Transcript
Page 1: BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING 3.1 Pengertian

Demokrawati, Fiqa A. 2014 ANALISIS QUICK COUNT DENGAN MENGGUNAKAN METODE STRATIFIED RANDOM

SAMPLING (STUDI KASUS PEMILU WALIKOTA BANDUNG 2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING

3.1 Pengertian Stratified Random Sampling

Dalam bukunya Elementary Sampling Theory, Taro Yamane menuliskan

β€œThe process of breaking down the population into strata, selecting simple

random samples from each stratum, and combining these into a single sampel to

estimate population parameter is called stratified random sampling”. Berdasarkan

kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa stratified random sampling merupakan

proses pengambilan sampel melalui proses pembagian populasi kedalam strata,

memilih sampel acak sederhana dari setiap stratum, dan menggabungkannya ke

dalam sebuah sampel untuk menaksir parameter populasinya.

Sampel yang representatif adalah sampel yang benar-benar dapat mewakili

karakteristik seluruh populasi. Jika populasi bersifat homogen, maka sampel bisa

diambil dari populasi yang mana saja, namun jika populasi bersifat heterogen, maka

sampel harus mewakili dari setiap bagian yang heterogen dari populasi tersebut

sehingga hasil penelitian dari sampel dapat terpenuhi terhadap setiap anggota

populasi.

Proses pembagian populasi kedalam stratum bertujuan agar sampel yang

diambil dari setiap stratum dapat merepresentasikan karakteristik populasi yang

berukuran besar dan heterogen. Oleh karena itu, stratum harus dibentuk sehomogen

mungkin dengan manganalisis karakteristik populasi dengan baik. Terdapat tiga

tahapan yang harus dilakukan dalam mengambil sampel dengan menggunakan

metode stratified random sampling, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Pertama

Populasi yang berukuran N dibagi menjadi sub-sub populasi yang masing-

masing terdiri atas 𝑁1, 𝑁2, 𝑁3, … , 𝑁𝐿 elemen. Diantara dua sub populasi tidak

boleh ada yang saling tumpang tindih sehingga 𝑁1 + 𝑁2 + 𝑁3 + β‹― + 𝑁𝐿 = 𝑁.

Page 2: BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING 3.1 Pengertian

23

Setiap stratum dapat dipandang sebagai populasi tersendiri (sub populasi). Dalam

pembentukan stratum harus diperhatikan variabel apa yang dijadikan sebagai

dasar pembentukan stratum, yaitu variabel yang memiliki korelasi tinggi dengan

variabel yang diteliti.

2. Tahap Kedua

Sampel diambil dari setiap stratum secara terpisah (independen) dengan

ukuran sampel dari masing-masing stratum adalah 𝑛1, 𝑛2, 𝑛3, … , 𝑛𝐿 dengan syarat

𝑛1 + 𝑛2 + 𝑛3 + β‹― + 𝑛𝐿 = 𝑛.

3. Tahap Ketiga

Setelah diperoleh sampel, selanjutnya dilakukan penaksiran terhadap

parameter yang diperlukan dan selanjutnya dibuat kesimpulan untuk populasi

berdasarkan hasil penaksiran sampel.

3.2 Total Populasi

3.2.1 Pengertian Total Populasi

Apabila N menyatakan banyak anggota populasi dan L menyatakan

banyak stratum maka total populasi adalah jumlah dari total stratum dan

didefinisikan sebagai berikut:

𝑋 = βˆ‘ π‘‹β„Ž

𝐿

β„Ž

= βˆ‘ βˆ‘ π‘‹β„Žπ‘–

π‘β„Ž

𝑖=1

𝐿

β„Ž=1

Dimana π‘‹β„Ž adalah total dari stratum h yang didefinisikan sebagai berikut:

π‘‹β„Ž = βˆ‘ π‘‹β„Žπ‘–

π‘β„Ž

𝑖=1

π‘‹β„Žπ‘– adalah sampel ke-i pada stratum ke-h.

