44
BAB III
DATA PT WASKITA KARYA
III.1 Sejarah Perseroan
Melalui PP No. 2 Tahun 1960 tepatnya pada tanggal 16 Januari 1960, Pemerintah
Republik Indonesia menasionalisasikan semua perusahaan Belanda yang ada di
Indonesia dan membentuk perusahaan-perusahaan nasional yang berbentuk Perusahaan
Negara (PN) guna melanjutkan kegiatan usaha ex perusahaan-perusahaan Belanda
tersebut. PN Waskita Karya, dengan penyertaan modal yang terdiri dari modal dasar
sebesar Rp 900.000.000,00 dan modal disetor sebesar Rp 600.000.000,00, didirikan pada
tanggal 1 Januari 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1961 dari
perusahaan asing bernama “Volker Aanemings Maatschappij NV” yang
dinasionalisasikan Pemerintah Republik Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1970, status perusahaan
berubah dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
Selanjutnya Perseroan ini dinamakan PT Waskita Karya berdasarkan Akta Perseroan
Terbatas Nomor 80 tanggal 15 Maret 1973 yang dibuat dihadapan Notaris Kartini
Mulyadi, SH. Akta Perseroan Terbatas tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
RI pada Tanggal 20 Agustus 1973 dengan Surat Keputusan Nomor 4.a.5/310/3 serta
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 82 tanggal 13 November
1973, Tambahan Berita Negara Nomor 91.
Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali diubah, yang terakhir diubah
berdasarkan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan PT Waskita Karya No. 122
tanggal 31 Maret 1998 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, SH, notaris di Jakarta,
45
yang diperbaiki dengan Akta Perbaikan No. 55 tanggal 29 Juli 1998 yang dibuat di
hadapan Zulkifli Harahap, SH, pengganti dari Imas Fatimah, SH, notaris di Jakarta.
Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman melalui Surta Keputusan
No. C2-13779 HT.01.04.Th.98 tanggal 15 September 1998 dan diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 8, Tambahan Berita Negara Nomor 738
tanggal 26 Januari 1999. Perubahan tersebut berkaitan dengan jangka waktu berdirinya
Perseroan dari 75 tahun menjadi tidak terbatas, dan peningkatan modal dasar dari Rp
160.000.000.000,00 (seratus enam puluh milyar rupiah) menjadi Rp 240.000.000.000,00
(dua ratus empat puluh milyar rupiah) dimana modal dasar perseroan ini terbagi dalam
60.000 lembar saham yang diterbitkan dan disetor penuh dimana seluruhnya (100%)
dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Pada tahun 1980 an Waskita menerapkan kebijakan konsolidasi dan menetapkan
diri serta mengembangkan kemampuan di bidang kontruksi berteknologi tinggi.
Kebijakan pengembangan teknologi yang dilakukan dengan bentuk Kerja Sama Operasi
(Joint Operation ) dengan beberapa Kontraktor Asing dalam tender, dan pelaksanaan
proyek hingga selesai dengan baik antara lain:
Waskita – Decorient JO:
Reactor Nuklir serbaguna “SYWABESSY” di PUSPIPTEK Serpong, Tangerang
Banten.
Terowongan Angin Kecepatan Rendah di PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Banten.
Pelabuhan Trisakti, di Banjarmasin.
46
SSC – Waskita JO:
SSC adalah gabungan perusahaan kontraktor Perancis: Saint Rapt et Brice, Sociaty and
Auxiliary Enterprice (SAE), and Collas SA.
Bandar Udara Internasional “SOEKARNO HATTA” Tahap I tahun 1980 – 1985, di
Jakarta.
Bandar Udara Internasional “SOEKARNO HATTA” Tahap II tahun 1986 – 1990, di
Jakarta.
HKML JO:
HKML adalah Hazama, Kajima, Mitsubishi, dan Lokal (PT Waskita Karya dan PT
Brantas Abipraya). Bandar Udara Internasional Balikpapan
Kajima – Waskita JO:
Proyek Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan di Jawa Tengah.
