35
BAB III METODE PENELITIAN
Pada Bab III tentang metode penelitian ini, berturut-turut akan dibahas
mengenai seting penelitian, subyek penelitian, variabel dalam PTK, prosedur
penelitian, data dan cara pengumpulannya, indikator keberhasilan, teknik analisis
data.
3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian
a) Seting
Penelitian ini dilakukan di SDN Tlogo pada awal Februari-awal Mei. SDN
Tlogo terletak di lingkungan perdesaa dan jauh dari pasar sehingga suasana di
SDN Tlogo sangat nyaman dan jauh dari kebisingan kendaraan umum. Sarana dan
prasarana di SDN Tlogo sudah cukup lengkap dan fasilitas untuk mengajar seperti
alat peraga, LCD dan sumber-sumber lain (buku) sudah sangat menunjang dalam
proses pembelajaran.
Siswa SDN Negeri Tlogo berjumlah 218 anak yang terdiri mulai dari kelas I
sampai dengan kelas 6 dengan masing-masing kelas terdiri 1 kelas. Masing-
masing kelas diampu oleh guru kelas sebanyak 6 guru, 1 guru pendidikan bahasa
inggris, 1 guru pendidikan komputer, 1 guru pendidikan agama islam, 1 guru
pendidikan agama kristen, 1 guru pendidikan agama katolik, 1 guru agama hindu,
dan 1 guru olah raga. Proses belajar mengajar berlangsung mulai pukul 07.00
sampai dengan 12.20 siang, kecuali pada hari jum’at dan sabtu yang berlangsung
mulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.45 siang. Jumlah tenaga
kependidikan di SDN Tlogo adalah sebanyak 14 orang, dengan perincian 1
Kepala Sekolah, 6 guru kelas, 4 guru pendidikan agama (islam, kristen, hindu,
dan katolik) 3 guru wiyatabakti, dan 1 penjaga sekolah.
b) Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tlogo pada siswa kelas 4 Semester 2
tahun pelajaran 2012/2013. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
36
4 SDN Tlogo sebanyak 33 siswa dengan rincian 19 siswa laki-laki dan 14 siswa
perempuan.
c) Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo pun berbeda-beda dari segi jenis
kelamin, keluarga, dan lingkungannya tergolong hetorogen. Jenis kelamin siswa
di SD Tlogo laki-laki dan perempuan, dari keluarga ada yang tergolong mampu
dan ada yang kurang mampu, dari lingkungan hidup ada yang dari perkotaan dan
ada yang dari desa. Dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari segi kognitif
menurut penuturan kepala sekolah dan guru kelas 4 tercatat ada siswa yang taraf
kognitifnya tergolong baik dan ada juga yang kurang baik. Tercatat beberapa
siswa yang mempunyai kemampuan cukup baik karena sering mendapat juara
pada saat perlombaan cerdas cermat antar kecamatan bahkan provinsi. Dilihat dari
segi afektif dan psikomotor ada beberapa siswa yang dinilai mempunyai
ketrampilan-ktrampilan di bidang seni seperti membatik, menari, melukis, dan
berpuisi. Sedangkan di bidang olehraga juga ada beberapa siswa yang dinyatakan
brprestasi seperti volly dan renang. Ada satu siswa yang yang dinyataka
mempunyai kemampuan di bawah rata-rata, hal itu dapat di lihat dari hasil tes IQ
dan ulangan sekolah serta latihan-latihan yang dilakukan oleh sekolah. Menurut
penuturan guru kelas 4, siswa tersebut masih tergolong anak yang perlu
penanganan khusus dan seharusnya bersekolah di sekolah khusus untuk
menangani anak yang mempunyai kemampuan di bawah rata-rata. Jadi
peningkatan proses pembelajaran yang berkualitas masih perlu dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar yang optimal.
3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dan deskriptif kuantitatif. Sedangkan jenis penelitian ini adalah termasuk
Penelitian Tindakan Kelas atau PTK. Disebut PTK karena penelitian ini hanya
dilakukan oleh guru di dalam kelas yang sedang berlangsung kegiatan belajar dan
mengajar, atau dalam proses pembelajaran. PTK timbul atau dilaksanakan karena
37
ada kesenjangan/perbedaan antara harapan dan kenyataan, sehingga setelah PTK
ini dilaksanakan diharapkan terjadi keadaan yang ideal.