Rata-rata stratum didefiniskan sebagai berikut:

Page 3: BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING 3.1 Pengertian

24

οΏ½Μ…οΏ½β„Ž =π‘‹β„Ž

π‘β„Ž

Dan rata-rata populasi didefinisikan sebagai berikut:

οΏ½Μ…οΏ½ =𝑋

𝑁=

βˆ‘ π‘β„ŽοΏ½Μ…οΏ½β„ŽπΏβ„Ž

𝑁

3.2.2 Penaksir Total Populasi

Total populasi merupakan jumlah dari total stratum sehingga dalam

menaksir total populasi dapat melalui penjumlahan dari taksiran total stratum.

Taksiran total stratum dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

οΏ½Μ‚οΏ½β„Ž = π‘β„ŽοΏ½Μ…οΏ½β„Ž (3.1)

Dimana οΏ½Μ…οΏ½β„Ž merupakan rata-rata sampel dari sebuah subsampel acak yang

berukuran π‘›β„Ž dari stratum ke-h.

Taksiran total populasi 𝑿 adalah jumlah dari taksiran total stratum seperti

yang dijabarkan dalam persamaan berikut:

�̂�𝑠𝑑 = 𝑁1οΏ½Μ…οΏ½1 + 𝑁2οΏ½Μ…οΏ½2 + β‹― + 𝑁𝐿�̅�𝐿 = βˆ‘ π‘β„ŽοΏ½Μ…οΏ½β„Ž

𝐿

β„Ž=1

(3.2)

dan taksiran rata-rata populasi menjadi

οΏ½Μ…οΏ½β„ŽΜ‚ = �̅�𝑠𝑑 =

�̂�𝑠𝑑

𝑁=

𝑁1οΏ½Μ…οΏ½1+. . +𝑁𝐿�̅�𝐿

𝑁1 + β‹― + 𝑁𝐿=

βˆ‘ π‘β„ŽοΏ½Μ…οΏ½β„ŽπΏβ„Ž=1

𝑁

Karena rata-rata sampel stratum οΏ½Μ…οΏ½β„Ž yang diperoleh dengan sampling acak

sederhana merupakan penaksir tak bias dari rata-rata stratum οΏ½Μ…οΏ½β„Ž.

𝐸(�̅�𝑠𝑑) = οΏ½Μ…οΏ½β„Ž

Maka nilai ekspektasi �̅�𝑠𝑑menjadi

E(�̅�𝑠𝑑) = 𝐸(𝑁1οΏ½Μ…οΏ½1+ …+𝑁𝐿�̅�𝐿)

𝑁

= 𝑁1οΏ½Μ…οΏ½1+β‹―+𝑁𝐿�̅�𝐿

𝑁=

𝑋1+β‹―+ 𝑋𝐿

𝑁=

𝑋

𝑁= οΏ½Μ…οΏ½

Jadi �̅�𝑠𝑑 merupakan penaksir tak bias untuk οΏ½Μ…οΏ½.

Page 4: BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING 3.1 Pengertian

25

Informasi mengenai 𝑁1π‘‘π‘Žπ‘› 𝑁2 dibutuhkan untuk menentukan penaksir

�̅�𝑠𝑑 karena E(�̅�𝑠𝑑) =𝑋

𝑁, π‘ π‘’β„Žπ‘–π‘›π‘”π‘”π‘Ž 𝐸 (𝑁�̅�𝑠𝑑) = 𝑋. Pada penjabaran di atas sudah

diketahui taksiran dari rata-rata populasi sehingga akan diperoleh persamaan

berikut:

𝑁�̅�𝑠𝑑 = βˆ‘ π‘β„ŽοΏ½Μ…οΏ½β„Ž

𝐿

β„Ž

= �̂�𝑠𝑑

Ini artinya, penaksir �̂�𝑠𝑑 juga merupakan penaksir tak bias untuk 𝑋 karena dapat

ditunjukkan bahwa 𝐸(�̂�𝑠𝑑) = 𝑋

3.2.3 Varians Penaksir Total Populasi dan Penaksirnya

Varians dari stXΜ‚ diperoleh dengan menggunakan hasil dari varians stx .

Sebelum membahas mengenai varians untuk penaksir total populasi, akan

dijelaskan terlebih dahulu mengenai varians untuk rata-rata sampel.

