80
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. Hukuman Dalam Prespektif Pendidikan Islam
a. Pengertian Hukuman Prespektif Pendidikan Islam
Hukuman di dalam istilah psikologi adalah cara yang digunakan pada
waktu keadaan yang merugikan atau pengalaman yang tidak menyenangkan
yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja menjatuhkan orang lain. Secara
umum disepakati bahwa hukuman merupakan ketidaknyamanan (suasana
tidak menyenangkan) dan perlakuan yang buruk atau jelek.
Menurut Al-Ghazali, hukuman ialah suatu perbuatan dimana seseorang
sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa pada orang lain dengan tujuan untuk
memperbaiki atau melindungi dirinya sendiri dari kelemahan jasmani dan
rohani, sehingga terhindar dari segala macam pelanggaran. Hukuman adalah
jalan yang paling akhir apabila teguran, peringatan dan nasehat-nasehat belum
bisa mencegah anak melakukan pelanggaran. Sedangkan, Ahmad Tafsir
menyatakan hukuman merupakan “adanya unsur menyakitkan, baik jiwa
maupun badan.1
1 Hukuman adalah penderitaan yang menyakitkan baik jiwa maupun badan karena melakukan
kesalahan dan hukuman pula memiliki tujuan perbaikan, bukan hanya menjatuhkan hukuman pada
anak didik dengan alasan balas dendam tetapi, hukuman itu juga dijatuhkan setelah adanya
teguran, peringatan dan nasehat-nasehat dari seorang pendidik kepada anak didik tersebut.
Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam, Ittihad Jurnal
Kopertais Wilayah XI Kalimantan Vol. 4 no. 5, April 2006, 93.
81
b. Tujuan Hukuman dalam Perspektif Pendidika Islam
Hukuman yang diterapkan tentunya menginginkan nilai-nilai yang
positif yang akan dilahirkan. Menurut Jamaal Abdur Rahman seorang ahli
pendidikan Islam mengungkapkan sebagai berikut2 :
“Tujuan menjatuhkan hukuman dalam pendidikan Islam tiada lain hanyalah
untuk memberikan bimbingan dan perbaikan, bukan untuk pembalasan atau
kepuasan hati. Oleh karena itulah, harus diperhatikan watak dan kondisi anak
yang bersangkutan sebelum seorang menjatuhkan hukuman terhadapnya,
memberikan keterangan kepadanya tentang kekeliruan yang dilakukannya,
dan memberinya semangat untuk memperbaiki dirinya, serta memaafkan
kesalahan-kesalahan dan kealpaannya mana kala anak yang bersangkutan
telah memperbaikinya.”
Disamping ini, menurut Asma Hasan Fahmi mengungkapkan tujuan
hukuman dalam pendidikan Islam sebagai berikut3:
Tujuan hukuman mengandung arti positif, karena ia ditujukan untuk
memperoleh perbaikan dan pengarahan, bukan semata-mata untuk membalas
dendam, oleh karena itu orang Islam sangat ingin mengetahui tabi‟at dan
perangai anak-anak sebelum menghukum mereka, sebagaimana mereka ingin
sekali mendorong anak-anak ikut aktif dalam memperbaiki kesalahan mereka
sendiri, dan untuk ini mereka melupakan kesalahan anak-anak dan tidak
membeberkan rahasia mereka.
Berdasarkan penjelasan tujuan hukuman di atas maka dapat diambil
pengertian bahwa tujuan hukuman dalam pendidikan Islam untuk perbaikan
kesalahan yang dilakukan anak-anak bukan menjadikan sebuah ajang balas
dendam dan pendidikan disini terlebih menganjurkan kepada juru didik untuk
mengenal akan perangai, tabi‟at dan akhlak anak didiknya sebelum
2 Elhefni, Penerapan Hadiah dan Hukuman dalam Meningkatkan Prestasi Siswa, Ta’dib vol.XIII
no.1, Juni 2008, 78. 3 Ibid., 80.
82
menjatuhkan hukuman. Sedangkan tujuan pokok hukuman dalam syariat
Islam ialah pencegahan, pengajaran, melindungi dan pendidikan, arti
pencegahan ialah menahan si pembuat kejahatan supaya tidak ikut-ikutan
berbuat kesalahan kembali dan menjadikan pelajaran untuk manusia lainnya.
c. Langkah Penerapan Hukuman dalam Perspektif Pendidikan Islam
Adapun dalam proses menggunakan hukuman mengunakan kekuatan
(pukulan) juga ada aturannya, Muhammad „Athiyah Al-Abrasyi memberikan
syarat untuk bolehnya dijatuhkan hukuman fisik kepada anak didik, sebagi
berikut4:
a. Sebulum anak berusia 10 tahun, anak-anak tidak boleh diberikan
hukuman. Ini sesuai dengan hadits yang di riwayatkan oleh Abu Daud.
b. Pemukulan tidak boleh lebih dari tiga kali dan pemukulan yang
dimaksudkan disini dengan menggunakan lidi atau tongkat kecil bukan
dengan besi atau tongkat yang besar.
c. Diberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk taubat dari kesalahan
dan memperbaikinya tanpa menggunakan pemukulan atau membuat anak itu
malu (menjatuhkan nama baiknya).
Sedemikian efektifnya para pemikir pendidikan mengatur akan proses
menerapkan hukuman dalam pendidikan terhadap anak didik. Adapun juga
dengan hukuman badan, Muhammad „Athiyah Al-Abrasyi juga memberikan
4 Ibid., 93.
83
syaratnya dan itu dalam keadaan mudharat dan menimalisir hukuman itu
seringan-ringan mungkin.
Dalam aliran behaviorisme, terujinya suatu kejiwaan manusia dengan
suatu eksperimental, observasi dan uji coba memang yang dilakuakan tokoh-
tokoh behaviorisme adalah benar karena tanpa uji coba kita tidak bisa menilai
seseorang, dan pengkajian seharusnya dimulai dengan rumusan menurut
Allah. Seperti firman Allah QS. At – Taubat ayat 165 :
ااس تو س سيم أ خس توا وأ أم س م ت م جأاهأدتوا ال س يأ اات أ م أ س وألأما ت ت مرأكتوا أ م أ س م ت م أ م (16 :توب ال) ت أ ممأ تو أ بسأا أ س ري وأاات وألس يأ ة الممت م س س أ وأال أ تولس س وأال
Artinya:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan ( begitu saja ), sedang
Allah belum mengetahui ( dalam kenyataan ) orang – orang yang berjihad di
antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah,
Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengeahui apa
yang kamu kerjakan”
Di dalam islam ada yang disebut dengan ujian, dalam firman Allah
QS. Ash-Shaffaat ayat 1066:
ا س إ (106 :صفاتال) الممت س ت الم أ الت أتوأ هأ أ
Artinya:
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”
Aliran behaviorisme mempelajari terbentuknya perilaku manusia berdasarkan
konsep stimulus dan respon, yang berarti perilaku manusia sangat terkondisi
oleh lingkungan. Satu – satunya motivasi yang mendorong manusia
bertingkah laku adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Konsep ini
5 al-Qur‟an, 9: 16.
6 al-Qur‟an, 37: 106.
84
mengisyaratkan bahwa ketika manusia dilahirkan, ia tidak membawa bakat
apa – apa dan mengingkari potensi alami manusia. Aliran behaviorisme
menolak determinan perilaku manusia, karena manusia berkembang atas dasar
stimulasi dari lingkungannya.
