23
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Tinjauan Umum PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
3.1.1. Sejarah dan Perkembangan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Pada tanggal 16 Oktober tahun 1967, pemerintah Hindia Belanda melalui
Koninklijk Besluit No. 27 mendirikan Postspaarbank, yang kemudian bertahan dan
mampu berkembang hingga pada tahun 1939 telah tercatat memiliki 4 (empat)
cabang di daerah Jakarta, Surabaya, Medan dan Makasar. Tahun 1940 Jerman
melakukan penyerbuan terhadap Netherland yang mengakibatkan hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap bank, sehingga banyak nasabah yang melakukan
penarikan uangnya secara besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat. Namun
kemudian keadaan keuangan Postpaarbank dan membentuk bank baru yaitu Tyokin
Kyoku yang didirikan oleh pemerintah Jepang dengan tujuan untuk menghimpun
dana masyarakat dalam bentuk tabungan. Usaha pemerintah Jepang ini tidak berjalan
lancar karena penghimpunan dana dibuat dengan sistem paksaan. Tyokin Kyoku
hanya memiliki satu cabang saja yaitu di daerah Yogyakarta.
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, telah menghadirkan pemikiran baru
bagi bapak Darmosoetanto untuk memprakarsai pengambilalihan Tyokin Kyoku dari
pemerintahan jepang menjadi pemerintahan Indonesia dan terjadilah perubahan nama
menjadi Kantor Tabungan Pos.
24
Bapak Darmosoetanto ditetapkan menjadi Direktur pertama oleh pemerintah RI.
Tugas pertama Kantor Tabungan Pos adalah melakukan penukaran uang Jepang
dengan Oeang Republik Indonesia (ORI). Hanya bertahan selama lebih kurang 1
tahun 4 bulan, karena terjadinya Agresi Militer Belanda yang ke-2 (Desember 1946).
Yang menyebabkan didudukinya semua kantor, termasuk kantor cabang dari Kantor
Tabungan Pos dirubah namanya menjadi Bank Tabungan RI. Sejak kelahirannya dan
perubahan nama Bank Tabungan RI, lembaga ini bernaung di bawah kepemimpinan
Kementian Perhubungan.
Banyak kejadian bernilai sejarah sejak tahun 1950 tetapi substansif bagi sejarah
BTN adalah dikeluarkannya UU Darurat No. 9 Tahun 1950 tanggal 9 Februari 1950
yang mengubah nama “Postpaarbank In Indonesia” berdasarkan staatsblat No. 295
Tahun 1941 menjadi Bank Tabungan Pos dan memindahkan induk kementrian dari
Kementrian Perhubungan ke Kementrian Keuangan di bawah Menteri Urusan bank
Sentral. Walaupun dengan UU darurat tersebut masih bernama Bank Tabungan Pos,
tetapi tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal lahir Bank
Tabungan Negara. Nama Bank Tabungan Pos menurut Undang-undang darurat
tersebut dikukuhkan dengan UU No. 36 Tahun 1953 tanggal 18 Desember 1953.
Perubahan nama dari Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara
didasarkan pada PERPU No. 4 Tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963 yang kemudian
dikuatkan dengan UU No.2 Tahun 1964 tanggal 25 Mei 1964.
25
Penegasan status Bank Tabungan Negara sebagai bank milik negara ditetapkan
dengan Undang-undang No. 20 Tahun 1968 tanggal 19 Desember 1968 yang
sebelumnya (sejak tahun 1964) Bank Tabungan Negara menjadi BNI unit V.
Jika tugas utama saat pendirian postpaarbank (1897) sampai dengan Bank
Tabungan Negara (1968) adalah bergerak dalam lingkup penghimpunan dana
masyarakat melalui tabungan, maka sejak tahun 1974 Bank Tabungan Negara
ditambah tugasnya yaitu memberikan layanan KPR dan untuk pertama kalinya
penyaluran KPR terjadi pada tanggal 10 Desember 1967, karena itulah tanggal 10
Desember diperingati sebagai hari KPR bagi BTN.
Bentuk hukum BTN mengalami perubahan lagi pada tahun 1992, yaitu dengan
dikeluarkannya PP No. 7 Tahun 1992 yang merupakan pelaksanaan dari UU No. 7
tahun 1992 bentuk hukum BTN berubah menjadi Perusahaan Perseroan. Sejak saat
itu nama BTN menjadi PT Bank Tabungan Negara (Persero). Berdasarkan kajian
konsultan independent, Price Waterhouse Coopers, pemerintah melalui Menteri
BUMN dalam surat nomor S-554/M-MBU/2002 tanggal 21 Agustus 2002
memutuskan BTN sebagai Bank umum dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan
tanpa subsidi.
