Transcript
Page 1: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu

berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu. Daerah penelitian dilakukan di Kecamatan

Purba, Kabupaten Simalungun. Berdasarkan hasil survey, daerah ini mempunyai

kriteria tanaman tumpang sari tomat dengan cabai, dapat dilihat luas panen dan

produksi tanaman tomat dengan cabai pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Tanam Tahun 2014 Setiap Desa di Kecamatan Purba, Kabupaten

Simalungun

Jenis Komoditi

Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi

Tigarunggu 145 170 90 50 10

N. Tongah 100 125 36 50 8

U. Pane 105 94 40 50 10

P. Tongah 110 100 30 30 8

P. Dolok 110 100 40 30 5

P. Purba 185 125 68 30 5

Huta Raja 110 120 42 25 5

B. Sampang 140 130 30 15 10

U. Purba 170 120 100 25 5

B.Sauhur 100 100 15 15 5

S. Jandi 110 100 90 30 5

P. Sipinggan 160 150 49 30 12

Kinalang 200 140 90 35 15

T. Tinggir 160 130 57 24 11

Jumlah 1.905 1.704 767 439 114 Sumber : Kantor Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Purba

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

23

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan sampel

berstrata tidak proporsional (Disproportionate Stratified Random Sampling). Menurut

Supriana (2014), metode ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel apabila

populasinya berstrata, tetapi kurang proporsional. Misalnya salah satu strata lebih

besar dibanding strata yang lain. Keputusan pengambilan sampel dalam hal ini,

dibuat dengan pertimbangan bagaimana sampel akan dialokasikan di antara strata-

strata. Dalam metode ini jumlah sampel untuk satu strata boleh diambil lebih besar

dengan alasan strata lebih besar, strata memiliki lebih banyak variabel secara internal,

dalam strata pengambilan sampel dirasa paling ekonomis.

Untuk lebih jelasnya, berikut jumlah populasi dan jumlah sampel disajikan dalam

tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Populasi dan Jumlah Sampel yang Diambil Menurut Strata

Pola Usaha Agribisnis di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun

No Usaha Agribisnis Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 Tomat-Cabai 15 15

2 Cabai 59 15

3 Tomat 55 15

Jumlah 129 45 Sumber : Analisis Data Primer

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

24

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara yang daftar

pertanyaannya sudah disusun terlebih dahulu berupa kuesioner dan observasi

langsung di lapangan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi

yaitu BPS Simalungun, dan Instansi Terkait

3.4. Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1), mengetahui pelaksanaan pola tanam tumpang sari

tomat dengan cabai di daerah penelitian dilakukan secara deskriptif dengan

melakukan observasi lapangan dan wawancara langsung kepada petani.

Untuk identifikasi masalah (2), membedakan biaya produksi tumpang sari tomat-

cabai dengan pola monokultur dapat dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Secara matematis, cara mengitung biaya tetap pada sistem monokultur adalah:

Bila macam tanaman yang diusahakan lebih dari satu, maka rumusnya menjadi:

Keterangan :

FC = Biaya tetap monokultur

FCj = Biaya tetap join

Xi = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap

FCj =

FC = Xi. Pi

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

25

Pxi = Harga input

n = macam input

(Soekartawi, 1995).

Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya

yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Secara matematis,

cara mengitung biaya variabel pada sistem monokultur adalah:

Bila macam tanaman yang diusahakan lebih dari satu, maka rumusnya menjadi:

Keterangan :

VC = Biaya variabel monokultur

VCj = Biaya variabel join

X1 = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya variabel

Pxi = Harga input

n = macam input

Sehingga, total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap

(VC), maka rumusnya menjadi :

Keterangan :

TC = Total biaya

FC = Biaya tetap (fixed cost)

VC = Biaya variabel (variable cost)

(Soekartawi, 1995).

VCj =

VC = Xi.Pi

TC = FC + VC

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

26

Analisis komparasi adalah salah satu teknik analisis kuantitatif yang digunakan untuk

menguji hipotesis tentang ada atau tidaknya perbedaan antar variabel atau sampel

yang diteliti. Untuk menguji perbedaan biaya produksi dilakukan uji t-Test yaitu

independent sampled t-Test dengan alat bantu software SPSS.

Berikut adalah tahap pengujian perbedaan biaya produksi tumpang sari tomat-cabai,

tomat monokultur dan cabai monokultur berdasarkan nilai t-hitung :

1. Merumuskan hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata antara biaya tumpang sari dan biaya

monokultur

H1 : Ada perbedaan yang nyata antara biaya tumpang sari dan biaya monokultur

2. Menentukan nilai t-hitung

3. Kriteria pengujian

Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima.

Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak.

4. Membuat kesimpulan

Untuk identifikasi masalah (3), yaitu membedakan penerimaan dan pendapatan usaha

agribisnis tumpang sari tomat-cabai dengan pola monokultur dianalisis menggunakan

rumus sebagai berikut:

Secara matematis, cara menghitung total penerimaan pada sistem monokultur adalah:

Bila macam tanaman yang diusahakan adalah lebih dari satu, maka rumusnya

menjadi:

TR = Yi. Pyi

TRj =

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

27

Keterangan :

TR = Total penerimaan monokultur

TRj = Total penerimaan join

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani i

Py = Harga Y

n = jumlah macam tanaman yang diusahakan

(Shinta, 2011).

Secara matematis cara menghitung pendapatan usahatani pada sistem monokultur

adalah:

Keterangan :

Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

(Soekartawi, 1995)

Pendapatan total pada sistem tumpang sari adalah pendapatan yang diperoleh dari

pengurangan seluruh total penerimaan dari seluruh jenis komoditi dan seluruh biaya

dari seluruh jenis komoditi yang ditanami dalam satu lahan.

Pd = TR - TC

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

28

Sehingga, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

Pdj = Pendapatan join

TRj = Total penerimaan join

TCj = Total biaya join

i = komoditi (jenis komoditi budidaya)

n = jumlah komoditi

(Mosher, 1987).

Untuk menguji perbedaan penerimaan hasil penjualan bersih dan pendapatan bersih

dilakukan uji t-Test yaitu independent sample t-Test dengan alat bantu software

SPSS.

Tahap pengujian perbedaan penerimaan dan pendapatan tumpang sari tomat-cabai,

tomat monokultur dan cabai monokultur berdasarkan nilai t-hitung adalah :

1. Merumuskan hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata antara penerimaan tumpang sari dan

penerimaan monokultur

H1 : Ada perbedaan yang nyata antara penerimaan tumpang sari dan penerimaan

monokultur

H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata antara pendapatan bersih tumpang sari dan

pendapatan monokultur

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

29

H1 : Ada perbedaan yang nyata antara pendapatan bersih tumpang sari dan

pendapatan monokultur

2. Menentukan nilai t-hitung

3. Kriteria pengujian

Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima.

Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak.

4. Membuat kesimpulan

Untuk identifikasi masalah (4), membedakan hasil kelayakan atau R/C Ratio tumpang

sari tanaman tomat-cabai dengan pola monokultur dianalisis dengan menggunakan

rumus: Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Keterangan:

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

Py = Harga output

Y = output

FC = Biaya tetap (fixed cost)

VC = Biaya variabel (variabel cost)

a = R/C

TR = Py. Y

TC = FC + VC

a = {(Py.Y) / (FC+VC)}

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

30

R/C > 1 artinya suatu usahatani layak untuk diusahakan dan dikembangkan, R/C = 1

artinya usaha tani mencapai titik impas dan R/C <1, artinya suatu usahatani tidak

layak untuk diusahakan dan dikembangkan (Soekartawi, 1995).

Apabila komoditi yang diusahakan lebih dari satu, maka rumusnya menjadi :

Keterangan :

Yi = Jumlah produk

Pi = Harga produk

Xn = Jumlah input

Pxn = Harga input

1..n = Jumlah jenis input

R/C≥1 artinya layak untuk diusahakan dan dikembangkan, R/C < 1 artinya tidak

layak untuk diusahakan dan dikembangkan (Shinta, 2011).

Untuk menguji perbedaan R/C Ratio pada tumpang sari dan monokultur dilakukan uji

t-Test yaitu independent sample t-Test dengan alat bantu software SPSS.

=

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

31

1. Merumuskan hipotesis

H0 : Kelayakan usaha agribisnis tumpang sari tidak lebih layak diusahakan dan

dikembangkan apabila dibedakan dengan pola monokultur.

H1 : Kelayakan usaha agribisnis tumpang sari lebih layak diusahakan dan

dikembangkan apabila dibedakan dengan pola monokultur.

2. Menentukan nilai t-hitung

3. Kriteria pengujian

Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima.

Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak.

4. Membuat kesimpulan

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman arti dan makna dalam penelitian ini, berikut

beberapa pengertian:

3.5.1 Definisi

1. Petani sampel adalah orang yang melakukan usaha agribisnis pola tanam tumpang

sari tanaman tomat-cabai, cabai monokultur, dan tomat monokultur.