Pandangan ini beranggapan bahwa manusia tidak memiliki kesempatan
untuk menentukan dirinya sendiri, oleh karena itu aliran ini memiliki
kecenderungan untuk mereduksi manusia. Artinya, manusia tidak memiliki
jiwa kemauan dan kebebeasan untuk menentukan pilihannya sendiri. Dalam
hal ini kiranya perlu dipertimbangkan bahwa manusia sebagai makhluk
hedonis, padahal manusia juga memiliki kehendak untuk mengabdi pada
Tuhannya dengan tulus ikhlas dan penuh kesadaran. Pandangan ini
mengangkat derajat manusia ke tempat yang teramat tinggi. Ia seakan-akan
pemilik akal budi yang hebat serta kebebebasan penuh untuk berbuat sesuatu
yang dianggap baik dan sesuai dengan dirinya.
Kaidah dan hukum belajar ini dapat dianggap sebagai keunggulan dari aliran
behaviorisme dalam menelaah konsep manusia yang dikaitkan dengan dengan
salah satu fenomena sunnatullah, yaitu bahwa manusia dapat mengubah nasib
dirinya sendiri.
Dalam teori belajar (learning theory) yang banyak dianut oleh para
behaviorist, hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan
85
sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan.7 Dalam
hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan
ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak
memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang
diharapkan.
B. Pendidikan Kedisiplinan Siswa di SMP Miftahurrohman Punduttrate
Gresik.
a. Tata Tertib dan Penerapan di SMP Miftahurrohman
1. Tata Tertib di SMP Miftahurrohman
SMP Miftahurrohman merupakan lembaga pendidikan formal
yang di dalamnya terdiri dari berbagai komponen yaitu siswa, guru,
kepala sekolah, staff tata usaha, benda-benda dan lain sebagainya. Dan
secara umum dapat dikatakan bahwa siswa, guru dan kepala sekolah
secara bersama–sama berada dalam satu lembaga, dan bersama-sama
pula mengatur dan membina serta menyelenggarakan program-program
yang ditentukan dan diatur oleh Dinas Pendidikan yang dilaksanakan
7 Sebagai contoh, di sekolah-sekolah berkelahi adalah sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan
dan jika tingkah laku ini dilakukan oleh seorang siswa maka salah satu cara untuk menghilangkan
tingkah laku itu adalah dengan hukuman. Selain itu, mengerjakan tugas sekolah adalah sebuah
tingkah laku yang diharapkan, dan jika seorang siswa lalai dan tidak mengerjakan tugas sekolah
maka agar siswa itu dapat menampilkan tingkah laku yang diharapkan maka hukuman adalah satu
cara yang digunakan untuk mengatasinya.Meski demikian, kekerasan dalam pendidikan tidak
selalu terjadi secara berurutan dari potensi (ringan), menjadi kekerasan (sedang), lalu tindak
kriminal (berat). Bisa saja kekerasan yang berlangsung hanya sampai pada potensi saja, tidak
berlanjut ke tingkat atasnya. Kadang terjadi kekerasan berbentuk tindak kriminal, tanpa didahului
oleh potensi maupun kekerasan sebelumnya.Joko Sumarno, “Minimalisasi Pelanggaran Disiplin
Sekolah Melalui Kinerja Evektifitas Tim Kedisiplinan”, Widyatama, vol. 5 no. 2 (juni, 2008), 23.
86
secara terus-menerus. Dalam upaya memudahkan pelaksanaan program
yang sudah ada, maka SMP Miftahurrohman membuat tata tertib sekolah.
Tata tertib mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
kedisplinan, karena kedisiplinan merupakan salah satu faktor penting
didalam penegakan peraturan dan tata tertib sekolah. Tingkat kesadaran
akan kedisplinan yang dimiliki oleh siswa sangat berpengaruh terhadap
tingkat pelanggaran tata tertib sekolah.
Tata tertib yaitu seperangkat aturan atau ketentuan yang secara
organisatoris mengikat setiap komponen sekolah, baik murid, guru,
kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai fungsi dan tugas
edukatif yang meliputi tiga dimensi yaitu mendidik yang menghasilkan etika
dalam pergaulan, mengajar menghasilkan kecerdasan dan melatih
menghasilkan ketrampilan.8
Tata tertib berkaitan erat dengan disiplin, disiplin merupakan
suatu sikap yang menunjukkan untuk menepati, mematuhi dan
mendukung ketentuan nilai-nilai serta kaidah yang berlaku.9 Dengan
8 Tata tertib yaitu peraturan yang harus dipatuhi dan ditaati atau dilakukan. Tata tertib sekolah
adalah sekumpulan aturan-aturan yang ditujukan oleh semua komponen di dalam suatu
lembaga atau organisasi agar selalu tunduk dan melaksanakan apa yang telah ditetapkan.
Sumaiyah, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 20 April 2013.rochim,
Membangun Disiplin Diri Melalui Kecerdasan Spiritual Dan Emosional (t.t.: Batavia Press, 2004)
30. 9 Asrian Dani Aliya dan Dona Eka Putri, “Sikap Ayah dan Ibu Tehadap Kekerasan oleh Guru”,
Jurnal Psikologi, vol. 3 no. 2 (juni 2010), 175.
87
demikian disiplin bukan sifat yang dibawa sejak lahir, tetapi sebagai
sesuatu yang diperoleh dari faktor pengajaran atau pendidikan.
SMPMiftaurrohman merupakan tempat terjadinya kegiatan
belajar mengajar, sebab itulah interaksi antara guru dan murid
merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku. Pelaksanaan
disiplin terhadap tata tertib mempunyai dampak secara langsung
terhadap kualitas hasil pelaksanaan kegiatan belajar mengajar itu sendiri.
Hubungannya dengan hal tersebut guru memegang peranan
penting dan strategis. Karena disiplin lebih terkait dengan pembentukan
sikap mental dan keteladanan. Disiplin dan tata tertib merupakan dua hal
yang saling terkait, sebab tata tertib pada dasarnya perangkat untuk
menegakkan disiplin. Disiplin dan tata tertib di sekolah yang
dilaksanakan mempunyai dampak secara langsung terhadap kualitas dan
hasil pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM ) diSMP
Miftahurrohman itu sendiri.
Ada enam prinsip dalam membentuk kedisiplinan yaitu10
:
1) Konsep guru tentang disiplin bukan saja mencakup tentang
ketaatan belaka, tetapi mencakup percaya diri, control diri,
kebebasan bertindak, serta merujuk kepada semua pengalaman
sekolah.
2) Disiplin yang baik bukan ditutupi dengan kemunafikan,
kebohongan, kekuasaan belaka tetapi disiplin yang baik harus
didasari oleh kejujuran dan kesopanan antara guru dan siswa.
3) Disiplin yang baik adalah kontrol bersama antara siswa dan guru
sehingga tercapai keseimbangan antara siswa dan guru.
10
Joko Sumarno, “Minimalisasi Pelanggaran Disiplin Sekolah Melalui Kinerja Evektifitas Tim
Kedisiplinan”, Widyatama, vol. 5 no. 2 (juni, 2008), 29.
88
4) Terjadinya disiplin yang baik harus didasari dengan kegiatan-
kegiatan yang sesuai dengan makna dan perencanaan bersama.
5) Siswa yang memiliki disiplin akan mudah membedakan perilaku
baik dan perilaku buruk yang menunjang proses belajar mengajar.
6) Persiapan guru dan kesiapan siswa merupakan kunci sukses dalam
mengatasi pelanggaran tata tertib. Konsep disiplin menurut Otto,
mencerminkan keikutsertaan siswa dan penetuan perannya dalam
kehidupan bersama-sama, mengoptimalkan siswa dalam
mendisiplinkan siswa yang merupakan langkah tepat untuk
mengatasi pelanggaran tata tertib sekolah.
Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan
atau aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah
akan dapat berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah dan siswa telah
saling mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri. Kurangnya
dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib
sekolah yang diterapkan di sekolah. Peraturan sekolah yang berupa tata
tertib sekolah merupakan kumpulan aturan – aturan yang dibuat secara
tertulis dan mengikat di lingkungan sekolah.
Dari beberapa pengertian tentang tata tertib di atas, dapat
disimpulkan bahwa tata tertib adalah suatu aturan – aturan atau kaidah yang
dibuat berdasarkan nilai nilai yang dianut di sekolah dan masyarakat
dan harus dipatuhi oleh seluruh komponen yang berada didalamnya.
Dengan adanya peraturan tata tertib tersebut diharapkan dapat dijadikan
rambu – rambu dalam berperilaku bagi semua individu dalam kegiatan
proses pendidikan di SMP Miftahurrohman.
2. Tujuan dan Fungsi Tata Tertib di SMP Miftahurrohman
89
Secara umum dibuatnya tata tertib sekolah mempunyai tujuan
umum agar semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak dan
kewajiban serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat
berjalan dengan lancar. Prinsip tata tertib sekolah adalah diharuskan,
dianjurkan dan ada yang tidak boleh dilakukan dalam pergaulan
dilingkungan sekolah.
Tata tertib sekolah harus ada sanksi atau hukuman bagi yang
melanggar. Menjatuhkan hukuman sebagai jalan keluar terakhir, harus
dipertimbangkan sesuai dengan perkembangan siswa sehingga
perkembangan jiwa siswa tidak dan jangan dirugikan. Tata tertib
sekolah dibuat dengan tujuan sebagai berikut:11
1. Agar siswa mengetahui tugas, hak, dan kewajibannya.
2. Agar siswa mengetahui hal-hal yang diperbolehkan dan kreatifitas
meningkat serta terhindar dari masalah-masalah yang dapat
menyulitkan dirinya.
3. Agar siswa mengetahui dan melaksanakan dengan baik dan
sungguh-sungguh seluruh kegiatan yang telah diprogramkan oleh
sekolah.
Tujuan peraturan tata tertib sekolah dibuat dalam rangka untuk
mencapai tujuan Pendidikan Nasional “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
11
M. Akhyar, Buku Panduan Tata Tertib SMP Miftahurrohman (Gresik: SMP Mifatahurrohman,
2013)
90
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peseta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”12
3. Tata Tertib Siswa SMP Miftahurrohman
Tujuan utama pendidikan adalah mewujudkan sumber daya
manusia yang berilmu, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, terampil, berdisiplin serta memiliki budi pekerti yang luhur.
Diharapkan dari usaha ini, siswa akan dapat mandiri,
berwawasan yang pada akhirnya dapat berperan dalam pembangunan bangsa
dan negara.
Untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, SMP
Miftahurrohman menerbitkan peraturan/tata tertib siswa sebagai berikut:13
Pasal 1
Maksud dan Tujuan
Tata tertib siswa ini adalah peraturan untuk mengatur siswa agar terwujud
suasana masyarakat sekolah yang berdisiplin, teratur dan tenteram
Dapat terlaksananya program sekolah khususnya proses belajar mengajar
yang aktif, dinamis, kreatif, sesuai dengan yang diharapkan.
Pasal 2
12
UU Pendidikan No. 20 Tahun 2003. 13
M. Akhyar, Buku Panduan Tata Tertib SMP Miftahurrohman (Gresik: SMP Mifatahurrohman,
2013),
91
Waktu Belajar
Waktu belajar dimulai pukul 07.00 wib s/d 12.45 wib
Sepuluh menit sebelum mulai belajar, siswa sudah berada di sekolah
Lima menit sebelum mulai belajar, bel tanda masuk dibunyikan dan semua
siswa harus sudah masuk ke kelas masing-masing dengan tertib, bila siswa
terlambat masuk, diwajibkan melapor kepada guru piket dan meminta ijin
kepada guru mata pelajaran yang sedang mengajar
Selama dalam waktu belajar, siswa dilarang keluar dari pekarangan sekolah
tanpa ijin dari guru piket
Semua siswa diwajibkan mengikuti upacara bendera atau kegiatan lain yang
telah diprogramkan oleh sekolah
Semua siswa diminta aktif belajar, baik secara perorangan, berkelompok
atau mengikuti pendalaman materi pelajaran, les/kursus/kegiatan
ekstrakurikuler yang diprogramkan oleh sekolah dan dilaksanakan oleh guru
mata pelajaran/instruktur
Pasal 3
Berhalangan Masuk Sekolah
Jika siswa berhalangan masuk sekolah harus mengajukan surat ijin terlebih
dahulu kepada kepala sekolah/guru piket, surat tersebut harus dibuat oleh
orang tua/wali siswa yang bersangkutan
Bila berhalangan masuk sekolah karena sakit, harus disertai surat keterangan
dokter rumah sakit/puskesmas yang berwenang
92
Bila orang tua/wali siswa berkeinginan membawa anak ikut cuti ke luar
daerah atau keperluan lainnya agar dilaksanakan pada waktu libur sekolah
Pasal 4
Kebersihan dan Keindahan
Setiap siswa harus menjaga kebersihan diri pribadi, tempat duduk, kelas dan
lingkungan sekolah
Setiap siswa harus menjaga kebersihan dan keindahan kelas dan lingkungan
sekolah
Siswa dilarang bermain di taman sekolah atau merusak tanaman di
lingkungan sekolah
Siswa dilarang membuang sampah sembarangan, dibuang ditempat yang
telah disediakan
Siswa dilarang mencoret-coret, baik dimeja belajar, ruang kelas, ruang wc
dan bangunan lainnya dalam lingkungan sekolah
Semua siswa wajib melaksanakan piket kelas/umum sesuai jadwal
Pasal 5
Pakaian dan Perlengkapan
Setiap siswa harus menggunakan pakaian seragam yang telah ditentukan
oleh sekolah, yaitu :
Senin s/d Selasa : Seragam putih – biru + dasi dan atribut sekolah+
Rompi biru + jilbab putih bagi yg memakai jilbab
Rabu s/d Kamis : Seragam Yayasan (Celana panjang untuk putra dan
93
rok panjang untuk putri)
Jum‟at : Seragam olahraga + jilbab biru bagi putri
Sabtu : Seragam Pramuka, tanpa setangan leher + jilbab coklat
bagi yang memakai jilbab
Menggunakan sepatu hitam dan kaos kaki putih kecuali hari Sabtu kaos kaki
hitam
Pada saat olah raga harus menggunakan pakaian olah raga yang telah
ditentukan
Setelah selesai olahraga pakaian harus diganti dengan pakaian seragam
sekolah.
Untuk siswa laki-laki dilarang berambut gondrong dan siswa perempuan
dilarang berkuku panjang
Dilarang menggunakan perhiasan emas atau yang berharga lainnya di
lingkungan sekolah
Dilarang membawa handphone ke lingkungan sekolah.
Dilarang menggunakan Asessoris gelang, kalung, topi gaya di lingkungan
sekolah.
Dilarang membawa senjata tajam.
Pasal 6
Keamanan
94
Dilarang keras berkelahi antar sesama siswa atau orang lain, baik di
lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah
Dilarang bermain terlalu kasar; berbicara yang tidak sopan, baik sesama
siswa ataupun dengan guru/pegawai sekolah
Dilarang mengendarai dan membawa kendaraan bermotor ke dalam
lingkungan sekolah.
