Transcript
Page 1: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

51

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian sangat erat hubungannya dengan suatu metode,

karena dalam penggunaan metode dalam penelitian harus disesuaikan dengan

permasalahan dan tujuan yang akan dikaji. Keberhasilan dalam sebuah penelitian

tidak terlepas dari suatu metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengumpulan

data dan analisis data. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi

deskriptif yang sifat penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dapat menjawab

permasalahan tentang gejala-gejala sosial yang memerlukan pemahaman secara

mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan dengan kondisi

yang objektif terjadi dilapangan tanpa adanya manipulasi. Seperti yang dijelaskan

oleh Moleong (2007:6) tentang penjelasan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang akan dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll., secara holistik, dan dengan cara

deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Dalam menggunakan penelitian kualitatif, data yang didapat lebih lengkap,

dan lebih mendalam karena dalam proses penelitian kualitatif ini melakukan

pengamatan terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari, melihat interaksi

dengan peneliti sehingga tujuan penelitian dapat dicapai dan program yang akan

dikembangkan akan memungkinkan untuk dilaksanakan.

Penelitian studi deskriptif dijelaskan oleh Sudjana dan Ibrahim (1989:64),

yaitu sebagai berikut:

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

52

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu

gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan

lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian

kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian

dilaksanakan.

Dari penjelasan diatas, bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu

penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi dan

yang nampak dalam situasi tersebut. Adapun ciri-ciri tentang metode penelitian

deskriptif yang dijelaskan oleh Surakhmad (1998:140), yaitu sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisi (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

Penggunaan metode penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran

menganai proses pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri Se-Kota Cimahi, yaitu SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN

3 Cimahi, SMAN 4 Cimahi, SMAN 5 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Berdasarkan

dari penjelasan Surakhmad tentang ciri-ciri penelitian studi deskriptif penulis

kemukakan bahwa dalam melaksanakan penelitian data yang diperoleh mula-mula

dikumpulkan, disusun, dijelaskan, serta dianalisis. Dengan penelitian ini peneliti

untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan dalam penelitian ini

akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan penelitian studi deskriptif

adalah dimulai dari menyusun instrumen penelitian, berupa observasi sederhana

pada proses pembelajaran pendidikan jasmani dan berupa wawancara yang

dilakukan kepada guru pendidikan jasmani di SMAN se-kota Cimahi, siswa yang

mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah tersebut.

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

53

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Deskripsi Latar, Entri, dan Kehadiran Peneliti

1. Deskripsi Latar

Deskripsi latar yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berusaha

memaparkan atau menggambarkan secara jelas dan rinci mengenai tempat atau

lokasi penelitian yaitu SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi,

SMAN 4 Cimahi, SMAN 5 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Dari ke enam sekolah

ini hanya empat sekolah yang penulis teliti, karena beberapa hal yang penulis

alami dalam proses perijinan penelitian. Ke empat sekolah tersebut diantaranya

SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal

ini dilakukan untuk memberikan kejelasan secara utuh dan menyeluruh tentang

proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi,

SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi.

a. SMAN 1 Cimahi

SMA Negeri 1 Cimahi berdiri sejak tahun 1961 dengan nama SMA DT II

Bandung di Cimahi dan berlokasi di Sekolah Hsin Hua milik Yayasan

BAPERKI jalan Pasar Atas No.47 D. Pada awalnya di bawah kepemimpinan

Kepala Sekolah pertama Syukron Sulaeman hanya memiliki 2 kelas yaitu bagian

B (Pasti Alam) dan bagian C (Ilmu Sosial) . Kemudian pada tahun 1962 SMA

Swasta DT II Bandung di Cimahi menjadi Filial SMA Negeri 5 Bandung.

Kemudian pada tahun 1964 berubah menjadi SMA Negeri Cimahi berdasarkan

Surat Keputusan Pendirian Nomor : 79/SK/B/III/64 dengan Kepala Sekolah Tan

kim Hay (Soetjonegoro) tepatnya tanggal 30 Juli 1964.

Fasilitas yang dimiliki selain 27 ruang kelas, juga terdapat 1 perpustakaan, 1

ruang multi media dan 3 laboratorium (laboratorium bahasa, Lab. IPA, Lab.IPS

dan komputer), 1 Kepala sekolah, , 1 ruang guru MP, 1 ruang guru BK, 1 Ruang

TU, 1 ruang Komite Sekolah, 1 lapangan olahraga , mesjid, ruang OSIS, 1 ruang

stusio musik, 1 ruang tata boga, dan ruang – ruang Ekstrakurikuler yang ada

berjumlah 4 ruang kegiatan yang dibagi menjadi 12 unit kegiatan, 2 ruang parkir

motor dan garasi mobil Kepsek.

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

54

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. SMAN 2 Cimahi

SMA Negeri 2 Cimahi pada awalnya merupakan pengembangan dari SMA

Negeri Cimahi (SMA Negeri 1 Cimahi sekarang) yang dikenal sebagai kelas jauh

SMA Negeri Cimahi dan mulai dibangun pada tahun 1976 - 1977 ( Kelas III

Jurusan IPA SMA Negeri Cimahi ).