Tujuan melakukan PTK yaitu untuk meningkatkan dan memperbaiki praktek
yang seharusnya dilakukan oleh guru, sehingga guru akan lebih banyak berlatih
mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif sebagai upaya untuk meningkatkan
layanan pembelajaran dari pada perolehan pengetahuan umum dalam bidang
pendidikan yang dapat digeneralisasikan.
Ada beberapa keunggulan, ketika seorang guru melakukan penelitian dengan
menggunakan metode tindakan, yaitu sebagai berikut :
1) Mereka tidak harus meninggalkan tempat kerjanya.
2) Mereka dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan.
3) Bila treatment (perlakuan) dilakukan pada responden maka responden dapat
merasakan hasil treatment (perlakuan) dari penelitian tindakan kelas. Tiga
keunggulan dari penelitian tindakan kelas ini, tidak dimiliki oleh penelitian
dengan metode penelitian lain.
Menurut Sudarwan Damin (2010:85) penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru guna memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dan mencoba hal-hal baru untuk memperbaiki
mutu hasil pembelajaran.
Kunandar (2008) dalam Iskandar (2012 : 21) penelitian tindakan (action
Research) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama sama
dengan orang tua lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki /
meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.
3.3 Variabel dan Definisi Operasional
Pada bagian ini akan membahsa tentang variabel penelitian dan definisi
oprasional.
3.3.1 Variabel Penelitian
Setiap penelitian harus memahami variabel yang akan di ungkap. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :
1) Variabel Bebas (X) adalah model pembelajaran cooperative script
38
Yang dimaksud dengan variabel bebas adalah unsur yang mengikat
munculnya unsur lain, jadi variabel bebas merupakan gejala yang sengaja
mengikat tehadap variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya
adalah model pembelajaran cooperative script. yaitu suatu kegiatan
pembelajaran yang memberikan semangat siswa saat kegiatan belajar.
2) Variabel Terikat (Y) adalah hasil belajar
Yang dimaksud dengan variabel terikat adalah unsur yang diikat oleh adanya
variabel yang lain, jadi variabel terikat merupakan gejala sebagai akibat dari
variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah
hasil belajar Bahasa Indonesia.
3.3.2 Definisi Operasional
Untuk menggambarkan secara operasional variabel penelitian, di bawah ini
diberikan definisi operasional masing-masing variabel.
a) Model Pembelajaran Cooperative Script
Variabel bebas yang merupakan variabel tindakan. Dalam penelitian ini
model pembelajarannya adalah dalam bentuk model pembelajaran cooperative
script. Model pembelajaran cooperative script adalah metode belajar dimana
siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-
bagian dari materi yang dipelajari.
Pada pembelajaran ini terjadi kesepakatan antara siswa dengan aturan-aturan
dalam berkolaborasi. Dalam model pembelajaran cooperative script bener-benar
memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan
keterampilannya. Pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative script
terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap penyajian materi, tahap kerja kelompok,
tahap tes individu, tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan tahap
pemberian penghargaan kelompok.
b) Hasil Belajar
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Dalam penelitian ini adalah hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil akhir
dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti
39
pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai
kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan
menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang
dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa
dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan
keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3.4 Prosedur Penelitian
Rencana tindakan dalam penelitian ini akan dilakukan dalam II (dua) siklus.
Penelitia Tindakan Kelas ini menggunakan model spiral dengan siklus yang berisi
tahapan-tahapan perencaaan, tidakan, observasi, dan refleksi (model Kemmis &
McTaggart) dalam Kasihani Kasbolah (2001:63).
Tahapa-tahapan dalam siklus tersebut adalah sebagai berikut:
Identifikasi masalah
Siklus I Perencanaan
Aksi Refleksi
Observasi
Siklus II Perencanaan ulang
Refleksi
Observasi
Aksi
Gambar spiral Penelitian Tindakan Kelas Siklus I dan Siklus II
(adaptasi dari Hopkins, 1993:48)
40
3.4.1 Perencanaan
1) Permintaan izin
Permintaan izin di SD Negeri Tlogo kepada Kepala Sekolah SD tersebut.