Waskita – Tropical Kajima JO:
Pelabuhan Kuala Tanjung, Proyek Alumunium Asahan di Sumatera Utara.
Pada tahun 1990 – 1996 pasar konstruksi tumbuh pesat dan PT. WASKITA melakukan
kerja sama usaha dengan membentuk usaha patungan antara lain:
o PT. Ismawa Trimitra sebagai Investor pembangunan gedung perkantoran Graha
Iskandarsyah di Kebayoran Baru, Jakarta.
o PT. Waskita Mustika Indah sebagai Investor pembangunan gedung perkantoran
Menara Gelora Senayan di Jakarta.
o KSO Kasiba Driyorejo di Gersik.
47
Selain itu untuk lebih mengefektifkan pemasaran dan pelayanan di daerah dan
secara geografis Organisasi Wilayah dibagi kedalam 3 (tiga) Wilayah yaitu:
Wilayah I : Meliputi seluruh propinsi di Sumatera dan Kepulauan Riau.
Kantor Wilayah berkedudukan di Pekanbaru dan Palembang
Wilayah II : Meliputi seluruh propinsi di Kalimantan dan jawa Barat serta Luar Negeri.
Kantor Wilayah berkedudukan di Jakarta.
Wialyah III: Meliputi propinsi DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur dan seluruh propinsi
dikawasan timur; Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Maluku Utara
dan Papua.
Kantor Wilayah berkedudukan di Denpasar dan Surabaya
Sedangkan Organisasi Divisi dibentuk dengan tujuan untuk menangani kegiatan
produksi yang berorientasi pada spesialisasi, terdiri dari:
Divisi I : Menangani lini produk Gedung dan Prasarana Industri.
Divisi II : Menangani lini produk Prasarana Transportasi.
Divisi III : Menangani lini produk sumber Daya Air dan Ketenangan
PT Waskita Karya, yang memiliki visi “Menjadi Badan Usaha Konstruksi
Terkemuka di Asia Tenggara” dan Misi “Menyediakan Produk Konstruksi dengan
Layanan yang Terbaik bagi Para Pelanggannya” ini berkedudukan di Jakarta dengan
alamat di Jalan Biru Laut X Kavling 10 Cawang, Jakarta 13340.
Berdasarkan Lampiran 1 Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002,
tanggal 4 Juni 2002, PT Waskita Karya merupakan salah satu BUMN non infrastruktur
sektor kawasan industri jasa konstruksi dan konsultan konstruksi bidang konstruksi
bangunan.
48
Disamping itu insan Waskita mempunyai Falsafah Kerja, nilai-nilai budaya
perusahaan dan Motto yang diharapkan dapat mendorong semangat berkarya bagi
seluruh pegawai, yaitu:
1. Falsafah Kerja:
Insan Waskita adalah manusia berintegritas dan professional yang mampu
memanfaatkan dan mengembangkan ketrampilan bisnis, manajemen dan teknologi
untuk kemajuan perusahaan dan kesejahteraan umat manusia.
2. Nilai Budaya:
Insan Waskita bersikap dan berprilaku; jujur, konsepsional, kreatif, tangguh,dan
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas profesinya.
3. Motto:
Maju Dengan Karya Bermutu.
III.2 Bidang Usaha dan Jenis Produk
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran dasar perseroan, maksud dan tujuan Perseroan
adalah turut serta melaksanakan dan menunjang kegiatan serta program Pemerintah di
bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya serta pembangunan di
bidang industri konstruksi, industri pabrikasi, jasa penyewaan, jasa keagenan, investasi,
agro industri, perdagangan, pengolahan kawasan, layanan jasa peningkatan kemampuan
di bidang jasa konstruksi, teknologi informasi dan pengembangan.
