “kakek kami yang keenam orang India” (2016:41).
g. Ekonomi
‘Imarah mengatakan bahwa Qutb berasal dari keluarga yang
kondisinya tertutup secara materi (2009:273). Berbeda dengan ‘Imarah,
Al-Khalidiy menyebutkan bahwa Qutb berasal dari keluarga yang cukup
terpandang, walaupun tidak memiliki kekayaan yang berlimpah. Meskipun
sebenarnya keluarga Qutb pernah merasakan bagaimana hidup
bergelimang harta, tetapi lama kelamaan harta itu menyusut karena harus
dibagi-bagi dan diwariskan (2016:43).
Qutb dewasa memiliki kondisi ekonomi yang berkecukupan.Hal
tersebut terlihat dari profesinya sebagai seorang guru PNS di beberapa
sekolah yang berada di bawah jajaran Kementerian Pendidikan dan
101
Pengajaran. Dia memperoleh gaji senilai 6 (enam) pound Mesir.Setelah
tidak bekerja sebagai pengajar, Qutb pindah kerja di Kementerian (Al-
Khalidiy, 2016:88-89). Bahkan, Qutb mampu membeli rumah yang
mulanya disewa, yaitu hunian seluas setengah acre (1 acre kurang lebih
4.047 meter persegi) milik pejabat di Helwan seharga dua ribu pound
(Hamudah dalam Al-Khalidiy, 2016:89).
h. Agama dan Keyakinan
Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta manusia dengan
lingkungannya (KBBI, 2008:15). Adapun keyakinan merupakan bagian
dari agama atau religi yang berwujud konsep yang menjadi keyakinan para
penganutnya (KBBI, 2008:1566). Agama dan keyakinan Qutb sejak lahir
sampai akhir hayatnya adalah Islam. Ketika umur sepuluh tahun, Qutb
sudah mampu menghafal seluruh al-Qur’an. Akan tetapi Qutb di masa
muda pernah mengalami masa kelam yakni terjebak antara tersesat dan
ateisme.Akan tetapi ketersesatan tersebut pada taraf kebimbangan,
kegalauan, dan keraguan, serta tidak sampai pada taraf pengingkaran
(kufur) kepada Allah SWT. Kemudian secara bertahap Qutb kembali pada
cahaya iman Islam dan sirna seluruh kebimbangannya terhadap agama.
Qutb menjadi pionir penggerak dakwah dan jihad, serta bergabung dengan
organisasi Islam Ikhwanul Muslimin (Al-Khalidiy, 2016:69, 159).
Pada era 1950 sampai 1960 Qutb adalah anggota utama IM Mesir.
Pasca peristiwa upaya pembunuhan presiden Gamal Abd Nasser yang
102
dituduhkan kepada IM, Qutb dimasukkan penjara dan divonis kerja paksa
selama lima belas tahun. Namun pemimpin Irak, Abdussalam ‘Arif yang
kagum terhadap tafsiran Qutb yang berjudul fi> zhilalil Qur’an, meminta
agar Qutb dibebaskan, pada bulan Mei 1964 M (‘Imarah, 2009:277).
Pasca pembebasannya dari penjara, pemikirannya berpindah, sehingga
dia menghukumi semua masyarakat Islam sebagai kafir dan jahiliyah dan
menghukumi umat Islam telah keluar (murtad) dari Islam sejak beberapa
abad. Qutb menulis, “sesungguhnya eksistensi umat Islam telah putus
sejak beberapa abad dan yang diharapkan sekarang adalah menjadikan
mereka sebagai muslim kembali”. Dalam fase tersebut, Qutb
mengekspresikannya melalui buku-bukunya hadad-din, al-mustaqbal li
hadzad-din, dan ma’alim fit-thariq (‘Imarah, 2009:278).
Pada tahun 1965 Qutb kembali dimasukkan ke penjara karena dituduh
memimpin organisasi IM dan mengideologikan pemikirannya yang tidak
sepaham dengan keputusan pemerintah yang tunduk terhadap
kependudukan Inggris di Mesir, pasca pembebasannya selama lima belas
bulan. Pada 29 Agustus1966 Qutb dihukum dan digantung di umurnya
yang ke 59 tahun (‘Imarah, 2009: 277). Qutb syahid sebagai mujahid,
namun pemikirannya tetap hidup, dikenang, serta bermanfaat bagi umat
Islam (Al-Khalidiy, 2016:170).
i. Tempat Tinggal
Sejak lahir sampai akhir hayat, Qutb bertempat tinggal di Negara
Mesir.Akan tetapi, suatu waktu dia pernah berkunjung ke Amerika untuk
sebuah tugas atas profesinya di Kementerian Pendidikan dan Pengajaran.
103
Qutb lahir pada tanggal 9 Oktober 1906 di Desa Musya> provinsi Asyuth
dan menghabiskan masa kecil di sana. Pada usia 14 (empat belas)
tahunQutb merantau ke Kairountuk melanjutkan studi dan tinggal di
rumah pamannya Ahmad Husain Utsman, yang terletak di Distrik az-
Zaytun, daerah Mesir lama (Al-Khalidiy, 2016:29).
Setelah menyelesaikan studinya, Qutb bekerja sebagai pengajar dan
berpindah dari suatu daerah ke daerah lain. Pada 1933 Qutb mengajar di
Kairo. Kemudian pada 1935 dia pindah ke Dumyath. Karena cuaca
Dumyath lembab dan tidak cocok dengan kesehatannya, Qutb mengajukan
pindah. Pada tahun 1935 Qutb dipindahkan di SD Bani Suwaif (Al-
Khalidiy, 2016:88-89). Pada 1936 Qutb pindah ke Helwan dan membeli
rumah di daerah tersebut. Awalnya rumah tersebut hanya disewa oleh
Qutb, namun kemudian dia membelinya dengan seharga dua ribu pound
(Hamudah dalam Al-Khalidiy, 2016:89).
Qutb memilih tempat tinggal di Helwan karena alasan cuaca. Helwan
memiliki cuaca sedang, agak kering dan tidak lembab. Selain itu sinar
matahari di tempat ini juga bagus. Kondisi kesehatan beliau memang
mudah terganggu dan tidak tahan terhadap cuaca dingin dan lembab, di
samping sering demam dan tidak suka kebisingan (Al-Khalidiy, 2016:89).
Hunian tersebut dikelilingi oleh taman yang luas dan indah. Terdapat
sebatang pohon tua besar yang dahannya menjulur ke bawah. Di bawah
pohon itu terdapat sebuah bangku dan di sela-selanya dipasang sebuah
bohlam.Bangku tersebut biasa digunakan Qutb untuk menyambut tamunya
(Fayyadh dalam Al-Khalidiy, 2016:89).
104
Pada 3 November 1948Qutb melakukan perjalanan ke Amerika untuk
sebuah tugas atas profesinya di Kementerian Pendidikan. Selama tinggal
di Amerika, dia berpindah-pindah dari satu negara bagian ke negara bagian
lainnya. Di setiap kota yang dia kunjungi, Qutb singgah di universitas dan
institut yang ada, dan melihat kurikulum serta metode pembelajarannya.
Kota pertama di Amerika yang menjadi tempat tinggalnya adalah New
York. Kota lain yang sempat dia tinggali adalah Washington, ibu kota
Amerika. Kota lainnya adalah Greeley yang terletak di negara bagian
Colorado, dia agak lama tinggal dikota ini. Kemudian, dia tinggal di
negara bagian California, pada awalnya tinggal di San Fransisco, namun
cuaca di kota itu tidak cocok bagi kesehatannya, dia pindah di desa Palo
Alto. Dari Palo Alto kemudian pindah ke kota San Diego (Al-Khalidiy,
2016:147-149).