2. Usaha agribisnis pola tumpang sari adalah pengerjaan tanaman tomat-cabai secara

bersamaan pada satu lahan dan waktu yang relatif sama dengan pola yang teratur.

3. Usaha agribisnis pola monokultur adalah pengerjaan tanaman satu komoditi saja

dengan pola yang teratur.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

32

4. Biaya produksi monokultur adalah nilai dari semua faktor produksi yang

digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi

berlangsung pada komoditi tertentu.

5. Biaya produksi join adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik

dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung pada

masing-masing komoditi.

6. Harga adalah suatu poin yang berlaku pada komoditi tertentu dinyatakan dalam

bentuk (Rp).

7. Input adalah benda atau jasa yang dikeluarkan petani pada saat usahatani

berlangsung.

8. Penerimaan monokultur adalah jumlah seluruh produksi pertanian dikalikan

dengan harga jual pada satu komoditi saja dinyatakan dalam bentuk (Rp).

9. Penerimaan join adalah jumlah seluruh produksi pertanian dikalikan dengan harga

jual pada masing-masing komoditi dinyatakan dalam bentuk (Rp).

10. Pendapatan monokultur adalah seluruh jumlah hasil penerimaan dari masing-

masing komoditi dikurangi seluruh jumlah biaya produksi pada satu komoditi

saja dinyatakan dalam bentuk (Rp).

11. Pendapatan join adalah seluruh jumlah hasil penerimaan dari masing-masing

komoditi dikurangi seluruh jumlah biaya produksi pada masing-masing komoditi

dinyatakan dalam bentuk (Rp).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

33

12. Analisis R/C Ratio yaitu untuk mengetahui apakah usaha agribisnis yang

diusahakan layak dan menguntungkan untuk dikembangkan atau dikatakan

masih dalam tingkat efisiensi.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian yang dilaksanakan adalah di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun,

Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel adalah petani yang mengusahakan tomat-cabai secara pola tanam tumpang

sari, tomat monokultur, dan cabai monokultur.

3. Waktu penelitian dilakukan pada Oktober hingga Desember 2015.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

34

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak dan Wilayah Kecamatan Purba

Wilayah Kecamatan Purba umumnya datar dan sebagian berbukit dan miring.

Adapun kemiringan rata-rata 5% - 20 %. Tipe iklim di Kecamatan Purba termasuk

tipe iklim hujan lebih sedikit dibandingkan dengan musim kering atau kemarau

dengan suhu berkisar antara 190C - 23

0C.

Kecamatan Purba berbatasan dengan daerah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Dolok Silou

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean dan Kecamatan

Haranggaol

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Raya

Sebelah Barat berbatasan Kecamatan Silimakuta

Jenis tanah di Kecamatan Purba adalah tanah berlempung, berpasir dengan pH

berkisar antara 4,6 – 6,5. Lahan di Kecamatan Purba umumnya digunakan untuk

usahatani tanaman palawija, hortikultura, sayuran dan perkebunan yaitu : Padi Gogo,

Jagung, Ubi Jalar, Kentang, Kopi, Tomat, Kubis/Kol, Jeruk, Cabai.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

35

4.1.2. Jenis Mata Pencaharian

Untuk jenis mata pencaharian di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun dapat

dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Jenis mata pencaharian di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun

tahun 2014

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah KK Persentase

1 Pertanian 4.941 93,22

2 Pedagang Ternak 6 0,11

3 Pedagang Hasil Pertanian 114 2,15

4 Kios Saprodi 32 0,60

5 Pegawai Negeri Sipil 194 3,66

Jumlah 5.300 100 Sumber : Kantor Kecamatan Purba

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa penduduk di Kecamatan Purba tidak

terlepas dari bidang pertanian yakni pertanian 93,22 %, pedagang ternak 0,11 %,

pedagang hasil pertanian 2,15 %, kios saprodi 0,60 %, dan pegawai negeri sipil 3,66

%. Selain alam yang subur, keterampilan masyarakat di bidang pertanian juga sangat

terampil.

4.1.3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Purba, Kabupaten

Simalungun tahun 2014

Untuk melihat jumlah penduduk menurut pendidikan di Kecamatan Purba dapat

dilihat pada tabel 8.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

36

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Purba,

Kabupaten Simalungun tahun 2014

No Nagori Belum Sekolah SD SLTP D1-D3 S1 Jumlah

1 Tiga Runggu 982 879 723 342 172 8.084

2 Nagori Tongah 390 289 301 116 149 1.617

3 Urung Pane 306 445 321 123 138 1.683

4 Purba Tongah 113 605 337 34 37 1.708

5 Purba Dolok 227 428 344 888 18 1.64

6 Pematang Purba 933 355 235 19 23 1.913

7 Huta Raja 213 165 92 28 49 1.108

8 Bunga Sampang 115 100 136 40 25 591

9 Purba Sipinggan 250 387 497 81 30 1.806

10 Urung Purba 133 295 184 11 28 1.548

11 Saribujandi 326 370 359 10 19 1.458

12 Bandar Sauhur 108 308 400 13 14 1.345

13 Kinalang 187 731 500 123 29 2.495

14 Tano Tinggir 218 295 198 102 126 1.158 Sumber : Kantor Kecamatan Purba

Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk menurut pendidikan di desa sampel yang

pertama yakni desa Bunga Sampang adalah belum sekolah sebanyak 115 orang, SD

sebanyak 100 orang, SLTP sebanyak 136 orang, SLTA sebanyak 175 orang, D1-D3

sebanyak 40 orang, dan S1 sebanyak 25 orang. Tingkat pendidikan di desa Bunga

Sampang sudah tidak ketinggalan terbukti dari yang menempuh pendidikan hingga ke

tingkat S1.

Jumlah penduduk menurut pendidikan di desa sampel yang kedua adalah desa Urung

Purba. Desa Urung Purba belum sekolah sebanyak 133 orang, SD sebanyak 295

orang, SLTP sebanyak 184 orang, SLTA sebanyak 897 orang, D1-D3 sebanyak 11

orang, dan S1 sebanyak 28 orang. Tingkat pendidikan di desa Urung Purba juga

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

37

sudah tidak ketinggalan terbukti dari yang menempuh pendidikan hingga ke tingkat

S1.

4.1.4. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kecamatan Purba, Kabupaten

Simalungun Tahun 2014

Untuk melihat jumlah penduduk menurut umur di Kecamatan Purba, Kabupaten

Simalungun dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kecamatan Purba, Kabupaten

Simalungun tahun 2014

No Nagori 0-20 21-30 31-40 41-50 51-60 > 60

1 Tiga Runggu 1265 721 658 512 236 149

2 Nagori Tongah 549 226 208 214 293 125

3 Urung Pane 455 289 207 271 301 160

4 Purba Tongah 605 217 315 288 110 168

5 Purba Dolok 563 240 248 300 200 89

6 Pematang Purba 1488 88 100 151 88 120

7 Huta Raja 530 215 242 80 29 12

8 Bunga Sampang 170 100 90 80 85 66

9 Purba Sipinggan 700 326 300 185 105 190

10 Urung Purba 615 250 267 325 75 16

11 Saribujandi 385 124 285 303 228 167

12 Bandar Sauhur 432 243 251 217 105 97

13 Kinalang 858 451 798 142 145 101

14 Tano Tinggir 358 224 185 153 114 74 Sumber : Kantor Kecamatan Purba

Jumlah penduduk menurut umur di desa sampel yang pertama yakni Desa Bunga

Sampang adalah umur 0-20 tahun sebanyak 170 orang, 21-30 tahun sebanyak 100

orang, 31-40 tahun sebanyak 90 orang, 41-50 tahun sebanyak 80 orang, 51-60 tahun

sebanyak 85 orang, dan > 60 tahun sebanyak 12 orang. Jumlah penduduk yang

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

38

produktif sangat potensial di desa Bunga Sampang yang berperan besar dalam

pengembangan daerah tersebut khususnya di bidang pertanian.

Jumlah penduduk menurut umur di desa sampel yang kedua yakni desa Urung Purba

adalah umur 0-20 tahun sebanyak 615 orang, 21-30 tahun sebanyak 250 orang, 31-40

tahun sebanyak 267 orang, 41-50 tahun sebanyak 325 orang, 51-60 tahun sebanyak

75 orang, dan >60 tahun sebanyak 16 orang. Jumlah penduduk yang produktif dan

potensial di desa Urung Purba lebih banyak daripada kelompok umur yang lainnya,

tentu saja sangat berperan besar untuk ke depannya khususnya di bidang pertanian.