Variansi dari �̅�𝑠𝑑didefinisikan oleh:

πœŽοΏ½Μ…οΏ½π‘ π‘‘

2 =1

π‘€βˆ‘ (�̅�𝑠𝑑 βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½)2

𝑀

𝑠𝑑=1

M adalah banyaknya kemungkinan rata-rata sampel, dimana 𝑀 = (𝑁1

𝑛1) (

𝑁2

𝑛2).

Selanjutnya akan dicari 𝑉(�̅�𝑠𝑑) dalam bentuk varians stratum 𝑆2β„Ž yang dapat

menunjukkan karakteristik dari 𝑉(�̅�𝑠𝑑). 𝑆2β„Ž didefinisikan sebagai berikut:

π‘†β„Ž2 =

1

π‘β„Ž βˆ’ 1 βˆ‘(π‘‹β„Žπ‘– βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½β„Ž)2

𝐿

β„Ž=1

(3.3)

Ketika populasi dan sampel cukup besar, maka kemungkinan rata-rata

sampel M akan semakin besar sehingga dalam menghitung 𝑉(�̅�𝑠𝑑) menggunakan

definisi πœŽοΏ½Μ…οΏ½π‘ π‘‘

2 akan sulit. Selanjutnya akan ditunjukkan bagaimana 𝑉(�̅�𝑠𝑑) dapat

dijelaskan dalam bentuk π‘†β„Ž2.

Diketahui,

�̅�𝑠𝑑 = 𝑁1οΏ½Μ…οΏ½1 + 𝑁2οΏ½Μ…οΏ½2

𝑁= 𝑀1οΏ½Μ…οΏ½1 + 𝑀2οΏ½Μ…οΏ½2

Page 5: BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING 3.1 Pengertian

26

dimana π‘€β„Ž =π‘β„Ž

𝑁, dan disebut stratum weight (bobot). Selama π‘›β„Ž dipilih dengan

sampling acak dan saling bebas antara satu dengan yang lainnya, maka diperoleh:

V(�̅�𝑠𝑑) = 𝑀12𝑉(οΏ½Μ…οΏ½1) + 𝑀2

2V(οΏ½Μ…οΏ½2)

Berdasarkan definisi varians untuk rata-rata sampel yang dipilih secara acak dan

tanpa pengembalian, yaitu πœŽοΏ½Μ…οΏ½2 =

π‘βˆ’π‘›

𝑁

𝑆2

𝑛 , maka persamaan di atas dapat diubah

menjadi sebagai berikut:

V(�̅�𝑠𝑑) = 𝑀12𝑉(οΏ½Μ…οΏ½1) + 𝑀2

2V(οΏ½Μ…οΏ½2)

= w12

N1 βˆ’ n1

N1

S12

n1+ w2

2N2 βˆ’ n2

N2

S22

n2

= βˆ‘ (π‘β„Ž

𝑁)

2 π‘β„Žβˆ’π‘›β„Ž

π‘β„Ž

π‘†β„Ž2

π‘›β„Ž

πΏβ„Ž=1

Persamaan di atas dapat dituliskan kembali dalam bentuk:

𝑉(�̅�𝑠𝑑) =1

𝑁2βˆ‘ π‘β„Ž

2 π‘β„Žβˆ’π‘›β„Ž

π‘β„Ž

π‘†β„Ž2

π‘›β„Ž (3.4)

π‘†β„Ž2 menunjukkan varians dalam masing-masing stratum. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ketika varians dalam masing-masing stratum kecil, maka

V(�̅�𝑠𝑑) akan kecil dan ketelitian dari �̅�𝑠𝑑 akan tinggi.

Karena rumusan dari V(�̅�𝑠𝑑) memuat π‘†β„Ž2, maka tidak dapat digunakan pada

masalah praktis dimana π‘†β„Ž2

biasanya tidak diketahui. Oleh karena itu, dibutuhkan

penkasir untuk π‘†β„Ž2 dan diperoleh penkasir untuk V(�̅�𝑠𝑑). Karena π‘ β„Ž

2 adalah sebuah

penaksir tak bias dari π‘†β„Ž2 maka selanjutnya akan disubtitusikan π‘ β„Ž

2 kedalam

persamaan (3.4). Dimana, οΏ½Μ‚οΏ½(�̅�𝑠𝑑) merupakan penaksir tak bias untuk V(�̅�𝑠𝑑).