Pada tanggal 19 Nopember 1981 diadakan upacara peresmian Penegerian

SMA Negeri Cimahi Filial Sriwijaya terhitung mulai tanggal 1 Juli 1981 yang

kemudian ditegaskan dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia No. 0220 / O / 1981 tanggal 14 Juli 1981.

Selanjutnya sejak saat itu SMA Negeri Cimahi Filial Sriwijaya menjadi SMA

Negeri 2 Cimahi sampai dengan sekarang.

Berdasarkan prestasi yang telah diukir oleh para siswa dibawah bimbingan

para tenaga pengajar yang ada di SMA Negeri 2 Cimahi, maka pemerintah

melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat memberikan Piagam Penghargaan

kepada SMA Negeri 2 Cimahi sebagai Sekolah Yang bermutu Tinggi ( Piagam

Penghargaan No.002 / Kep.3268.Disdik / 2002 tanggal 20 Juni 2002 ) dan piagam

penghargaan Badan Akreditasi Sekolah Jawa Barat dengan nilai “A” Amat Baik (

Piagam Penghargaan No. 057/BAS/JB/2003, tanggal 11 Nopember 2003 )

Berdasarkan Surat keputusan No. 169/C.C4/MN/2009, tanggal 10 Pebruari 2009,

SMA Negeri 2 Cimahi ditetapkan sebagai Calon “RSBI” Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional.

c. SMAN 3 Cimahi

Berawal dari menempati 2 lokal yang dipinjamkan SMPN 2 Cimahi, SMAN

3 Cimahi berdiri sebagai filial / sekolah binaan dari SMAN 2 Cimahi pada tahun

1984. Kemudian atas dasar prakarsa PYMT Kepala Sekolah pada saat itu yakni

Bpk. Drs Tatang Bachrum Adji, Bpk. Moch Wasid SH dibantu oleh Bpk. Drs.

Dede Suyatna, membeli sebidang tanah yang luasnya 9.326 M2 di jln. Pesantren

Cibabat, Cimahi Utara. Dilahan itulah dibangun 3 ruangan belajar,1 ruang Guru

dan 1 ruang TU. Maka berpindahlah kegiatan SMAN 3 Cimahi dari SMPN 2

Cimahi di jln. Jend Sudirman ke jln. Pesantren Cimahi Utara yang secara Yuridis

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

55

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ditetapkan berdiri sendiri dengan SK Pendirian Sekolah No 0601/10/1985 pada

tanggal 22 November 1985. Kepemimpinan saat itu dipegang oleh ibu Dra. Hj.

Ratu Yetty Amin Argakusumah dan Bpk. Moch. Wasid. SH.

Berawal dari menempati 2 lokal yang dipinjamkan SMPN 2 Cimahi, SMAN

3 Cimahi berdiri sebagai filial / sekolah binaan dari SMAN 2 Cimahi pada tahun

1984. Kemudian atas dasar prakarsa PYMT Kepala Sekolah pada saat itu yakni

Bpk. Drs Tatang Bachrum Adji, Bpk. Moch Wasid SH dibantu oleh Bpk. Drs.

Dede Suyatna, membeli sebidang tanah yang luasnya 9.326 M2 di jln. Pesantren

Cibabat, Cimahi Utara. Dilahan itulah dibangun 3 ruangan belajar,1 ruang Guru

dan 1 ruang TU. Maka berpindahlah kegiatan SMAN 3 Cimahi dari SMPN 2

Cimahi di jln. Jend Sudirman ke jln. Pesantren Cimahi Utara yang secara Yuridis

ditetapkan berdiri sendiri dengan SK Pendirian Sekolah No 0601/10/1985 pada

tanggal 22 November 1985. Kepemimpinan saat itu dipegang oleh ibu Dra. Hj.

Ratu Yetty Amin Argakusumah dan Bpk. Moch. Wasid. SH.

Tahun Ajaran 1986 – 1990, barulah ada Kepala Sekolah yang definitive

yaitu Bpk. Ardjo. Dibawah pimpinan beliau bertambahlah ruangan belajar SMAN

3 Cimahi menjadi 10 ruangan, yang dilengkapi dengan 1 ruang LAB IPA, 1

sarana ibadah mesjid yang diberi nama “ AL – MUQODAS “, 1 lapangan olah

raga Siswa da rehab ruang Guru plus ruang TU. Tahun Ajaran 1990 – 1995,

tampuk pimpinan beralih ke Bpk. Drs. Ace Rukoman, ruang belajar bertambah

lagi 4 ruangan hingga jumlahnya menjadi 14 ruangan, ditambah 1 ruang Wakasek,

1 ruang OSIS, 1 ruang kantin. Pintu gerbang depan dan pembentengan batas

sekolah dengan masyarakatpun ditata dan dibenahi. Lapang olah raga siswa

diperbaiki ditambah dengan penataan dan penghijauan lingkungan. Tahun terus

berganti, hingga pada periode 1995 – 1999 pada saat kepemimpinan Bpk. Drs.