Setelah dua tahun menetap di Amerika, Qutb kembali ke Kairo pada
20 Agustus 1950.Sepulang dari Amerika, Qutb membawa semangat tinggi,
tujuan yang mulia, dan misi reformasi Islam yang ingin diwujudkannya.
Namun, kondisi Mesir justru semakin parah.Kehidupan social dan politik
kian merosot.Rakyat semakin menderita. Qutb melakukan tugas reformasi
dan perubahan berasaskan Islam lewat menulis di surat kabar, majalah,
dan buku, serta memberikan kuliah, mengikuti berbagai seminar, dan
membangun interaksi dengan berbagai forum. Pada tahun 1953 Qutb resmi
bergabung dengan gerakan Ikhwanul Muslimin (IM)dan melakukan
berbagai aktifitas; tugas dakwah di bidang intelektual seperti menertbitkan
majalah Al-Ikhwa>n al-Muslimu>n, menjadi pembicara dalam kajian, serta
105
pembicara dalam kajian-kajian keislaman(Al-Khalidiy, 2016:149, 183,
187).
Qutb mengunjungi berbagai daerah atas tugas dakwahnya di organisasi
IM. Pada 2 Maret 1953, Qutb diutus ke Damaskus sebagai utusan dari
Komite Studi Sosial Mesir untuk menghadiri Konferensi Studi Sosial.
Pada 2 Desember 1953, dia mewakili organisasi IM dalam Konferensi
Rakyat Islam di kota Al-Quds. Pada tahun 1954 Qutb bersama sejumlah
petinggi IM dijebloskan penjara. Qutb dijatuhi hukuman lima belas tahun
penjara. Setelah sepuluh tahun mendekam di sana, dia dibebaskan dengan
alasan kesehatan. Namun, dia ditangkap kembali pada tahun 1965 (Al-
Khalidiy, 2016:187-188). Sehingga tempat tinggal Qutb di masa
menjelang meninggalnya adalah di dalam penjara.
j. Kegemaran
Imarah mengatakan bahwa Qutb memiliki kemampuan seni, syair,
sastra, dan kritik sastra yang besar (2009:273). Hal tersebut diperkuat
pendapat Al-Khalidiy bahwa Qutb gemar menulis di koran harian,
majalah, jural mingguan berupa puisi, prosa, esai sastra, resensi buku,
substansi makalah yang dipresentasikan dalam seminar, maupun kritikan
dalam bidang sastra, seni dan musik, pendidikan, sosial, maupun politik
(2016:97, 100). Dia tumbuh dengan berguru pada Ustadz Abbas al-Aqqad,
serta terinspirasi oleh Dr. Toha Husein, sehingga menjadi salah satu murid
yang paling dekat dengan sang guru (‘Imarah, 2009:273).
Tulisan pertama Qutb dimuat dalam harian Al-Bala>gh pada 1922, di
umurnya yang ke enam belas tahun, yang mengulas tentang metode
106
pengajaran. Dia memiliki hubungan yang baik dengan redaksi surat kabar
sejak muda, yaitu ketika menginjakkan kakinya di Kairo. Orang yang turut
membantunya dalam menjalin hubungan baik dengan para redaktur adalah
pamannya, Ahmad Husain Utsman, seorang jurnalis sekaligus aktivis
Partai Al-Wafd. Partai Al-Wafd juga berperan membuka pintu lebar bagi
Qutb untuk menulis di harian milik partai. Sebelumnya, Qutb telah
berkecimpung dalam dunia kepenulisan di beberapa koran mingguan.
Tulisan tersebut antara lain puisi yang dimuat dalam majalah Al-Haya>h al-
Jadi>dah, dan puisi sertatulisandalam surat kabar Al-Ahramdan Al-Usbu>’
(Al-Khalidiy, 2016:96-97).
Beberapa surat kabar lainnya yang memuat tulisan Qutb adalah Al-
Jihad, Kaukab asy-Syarq, Al-Mushawwir, Al-Wa>di, Ats-Tsaqa>fah, Ar-
Risa>lah,Ad-Da’wah, Rooz al-Yousuf, Abollo, Al-Ama>m, Da>r al-‘Ulu>m, Al-
K>a>tib al-Mishriy, Al-Kita>b, As-Sawa>diy, Asy-Syu’u>n al-Ijtima>’iyyah.
Adapun majalah yang memuat tulisannya antara lainAl-Fikr al-Jadi>d, Al-
‘Alam al-‘Arabiy, Al-Adi>b,Al-Liwa’ al-Jadi>d, danAl-Ikhwa>n al-
Muslimu>n(Al-Khalidiy, 2016:99-100).
Pada tahun 1948 M Qutb mulai menulis dengan mengkaitkan
pemikirannya secara organisasi dengan beberapa kelompok perubahan dan
pembaruan yang mempunyai latar belakang Islam.Qutb ikut serta dalam
pengelolaan majalah Al-Fikr Al-Jadid yang diterbitkan oleh organisasi
IM.Dalam majalah edisi Januari 1948 M, Qutb menulis proyek perundang-
undangan pemikiran sosial dan masyarakat.Dia juga terlibat dalam
penggarapan surat kabar Al-Isytirakiyah, menjadi jubir partai sosialisme,
107
serta ikut dalam majalah Al-Liwa’ Al-Jadid, jubir dewan tertinggi partai
nasional (‘Imarah, 2009:274, 276).
Pada tahun 1949 M, Qutb berhasil menerbitkan buku “keadilan sosial
dalam Islam” (al-‘adalatul ijtima’iyah fil Islam). Kemudian pada 1951
diterbitkannya buku “peperangan antara Islam dan kapitalisme”
(ma’rakatul Islam war ra’sumaliyah), “perdamaian dunia dan Islam” (as-
salam al-‘alami wa al- Aslam), “di bawah naungan al-Qur’an” (tafsir fi>
zhilail Qur’an). Dalam tahun ini pula Qutb menulis dalam majalah ad-
da’wah (majalah milik IM), mengungkapkan tentang perindahan visinya
dengan ucapan, “Saya telah dilahirkan tahun 1951 M”. Qutb juga menulis
sebuah artikel berjudul “Musuh Utama Kita: Orang Kulit Putih”, untuk
mengungkapkan kesejajarannya kesadaran akan keistimewaan peradaban
Islam dengan kesadaran akan ancaman peradaban Barat bagi kebangkitan
Islam, yang ditulis dalam dalam surat kabar Ar-Risalah di tahun 1952
(‘Imarah, 2009: 275-276).
Beberapa karya yang diterbitkan Qutb selain yang disebutkan di atas
adalah adalah “petunjuk jalan” (ma'alim fi< thariq), “representasi artistik
dalam al-Qur’an” (al-tashwi>r al-fanni fi al-Qur`an), “inilah Islam” (ha>dza
al-di>n), “masa depan Islam” (al-mustaqbal li ha>dza al-di>n), “karakteristik
pandangan Islam” (khasha>'is al-tashawwur al-Isla>mi wa
muqawwimâtihi’), “Islam dan persoalan peradaban” (al-Isla>m wa
musykilah al-hadha>rah) (al-Khalidiy,2016:187). Dia meninggalkan
warisan pemikiran berupa dua puluh empat (24) buku, satu (1) diwan
syair, seratus sepuluh (110) kasidah, tiga (3) kisah untuk anak, empat (4)
108
cerita bergambar, sebuah buku renungan yang dikerjakan bersama teman-
temannya, dua buah riwayat, sebuah autobiografi, 487 makalah, dan
sejumlah mukadimah yang ditulis pada beberapa buku (‘Imarah, 2009:
277-278).