Siswa dilarang keras membawa dan atau menyebarkan dan atau
menggunakan narkoba/nafza dan sejenisnya di dalam maupun di luar
lingkungan sekolah.
Sewaktu-waktu (sesuai program), sekolah akan melakukan razia kepada
seluruh siswa untuk memonitor keterlaksanaan tata tertib siswa
Pasal 7
Prestasi Belajar
Bagi siswa yang mencapai prestasi tertinggi di kelasnya masing-masing
akan diberikan hadiah/penghargaan
Bentuk hadiah/penghargaan akan diatur di kemudian hari dan disesuaikan
dengan kemampuan sekolah
Pasal 8
Sangsi-sangsi dan Hukuman
Bila terjadi pelanggaran terhadap tata tertib ini, maka siswa yang
bersangkutan akan diberikan sangsi, antara lain :
95
Jenis Sangsi Yang memberi sangsi
01. Teguran secara lisan Pegawai, guru, wali kelas, kepala sekolah
02. Tugas untuk kepentingan siswa Guru, wali kelas, kepala sekolah
03. Tugas untuk kepentingan sekolah Wali kelas, wakasek/kepala sekolah
04. Peringatan kepada orang tua Wali kelas, guru BP/BK, kepala sekolah
05. Skorsing belajar Kepala sekolah
06. Di keluarkan dari sekolah Kepala sekolah
07. Diserahkan ke pihak berwajib Kepala sekolah
Pasal 9
Lain-lain
Orang tua/wali siswa diharapkan turut bertanggung jawab atas terlaksananya
tata tertib ini dan bekerja sama dengan pihak sekolah untuk pelaksanan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan di SMP
Miftahurrohman.
Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur dan
ditambahkan kemudian14
.
4. Tata Tertib Guru
Tata tertib guru di SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik
adalah sebagai berikut:
Semua guru telah hadir di tempat kerja paling lambat 15 (lima belas)
menit sebelum jam kerja (pkl. 07.15 wib), menandatangani daftar hadir dan
baru boleh meninggalkan pekerjaan setelah jam kerja selesai (pkl. 14.00 wib),
14
Sumber dari arsip SMP Miftahurrohman
96
kecuali hari jum‟at (pkl. 11.15 wib) atau setelah kegiatan sekolah / ekskul
berakhir.
Guru harus mematuhi jadwal pelajaran yang telah ditetapkan dan hadir
/ meninggalkan kelas tepat waktu.
Guru harus dapat memanfaatkan sebaik-baiknya jam mengajarnya dan
waktu luang di sekolah untuk kerjakan tugas sekolah dan meningkatkan
kemampuannya
Sebelum melaksanakan tugas mengajar / kegiatan yang dipercayakan
kepadanya, guru supaya mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan selama di
sekolah guru harus berpakaian kerja..
Guru harus selalu memberikan motivasi, bimbingan dan teladan yang
baik kepada siswa dalam berbagai hal, baik di lingkungan sekolah maupun di
masyarakat.
Guru harus selalu meningkatkan wawasan, kemampuan penguasaan
materi dan keterampilan mengajar bidang study yang diajarkannya.
Guru harus selalu berusaha melaksanakan tugas sesuai dengan kode
etik guru.
Guru harus selalu berusaha agar pendidikan di sekolah berjalan lancar
dan meningkatkan ketahanan sekolah.
Guru yang bertugas sebagai guru piket, guru mata pelajaran dan guru
pembina supaya melaksanakan tugas sesuai dengan tugas dan fungsinya
dengan baik
97
Guru yang ditunjuk untuk ikuti / membina kegiatan yang di
selenggarakan sekolah di luar jam kerja hendaknya dapat melaksanakannya
dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab.
Guru harus dapat menyelesaikan / menyimpulkan / menyerahkan
semua administrasi guru / administrasi pengajaran dan lainnya paling lambat
sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Guru harus berpakaian dinas dengan rapi dan selalu menggunakan
badge pegawai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Senin – Selasa : Seragam Putih – Biru
b. Rabu – Kamis : Seragam Biru Benhur - Biru
c. Jum‟at : Seragam Olahraga
d. Sabtu : Seragam Batik
e. Pada saat SKJ seluruh guru harus menggunakan seragam olahraga
f. Pada saat kegiatan khusus / upacara resmi, guru menggunakan pakaian
sesuai dengan seragam yang ditetapkan.
Guru yang berhalangan hadir harus membuat surat izin tertulis dan bila sakit
harus disertai dengan surta keterangan Dokter yang merawat15
5. Penerapan Tatatertib di SMP Miftarurrohman Punduttrate Benjeng Gresik.
Dalam Penerapan Tatatertib di SMP Miftahurrohman Punduttrate-
Benjeng-Gresik, kepala sekolah membentuk Tim Piket yang bertugas
memantau dan mengawasi sikap, ucapan dan tindakan siswa disekolah.
15
Sumber dari arsip SMP Miftahurrohman
98
Sementara itu, setiap guru dan tenaga pendidikan lainnya bertanggung jawab
dalam mengawasi, memantau dan menilai perilaku siswa di kelas masing-
masing. Hasil pemantauan dan penilaian guru dilaporkan setiap minggu
kepada wali kelas untuk dimasukkan kedalam catatan portofolio budi pekerti
siswa yang bersangkutan.16
Guru bersama-sama dengan wali kelas dan guru pembimbing (BP)
mencermati, mengawasi dan menegur setiap siswa yang bermasalah dan
sekaligus membantu yang bersangkutan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.Hasil pemantauan dan penilaian yang terdapat dalam portofolio
masing-masing merupakan bahan catatan yang untuk disampaiakan kepada
orang tua siswa secara berkala atau setiap semester. Pada setiap akhir tahun
pelajaran, hasil penilaian ini merupakan salah satu bahan untuk menentukan
kelayakan siswa yang bersangkutan pantas naik kelas atau tamat belajar.17
Untuk mengetahui langkah-langkah pemberian sanksi atau
hukuman di SMP Miftahurrohmandi bagi empat macam sanksi
pelanggaran (sanksi ringan, sanksi sedang, sanksi berat, sanksi sangat
berat). Yang mana tiap sanksi pelanggaran mempunyai tahapan-tahapan
atau langkah-langkah dalam pemberian hukuman yaitu18
:
a. Sanksi Pelanggaran Ringan (untuk point 1-5)
Langkah-langkah pemberian hukumannya yaitu:
1) Teguran dan peringatan
16
Ali maqsudi, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 28 Agustus 2013. 17
Akhyar, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 28 Agustus 2013. 18
M. Akhyar, Buku Panduan Tata Tertib SMP Miftahurrohman (SMP Mifatahurrohman, 2013),
99
2) Belajar/mengerjakan tugas diperpustakaan
3) Membuat surat pernyataan I
4) Menghafal 5 ayat Al-qur‟an dan menterjemahkan
5) Kultum tanpa teks
6) Menghafal 2 hadits dan menerjemahkan
7) Merangkum pelajaran
8) Bersifat materi, disesuaikan dengan pelanggaran
9) Bersifat sosial, disesuaikan dengan pelanggaran
10) Pemberitahuan I kepada orang tua
b. Sanksi / Hukuman Pelanggaran Sedang (point 6-10)
Langkah-langkah pemberian hukumannya yaitu:
1) Membuat surat pernyataan II
2) Menghafal 5 ayat Al-Qur‟an, menterjemahkan dan menjelaskan isi
kandungan
3) Pidato tanpa teks
4) Menghafal 2 hadits, menterjemahkan dan menjelaskan isi hadits
5) Membuat kliping
6) Mengerjakan keputrian
7) Bersifat materi, disesuaikan dengan pelanggaran
8) Bersifat sosial, disesuaikan dengan pelanggaran
9) Pemberitahuan II kepada orang tua
c. Sanksi / Hukuman Pelanggaran Berat (point 11-20)
100
Langkah-langkah pemberian sanksi atau hukuman yaaitu:
1) Membuat surat pernyataan III
2) Menghafal 10 ayat Al-Qur‟an, menterjemahkan dan menjelaskan isi
kandungan ayat
3) Pidato bahasa Arab/Inggris tanpa teks
4) Menghafal 4 hadits, menterjemahkan isi kandungan hadits
5) Membuat makalah
6) Bersifat materi, disesuaikan dengan pelanggaran
7) Bersifat sosial,di sesuaikan dengan pelanggaran
8) Panggilan kepada orang tua
d. Sanksi/Hukuman Pelanggaran Berat (point diatas 20)
Langkah-langkah pemberian sanksi atau hukuman yaitu:
1) Membuat surat pernyataan IV
2) Dikembalikan kepada orang tua 19
Dari tahapan-tahapan yang dijelaskan diatas siswa telah paham dan
mengerti sehingga ketika adanya pelanggaran dari siswa, pihak madrasah
melaksanakan tahapan-tahapan dalam menjalankan peraturan tata tertib siswa
tidak marah, kaget, jengkel akan hukuman atau sanksi yang diberikan.