Sukarja AS; pembangunan fisik sekolah tidak ada, kecuali rehab untuk beberapa

ruangan. Periode tahun ajaran 1999 – 2002 SMAN 3 Cimahi dipimpin oleh Bpk.

Drs. Asep Ikhsan. Belaiu menambah 4 ruang belajar, 1 ruang perpustakaan, 1

LAB. Komputer yang dilengkapi dengan 20 buah computer Pentium 2, 1 ruang

BP dan terjadi penggatian nama mesjid menjadi “ NURUL IKHSAN “. Tahun

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

56

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Ajaran 2003 – 2004 kepemimpinan dipegang oleh Bpk. Jojo Sutia, pun tidak ada

penambahan pembangunan fisik sekolah tetapi LAB. IPA sempat direnovasi.

Pada tahun ajaran 2004 – 2005 Kepala Sekolah dijabat PYMT Bpk. Drs. Edi

Junaedi, dengan pelaksana harian Bpk. Drs. Yayat Hidayat. Pada tahun ini SMAN

3 Cimahi mendapat bantuan 1 set perangkat LAB. BAHASA. Sesuai dengan

perkembangan dan kemajuan elektronika; juga kebetulan SMAN 3 Cimahi pada

tahun ini hanya satu – satunya SMA Negeri di Cimahi yang mempunyai jurusan

Bahasa. Tahun Ajaran 2005 – 2006, Bpk. Drs. Asep Ikhsan kembali menjadi

PYMT, sebagai pelaksana harian tetep dipercayakan kepada Bpk. Drs. Yayat

Hidayat. Pembangunan fisik SMAN 3 dilanjutkan kembali dengan menambah 1

buah sarana lapangan olah raga, 1 ruang UKS, 1 ruang Tata Boga ( adanya

MULOK pada kurikulum 2004 yang memuat adanya mata pelajaran tambahan

untuk keterampilan. SMAN 3 Cimahi memilih keterampilan Tata Boga dan

Elektronika ); 1 ruang piket Guru. Ruang Kepala Sekolah dan Tata Usaha pindah

ke lantai dua, sementara lantai dasar digunakan untuk lahan parker sesuai dengan

kebutuhan dan kapasitas kendaraan yang terus bertambah baik untuk roda dua

maupun roda empat.

Bulan Desember 2006 terjadi pergantian Kepala Sekolah, Bpk. Drs. Asep

Ikhsan dilaih tugaskan ke SMAN 1 Cimahi dan Bpk. Drs. Rochiman Satisha

bertugas di SMAN 3 Cimahi. Ditahun Ajaran 2006 – 2007 SMAN 3 Cimahi

menata lingkungan yang bersih dan sehat dengan merenovasi wc siswa dan guru,

perbaikan kursi dan meja belajar siswa, termasuk lapangan olah raga yang ada di

lahan sebelah utara diperbaiki dan dibuat lapang tennis hinga berfungsi ganda,

baik untuk guru ataupun siswa; karena Tenis dijadikan kegiatan ekstra kurikuler

ditambah dengan Mading, EAC ( English Activity Corner) Jurnalist ( dilengkapi

dengan kamera khusus ). Penataan halaman yang rindang dan hijau, taman yang

rapih hingga terlihat asri adalah sarana yang menunjang kenyamanan aktivitas

suatu komunitas sehingga bisa dijadikan lahan kegiatan yang memadai baik untuk

“ Flexibility Learning dan Pentas Kreasi Seni “ siswa SMAN 3 Cimahi ataupun

ajang silaturahmi dengan para orang tua siswa dan Alumni.Tahun Pelajaran 2007

– 2008 SMAN 3 Cimahi mendapat bantuan dana Block Grant (RKB) untuk 2

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

57

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lokal tetapi yang berhasil dibangun menjadi 4 lokal ,( 2 ruang belajar, 1 ruang

perpustakaan dan 1 ruang Multi Media) Tuntutan kemajuan dan perkembangan

ilmu pengetahuan.

d. SMAN 6 Cimahi

SMA Negeri 6 Cimahi sebelumnya disebut sebagai SMAN 13 Bandung.

Angkatan pertama SMAN 13 Bandung pada saat itu masih bergabung dengan

SMAN 4 Bandung di Jalan Gardujati no. 20 Bandung. Karena SMAN 13

Bandung masih baru dan masih bergabung dengan SMAN 4 Bandung maka

belum bisa berjalan sendiri dalam menampung siswa didiknya. Begitu juga para

staf pengajar kebanyakan masih guru-guru SMAN 4 Bandung. Pada saat itu

Kepala Sekolah SMAN 13 Bandung adalah juga Kepala Sekolah SMAN 4

Bandung yaitu Ibu. Dra. Nani Soekartini.