2. Pendapat Sayyid Qutb
Berdasarkan biografi Qutb, dapat diketahui bagimana pendapatnya terhadap
pergaulan bebas dalam novel “Asywa>k”. Hal ini didasarkan pada artikel yang
ditulis Qutb berjudul “Kembalilah ke Timur” (U>du>’ ila> asy-Syarq) dalam majalah
Al-‘Alam al-‘Arabiy yang menyatakan pertentangan segala jenis kekejian,
mengajak orang berperilaku mulia, menolak pandangan Barat dalam persoalan
kebebasan seks dan syahwat serta mengajak manusia agar tidak terjerumus ke
dalamnya (Al-Khalidiy, 2016:160-161). Pertama, Qutb tidak menyetujui
hubungan pacaran.Kedua, Qutb berpesan bahwa penting bagi wanita menjaga
kehormatannya.Ketiga, seorang wanita sebaiknya tidak tabbaruj untuk menjaga
dari fitnah. Berikut adalah penjabaran yang lebih terperinci:
a. Tidak Menyetujui Hubungan Berpacaran
Qutb adalah seorang yang religius, sehingga menanggapi pergaulan
antara laki-laki dan perempuan yang bebas tidak sepakat. Qutb
berpendapat terhadap hubungan Samirah dengan Dliya Afandi yang
menjalin hubungan tidak resmi atau berpacaran adalah tidak setuju. Hal itu
terlihat pada terlihat pada dimulculkannya tokoh Sami yang termasuk
tokoh utama dalam cerita. Sami yang dalam cerita sebagai narator
mengungkapkan ketidaksukaan hubungan Samirah dengan Dliya Afandi.
109
Berikut kutipan yang menunjukkan Qutb tidak menyetujui adanya
pacaran:
؟ ممنذ عا منهمغضب حني أهلهلى إ ديهلتر ،لمعسكر افي إليه هيبلم تذأ: لقا
عن بعيداً متشينالقد )) خيمة(( في بلهقاألكنني لم و ، ذهبتنعم : قالت .
بينا رقلفاافما .. ىخرأثة ركا وهذم.. للرماا.. آه. ! للرماالمعسكر في ا
هناتي وسيأ. له ننيستكو. انتهينالقد لحا ةأي على : لقا. ؟ للرماوا خليمة
كنت قد وإن ، بألسباا اءبدإ دون ،بانسحابي الليلة أهلكسأخبر و. اً غد
وأهله أهلكضة رمن معا فمتخو هو نهأل. يقلطرالكما أمهد نبأ تعهدت
.(Qutb, 1947:16)
Qa>la: alam tadzhabi> ilaihi fi>l-mu‘askari, li taruddi>hi ila> ahlihi chi>na ghadiba minhum mundzu ‘a>min?. Qa>lat: na’am dzahabtu, walakinnani> lam uqa>bilhu fi> ((khaimah)) laqad tamasysyaina> ba’i>dan ‘anil-mu‘askari fi>r-rama>li!. a>h... ar-rama>lu..wa hadzihi ka>ritsatun ukhra>.. Fa mal-fa>riqu bainal-khaimati war-ramal?. Qa>la: ‘ala> ayati cha>lin laqad intahaina>. Satakuni>na lahu. Wa saya'ti> huna> ghadan. Wa sa'ukhbiru ahlaka al-lailata bin-sicha>bi du>na ibda>'il-asba>bi, wa in kuntu qad ta‘ahhadtu bi'an umahhida lakuma> ath-thari>qa. Li'annahu huwa mutakhawwifun min mu‘a>radhati ahlika wa ahlihi.
‘Sami berkata, “tidakkah kamu pergi menemuinya di perkemahan, untuk mengembalikannya pada keluarganya ketika dia marah pada mereka setahun yang lalu?”. Samirah menjawab, “iya aku pergi, tetapi tidak bertemu dengannya di perkemahan, kami hanya berjalan-jalan di padang pasir, tempat itu jauh dari perkemahan!”.Ah..padang pasir.. ini pukulan lain.. apa bedanya perkemahan dengan padang pasir?. Sami berkata, “bagaimanapun keadaannya, hubungan kita telah berakhir. Kamu akan menjadi miliknya. Besok dia akan kesini. Malam ini aku akan memberitahu keluargamu dengan pengundurandiriku, tanpa membocorkan rahasia kalian, dan aku mengusahakan dengan membentangkan jalan pada kalian berdua. Sesungguhnya dia mengkhawatirkan pertentangan keluargamu dan keluarganya’
Berdasarkan kutipan diatas terjadi perdebatan Sami dengan Samirah.
Sami meminta penjelasan pada Samirah tentang pertemuannya dengan
110
Dliya di perkemahan al-Haram. Mendengar penjelasan Samirah justru
menimbulkan kecemburuan lain. Perkemahan al-Haram dan Ramal bagi
Sami adalah sama saja, artinya calon istrinya pernah bermesraan disana
dengan lelaki lain. Sami yang dalam cerita sebagai narator
mengungkapkan ketidaksukaan hubungan Samirah dengan Dliya Afandi,
dalam kalimat Ah..padang pasir.. ini pukulan lain.. apa bedanya
perkemahan dengan padang pasir? (ar-rama>lu, wa hadzihi ka>ritsatu
ukhra>). Artinya Qutb melalui tokoh Sami mengungkapkan ketidaksetujuan
Samirah yang berdua-duaan dengan Dliya Afandi dalam hubungan yang
tidak resmi tersebut.
Ketidaksetujuan Qutb terhadap hubungan pacaran terlihat dalam
artikelnya yang menyatakan, “siapa yang menginginkan kenikmatan ala
binatang yang murahan, maka carilah kehidupan ala Barat. Namun, bagi
siapa yang mendambakan kenikmatan ala manusia, maka carilah di
budaya Timur (Al-Khalidiy, 2016:160). Budaya berpacaran bukanlah
budaya asli orang Timur, namun berasal dari Barat, seperti yang
diungkapkan Tomassow mengenai interaksi antara laki-laki dan
perempuan di Barat, “pergaulan laki-laki dan perempuan biasanya bebas
dan membangun hubungan yang bervariasi seperti berpacaran”
(1986:59). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Qutb tidak
menyetujui adanya hubungan berpacaran yang mengadopsi budaya Barat.
