30 Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)dalam
penelitian ini. Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran
terutama pada keterampilan membaca pemahaman siswa sekolah dasar.
B. Desain Penelitian Tindakan Kelas
Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Arikunto dkk (2014, hlm. 3) adalah
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Sedangkan,
menurut McNiff dalam Arikunto (2014, hlm. 102), memandang Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh
pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan
prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.
Karasteristik utama dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut
Arikunto (2014, hlm. 108-109) yaitu:
1. Problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi oleh guru di kelas.
2. Adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di
kelas.
Desain Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah desain yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggrat, konsep pokok action research
(dalam Trianto, 2011, hlm. 29) adalah perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Dilihat dari konsep pokok Penelitian Tindakan Kelas (PTK, dapat
disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan sebuah proses
penelitian yang dinamis dan memiliki keterkaitan yang erat anatara satu dan
lainnya. Keempat proses dala PTK merupakan satu kesatuan proses yang
31
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berurutan dan berhubungan dalam suatu siklus atau daur yang akan berkaitan erat
dengan siklus atau daur berikutnya.
Penelitian ini diprediksi dilakukan dalam tiga siklus. Desain siklus yang
digunakan adalah desain yang diadaptasi dari desain PTK Kemmis dan Mc
Taggart, adapun gambaran desain penelitian yang akan dilakukan berdasarkan
desain Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, dkk, 2011, hlm. 16), adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc. Taggart
TaTaggart
32
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sesuai dengan desain penelitian yang digunakan, terdapat empat tahapan
yang akan dilakukan selama proses penelitian, yaitu:
a. Tahap Perencanaan (Planning)
Berdasrakan pada identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK,
rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang
ditentukan (Trianto, 2011, hlm. 36). Perencanaan menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan itu dilaksanakan
(Arikunto, 2014, hlm. 17). Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan
yaitu: menelaah materi, menentukan indikator, menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sesuai indikator yang telah ditetapkan dengan pendekatan
whole language, dan menyediakan media pembelajaran. Dalam tahap perencanaan
ini juga diperhitungkan kendala yang mungkin timbul saat pelaksanaan tindakan
berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas (Arikunto, 2014, hlm. 18) dari
semua rencana yang telah dibuat. Tahapan pelaksanaan ini dilakukan dengan
menerapkan pendekatan whole language. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas
ini direncanakan dalam tiga siklus. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya melalui
kegiatan perencanaan pembelajaran.
c. Pengamatan/Observasi (Observing)
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan
rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhdap proses dan hasil intruksional
yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan
oleh peneliti (Trianto, 2011, hlm. 36). Kegiatan ini dilaksanakan secara
kolaboratif antara peneliti dengan observer pada saat kegiatan pembelajaran
membaca pemahaman melalui pendekatan whole language. Kegiatan observasi
dilakukan untuk mengamati aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman
siswa.
33
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Refleksi (Reflecting)
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data didapat saat
dilakukan pengamatan (Trianto, 2011, hlm. 37). Kegiatan refleksi dilakukan
setelah guru selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang
dilakukan adalah mengkaji kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang
muncul dalam pelaksanaan siklus pertama dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan whole language, kemudian bersama peneliti membuat perencanaan
tindak lanjut untuk siklus berikutnya. Refleksi digunakan untuk melakukan
perbaikan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.
Keempat tahap dalam penelitian yang dilakukan merupakan unsur-unsur
pembentuk sebuah siklus atau satu putaran kegiatan beruntun. Tahapan tersebut
dikatakan sebagai satu buah siklus apabilan dimulai dengan tahap perencaan
hingga tahap refleksi.
C. Partisipan dan Tempat Penelitian
Partisipan penelitian ini adalah siswa kelas VA salah satu Sekolah Dasar di
kecamatan Sukasari tahun pelajaran 2015/2016. Partisipan tersebut dipilih karena
kelas partisipan merupakan kelas yang menjadi tempat mengajar dan
dipercayakan pada peneliti dalam pelaksanaan program Pengenalan Lapangan
Persekolahan (PLP). Lokasi penelitian dilakukan disalah satu sekolah dasar negeri
di Kota Bandung Kecamatan Sukasari dan sekolah tersebut terletak dipinggir
jalan raya sekitar perumahan warga.