2) Observasi dan wawancara
Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran
awal tentang SDN Tlogo secara keseluruhan dan keadaan proses belajar
mengajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 4.
3) Menyusun rencana penelitian
Pada tahap ini peneliti menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh
yang berupa siklus tindakan kelas.
4) Menyusun lembar observasi untuk setiap tahapan penelitian.
3.4.2 Siklus Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc Taggart
(Kasihani Kasbolah, 1998:113). Dalam perencanaan Kemmis dan Mc Taggart
memggunakan sistem spiral yang dimulai dengan perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi.
1) Siklus 1
a. Perencanaan
Peneliti mengidentifikasi data baik dari dokumentasi maupun dari observasi
serta wawancara dengan guru kelas 4 maupun kepala sekolah. Menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan
menerapkan model pembelajaran cooperative script pada materi Menemukan
kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif.
b. Tindakan/ Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan penelitian, melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan RPP serta mempersiapkan media pembelajaran dengan baik.
c. Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan oleh observer (Yopinus Adrianus) dengan mengamati
kegiatan pembelajaran dengan lembar observasi.
41
d. Refleksi
Dilakukan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan proses dan hasil
yang diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan. Melakukan analisis terhadap
temuan-temuan yang berupa hambatan, kekurangan dan kelemahan yang dijumpai
selama pelaksanaan siklus I sebagai masukan untuk siklus ke II.
2) Siklus II
Siklus II dirancang apabila Siklus I belum berhasil. Kegiatan yang dilakukan
pada Siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan atau kekurangan pada
Siklus sebelumnya.
3.5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Pada bagian ini akan dibahas tentang teknik dan instrumen pengumpulan
data.
3.5.1. Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan data yang akan dijadikan acuan penelitian, peneliti
menggunakan teknik :
1) Observasi
Untuk mengetahui perkembangan aktivitas belajar siswa dilakukan teknik
observasi. Observer bertugas untuk melakukan pengamatan dan penilaian melalui
pengisian lembar aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru pada setiap
pertemuan. Observasi dilakukan di kelas 4 SDN Tlogo oleh Yopinus Adrianus.
2) Dokumentasi
Berdasarkan Sukmadinata (Abdul Mutholib, 2009:18) studi dokumenter
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik metode ini
peneliti gunakan untuk memperoleh data awal tentang nama siswa, no induk, nilai
hasil ulangan siswa kelas 4 di SDN Tlogo khususnya pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia semester 2 tahun 2012/2013.
42
3) Tes
Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses belajar
mengajar yang dilakukan pada akhir kegiatan tiap-tiap siklus (post tes) dengan
memberikan sejumlah soal tes kepada subjek penelitian. Dalam pengumpulan data
alat yang digunakan berupa soal test sesuai dengan materi.
4) Wawancara
Wawancara merupakan pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada
orang-orang yang dapat memberikan informasi/penjelasan hal-hal yang dianggap
perlu pada penelitian ini yang diwawancarai adalah kepala sekolah, guru dan
beberapa siswa kelas 4 tentang proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia selama ini.
3.5.2. Instrumen Pengumpulan Data
Lembar observasi digunakan pada saat peneliti melakukan pembelajaran
dengan penggunaa model pembelajaran cooperative script di kelas 4. Kemudian
lembar observasi diberikan kepada pengamat untuk diisi yaitu Yopinus (sebagai
perwakilan) untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran
cooperative script ini benar-benar telah terlaksana dengan baik. Di bawah ini
adalah tabel kisi-kisinya, adapun lembar observasi terlampir.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Tindakan Model Pembelajaran Cooperative Script
Aspek yang diamati No.
A. Kegiatan Awal 1) Pengkondisian kelas 2) Presensi (guru menanyakan kepada ketua kelas siapa siswa
yang tdak hadir) 3) Apersepsi untuk mengawali pelajaran. Guru menyuruh siswa membaca teks cerita pendek 4) Motivasi untuk memberikan semangat pada siswa. “Tanya jawab tentang cerita” 5) Menjelaskan tujuan pembelajaran 6) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang unit
pembelajaran.