Pandangan Qutb yang tidak menyetujui adanya pacaran diperkuat
dengan aktifitasnya yang disibukkan dengan pembicaraan mengenai
jama’ah, dan gerakan Islam secara umum maupun khusus (Qutb,
111
1986:101). Artinya ideologi dan keyakinan Qutb berkiblat pada ajaran dan
tuntunan Islam. Apabila konteks berpacaran tersebut dikaitkan dengan
syari’at Islam, maka pacaran adalah suatu hal yang dilarang, sebab pacaran
merupakan salah satu jalan untuk menuju perzinaan, sedangkan Allah
SWT melarang keras untuk mendekati zina (Siauw, 2014:43). Adapun
penyebab adanya fenomena berpacaran ini apabila dikaitkan dengan sisi
kebudayaan, maka budaya Barat telah masuk di Timur dengan
didudukinya Mesir oleh Inggris yang dipicu adanya Terusan Suez yang
menghubungkan Eropa ke Asia (Iswati, 2014:92).
b. Pentingnya Menjaga Kehormatan bagi Wanita
Qutb dalam novel “Asywa>k” mengungkapkan bahwa keperawanan
seorang wanita sangat penting, sebab apabila kesucian tersebut hilang akan
memunculkan banyak keraguan orang lain terhadap dirinya. Melalui tokoh
pembanding Samirah yaitu Sami, diungkapkan perbedaan yang mendalam
antara seseorang dengan gadis yang telah terenggut harga dirinya:
:اً شعر يكتب ، وراح لليلف افي جوح لمصبااقد وأو
بعيدا ـلمناعو لكن:::: ة خطو بينكو بيين
(Qutb, 1947:30). دلوجواغنَي بهكنز :::: من ن غتارفااي يدو
Wa auqada al-mishba>cha fi> jaufil-laili, wara>cha yaktubu syi‘ran: baini> wa bainaka khuthwatun// lakin ‘awa>limuna> ba‘i>dun. Wa yada>ya fa>righata>ni min// kanzin bihi ghaniyal-wuju>di. ‘Sami menyalakan lampu di dalam dalamnya malam, dan mulai menulis puisi: //antara aku dan kamu hanya satu langkah// tetapi dunia kita jauh. Dan tanganku hampa dari// harta simpanan yang dengannya adalah kekayaan sejati’
112
Berdasarkan kutipan di atas, Sami mengungkapkan perasaannya
lewat kata dan bait dalam sebuah puisi. Sami sedang merasakan
kegundahan jiwa disebabkan perasaan ragu-ragunya terhadap Samirah
yang telah dianggapnya sebagai kekayaan yang sejati namun tidak
menghargai dirinya sendiri dengan hilang keperawanan Samirah. Sebab,
wanita dengan masa lalu tanpa noda adalah sesuatu yang sangat penting,
karena seorang wanita dipilih karena masa lalunya. Apabila seorang
wanita hilang kehormatannya maka hilanglah daya pikatnya (Siauw,
2014:35).
Di saat Samirah kehilangan kehormatannya dan Dliya Afandi tidak mau
menikahinya sebab tidak direstui orang tua mereka, maka kehidupan
Samirah sangat berat karena beban yang ditanggungnya. Beban berat dari
aktivitas seks bebas adalah mengacaukan masa depan, tidak ada lelaki yang
menerima wanita tersebut sebagai pasangannya, menimbulkan perasaan
bersalah terhadap pasangannya kelak, dan menimbulkan kehamilan yang
tidak diinginkan (Hapsari, 2015:202-204). Hal tersebutlah yang terjadi pada
tokoh Samirah.
Adapun dalam hal ini, Qutb mengisyaratakan bahwa penting bagi
seorang wanita untuk menjaga harga diri dan kehormatannya. Hal ini
sesuai dengan tulisannya yang dimuat dalam majalah yang menyatakan,
“memang tidak dapat disangkal bahwa hidup dengan cara barat terasa
lezat dan menyenangkan. Akan tetapi, tidak lebih mulia dan terhormat,
tidak lebih berbudaya secara manusiawi. Hidup ala mereka, membiarkan
wanita lepas tanpa ikatan. Hidup yang melegalkan campur baur dan
113
bersenang-senang antara laki-laki dan perempuan. Campur baur dalam
artian yang sebebas-bebasnya….” (Al-Khalidiy, 2016:160-161). Dari
tulisan tersebut, Qutb menggarisbawahi bahwa seorang wanita sebaiknya
tidak bergaul secara bebas tanpa memiliki batasan aturan-aturan yang
seharusnya ditaati. Sebab, hal tersebut hanya akan merendahkan martabat
dan kehormatan manusia. Pergaulan yang bebas hanya akan membawa
manusia dalam kesenangan yang menipu.
c. Wanita Sebaiknya Tidak Tabbaruj
Qutb dengan masa kecil yang dilingkupi dengan pendidikan tradisional
dan taat pada peraturan mengisyaratkan dalam novel “Asywa>k” bahwa
wanita sebaiknya tidak bertabbaruj atau memamerkan keindahan dan
perhiasannya kepada laki-laki yang bukan mahramnya. Dalam
pengertiannya, tabbaruj adalah segala perbuatan (pakaian, riasan, atau
tingkah) wanita yang menarik perhatian laki-laki, baik diniatkan ataupun
tidak (Siauw, 2014:41). Hal tersebut adalah agar menghindarkan wanita
dari fitnah. Berikut kutipan yang menunjukkan bahwa tabbaruj dapat
menimbulkan fitnah, baik bagi wanita yang melakukannya maupun orang
lain yang memandangnya:
–فنظر أس لرق اخل مطرد. نفسه جبهدمل على يتحا متهدمز جل عجور هوو
ة فجأو. ر في فتو �ا يدهمد و تنيقطع تذكرو – هاحدو مهمااقدألى إكأنما
لى إ ينتبهحتى لم ة ، بشد جههاو في حيدق هوذ و نتفض كالمأخووا سهرأفع ر
موقفهلى إ تنبهثم . ام لتراتذكرتي ول تناد ، ولنقوا لهلتي تمد ى األخرا ليدا
(Qutb, 1947:20).!ب لباا خلفهغلق وأفانسحب مسرعًا
Wa huwa rajulun ‘aju>zun mutahaddimun yatacha>malu ‘ala> nafsihi bijuhdin. Dakhala mathriqar-ra'si fa nazhara -ka'annama>ila> aqda>mihima> wachdaha>- wa qatha‘a
114
tadzkirataini wa madda yadahu biha> fi> futu>rin. Wa faj'atan rafa‘a ra'sahu wa intafadha kal-ma'khu>dzi wa huwa yachdiqu fi> wajhiha> bisyiddatin, chatta> lam yantabih ila>l-yaddil-ukhra>l-lati> tamuddu lahun-nuqu>da, wa tana>wala tadzkiratai at-tara>mi. Tsumma tanabbaha ila> mauqifihi fa insachaba musri‘an wa aghlaqa khalfahul-ba>bu! ‘Kondektur itu lelaki tua renta berusaha menahan diri berjalan menjaga keseimbangannya.Ia masuk dengan kepala terunduk lalu melihat mereka sepintas, menyobek dua karcis, dan menyerahkan pada mereka. Tiba-tiba, seperti bangun tidur, kondektur itu mengangkat kepalanya dan memandang Samirah lekat-lekat , hingga tidak memperhatikan tangan Sami yang memberikan uang pembayaran karcis. Setelah beberapa saat kondektur itu kembali tersadar segera mengambil uang dari tangan Sami dan membuka kunci pintu gerbong’
Berdasarkan kutipan di atas, diceritakan bahwa hari itu tidak banyak
penumpang, hanya Samirah dan Sami yang mengisi gerbong pertama.
Sami merasa memiliki permata berharga dan dia adalah penjaganya.
Permata berharga yang dimaksud adalah Samirah. Samirah berdandan
cantik dan mempesona pada saat itu. Sehingga seorang kondektur tua renta
yang jalannya kepayahan pun terpesona dengan kerupawanan Samirah.
Artinya kecantikan Samirah benar-benar dapat memikat semua orang.
Namun kecantikan itu sekaligus dapat membahayakan disebabkan karena
semua orang dapat melihat dan menikmatinya.
Pandangan kondektur kereta melekat pada wajah Samirah dan tidak
memperhatikan Sami yang hendak membayar. Artinya kecantikan Samirah
benar-benar dapat memikat semua orang. Namun kecantikan itu sekaligus
dapat membahayakan disebabkan karena semua orang dapat melihat dan
menikmatinya. Artinya Samirah tidak mengenakan niqab untuk menutup
wajahnya yang biasa dikenakan wanita Mesir untuk menutupi wajahnya.