Setelah berpisah secara administrasi dengan SMAN 4 Bandung Kepala

Sekolah SMAN 13 Bandung dipimpin oleh Bapak Komaruddin yang berasal dari

Cikampek. Pada saat itu pembangunan fisik Gedung Sekolah SMAN 13 Bandung

di Cijerah masih berlangsung sehingga para siswa-siswi SMAN 13 Bandung

sebagian belajar di Gedung SMAN 4 Bandung Jalan Gadujati no. 20 sebagian

belajar di Gedung SMPN 1 Jalan Kesatrian Bandung.

Setelah Gedung Sekolah SMAN 13 Bandung di Cijerah selesai pada tahun 1982

maka semua siswa-siswi SMAN 13 Bandung belajar di Gedung baru SMAN 13

Bandung di Cijerah-Cimahi Selatan. SMAN 13 Bandung kemudian pada tahun

1997 berubah menjadi SMAN 6 Cimahi.

2. Entri

Entri merupakan suatu cara atau langkah peneliti untuk bisa masuk kedalam

penelitian. Sejalan dengan Moleong (2005:401) “entri merupakan suatu langkah

atau cara dimana peneliti untuk bisa masuk kedalam suatu latar penelitian.”

Penelitian ini berusaha untuk menghindari segala kemungkinan yang dapat

menghambat kegiatan penelitian. Peneliti mengikuti petunjuk yang dijelaskan

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

58

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

oleh Nasution yang dikutip oleh Samidi (Fauzi, 2011:81) yang menyatakan

bahwa:

a. Usaha agar dapat memasuki lapangan dengan berusaha mengadakan

hubungan informal dan non formal pada pihak terkait.

b. Mencari izin dari instansi tokoh yang berwenang.

c. Berusaha untuk memupuk dan memelihara kepercayaan orang lain

dilapangan.

d. Mengidentifikasi informan, yaitu orang yang dapat memberikan

informasi yang diperlukan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan kontak dengan pihak sekolah

dengan mengikuti petunjuk sebagai berikut: langkah pertama, peneliti berusaha

bertemu dengan kepala sekolah untuk meminta izin untuk melaksanakan

penelitian di Sekolah tersebut serta menjelaskan tujuan dan maksud penelitian,

selanjutnya peneliti menemui guru pendidikan jasmani dan menjelaskan secara

keseluruhan tentang penelitian ini.

3. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti adalah untuk memperoleh data yang diperlukan dalam

penelitian, maka peneliti hadir dalam setiap proses pembelajaran pendidikan

jasmani yang dilakukan oleh objek penelitian di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2

Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Hal tersebut dilakukan bertujuan

untuk menggambarkan semua aktivitas yang terjadi dalam proses pembelajaran

pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan

SMAN 6 Cimahi.

Kehadirin peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat. Melalui

cara pengamatan ini, peneliti berusaha untuk mengamati kegiatan subyek dalam

proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi,

SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Peneliti dalam penelitian ini bisa

langsung mengamati kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1

Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi tentang semua

aktivitas yang terjadi dari awal hingga akhir proses pembelajaran pendidikan

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

59

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

jasmani berlangsung dan mencatat segala sesuatu yang terjadi dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani serta peneliti mencatat segala yang terjadi

dalam proses penelitian.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penyusunan hasil data penelitian sampai dengan menganalisis data

untuk mendapatkan gambaran yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam

penelitian ini diperlukannya sumber data. Sumber data dalam penelitian pada

umumnya disebut dengan populasi dan sampel penelitian. Menurut Sugiyono

(2012:117) sebagai berikut:

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, sedangkan sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Dalam penelitian yang peneliti lakukan yang menjadi populasi penelitian

adalah guru pendidikan jasmani dan siswa yang terlibat dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Negeri se-Kota Cimahi. Menurut

Arikunto (Fauzi, 2011:83) bahwa jumlah dari sampel dalam penelitian adalah

sebagai berikut:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih

baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau

20-25% atau lebih.

Penulis menggunakan cara untuk menentukan sampel dalam penelitian ini

adalah dengan teknik random sampling, karena dalam pengambilan data sebagai

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi tersebut.

Adapun sebagai sampel dalam penelitian ini adalah yaitu kepada guru

pendidikan jasmani dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

60

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan

SMAN 6 Cimahi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data erat kaitannya dalam sebuah penelitian. Data yang

diperoleh nantinya akan dianalisis dan disimpulkan dari sebuah pengamatan.

Dalam suatu penelitian perlu adanya teknik pengumpulan data yang bertujuan

untuk membantu mengungkapkan suatu permasalahan penelitian dalam penelitian

yang dilakukan oleh peneliti. Agar memperoleh data penelitian yang secara

akurat, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara: 1)

pengamatan, 2) wawancara, dan 3) dokumentasi. Ketiga teknik tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengamatan

Apabila penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode

kualitatif yang bersifat deskriptif, maka salah satu cara yang digunakan dalam

penelitian, peneliti mengumpulkan data penelitiannya melalui pengamatan

langsung terhadap obyek yang akan diteliti.

