24
BAB III
CELENG SEBAGAI TEMA DALAM
KARYA SENI LUKIS
A. Implementasi Teoritis
Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar.
Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa binatang ini memiliki sifat
agresif, buas dan rakus. Sisi negatif babi hutan yang pada umumnya terkenal rakus,
banyak dijadikan objek dalam karya seni. Semenjak jaman orde baru terdapat
banyak karya seni yang kritis terhadap situasi politik pada waktu itu. Namun, dalam
sejarah ajaran agama hindu pada masa satya yuga, babi hutan dianggap sebagai
wrahara awatara, yakni awatara (perwujudan) ketiga dari dewa Wisnu. Dewa
Wisnu sedang mengalami pertempuran sengit dengan raksasa Hiranyaksha yang
akan menenggelamkan planet bumi dalam lautan kosmik. Saat itu pula dewa wisnu
menjelma menjadi babi hutan dengan taring panjangnya mencuat mengangkat dan
menyelamatkan planet bumi.
Celeng selain merupakan babi liar dengan karakteristiknya yang negatif,
seperti halnya memiliki sifat rakus, menjadi hama yang merusak, celeng juga
mempunyai keunikan tersendiri. Keunikan tersebut adalah celeng ataupun jenis
bangsa babi lainnya merupakan shio menurut keyakinan masyarakat Tionghoa,
menjadi wrahara awatara (perwujudan) ketiga dari dewa wisnu menurut sejarah
ajaran agama hindu, menjadi simbol tabungan (istilah kata celengan yang muncul
sejak zaman kerajaan Majapahit), taringnya yang dijadikan sebagai perhiasan
25
kalung terhadap suku dayak, dan lain sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
celeng ataupun jenis bangsa babi lainnya tersebut tidak sepenuhnya negatif, namun
terdapat juga sisi keindahan lain yang dimiliki celeng atau jenis babi apapun.
Menurut penulis berkeinginan untuk menjadikan celeng sebagai objek dalam karya
seni lukis agar memperkenalkan celeng juga bisa menjadi karya seni yang bernilai
indah.
Ketertarikan penulis untuk menjadikan celeng sebagai tema dalam karya seni
lukis dikarenakan celeng memiliki karakter yang rakusnya tak tertandingi hewan
apapun dari sisi pola hidupnya serta memiliki bentuk tubuh unik yang terdapat pada
moncong hidung dan gigi taring celeng jantan. Dengan demikian, penulis tertarik
untuk memvisualisasikan keunikan tersebut menggunakan teknik deformasi dengan
tujuan merubah karakter bentuk celeng terlihat lucu untuk dituangkan pada karya
seni lukis.
B. Implementasi Visual
Dalam memvisualisasikan dari konsep ke sebuah karya, penulis menerapkan
sebagai berikut.
1. Bentuk
a) Garis
Penulis menggunakan dua jenis garis (garis nyata dan garis semu) dalam
karyanya. Garis nyata muncul karena outline (berwarna), sedangkan garis semu
terlihat pada pertemuan antara obyek dengan obyek lain dan pada background.
b) Warna
Penulis menggunakan warna primer seperti merah, biru, dan kuning,
warna sekunder, seperti hijau, maupun warna tersier, seperti ungu.
26
c) Bidang
Penulis hanya menggunakan satu jenis bidang bidang organik. Bidang
organik terbentuk dari garis lengkung yang menyusun obyek binatang babi itu
sendiri.
d) Komposisi
Karya penulis menggunakan komposisi terbuka, karena unsur seni rupa
yang terdapat di dalam karya memiliki kesan menerus.
e) Tekstur
Penulis menggunakan tekstur semu, yang tidak memiliki tekstur apapun
apabila diraba.
2. Media dan Teknik
a) Media
Istilah media dalam seni rupa sering diartikan sebagai bahan atau materi
yang digunakan seniman dalam berkarya. Misalnya, seseorang pematung
memilih bahan batu, kayu, atau logam sebagai media mengekspresikan diri
dengan cara mengolah bahan tersebut dari wujud bahan mentah yang belum
diolah, sampai menjadi barang jadi yang berwujud sebuah karya seni patung
sesuai ide atau gagasannya (Nooryan Bahari, 2008:77).