Peneliti memilih seluruh siswa di dalam kelas tersebut sebagai partisipan
penelitian. Jumlah siswa dalam kelas tersebut sebanyak dua puluh delapan siswa
dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak delapan belas orang dan siswa perempuan
sebanyak sepuluh orang siswa. Heterogenitas siswa dilihat dari jernis kelamin,
kemampuan pemahaman siswa, dan kemampuan akademis siswa. Jumlah
keseluruhan kelas di SD ini adalah sebelas rombongan belajar, masing masing
tingkatan kelas terdapat dua rombongan belajar kecuali, kelas satu yang hanya ada
satu rombongan belajar. Kegiatan belajar mengajar kelas VA dimulai pukul
34
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
09.30 sampai dengan pukul 14.30 untuk hari selasa sampai hari jumat, sedangkan
untuk hari senin dan hari sabtu dimulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.00.
D. Prosedur Administratif Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam beberapa siklus sampai
pembelajaran dinilai efektif, serta dapat terlihat perbaikan dan kemajuan dari hal
sedang diteliti, terutama dalam aspek keterampilan membaca pemahaman siswa
yang menjadi fokus penelitian yang dilakukan.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan studi
pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan yang mungkin terjadi dalam
proses pembelajaran, menentukan fokus permasalahan, melakukan analisis dan
identifikasi terhadap permasalahan yang akan diteliti. Hasil identifikasi tersebut
akan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk merumuskan strategi pemecahan
masalah yang akan digunakan.
Tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Prapenelitian
a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Sekolah yang
akan dijadikan tempat penelitian ditentukan oleh pihah kampus yaitu Prodi
PGSD (Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar).
b. Menghubungi pihak sekolah tempat akan dilaksanakannya penelitian untuk
mengurus surat perizinan pelaksanaan penelitian.
c. Berkordinasi dengan pihak sekolah untuk menentukan kelas yang akan
dijadikan sebagai tempat penelitian.
d. Melakukan studi pendahuluan dengan mengobservasi pelaksanaan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru untuk mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi didalam kelas.
e. Melakukan wawancara dengan guru untuk memperoleh informasi pendukung
dari temuan hasil identifikasi.
f. Membuat instrumen tes untuk mengidentifikasi masalah lebih lanjut.
g. Melakukan observasi untuk memperoleh data awal penelitian.
35
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
h. Membuat jurnal reflektif dari proses identifikasi yang dilakukan dan
melakukan studi literatur untuk memperoleh dukungan teori mengenai strategi
yang sesuai.
i. Menyusun proposal penelitian.
j. Melakukan bimbingan proposal dengan dosen pembimbing, melakukan revisi
pada proposal yang telah dibuat, dan meminta persetujuan kepada dosen dan
ketua prodi untuk pengajuan proposal secara resmi.
2. Tahap perencanaan tindakan
Setelah melakukan studi pendahuluan dan melaksanakan tahapan-tahapan
yang telah direncanakan dalam tahap pra penelitian, peneliti kemudian merancang
tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian yang terbagi
dalam tiga siklus.
Terlebih dahulu peneliti merancang perencanaan tindakan untuk siklus
petama, hal-hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan siklus pertama adalah:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang memuat tahapan
penyelesaian pemecahan masalah dalam pembelajaran berorientasi pada
keterampilan membaca pemahaman siswa. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)
mengenai membaca pemahaman
b. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian yang berisikan fokus penelitian
yang akan dilakukan
c. Membuat teks narasi ekspositoris yang berisikan informasi yang akan diberikan
pada siswa.
d. Menyusun media yang akan digunakan untuk mendukung proses pembelajaran.
e. Menyesuaikan instrumen penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli
untuk mengetahui validitas instrumen.
f. Mendiskusikan RPP, instrumen penelitian, media dengan dosen pembimbing
sekaligus.
g. Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama
pembelajaran berlangsung.
Perencanaan penelitian siklus kedua disusun berdasarkan hasil refleksi
siklus pertama. Hal-hal yang dilakukankan dalam tahap perencanaan siklus kedua
adalah sebagai berikut:
36
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang memuat tahapan
penyelesaian pemecahan masalah dalam pembelajaran berorientasi pada
keterampilan membaca pemahaman siswa.
b. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian yang berisikan fokus penelitian
yang akan dilakukan.
c. Membuat teks narasi ekspositoris berisikan informasi yang akan diberikan pada
siswa.
d. Membuat instrumen tes, berisi 10 buah soal untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa dan kemampuan siswa menggali informasi.
e. Menyusun media yang akan digunakan untuk mendukung proses pembelajaran.
f. Menyesuaikan instrumen penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli
untuk mengetahui validitas instrumen.
g. Mendiskusikan RPP, instrumen penelitian, media dengan dosen pembimbing
sekaligus.
h. Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama
pembelajaran berlangsung.