Melalui teknik ini, peneliti dapat langsung mengetahui tentang gambaran

dan segala aktivitas yang terjadi dalam suatu penelitian, khususnya dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3

Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong

(2007:174) tentang beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif yang

bersifat deskriptif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam teknik

pengumpulan data, yaitu diantaranya:

1. Bahwa teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara

langsung. Tampaknya pengamatan langsung merupakan alat yang ampuh

untuk mengetes suatu kebenaran

2. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,

kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada

keadaan sebenarnya.

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

61

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi

yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan

yang langsung diperoleh dari data.

4. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang

dijaringnya ada yang keliru atau bias. Jalan yang terbaik untuk mengecek

kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan pengamatan.

5. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-

situasi yang rumit. Situasi ini mungkin terjadi jika peneliti ingin

memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi, pengamatan

menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk

perilaku yang kompleks.

6. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak

dimungkinkan untuk dilaksanakan maka pengamatan menjadi alat yang

bermanfaat.

Dari penjelasan di atas, bahwa alasan dalam penggunaan teknik pengamatan

dalam proses pengumpulan data ialah dapat mengamati secara optimal dengan

kemampuan peneliti terhadap objek penelitian secara langsung dalam proses

pengumpulan data penelitian. Hasil pengamatan selama proses penelitian

berlangsung, peneliti membuat catatan lapangan yang dirangkai berdasarkan

dengan apa yang dilihat, didengar serta dirasakan secara langsung oleh peneliti.

Menurut Mosston (1994:3) bahwa “struktur pembelajaran terdiri dari kategori

yang menggambarkan tentang keputusan yang harus dibuat dalam pelaksanaan

belajar mengajar, yaitu pra pembelajaran, pembelajaran, dan post pembelajaran.”

Peneliti akan meneliti tentang proses pembelajaran pendidikan jasmani yang

terdiri dari perilaku guru, perilaku siswa, interaksi antara guru dan siswa, serta

aspek yang dikembangkan dari ketiga kategori struktur pelaksanaan pembelajaran.

Berikut adalah instrumen penelitian dalam proses pelaksanaan penelitian

berlangsung:

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

62

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.1

Instrumen Pengamatan Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Hari/tanggal :

Tempat :

Waktu :

Guru :

Kelas :

Petemuan :

Aspek Pedagogis

Situasi Pengajaran

Perilaku

Guru

Perilaku

Siswa

Interaksi

Guru dan

Siswa

Aspek

Yang

Dikemban

gkan

Pra Pengajaran

Pengajaran

Post Pengajaran

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

63

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dalam sebuah

penelitian dengan cara komunikasi langsung dengan subyek atau responden

penelitian. Teknik wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data

untuk mengetahui yang lebih mendalam dari responden. Menurut Susan

Stainback (Sugiyono, 2012:318) mengemukakan bahwa:

Interviewing provide the researcher a means to gain a deeper

understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than

can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka

peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan

dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini

tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Dalam penelitian ini teknik wawancara dilaksanakan sebagai pelengkap dan

pengembangan data hasil penelitian. Dalam menyusun pertanyaan dalam

wawancara harus mempertimbangkan beberapa hal yang diperhatikan agar

responden dapat menjawab soal wawancara dengan baik. Menurut Surakhmad

(Fauzi, 2011: 87) pertanyaan-pertanyaan itu harus disusun dengan berpedoman,

yaitu sebagai berikut:

1. Rumuskan setiap pertanyaan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya.

2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memang dapat dijawab oleh

responden, pertanyaan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif.

3. Sifat pertanyaan harus netral dan obyektif.

4. Mengajukan hanya pertanyaan yang jawabannya tidak dapat diperoleh

dari sumber lain.

Pelaksanaan wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu kepada

guru pendidikan jasmani, dan beberapa siswa yang sedang terlibat dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani disetiap sekolahnya. Dalam pelaksanaan

wawancara ini peneliti menggunakan tanya jawab dengan responden dan

menuangkan hasil wawancara dalam bentuk catatan lapangan. Peneliti

menggunakan wawancara berstruktur yaitu menggunakan pedoman wawancara

yang telah disiapkan berupa instrumen penelitian yang berupa pertanyaan-

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

64

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pertanyaan. Jadi peneliti lebih menekankan tanya jawab dengan responden yang

mengacu pada tujuan pedoman wawancara. Adapun kisi-kisi untuk wawancara,

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Wawancara

No. Variabel Sub Variabel Indikator

1 Guru 1.1 Cara Mengajar a. Cara menyampaikan

materi pembelajaran.

b. Kejelasan materi

pelajaran.