Mengenai media yang dipakai penulis dalam berkarya adalah sebagai
berikut.
1) Kanvas
Kanvas merupakan kain untuk landasan melukis (Mikke
Susanto, 2011:213).
27
2) Kuas
Kuas adalah alat untuk “memasang” cat pada suatu permukaan
landasan atau pada kanvas (Mikke Susanto, 2011:231).
3) Cat Aklirik
Cat aklirik merupakan salah satu bahan melukis yang
mengandung Polimer Ester Poliklirat, sehingga memiliki daya rekat
yang sangat kuat terhadap medium lain dan standar pengecer yang
digunakan adalah air.
b) Teknik
Teknik dalam buku Art fundamentals merupakan kemampuan praktek
untuk menggunakan media secara memadai untuk arsip efek ekspresif yang telah
ditentukan.
Penulis menggunakan teknik basah dalam karyanya, karena karya
dihasilkan menggunakan medium basah (air). Teknik block digunakan karena
penulis dalam karyanya memiliki warna yang dibuat secara bertingkat (bukan
bersifat gradasi).
3. Proses Pembuatan Karya
a) Langkah pertama, penulis membuat sketsa dikertas menggunakan pena.
Objek pertama digambar lebih dulu, setelah itu membuat objek lainnya untuk
dijadikan Background secara repetisi.
b) Langkah kedua, mempersiapkan kanvas dengan memasang spanram ukuran
120 cm x 90 cm, dengan tebal sisi spanram 4 cm.
c) Langkah ketiga, setelah spanram jadi dan siap digunakan, penulis mengecat
serta membuat blok pada kanvas dengan warna dasar putih.
28
d) Langkah keempat, setelah cat warna dasar putih sudah kering, penulis
langsung melakukan sketsa untuk Contour objek yang akan dibuat guna
untuk menentukan arah bentuk dan bidang warna.
e) Langkah kelima, Setelah dirasa sketsa untuk Contour objek sudah cukup
untuk mewakili dan membantu proses pembuatan bentuk pada objek dan
Background, penulis mulai mentorehkan warna pada bagian bagian yang
penulis kehendaki.
f) Langkah keenam, Setelah warna dasar untuk objek dan Background semua
telah tercapai barulah penulis memberikan gradasi dari warna muda kewarna
tua. Karena sifat cat akrilik yang mudah kering maka penulis melakukan
gradasi perbagian bentuk sampai tahap tertentu.
g) Tahap terakhir adalah finishing yaitu pemberian warna hitam pada garis
outline pada bidang objek yang telah ditentukan penulis.
4. Penyajian
Penyajian karya menggunakan desain pigura minimalis yang sederhana
berwarna hitam. Pemilihan warna hitam karena warna hitam pada pigura
berfungsi untuk karya agar tampak menonjol atau agar terlihat sangat jelas pada
sisi karya yang menggunakan warna-warna terang.
29
5. Visualisasi Karya
a) Karya ke 1 berjudul “ Celeng 1 ”
Gambar 3.1 “Celeng 1” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2015
(Sumber: Dokumentasi Rifky)
30
Karya pertama memiliki judul “ Celeng 1 ” ini berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 90 cm x 120 cm yang menggambarkan tentang figur
potret celeng yang terdiri satu figur yang dominan berwarna ungu yang
mengalami perubahan susunan bentuk (Deformasi) pada taring celeng dan
tiga figur lainnya. Pada karya tersebut hanya menampilkan empat figur celeng
yang diantaranya hanya satu yang dominan detailnya yang berwarna ungu
untuk objek celeng yang disajikan.
Karya pertama terdapat garis nyata dan garis semu. Penggunaan garis
nyata sangat terlihat pada objek celeng yang berwarna ungu pada taring serta
bentuk objek celeng tersebut, sedangkan garis semu terlihat pada perbedaan
warna pada objek celeng yang berwarna biru, merah, dan hijau. Warna yang
digunakan pada karya celeng pertama ini meliputi warna kuning pada
background, biru, merah, ungu, dan hijau pada objek-objek celeng tersebut.