1, 2, 3, 4
43
B. Kegiatan Inti 1) Siswa dipersiapkan untuk menerima pelajaran (Eksplorasi) 2) Siswa mendengarkan penjelasan singkat dari guru tentang
kalimat utama dan cara menentukan kalimat utama dalam suatu paragraf (Eksplorasi)
3) Siswa mendengarkan dan memperhatikan contoh dari guru tentang paragraf deduktif. (Eksplorasi)
4) Siswa dan guru tanya jawa tentang materi. (Eksplorasi) 5) Guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan
sebangku. (Elaborasi) 6) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca
dan membuat ringkasan. (Eksplorasi) 7) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan
sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. (Elaborasi)
8) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan kalimat utama dalam ringkasannya. (Elaborasi)
9) Pendengar : a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan kalimat utama
yang kurang lengkap. (Elaborasi) b) Membantu mengingat/menghafal kalimat utama
(Elaborasi) 10) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi
pendengar dan sebaliknya. (Elaborasi) 11) Guru dan siswa meluruskan kesalah pahaman tentang
kegiatan yang telah dilaksanakan (Konfirmasi) 12) Guru tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa (Konfirmasi)
5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
C. Kegiatan Akhir 1) Bersama-sama dengan peserta didik membuat
rangkuman/simpulan pelajaran. 2) Memberikan tugas evaluasi 3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran. 4) Memberikan kegiatan tindak lanjut. 5) Memberi penghargaan kepada siswa yang dianggap sudah
berhasil dan memberikan penguatan, motivasi kepada siswa yang belum berhasil.
6) Salam penutup.
31, 32, 33
Jumlah item 33
1. Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses belajar
mengajar yang dilakukan pada akhir kegiatan tiap-tiap
44
2. siklus (post tes)
3. Dengan memberikan sejumlah soal tes kepada subjek penelitian. Dalam
pengumpulan data alat yang digunakan berupa soal test sesuai dengan materi.
Di bawah ini adalah tabel kisi-kisi soal tes siswa, adapun lembar tes
terlampir.
Tabel 3.2
Tabel Kisi-kisi Tes Siklus I Bahasa Indonesia
Standar Kopetensi
Kompetensi Dasar Indikator
Item Soal No.Item Pilihan Ganda
Jumlah Item
7.Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring dan membaca pantun
7.1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif
Mengidentifikasi ciri-ciri kalimat utama
1, 2, 3, 8, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26,27, 28, 29, 30, 31, 33, 35, 36,37, 38, 40,41, 42, 43, 44, 46, 47, 49, 50
36
Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf deduktif
4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 14
8
Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf induktif
32, 34, 39, 48 4
Meringkas sebuah teks bacaan
20, 45 2
Jumlah soal 50
45
3.6. Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian ini penulis mempunyai indikator sebagai berikut:
Indikator hasil belajar: melalui penelitian ini penulis menargetkan rata-rata
nilai hasil belajar siswa lebih tinggi dari KKM 63 dengan kriteria keberhasilannya
yaitu 85%.
Kriteria ketuntasan minimal di SD Negeri Tlogo untuk dalam pelajaran
Bahasa Indonesia di kelas 4 adalah 63 atau dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar
Kriteria Kemampuan Kualifikasi ≥ 63 Tuntas < 63 Tidak Tuntas
3.7. Teknik Analisis Data
Teknik análisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dekriptif
Kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil post tes
Siklus I dan hasil post tes siklus II.
Adapun penyajian data kuantitatif yang berupa hasil belajar kognitif
dianalisis dengan menentukan nilai rata-rata tiap siklus. Penyajian data kuantitatif
dipaparkan dalam bentuk hasil. Adapun rumus persentasenya adalah sebagai
berikut:
KB = NS x 100%
N
Keterangan:
KB = Ketuntasan belajar
Σn = Jumlah siswa yang di atas KKM (≥63)
N = Jumlah siswa
Untuk penyajian data kualitatif dengan menggunakan rumus (total skor
maksimal – total skor minimal) : (jumlah kategori).