Perencanaan penelitian siklus ketiga disusun berdasarkan hasil refleksi
siklus kedua. Siklus ketiga bertujuan untuk memperkuat hasil temuan dari siklus
kedua. Hal-hal yang dilakukankan dalam tahap perencanaan siklus kedua adalah
sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang memuat tahapan
penyelesaian pemecahan masalah dalam pembelajaran berorientasi pada
keterampilan membaca pemahaman siswa.
b. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian yang berisikan fokus penelitian
yang akan dilakukan.
c. Membuat teks narasi ekspositoris berisikan informasi yang akan diberikan pada
siswa.
d. Membuat instrumen tes, berisi 10 buah soal untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa dan kemampuan siswa menggali informasi.
e. Menyusun media yang akan digunakan untuk mendukung proses pembelajaran.
f. Mendiskusikan RPP, instrumen penelitian, media dengan dosen pembimbing
sekaligus.
37
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
g. Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama
pembelajaran berlangsung.
3. Tahap pelaksanaan tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan pembelajaran seuai
dengan sintaks pendekatan whole language yang telah direncanakan dan
dikembangkan dalam RPP. Pada saat tindakan penelitian dilaksanakan peneliti
bertindak sebagai guru.
Langkah-langkah pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman melalui peneparan pendekatan whole language dilakukan dengan
jalan menerapkan komponen whole language yang didalamnya meliputi kegiatan
membaca, menulis jurnal, membaca dalam hati, membaca bersama, membaca
terbimbing, menulis terbimbing, membaca bebas, dan menulis bebas.
a. Tahapan Persiapan
Penerapan pendekatan whole language pada tahap persiapan meliputi;
1) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
2) Mempersiapan bahan pelajaran yaitu teks narasi ekspositoris,
3) Mempersiapkan media pembelajaran yang digunakan,
4) Guru juga mempersiapkan lembar kerja siswa untuk menilai proses membaca
pemahaman siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Pendekatan whole language terdiri dari 8 komponen. Kedelapan komponen
tersebut diterapkan secara simultan dalam pembelajaran untuk meningkatkan
ketermapilan membaca pemahaman. Setelah tahap persiapan pembelajaran
diselesaikan dengan menambahkan beberapa langkah pembelajaran yang sesuai,
maka secara rinci gambaran pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan
membaca pemahaman dengan pendekatan whole language adalah sebagai
berikut:
a. Reading Aloud (Membaca Bersuara)
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk
siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau
buku cerita atau dapat langsung menggunakan teks narasi ekspositoris yang dibuat
untuk menyampaikan materi pembelajaran. Guru dapat membacakan cerita
38
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut dengan suara nyaring dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat
mendengarkan dan memahami isi ceritanya.
b. Jurnal Writing (menulis jurnal)
Journal writing atau menulis jurnal, pada kegiatan ini guru dapat memberi
tugas kepada siswa untuk menuliskan prediksi bacaan lain dengan tema yang
sama dengan bacaan yang sebelumnya diberikan guru. Tugas guru adalah
mendorong siswa agar dapat menuangkan ide dan pengetahuan yang ia miliki
mengenai topik bacaan yang sedang dibahas. Kegiatan yang biasa dilakukan guru
pada tahapan ini ialah guru dapat membaca jurnal yang ditulis anak dan
memberikan komentar atau respon terhadap cerita tersebut sehingga ada dialog
antara guru dan siswa.
c. SSR (Sustained Silent Reading)
Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku
atau materi yang akan dibacanya. Biarkan siswa memilih bacaan yang sesuai
dengan kemampuannya sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca bacaan
tersebut. Hal tersebut diperkuat dengan penjabaran Brown (1932, hlm. 4) yang
menyebutkan bahwa “children deal with literacy in their own styl”, hal tersebut
menmperkuat bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
whole language, guru sebagai fasilitator harus dapat menyediakan bahan bacaan
yang beraga bagi siswa, dan siswa memilih bahan bacaan yang sesuai dengan
kegemarannya tetapi tetap dalam topik pembelajaran. Guru dapat memberikan
contoh sikap membaca dalam hati yang baik sehingga mereka dapat
meningkatkan kemampuan membaca dalam hati untuk waktu yang cukup lama.
d. Shared Reading (Membaca Bersama)
Shared reading ini adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan
siswa, di mana setiap siswa mempunyai teks yang sedang dibacanya, dalam
kegiatan ini guru dan siswa bersama-sama membaca sebuah teks informasi yang
sudah disediakan oleh guru.