Tahun 2003 Bank Tabungan Negara secara keseluruhan melakukan
restruksturisasi perusahaan yang tertuang dalam persetujuan RJP tahun 2003-2007
(berdasakan surat Menteri BUMN No. S-984/M-MBU2003) pada tanggal 31 Maret
2003 dan ketetapan Direkksi BTN No. 306/DIR/IR-BTN/XII 2004 perihal revisi RJP
tahun 2003-2007. Bank Tabungan Negara menjadi bank pertama di Indonesia yang
26
melakukan sekuritisasi asset (KIK EBA) di Bursa Efek Indonesia di tahun 2009.
Pada tahun yang sama juga melepaskan 2.360.057.000 lembar saham, seara dengan
27,08% dari total saham BTN, dan tercatat sebagai emisi IPO terbesar di ahun 2009
dengan nilai dana sebasar Rp. 1,88 Triliun.
BTN memiliki Visi dan Misi perusahaan sebagai pedoman dalam mengelola
usahanya. Ini wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh setiap pegawai sebagai
pedoman dalam mengelola usahanya yaitu:
1. Visi
Menjadi bank yang terdepan dalam pembiayaan perumahan.
2. Misi
a. Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri
terkait pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah.
b. Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan
produk, jasa, dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.
c. Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas,
profesional dan memiliki integritas tinggi.
d. Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-
hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan Shereholder
Value.
e. Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.
27
3.1.2. Struktur dan Tata Kerja PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCP
Bojong Gede Bogor.
Sumber: PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCP Bojong Gede Bogor
Gambar III.1
Struktur Organisasi BTN KCP Bojong Gede Bogor
Keterangan:
Sub Branch Head : Mohammad Sodikin
Loan Service Staff : Wira Hadi Siswanto
Customer Service : Siti Rahmi
Teller Service : Erlina Triastuti
Security : Muhammad Ali
: Muhammad Lutfi Azis
Driver : Satyo Nur Yadi
Office Boy : Hafidzul Wahdi
Sub Branch
Head
Loan
Servicce Staff
Customer
Service
Teller Service
Supporting Staff:
Security
Driver
Office Boy
28
Sumber: dokumen BTN KCP Bojong Gede
Adapun pembagian tugas pada masing-masing bagian pada PT. Bank Tabungan
Negara, adalah sebagai berikut:
1. Sub Branch Head, mempunyai tugas:
a. Memimpin segala kegiatan cabang.
b. Mengkoordinir pembuatan rencana kerja.
c. Mengendalikan dan mengawasi proses kerja kantor cabang pembantu.
d. Menentukan kebijakan umum BTN KCP Bojong Gede agar sesuai dengan
tujuan dan prinsip-prinsip dunia perbankan.
2. Loan Service Staff, mempunyai tugas:
Bagian Loan Service Staff merupakan tempat untuk menjelaskan kepada nasabah
mengenai prosedur pembiayaan serta terjadinya akad pembiayaan, tugas Loan
Service Staff antara lain:
a. Menangani dan memproses pegajuan pembiayaan.
b. Melakukan analisa terhadap pembiayaan.
c. Melakukan wawancara terhadap nasabah.
d. Melakukan persiapan akad.
e. Membuat daftar DUP (daftar usulan pemohon).
f. Melakukan pengawasan terhadap pembiayaan yang telah diberikan.
g. Membuat paket analisa pembiayaan (PAP) perorangan maupun korporasi.
h. Bertindak sebagai komite penyaluran pembiayaan (KPP) dalam upaya
pengambilan keputusan pembiyaan.
29
i. Menyusun strategi atau planning dan melakukan marketing atau sosialisasi
kepada nasabah baik dalam rangka penghimpunan/ pengalokasian
pemberian pembiayaan terhadap nasabah.
j. Menggantikan sementara tugas Sub Branch Head saat Sub Brach Head
sedang dinas diluar kantor.
3. Customer Service, mempunyai tugas:
Customer Service merupakan bagian yang sangat penting dan urgen baik bagi
bank maupun nasabah, aktifitas customer service antara lain:
a. Sebagai tempat informasi bagi nasabah mengenai produk dana dan produk
pembiayaan yang dimiliki sebuah bank.
b. Membuka rekening, melaksanakan pembukuan, penutupan rekening
tabungan, deposito, dan giro.
c. Distribusi speciment tanda tangan nasabah.
d. Inventaris database nasabah.
e. Pemesanan dan pengambilan cek/bilyet giro.
f. Pemindahan saldo (Carry fo rWard).
g. Mencetak laporan harian pembentukan master CIF.
h. Melakukan profing terhadap tabungan, giro, dan deposito.
i. Sebagai tempat penjelasan/pengaduan bagi nasabah yang memiliki keluhan
dalam bertransaksi.