Jadi dalam penerapan tatatertib di SMP Miftahurrohman ini akan
berhasil apabila: (a) Siswa, kepala sekolah, guru, tenaga admistrasi dan orang
tua siswa memahami dan mempunyai komitmen yang kuat dalam
19
Ibid,. 33-34
101
melaksanakan tata tertib di sekolah, (b) siswa dan warga sekolah dilatih dan
dibiasakan untuk mentaati nilai dan norma yang telah disepakati dan
melaksanakan tata tertib dalam kehidupan sehari-hari disekolah dan dirumah,
dan (c) Kepala sekolah, guru, pegawai sekolah dan orang tua memberikan
contoh dan teladan dalam melaksanakan tata kehidupan sosial sekolah
tersebut.
Hasil wawancara dengan Wakil Kepala Kesiswaan yaitu ibu
Sumaiyah.20
Bahwasannya :
“macam-macam hukuman yang diterapkan di SMP Miftahurrohman
adalah hukumannya bersifat hukuman mental atau psikis karena
hukuman yang dikenakan pada pelanggar/siswa berupa nasehat,
teguran, point, dan sanksi-sanksi lain yang tidak langsung
berhubungan dengan fisik tetapi menimbulkan penderitaan, seperti
malu, sebel, dendam, marah, insyaf, menyesal dan lainnya. Termasuk
jenis hukuman refresif yaitu hukuman yang dilakukan oleh karena
adanya pelanggaran., oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Serta
termasuk hukuman normatif karena hukuman yang dikenakan
bertujuan memperbaiki akhlak siswa.”
Dari wawancara diatas maka dapat di simpulkan bahwa macam-
macam hukuman yang diterapkan di SMP Miftahurrohman adalah: 1) bersifat
hukuman mental karena hukuman yang dikenakan pada pelanggar atau siswa
tidak langsung berhubungan dengan fisik tetapi menimbulkan penderitaan
pada dirinya seperti malu, sebel, kesal, dendam, insyaf, marah, menyesal dan
lain-lain. Contoh hukuman yang dikenai seperti nasehat, teguran, point,
20
Sumaiyah, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 20 April 2013.
102
sanksi-sanksi yang membuat jera. 2) bersifat normative yaitu hukuman yang
dikenakan bertujuan memperbaiki akhlak, seperti nasehat atau teguran,
membersihkan lingkungan melatih siswa terbiasa peka akan lingkungan,
pidato di depan umum atau di lapangan tujuannnya adalah melatih anak berani
berda‟wah dalam lingkup masyarakat dan lainnya. 3) jenis hukuman yang
represif yaitu hukuman yang dilakukan oleh karena adanya pelanggaran, oleh
adanya dosa yang telah diperbuat. Seperti anak diberi hukuman membersihkan
lingkunngan dan point dua karena telah melanggar terlambat ke madrasah. 4)
sesuai dengan teori perbaikan yang mana diberlakukannya hukuman bertujuan
agar siswa tidak mengulangi lagi pelanggaran dan memperbaiki pelanggaran
yang telah diperbuat.
Dalam wawancara dengan ibu Evi musyafa‟ah, beliau menjelaskan
bahwa: “macam-macam hukuman yang diterapkan mempunyai bentuk-bentuk
sanksi atau hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Yang mana
bentuk-bentuk sanksinya adalah bentuk hukuman non fisik. Bentuk-bentuk
sanksi atau hukuman yaitu teguran, bersifat administratif, bersifat pendidikan,
bersifat materi serta sosial.”21
Bentuk-bentuk sanksi atau hukuman tersebut adalah :
1. Teguran dan peringatan
2. Bersifat administratif
21
Evi musyafa‟ah, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 20 April 2013.
103
a. Membuat surat pernyataan I, dihadapan wali kelas/pamong/
musyrifah/BK
b. Membuat surat pernyataan II, di hadapan kaur bimbingan siswa
c. Membuat surat pernyataan III, dihadapan pembantu direktur
d. Membuat surat pernyataan IV, di hadapan derektur dan orang tua
e. Pemberitahuan kepada orang tua/wali
f. Panggilan orang tua/wali
g. Dikembalikan kepada orang tua
3. Bersifat pendidikan
a. Belajar atau mengerjakan tugas di perpustakaan
b. Merangkum pelajaran
c. Kultum/ceramah/pidato/orasi didepan umum
d. Menghafal dan menterjemahkan ayat Al-Qur‟an atau hadits
e. Menjelaskan isi kandungan Al-Qur‟an atau hadits
f. Membuat keliping/makalah/paper
g. Mengerjakan tugas keputrian
4. Bersifat sosial
a. Membersihkan lingkungan sekolah atau asrama
b. Membersihkan ruangan/kamar mandi/jendela/pintu sekolah atau
asrama
5. Bersifat Materi
a. Denda uang yang telah ditentukan
104
b. Membawa tanaman hias atau tanaman obat
c. Mengganti kerusakan atau kerugian.22
Point dan sanksi/hukuman yang di berikan sesuai besar kecilnya
pelanggaran. Jadi macam hukuman yang diterapkan di SMP Miftahurrohman
berupa sanksi-sanksi pelanggaran yang disertai point sesuai besar kecilnya
pelanggaran.
Adapun tujuan diberikanya point adalah sebagai pengontrol tingkah
laku anak dan kaur kedisiplinan mengetahui seberapa banyak atau jauh
pelanggaran yang sudah dilakukan oleh anak, sehingga menumbuhkan
kesadaran siswa untuk berprilaku baik dan memotivasi untuk membentuk
sikap disiplin karena siswa pun mengetahui pelanggaran yang telah dilakukan
dan point pelanggaran yang di dapat.