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, perseroan melakukan kegiatan yang
meliputi:
49
1. Perencanaan bangunan, pemborongan dan pelaksanaan bangunan, pengawasan
pelaksanaan bangunan dan melakukan segala tindakan yang ada hubungannya
dengan usaha-usaha tersebut,
2. Menyediakan tanah matang dan mendirikan bangunan untuk dijual dan disewakan,
3. Memproduksi bahan bangunan terutama untuk keperluan Perseroan Tersendiri,
4. Menyediakan peralatan proyek,
5. Menjalankan perdagangan umum, khusus untuk bahan-bahan serta alat-alat
konstruksi termasuk impor, perdagangan interinsuler, maupun lokal.
Adapun proyek-proyek monumental yang telah diselesaikan dengan baik diera
tahun 1990 an antara lain sebagai berikut:
• Proyek Gedung dan Prasarana Industri:
Super Blok Plasa Senayan, Graham Niaga, Puri Bank Exim (sekarang Bank
Mandiri), Shangri-la hotel, BNI city, Casagrande Apartement, Mall dan Apartement
Ambasador, renovasi Hotel Borobudur, Pavilion Park Apartement, West Wood
Condominium, Taman Kemayoran Condominium, Gedung Bank Indonesia, Galaxy
Mall Surabaya, Sheraton Tunjungan Surabaya, Kantor Pos Bandung, Bogasari Flour
Mill Semarang, Biak Beach Hotel Irian Jaya, Sheraton Mustika Princess Hotel
Yogyakarta, PLTU Suralaya.
• Proyek Prasarana Transportasi:
Dermaga Paiton, Jembatan Loes Dili, Bandara Soekarno Hatta Cengkareng, Bandara
El Tari Kupang, Dermaga Dumai, Peningkatan Jalan Banda Aceh Meolabah Paket I,
Dermaga Pare-pare, Dermaga Maumere di NTT, dll
50
• Proyek Sumber Daya Air dan Ketenagaan:
PLTU Suralaya, Proyek Batan Serpong, Terowongan Gunung Galunggung
Tasikmalaya, Bendungan Pondok Ngawi, Sabo Dam Kelud, Pengerukan Segara
Anakan, Bandung Batang Angkola II Sumatra Utara, Irigasi Kebon Agung, Irigasi
Madi Kalimantan Barat, Irigasi Netemanu NTT, Irigasi Lofin Maluku, Bendungan
Grogak Bali, Bendungan Sumi NTB.
III.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Struktur organisasi menggambarkan garis wewenang dan tanggung jawab serta
menggambarkan kerangka kerja dalam perencanaan, pengorganisasian, dan
pengendalian kegiatan operasi perusahaan. Aspek penting terkait dengan struktur
organisasi ini meliputi sentralisasi dan desentralisasi wewenang, pendelegasian
wewenang atas suatu tugas tertentu, dan pengorganisasian fungsi akuntansi dan sistem
informasi.
Struktur organisasi PT Waskita Karya yang terbaru diatur dalam Surat Keputusan
Direksi PT Waskita Karya Nomor 78/SK/WK/2005 yang mulai berlaku tanggal 28
September 2005. Komisaris Perseroan diangkat melalui Surat Keputusan Menteri Badan
Usaha Milik Negara Republik Indonesia No. Kep. 44/MBU/2002 tanggal 29 Januari
2002 dan direksi diangkat melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 266/KMK.05/2001 tanggal 3 Mei 2001. Perseroan memiliki karyawan
tetap sebanyak 1.050 orang per 31 Oktober 2005, 1.050 orang per 31 Desember 2004,
dan 1.064 orang per 31 Desember 2003. Secara operasional, kegiatan perusahaan
dilaksanakan oleh unit usaha yang terdiri dari 3 (tiga) Wilayah yang mempunyai fungsi
51
pemasaran dengan total kantor cabang per 31 Oktober 2005, yaitu sebanyak 25 kantor
cabang di seluruh nusantara, dan 3 (tiga) Divisi yang mempunyai fungsi produksi.