30
4. Teller Service
Teller merupakan tempat keluar masuknya uang secara fisik yang memiliki
aktifitas sebagai berikut:
a. Melayani penyetoran dan penarikan uang.
b. Melayani penyetoran warkat kliring, inkaso dan transfer.
c. Melakukan pendebetan rekening berupa “in-house ceck”.
d. Membuat cash register dan mencatat daftar mutasi kas.
e. Mencatat setiap perincian uang (break down) dan transaksi penerimaan uang
tunai.
f. Melakukan validasi dan print out jurnal transaksi teller.
g. Menghitung selisih kas dan menghitung jumlah mutasi kas.
h. Melakukan konslidasi semua daftar mutasi kas.
i. Memastikan keamanan dan kecocokan uang kas yang ada dalam ruang teller
untuk kelancaran pelayanan nasabah.
5. Security
a. Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di lingkungan atau kawasan
bank khususnya pengamanan fisik (Physical Security).
b. Memberikan pelayanan pertama ketika nasabah pertama kali memasuki
bank dengan menanyakan keperluan dari nasabah dan mencoba membantu
mengarahkan tujuan transaksi dari nasabah.
c. Mengawal penyetoran dan pengambilan uang dari kantor cabang pembantu
ke kantor cabang utama atau sebaliknya.
31
6. Driver
a. Menunjang kelancaran transportasi yang diperlukan kantor.
b. Bersama petugas kantor dan security membawa uang setoran dari kantor
cabang pembantu ke kantor cabang utama atau sebaliknya.
7. Office Boy
a. Menjaga kebersihan kantor secara keseluruhan.
b. Menyimpan arsip dan dokumen nasabah.
c. Melakukan kegiatan pengiriman data ke kantor cabang utama atau cabang
lainnya.
3.1.3. Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCP Bojong Gede
adalah secara umum, dapat dijelaskan pada penjelasan dibawah umum sedangkan
penjelasan mengenai produk dan atau jasa layanan secara lebih rinci dapat dilihat
menu produk.
1. KPR dan Perbankan Konsumer
a. Produk kredit konsumer terbagi menjadi empat yaitu KPR Bersubsidi, KPR
Non Subsidi, Kredit Perumahan lainnya dan Kredit Konsumer.
b. Produk simpanan juga terbagi tiga yaitu giro, tabungan dan deposito.
Adapun jenis layanan dan penjelasannya akan dijabarkan dibawah ini:
1) Mortgage : menyediakan layanan pembiayaan berbasi rumah hunian.
2) Cunsomer Loan :
32
a) Memberikan layanan pembiayaan berbasis rumah hunian.
b) Pengembangan bisnis consumer loan dari value chain perumahan.
3) Consumer Funding :
a) Memberikan layanan produk dana dan jasa yang berorientasi pada
nasabah individual
b) Pengembangan bisnis wealth management
2. Perumahan dan Perbankan Komersial
3. Produk kredit komersial terbagi menjadi tiga yaitu Kredit Konstruksi, Kredit
Mikro & Usaha Kecil Menengah serta Kredit Korporasi lainnya.
a. Produk simpanan didominasi oleh dua hal yaitu giro dan deposito
Adapun jenis layanan dan penjelasannya akan dijabarkan dibawah ini:
1) Commercial Loan : Mengelola bisnis commercial loan termasuk kredit
konstruksi.
2) SME : Memberikan layanan pembiayaan bagi segmen mikro dan kecil.
3) Commercial Institusional Funding: Memberikan layanan jasa dan
produk dana yang berorientasi kepada nasabah korporasi dan
institusional.
4. Perbankan Syariah
a. Produk pembiayaan terbagi menjadi dua yaitu Pembiayaan Konsumer
Syariah dan Pembiayaan Komersil Syariah.
b. Produk pendanaan terbagi menjadi tiga yaitu giro syariah, tabungan syariah,
dan deposito syariah.
33
Adapun jenis layanan dan penjelasannya akan dijabarkan dibawah ini:
1) Badan Usaha : Menyediakan layanan produk dan jasa syariah yang
menciptakan sinergi bisnis bank BTN.
5. Treasury & Asset Management
a. Menyediakan layanan jasa dan produk treasury.
b. Mengelola bisnis DPLK.