Begitu juga hasil wawancara dengan bu Masfufah yang mengatakan
bahwa23
:
Dalam pelaksanaan hukuman mempunyai tahapan-tahapan dalam
memberikan hukuman atau sanksi, yang mana tahapan-tahapan tersebut
adalah proses pembinaan dari pendidik di SMP Miftahurrohman baik di
asrama maupun di asrama. Tahapan-tahapannya meliputi sanksi pelanggaran
ringan, sanksi pelanggran sedang dan sanksi pelanggaran berat.
Tahapan tahapan tersebut adalah:
22 M. Akhyar, Buku Panduan Tata Tertib SMP Miftahurrohman (SMP Mifatahurrohman, 2013),
33 23
Ibu Masfufah, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 20 April 2013.
105
1. Sanksi Pelanggaran Ringan (untuk point 1-5)
Tahapan-tahapan pemberian hukumannya yaitu:
a. Teguran dan peringatan
b. Belajar/mengerjakan tugas diperpustakaan
c. Membuat surat pernyataan I
d. Menghafal 5 ayat Al-qur‟an dan menterjemahkan
e. Kultum tanpa teks
f. Menghafal 2 hadits dan m,enterjemahkan
g. Merangkum pelajaran
h. Bersifat materi, disesuaikan dengan pelanggaran
i. Bersifat sosial, disesuaikan dengan pelanggaran
j. Pemberitahuan I kepada orang tua
2. Sanksi / hukuman pelanggaran sedang (point 6-10)
Tahapan-tahapan pemberian hukumannya yaitu:
a. Membuat surat pernyataan II
b. Menghafal 5 ayat Al-Qur‟an, menterjemahkan dan menjelaskan
isi kandungan
c. Pidato tanpa teks
d. Menghafal 2 hadits, menterjemahkan dan menjelaskan isi hadits
e. Membuat kliping
f. Mengerjakan keputrian
g. Bersifat materi, disesuaikan dengan pelanggaran
106
h. Bersifat sosial, disesuaikan dengan pelanggaran
i. Pemberitahuan II kepada orang tua
3. Sanksi / hukuman pelanggaran berat (point 11-20)
Tahapan-tahapan pemberian sanksi atau hukuman yaaitu:
a. Membuat surat pernyataan III
b. Menghafal 10 ayat Al-Qur‟an, menterjemahkan dan menjelaskan
isi kandungan ayat
c. Pidato bahasa Arab/Inggris tanpa teks
d. Menghafal 4 hadits, menterjemahkan isi kandungan hadits
e. Membuat makalah
f. Bersifat materi, disesuaikan dengan pelanggaran
g. Bersifat sosial,di sesuaikan dengan pelanggaran
h. Panggilan kepada orang tua
4. Sanksi/ Hukuman pelanggaran berat (point diatas 20)
Tahapan-tahapan pemberian sanksi atau hukuman yaitu:
a. Membuat surat pernyataan IV
b. Dikembalikan kepada orang tua
Jadi tiap pelanggaran yang dilakukan siswa akan mendapat sanksi dan
point sesuai dengan besar-kecilnya pelanggran yang dilakukan. Dari
tahapantahapan tersebut SMP Mifahurrohman melakukan pembinaan
terhadap siswa yang melanggar tata tertib Madrasah dan asrama yang
107
dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terkait dalam tingkat pembinaan,
tingkatan pembinaan tersebut adalah24:
1. Skor pelanggaran 01-50, pelaksana pembina Guru/wali kelas/ BK
2. Skor pelanggaran 51-100, pelaksana pembina Kaur Bimbingan
Siswa
3. Skor pelanggaran 101-150, pelaksana pembina Pimpinan
4. Skor pelanggaran 151-200, pelaksana pembina Konferensi Kasus.
Dari macam-macam hukuman yang diterapkan di SMP
Miftahurrohman disesuikan dengan usia siswa yaitu berkisar dari umur 12-14
tahun bahwasannya usia ini sangat cocok untuk diterapkan hukuman model ini
karena pada masa remaja mereka berkeinginan mendapatkan kesempatan,
bertualangan, dan mengembangkan imajinasi mereka.25
Jenis tata tertib dan disiplin SMP Miftahurrohman sengaja dibuat
dengan mengacu kepada kaedah-kaedah moral dan hukum yang sesuai dengan
ketentuan dan prinsip-prinsip ajaran Islam. Dengan ini akan dipaparkan
bentuk atau macam-macam sanksi hukuman yang diterapkan di SMP
Miftahurrohmandan bagaiman badan pelaksana menerapakannya.
1. Teguran dan nasehat
24
M. Akhyar, Buku Panduan Tata Tertib SMP Miftahurrohman (Gresik: SMP Mifatahurrohman,
2013), 25
Siswa pada usia ini dalam menghadapi problema-problema remaja sering bimbang tak tentu
arah, karena belum mempunyai pegangan yang kuat. Pada saat tertentu dalam masa remaja,
terlihat bahwa sikap melawan segala tata cara hidup berubah lagi dan tindak-tanduknya menjadi
teratur serta mengenal sopan santun. Ternyata dekadensi moral remaja bersifat sementara. Panut
Panuju dan Ida Umami, Psikologi Remaja ( Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999) 139-143
108
Bentuk sanksi hukuman teguran ini diterapkan jika anak masih
melakukan jenis pelanggaran yang masih ringan dan baru melakukan
pelanggaran pertama kali, seperti terlambat ke Sekolah, tidak sholat jamaah
dan sebagainya.
Wawancara peneliti dengan kaur kedisiplinan berkaitan dengan
penerapan sanksi berbentuk teguran adalah:
“Jika anak melanggar jenis pelanggaran dalam katagori ringan dan
baru dilanggar satu kali maka saya biasanya menegur dengan
memanggil anak itu kenapa pelanggaran itu dilakukan, dan memberi
nasehat agar si anak mengakui kesalahannya dan bertanggungjawab
atas kesalahannya yang telah diperbuat. Dengan ini pelanggaran itu
tidak dilakukan lagi dengan memberi peringatan jika pelanggaran
ini dialakukan maka ibu akan berikan sanksi dan point atau skor.”26
Biasanya siswa jika mendapat teguran dari kedisiplinan mereka
akan malu dan jarang siswa yang mengulangi pelanggaran.
2. Hukuman bersifat administrasi
Bentuk sanksi hukuman bersifat administrasi adalah hukuman yang
berbentuk surat pernyataan, yang mana hukuman dalam bentuk surat
pernyataan diberikan ketika anak sering melakukan pelanggaran.
Surat pernyataan yang dibuat juga dibagi empat yaitu 1) surat
pernyataan I diberikan bagi siswa yang melakukan pelanggaran ringan
(skor 1-2) yang menghadap ke wali kelas. 2) surat pernyataan II diberikan
kepada siswa yang melakukan pelanggaran sedang (skor 6-10) yang
26
Evi Musyafa‟ah, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 10 Maret
2013
109
menghadap ke kaur bimbingan siswa. 3) surat pernyataan III diberikan
kepada siswa yang melakukan pelanggaran berat (11-20) yang menghadap
pembantu direktur. 4) surat pernyataan IV diberikan kepada siswa yang
melakukan pelanggaran sangat berat (skor diatas 20) yang menghadap
direktur dan orang tua. 5) surat pemberitahuan kepada orang tua bagi siswa
yang sering melakukan pelanggaran sedang (skor 6-10). 6) surat panggilan
orang tua diberikan bagi anak yang sering melakukan pelanggaran berat (
10-20). 7) surat dikembalikan anak kepada orang tua bagi anak yang sudah
tidak taat lagi dengan peraturan dan tata tertib SMP Miftahurrohman dan
skor pelanggaran sudah sampai batas skor maksimal dari SMP
Miftahurrohman yaitu skor 200.27
Wawancara kami dengan kesiswaan berkaitan dengan penerapan
sanksi hukuman dalam bentuk administrasi, beliau mengatakan bahwa:
“Siswa yang melanggar pelanggaran untuk jenis sanksi berat yang
mana hukuman yang ada dia membuat surat peryataan dengan
menghadap saya, untuk siswa yang melanggar ini biasanya dia
mendapatkan batasan skor di SMP Miftahurrohmandan biasanya
anak tersebut waktu pembagian raport mengambil ke saya. Siswa
yang melanggar biasanya saya panggil ke kantor saya sendirian.