4.1.5. Luas dan Kepemilikan Lahan Komoditi Hortikultura di Kecamatan

Purba, Kabupaten Simalungun Tahun 2014

Untuk melihat luas dan kepemilikan lahan komoditi hortikultura di Kecamatan Purba,

Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Lua s dan Kepemilikan Lahan Komoditi Hortikultura di Kecamatan

Purba, Kabupaten Simalungun Tahun 2014

No Jenis Komoditi Luas Lahan (Ha) KK Produksi (Ton)

1 Petsai 271 1153 6504

2 Cabai Merah 500 1142 3250

3 Cabai Rawit 171 605 513

4 Kentang 363 909 4356

5 Kubis 688 1387 17200

6 Terong 86 295 4300

7 Tomat 319 946 9570

8 Jahe 133 191 1862

9 Kunyit 46 158 920

10 Jeruk Manis 757 374 9400

11 Jeruk Nipis 17 67 170 Sumber : Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Purba

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

39

Jenis komoditi hortikultura yang diusahakan petani di Kecamatan Purba sangat

beragam. Berdasarkan tabel di atas, jenis komoditi yang terbanyak dibudidayakan

oleh petani adalah komoditi kubis sebanyak 1.387 KK, petsai sebanyak 1.153 KK,

cabai merah 1.142 KK, tomat sebanyak 946 KK, kentang sebanyak 909 KK, cabai

rawit sebanyak 605 KK, jeruk manis 374 KK, terong sebanyak 295 KK, jahe

sebanyak 191 KK, kunyit sebanyak 158 KK, dan jeruk nipis sebanyak 67 KK.

4.2. Deskripsi Desa Sampel

4.2.1. Desa Bunga Sampang

4.2.1.1. Letak dan Keadaan Alam Desa Bunga Sampang

Letak desa Bunga Sampang berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan desa Purba Tongah

Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Hinalang

Sebelah Barat berbatasan dengan desa Purba Dolok

Sebelah Timur berbatasan dengan desa Urung Purba

Desa Bunga Sampang terletak di daerah Kabupaten Simalungun bagian atas, yang

ketinggian daerahnya dari permukaan laut adalah 1.100 – 1.225 m diatas permukaan

laut, dengan suhu berkisar antara 200C - 25

0C dan pH tanah berkisar antara 5 – 6,5.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

40

4.2.1.2. Keadaan Penduduk

Untuk Jumlah Kepala Keluarga yang ada di Desa Bunga Sampang, Kecamatan Purba,

Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Desa Bunga Sampang Tahun 2014

No Nagori Jumlah KK Total

1 Bunga Sampang 150 150

Sumber : Kantor Kecamatan Purba

Jumlah kepala keluarga yang terdapat di desa Bunga Sampang adalah 150 KK. Setiap

keluarga tentu saja memiliki beberapa anggota keluarga yang dibahas pada tabel

selanjutnya.

Tabel 12. Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Bunga Sampang Tahun

2014

Untuk jenis mata pencaharian di Desa Bunga Sampang, Kecamatan Purba, Kabupaten

Simalungun dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jenis Mata Pencaharian di Desa Bunga Sampang Tahun 2014

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah KK Persentase

1 Pertanian 135 90

2 Pedagang Ternak - -

3 Pedagang Hasil Pertanian 6 4

4 Kios Saprodi 1 0,66

5 Pengusaha Kebun - -

6 Pegawai Negara Sipil 4 2,66

Jumlah 150 97,32 Sumber : Kantor Kecamatan Purba

Berdasarkan tabel di atas, jenis mata pencaharian di desa Bunga Sampang tidak

terlepas dari bidang pertanian yakni bidang pertanian 90 %, pedagang hasil pertanian

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

41

4 %, kios saprodi 0,66 %, dan pegawai negeri sipil 2,66 %. Bidang pertanian masih

menjadi mata pencaharian utama di desa ini karena alam yang subur.

Tabel 13. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Bunga Sampang

Tahun 2014

Untuk jumlah penduduk menurut pendidikan di Desa Bunga Sampang, Kecamatan

Purba, Kabupaten Simalungun dapat dilhat pada tabel 13.

No Umur Tingkat Pendidikan

Belum SD SLTP SLTA D3 S1 Jumlah

TK (orang)

1 0-10 55 25 80

2 11-20 30 30 30 30 90

3 21-30 50 35 10 5 100

4 31-40 30 45 10 5 90

5 41-50 10 10 11 25 17 7 80

6 51-60 20 25 5 25 2 3 85

7 > 61 30 20 10 15 1 5 66

Jumlah 115 100 136 175 40 25 591 Sumber : Kantor Kecamatan Purba

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk menurut pendidikan di desa Bunga

Sampang terbilang sudah maju dan sangat potensial terbukti dari yang belum TK

(belum sekolah) sebanyak 115 orang, SD sebanyak 100 orang, SLTP sebanyak 136

orang 136 orang, SLTA sebanyak 175 orang, D3 sebanyak 40 orang, dan S1 25

orang.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

42

Tabel 14. Luas dan Kepemilikan Lahan Komoditi Hortikultura di Desa Bunga

Sampang Tahun 2014

Untuk luas dan kepemilikan lahan di Desa Bunga Sampang, Kecamatan Purba,

Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 14.

No Komoditi Luas Lahan (Ha) KK Produksi (Ton)

1 Petsai 20 130 480

2 Cabai Merah 10 40 65

3 Cabai Rawit 20 20 15

4 Kentang 10 15 120

5 Kubis 25 80 625

6 Tomat 11 30 330

7 Jeruk Manis 25 60 500

8 Buncis 1 5 10 Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Purba

Berdasarkan tabel di atas, luas dan kepemilikan komoditi hortikultura di desa Bunga

Sampang sangat beragam yakni petsai sebanyak 130 KK, kubis sebanyak 80 KK,

jeruk manis sebanyak 60 KK, cabai merah sebanyak 40 KK, tomat sebanyak 30 KK,

cabai rawit sebanyak 20 KK, kentang sebanyak 15 KK, dan buncis sebanyak 5 KK.

Komoditi yang dipilih dalam penelitian ini adalah tomat dan cabai merah.

4.2.2. Desa Urung Purba

Desa Urung Purba terletak di daerah Kabupaten Simalungun bagian atas yang

ketinggian daerahnya dari permukaan laut adalah 1.100 – 1.215 m dpl, dimana lahan

pertaniannya dapat dikatakan datar sampai bergelombang dan berbukit, juga ada

lahan sawah lombang yang sudah ditelantarkan, dengan suhu berkisar antara 200 -

250C dan pH tanah berkisar antara 4,0 – 7,0. Jenis tanahnya adalah tanah latasol,

coklat kekuning kuningan dan sebagian tanah berpasir. Curah hujan berkisar antara

11,9 – 43,8 mm/bulan.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

43

4.2.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Kepala Keluarga Tani

Tabel 15. Komposisi Penduduk Menurut Kepala Keluarga Tani

Desa Jumlah KK Jumlah Keluarga Tani Total

Urung Purba 336 316 336 Sumber : Kantor Camat Purba

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk menurut kepala keluarga tani adalah

sebanyak 336 KK. Jumlah penduduk berdasarkan umur dan pendidikan akan dibahas

pada tabel selanjutnya.

4.2.2.2. Jenis Mata Pencaharian Desa Urung Purba

Untuk melihat jenis mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Jenis Mata Pencaharian di Desa Urung Purba

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah KK Persentase

1 Pertanian 316 94.04

2 Pedagang Hasil Pertanian 4 1.78

3 Pegawai Negeri Sipil 4 4.76

Total 336 100 Sumber : Kantor Kecamatan Purba

Berdasarkan tabel diatas, jenis mata pencaharian di desa Urung Purba masih tidak

terlepas dari bidang pertanian karena lahan yang ada di desa Urung Purba sangat

subur. Persentase jenis mata pencaharian utama di desa Urung Purba adala pertanian

94,04 %, pedagang hasil pertanian 1,78 %, dan pegawai negeri sipil 4,46 %.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

44

4.2.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Urung Purba

Tabel 17. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Urung Purba

No Umur (tahun) Jumlah Penduduk

Tingkat Penduduk

Belum Sekolah SD SLTP SLTA D1-D3 S1 Jumlah

1 0-10 93 69 0 0 0 0 162

2 <20 15 170 108 160 0 0 453

3 21-30 11 15 22 200 2 0 250

4 31-40 5 14 20 225 1 2 267

5 41-50 4 10 12 275 6 18 325

6 51-60 3 9 16 37 2 8 75

7 >61 2 8 6 0 0 0 16

Total 133 295 184 897 11 28 1.548 Sumber : Kantor Kecamatan Purba

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk menurut umur di desa Urung Purba juga

sangat produktif dan potensial apabila dikembangkan khususnya di bidang pertanian.