3.2. Data Penelitian
3.2.1. Tingkat Inflasi
Berikut ini data tentang tingkat inflasi dari tahun 2013-2015
Tabel III.1
Data Tingkat Inflasi Tahun 2013-2015
TINGKAT INFLASI
NO Bulan 2013 2014 2015
1 Januari 4.57 % 8.22 % 6.96 %
2 Februari 5.31 % 7.75 % 6.29 %
3 Maret 5.90 % 7.32 % 6.38 %
4 April 5.57 % 7.25 % 6.79 %
5 Mei 5.47 % 7.32 % 7.15 %
6 Juni 5.90 % 6.70 % 7.26 %
7 Juli 8.61 % 4.53 % 7.26 %
8 Agustus 8.79 % 3.99 % 7.18 %
9 September 8.40 % 4.53 % 6.83 %
10 Oktober 8.32 % 4.83 % 6.25 %
11 November 8.37 % 6.23 % 4.89 %
12 Desember 8.38 % 8.36 % 3.35 %
Rata-rata 6.96 % 6.41 % 6.38 %
Sumber: www.bi.go.id
34
Berdasarkan tabel III.1, tingkat inflasi pada umumnya mengalami penurunan
yaitu pada tahun 2013 dengan prosentase rata-rata sebesar 6,96 %, pada tahun 2014
dengan prosentase rata-rata sebesar 6,41 % yang mengalami penurunan tingkat
inflasi dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,55 %, pada tahun 2015 dengan
prosentase rata-rata sebesar 6,38 % yang mengalami penurunan tingkat inflasi dari
tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,03 % dan berarti mengalami penurunan di setiap
tahunnya
3.2.2. Suku Bunga BI
Tabel III.2
Data Suku Bunga BI Tahun 2013-2015
SUKU BUNGA BI
NO Bulan 2013 2014 2015
1 Januari 5.75 % 7.50 % 7.75 %
2 Februari 5.75 % 7.50 % 7.50 %
3 Maret 5.75 % 7.50 % 7.50 %
4 April 5.75 % 7.50 % 7.50 %
5 Mei 5.75 % 7.50 % 7.50 %
6 Juni 6.00 % 7.50 % 7.50 %
7 Juli 6.50 % 7.50 % 7.50 %
8 Agustus 6.75 % 7.50 % 7.50 %
9 September 7.25 % 7.50 % 7.50 %
10 Oktober 7.25 % 7.50 % 7.50 %
11 November 7.50 % 7.60 % 7.50 %
12 Desember 7.50 % 7.75 % 7.50 %
Rata-rata 6.45 % 7.53 % 7.25 %
Sumber: www.bi.go.id
Berdasarkan tabel III.2, suku bunga BI mengalami peningkatan dan penurunan.
Suku bunga tahun 2013 dengan prosentase rata-rata suku bunga BI sebesar 6,45 %,
35
pada tahun 2014 prosentase rata-rata suku bunga BI sebesar 7,53 % mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 1,08 %, pada tahun 2015 prosentase rata-
rata suku bunga BI sebesar 7,25 % yang mengalami penurunan sebesar 0,28 %.
3.2.3. Jumlah Deposito
Tabel III.3
Data Jumlah Deposito Tahun 2013-2015
Jumlah Deposito
NO Bulan 2013 2014 2015
1 Januari Rp 266.500.000 Rp 777.000.000 Rp 244.800.000
2 Februari Rp 285.000.000 Rp 800.000.000 Rp 384.061.000
3 Maret Rp 348.000.000 Rp 600.000.000 Rp 673.000.000
4 April Rp 300.000.000 Rp 695.000.000 Rp 565.000.000
5 Mei Rp 316.000.000 Rp 790.000.000 Rp 685.500.000
6 Juni Rp 550.800.000 Rp 920.000.000 Rp 751.500.000
7 Juli Rp 92.000.000 Rp 877.000.000 Rp 945.000.000
8 Agustus Rp 287.500.000 Rp 850.000.000 Rp 543.220.000
9 September Rp 482.400.000 Rp 684.000.000 Rp 820.400.000
10 Oktober Rp 560.000.000 Rp 994.000.000 Rp 842.400.000
11 November Rp 943.800.000 Rp 696.500.000 Rp 994.000.000
12 Desember Rp 617.500.000 Rp 619.000.000 Rp 897.000.000
Total Rp 5.049.500.000 Rp 9.302.500.000 Rp 8.345.881.000
Sumber: BTN Bojong Gede Bogor
Berdasarkan tabel III.3, jumlah deposito mengalami peningkatan dan
penurunan. Jumlah deposito pada tahun 2013 dengan total jumlah deposito sebesar
Rp 5.049.500.000, pada tahun 2014 dengan total jumlah deposito sebesar Rp
9.302.500.000 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar Rp
36
4.253.000, pada tahun 2015 dengan total jumlah deposito Rp 8.345.881.000
mengalami penurunan sebesar Rp 956.619.000
3.2.4. Tabel Penolong
Untuk mempermudah dalam proses perhitungan maka penulis menggunakan
data yang disederhanakan menggunakan rumus Ln pada Ms. Excel.