Warna ungu pada objek celeng yang dominasi warnanya dibuat detail agar
terlihat objek utama tersebut tampak mencolok, sehingga tidak mengganggu
objek lainnya yang hanya menggunakan satu warna. Bila dai segi
keseimbangan menampilkan keseimbangan yang asimetris. Bidang organik
sebagai bidang yang diterapkan dalam pembuatan karya pertama ini karena
bidang organik dalam karya ini terbentuk dari gabungan garis lengkung objek
celeng tersebut. Tekstur yang digunakan pada karya ini adalah tekstur semu,
penggunaan tekstur semu ini diterapkan dalam karya pertama ini agar
permukaan karya tampak terasa halus. Komposisi yang ditampilkan disusun
secara terbuka, sangat terlihat sekali pada objek-objek celeng tersebut muncul
diluar frame dan disajikan penulis secara vertikal (Tegak).
31
b) Karya ke 2 berjudul “ Celeng 2 ”
Gambar 3.2 “Celeng 2” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2015
(Sumber: Dokumentasi Rifky)
32
Karya kedua yang berjudul “ Celeng 2 ” ini berbentuk persegi panjang
dengan ukuran 90 cm x 120 cm menggambarkan figur celeng yang sedang
mencari makan. Figur celeng yang ditampilkan terdapat tiga figur celeng,
yang salah satunya terdiri dari satu figur celeng yang dominan berwarna abu-
abu dan dua figur celeng yang berwarna merah dan biru.
Dalam penggunaan garis terdapat dua macam garis, yaitu garis nyata
dan garis semu. Garis nyata sangat terlihat pada objek celeng yang berwarna
abu-abu dengan outline hitam, sedangkan garis semu terlihat pada perbedaan
warna merah dan biru pada objek celeng dibelakang objek celeng utama serta
pada backgroundnya. Dari segi pewarnaan yang digunakan pada karya kali
ini meliputi warna kuning pada background dasar, merah serta biru sebagai
objek kedua dan ketiga dan warna abu-abu pada objek utama.
Karya kedua ini menggunakan bidang organik sebagai bidang yang
diterapkan dalam pengerjaan karya kedua karena bidang organik dalam karya
ini terbentuk dari gabungan garis lengkung objek celeng tersebut. Karya
celeng kedua ini juga menampilkan keseimbangan yang asimetris. Tekstur
yang digunakan adalah tekstur semu. Penggunaan tekstur semu ini diterapkan
agar permukaan karya tersebut tampak terasa halus. Komposisi yang
ditampilkan pada karya kedua ini disusun secara terbuka, tampak terlihat
sekali objek-objek celeng tersebut muncul diluar frame dan disajikan secara
vertikal (Tegak).
33
c) Karya ke 3 berjudul “ Celeng 3 ”
Gambar 3.3 “Celeng 3” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2015
(Sumber: Dokumentasi Rifky)
34
Karya ketiga yang berjudul “ Celeng 3 ” berbentuk persegi panjang
dengan ukuran 90 cm x 120 cm menggambarkan sosok satu tubuh celeng
berkepala dua , satu menghadap kedepan yang satu lainnya menghadap
kebelakang sebagai objek utamanya dan objek kedua serta objek ketiga
berwarna abu-abu dan merah dengan posisi dibelakang objek utama. Pada
karya tersebut menceritakan tentang dua ekor celeng yang sedang melakukan
proses perkawinan. Selain tidak hanya rakus dalam pola hidupnya, betina
celengpun sepanjang tahun beranak dengan berganti-ganti pasangan,
sehingga tidak dapat dipungkiri perkembangan populasi celeng sangat cepat.
Karya kali ini penulis menggunakan cara penyederhanaan bentuk
(Simplifikasi) dari salah satu ciri perubahan susunan bentuk (Deformasi) dari
sepasang celeng jantan dan celeng betina yang sedang melakukan proses
perkawinan
Karya celeng ketiga ini terdapat dua macam garis, yaitu garis nyata
dan garis semu. Garis nyata terdapat pada celeng sebagai objek utama dengan
outline hitam, sedangkan garis semu terlihat pada objek kedua yang berwarna
abu-abu dan objek ketiga yang berwarna merah. Bidang yang diterapkan pada
karya ini adalah bidang organik. Bidang organik tersebut terdapat pada semua
objek celeng yang terbentuk dari gabungan garis lengkung maupun
background. Sedangkan dari segi pewarnaan meliputi warna dasar biru muda
dengan efek corak goresan vertikal (Tegak) berwarna biru tua pada
background, warna abu-abu pada objek kedua, warna merah pada objek
ketiga, dan warna hijau pada objek utama serta warna kuning pada taring.