Berikut jumlah penduduk menurut umur di desa Urung yakni 0-10 tahun sebanyak

162 orang, <20 tahun sebanyak 453 orang, 21-30 tahun sebanyak 250 orang, 31-40

tahun sebanyak 267 orang, 41-50 sebanyak 325 orang, 51-60 tahun sebanyak 75

orang, dan >61 tahun sebanyak 16 orang.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

45

4.2.2.4. Luas Lahan dan Kepemilikan Lahan di Desa Urung Purba

Tabel 18. Luas Lahan dan Kepemilikan Lahan di Desa Urung Purba

No

Komoditi

Luas Lahan

(Ha)

KK

Tani

Kepemilikan

Lahan

Produksi

(Ton)

1 Jagung 21 15 1.4 105

2 Ubi Jalar 12 23 0.2 72

3

Padi

Gogo 60 120 0.6 204

4 Petsai 10 70 0.57 136

5 C.Merah 20 19 1.09 122

6 Kentang 11 42 0.26 132

7 Kubis 20 41 0.82 500

8 Terong 8 12 0.66 400

9 Tomat 17 25 0.68 210

10 Jahe 15 0 0.62 50

11 Kunyit 7 10 0.7 70

12 J.Manis 17 15 1.13 35

13 Buncis 8 12 0.66 56

14 Kopi 72 143 0.5 144 Sumber : Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Purba

Berdasarkan tabel di atas, jenis komoditi hortikultura yang diusahakan beragam di

desa Urung Purba tetapi yang lebih difokuskan dalam penelitian ini adalah tomat dan

cabai. Keluarga tani yang membudidayakan tomat sebanyak 25 KK dan cabai

sebanyak 19 KK.

4.3 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani adalah identitas petani sampel yang meliputi luas lahan, umur,

jumlah tanggungan, pendidikan, pengalaman bertani, dan status kepemilikan lahan

petani sampel. Dalam hal ini terbagi dalam tiga kategori yaitu karakteristik petani

sampel tumpang sari tomat-cabai, petani tomat monokultur, dan petani cabai

monokultur.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

46

4.3.1. Karakteristik Petani Sampel Tumpang Sari Tomat-Cabai

Untuk lebih jelasnya berikut Tabel 19. Karakteristik Petani Sampel Tumpang Sari

Tomat-Cabai.

Tabel 19. Karakteristik Petani Sampel Tumpang Sari Tomat dan Cabai

No Karakteristik Petani Interval Rata-Rata

1 Luas Lahan 0.16-0.48 Ha 0.27 Ha

2 Umur 27- 47 Tahun 38.13 Tahun

3 Pendidikan 06 - 12 Tahun 10.46 Tahun

4 Jumlah Tanggungan 01 - 06 Jiwa 4.26 Jiwa

5 Pengalaman Bertani 04-36 Tahun 22.2 Tahun

6 Status Kepemilikan Lahan

Sendiri Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Berdasarkan tabel di atas, karakteristik petani sampel tumpang sari tomat dan cabai

yang terdiri dari luas lahan yang dimiliki, umur, pendidikan, jumlah tanggungan,

pengalaman bertani, dan status kepemilikan lahan. Luas lahan rata-rata yang dimiliki

petani adalah 0.27 Ha, umur rata-rata petani adalah 38.13 tahun, pendidikan rata-rata

petani adalah 10.46 tahun, jumlah tanggungan yang dimiki petani adalah 4.26 jiwa,

rata-rata pengalaman bertani petani adalah 22.2 tahun, dan status kepemilikan lahan

rata-rata petani adalah lahan sendiri.

4.3.2. Karakteristik Petani Sampel Tomat Monokultur

Untuk lebih jelasnya berikut Tabel 20. Karakteristik Petani Sampel Tomat

Monokultur.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

47

Tabel 20. Karakteristik Petani Sampel Petani Tomat Monokultur

No Karakteristik Petani Interval Rata-Rata

1 Luas Lahan 0.09 - 0.4 Ha 0.278 Ha

2 Umur 32 - 47 Tahun 38.86 Tahun

3 Pendidikan 09 - 12 Tahun 11 Tahun

4 Jumlah Tanggungan 03 - 07 Jiwa 4.8 Jiwa

5 Pengalaman Bertani 15 - 32 Tahun 21.06 Tahun

6 Status Kepemilikan Lahan

Sendiri Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 2)

Berdasarkan tabel di atas, karakteristik petani sampel tomat monokultur yang terdiri

dari luas lahan yang dimiliki, umur, pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman

bertani, dan status kepemilikan lahan. Luas lahan rata-rata yang dimiliki petani adalah

0.278 Ha, umur rata-rata petani adalah 38,86 tahun, pendidikan rata-rata petani adalah

11 tahun, jumlah tanggungan rata-rata petani adalah 4.8 jiwa, rata-rata pengalaman

bertani petani adalah 21.06 tahun, dan status kepemilikan lahan yang dimiliki adalah

mayoritas lahan sendiri.

4.3.3. Karakteristik Petani Sampel Petani Cabai Monokultur

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21. Karakteristik Petani Cabai

Monokultur.

Tabel 21. Karakteristik Petani Sampel Petani Cabai Monokultur

No Karakteristik Petani Interval Rata-Rata

1 Luas Lahan 0.16 - 0.36 Ha 0.278 Ha

2 Umur 31 - 49 Tahun 38.86 Tahun

3 Pendidikan 09 - 12 Tahun 11 Tahun

4 Jumlah Tanggungan 03 - 06 Jiwa 4.8 Jiwa

5 Pengalaman Bertani 09 - 34 Tahun 21.06 Tahun

6 Status Kepemilikan Lahan

Sendiri Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 3)

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

48

Berdasarkan tabel di atas, karakteristik petani sampel tomat monokultur yang terdiri

dari luas lahan yang dimiliki, umur, pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman

bertani, dan status kepemilikan lahan. Luas lahan rata-rata yang dimiliki adalah 0.278

Ha, umur rata-rata petani adalah 38.86 tahun, pendidikan rata-rata petani adalah 11

tahun, jumlah tanggungan rata-rata yang petani adalah 4.8 jiwa, rata-rata pengalaman

bertani adalah 21.06 tahun, dan status kepemilikan lahan mayoritas adalah lahan

sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

49

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pelaksanaan Tumpang Sari Tomat-Cabai, Tomat Monokultur dan Cabai

Monokultur

Sistem tumpang sari adalah sistem penanaman lebih dari satu jenis tanaman yang

dilakukan pada sebidang lahan yang sama dan waktu relatif yang sama. Sistem

tumpang sari banyak dilakukan di Kabupaten Simalungun khususnya di daerah

Kabupaten Simalungun atas. Kecamatan Purba merupakan daerah Kabupaten

Simalungun atas yang banyak melakukan sistem penanaman tumpang sari. Sistem

tumpang sari yang dilakukan di daerah Kecamatan Purba adalah tanaman tahunan

dengan tanaman tahunan seperti jeruk-kopi, tanaman tahunan dengan tanaman

semusim seperti kopi-kol, kopi-kacang panjang-jahe, kopi-jahe, kopi-terong belanda-

jagung, kopi-cabai-kacang hijau, jeruk-tomat, kopi-padi ladang, jeruk-kol, tanaman

semusim dengan semusim seperti tomat-cabai, cabai dengan kol.

Sistem tumpang sari tomat-cabai telah cukup lama dilakukan di daerah Kecamatan

Purba yaitu sekitar sepuluh tahun yang lalu. Alasan petani banyak melakukan sitem

tumpang sari tomat-cabai adalah kelangsungan pendapatan petani apabila harga tomat

murah pada saat tertentu, cabai bisa menutupi modal yang dikeluarkan pada saat

mengusahakan tanaman tersebut, selain itu dengan modal yang dikeluarkan sedikit

tetapi hasil yang didapatkan banyak. Berbeda dengan sistem tomat monokultur dan

cabai monokultur, ketika harga tomat atau harga cabai murah pada saat tertentu petani

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

50

terancam tidak bisa menutupi modal yang dikeluarkan pada saat mengusahakan

tanaman tersebut.

Teknik sistem penanaman tumpangsari pada intinya tidak berbeda jauh dengan teknik

sistem monokultur hanya berbeda pada teknik – teknik tertentu saja. Untuk lebih

jelasnya, berikut dapat dijelaskan teknik penanaman tumpang sari tomat-cabai, tomat

monokultur, dan cabai monokultur :

1. Persiapan Lahan

Persiapan yang dilakukan pada sistem tumpangsari dan monokultur diawali dengan

melakukan traktor, yang disewa oleh petani dengan bandrol harga Rp. 40.0000 per

rantai, setelah itu petani melakukan pengorekan lahan untuk pembuatan bedengan

selebar antara 50 – 60 cm, lalu ditabur pupuk kompos dan pupuk kimia setelah dua

minggu pembuatan bedengan. Pengolahan lahan seperti ini bertujuan untuk

mempermudah petani untuk melakukan teknik penanaman selanjutnya.

Perbedaan yang terdapat pada sistem tumpang sari dan sistem monokultur pada

persiapan lahan ini adalah pada saat pemberian pupuk kompos dan pupuk kimia

dasar. Pada sistem tumpang sari pemberian pupuk kompos dasar yaitu 200 – 500 goni

dengan ukuran 50 kg pada luas lahan rata – rata 0.16 – 0.48 Ha dan pupuk kimia 35

kg per rantai. Sistem tumpang sari tomat monokultur, pemberian pupuk kompos dasar

yaitu 100- 250 goni dengan ukuran 50 kg pada luas lahan rata-rata 0.09 – 0.4 Ha dan

pupuk kimia dasar 80 kg per rantai. Sistem cabai monokultur, pemberian pupuk

kompos dasar yaitu 100 – 600 goni dengan ukuran 50 kg pada luas lahan rata-rata

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

51

0.16 – 0.36 Ha dan pupuk kimia dasar 84,5 kg per rantai. Setelah satu minggu

terhitung pada saat pemberian pupuk kompos dan pupuk kimia dasar baru ditutup

dengan mulsa dengan tujuan menjaga kelembapan tanah.