Tabel III.4
Tabel Penolong
Tahun Bulan x1 x2 y x12 x22 y2 x1.y x2.y
2013
Januari 4.57 5.75 19.40 20.8849 33.0625 376.36 88.658 111.55
Februari 5.31 5.75 19.47 28.1961 33.0625 379.0809 103.3857 111.9525
Maret 5.90 5.75 19.67 34.81 33.0625 386.9089 116.053 113.1025
April 5.57 5.75 19.52 31.0249 33.0625 381.0304 108.7264 112.24
Mei 5.47 5.75 19.57 29.9209 33.0625 382.9849 107.0479 112.5275
Juni 5.90 6.00 20.13 34.81 36 405.2169 118.767 120.78
Juli 8.61 6.50 18.34 74.1321 42.25 336.3556 157.9074 119.21
Agustus 8.79 6.75 19.48 77.2641 45.5625 379.4704 171.2292 131.49
September 8.40 7.25 19.99 70.56 52.5625 399.6001 167.916 144.9275
Oktober 8.32 7.25 20.14 69.2224 52.5625 405.6196 167.5648 146.015
November 8.37 7.50 20.67 70.0569 56.25 427.2489 173.0079 155.025
Desember 8.38 7.50 20.24 70.2244 56.25 409.6576 169.6112 151.8
2014
Januari 8.22 7.50 20.47 67.5684 56.25 419.0209 168.2634 153.525
Februari 7.75 7.50 20.50 60.0625 56.25 420.25 158.875 153.75
Maret 7.32 7.50 20.21 53.5824 56.25 408.4441 147.9372 151.575
April 7.25 7.50 20.36 52.5625 56.25 414.5296 147.61 152.7
Mei 7.32 7.50 20.49 53.5824 56.25 419.8401 149.9868 153.675
Juni 6.70 7.50 20.64 44.89 56.25 426.0096 138.288 154.8
Juli 4.53 7.50 20.59 20.5209 56.25 423.9481 93.2727 154.425
Agustus 3.99 7.50 20.56 15.9201 56.25 422.7136 82.0344 154.2
September 4.53 7.50 20.34 20.5209 56.25 413.7156 92.1402 152.55
Oktober 4.83 7.50 20.72 23.3289 56.25 429.3184 100.0776 155.4
November 6.23 7.60 20.36 38.8129 57.76 414.5296 126.8428 154.736
Desember 8.36 7.75 20.24 69.8896 60.0625 409.6576 169.2064 156.86
37
2015
Januari 6.96 7.75 19.32 48.4416 60.0625 373.2624 134.4672 149.73
Februari 6.29 7.50 19.77 39.5641 56.25 390.8529 124.3533 148.275
Maret 6.38 7.50 20.33 40.7044 56.25 413.3089 129.7054 152.475
April 6.79 7.50 20.15 46.1041 56.25 406.0225 136.8185 151.125
Mei 7.15 7.50 20.35 51.1225 56.25 414.1225 145.5025 152.625
Juni 7.26 7.50 20.44 52.7076 56.25 417.7936 148.3944 153.3
Juli 7.26 7.50 20.67 52.7076 56.25 427.2489 150.0642 155.025
Agustus 7.18 7.50 20.11 51.5524 56.25 404.4121 144.3898 150.825
September 6.83 7.50 20.53 46.6489 56.25 421.4809 140.2199 153.975
Oktober 6.25 7.50 20.55 39.0625 56.25 422.3025 128.4375 154.125
November 4.89 7.50 20.72 23.9121 56.25 429.3184 101.3208 155.4
Desember 3.35 7.50 20.61 11.2225 56.25 424.7721 69.0435 154.575
Jumlah 237.21 258.1 725.65 1636.099 1865.885 14636.41 4777.126 5210.271
Sumber: Data Olahan Penulis
Keterangan:
X1 : Tingkat Inflasi
X2 : Suku Bunga BI
Y : Jumlah Deposito
3.3. Analisis Tingkat Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap Jumlah Deposito
Analisis dalam penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh tingkat
inflasi dan suku bunga BI terhadap Jumlah deposito. Analisis yang dilakukan
menggunakan perhitungan statistik dan juga dengan program SPSS 22.