Unit-unit usaha PT Waskita Karya adalah sebagai berikut:
1. Wilayah I yang berkedudukan di Pekanbaru
2. Wilayah II yang berkedudukan di Jakarta, dan
3. Wilayah III yang berkedudukan di Denpasar.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pembantu Pimpinan di Kantor Pusat PT.
Waskita Karya ditetapkan dengan pola fungsional, tetapi struktur organisasi Unit Usaha
ditetapkan:
Bidang Pemasaran dan Pengembangan
Ditangani dengan pola teritorial dalam bentuk Wilayah-Wilayah berikut Cabang-
Cabang Pemasaran pada daerah-daearh potensial.
Bidang Penganggaran dan Produksi
Ditangani dengan pola produksi dalam bentuk Divisi-Divisi berikut Cabang Sarana
Papan (khusus untuk Divisi I).
Penetapan Struktur Organisasi Proyek dibedakan dalam 3 (tiga) tingkat
pengelolaan berdasarkan tingkat pengolahan, yaitu:
1. Besarnya Nilai Kontrak
2. Pendapatan di proyek per bulan
3. Tingkat teknologi konstruksi
4. Kebijakan operasional (KSO, Sub Kontrakting, Mandor Borong)
5. Jangkauan pengendalian pekerjaan lapangan.
Dalam melaksanakan kegiatan produksi, perseroan membentuk 3 Divisi dengan
lini produk masing-masing sebagai berikut:
52
1. Divisi I
• Menangani kegiatan produksi untuk lini produk gedung dan prasarana industri,
serta bidang usaha perencanaan, pemasaran, dan produksi sarana Papan.
• Divisi I memiliki cabang Sarana Papan yang mempunyai bidang usaha
perencanaan, pemasaran, dan produksi Saran Papan.
2. Divisi II
Menangani kegiatan produksi untuk lini produk prasarana transportasi
3. Divisi III
Menangani kegiatan produksi untuk lini produk sumber daya air dan ketenagaan.
Berikut ini akan disajikan struktur organisasi PT Waskita Karya per tanggal 28
September 2005.
53
Sumber : Surat Keputusan Direksi PT Waskita Karya Nomor 78/SK/WK/2005, tanggal
28 September 2005
Gambar III.1 Struktur organisasi PT Waskita Karya
Komite Risiko dan Asuransi
Komit Audit
Direktur Utama
Direktur I
Unit Program
Kemitraan dan Bina
Lingkungan
Biro Keuangan
dan Sumber Daya
Manusia
Biro
Pengawas-an Intern
Biro
Sekretariat Perusahaan
Biro Perintisan Pengembangan
dan Hukum
Biro Penganggaran, Pengendalian
Produksi. Penelitian
Pengembangan dan Teknologi
Informasi
Direktur II Direktur III
Bagian Penerimaan,Pengeluaran
dan Perbankan
Bagian Pengawasan
I
Bagian Umum
Bagian Perintisan
I
Bagian Akuntansi dan Pajak
Bagian Pengawasan
II
Bagian Tata Usaha
Bagian Perintisan
II
Bagian Penganggaran
Bagian Tata Usaha
Pegawai
Bagian Pengawasan
Sistem
Bagian Perleng-kapan
Bagian Hukum
Bagian Pengendalian
Bagian Pembinaan
Pegawai
Bagian Manajemen Risiko dan Asuransi
Bagian Penelitian dan
Pengembangan
Bagian Teknologi Informasi
Komisaris
54
Susunan Organisasi PT. Waskita Karya terdiri dari:
Direksi, yang terdiri dari:
a. Direktur Utama
• Biro Sekertariat Perusahaan:
Kepala Biro
Kepala Bagian Tata Usaha
Kepala Bagian Umum
Kepala Bagian Perlengkapan
Staf
• Biro Pengawasan Interen:
Bagian pengawasan I
Bagian Pengawasan II
Bagian Pengawasan Sistem
Staf
b. Direktur I
• Biro Keuangan & Sumber Daya Manusia
Bagian Penerimaan, Pengeluaran dan Perbankan