οΏ½Μ‚οΏ½(�̅�𝑠𝑑) =1

𝑁2βˆ‘ π‘β„Ž

2 π‘β„Žβˆ’π‘›β„Ž

π‘β„Ž

π‘ β„Ž2

π‘›β„Ž

Setelah diperoleh varians �̅�𝑠𝑑 selanjutnya akan dibahas mengenai varians

dari penaksir total populasi, yaitu sebagai berikut:

Page 6: BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING 3.1 Pengertian

27

Varians dari stXΜ‚ adalah:

V(οΏ½Μ‚οΏ½st) = V (N οΏ½Μ…οΏ½st )

= N2 V(οΏ½Μ…οΏ½st)

= N2 ( 2

2

2

1 h h hh

h h

N n SN

N N n

)

= 2

2 h h hh

h h

N n SN

N n

Ini artinya 𝑉(οΏ½Μ‚οΏ½st) sama dengan 𝑉(οΏ½Μ…οΏ½st) dengan syarat 2

1

Ndihilangkan.

Estimator 𝑉(οΏ½Μ‚οΏ½st) diperoleh untuk mendapatkan penaksir 𝑉(οΏ½Μ…οΏ½st), yaitu

dengan cara mengganti 2

hS menjadi 2

hs . Oleh karena itu, estimatornya adalah:

οΏ½Μ‚οΏ½(οΏ½Μ‚οΏ½st) = βˆ‘ π‘β„Ž2

π‘β„Ž βˆ’ π‘›β„Ž

π‘β„Ž

π‘†β„Ž2

π‘›β„Ž (3.5)

𝐿

β„Ž=1

Dimana,

hn

hhi

h

h xxn

s 22 )(1

1

Dengan menggunakan hasil )(Λ†stxV yang merupakan penaksir tak bias dari

)( stxV , kita dengan mudah dapat menunjukkan )Λ†(Λ†stXV merupakan penaksir tak

bias dari )Λ†( stXV . Diketahui bahwa:

)()](Λ†[ stst xVxVE

Dimana NXx stst /Λ† . Substitusikan stx ke kedua ruas persamaan di atas, maka

diperoleh:

)Λ†(1

)Λ†(Λ†122 stst XV

NXV

NE

Maka diperoleh:

)Λ†()]Λ†(Λ†[ stst XVXVE

Page 7: BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING 3.1 Pengertian

28

3.3 Alokasi Sampel

Alokasi sampel merupakan suatu metode untuk menentukan ukuran

sampel dari setiap stratum untuk didistribusikan kedalam sampel n. Ada dua

masalah yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti, yaitu menentukan ukuran

sampel n dan mengalokasikan sampel ini diantara strata h untuk menentukan nh.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengalokasikan sampel

dari setiap strata yaitu sebagai berikut:

3.3.1 Alokasi Sembarang

Alokasi sembarang merupakan suatu cara mengalokasikan sampel dimana

ukuran sampel masing-masing strata ditentukan secara sembarang dengan syarat,

minimal harus ada dua satuan pengamatan yang dipilih dari setiap stratanya.

Dalam praktek, alokasi seperti ini jarang dan tidak disarankan untuk digunakan

karena menyebabkan standar error membesar.

3.3.2 Alokasi Proporsional

Alokasi proporsional merupakan suatu metode untuk mengalokasikan

sampel dimana ukuran sampel untuk setiap stratum sesuai dengan proporsi ukuran

masing-masing stratum. Metode ini paling sering digunakan karena praktis dan

jelas, tidak bergantung pada pertimbangan biaya dan peneliti hanya perlu

mengetahui ukuran stratum. Metode alokasi proporsional bersifat sederhana dan

lebih mudah bila dibandingkan dengan metode lainnya dengan tingkat ketepatan

yang tidak berbeda jauh dengan metode lainnya.