1.2 Proses Pembelajaran Penjas a. Mengawali

pembelajaran penjas.

b. Penggunaan alat bantu

pengajaran.

c. Penggunaan metode

dalam mengajar.

d. Cara memotivasi

siswa.

e. Menutup

pembelajaran penjas

2 Kurikulum 2.1 Kesesuaian Materi a. Kesesuaian materi-

materi yang diajarkan

b. Kesesuaian dengan

program pembelajaran

penjas

2.2 Isi Materi a. Isi materi pelajaran

penjas dan kedudukan

materi

b. Sasaran pembelajaran

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

65

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(kognitif, afektif, dan

psikomotor)

c. Sumber pedoman

dalam mengajar

2.3 Fasilitas Pembelajaran a. Kelengkapan fasilitas

pembelajaran penjas

b. Pemanfaatan fasilitas

pembelajaran penjas

c. pemeliharaan fasilitas

pembelajaran

d. Kreativitas media

pembelajaran penjas

Tabel 3.3

Pedoman Wawancara Guru Pendidikan Jasmani

HARI/TANGGAL :

TEMPAT :

WAKTU :

RESPONDEN :

SEKOLAH :

NO. Pertanyaan Dalam Wawancara

1. Kesulitan apa yang bapak/ibu rasakan dalam menyampaikan materi

pelajaran ketika dilapangan?

2. Bagaimana cara bapak/ibu dalam menyampaikan materi agar mudah

dipahami?

3. Penjelasan materi seperti apa yang bapak/ibu jelaskan kepada peserta

didik sebelum mengajar praktek dilapangan?

4. Sikap apa yang bapak/ibu lakukan dalam proses belajar ketika

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

66

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menghadapi siswa yang kurang disiplin?

5. Alat bantu seperti apa yang bapak/ibu gunakan dalam proses

pembelajaran penjas?

6. Upaya apa yang bapak/ibu lakukan dalam menyikapi kurangnya sarana

dan prasarana?

7. Metode apa saja yang digunakan bapak/ibu dalam mengajar?

8. Bagaimana cara bapak/ibu memotivasi siswa dalam setiap pertemuan?

9. Apakah bapak/ibu setuju penjas merupakan upaya untuk meningkatkan

keterampilan siswa? Bagaiman menurut bapak/ibu?

10. Bagaimana sikap yang ditunjukkan siswa ketika pembelajaran penjas

berlangsung dilapangan?

11. Bagaimana upaya yang bapak/ibu lakukan agar anak kondusif dalam

proses KBM ketika siswa ditinggalkan?

12. Menurut bapak/ibu, bagaimana program pembelajaran penjas sekarang

ini, baik waktu, materi dan peralatannya?

13. Materi pembelajaran penjas seperti apakah yang diharapkan siswa?

14. Bagaimana aplikasi bapak/ibu dalam memberikan aspek kognitif, afektif,

dan psikomotor kepada siswa dalam pembelajaran penjas?

15. Apa yang dilakukan oleh bapak/ibu dalam memelihara peralatan yang

sudah ada?

16. Apakah sumber belajar memadai? Bagaimana solusinya?

17. Evaluasi seperti apa yang bapak/ibu lakukan dalam menilai proses

pembelajaran penjas?

18. Program pengayaan seperti apakah yang bapak/ibu lakukan dalam

melaksanakan pembelajaran penjas?

19. Bagaimana upaya bapak/ibu dalam memodifikasi media pembelajaran

penjas?

20. Bagaimana bapak/ibu dalam merancang atau membuat RPP?

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

67

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.4

Pedoman Wawancara Siswa

HARI/TANGGAL :

TEMPAT :

WAKTU :

RESPONDEN :

SEKOLAH :

No. Pertanyaan Dalam Wawancara

1. Apa yang anda rasakan ketika mengikuti pembelajaran pendidikan

jasmani?

2. Bagaiman pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah

ini?

3. Menurut anda apa kekurangan pembelajaran pendidikan jasmani?

Bagaimana solusinya?

4. Apa yang anda rasakan sesudah mengikuti pembelajaran

pendidikan jasmani?

5. Apa yang anda inginkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani?

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang berupa

catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seorang peneliti. Menurut Sugiyono (2012:329) “studi

dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif.” Sejalan dengan pendapat Moleong

(2007:217) bahwa “dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data

karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk

menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.”

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

68

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari penjelasan di atas bahwa dokumentasi merupakan bahan yang tertulis

yang berbentuk foto-foto, yang berupa hasil penelitian yang didapat oleh peneliti

melalui apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan selama proses penelitian

berlangsung. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan semakin

kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang

telah ada. Maka dari itu semua data tersebut dikumpulkan dan dituangkan dalam

bentuk rekaman video atau berupa foto.

E. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah guru pendidikan

jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6

Cimahi dalam melaksanakan proses pembelajaran pendidikan jasmani, serta siswa

yang terlibat dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi,

SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Sedangkan lamanya waktu penelitian

dilakukan oleh peneliti selama kurang lebih satu bulan.