115
Seperti yang diungkapkan Feki, “budaya wanita Mesir dalam berbusana
adalah memakai niqab yaitu jubah panjang dan cadar (2013:1). Perlakuan
Samirah dapat dikategorikan ke dalam perilaku tabbaruj. Riasan Samirah
pada sore hari itu telah mengundang perhatian kondektur yang posisinya
adalah lelaki ajnabi atau orang asing bagi Samirah.
Asy-Syarif (2008:152) mengatakan bahwa dampak dari tabbaruj dapat
menimbulkan berbagai kerusakan yang berat dan berbahaya, baik bagi
yang sudah berkeluarga atau belum, serta merendahkan wanita. Dampak
tersebut antara lain: 1) terjadinya tindakan perzinaan yang menggantikan
posisi menikah secara syar’i, 2) rusaknya kehidupan rumah tangga,
hancurnya keluarga serta banyaknya kasus perceraian, 3) mematikan
keturunan atau nasab manusia, 4) kehancuran moral secara menyeluruh
disebabkan oleh berbagai dampak yang berbahaya ini serta munculnya
berbagai penyakit dan keburukan, 5) menyebarnya kebiasaan buruk,
seperti masturbasi dan zina, khususnya di kalangan mereka yang sedang
mengalami masa pubertas (Asy-Syarif,2008:154).
Dalam kasus ini, Qutb berpesan agar wanita sebaiknya tidak
bertabbaruj. Hal tersebut diperkuat dalam tulisannya, “kebebasan ala
Barat itu hanya kelezatan ragawi, yang tidak dibatasi lagi oleh adat
istiadat, bagi siapa yang mendambakan kenikmatan ala manusia, maka
carilah di budaya Timur! Di sini ada kenikmatan ruhani yang penuh
kehormatan, lebih tinggi dari kenikmatan ragawi, jauh lebih tinggi dari
sekedar pemikiran yang diagung-agungkan oleh para budak di Barat itu”
(Al-Khalidiy, 2016:161). Artinya Qutb mengakui bahwa adat istiadat
116
Timur mengantarkan manusia pada kenikmatan kerohanian daripada
sekedar pemikiran yang diagung-agungkan yang mengantarkan manusia
pada kenikmatan ragawi semata.Salah satu adat istiadat budaya Timur
adalah dalam hal busana wanita. Wanita Mesir menggunakan niqab untuk
menjaga diri dari fitnah, selain alasan cuaca yakni berdebu akibat keadaan
alam yang didominasi oleh padang pasir (Feki, 2013:1).
B. SOSIOLOGI BERDASARKAN KARYA SASTRA
Sosiologi karya sastra adalah mempermasalahkan karya sastra itu
sendiri. Permasalahan yang dibahas yaitu berupaisi karya sastra, tujuan dan apa
yang tersirat dalam karya sastra tersebut yang berkaitan dengan masalah sosial
(Wellek dan Warren, 1993:111). Novel “Aswa>k”memuat aspek etika yakni
berupa pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Etika merupakan salah satu
unsur yang terdapat dalam sosiologi karya sastra (Wellek dan Warren dalam
Kasnandi dan Sutejo, 2010:59). Pergaulan bebas tersebut mengenai relasi antara
perempuan dan laki-laki yang melanggar beberapa aspek etika dalam budaya
Mesir.
Pergaulan bebas dalam novel “Aswa>k” karya Qutb yang merupakan
gambaran pergaulan bebas masyarakat Mesir pada kurun waktu tahun 1906-
1947, tahun kelahiran Qutb sampai novel“Aswa>k” diterbitkan. Dalam hal ini
terdapat pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan yang tidak sesuai
dengan etika masyarakat Mesir yaitu: 1) berkhalwat antara laki-laki dan
perempuan, 2) memiliki anak di luar pernikahan.
117
Maka berikut penjabaran mengenai pergaulan bebas di Mesir yang
terdapat dalam karya tersebut:
1. Berkhalwat antara Laki-laki dan Perempuan
Salah satu kategori pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan
adalah berkhalwat. Tomassow menyatakan salah satu pergaulan bebas
yaitu antara laki-laki dan perempuan berkhalwat dengan pernyataannya,
“lawan jenis yang single bisa jadi teman dekat dan saling berbagi
masalah pribadi tanpa keterlibatan secara romantis”(1986:59). Artinya di
sana terdapat aktifitas yang mengizinkan antara laki-laki dan perempuan
berkumpul tanpa sebuah alasan yang memiliki manfaat. Kegiatan tersebut
termasuk dalam kategori berkhalwat.Khalwat adalah adalah berduaan
antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram di suatu tempat
dimana tidak ada orang lain sama sekali, maupun ada orang lain, tetapi
pembicaraan keduanya tidak dapat didengar orang lain (Siauw, 2014:44).
Hal ini bertentangan dengan pola pergaulan antara laki-laki dan
perempuan dalam masyarakat Mesir di era 1930-an yakni beberapa
keluarga tidak membiarkan pasangan untuk pergi tanpa ditemani saudara
laki-laki, saudara perempuan, atau mahramnya (Abaza, 2006:235). Berikut
penjabaran lebih detail mengenai berkhalwat yang terdapat dalam novel
“Asywa>k” :
a. Nostalgia tentang Hubungan dengan Kekasih Masa Lalu
Samirah dan kekasih masa lalunya yang bernama Dliya Afandi
telah berkhalwat dengan bukti perilakunya di masa lalu. Berikut
118
kutipan penggalan ucapan Samirah dan Sami yang menunjukkan
hubungan Samirah dengan kekasih masa lalunya:
ي ستعدا.. ستي انتهينا � :ة لمباالم اعدو يةرلسخا يتكلف هول و قا
لطفلة ف افي خو كتفهعلى يدها ضعت وومنه فدنت . !ضياء لى دة إللعو
ء ضيا:لمتصنع زايلة هدوءه اقد ل وقا. كيف ؟! ضياء :قالت ولمتوسلة ا
على ، ولذعر ا جههاو على ا بد. ! اهلرمفي معسكر )) اخليمة(( صاحب
(( أي :ل نفعااثم قالت في ت ، بالكلما �السا تلعثماب ، و الضطرا عينيها
ت ثم جز.. ( ؟ )) خيمة (( في ليهذهيت إنني إلك ل قاهو )) خيمة
(Qutb, 1947:16). !الكذب ) ...غيظ في �ا سناأ
Qa>la wa huwa yatakalifus-suhriyata wa ‘adimal-muba>latan: intahaina> ya> sati>..ista‘iddi> lil‘audatin ila> Dhiya>’!. Fadanat minhu wa wadha‘at yadaha> ‘ala> katfihi fi> khaufith-thiflati-mutawasilati wa qa>la: Dhiya>‘! kaifa?. Qa>la waqad za>'ilahu hudu>‘ahul-mutashanni‘: Dhiya shachibu ((al-khaimatu)) fi> mus‘askaril-Harami!. Bada‘a ‘ala> wajhiha>dz-dzi‘ru, wa ‘ala> ‘ainaiha>l-idhthira>bu, wa tala‘tsama lisa>nuha> bil-kalima>tin, tsumma qa>lat fi> infi‘a>lin: ayyu ((khaimatun)) huwa qa>la laka innani> dzahabtu ilaihi fi> ((khaimatin))?.. (tsumma jazzat asna>nuha> fi> ghaidhin)… al-kadza>bu!