Bagian Akuntansi dan Pajak
Bagian Tata Usaha Pegawai
Bagian Pembinaan Pegawai
Staf
c. Direktur II
• Biro Perintisan, Pengembangan dan Hukum
55
Bagian Perintisan I
Bagian Perintisan II
Bagian Perintisan III
Bagian Hukum
Staf
d. Direktur III
• Biro Penganggaran, Pengendalian Produksi, Penelitian Pengembangan dan
Teknologi Informasi
Bagian Penganggaran
Bagian Pengendalian
Bagian Penelitian dan Pengembangan
Bagian Teknologi dan Informasi
Staf
Dengan demikian PT. Waskita Karya menganut Struktur Organisasi Campuran,
yaitu antara pola fungsional di Kantor Pusat, pola teritorial di Wilayah dan Cabang
Pemasaran, serta pola produksi pada Divisi-Divisi dan Cabang Sarana Papan, dilengkapi
dengan struktur organisasi dan tata kerja Proyek / Unit Produksi. Berikut ini
Dewan Komisaris dan Direksi diangkat melalui Surat Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia. Susunan dewan komisaris dan direksi per 30 Mei 2006
sebagai berikut:
a) Dewan Direksi
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.266/KMK.05/2001 tanggal 3
Mei 2001, ditetapkan susunan dewan direksi Perseorangan sebagai berikut
1. Direktur Utama : Ir. Umar Theofur Abdul Azis, MT., MM
56
2. Direktur I : Ir. Triatman, MM
3. Direktur II : Ir.. Bambang E. Marsono, MM
4. Direktur III : Ir. Kiming Marsono, MM
b) Dewan Komisaris
Berdasarkan SK Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. KEP-
44/MBU/2002 tanggal 29 Januari 2002, susunan dewan komisaris Perseorangan
sebagai berikut:
1. Komisaris Utama : Ir. Sunaryo Sumadji
2. Komisaris : Ir. M. Machmudin Yusuf, Msc
3. Komisaris : Wid Hidayat Sulaiman, SH
III.4 Rekapitulasi Transaksi PT Waskita Karya Desember 2005
Selama bulan Desember 2005, PT Waskita Karya telah melakukan transaksi
penjualan dan pembelian yang berkaitan dengan usahanya di bidang Jasa Konstruksi.
Transaksi penjualan dan pembelian tersebut dilengkapi dengan data Pajak Keluaran dan
Pajak Masukannya. Dalam 1 Masa Pajak tersebut, PT Waskita Karya telah melakukan
transaksi penjualan sebanyak 40 (empat puluh) transaksi dengan jumlah total Rp
81.777.476.339,-. Dengan demikian, total penyerahan kepada pihak lain yang bukan
pemungut PPN adalah sebesar Rp 81.777.476.339,- (dimasukkan dalam Formulir 1195
Induk kolom B.1.3.2). Sedangkan untuk transaksi pembeliannya, PT Waskita Karya
melakukan 2697 transaksi yang terbagi menjadi beberapa bagian :
• 39 transaksi dilakukan oleh Kantor Pusat dengan jumlah pembelian Rp
928.639.650,-
57
• 135 transaksi dilakukan oleh Surabaya Airport Construction Project sebesar Rp
11.820.352.996,-
• 1742 transaksi dilakukan oleh Divisi 1 sebesar Rp 109.224.707.500,-
• 452 transaksi dilakukan oleh Divisi 2 sebesar Rp 30.145.143.238,-
• 317 transaksi dilakukan oleh Divisi 3 sebesar Rp 20.616.707.099,-
• 12 transaksi dilakukan oleh Wilayah 2 sebesar Rp 51.670.473,-
Jadi total pembelian yang dilakukan oleh PT Waskita Karya selama bulan
Desember 2005 adalah Rp 172,787,220,956,-. Hal ini menunjukkan besarnya Pajak
Masukan PT Waskita Karya selama bulan Desember 2005 adalah sebesar Rp
17.278.722.096,-.