Proses ini diperkuat dengan adanya pendapat Brown (1932, hlm. 4)
mengenai hal yang harus dilakukan pada proses pembelajaran yaitu “The need
communicate with other must be present for a literacy learning to accur”, pada
tahap ini guru juga bisa meminta siswa membaca materi yang membahas topik
39
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut di depan kelas secara bergiliran dengan teman lainnya, kemudian
melakukan tanya jawab hingga siswa diintruksikan untuk mengomunikasikan
kembali informasi yang ia dapatkan.
e. Guided Reading (Membaca Terbimbing)
Dalam guided reading semua siswa membaca dan mendiskusikan materi
yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran. Guru menjadi pengamat dan
fasilitator serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan secara bergantian.
f. Guided Writing (Menulis Terbimbing)
Guided writing atau menulis terbimbing. Seperti dalam membaca
terbimbing, dalam menulis terbimbing peran guru adalah sebagai fasilitator, yaitu
membantu siswa menemukan hal yang ingin ditulisnya dengan jelas, sistematis,
dan menarik serta menentukan ide pokok yang terdapat dalam terks.
g. Independent Reading (Membaca Bebas)
Dalam independent reading siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang
dimilikinya. Membaca bebas yang diberikan secara rutin walaupun hanya 10
menit sehari dapat meningkatkan kemampuan membaca para siswa, dalam proses
membaca bebas siswa diberi kebebasan untuk membaca teks atau materi, dan
menggali informasi lain dari sumber wawancara yang telah dilakukanya dengan
tetap sejalan dalam topik pembelajaran.
h. Independent writing (Menulis Bebas)
Dalam menulis bebas siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa
ada interfensi dari guru. Siswa bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses
menulis. Dalam tahap ini siswa dapat menuliskan mengenai informasi yang ia
dapatkan dalam proses pembelajaran.
Peneliti menambahkan tahapan pembentukan kelompok dalam tahapan awal
pembelajaran, kelompok kecil dibentuk sebagai upaya membentuk wadah bagi
siswa untuk berdiskusi dalam pembelajaran. Selain itu proses mengomunikasikan
kembali juga ditambahkan dalam pembelajaran sebagai upaya untuk mengukur
salah satu indikator dalam proses pembelajaran.
c. Penilaian
40
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Proses penilaian dan evaluasi dilaksanakan selama keterampilan. Hasil
refleksi pada siklus satu, akan digunakan sebagai patokan untuk membuat
perbaikan dalam menyusun proses pembelajaran untuk meningkatkan
keterampilan membaca pemahaman bagi siswa. Setelah siklus kedua
dilaksanakan, hasil refleksi dari siklus kedua akan digunakan untuk memperbaiki
proses pembelajaran pada siklus ketiga, hingga dapat terlihat perubahan yang
positif dalam proses pembelajaran, terutama pada keterampilan membaca
pemahaman yang menjadi fokus penelitian yang dilakukan.
4. Tahap Observasi Tindakan
Tahap observasi tindakan dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Dalam melaksanakan kegiatan observasi tindakan, peneliti dibantu oleh
observer untuk merekam dan mencatat setiap perilaku siswa yang muncul selama
proses pembelajaran berlangsung. Catatan hasil dan hasil dokumentasi pada
tahapan obeservasi tindakan dari observer dijadikan sebagai salah satu sumber
informasi data penelitian dan catatan dari observer dapat dijadikan sebagai catatan
lapangan bagi peneliti.
5. Tahap Refleksi terhadap Tindakan
Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat, guru berdiskusi mengenai
pelaksanaan tindakan pembelajar dengan menggunakan pendekatan whole
language, kelebihan dan kekurangan penerapan pendekatan whole language
dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman
bagi siswa. Hal tersebut dilakukan dengan menganalisis catatan lapangan, hasil
observasi, dan hasil keterampilan membaca pemahaman siswa serta menentukan
strategi perbaikan selanjutnya.