‘Sami berkata dan dia sebenarnya sedang mempengaruhi dengan sindiran tajam dan menghilangkan keprihatinan, “kita telah berakhir wahai kekasih..bersiaplah untuk kembali pada Dliya!”. Lalu Samirah mendekat pada Sami dan meletakkan tangannya pada bahu Sami dengan panik seperti anak kecil yang meminta tolong, dan berkata, “Dliya! Bagaimana?”.Sami berkata dan telah meninggalkan ketenangan yang dibangunnya: “Dliya yang menemanimu (kemah) di perkemahan al-Haram!”.Wajah Samirah mulai panik lagi, kedua matanya menunjukkan kebingungan, dan mulutnya gagap untuk berbicara, kemudian sejenak dia berkata dengan penuh emosi: “kemah yang mana, apakah dia berkata padamu bahwa aku pergi menemuinya di kemah?”, Samirah menggemeretakkan giginya untuk menahan amarah, “itu tidak benar!’
119
Berdasarkan kutipan di atas, Sami menghendaki Samirah kembali
kepada kekasih masa lalunya. Artinya di masa lalu Samirah telah
menjalin sebuah hubungan dengan pemuda lain, yaitu bernama Dliya.
Hal tersebut menjadi bukti bahwa Samirah dengan Dliya telah
melakukan pergaulan bebas yang melanggar etika Mesir yaitu
berkhalwat berupa berpacaran. Berpacaran merupakan hubungan yang
tidak diakui, sebab satu-satunya lembaga sosial bagi eksistensi wanita
adalah melalui lembaga pernikahan (Ibrahim, 2002:95). Artinya
Samirah dengan Dliya Afandi telah membangun hubungan yang tidak
diakui oleh lembaga manapun, baik oleh negara maupun agama.
Hubungan Samirah dengan Dliya yang membangun relasi tanpa
ikatan resmi maka akan membuat keduanya dilanda kebimbangan dan
ketidakpastian. Akibat dari perbuatan tersebut Samirah yang telah
jatuh cinta pada Dliya merasa tersakiti dengan keadaan yang tidak
pasti tersebut. Berikut kutipan yang menunjukkan perasaan sakit hati
Samirah karena hubungan yang tidak pasti bersama Dliya:
ال :هتمام الوالجد وجهها اعلى ا بد، ولدعابة رقتها روح اقد فاو –قالت
. نا هلا أقوأن أحب ف عيوبه ، وأعرأنني إ. عنه شيًأ ال تقل لي ..
فه ، تاإنه ! .. نت أبخاصة و.. حد ألي أطيق أن يقوهلا لكنني ال و
ا جد طيب. ولكنه طيب ... ته حركاظه ولفاأفي )) ي بلد(( ذج و ساو
(Qutb, 1947:17).مخلصو
Qa>lat –waqad fa>raqatha> ru>chud-da‘a>bati, wa bada'a ‘ala> wajhiha>l-jiddu wal-ihtima>mu: la>..la> taqul li> ‘anhu syai'an. Innani> a‘rifu ‘uyu>bahu, wa uchibbu an aqu>laha> ana>. Wa lakinnani> la> uthi>qu an yaqu>laha> li> achadun.. Wa bikha>shatin anta!.. Innahu ta>fihun, wa sa>dzijun wa ((baladi>)) fi> alfa>zhihi wa charaka>tihi… Wa lakinnahu thayyibun. Thayyibun jiddan wa mukhlishun.
120
‘Samirah berkata-dan selera humornya telah hilang, wajahnya mulai serius dan berfikir, “Tidak..Jangan katakan apapaun tentang Dliya Afandi padaku, aku tahu kelemahan-kelemahannya, biar kukatakan sendiri. Akan tetapi aku tidak tahan bila kelemahannya itu dikatakan seorangpun..terutama kamu!.. dia itu bodoh, polos, kata-kata dan gerak-geriknya kampungan.. tetapi dia baik. Baik sekali dan tulus’
Berdasarkan kutipan di atas, Samirah memuji kekasih masa
lalunya, Dliya, dengan kebaikannya yang dikenang. Dia tidak tahan
apabila Dliya dicela oleh orang lain, artinya perasaan cintanya
terhadap Dliya masih tersimpan, namun sekaligus
memunculkankekecewaan. Peristiwa itu membuat Samirah tercabik-
cabik, sebab disisi lain sikap Dliya terhadap Samirah tidak
menghiraukannya lagi. berikut kutipan sikap Dliya mengenai akan
dibawa kemana hubungannya dengan Samirah:
بل راح يقول يف –كما كان ينتظر –ولكن الشاب مل يتحمس هلذا العرض
ولكن ماذا نصنع ألهلها :مط األلفاظ جة �ردة فيها شيء من الطراوة و هل
حينما ذهبت أخطبها لقد قابلوين مقابلة سيئة جداً ..
(Qutb, 1947:14).
Wa lakin asy-sya>bba lam yatachammas lihadza>l-‘ardhi -kama> ka>na yantazhiru- bal ra>cha yaqu>lu fi> lahjatin ba>ridatin fi>ha> syai'un minath-thara>wati wa maththil-alfa>zhi: wa lakin ma>dza nashna‘u li'ahliha>.. Laqad qa>balu>ni> muqa>balatan sayyi'atan jiddan chi>nama> dzahabtu akhthubuha>.. ‘Akan tetapi pemuda itu (Dliya Afandi) tidak bergairah untuk mempertimbangkan hal ini-seperti sedang menunggu- tetapi pergi mengatakan dengan nada yang dingin dari sesuatu yang lembut dan artikulasi yang diseret: “Dan tetapi apa yang akan kita lakukan pada keluarga Samirah.. Setelah aku menanggung pertemuan
121
yang sangat menyakitkan saat aku pergi meminangnya..’
Perilaku Dliya menunjukkan bahwa dia tidak
bertanggungjawab.Dengan demikian hubungan berpacaran tersebut
merupakan hubungan yang tidak kokoh serta hanya dilandasi oleh
syahwat semata. Sebab apabila Dliya bersungguh-sungguh mencintai
Samirah maka akan berjuang meminta restu dari restu orang tua
Samirah, akan tetapi tidak demikian yang dilakukan Dliya. Berikut
kutipan yang menunjukkan bahwa Dliya tidak bertanggungjawab
terhadap hubungan cintanya:
وهم يعرفون امسك وصلتك .. بنت صادق �شا .. إن أمي تريد يل بنتا غنية
.(Qutb, 1947:14)! ولذا مل أرد أن أستقبلك يف املنزل.. بسمرية
Inna ummi> turi>du li> bintan ghaniyyatan.. Bintu Shadiqi Ba>sya>.. Wa hum ya‘rifu>na amsaka washlatika bi-Sami>rah.. Wa lidza> lam urid an astaqbilaka fi>l-manzili!. ‘Ibuku menginginkanku menikah dengan perempuan kaya.. Anak perempuan Sadiq Pasha.. Keluargaku juga mengetahui hubunganmu dengan Samirah.. Maka dari itu aku tidak mau bicara denganmu di rumah’
Berdasarkan kutipan di atas, keluarga Dliya tidak merestui
hubungan anaknya dengan Samirah.Dengan demikian, penderitaan
Samirah lengkap karena pihak keluarga tidak dapat membantu
membebaskan permasalahannya.Bahkan, mereka turut menentang
hubungan tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam hal cinta
apabila tidak diikat dengan ikatan yang resmi, maka akan
122
berdampak pada terbelenggu dalam perasaan yang menyiksa hati,
batin, serta jiwa.