2. Penanaman

Penanaman yang dilakukan pada sistem tumpang sari tomat-cabai menggunakan bibit

yang berbagai macam. Untuk tanaman tomat, bibit yang sering digunakan adalah

berbentuk amplop yaitu Kadia. Sedangkan untuk tanaman cabai, bibit yang sering

digunakan adalah bibit lokal. Bibit lokal berasal dari bibit yang lama yaitu hasil

perasan dari panen sebelumnya.

Sebelum melakukan penanaman, mulsa dilubangi dengan menggunakan kaleng diberi

arang panas, lalu kaleng diberi pemegang. Setelah itu, barulah ditanami 1 lubang per

pokok. Jarak tanam antar lubang yang dilakukan pada sistem tumpangsari tomat-

cabai biasanya adalah ± 50 cm dan jarak antar satu bedengan dengan bedengan lain

adalah ± 2 m. Pada sistem tumpang sari, cabai ditanam setelah tomat berusia 3

minggu.

Sistem Tomat Monokultur dengan jarak tanam ± 50 cm dan jarak antar satu

bedengan dengan bedengan yang lain adalah ± 2 m. Sistem Cabai Monokulutur

dengan jarak tanam ± 40 cm dan jarak antar satu bedengan dengan bedengan yang

lain adalah ± 2 m.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

52

Untuk lebih jelasnya, berikut gambar tumpang sari tomat-cabai, tomat monokultur,

dan cabai monokultur

Gambar 2. Tumpang Sari Tomat dan Cabai

Gambar 3. Petani Tomat Monokultur

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

53

Gambar 4. Petani Cabai Monokultur

c. Pemupukan

Pemupukan adalah salah satu bagian dari sistem penanaman yang penting agar hasil

yang akan didapatkan banyak. Dalam hal ini pemupukan yang dilakukan pada pola

tumpangsari dan pola monokultur tidak jauh berbeda. Setelah dilakukan pemupukan

dasar pada pengolahan tanah, dilakukan pemupukan susulan yang kedua hingga

keempat sampai kelima kali pemupukan. Pada sistem tumpangsari, pemupukan yang

dilakukan hanya pada tanaman tomat, dari tomat inilah cabai mengambil unsur hara

karena cabai mempunyai akar samping yang panjang melebar. Pupuk yang sering

digunakan pada sitem tumpangsari tomat-cabai adalah Pupuk SS, Paten kali Butir,

TSP, Hidroconplit, dan NPK. Pupuk yang sering digunakan pada tomat monokultur

adalah Pupuk SS, SP-36, Hidroconplit, dan KCl. Pupuk yang sering digunakan pada

cabai monokultur adalah Pupuk SS, Hidrocoplit, SP-36, RJ Bus, Kali Cili, Paten Kali

Butir, dan NPK.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

54

d. Perawatan

Perawatan yang dilakukan pada pola tumpangsari dan pola monokultur adalah

pemberantasan hama dan penyakit (PHP), pembuangan tunas atau penyiangan gulma,

dan pemasangan patok atau ajir. Pemberantasan hama dan penyakit (PHP) pada pola

tumpangsari dilakukan pada tanaman tomat saja, cabai tidak dilakukan

pemberantasan hama dan penyakit. Karena ketika menyemprot tomat sekaligus

menyemprot cabai, disinilah letak keuntungan sistem tumpang sari dibandingkan pola

monokultur. Pemberantasan hama dan penyakit pada pola tumpangsari dan pola

monokultur dilakukan seminggun sekali, kadang tiga hari sekali bahkan sekali satu

hari tergantung cuaca yang ada. Pemberantasan hama dan penyakit pada pola

tumpang sari tomat-cabai dan tomat monokultur relatif sama frekuensi penggunaan

pestisida sekitar 40 – 60 kali penyemprotan. Sedangkan cabai monokultur frekuensi

penggunaannya hanya berkisar 40 kali penyemprotan. Pestisida yang digunakan pada

pola tumpangsari tomat-cabai adalah Record, Antracold, Tridec, Simoksan, Zimox,

Daconil, dan Zoker. Pada tomat monokultur pestisida yang sering digunakan adalah

Record, Detain, daconil, Vertitur, Dabat dan Padan. Pada cabai monokultur pestisida

yang sering digunakan adalah Record, Manzate, Alika, Indoten, SuperGrow, Endure,

Delamic, Amistartop, dan Bendaz.

Pembuangan tunas dan penyiangan gulma pada pola tumpangsari tomat-cabai

dilakukan seminggu sekali, pebuangan tunas tomat dan cabai monokultur sama

dengan pola tumpangsari tomat-cabai yaitu seminggu sekali. Sedangkan pemasangan

patok atau ajir pada tomat-cabai dilakukan setelah dua minggu penanaman tanaman

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

55

tomat biasanya pemasangan patok dilakukan per lima batang sampai tali tujuh. Begitu

juga dengan cabai dilakukan pemasangan ajir atau patik dilakukan per lima batang

tetapi hanya tali tiga sampai tali empat. Pemasangan patok atau ajir yang dilakukan

pada pola monokultur baik tomat maupun cabai relatif sama dilakukan per lima

batang sampai tali tiga sampai tujuh.

e. Panen

Tomat bisa dipanen pada saat sudah berumur 3 sampai 3,5 bulan dari awal menanam

sedangkan cabai bisa dipanen pada saat umur 3 sampai 4 bulan dari awal menanam.

5.2. Penggunaan dan Biaya Produksi pada Pola Tumpangsari Tomat dan

Cabai dengan Pola Monokultur

5.2.1. Rata-Rata Penggunaan Bibit dan Pupuk Pola Tumpangsari Tomat dan

Cabai

Tabel 22. Rata-Rata Penggunaan Bibit dan Pupuk Pola Tumpangsari Tomat

dan Cabai

No Keterangan Per Petani (Kg) Per Ha (Kg) Per Petani (Rp) Per Ha (Rp)

1 Benih

a. Tomat 0,016 0,065 482.666,6 1.779.166,7

b. Cabai 1,12 3,98 0 0

2 Pupuk

a. SS 215,63 716,2 3.092.812,5 9.983.398,4

b. P.K.Butir 143,38 466,67 1.075.312,5 3.500.000

c. Kompos 23.679,9 92.125 4.296.066,6 16.547.291,6

d. TSP 189,5 737,65 1.373.000 5.333.333,3

e. Hidroconpolit 191,36 793,08 1.546.107,1 6.524.888,3

f. NPK 262,33 1.099,6 2.071.200 8.625.000 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 10-11)

Berdasarkan tabel diatas, penggunaan benih tomat yang digunakan 0,016 kg per

petani atau 0,065 kg per Ha, benih tomat yang sering digunakan dalam berbentuk

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

56

bungkusan. Penggunaan benih cabai yang digunakan 1,12 kg per petani atau 3,98 kg

per Ha, benih cabai yang sering digunakan adalah benih lokal yang berasal dari hasil

perasan dari panen sebelumnya.

Penggunaan pupuk terdiri dari yaitu pupuk SS yang digunakan 215, 63 kg per petani

atau 716,2 per Ha dan biaya yang digunakan pada penggunaan pupuk SS adalah Rp.

3.092.812,5 per petani atau Rp. 9.983.398,4 per Ha. Penggunaan pupuk Paten Kali

Butir adalah 143,38 kg per petani atau 466,67 per Ha dan biaya yang digunakan

adalah Rp. 1.075.312,5 per petani atau Rp. 3.500.000 per Ha. Penggunaan pupuk

Kompos yang digunakan adalah 23.679,9 per petani atau 92.125 per Ha dan biaya

yang digunakan adalah Rp. 4.296.066,6 per petani atau Rp. 16.547.291,6 per Ha.

Penggunaan pupuk TSP adalah 189,5 per petani atau 737,65 per Ha dan biaya yang

digunakan adalah Rp. 1.373.000 per petani atau Rp. 5.333.333,3 per Ha. Penggunaan

pupuk Hidroconplit adalah 191,36 Kg per petani atau 793,08 Kg per Ha dan biaya

yang digunakan adalah Rp. 1.546.107,1 per petani atau Rp. 6.524.888,3 per Ha.