E. Prosedur Substantif Penelitian
1. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data yaitu, berupa:
a. Instrumen Tes
Teknik pengumpul data tes bersifat mengukur karena berisi pertanyaan atau
pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu
41
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Hermawan. R, Musjono, Suherman.A, 2010, hlm 189). Tes pemahaman
digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa setelah penerapan
pendekatan Whole language, tes pemahaman berupa soal yang sesuai dengan teks
yang digunakan baik itu berupa tes tertulis ataupun tes lisan. Tes digunakan
sebagai salah satu sumber data untuk memperoleh data hasil belajar siswa.
b. Observasi Partisipatif
Peneliti dibantu oleh observer melakukan observasi partisipatif aktif dan
partisipasi pasif. Observasi partisipasi aktif dilakukan oleh peneliti. Peneliti berperan
sebagai guru yang sekaligus melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran
dengan penerapan pendekatan whole language. Sedangkan partisipasi pasif dilakukan
oleh observer. Observer mngamati dan mencatat hasil pengamatannya pada format
observasi mengenai respon siswa dalam langkah-langkah pembelajaran melalui
pendekatan whole language dan hanya sedikit terlibat dalam proses pembelajaran.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat informasi kualitatif yang terjadi
terkait dengan tindakan. Hal-hal yang dicatat sangat banyak macamnya, misalnya
perilaku spesifik yang menjadi petunjuk adanya permasalahan atau petunjuk
untuk langkah berikutnya, catatan kualitatif juga dapat dipakai untuk menunjukan
kecenderungan perubahan yang bersifat positif atau negatif (Hermawan. R,
Musjono, Suherman.A, 2010, hlm 189). Catatan lapangan dari observer dapat
digunakan peneliti untuk menyusun pembelajaran pada tahapan selanjutnya atau
siklus selanjutnya.
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen, baik dokumen tertulis, gambar atau elektronik
(Hermawan. R, Musjono, Suherman.A, 2010, hlm 187). Dokumentasi diperlukan
untuk memberikan gambaran mengenai pelaksanaan yang dilakukan dikelas.
2. Pengolahan Data
a. Pengolahan Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil observasi aktivitas siswa,
catatan lapangan, dan hasil dokumentasi dianalisis dengan analisis deskriptif
kualitatif. Pengolahan data dengan teknik kualitatif tersebut harus melalui
42
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
beberapa tahapan pengolahan menurut model Miles dan Huberman dalam
Sugiyono (2014, hlm. 337), yakni:
Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan
anticipatory berupa tahapan membaca intensif hasil data yang telah diperoleh.
Setelah hal tersebut dilakukan barulah dilakukan tahapan proses pengolahan data
yang telah diperoleh dari hasil hasil observasi aktivitas siswa, catatan lapangan,
dan hasil dokumentasi yakni adalah sebagai berikut:
1) Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu.
2) Data display (Penyajian Data)
Dalam penelitian Kuantitatif dapat disajikan dalam bentuk tebel, grafik, phie
chard, ptictogram dan sejenisnya. Sehingga data terorganisasikan, tersusun dalam
pola hubungan, dan akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif
yang paling sering digunakan dalam menyajikan data kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.
3) Conclusion Drawing/ verification
Menurut Miles and Huberman langkah selanjutnya adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi bila yang
dikemukakan pada tahap, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten sat
oeneliti kembali ke lapangan mengumpilkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan yang kredibel.
b. Pengolahan Data Kuantitatif
Pengolahan data kuantitatif, yang datanya didapatkan dari proses
pembelajaran, berasal dari lembar kerja siswa ketika proses pembelajaran jika
adanya tes tertulis yang di lakukan tes tersebut hanya sebagai penunjang dalam
proses penilaian, bukan sebagai hasil utama yang diproses. Pemerolehan data
dilakukan dengan pemberian skor siswa rentan 1 hingga 4. Hal tersebut
merupakan adaptasi penskoran proses pembelajaran membaca dari proses
43
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penilaian tahapan membaca (Abidin, 2012. Hlm 142-148). Dengan kriteria skor
pada setiap indikator ialah sebagai berikut:
1) Indikator 1: Tahap Prabaca (Membuat Prediksi Bacaan)
Skor 4: Siswa mampu membuat prediksi yang disusun secara sistematis,
berfokus pada wacana, dan lengkap.
Skor 3: Siswa mampu membuat prediksi yang disusun secara sistematis,
berfokus pada wacana, tetapi kurang lengkap.
Skor 2: Siswa mampu membuat prediksi tetapi disusun berfokus pada wacana,
tetapi kurang lengkap dan kurang sistematis.