Berikut rumus yang digunakan untuk mengalokasikan sampel secara

proporsional:

π‘›β„Ž =π‘β„Ž

𝑁. 𝑛

Page 8: BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING 3.1 Pengertian

29

Dimana π‘›β„Ž merupakan ukuran sampel dari setiap strata, dan rumus di atas

menunjukkan bahwa n harus dialokasikan sesuai dengan NNh (secara

proporsional). Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana di setiap

strata, sehingga peluang dari setiap unit sampling di strata h untuk terpilih

sebagai subsampel hn yaitu fN

n

h

h . Setiap unit dalam populasi mempunyai

peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel.

4. Alokasi Optimum

Dalam penarikan sampel stratifikasi, nilai dari ukuran sampel nh dalam

masing-masing strata dipilih oleh peneliti. Dalam melakukan penelitan, peneliti

akan dihadapi oleh dua kemungkinan dalam mempertimbangkan biaya penelitian

atau memperkecil error dalam tahap penarikan sampel, yaitu peneliti mungkin

memilih untuk meminimumkan 𝑉(�̅�𝑠𝑑) dengan biaya tertentu untuk memperoleh

sampel atau untuk meminimumkan biaya dengan sebuah nilai 𝑉(�̅�𝑠𝑑) tertentu.

Metode untuk mengalokasikan sampel n diantara strata untuk meminimalkan

_

( )stV x disebut alokasi optimum. Berikut ini adalah bentuk sederhana dari fungsi

biaya, yaitu:

Biaya = 0

L

h hc c c n

Biaya dalam setiap lapisan adalah proposional dengan ukuran sampel, tetapi biaya

perunit ch dapat bervariasi antara lapisan satu dengan lapisan lainnya.

Biaya overhead dinyatakan dengan c0, fungsi biaya ini adalah fixed cost

(ongkos tetap) bila sebagian besar biaya itemnya diperoleh dengan mengukur

setiap unit dan tidak bergantung pada ukuran dari sampel survey. ch merupakan

variable cost dan menunjukkan ongkos tiap unit sampel pada stratum ke h.

Dalam penarikan sampel acak stratifikasi dengan sebuah fungi biaya

seperti di atas, variansi perkiraan rata-rata stx

adalah minimum untuk biaya

tertentu C, dan biaya adalah minimum untuk 𝑉(�̅�𝑠𝑑) tertentu.

Diketahui rumus variansi sebagai berikut:

Page 9: BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING 3.1 Pengertian

30

2_2

2

1( )

Lh h h

st h

h h

N n SV x N

N N n

Masalah yang dihadapi adalah bagaimana memilih nh agar

meminimumkan _

( )stV x dengan biaya tertentu (dengan fungsi biaya linear).

Perumusan untuk menentukan besarnya sampel dari setiap stratum agar

meminimumkan _

( )stV x adalah sebagai berikut:

/

/

h h h

h L

h h h

N S cn n

N S c

5. Alokasi Neyman

Alokasi Neyman digunakan apabila varians setiap strata berbeda-beda

besarnya sedangkan ongkos per unit penarikan sampel dianggap relatif sama.

Rumus ukuran sampel pada setiap strata untuk alokasi Neyman adalah sebagai

berikut:

π‘›β„Ž =π‘β„Žπ‘†β„Ž

βˆ‘ π‘β„Žπ‘†β„ŽπΏβ„Ž=𝐼

𝑛

Perumusan di atas menunjukkan bahwa sampel berukuran 𝑛 dialokasikan secara

proporsi ke π‘β„Žπ‘†β„Ž.

Alokasi Neyman dipergunakan juga ketika strata besar dan dari strata yang

heterogen. Sebagai contoh jika sebuah kota dibagi dalam dua wilayah dan dalam

wilayah satu terdapat sedikit perbedaan antara pendapatan keluarga, sedangkan di

wilayah kedua terdapat variasi yang besar. Dengan rumus alokasi Neyman

tersebut dapat diambil sampel wilayah kedua. Jelas bahwa distrik dengan varians

yang besar dan sampel yang besar akan memeberikan sampel yang tidak

representatif.

Page 10: BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING 3.1 Pengertian

31

Page 11: BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING 3.1 Pengertian

32

Page 12: BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING 3.1 Pengertian

33


Top Related