Penggunaan pupuk NPK adalah 262,33 per petani atau 1.099,6 per Ha dan biaya yang

digunakan adalah Rp. 2.071.200 per petani atau Rp. 8.625.000 per Ha.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

57

5.2.2. Rata-Rata Penggunaan Bibit dan Pupuk Pola Tomat Monokultur

Tabel 23. Rata-Rata Penggunaan Bibit dan Pupuk Pola Tomat Monokultur

No Keterangan Per Petani (Kg) Per Ha (Kg) Per Petani (Rp) Per Ha (Rp)

1 Benih

a. Tomat 0,0377 0,141 865.333 3.245.633

2 Pupuk

a. SS 211 750,7 1.271.333 4.878.616

b. Kompos 14.816,6 57.503,4 3.536.666 14.210.324

c. TSP 141,8 516,1 1.113.600 4.076.264

d. Hidroconplit 132,1 489,8 1.018.700 3.765.137

e. KCl 165,06 579,4 1.283.133 4.507.308 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 12-13)

Berdasarkan tabel diatas, penggunaan benih tomat pada pola monokultur adalah

0,0377 Kg per petani atau 0,141 Kg per Ha, benih yang digunakan berbentuk

bungkusan. Penggunaan benih tomat pada pola tomat monokultur lebih banyak

0,0217 Kg per petani atau 0,076 per Ha apabila dibandingkan dengan penggunaan

benih pada tomat pada pola tumpang sari.

Penggunaan pupuk pada pola tomat monokultur terdiri dari pupuk SS yang digunakan

sebesar 211 Kg per petani atau 750,7 Kg per Ha dan biaya yang digunakan adalah Rp.

1.271.333 per petani atau Rp. 4.878.616 per Ha. Pupuk Kompos digunakan sebesar

Rp. 14.816,6 Kg per petani atau Rp. 57.503,4 per Ha dan biaya yang digunakan

adalah Rp. 3.536.666 per petani atau Rp. 14.210.324 per Ha. Penggunaan pupuk TSP

141,8 Kg per petani atau 516,1 per Ha dan biaya yang digunakan sebesar Rp.

1.113.600 per petani atau Rp. 4.076.264 per Ha. Penggunaan pupuk Hidroconplit

sebesar 132,1 Kg per petani atau 489,8 Kg per Ha dan biaya yang digunakan sebesar

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

58

Rp. 1.018.700 per petani atau Rp. 3.765.137 per Ha. Penggunaan pupuk KCl yang

digunakan 165,06 Kg per petani atau 579,4 Kg per Ha dan biaya yang digunakan

sebesar Rp. 1.283.133 per petani atau Rp. 4.507.308 per Ha.

5.2.3. Rata-Rata Penggunaan Bibit dan Pupuk Pola Cabai Monokultur

Tabel 24. Rata-Rata Penggunaan Bibit dan Pupuk Pola Cabai Monokultur

No Keterangan Per Petani (Kg) Per Ha (Kg) Per Petani (Rp) Per Ha (Rp)

1 Benih

a. Cabai 1,054 4,08 1.120.000 3.453.968,2

2 Pupuk

a. SS 164 570 1.227.000 4.277.529,7

b. Kompos 23.144 77.584,3 3.537.760 12.024.314,8

c. SP-36 95,3 356,1 762.666,6 2.848.888,8

d. Hidroconplit 75,5 280,2 566.500,1 2.102.083,3

e. RJ Bus 92,9 325 742.857,1 2.600.000

f. Kali Cili 49 170,9 344.071,4 1.187.925,1

g. P.K. Butir 60,3 228,1 402.857,1 1.515.943,8

h. NPK 45,3 190,6 528.266,6 2.064.931,2 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 14-15)

Berdasarkan tabel diatas, benih yang digunakan adalah sebanyak 1,054 Kg per petani

atau 4,08 Kg per Ha, benih yang sering digunakan benih lokal berasal dari hasil

perasan dari panen sebelumnya dan benih yang berbentuk bungkusan.

Pupuk yang digunakan pada cabai monokultur adalah pupuk SS sebanyak 164 Kg per

petani atau 570 Kg per Ha dan biaya yang digunakan sebesar Rp. 1.227.000 per

petani atau Rp. 4.277.529.7 per Ha. Pupuk Kompos digunakan sebesar 23.144 Kg per

petani atau 77.584,3 Kg per Ha dan biaya yang digunakan adalah Rp. 3.537.760 per

petani atau Rp. 12.024.314,8 per Ha. Pupuk SP-36 digunakan sebanyak 95,3 Kg per

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

59

petani atau 356,1 Kg per Ha dan biaya yang digunakan adalah Rp. 762.666,6 per

petani atau Rp. 2.848.888,8 per Ha. Pupuk Hidroconplit digunakan sebanyak 75,5 Kg

per petani atau 280,2 Kg per Ha dan biaya yang digunakan sebesar Rp. 566.500,1 per

petani atau Rp. 2.102.083,3 per Ha. Pupuk RJ Bus digunakan sebanyak 92,9 Kg per

petani atau 325 Kg per Ha dan biaya yang digunakan Rp. 742.857,1 per petani atau

Rp. 2.600.000 per Ha. Pupuk Kali Cili yang digunakan 49 Kg per petani atau 170,9

Kg per Ha dan biaya yang digunakan sebesar Rp. 344.071,4 per petani atau Rp.

1.187.925,1 per Ha. Pupuk Paten Kali Butir 60,3 Kg per petani atau 228,1 Kg per Ha

dan biaya yang digunakan sebesar Rp. 402.857,1 per petani atau Rp. 1.515.943,8 per

Ha. Pupuk NPK 45,3 Kg per petani atau 190,6 Kg per Ha dan biaya yang digunakan

sebesar Rp. 528.266,6 per petani atau Rp. 2.064.931,2 per Ha.

5.2.4. Rata-Rata Penggunaan Pestisida pada Pola Tumpang sari Tomat dan

Cabai dengan Pola Monokultur

Tabel 25. Rata-Rata Penggunaan Pestisida pada Pola Tumpang sari Tomat dan

Cabai dengan Pola Monokultur

No Jenis Usaha Agribisnis Luas Lahan Rata-Rata Pestisida (Rp)

(Ha) Per Petani Per Ha

1 Tumpang Sari Tomat dan Cabai 0,27 8.505.000 30.576.562,5

2 Tomat Monokultur 0,278 8.052.120 29.799.828

3 Cabai Monokultur 0,278 2.414.473,3 8.448.274,6 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 16-21)

Berdasarkan tabel diatas, penggunaan pestisida pola tumpang sari tomat dan cabai

lebih besar 5,62 % daripada pola tomat monokultur, lebih besar 71,61 % daripada

penggunaan cabai monokultur.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

60

5.2.5. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Pola Tumpang Sari dan Pola

Monokultur

Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam usaha agribisnis, biasanya petani

sering menggunakan tenaga kerja dalam keluarga akan tetapi banyak sedikitnya

tenaga kerja yang dibutuhkan berbeda-beda, tergantung jenis tanaman yang

diusahakan. Untuk lebih jelasnya, berikut Tabel 22. Rata-rata penggunaan tenaga

kerja pada pola tumpang sari tomat-cabai.

Tabel 26. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Pola Tumpang Sari Tomat-

Cabai dengan Pola Monokultur

No Jenis Usaha Agribisnis Luas Lahan Rata-Rata Tenaga Kerja (HKP)

(Ha) Per Petani Per Ha

1 Tumpang Sari Tomat dan Cabai 0,27 95,12 365, 94

2 Tomat Monokultur 0,278 81,9 335,28

3 Cabai Monokultur 0,278 89,9 335,2 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 4-9)

Berdasarkan tabel diatas, penggunaan tenaga kerja pada pola tumpang sari tomat dan

cabai lebih besar 13,8 % daripada pola tomat monokultur, lebih besar 5,48 %

daripada cabai monokultur.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

61

5.2.6. Total Biaya Rata-Rata Penggunaan Sarana Produksi Pada Pola Tumpang

Sari dan Pola Monokultur

Tabel 27. Total Biaya Rata-Rata Penggunaan Sarana Produksi Pada Pola

Tumpangsari dan Pola Monokultur (Rp) No Keterangan Tumpangsari (Rp) Tomat Monokultur (Rp) Cabai Monokultur (Rp)

Per Petani Per Ha Per Petani Per Ha Per Petani Per Ha

Biaya Tetap

1 Biaya Pajak Tanah 700.000 2.500.000 700.000 2.502.314 706.666 2.500.000

2 Biaya Penyusutan 222.333 881.152 223.666 911.127 223.666 854.537

3 Biaya Sewa Tanah 0 0 200.000 2.222.222 0 0

Biaya Variabel

1 Biaya Pupuk 10.016.433 36.736.527 8.395.933 31.868.900 7.505.426 26.500.327

2 Biaya Pestisida 8.505.000 29.842.534 8.505.000 32.067.362 2.499.806 8.800.635

3 Biaya Sewa Traktor 280.000 1.000.000 264.666 1.033.809 282.666 1.000.000

4 Biaya Tenaga Kerja 5.399.400 22.591.500 4.915.000 20.117.023 5.399.400 20.112.000

5 Biaya Bibit, Mulsa, 5.657.000 20.251.388 2.902.266 11.548.227 2.221.733 7.656.587

Patok, Tali,dll

Jumlah 30.780.166 113.803.104 26.106.533 102.270.988 18.839.366 67.424.087

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 32-39)

Berdasarkan tabel diatas, total biaya produksi pola tumpang sari tomat dan cabai lebih

besar 15,18 % daripada tomat monokultur dan lebih besar 38,79 % daripada cabai

monokultur.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

62

5.2.7. Hasil t-Test Perbandingan Total Biaya Produksi Tumpang Sari Tomat

dan Cabai dengan Pola Monokultur

Tabel 28. Hasil t-Test Perbandingan Total Biaya Produksi

No Jenis Usaha Agribisnis Nilai t-hitung

1 Tumpang Sari Tomat-Cabai dengan Tomat Monokultur 1,453

2 Tumpang Sari Tomat-Cabai dengan Cabai Monokultur 3,933 Sumber : Data Diolah (Lampiran 46-47)

Hipotesis :

Ho : Tidak ada perbedaan yang nyata antara total biaya produksi tumpangsari dengan

tomat monokultur.