Selain transaksi penjualan dan pembelian, PT Waskita Karya pada bulan Desember
2005 juga melakukan transaksi penjualan (Pajak Keluaran) kepada pemungut.
Jumlahnya adalah 260 transaksi dengan nilai PPN-nya sebesar Rp 25.513.080.408,-
Berikut ini akan disajikan sample rekapitulasi transaksi PT Waskita Karya, baik
transaksi pembelian beserta Pajak Masukannya dan transaksi penjualan beserta Pajak
keluarannya untuk Masa Pajak Desember 2005 serta transaksi penjualan (Pajak
Keluaran) kepada Pemungut PPN.
71
Formulir yang digunakan PT Waskita Karya untuk melaporkan PPN dan PPnBM
terutang Masa Pajak Desember 2005 adalah Formulirr 1195 serta dilampirkan pula
Formulir 1195 A1, 1195 A3, dan 1195 B1. PT Waskita Karya tidak terutang atau tidak
melakukan transaksi jual-beli atas barang mewah selama bulan Desember 2005 sehingga
Formulir 1101 BM tidak dilampirkan. Khusus untuk Formulir 1195 B1, tidak dicetak
oleh PT Waskita Karya. Data Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tersebut
dilaporkan ke KPP dengan menggunakan disket atau Flashdisc dalam format excel CSP.
Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah transaksi pembelian yang terjadi selama bulan
Desember 2005 sekaligus sebagai langkah efisiensi yang dilakukan perusahaan. Hal ini
dilakukan oleh perusahaan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
327/PJ./2002 tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
756/PJ/2001 tentang Penyampaian Lampiran Surat Pemberitahuan Masa PPN dalam
Bentuk Media Elektronik (disajikan dalam lampiran 7). Berikut ini akan dijelaskan SPT
Masa Pajak Pertambahan Nilai PT Waskita Karya bulan Desember 2005 :
• Formulir 1195 Induk
Di bagian kop surat, di centang Pembetulan Masa Pajak Desember 2005 Ke-1.
A. Identitas Pengusaha Kena Pajak
Disini diisi NPWP dan NPPKP, Nama PKP, tanggal, Nama PKP, Alamat,
Nomor Telepon, Ijin Swentralisasi dan Tanggalnya, serta KLU.
B. Penyerahan yang Terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Penyerahan yang
Tidak Terutang Pajak Pertambahan Nilai, dan Jumlah Penyerahan.
1. Penyerahan yang terutang PPN :
72
1.3 Penyerahan yang terutang PPN selain Ekspor dan yang PPN-nya
Tidak dipungut/Ditunda/Ditanguhkan/Dibebaskan/Ditanggung
Pemerintah (DTP) :
1.3.1 Penyerahan kepada Pemungut PPN
Rp 255.130.804.493,- (p)
1.3.2 Penyerahan kepada pihak lain yang bukan Pemungut PPN Rp
81.777.476.338,-
1.3.3 Jumlah (1.3.1 + 1.3.2 + 1.3.3)
Rp 336.908.280.831,- (p)
1.4 Jumlah penyerahan yang terutang PPN
(1.1.1 + 1.1.2 + 1.2.1 + 1.2.2 + 1.3.4 + 1.3.5 – 1.3.6)
Rp 336.908.280.831,- (p)
3. Jumlah Penyerahan
Rp 336.908.280.831,- (p)
C. Pajak Keluaran
1. Pajak Keluaran :
1.1 Dengan tarif 10% yaitu 10% x (kode B 1.3.4)
Rp 33.690.828.083,-
1.3 Jumlah (1.1 + 1.2)
Rp 33.690.828.083,-
3. Jumlah (1.3 – 2)
Rp 33.690.828.083,-
4. Dikurangi :
4.1 Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pemungut PPN
73
4.1.1 SSP telah diterima (terlampir)