b. Berkencan
Dalam novel “Asywa>k” karya Qutb, tokoh utama Samirah
dengan Dliya Afandi, kekasih masa lalunya, telah berbagi masalah
pribadi dan keduanya menjadi semakin dekat. Keduanya bepergian
bersama tanpa orang lain yang menemaninya. Berikut kutipan yang
menunjukkan terjadinya berkhalwat antara Samirah dan Dliya
Afandi berupa bepergian bersama atau yang biasa disebut dengan
berkencan:
أ� ال أعرف ملاذا تكرهها أمي : ولكن الشاب عاود الكالم يف رخاوة عجيبة
أ�ا هي ستأخذين منهم ، مع كل هذه الكراهية ؟ إن أهلي يعتقدون أ�ا
بت منهم يف العام املاضي ، و بقيت يف املعسكر ال اليت ردتين إليهم حني غض
. و كيف ردتك إليهم ؟ : قال يف أستفسار مغيظ . أدخل بيتهم عدة أ�م ؟
جاءت أيل يف املعسكر عند اهلرم ، و هددتين بقطع عالقا�ا : قال الشاب
.(Qutb, 1947:15)... ، فعدت معها يب إذا أ� مل أعد للمنزل
Wa lakin asy-sya>bba ‘a>wadal-kala>ma fi> rakha>watin ‘aji>batin: ana> la> a‘rifu li madza takrahuha> umi> kulla hadzihil-kara>hiyati? Inna ahli>ya‘taqidu>na annaha> sata'khudzuni> minhum, ma‘a annaha> hiyal-lati> raddatni>> ilaihim chi>na ghadhabtu minhum fi>l-‘a>mil-ma>dhi>, wa baqaitu fi>l-mu‘askari la> adkhulu baitahum ‘iddata ayya>min?. Qa>la fi> istifsa>rin maghizhin: wa kaifa raddatka ilaihim?. Qa>la asy-sya>bbu: ja>'at ilayya fi>l-mu‘askari ‘indal-harami, wa haddadatni> biqith‘i ‘ala>qa>tiha> bi> idza> ana> lam a‘ud lil-manzili, fa‘udtu ma‘aha>…
‘Dliya Afandi kembali mengucapkan secara labil sesuatu yang ganjil, “aku tidak tahu kenapa ibuku membenci Samirah dengan segala kebencian ini? Sesungguhnya keluargaku menganggap bahwa Samirah akan mengambilku dari mereka. Padahal Samirah telah
123
mengembalikanku pada keluargaku, ketika aku marah pada mereka setahun yang lalu, dan aku tinggal di tempat perkemahan, tidak masuk ke rumah mereka beberapa hari?!”.Sami bertanya tidak mengerti, “Bagaimana Samirah mengembalikan dirimu kepada keluargamu?”. Dliya Afandi menjawab, “dia mendatangiku di perkemahan al-Haram, dan dia mengancam memutuskan hubungannya denganku jika aku tidak pulang ke rumah, kemudian aku pulang bersamanya…’ Dliya Afandi mengungkapkan kisah bersama Samirah yang
penuh dengan keromantisan, yaitu antara Samirah dengannya adalah
saling berbagi masalah pribadi dan membantu sama lain ketika Dliya
memiliki masalah dengan keluarganya. Samirah telah berupaya
memperbaiki hubungan Dliya Afandi dengan keluarganya.Awalnya
Dliya Afandi memiliki masalah dengan keluarganya dan kabur dari
rumah.Dan akhirnya berkat bujukan Samirah, Dliya Afandi mau untuk
kembali ke rumah bersama keluarganya.Peristiwa ini menimbulkan
kecemburuan yang besar bagi Sami yang posisinya adalah sebagai
calon suami Samirah. Dalam etika perilaku masyarakat Mesir, pihak
keluarga biasanya tidak akan membiarkan anak perempuannya pergi
dengan lawan jenis tanpa ditemani mahramnya (Abaza,2006:235).Abu
Maryam dalam bukunya Al-Manhiyat halaman 68 menyebutkan bahwa
mahram adalah seorang yang haram untuk dinikahi.Adapun mahram
bagi wanita adalah ayah, saudara laki-laki, keponakan laki-laki,
saudara sepersusuan, dan menantu (Sodiq, 2008:54). Samirah
bepergian bersama Dliya Afandi tanpa ditemani mahramnya, sehingga
Sami merasa bahwa Samirah telah melakukan tindakan di luar
batasnya sebagai seorang wanita yang baik. Akan berbahaya apabila
124
seorang wanita yang pergi tanpa didampingi mahramnya, sebab wanita
merupakan tempat sasaran syahwat kaum laki-laki (Asy-Syarif,
2008:162)
c. Hubungan Laki-Laki dan Perempuan tanpa Tujuan untuk Menikah
Pergaulan bebas selanjutnya adalah apabila seseorang memiliki
hubungan dengan lawan jenisnya yang tidak memiliki ikatan ke
jenjang pernikahan. Seperti yang diungkapkan Tomassow, “hubungan
antara laki-laki dan perempuan dapat diakhiri setelah kencan ketiga
atau kencan yang berjalan mulus setelah sekian lama” (1986:59).
Artinya pergaulan bebas terjadi dengan sesorang yang tidak memiliki
ikatan menuju ke ikatan pernikahan. Dalam novel “Asywa>k” karya
Qutb, tokoh Samirah telah melakukan kencan dengan Dliya Afandi
dalam sebuah hubungan yang tidak memiliki komitmen untuk
menikah. Berikut kutipan yang menunjukkan perkencanan Samirah
dengan Dliya Afandi:
ي من قبل ف يتهامعهرأكنت قد ، و لسينماامس في أمعك يتهارألقد : ل قا
لي بك صلة ن أل، و خطبتهانك إ: ل قا ليوم ،ا عنها لتهفلما سأ، لمعسكر ا
.... متشكر : هرظاود ببرل قا. ! ك خبرأن أجب علي الوامن يت، رأ
(Qutb, 1947:25-26).!مضى و.... كهترو
Qa>la: laqad ra'aituha> ma’aka amsi fi>s-sinima>, wa kuntu qad ra'aituha> ma‘ahu min qablu fi>l-mu’askari, fa lamma> sa’altuhu anha>l-yauma. Qa>la: innaka khathabtaha>, wa li’anna li> bika shilatun, ra'aitu minal-wa>jibi ‘alayya an ukhbiraka!. Qa>la bi burudi>n zha>hirin: mutasyakkir…. Wa tarakahu…. Wa madha>!
‘Seorang lelaki (teman Dliya Afandi) itu berkata, “aku telah melihat Samirah bersamamu di gedung film kemarin.Sebelumnya aku pernah melihat Samirah
125
bersama Dliya Afandi di perkemahan.Hari ini aku menanyakannya pada Dliya Afandi, dan dia mengatakan bahwa engkau telah meminang Samirah. Karena kita berkawan, maka menurutku adalah kewajibanku untuk memberitahumu!”.Sami berkata dengan terlihat dingin, “terimakasih”. Dan lelaki itu pun meninggalkan Sami kemudian pergi…!’
Seorang teman Dliya Afandi memberikan sebuah kabar kebenaran
yang mencengangkan Sami. Ketika hubungan Sami dengan Samirah
mulai membaik dan berjalan mulus, seorang teman Dliya menceritakan
kisah masa lalu Samirah bersama Dliya Afandi, yaitu Samirah dengan
Dliya Afandi pernah berkemah bersama di perkemahan al-Haram.