46
3.7.1 Uji Validitas Instrument Tes
Uji validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk menguji
instrumen tiap item soal yang nantinya akan digunakan dalam tes individual
setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative
script. Untuk mengetahui validitas, instrumen terlebih dahulu soal diuji cobakan
di kelas uji coba yaitu kelas 4 SD Negeri Mangunsari 03.
Menurut sugiyono (2010:455) taraf signifikan 5% dilihat dari jumlah siswa.
Semakin banyak jumlah siswa, semakin rendah taraf signifikan dan sebaliknya
semakin sedikit jumlah siswa semakin tinggi taraf signifikannya. Jumlah siswa
pada saat uji validitas sebanyak 33, jadi taraf signifikan adalah > 0,349 dinyatakan
item soal tersebut valid dan sebaliknya jika taraf signifikan < 0,349 maka item
soal tersebut tidak valid.
Uji coba item instrumen diterapkan pada 33 siswa kelas 4 SDN Mangunsari
03 pada tanggal 28 Maret 2013. Dari 50 item soal yang diujikan validitasnya pada
siklus I jumlah item yang diuji 25 item, 15 item soal valid dan 9 item soal tidak
valid, sedangkan pada siklus II 25 item, 20 item valid dan 5 item tidak valid.
Adapun untuk soal yang valid dan tidak valid dan perhitungan validitas soal dapat
dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini:
Tabel 3.4 Validitas Instrumen Penelitian Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 12, 13, 15, 19, 21, 22, 24, 25
8, 10, 11, 14, 16, 17, 18, 20, 23
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 25
8, 11, 16, 18, 20
Jumlah 15 9 20 5
3.7.2 Uji Reliabilitas Tes
Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam
menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan
47
akan memberikan hasil yang relatif sama Sudjana (2010:16). Dapat diartikan
sejauh mana instrument dapat diandalkan. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan reliabilitas instrument digunakan pedoman George dan Malley
(1995) yang didasarkan pada nilai koefisien Alpha Cronbach (a) sebagai berikut:
α > 0,9 = Sangat bagus
α > 0,8 = Bagus
α > 0,7 = Dapat diterima
α > 0,6 = Diragukan
α < 0,5 = Tidak dapat diterima
Berdasarkan teknik alpha diatas, nilai reliabilitas yang dapat diterima harus >
0,7 yaitu siklus I sebesar 0,985, siklus II 0,998. Karena instrumen valid dan
reliabel maka layak digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan untuk
penelitian. Hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat tabel dibawah ini :
Reliabilitas Siklus I
Cronbach's Alpha N of Items
.954 25
3.7.3 Analisis Taraf Kesukaran Item Instrumen Pilihan Ganda
Menurut Arikunto (2007:207-210), soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak
merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sedangkan soal
yang terlalu sulit menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
bersemangat. Rumus mencari taraf atau indeks kesukaran adalah:
B P =
JS Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Reliabilitas Siklus II
Cronbach's Alpha N of Items
.927 25
48
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran soal:
P : 0,00 – 0,30 adalah soal sukar
P : 0,30 – 0,70 adalah soal sedang
P : 0,70 – 1,00 adalah soal mudah
Untuk contoh perhitungannya sebagai berikut:
Misal untuk soal nomor 1.
B 26
P = = = 0.68
JS 38
Dengan demikian soal nomor 1 termasuk kategori mudah Untuk mencari taraf
kesukaran soal nomor 2 sampai 50 prosesnya sama dengan perhitungan di atas.
Tabel 3.5
Indeks Kesukaran Soal Pre Tes
Pilihan Ganda Jumlah Mudah Sedang Sukar Mudah Sedang Sukar
2, 4, 5, 7, 17, 18, 19, 22, 23, 30, 38, 40, 41, 47, 34
6, 8, 11, 12, 15, 20, 21, 26, 27, 24, 28, 29, 33, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 49, 50
1, 3, 9, 10, 13, 14, 16, 25, 31, 32, 36, 37
15 21 12
Berdasarkan tabel 3.5 di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria taraf
kesukaran soal adalah kriteria sukar, sedang, dan mudah dengan perbandinga
untuk soal sukar 12, soal sedang, 21, dan soal mudah 15.