35
Karya “ Celeng 3 ” ini menampilkan keseimbangan asimetris. Tekstur
yang digunakan adalah tekstur semu. Penggunaan tekstur semu pada karya
ketiga ini bertujuan untuk permukaan pada karya agar tampak terasa halus.
Komposisi yang digunakan dalam karya ini terdapat dua macam komposisi,
yaitu komposisi terbuka dan tertutup. Bagian dari komposisi terbuka meliputi
objek celeng kedua yang berwarna abu-abu dan objek celeng ketiga yang
berwarna merah, sedangkan komposisi tertutup terdapat pada satu objek
celeng utama berwarna hijau bertaring kuning yang berada diantara objek
celeng kedua dan objek celeng ketiga. Dalam karya ini juga terdapat repetisi
pada pengulangan objek, objek tersebut meliputi objek kedua yang berwarna
abu-abu dan objek ketiga yang berwarna merah.
36
d) Karya ke 4 berjudul “ Celeng 4 ”
Gambar 3.4 “Celeng 4” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2015
(Sumber: Dokumentasi Rifky)
Karya yang berjudul “ Celeng 4 ” berbentuk persegi panjang mendatar
ini memiliki ukuran 90 cm x 120 cm. Dalam karya kali ini menceritakan
37
celeng yang sedang bergerombol dari kelompoknya. Hewan jenis ini
hidupnya berkelompok yang dipimpin oleh pejantan sebagai pemimpinnya,
entah mereka akan mencari makan ataupun sedang berpindah tempat. Penulis
memvisualisasikan tiga ekor celeng dalam satu tubuh tersebut sebenarnya
disederhanakan bentuknya (simplifikasi) atau mengalami perubahan susunan
bentuk (Deformasi) dari segerombolan celeng yang sedang berkumpul untuk
makan.
Garis yang diterapkan dalam karya keempat ini terdapat dua macam
garis, yaitu garis nyata dan garis semu. Garis nyata sangat terlihat pada tiga
kepala celeng, dua kaki depan, dan bentuk bagian tubuh dengan outline
hitam, sedangkan garis semu terlihat pada perbedaan warna baik pada
background maupun objeknya. Komposisi yang digunakan pada karya celeng
keempat ini adalah komposisi terbuka, dengan hanya menampilkan bentuk
tubuh celeng hanya setengahnya. Dari segi pewarnaan penulis menampilkan
warna-warna yang beragam, baik dari tiga bagian kepala celeng serta pada
tubuh bagian perut agar terlihat lebih menarik dan unik. Warna-warna
tersebut meliputi warna ungu, hijau, biru muda pada bagian kepala celeng,
warna orange pada taring, dan warna kuning pada bagian tubuh celeng.
Keseimbangan yang digunakan pada karya ini menerapkan keseimbangan
asimetris. Dari segi bidang menggunakan bidang organik, bidang organik
tersebut dapat dilihat dari bentuk raut tiga kepala celeng, pada bentuk serta
corak bagian tubuh dan background. Tekstur yang digunakan penulis dalam
pembuatan karya ini adalah tekstur semu. Penerapan tekstur semu pada karya
ini supaya permukaan pada karya tampak halus.
38
e) Karya ke 5 berjudul “ Celeng 5 ”
Gambar 3.5 “Celeng 5” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2015
(Sumber: Dokumentasi Rifky)
39
Karya yang berjudul “ Celeng 4 ” berbentuk persegi panjang mendatar
ini memiliki ukuran 90 cm x 120 cm ini hanya menampilkan kepala, perut,
dan pantat sosok hewan celeng yang menceritakan tentang kerakusan dari
pola makan pada hewan celeng dengan merubah susunan bentuk (Deformasi)
dan dilebih-lebihkan karakter rakusnya mendistorsi pada bagian kepala
memanjang serta perut yang sangat besar meliuk-liuk.