3.3.1. Tingkat Inflasi terhadap Jumlah Deposito
1. Analisis Koefisien Korelasi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan tingkat
inflasi (variabel independen) terhadap jumlah deposito (variabel dependen).
38
Hasil uji koefisien korelasi tingkat inflasi terhadap jumlah deposito dapat dilihat
melalui output SPSS versi 22 di bawah ini:
Tabel III.5
Koefisien Korelasi Tingkat Inflasi terhadap Jumlah Deposito
Correlations
tingkat inflasi jumlah deposito
tingkat inflasi Pearson Correlation 1 -,164
Sig. (2-tailed) ,340
N 36 36
jumlah deposito Pearson Correlation -,164 1
Sig. (2-tailed) ,340
N 36 36
Sumber: Output SPSS versi 22
Berdasarkan hasil olahan SPSS versi 22 pada tabel III.5, diperoleh nilai
korelasi -0,164. Angka koefisien yang negatif menunjukkan hubungan yang negatif,
yaitu jika tingkat inflasi meningkat maka jumlah deposito menurun begitu juga
sebaliknya jika tingkat inflasi menurun maka jumlah deposito akan meningkat.
2. Analisis Koefisien Determinasi
Kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variasi variabel dependen
dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi
yang dikuadratkan (r2) yang nilainya berada diantara nol dan satu.
39
Tabel III.6
Koefisien Determinasi Tingkat Inflasi dan Jumlah Deposito
Model Summary
Mod
el R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Chang
e df1 df2
Sig. F
Change
1 ,164a ,027 -,002 ,522 ,027 ,936 1 34 ,340
a. Predictors: (Constant), tingkat inflasi
Sumber: output SPSS versi 22
Berdasarkan hasil olahan SPSS versi 22 pada tabel III.6, diperoleh nilai
koefisien determinasi (r square) sebesar 0,027 atau dapat mengkuadratkan nilai
koefisien korelasi yaitu 0,1642. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,027 atau
0,027% . Nilai tersebut berarti bahwa sebesar 0,027% kenaikan jumlah deposito
dipengaruhi oleh tingkat inflasi sedangkan 99,973% dipengaruhi variabel lain.
3. Analisis Regresi Linear Sederhana
Model regresi hubungan antara tingkat inflasi terhadap jumlah deposito dapat
dilihat dari hasil output SPSS di bawah ini:
Tabel III.7
Regresi Linear Sederhana Tingkat Inflasi terhadap Jumlah Deposito
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 20,546 ,412 49,871 ,000
tingkat inflasi -,001 ,001 -,164 -,967 ,340
a. Dependent Variable: jumlah deposito
Sumber: output SPSS versi 22
40
Berdasarkan hasil olahan SPSS versi 22 pada tabel III.7, pengaruh tingkat
inflasi terhadap jumlah deposito dapat dirumuskan dengan model regresi berikut:
Jumlah Deposito = 20,546 -0,001 (Tingkat Inflasi)
Dari model regresi di atas diperoleh nilai konstant sebesar 20,546 artinya tanpa
adanya tingkat inflasi, maka jumlah deposito akan tetap 20,546. Nilai koefisien
tingkat inflasi sebesar -0,001 menunjukkan setiap penambahan tingkat inflasi maka
akan menurunkan jumlah deposito sebesar 0,001. Begipu pula sebaliknya setiap
penurunan satu satuan tingkat inflasi akan menaikkan jumlah deposito sebesar 0,001.
3.3.2. Suku Bunga BI terhadap Jumlah Deposito.
1. Analisis Koefisien Korelasi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan suku
bunga BI (variabel independen) terhadap jumlah deposito (variabel dependen).
Hasil uji korelasi suku bunga BI terhadap Jumlah Deposito dapat dilihat
melalui hasil output SPSS versi 22 di bawah ini:
41
Tabel III.8
Koefisien Korelasi Suku Bunga BI terhadap Jumlah Deposito
Correlations
suku bunga BI jumlah deposito
suku bunga BI Pearson Correlation 1 ,640**
Sig. (2-tailed) ,000
N 36 36
jumlah deposito Pearson Correlation ,640** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 36 36
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: output SPSS versi 22
Berdasarkan hasil olahan SPSS versi 22 pada tabel III.9, diperoleh nilai
korelasi 0,640. Menurut ukuran Sugiyono (2012: 231) jika nilai korelasi ada diatara
0,60 – 0,799 maka korelasi atau hubungannya kuat. Jadi dapat disimpulkan bahwa
korelasi atau hubungan antara suku bunga BI dan jumlah deposito dalam kategori
kuat.