Skor 1: Siswa belum mampu membuat prediksi bacaan dari judul yang telah
ditentukan.
2) Indikator 2: Tahap Saat Baca (Menentukan Ide Pokok)
Skor 4: Siswa dapat menentkan ide pokok dengan benar dan tepat.
Skor 3: Siswa dapat menentukan ide pokok akan tetapi kurang tepat.
Skor 2: Siswa dapat menentukan ide pokok karena kemiripan kalimat tetapi
kurang tepat.
Skor 1: Siswa belum mampu menentukan ide pokok dari suatu bacaan.
3) Indikator 3: Tahap Pasca Baca (Kemampuan Membuat Kesimpulan)
Skor 4: Siswa dapat membuat kesimpulan sesuai dengan urutan peristiwa,
berfokus pada wacana, dan lengkap.
Skor 3: Siswa dapat membuat kesimpulan tetapi kurang sesuai dengan urutan
peristiwa, berfokus pada wacana tetapi kurang lengkap.
Skor 2: Siswa dapat membuat kesimpulan yang berfokus pada wacana, tetapi
kurang sesuai dengan urutan peristiwa dan kurang lengkap.
Skor 1: Siswa tidak dapat membuat kesimpulan.
4) Indikator 4: Tahap Pasca Baca (Menggali Informasi Lanjutan)
Skor 4: Siswa dapat menggali informasi yang berfokus pada wacana dan
lengkap.
Skor 3: Siswa dapat menggali informasi yang berfokus pada wacana tetapi
kurang lengkap.
Skor 2: Siswa dapat menggali informasi tetapi kurang berfokus pada wacana
dan kurang lengkap.
44
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skor 1: Siswa tidak dapat menggali informasi lanjutan.
5) Indikator 5: Tahap Pasca Baca (Mengomunikasikan Kembali)
Skor 4: Siswa berani mengomunikasikan kembali informasi, dan sesuai dengan
isi bacaan, lengkap, dan sistematis.
Skor 3: Siswa berani mengomunikasikan kembali informasi, dan sesuai dengan
isi bacaan, lengkap, tetapi kurang sistematis.
Skor 2: Siswa berani mengomunikasikan kembali informasi, dan sesuai dengan
isi bacaan, tetapi kurang lengkap, dan kurang sistematis.
Skor 1: Siswa tidak dapat/ tidak berani mengomunikasikan kembali isi bacaacn
yang ia baca.
6) Indikator 6: Tahap Pasca Baca
Skor 4: Apabila jawaban benar , tepat dan sesuai dengan teks informasi serta
jawaban memuat informasi yang lengkap.
Skor 3: Apabila jawaban benar, tepat dan sesuai dengan teks informasi tetapi
memuat informasi yang kurang lengkap.
Skor 2: Apabila jawaban memuat hal yang benar tetapi kurang sesuai dengan
informasi.
Skor 1: Apabila menjawab tetapi memuat jawaban yang salah.
Skor 0: Apabila siswa tidak menjawab pertanyaan.
Pengolahan data kuantitatif dapat diolah melalui beberapa tahapan yaitu:
1) Menghitung Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran
X= Jumlah aktivitas yang terlaksana x 100%
Jumlah seluruh aktivitas
Keterangan: X= Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Guru dan Siswa
2) Menghitung Persentase Ketercapaian Indikator Membaca Pemahaman
Berikut adalah rumus menghitung presentase ketercapaian indikator
membaca Pemahaman yang diadaptasi dari Aksiwi dan Sagoro (2014, hlm. 43):
%AB = ∑𝒙
𝒚 x100%
%AB = Presentase Ketercapaian Indikator Membaca Pemahaman
∑𝑥 = Total skor yang diperoleh siswa
𝑦 = Skor maksimal dari indikator
45
Riska Fauziah, 2016
PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Menentukan Kriteria Membaca Pemahaman Siswa
Jumlah Skor yang Diperoleh Siswa x100%
Jumlah Skor Maksimal
Skor maksimal dari enam indikator adalah 24. Sedangkan kriteria membaca
pemahaman terbagi dalam lima kriteria, hasil adaptasi dari penilaian dalam
pengajaran bahasa dan sastra (Nurgianto, 2009, hlm. 307-308), yang terdiri dari:
Kriteria Rentan Nilai
Sangat Baik 85-100
Baik 70-84
Cukup 55-69
Kurang 40-54
Perlu Bimbingan <40