Pertemuan tersebut adalah bagian dari kencan Samirah bersama Dliya
Afandi. Hubungan mereka yang tidak ada tali pengikat pernikahan atau
sebuah komitmen yang menuju jenjang pelaminan. Artinya antara
Samirah dengan Dliya Afandi telah terjadi sebuah perilaku yang
termasuk dalam kategori pergaulan bebas.
Samirah dan Dliya Afandi telah berada dalam luar etika kebiasaan
masrakat Mesir karena telah menjalin hubungan tidak resmi, padahal
masyarakat Mesir sangat menghargai pernikahan (Allen,2009:29).
Samirah pergi menemui Dliya di perkemahan, padahal Islam telah
mengharamkan aktifitas interaksi antara laki-laki dan wanita yang
tidak berkepentingan syar’i seperti berjalan-jalan, bertamasya, nonton
bioskop, dan sebagainya, sebab aktifitas tersebut adalah pintu menuju
kemaksiatan yang lain (Siauw, 2014:44). Artinya pebuatan yang
dilakukan Samirah dengan Dliya Afandi merupakan perbuatan sia-sia
yang menjadi pintu menuju kemaksiatan lain.
126
2. Memiliki Anak di Luar Pernikahan
Pergaulan bebas selanjutnya adalah memiliki seorang anak di luar
pernikahan. Seperti yang diungkapkan Tomassow bahwa, “laki-laki dan
perempuan yang sudah menikah kadang-kadang menganggap masing-
masing teman baiknya sama seperti suami atau istri mereka. Mereka juga
bergaul dengan lawan jenis sebagai pasangan atau secara bebas”
(1986:59). Dalam novel “Asywa>k” karya Qutb, tokoh Samirah memiliki
seorang anak tanpa memiliki ikatan pernikahan dengan siapapun. Hal
tersebut dapat dibuktikan berdasarkan kutipan berikut:
ط وهو يسري خبطوات نمث التفت إىل الطفل الصغري الذي ميسك بظرف ثو�ا وي
.(Qutb, 1947:69) !عم ن: أهذا ابنك ؟ قالت: وقال قافزة صغرية ،
Tsumma iltafata ila> ath-thiflish-shaghi>ri alladzi> yumsiku bitharfi tsaubiha> wa yanithu wa huwa yasi>ru bikhuthwa>tin qa>fizatin shaghi>ratin. Wa qa>la: ahadza> ibnuki?. Qa>lat: na‘am! ‘Lalu Sami memperhatikan pada anak kecil yang memegang pakaian Samirah dengan kelucuannya dan dia melompat-lompat dan dia melangkahkan kaki seperti katak kecil. Lalu Sami bertanya, “apakah ini anak laki-lakimu?”.Samirah menjawab, “ya!’
Berdasarkan kutipan di atas, saat Sami tidak sengaja bertemu
dengan Samirah pada sebuah sudut jalanan kota Kairo, setelah satu
setengah tahun putusnya hubungan pertunangan mereka, Samirah
membawa seorang anak laki-laki yang lucu yang tidak lain adalah anak
darah daging Samirah. Samirah memiliki seorang anak namun tidak
memiliki pengikat yang sah dalam hidupnya. Berikut kutipan yang
menunjukkan bahwa Samirah adalah tidak memiliki ikatan pernikahan:
127
ةبهأعيش راس: قالت. ما خطسريك يف احلياة .. و أنت : وقال هو يف ذهول
(Qutb, 1947:68).
Wa qa<la huwa fi> dzuhu>lin: wa anti..ma> khaththu sairiki fi>l-chaya>ti. Qa>lat: sa'a‘i>syu ra>hibatan. ‘Sami berkata dalam kebingungan, “dan kamu..bagaimana garis hidupmu?”. Samirah menjawab, “aku akan hidup menjadi biarawati’
Berdasarkan kutipan di atas, Samirah mengatakan dirinya hidup
dengan menjadi biarawati.Biarawati merupakan seseorang yang
mengabdikan dirinya untuk agama dan tidak menikah lagi. Hal tersebut
diperkuat pernyataan Samirah kehilangan kehormatannya:
ة حس بنكأأ لكنهو . يكنفيهاجديدلم را ، ومكر ول ألا فهااعترا هيسالة لراكانت
جل ، ر نبيليء و نك برإ: (( نفسهح لجراشد من أبما كانت ح ، رلجرافي
)) ملوثة (( ة ير نا بنت شرأ. نا ألكنني ، و حليا�اتاجًا يكونن بأة فتاف أي تشر
قيميت فيوع نت مخد، وأ
(Qutb, 1947:28).
Ka>nat ar-risa>latu hiya i‘tara>fuha>l-awwalu mukarraran, wa lam yakun fi>ha> jadi>dun. Wa lakinnahu achassa binaka'atin fi>l-jurchi, rubbama> ka>nat asyadda minal-jurchi nafsihi: ((innaka bari>'un wa nabi>lun, rajulun tasyarrafa ayyu fata>tin bi'an yaku>na ta>jan lichaya>tiha>, walakinnani> ana>. Ana> bintu syari>ratin ((mulawwatsatin>)), wa anta makhdu>‘un fi> qi>mati. ‘Surat itu hanyalah pengakuan Samirah yang berulang, tidak ada sesuatu yang baru. Akan tetapi Sami merasakan sayatan luka, mungkin lebih parah dari luka itu sendiri: ((sesungguhnya kamu tidak bersalah dan mulia, kamu lelaki yang dihormati setiap gadis untuk menjadi mahkota hidupnya. Tetapi aku, aku perempuan ((kotor)). Kamu salah menilaiku’
Samirah menulis sebuah surat kepada Sami yang pada saat itu Sami
adalah calon suami Samirah. Dalam surat tersebut Samirah mengaku
128
bahwa dirinya adalah wanita yang kotor dan dia merasa tidak pantas untuk
menjadi pendamping hidup Sami. Samirah mengatakan bahwa Sami
selama ini salah menilai dirinya.Oleh sebab itu Samirah tidak ingin Sami
merasa kecewa dengan keadaan Samirah yang sesungguhnya, bahwa
Samirah telah terjerumus pada perilaku yang tidak seharusnya dilakukan
sebelum melaksanakan pernikahan. Hal tersebut diperkuat dalam biografi
Qutb, sang pengarang novel “Asywa>k”, yang merupakancerita pribadinya,
dengan ungkapan, “apakah ia telah salah langkah, dengan menginginkan
seorang gadis perawan dari Kairo? Ataukah ia telah salah mengambil
langkah dari awal ketika ingin menempuh rumah tangga yang sama sekali
tak cocok untuknya? (Al-Khalidiy, 2016:163-164). Dengan demikian,
wanita dalam tokoh cerita yaitu Samirah telah dipertanyakan dalam lubuk
hatinya, mengapa sulit mendapatkan gadis perawan di kota Kairo.
Adapun ditinjau dari aspek lain, yakni dalam kacamata keagamaan,
memiliki anak di luar pernikahan adalah hal yang diharamkan, apalagi
bagi wanita (Ibrahim, 2002:95). Tiga agama Samawi, Islam, Nasrani, dan
Yahudi telah melarang adanya perzinaan, sebab selain mendapat dosa
besar, juga menibulkan dampak negatif yang sangat kompleks:
ketidakjelasan garis keturunan pada anaknya, terputusnya ikatan hubungan
darah antara anak dengan ayah si anak, tersebarnya penyakit kelamin,
menurunnya mentalitas, serta menyebarkan virus (Ilahi, 2005:17). Dampak
tersebut adalah yang menimpa Samirah dan anaknya.