2 Analisis Koefisien Determinasi
Kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variasi variabel dependen
dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi
yang dikuadratkan (r2) yang nilainya berada diantara nol dan satu.
42
Tabel III.9
Koefisien Determinasi Suku Bunga BI terhadap Jumlah Deposito
Model Summary
Mod
el R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Chang
e df1 df2
Sig. F
Change
1 ,640a ,410 ,393 ,407 ,410 23,620 1 34 ,000
a. Predictors: (Constant), suku bunga BI
Sumber: output SPSS versi 22
Berdasarkan hasil olahan SPSS versi 22 pada tabel III.10, diperoleh nilai
koefisien determinasi (r square) sebesar 0,410 atau dapat dihitung dengan
mengkuadratkan nilai koefisien korelasi yakni 0,6402. Nilai koefisien determinasi
sebesar 0,410 atau 0,410%. Nilai tersebut berarti bahwa sebesar 0,410% jumlah
deposito dipengaruhi oleh suku bunga BI sedangkan 99,59% dipengaruhi variabel
lain.
2. Analisis Regresi Linear Sederhana
Model regresi hubungan antar suku bunga BI terhadap jumlah deposito dapat
dilihat dari hasil output SPSS versi 22 di bawah ini:
43
Tabel III.10
Regresi Linear Sederhana Suku Bunga BI terhadap Jumlah Deposito
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 16,550 ,745 22,214 ,000
suku bunga BI ,005 ,001 ,640 4,860 ,000
a. Dependent Variable: jumlah deposito
Sumber: output SPSS versi 22
Berdasarkan hasil olahan SPSS versi 22 pada tabel III.11, pengaruh suku bunga
BI terhadap jumlah deposito dapat dirumuskan dengan model regresi berikut:
Jumlah Deposito = 16,550 + 0,005 Suku Bunga BI
Dari model regresi di atas diperoleh nilai konstanta sebesar 16,550 artinya
tanpa adanya suku bunga BI, maka jumlah deposito akan tetap 16,550. Nilai
koefisien suku bunga BI sebesar 0,005 menunjukkan setiap peningkatan suku bunga
BI akan meningkatkan jumlah deposito sebesar 0,005. Begitu pula sebaliknya setiap
penurunan satu satuan suku bunga BI akan menurunkan jumlah deposito sebesar
0,005.
3.3.3. Tingkat Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap Jumlah Deposito.
1. Analisis Koefisien Korelasi Berganda
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arah hubungan antar variabel
independen yakni tingkat inflasi (X1) dan suku bunga BI (X2) secara bersama-
44
sama terhadap variabel dependen yakni jumlah deposito (Y). Berikut hasil uji
korelasi berganda dengan SPSS versi 22.
Tabel III.11
Analisis Koefisien Korelasi Tigkat Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap
Jumlah Deposito
Model Summary
Mod
el R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Chang
e df1 df2
Sig. F
Change
1 ,715a ,512 ,482 ,376 ,512 17,281 2 33 ,000
a. Predictors: (Constant), suku bunga BI, tingkat inflasi
Sumber: output SPSS versi 22
Berdasarkan hasil olahan SPSS versi 22 pada tabel III.13, diperoleh nilai
korelasi sebesar 0.715, menurut ukuran sugiyono (2012: 231). Jika nilai korelasi ada
diantara 0,60 – 0,799 maka korelasi atau hubungannya kuat. Jadi dapat disimpulkan
bahwa korelasi atau hubungan antara tingkat inflasi dan suku bunga BI terhadap
jumlah deposito dalam kategori kuat.
2. Analisis Koefisien Determinasi Berganda
Kekuatan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variasi
variabel dependen dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien determinasi
atau koefisien korelasi yang dikuadratkan (r2) yang nilainya berada diantara nol
dan satu. Besarnya nilai koefisien determinasi merupakan kuadrat dari
koefisien korelasi. Berikut adalah hasil dari data yang diolah penulis
menggunakan SPSS versi 22.