Kemudian saya ajak ngobrol-ngobrol kenapa pelanggaran ini terjadi,
apakah keinginan dari dirinya atau malah sudah bosan sekolah di
SMP Miftahurrohmandengan membandingkan keberadaannya yang
dulunya baik. Biasanya ada siswa yang menangis karena menyesal,
setelah itu saya beri hukuman yang mendidik yang akhirnya dia jera
akan pelanggaran yang siswa lakukan. Biasanya saya suruh
menghafal surat Al-Qur‟an yang panjang atau membuat pidato dan
mempidatokan di depan kelas.”28
27
Sumaiyah, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 28 Maret 2013 28
Ibid, 20 April 2013.
110
3. Hukuman bersifat pendidikan
Hukuman dalam bentuk pendidikan adalah hukuman yang
berhubungan dengan pendidikan misalnya merangkum pelajaran,
kultum/pidato di depan umum , menghafal dan menterjemahkan Qur‟an atau
Hadits, serta membuat kliping. Pelanggaran yang bersifat pendidikan ini
biasanya untuk siswa yang sering melakukan pelanggaran ringan, contohnya
ada siswa yang sering ribut di kelas pada mata pelajaran Fiqih, guru biasanya
melaporkan ke petugas kedisiplinan untuk di lanjutkan pembinaan dan diberi
hukuman yang mendidik agar siswa jera.
4. Hukuman bersifat sosial
Hukuman bersifat sosial untuk pelanggaran yang dikatgorikan ringan
dan juga hukuman yang bersifat berat. Bentuk hukuman yang bersifat sosial
misalnya membersihkan lingkungan Madrasah, membersihkan kamar mandi
asrama dan membersihkan lingkungan asarama serta masyarkat.
Sebenarnya hukuman yang bersifat sosial ini sangat terkait dengan
privasi diri siswa,. Siswa dalam menjalankan hukman ini biasanya mempunyai
rasa malu amat banyak dibandingkan hukuman dalam bentuk lain.29
29
Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan ibu Evi Musyafa‟ah selaku Kaur Kedisiplinan
yang mengatakan bahwa:“Siswa yang mendapatkan hukuamn ini biasanya menolak diawal dan
meminta ganti sanksi hukuman yang lain yang bersifat pendidikan atau materi karena katanya
mbak malu sekali, misalnya siswa mendapatkan hukuman membersihkan halaman madrasah
karena terlambat ke madrasah pada pagi hari. Dalam menjalankan sanksi hukuman tersebut kan
mereka malu dilihat tema-temannya di depan kelas karena melihat mereka dihukum karena
terlambat. Biasanya siswa sangat jera dengan jenis hukuman ini karena hal ini berkaitan dengan
privasi.”. Evi Musyafa‟ah, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 13
Maret 2013
111
Semua sanksi pelanggaran yang ada di SMP Miftahurrohman telah
diberikan dan tiap-tiap pelanggar pun akan mendapatkan pembinaan yang
bertujuan agar siswa tidak mengulangi, apabial terus menerus melanggar dan
dikhawatirkan akan mempengaruhi temannya yang lain dan skor yang di dapat
telah mencapai 200, maka siswa tersebut layak untuk dikeluarkan atau drop
out dar SMP Miftahurrohman. Setiap pelanggaran yang dilakukan siswa dan
perkembangannya pihak pembinaan siswa selalu melaporkan perkembangan-
nya kepada wali siswa tersebut. Tujuannya adalah agar orang tua ikut serta
dalam membina akhlak anaknya, tidak hanya sepenuhnya menyerahkan pihak
SMP Miftahurrohman. Jika kita tilik kembali, remaja adalah masa transisi dari
periode anak ke dewasa. Ego merupakan pusat adaptasi stimulus dari luar
maupun dari dalam diri seseorang. Menurut Coppolillo dikutip dari Sarlito
wiarawan sarwono, ego bertugas menghambat stsu menyalurkan stimulus atau
dorongan tertentu, baik yang dari dalam maupun dari luar, sehingga tercapai
titik ambang tertentu atau keraguan yang menentukan ciri dari individu yang
bersangkutan dalam berespons terhadap lingkungannya.30
Khususya pada diri remaja proses perubahan itu merupakan hal yang
harus terjadi oleh karena dalam proses pematangan kepribadiannya remaja
sedikit demi sedikit memunculkan ke permukaan sifat-sifatnya yang
sesungguhnay yang berbenturan dengan rangsan-rangsang dari luar. Inti tugas
30
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikalogi Remaja (Jakarta: PT. Raja Grasindo, 1994), 101.
112
perkembangan seseorang dalam periode remaja awal dan menengah adalah
memperjuangan kebebasan.31
Remaja dalam menghadapi problema-problema remaja sering bimbang
tak tentu arah, karena belum mempunyai pegangan yang kuat. Pada saat
tertentu dalam masa remaja, terlihat bahwa sikap melawan segala tata cara
hidup berubah lagi dan tindak-tanduknya menjadi teratur serta mengenal
sopan santun. Ternyata dekadensi moral remaja bersifat sementara. Jadi para
pendidik dan orang tualah yang harus bijaksana membimbing mereka dengan
cara persuasif, motivatif, konsultatif, maupun edukatif32
Jika kita tilik perkembangan kepribadiannya yaitu kesadaran dan rasa
tanggung jawab meningkat seperti orang dewasa, maka dengan penerapan
hukuman dan pembinaan yang sangat bijaksana di SMP Miftahurrohman
diharapkan dapat membentuk akhlak siswa menjadi baik, mengarahkan dan
melatih siswa untuk bertanggungjawab atas perbuatannya dan sikap pendidik
atau pihak pelaksana hukuman sebaiknya membiasakan diri lagi dan bersikap
bersahabat dengan siswa yang melanggar, hal tersebut akan mendorong siswa
untuk berubah dan menganggap bahwa pelanggaran yang dilakukannya adalah
perbuatan yang tercela.
Hasil wawancara dengan siswa yang bernama Nurul Fatimah bahwa:33
“setuju dengan di berlakukannya hukuman atau sanksi agar terbiasa
bersikap disiplin sehingga prilaku siswa dapat terkendali. Dengan
31
Ibid., 74. 32
Panut Panuju dan Ida Umami, Psikologi Remaja (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,1999),
hal.130-135 33
Nurul Fatimah, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 13 April 2013
113
adanya penerapan hukuman siswa pun selalu berfikir dan
mempertimbangkan segala sesuatu yang akan dilakukannya karena
apabila melanggar peraturan tata tertib yang ada maka akan dikenakan
hukuman sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga dengan
adanya hukuman siswa akan mempunyai perasaan segan untuk
melakukan pelanggaran.”
Wawancara dengan Ibu Sumaiyah, S.Pd34 mengenai penerapan
hukuman dan sanksi, beliau mengungkapkan bahwa:
“SMP Miftahurrohman adalah lembaga pendidikan yang menerapkan
hukuman dan sanksi yang edukatif selain tujuannya untuk memperbaiki moral
atau akhlak siswa dan di SMP Miftahurrohman juga tidak diberlakukan
hukuman fisik atau bersifat kekerasan.”