Karya kelima ini berbicara segi pewarnaan penulis menggunakan
warna biru, merah, dan kuning pada objek celeng serta sedikit warna biru tua
untuk background. Penulis sengaja memilih warna-warna primer pada objek
celeng tersebut supaya terlihat menarik dengan dihiasi corak-corak seperti
ornamen melingkar berwarna gelap.
Garis yang digunakan meliputi garis nyata dan garis semu. Garis
nyata terlihat pada celeng yang berwarna biru dengan outline hitam,
sedangkan garis semu terlihat pada perbedaan warna baik pada background
maupun objeknya. Bidang organik sebagai bidang yang diterapkan dalam
pengerjaan karya kelima ini. Bidang organik terbentuk dari gabungan garis
lengkung dari objek celeng tersebut. Dari sisi tekstur dalam karya kelima ini
menggunakan tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata terdapat pada
bagian pantat celeng berwarna kuning dan celeng berwarna merah, hal ini
terjadi karena adanya tumpukan perubahan warna dasar putih ke biru muda
lalu ditutup dengan warna kuning pada pantat celeng dan warna merah pada
objek celeng yang berwarna merah, sehingga menimbulkan efek kasar pada
tekstur nyata bila diraba. Sedangkan tekstur semu terdapat pada objek utama
dan background. Keseimbangan dalam pengerjaan karya kelima
40
menggunakan keseimbangan asimetris. Komposisi yang ditampilkan pada
karya ini adalah komposisi terbuka.
41
f) Karya ke 6 berjudul “ Celeng 6 ”
Gambar 3.6 “Celeng 6” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2016
(Sumber: Dokumentasi Rifky)
42
Karya keenam ini berbentuk persegi panjang mendatar dan disajikan
secara vertikal (Tegak) memiliki ukuran 90 cm x 120 cm. Karya yang
berjudul “ Celeng 6 ” penulis memvisualisasikan tiga ekor celeng yang salah
satunya objek utama dari tiga ekor celeng tersebut mengalami perubahan
susunan bentuk (Deformasi) pada bagian tubuh celeng sengaja dibuat putus-
putus tetapi masih tidak keluar dari proporsi celeng yang aslinya.
Dalam segi pewarnaan penulis menggunakan warna merah tua, biru,
abu abu sebagai objek celeng dan warna kuning sebagai taring dan juga
sebagai background. Dalam karya kali ini, Garis yang digunakan pada karya
keenam ini adalah garis nyata dan garis semu. Penggunaan garis nyata terlihat
pada setiap objek celeng tersebut dengan outline hitam pada tiap-tiap objek.
Sedangkan garis semu terlihat pada perbedaan warna baik pada background
maupun objeknya. Bidang yang diterapkan dalam karya keenam ini adalah
bidang organik, bidang organik tersebut terbentuk dari gabungan garis
lengkung objek celeng tersebut.
Komposisi yang ditampilkan pada karya ini terdapat dua macam
komposisi, yaitu komposisi terbuka dan komposisi tertutup. Komposisi
terbuka meliputi objek celeng yang berwarna abu-abu dan objek celeng yang
berwarna biru. Tampak terlihat sekali komposisi terbuka pada kedua objek
celeng tersebut karena tampak muncul diluar frame. Keseimbangan yang
digunakan adalah keseimbangan asimetris. Dari segi tekstur dalam karya
keenam ini menggunakan tekstur semu. Penggunaan tekstur semu dalam
karya ini supaya permukaan pada karya tampak halus.
43
g) Karya ke 7 berjudul “ Celeng 7 ”
Gambar 3.7 “Celeng 7” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2016
(Sumber: Dokumentasi Rifky)
44
Karya ketujuh dengan judul “ Celeng 7 “ berbentuk persegi panjang
dengan ukuran 90 cm x 120 cm yang disajikan secara vertikal (Tegak).