Rp 21.671.551.621,- (p)
4.1.2 SSP belum diterima
Rp 3.841.528.787,- (p)
5. Pajak Keluaran yang harus dipungut sendiri
(2– 4.1.1 – 4.1.2 – 4.2),
Rp 8.177.747.675,-
D. Pajak yang dapat diperhitungkan
1. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
1.2 Pajak Masukan Dalam Negeri
Rp 11.210.623.704,- (p)
1.3 Pajak Masukan dari Masa Pajak yang tidak sama :
1.3.1 PPN Impor
Rp 254.425.654,-
1.3.2 PPN Dalam Negeri
Rp 5.789.679.453,-
1.4 Dikurangi PPN atas Retur Pembelian
( Rp 6.658.032,-)
1.5 Jumlah (1.1 + 1.2 + 1.3.1 + 1.3.2 – 1.4 + 1.5)
Rp 17.248.070.779,- (p)
3. Kompensasi kelebihan PPN bulan lalu
Rp 42.016.081.961,-
5. Jumlah pajak yang dapat diperhitungkan ( 1.6 + 3 – 4.1 – 4.2) atau (2 + 3)
(p)
74
Rp 59.264.152.740,-
G. Pembetulan (hanya diisi jika terdapat pembetulan)
Hasil pembetulan
2. Lebih dibayar (D.5 – C.5)
Rp 51.086.405.065,-
H. Pembetulan (hanya diisi jika terdapat pembetulan)
Kelebihan PPN tersebut pada :
2. Kode G.2. (untuk pembetulan)
Diminta untuk :
3. Dikompensasikan dengan PPN yang terutang dalam Masa Pajak berikutnya
Rp 51.086.405.065,-
J. Lampiran
1.Formulir 1195 A1
2.Formulir 1195 A3
3.Formulir 1195 B1
K. Pernyataan
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sansi-sanksi
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan
bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya
adalah benar, lengkap, jelas dan tak bersarat.
75
Jakarta Tgl 08 Februari 2006-05-09
Tanda tangan
Nama Jelas Danny Kustanto, SE, MM
PKP
• Formulir 1195 A1 Daftar Pajak Keluaran dan PPn BM
1. Faktur Pajak Sederhana
Rp 8.110.000,-
2. Pemungut PPN (pindahan dari jumlah pada Formulir 1195 A3)
Rp 25.513.080.408,-
3. Faktur Pajak Standar kepada pihak lain yang bukan Pemungut PPN (Tidak
termasuk Pajak Keluaran pada Formulir 1195 A2)
Rp 33.690.828.039,-
Rekapitulasi PPN PPn BM
1. Faktur Pajak Sederhana : Rp 8.110.000,- Rp 0,-
2. Faktur Pajak Kepada
Pemungut PPN : Rp 25.513.080.408,- Rp 0,-
3. Faktur Pajak Standar kepada
pihak lain yang bukan
Pemungut PPN : Rp 8.169.637.631,- Rp 0,- +
4. Jumlah PPN (Pindahkan
76
ke Formulir 1195 kode
C1.3) dan PPn BM (Pin
dahkan ke Formulir 1195
BM kode C.6) : Rp 33.690.828.039,- Rp 0,-
5. Dikurangi PPN/PPn BM atas
Retur Penjualan dari Penye-
yang Terutang PPN (PPN
pindahkan ke Formulir 1195
kode C.2 dan PPn BM pindah-
kan ke Formulir 1195 BM
kode C.7) : Rp 0,- Rp 0,- +
6. Jumlah (PPN pindahkan ke
Formulir 1195 Kode C3) : Rp 33.690.828.039,- Rp 0,-
Dalam Formulir 1195 A1 PT Waskita Karya dicantumkan pula nama PKP,
NPWP dan NPPKP serta tanggal pengukuhan PKP. Total Faktur Pajak yang tercantum
dalam Formulir 1195 A1 36 buah dengan jumlah PPN terutangnya Rp 33.690.828.039,-
dikurangi dengan PPN ke Pemungut (jumlah pada Formulir 1195 A3) Rp
25.513.080.408,- adalah sebesar Rp 8.177.747.634,-. Jumlah ini sama dengan jumlah
yang tertera pada rekapitulasi transaksi PT Waskita Karya seperti yang disajikan pada
sub bab sebelumnya.