45
Tabel III.12
Analisis Koefisien Determinasi Tingkat Inflasi dan Suku Bunga BI
terhadap Jumlah Deposito
Model Summary
Mod
el R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Chang
e df1 df2
Sig. F
Change
1 ,715a ,512 ,482 ,376 ,512 17,281 2 33 ,000
a. Predictors: (Constant), suku bunga BI, tingkat inflasi
Sumber: output SPSS versi 22
Berdasarkan hasil olahan SPSS versi 22 pada tabel III.14, diperoleh nilai
koefisien determinasi (r square) sebesar 0,512 atau dapat dihitung dengan
mengkuadratkan nilai koefisien korelasi yakni 0,7152. Nilai koefisien determinasi
sebesar 0,512 atau 0,512%. Nilai tersebut berarti bahwa sebesar 0,512% jumlah
deposito dipengaruhi oleh tingkat inflasi dan suku bunga BI sedangkan 99,488%
dipengaruhi variabel lain.
3. Analisis Persamaan Regresi Berganda
Penelitian ini dilakukan untuk menentukkan model regresi pengaruh tigkat
inflasi dan suku bunga BI terhadap jumlah deposito. di bawah ini hasil uji
persamaan regresi berganda yang dilakukan penulis menggunakan SPSS versi
22.
46
Tabel III.13
Analisis Regresi Berganda Tingkat Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap
Jumlah Deposito
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 16,907 ,701 24,104 ,000
tingkat inflasi -,001 ,000 -,328 -2,620 ,013
suku bunga BI ,006 ,001 ,715 5,723 ,000
a. Dependent Variable: jumlah deposito
Sumber: output SPSS versi 22
Berdasarkan hasil olahan SPSS versi 22 pada tabel III.15, pengaruh tingkat
inflasi dan suku bunga BI terhadap jumlah deposito dapat dirumuskan dengan model
regresi berikut:
Y’ = 16,907 -0,001 X1 + 0,006 X2
Keterangan:
Y : Jumlah Deposito
X1 : Tingkat Inflasi
X2 : Suku Bunga BI
Dari persamaan regresi tersebut, terlihat bagaimana pengaruh tingkat inflasi
dan suku bunga BI terhadap jumlah deposito. Hasil di atas memberikan pemahaman
bahwa jika tidak ada kenaikan tingkat inflasi dan suku bunga BI maka besarnya
jumlah deposito dapat diprediksi sebesar 16,907 berdasarkan nilai konstanta (a).
Selanjutnya nilai koefisien regresi tingkat inflasi (b1) = -0,001 menunjukkan setiap
penambahan tingkat inflasi maka akan menurunkan jumlah deposito sebesar 0,001.
47
Begitu pula sebaliknya jika setiap penurunan satu satuan tingkat inflasi akan
menaikkan jumlah deposito sebesar 0,001. Demikian juga dengan nilai koefisien
regresi suku bunga BI (b2) = 0,006 menunjukkan setiap peningkatan suku bunga BI
akan meningkatkan jumlah deposito sebesar 0,006. Begitu pula sebaliknya jika
setiap penurunan satu satuan suku bunga BI akan menurunkan jumlah deposito
sebesar 0,006.
4. Uji Serempak/ Simultan (Uji F)
Uji serempak atau uji simultan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh tingkat inflasi dan suku bunga terhadap jumlah deposito. berikut hasil
uji simultan oleh penulis menggunakan SPSS versi 22:
Tabel III.14
Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4,878 2 2,439 17,281 ,000b
Residual 4,658 33 ,141
Total 9,536 35
a. Dependent Variable: jumlah deposito
b. Predictors: (Constant), suku bunga BI, tingkat inflasi
Sumber: output SPSS 22
Dari hasil uji simultan (uji f) diatas dapat dilihat pengaruhnya melalui langkah-
langkah sebagai berikut
1. Merumuskan hipotesis
Ho : Tingkat inflasi dan suku bunga BI secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap jumlah deposito.
48
Ha : Tingkat inflasi dan suku bunga BI secara bersama-sama berpengaruh
terhadap jumlah deposito.
2. Menentukan f hitung dan nilai signifikansi
Dari output diperoleh f hitung sebesar 17,281 dan nilai signifikasnsi 0,000.
Tingkat signifikansi 0,000 ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
3. Menentukan f tabel
F tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada tingkat signifikansi 0,005 dengan df
1 (jumlah variabel-1) = 2, dan df 2 (n-k-1) atau 36-2-1= 33, hasil diperoleh
untuk f tabel sebesar 3,285.
4. Kriteria pengujian
17,281 ≥ 3,285 atau f hitung ≥ f tabel maka Ho ditolak.
5. Membuat kesimpulan
Nilai f hitung ≥ f tabel (17,281 ≥ 3,285) dan signifikansi ≤ 0,05 (0,000 ≤ 0,05)
maka Ho ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi dan suku bunga
BI berpengaruh terhadap jumlah deposito.