H1 : Ada perbedaan yang nyata antara total biaya produksi tumpangsari dengan tomat

monokultur.

Ho : Tidak ada perbedaan yang nyata antara total biaya produksi tumpangsari dengan

cabai monokultur.

H1 : Ada perbedaan yang nyata antara total biaya produksi tumpangsari dengan cabai

monokultur.

Kriteria pengujian :

Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima.

Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak.

Berdasarkan tabel di atas, hasil t-Test tumpang sari tomat-cabai dengan tomat

monokultur diperoleh nilai t-hitung 1,453. Nilai t-hitung 1,453 < t-tabel 2,048 pada

tingkat kepercayaan 95 % maka H0 diterima. Artinya, tidak ada perbedaan yang

nyata antara total biaya produksi total tumpangsari dengan tomat monokultur.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

63

Hasil t-Test tumpang sari tomat-cabai dengan cabai monokultur diperoleh nilai t-

hitung 3,933. Nilai t-hitung 3,933 > t-tabel 2,048 pada tingkat kepercayaan 95 %,

maka H0 ditolak. Artinya, ada perbedaan yang nyata antara total biaya produksi total

tumpangsari dengan cabai monokultur.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

64

5.3. Rata-Rata Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Bersih Pola

Tumpangsari Tomat-Cabai, Tomat Monokultur, dan Cabai

Monokultur.

Tabel 29. Rata-Rata Produksi (Kg), Penerimaan (Rp), dan Pendapatan Bersih

(Rp) Pola Tumpangsari Tomat-Cabai, Tomat Monokultur, dan

Cabai Monokultur. No Keterangan Tumpangsari Tomat Monokultur Cabai Monokultur

Per Petani Per Ha Per Petani Per Ha Per Petani Per Ha

1 Produksi Tumpangsari

a. Tomat (Kg) 8.580 31.375

b. Cabai (Kg) 2.910 10.270

2 Produksi Tomat Monokultur

a. Tomat (Kg)

16.373 59.925

3 Produksi Cabai Monokultur

5.653 20.000

a. Cabai (Kg)

4 Harga Tomat per Kg Rp. 7.500

5 Harga Cabai per Kg Rp 15.000

6 Penerimaan Tumpangsari (Rp)

a. Tomat (Rp) 64.350.000 235.312.500

b. Cabai (Rp) 43.650.000 154.062.500

c. Total Penerimaan 108.000.000 389.375.000

7 Penerimaan Tomat Monokultur

a. Tomat (Rp)

122.800.000 449.444.444

8 Penerimaan Cabai Monokultur

a. Cabai (Rp)

84.800.000 300.000.000

9 Pendapatan Tumpangsari 77.191.433 277.224.090

10 Pendapatan Tomat Monokultur

96.693.466 347.173.456

11 Pendapatan Cabai Monokultur

65.960.633 232.575.912

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 40-45)

Universitas Sumatera Utara

Page 44: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

65

Berdasarkan tabel diatas, bahwa produksi tumpang sari tomat dan cabai yaitu tomat

lebih kecil 47,5 % daripada produksi tomat monokultur dan produksi pada cabai

tumpang sari tomat lebih kecil 48,52 % daripada produksi cabai monokultur.

Penerimaan yang didapat pada pola tumpang sari tomat dan cabai lebih kecil 12,05 %

daripada penerimaan tomat monokultur. Apabila dibandingkan penerimaan tumpang

sari tomat-cabai dengan cabai monokultur, penerimaan tumpang sari tomat-cabai

lebih besar 30,94 % daripada penerimaan cabai monokultur. Pendapatan bersih

tumpang sari tomat-cabai lebih kecil 20,16 % daripada pendapatan bersih tomat

monokultur. Pendapatan bersih tumpang sari tomat-cabai lebih besar 31,78 %

daripada pendapatan bersih cabai monokultur.

Selain itu, masalah yang dihadapi sehubungan dengan peningkatan produksi adalah

lahan pertanian yang terbatas. Karena lahan yang tersedia tidak bertambah sedangkan

jumlah penduduk yang membutuhkannya dari tahun ke tahun bertambah.

Bila luas areal tidak dapat ditambah lagi maka peningkatan produksi dapat pula

dicapai dengan intensifikasi, antara lain dengan meningkatkan Rasio Setara Tanah.

Rasio Setara Tanah menunjukkan berapa luas lahan yang dibutuhkan untuk

pertanaman monokultur (setiap dua atau lebih jenis tanaman) sehingga memberi

produksi yang jumlahnya setara dengan produksi tumpang sari seluas satu hektar.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

66

Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

Keterangan :

RST = Rasio Setara Tanah

hi = output tumpangsari jenis tanaman i

Hi = output monokultur jenis tanaman i

(Sirait, 1989)

Dari tabel diatas, produksi pada tumpang sari per komoditi tidak lebih tinggi

dibandingkan monokultur. Dapat diketahui dengan menghitung Rasio Setara

Tanahnya (RST) yaitu :

Rasio setara tanah 1,03, berarti 1 hektar usaha agribisnis tumpang sari akan

menghasilkan hasil yang setara secara fisik dengan mengusahakan 1,03 hektar usaha

agribisnis monokultur (tomat dan cabai).

Produksi pada tumpang sari yang lebih rendah akibat dari penurunan jumlah batang

tanaman per 25 x 25 m. Dari perhitungan setiap 25 x 25 m pada usaha agribisnis

= 1,03

Universitas Sumatera Utara

Page 46: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

67

secara monokultur dapat ditanami 800 batang tomat maupun cabai. Sedangkan pada

usaha agribisnis tumpang sari setiap 25 x 25 m dapat ditanami tomat 400 batang dan

cabai 400 batang. Setiap batang tomat dapat menghasilkan 3 kg per batang sedangkan

cabai dapat menghasilkan 1 kg per batang.

5.3.1 Hasil t-Test Penerimaan Tumpang Sari Tomat-Cabai dengan Pola

Monokultur

Tabel 30. Hasil t-Test Penerimaan Tumpang Sari Tomat-Cabai dengan Pola

Monokultur

No Jenis Usaha Agribisnis Nilai t-hitung

1 Tumpangsari Tomat-Cabai dengan Tomat Monokultur -0,974

2 Tumpang Sari Tomat-Cabai dengan Cabai Monokultur 1,904 Sumber : Data Diolah (Lampiran 48-49)

Hipotesis :

H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata antara penerimaan pola tumpangsari tomat-

cabai dengan pola tomat monokultur.

H1 : Ada perbedaan yang nyata antara penerimaan pola tumpangsari tomat-cabai

dengan pola tomat monokultur

H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata antara penerimaan tumpangsari tomat-cabai

dengan pola cabai monokultur

H1 : Ada perbedaan yang nyata antara penerimaan tumpangsari tomat-cabai dengan

cabai monokultur

Kriteria Pengujian :

Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima.

Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

68

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil nilai t-hitung pola tumpang sari tomat dan

cabai dengan tomat monokultur sebesar -0,974. Nilai t-hitung -0,974 < t-tabel 2,048

dengan tingkat kepercayaan 95 % maka H0 diterima. Artinya, tidak ada perbedaan

yang nyata antara penerimaan pola tanam tumpang sari tomat-cabai dengan pola

tomat monokultur.

Hasil nilai t-hitung pola tumpang sari tomat-cabai dengan cabai monokultur diperoleh

nilai t-hitung 1,904. Nilai t-hitung 1,904 < t-tabel 2,048 pada tingkat kepercayaan 95

% maka H0 diterima artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara penerimaan

tumpangsari tomat-cabai dengan pola cabai monokultur.