Di SMP Miftahurrohman juga tidak di berlakukannya hukuman fisik
atau hukuman dalam bentuk kekerasan karena mendidik menurut Islam bukan
didasarkan atas paksaan atau kekerasan melainkan berdasarkan kehalusan budi
dan rasa kasih sayang. Dan juga hukuman yang diberikan harus jelas sasaran
sebab-sebabnya bagi siswa sehingga siswa tahu kesalahan-kesalahan
perbuatan apa yang menyebabkan dia dihukum.
Dalam memberikan hukuman juga tidak boleh dengan sewenang
wenang melakukan menurut kehendak seseorang tetapi menghukum adalah
suatu perbuatan yang tidak bebas yang selalu mendapat pengawasan dari
masyarakat dari masyarkat dan negara. Apalagi hukuman yang bersifat
34
Ibid.
114
pendidikan harus memenuhi syarat-syarat yang tertentu. Adapun syarat-syarat
hukuman antara lain35
:
a. Tiap- tiap hukuman hendaklah dapat dipertanggungjawabkan
b. Hukuman itu sedapat-dapatnya bersifat memperbaiki kelakuan dan
moral anak-anak
c. Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang
bersifat peseorangan
d. Jangan menghukum pada waktu kita sedang marah karena
memungkinkan besar hukuman itu tidak adil atau terlalu berat.
e. Tiap-tiap hukuman harus diberikan dengan sadar atau sudah di
pertimbangkan terlebih dahulu.
f. Hendaknya hukuman itu dapat dirasakan bagi si terhukum sebagai
kedukaan atau penderitaan yang sebenarnya. Artinya dengan hukuman
itu anak merasa menyesal dan merasa bahwa untuk sementara waktu ia
kehilangan kasih sayang
g. Jangan melakukan hukuman badan sebab pada hakikatnya hukuman
badan itu dilarang oleh negara, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan merupakan penganiayaan terhadap sesame
makhluk
h. Hukuman tidak boleh merusak hubungan baik antara si pendidik dan
anak didiknya
i. Perlu adanya kesanggupan memberi maaf dari si pendidik sesudah
menjatuhkan hukuman dan setelah anak menginsyafi kesalahannya.
Wawancara penulis dengan salah satu siswa yang bernama Revi
Wijanarko36 mengungkapkan bahwa:
“Perasaan awal dia jengkel mendapatkan hukuman, rasa takut dan
malu pun muncul dan merasa tidak nyaman dengan keberadaannya karena
melanggar peraturan, di SMP Miftahurrohmanjuga selain mendapat hukuman
juga mendapatkan point sehingga rasa bersalah atas pelanggaran yang
dilakukannya semakin besar serta menyesal tidak akan mengulanginya.”
35
Ngalim Puwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), hal. 191-192 36
Revi Wijanarko, Wawancara, SMP Miftahurrohman, 13 April 2013
115
Berbeda dengan pengungkapan siswa yang bernama Ana Miftahul
Jannah37, bahwa:
“Akibat yang dirasakan setelah mendapatkan hukuman, dirinya sedikit
takut, merasa jengkel, dengan sanksi yang dia kenai. Tetapi merasa
bangga dengan melakukan pelanggaran karena sudah membuat marah
guru walaupun dirinya merasa jengkel dan malu. Tetapi yang jelas
membawa bekas yang positif yaitu keinginan berubah menjadi baik,
setidaknya merasa segan untuk tidak melakukan pelanggaran terhadap
peraturan yang berlaku.”
C. Wawancara Stakeholder tentang Pendidikan Kedisiplinan Siswa di SMP
Miftahurrohman
Wawancara yang saya lakukan dari beberapa pihak yang berada
dilingkungan SMP Miftahurrohman tentang kedisiplinan Siswa di SMP
Miftahurrohman, yaitu wawancara dengan Ibu Sumaiyah38 selaku Ketua
Urusan Bimbingan Kesiswaan mengungkapkan, bahwa:
“Langkah-langkah pemberian sanksi atau hukuman di SMP
Miftahurrohman mempunyai tahapan-tahapan yang edukatif dalam
menjalankan peraturan tata tertib yang berlaku karena SMP
Miftahurrohman tidak ingin penerapan hukuman tanpa memperhatikan
tahapan dari pelanggaran yang dilakukan dan sanksi atau hukuman
yang diberikan sangat mendidik tidak adanya sistem kekerasan.
Karena sanksi atau hukuman pelanggaran dibagi empat macam yaitu
sanksi pelanggaran ringan, sanksi pelanggaran sedang, sangsi
pelanggaran berat, dan sanksi pelanggaran sangat berat.”
37
Anna Miftahul Jannah, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 13
April 2013.
38
Sumaiyah, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 28 Maret 2013
116
Wawancara dengan salah satu siswa SMP kelas I yang bernama M. Afif
Zamroni tentang tanggapannya setelah mendapatkan hukuman/sanksi dan
pembinaan dari pelangaran yang dia lakukan adalah:
“Malu kepada teman-teman tetapi harus konsekuen harus bisa
bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan dan menerima hukuman
dengan ikhlas. Dengan hukuman itu saya bisa mengambil pelajaran dan
pengalaman.”39
Berbeda dengan pengungkapan siswa yang bernama Zahrotul
Mufidah yang menjabat sebagai ketua OSIS,40
siswa ini mengakui bahwa:
“Takut jika dikenai hukuman dan merasa tidak nyaman dengan
keberadaannya karena melanggar peraturan. Dan merasa bersalah dengan apa
yang dilakukannya serta menyesal tidak akan mengulanginya tetapi kadang-
kadang merasa malu dengan sanksi yang di kenai.”
Begitu juga pengungkapan siswa yang bernama Aulia Akmaliah41
yang mengungkapkan bahwa:
“diterapkannnya hukuman skor atau point yang disertai sanksi dan
pembinaan sangat baik, yang mana fungsinya sebagai alat untuk
mengukur dan mengetahui seberapa besar atau banyak pelanggaran
yang dilakukan oleh siswa, sehingga pembinaan yang dilaksanakan
oleh pihak madrasah pun lebih jelas kepada siapa yang harus di
bina. Macam hukuman ini akan lebih membuat jera jika disertai
sanksi yang berat tetapi mungkin lebih baik disertai juga dengan
pendekatan dari hati ke hati atau pendekatan personal agar lebih
mengena. Hukuman yang diterapkan di SMP Miftahurrohman
sudah baik sekali karena hukuman yang terapkan bersifat mendidik
39
M. Afif zamroni, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 5 April 2013. 40
Zahrotul Mufidah, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 23 April
2013 41
Aulia Akmilah, Wawancara, SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik, 5 April 2013
117
yaitu dengan tujuan memperbaiki agar tidak mengulangi
pelanggaran atau perbuatannnya yang salah. Tetapi tidak semua
pelanggar. Jadi memang semua tergantung dari siswa yang dikenai
hukuman itu. Jika hukuman itu sebagai alat untuk memperbaiki
sikap dan kesalahan yang dilakukan, itu adalah respon sikap yang
baik tetapi jika hukuman itu dijadikan pengganti kesalahan yang
diperbuat, biasa-biasa saja malah membuat siswa ingin selalu
melakukan pelanggaran karena hukuman yang di kenai tidak
membuatnya jera, itu yang dikhawatirkan"