G. Analisis dan Interpretasi Data

1. Metode Analisis Data

Analisis data Menurut Moleong (Ruswandi, 2012:79) yaitu “proses

pengorganisasian mengurut data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data.” Menurut Bogan (Sugiyono, 2012:334) menyatakan bahwa:

Data analysis is the process of systematically searching and arranging the

interview transcrips, fieldnotes, and other materials that you accumulate to

increase your own understanding of them and to enable you to present what

you have discovered to others. Analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

69

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lapangan. Dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan dokumentasi serta di analisa dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data yang dilakukan secara terus menerus sambil mengumpulkan

data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah komparatif atau

perbandingan tetap yang bertujuan untuk melihat adanya: (a) ketepatan kenyataan;

(b) generalisasi empiris; (c) penetapan konsep; (d) pembatasan teori; dan (e)

penulisan teori (Moleong dalam Fitra, 2012:79).

2. Tahap-tahap Analisis Data

Menurut Moleong (2007:272) bahwa “tahap pelaksanaan analisis

komparatif atau perbandingan tetap lebih menggambarkan suatu proses teorisasi,

yaitu proses yang lengkap untuk menyusun teori melalui langkah-langkah

sistematis.” Dalam proses tahapan menganalisis data, proses analisis tersebut

mencakup empat tahap metode komparatif tetap menurut Moleong (2007:272)

yaitu: (a) pembanding kejadian yang aplikatif terhadap setiap kategori; (b)

integrasi dan kawasannya; (c) pembatasan teori; dan (e) penulisan teori.

3. Kategorisasi

Menurut Moleong (2007:252) bahwa “kategorisasi adalah suatu kegiatan

yang dilaksanakan untuk mencari kesamaan-kesamaan suatu kategori tertentu

pada suatu kategori tertentu pada suatu data dan membandingkan dengan data

sebelumnya untuk suatu kategori.” Kategori yang dimaksud adalah merupakan

salah satu tumpukan data yang akan disusun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat

atau kriteria tertentu.

Dalam penelitian ini, istilah perbandingan tetap identik dengan analisis

domain, karena analisis domain juga merupakan suatu kegiatan untuk

mengelompokkan data sesuai dengan kelompoknya. Pada penelitian ini, peneliti

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

70

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menggunakan istilah domain dalam menganalisis data penelitian, agar

memudahkan penggunaan hubungan simantik untuk setiap kategori data

penelitian.

4. Integrasi Kategori dan Kawasan

Dari sejumlah kategori yang telah dibuat dari satuan-satuan kategori,

selanjutnya peneliti mengadakan perbandingan antara satu kategori dengan

kategori lainnya. Selanjutnya akan terjadi pembandingan antara kejadian dengan

kawasan suatu kategori. Pembandingan secara tetap akan menghasilkan akumulasi

pengetahuan yang berkenaan dengan kawasan suatu kategori. Sehingga dalam

mengumpulkan sejumlah kategori dapat menghasilkan integrasi dari beberapa

kategori yang selanjutnya dapat menjadikan satu kesatuan yang utuh.

5. Pembatasan Teori

Pada tahap pembatasan teori ini peneliti melakukan tahapan reduksi pada

data yang diperoleh dengan cara memformulasikan teori kedalam seperangkat

konsep yang tinggi tingkatan abstraksinya atas dasar keragaman dari seperangkat

kategori dan kawasannya. Menurut Fauzi (2011:95) reduksi data adalah suatu

proses penelitian, pemusatan perhatian, dan penyederhanaan, pengabstraksian, dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan.”

6. Penulisan Teori

Tahap penulisan teori ini, peneliti mengumpulkan beberapa catatan

lapangan dari setiap kategori yang telah dibuat, kemudian dipelajari kembali

catatan lapangan tersebut karena untuk keperluan validasi penulisan, selanjutnya

dilakukan kegiatan penulisan teori yang dilakukan secara bertahap.

Penulisan teori ini ditulis dengan selalu melakukan konsultasi dengan dosen

pembimbing dengan memberikan masukan serta pengarahan yang berkaitan

dengan penulisan skripsi. Selanjutnya peneliti mengumpulkan catatan dari

beberapa kategori yang telah dibuat, kemudian dipelajari kembali catatan tersebut

dan dilanjutkan dengan kegiatan penulisan teori.

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

71

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

H. Pemeriksaan Keabsahan Data (Triangulasi)

Menurut Moleong (2002:178) “triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.”

Dalam penelitian ini cara pemeriksaan keabsahan data menggunakan

penguraian pola, hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari hasil

data yang diperoleh. Dengan triangulasi ini peneliti melaporkan hasil penelitian

disertai penjelasan yang dapat meningkatkan derajat kepercayaan data yang

diperoleh.

Menurut Moleong (Ruswandi, 2011: 81) bahwa untuk memenuhi

kepentingan penelitian ini akan digunakan teknik pemeriksaan keabsahan data,

yaitu antara lain: (1) perpanjangan keikutsertaan, dan (2) auditing. Teknik

pemeriksaan keabsahan data penelitian tersebut dipilih, karena penelitian ini

adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan latar penelitian dilapangan.