77
• Formulir 1195 A3 Daftar Pajak Keluaran dan PPn BM kepada Pemungut PPN
Dalam Formulir 1195 A3 diisikan pula nama PKP, NPWP dan NPPKP serta
tanggal pengukuhan PKP (sama seperti Formulir 1195 A1). Jumlah transaksi sebanyak
160 buah dengan jumlah PPN sebanyak Rp 25.513.080.408,-. Berikut rekapitulasinya :
Rekapitulasi PPN PPn BM
1. Jumlah Pajak Keluaran yang
SSP-nya diterima (jumlah PPN
pindahkan ke Formulir 1195
kode C.4.1.1 dan jumlah PPn
BM pindahkan ke Formulir
1195 BM kode C.8.1) : Rp 21.671.551.621,- Rp 0,-
2. Jumlah Pajak Keluaran yang
SSP-nya belum diterima (jum-
lah PPN pindahkan ke For-
mulir 1195 kode C.4.1.2 dan
jumlah PPn BM pindahkan ke
Formulir 1195 BM kode
C.8.2) : Rp 3.841.528.787,- Rp 0,- +
3. Jumlah : Rp 25.513.080.408,- Rp 0,-
Ada beberapa permasalahan yang dihadapi PT Waskita Karya sehubungan dengan
penghitungan Pajak Pertambahan Nilai dan pelaporan SPT Masa PPN yang ditemukan
penulis:
78
1. Pasal 4 ayat 2 Undang-undang KUP berbunyi demikian, Wajib Pajak wajib
mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya. SPT Masa PPN Desember 2005 PT Waskita Karya belum
memenuhi keempat syarat pelaporan SPT tersebut, terutama dalam hal kelengkapan
SPT.
2. Faktur Pajak Standar yang dibuat atas transasksi penjualan dan pembelian banyak
yang cacat, sehingga ada beberapa Pajak Masukan yang seharusnya Tidak Dapat
Dikreditkan, pada pelaksanaannya Dikreditkan oleh PT Waskita Karya. Akibatnya
jumlah kelebihan pajaknya menjadi lebih besar dari yang seharusnya.
3. Pasal 16B ayat 3 Undang-undang PPN 1984 berbunyi, Pajak Masukan yang dibayar
untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas
penyerahannya dibebaskan Pajak Pertambahan Nilai, tidak dapat dikreditkan. Hal
ini menjadi permasalahan sendiri bagi PT Waskita Karya, karena PT Waskita Karya
ikut serta dalam program pembangunan Aceh setelah bencana Tsunami yang
dananya berasal dari investor asing serta Badan-badan Internasional lainnya
sehingga fasilitas perpajakan tersebut diperoleh oleh PT Waskita Karya. PPN yang
terutang atas proyek Tsunami Aceh tersebut dibebaskan dan Pajak Masukannya juga
tidak dapat dikreditkan.
4. Dalam praktek di lapangan, ternyata ada pihak yang menyewa atau owner’s dari
pekerjaan yang tidak mau dipungut PPN. Kasus ini sering terjadi jika Waskita
Karya berada dalam lapisan ke-2 yang terutang PPN dan PPh, sementara owner’s-
nya adalah kontraktor utama lapisan pertama yang tidak terhutang PPN dan PPh.