5.3.2. Hasil t-Test Pendapatan Tumpang Sari Tomat dan Cabai dengan Pola

Monokultur

Tabel 31. Hasil t-Test Pendapatan Tumpang Sari Tomat dan Cabai dengan Pola

Monokultur

No Jenis Usaha Agribisnis Nilai t-hitung

1 Tumpangsari Tomat-Cabai dengan Tomat Monokultur -1,576

2 Tumpang Sari Tomat-Cabai dengan Cabai Monokultur 1,211 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 50-51)

Hipotesis :

H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata antara pendapatan tumpangsari tomat-cabai

dengan tomat monokultur

H1 : Ada perbedaan yang nyata antara pendapatan tumpangsari tomat-cabai dengan

tomat monokultur

H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata antara pendapatan tumpangsari tomat-cabai

dengan cabai monokultur

Universitas Sumatera Utara

Page 48: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

69

H1 : Ada perbedaan yang nyata antara pendapatan tumpangsari tomat-cabai dengan

cabai monokultur

Kriteria Pengujian :

Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima.

Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak.

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil nilai t-hitung pendapatan tumpang sari

tomat-cabai dengan tomat monokultur sebesar t-hitung -1,576. Nilai t-hitung -1,576 <

t-tabel 2,048 dengan tingkat kepercayaan 95 % maka H0 diterima. Artinya, tidak ada

perbedaan yang nyata antara pendapatan tumpangsari tomat-cabai dengan tomat

monokultur.

Hasil nilai t-hitung pendapatan tumpang sari tomat-cabai dengan cabai monokultur

diperoleh nilai t-hitung 1,211. Nilai t-hitung 1,211 < 2,048 dengan tingkat

kepercayaan 95 % maka H0 diterima. Artinya, tidak ada perbedaan yang nyata

antara pendapatan tumpangsari tomat-cabai dengan cabai monokultur.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

70

5.4. R/C Ratio (Return Cost Ratio)

Tabel 32. Hasil R/C Ratio Tumpang Sari dan Pola Monokultur

No Jenis Usaha Agribisnis Nilai R/C Ratio

1 Tumpang Sari Tomat-Cabai 3,49

2 Tomat Monokultur 4,63

3 Cabai Monokultur 4,47 Sumber : Analsisis Data Primer (Lampiran 40-45)

R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya, dari alat analisis

inilah terbukti pola tanam apa yang lebih layak diusahakan dan dikembangkan dalam

jangka panjang. Berdasarkan tabel diatas, R/C Ratio pada pola tanam tumpang sari

tomat-cabai adalah 3,49 artinya dengan biaya input Rp. 1,00 pada usaha agribisnis

tumpang sari tomat-cabai akan menghasilkan penerimaan Rp. 3,49. R/C Ratio pada

tomat monokultur 4,63 artinya dengan biaya input Rp. 1,00 akan menghasilkan

penerimaan Rp. 4,63. R/C Ratio cabai monokultur 4,47 artinya dengan biaya input Rp

1,00 akan menghasilkan penerimaan Rp. 4,47.

5.4.1. Hasil t-Test R/C Ratio Tumpang sari Tomat dan Cabai dengan Pola

Monokultur

Tabel 33. Hasil t-Test R/C Ratio Tumpang sari Tomat dan Cabai dengan Pola

Monokultur

No Jenis Usaha Agribisnis Nilai Signifikansi

1 Tumpangsari Tomat-Cabai dengan Tomat Monokultur -4,292

2 Tumpang Sari Tomat-Cabai dengan Cabai Monokultur -7,570 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 52-53)

Universitas Sumatera Utara

Page 50: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

71

Hipotesis :

H0 : Kelayakan usaha agribisnis tumpang sari tidak lebih layak diusahakan dan

dikembangkan apabila dibedakan dengan pola tomat monokultur.

H1 : Kelayakan usaha agribisnis tumpang sari lebih layak diusahakan dan

dikembangkan apabila dibedakan dengan pola tomat monokultur.

H0 : Kelayakan usaha agribisnis tumpang sari tidak lebih layak diusahakan dan

dikembangkan apabila dibedakan dengan cabai monokultur.

H1 : Kelayakan usaha agribisnis tumpang sari lebih layak diusahakan dan

dikembangkan apabila dibedakan dengan cabai monokultur.

Kriteria pengujian

Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima.

Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak.

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil t-hitung kelayakan usaha agribisnis tumpang

sari tomat-cabai dengan tomat monokultur nilai t-hitung sebesar -4,293. Nilai –t

hitung -4,293 < t-tabel -2.048 dengan tingkat kepercayaan 95 %, maka H0 diterima.

Artinya, kelayakan usaha agribisnis tumpangsari tidak lebih layak diusahakan dan

dikembangkan apabila dibedakan dengan tomat monokultur.

Hasil nilai t-hitung kelayakan usaha agribisnis tumpang sari tomat-cabai dengan cabai

monokultur nilai t-hitung -7,57. Nilai t-hitung -7,57 < t-tabel -2,048 dengan tingkat

kepercayaan 95 %, maka H0 diterima. Artinya, kelayakan usaha agribisnis

Universitas Sumatera Utara

Page 51: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

72

tumpangsari tidak lebih layak diusahakan dan dikembangkan apabila dibedakan

dengan cabai monokultur.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

73

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pelaksanaan pola tumpangsari tomat dengan cabai dilakukan dengan jarak

tanaman tomat dengan tomat ± 50 cm, tanaman tomat dengan cabai ± 50 cm dan

jarak antar bedengan satu dengan bedengan yang lain ± 2 m. Pada sistem tumpang

sari, cabai ditanam setelah tomat berusia 3 minggu.

2. Biaya produksi pola tumpang sari dengan cabai yang dikeluarkan adalah sebesar

Rp. 30.780.166/Petani/MT dan Rp. 113.803.104/Ha/MT. Biaya produksi yang

dikeluarkan pola tomat monokultur adalah sebesar Rp. 26.106.533/Petani/MT dan

Rp. 102.270.988/Ha/MT. Biaya produksi yang dikeluarkan pola cabai monokultur

adalah sebesar Rp. 18.839.366/Petani/MT dan Rp. 67.424.087/Ha/MT.

Tidak ada perbedaan yang nyata antara total biaya produksi total tumpangsari

dengan tomat monokultur. Ada perbedaan yang nyata antara total biaya produksi

total tumpangsari dengan cabai monokultur.

3. Total penerimaan yang diterima pada pola tumpangsari tomat-cabai adalah

sebesar Rp. 108.000.000/Petani/MT dan Rp. 389.375.000/Ha/MT. Total

penerimaan pada tomat monokultur adalah sebesar Rp. 122.800.000/Petani/MT

dan Rp. 449.444.444/Ha/MT. Total penerimaan pada cabai monokultur Rp.

84.800.000/Petani/MT dan Rp. 300.000.000/Ha/MT.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

74

Tidak ada perbedaan yang nyata antara penerimaan pola tanam tumpang sari

tomat-cabai dengan pola tomat monokultur. Tidak ada perbedaan yang nyata

antara penerimaan tumpangsari tomat-cabai dengan pola cabai monokultur.

4. Pendapatan bersih pada pola tumpangsari tomat-cabai adalah sebesar Rp.

77.191.433/Petani/MT dan Rp. 277.224.090/Ha/MT. Pendapatan bersih pada

tomat monokultur Rp. 96.693.466/Petani/MT dan Rp. 347.173.456/Ha/MT.

Pendapatan bersih pada cabai monokultur Rp. 65.960.633/Petani/MT dan Rp.

232.575.912/Ha/MT.

Tidak ada perbedaan yang nyata antara pendapatan tumpangsari tomat-cabai

dengan tomat monokultur. Tidak ada perbedaan yang nyata antara pendapatan

tumpangsari tomat-cabai dengan cabai monokultur.

5. Nilai R/C Ratio pada tumpangsari tomat-cabai adalah 3.49, R/C Ratio Tomat

Monokultur adalah 4,63, dan R/C Ratio Cabai Monokultur adalah 4,47.

Kelayakan usaha agribisnis tumpangsari tidak lebih layak diusahakan dan

dikembangkan apabila dibedakan dengan tomat monokultur. Kelayakan usaha

agribisnis tumpangsari tidak lebih layak diusahakan dan dikembangkan apabila

dibedakan dengan cabai monokultur.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: BAB III METODE PENELITIAN - pakarteori.files.wordpress.com · Nagori Kentang Kubis Cabai Tomat Sawi . Tigarunggu 145 170 90 50 10 ... dalam strata pengambilan sampel dirasa paling

75

6.2. Saran

1. Kepada Petani

Petani sebaiknya lebih memilih menanam pola tanam secara monokultur daripada

secara pola tanam tumpang sari.

2. Kepada Pemerintah

Pemerintah sebaiknya membuat harga yang standar pada komoditi komersil

seperti tomat dan cabai, agar petani yang mengusahakan tomat dan cabai dapat

memperoleh keuntungan yang setimpal mengingat biaya produksi yang

dikeluarkan pada komoditi tomat dan cabai sangat tinggi.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian lanjutan tentang tumpangsari

komoditi komersil yang lainnya dan meneliti harga yang standar agar petani yang

mengusahakan tanaman komersil tidak mengalami kerugian.

Universitas Sumatera Utara


Top Related