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan dalam teknik pemeriksaan keabsahan data

merupakan suatu cara yang dipilih peneliti dalam penelitian untuk memanfaatkan

sesuatu yang lain selain data dengan maksud melakukan pengecekan dan

membandingkan data yang diperoleh.

Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti kurang lebih selama satu bulan.

Peneliti mengadakan pengamatan sebanyak 24 kali pengamatan, dengan enam kali

pertemuan setiap sekolahnya. Dalam proses pengambilan data, peneliti berusaha

untuk selalu datang tepat waktu sesuai dengan jadwal pelajaran pendidikan

jasmani. Peneliti mencatat semua yang dapat diamati, didengar serta dirasakan

saat berlangsungnya proses pembelajaran pendidikan jasmani dari awal

pembelajaran hingga akhir pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Auditing

Menurut Moleong (2007:338) auditing adalah “suatu cara yang dilakukan

untuk memeriksa kebergantungan data dan kepastian data. Hal ini dilakukan baik

terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran.” Dari penjelasan tersebut,

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

72

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

maka seluruh proses penelitian dimulai dari perencanaan, pengumpulan data, dan

analisis data, sampai pada penulisan laporan penelitian dapat ditelusuri apakah

penelitian yang dilaksanakan dengan cara yang tepat dan akurat.

Tahap-tahap dari proses auditing menurut Moleong (2007:339) pada

penelitian ini, yaitu antara lain: (a) tahap praentri, (b) tahapan penetapan dapat

tidaknya diaudit, (c) tahap persetujuan resmi antara auditor dan audit, dan (e)

tahap penentuan keabsahan data. Adapun tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Tahap Pra Entri

Pada tahap pra entri dalam penelitian ini yaitu peneliti mengadakan bebrapa

pertemuan dengan obyek yang akan diteliti dan menjelaskan maksud, tujuan,

proses, dan hasil penemuan studi. Penelitipun menjelaskan secara rinci cara

pencatatan yang telah dilakukan selama penelitian, serta teknik yang dipakai

dalam usaha untuk memperoleh informasi atau hasil data yang diperlukan.

Peneliti selalu berusaha untuk menemui objek peneliti untuk melakukan diskusi

agar mencapai kesepakatan bersama.

b. Tahap Penetapan dapat tidakannya diaudit

Pada tahap ini peneliti menyediakan segala macam pencatatan yang

diperlukan dan bahan-bahan penelitian dan mempelajarinya, serta peneliti

meminta penjelasan tentang penjelasan-penjelasan yang belum dipahaminya.

Kemudian peneliti menyerahkan keseluruhan catatan lapangan tentang proses dan

hasil penelitian kepada objek yang diteliti. Setelah itu objek yang diteliti

mempelajari seluruh catatan yang ada, dan membuat ketetapan tentang penelitian

yang sedang atau telah selesai dilaksanakan dapat diteruskan, diberhentikan

sementara, atau diberhentikan sama sekali. Pada akhirnya objek yang diteliti

memberikan keputusan bahwa penelitian dapat dilanjutkan kembali.

c. Tahap Persetujuan Resmi Antara Auditor dan Audit

Pada tahap ini auditor dengan audit mengadakan persetujuan tertulis dengan

tentang apa yang telah dicapai oleh auditor. Maka dari itu guru pendidikan

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

73

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

jasmani selaku objek yang diteliti membuat persetujuan secara resmi dengan

peneliti tentang hasil data penelitian yang telah diterima oleh objek yang diteliti.

Persetujuan yang diputuskan oleh peneliti dengan yang diteliti antara lain

penjabaran peranan yang telah dilakukan, penyusunan logistik, penetapan format

yang akan digunakan, serta kriteria perundingan kembali apabila diperlukan jika

terjadinya kesalahan atau kekeliruan.

d. Tahap penentuan keabsahan

Pada tahap ini, yang diteliti berusaha untuk menelusuri kembali data yang

ada dan membaca seluruh catatan lapangan serta memeriksa apakah sesuai dengan

yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani oleh guru

pendidikan jasmani. Selanjutnya peneliti melaporkan hasil pemeriksaan seluruh

bahan yang digunakan dalam penelitian untuk dilaporkan kepada pembimbing dan

diperiksa oleh pembimbing.

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitianrepository.upi.edu/178/6/S_PJKR_0900846_CHAPTER3.pdf · SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan

74

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Fitra Ruswandi. (2011). Profil Proses Pembeajaran Pendidikan Jasmani di

Sekolah Dasar. Skripsi pada UPI Bandung.

Helmy Fauzi.(2011). Proses Pembelajaran Penjas di Madrasah Aliyah. Skripsi

pada UPI Bandung

Moleong.(2002). Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offet Bandung

Moleong, L. (2007). Metode Penelitian Kualitatif (EdisiRevisi). Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Sudjana dan Ibrahim. (1989). Penelitian dn Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar

Baru

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Surakhmad. (1998). Pengantar Interaksi Mengajar Belajar dan Teknik Metodologi

Pengajaran. Bandung: Tarsito


Top Related