Dalam karya ini penulis memvisualisasikan lima figur celeng yang sengaja
dibuat setiap objeknya memiliki warna dan motif corak yang berbeda agar
tampak menarik dan unik. Peletakan objek celeng tersebut dari lima objek
celeng yang ditampilkan penulis, sengaja dibuat berbeda dan tidak sejajar
supaya terlihat lebih menarik dan enak untuk dipandang. Mengenai tema
celeng dari delapan karya yang dibuat penulis, karya ketujuh ini berbeda dari
karya yang lain, yang membedakan karya ini dengan karya-karya yang lain
adalah dari segi corak, detailnya pewarnaan pada objek utama, dan memiliki
warna serta karakter corak yang beragam dari setiap objek yang ditampilkan,
dengan tujuan untuk menjadikan ikon kartun celeng yang lucu dari tema
celeng yang diusung penulis.
Karya yang ketujuh ini dalam pewarnaan menggunakan beragam
warna, mulai dari warna primer sampai warna sekunder. Warna tersebut
meliputi warna biru, hijau, kuning, merah, dan orange pada objek-objek
celeng, serta warna ungu pada bagian background.
Garis yang digunakan pada karya berjudul “ Celeng 7 “ ini adalah
garis nyata dan garis semu. Penggunaan garis nyata terlihat pada objek celeng
yang memiliki warna orange dengan outline hitam, sedangkan garis semu
terlihat pada perbedaan warna baik pada background maupun objeknya. Dari
segi bidang dalam pengerjaan karya ini terdapat dua macam bidang, yaitu
bidang geometri dan bidang organik. Bidang geometri terdapat pada bagian
motif corak yang letaknya tersebut berada pada sebagian background,
45
sedangkan bidang organik terbentuk dari gabungan garis lengkung objek
celeng tersebut.
Komposisi yang ditampilkan dalam karya ketujuh ini adalah
komposisi terbuka. Melihat peletakkan posisi objek-objek celeng tersebut
sangat tidak beratur dan tidak sejajar, maka penulis dalam penerapan
keseimbangan pada karya ini menggunakan keseimbangan asimetris supaya
tampak terlihat menarik. Dalam karya ini juga terdapat tekstur semu.
Penggunaan tekstur semu pada karya ini agar permukaan karya yang
disajikan tampak terlihat halus.
46
h) Karya ke 8 berjudul “ Celeng 8 ”
Gambar 3.8 “Celeng 8” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2016
(Sumber: Dokumentasi Rifky)
47
Karya kedelapan berbentuk persegi panjang mendatar yang disajikan
secara vertikal (Tegak) ini memiliki ukuran 90 cm x 120 cm. Karya yang
berjudul “ Celeng 8 “ ini menggambarkan salah satu karakter yakni sifat
rakus pada hewan celeng. Dalam karya ini menceritakan tentang karakter
sifat hewan celeng yang kerakusannya tak tertandingi hewan apapun dan
divisualisasikan kedalam sebuah karya yang menampilkan bentuk figur
celeng memakan sesama hewan celeng. Karya kedelapan ini terdapat tiga
figur celeng, figur celeng tersebut berwarna merah, biru, dan abu-abu. Salah
satu figur celeng dari ketiga figur celeng yang ditampilkan mengalami
perubahan susunan bentuk (Deformasi), tepatnya figur celeng yang berwarna
merah dengan proporsi bentuk mulut yang sengaja dibuat lebih besar dan
dilebih-lebihkan (distorsi) yang menjulur memanjang sampai kaki.
Dari segi pewarnaan, karya terakhir ini menggunakan warna-warna
cerah. Warna-warna tersebut meliputi warna merah, biru dan abu-abu pada
objek celeng tersebut, warna kuning, putih, ungu, biru muda, serta biru tua
terdapat pada bagian background. Setiap objek celeng dalam pemberian
warna juga sangat beragam, keunikan pemberian warna-warna tersebut
meliputi warna pada taring yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan keindahan serta keunikan dalam mengolah warna dalam
berkarya. Garis yang digunakan adalah garis nyata dan garis semu. Garis
nyata terdapat pada tiga objek celeng dengan outline hitam. Sedangkan garis
semu terlihat pada perbedaan warna baik pada background maupun objeknya.
Dalam hal bidang, pada karya ini menampilkan bidang organik. Bidang
48
organik dalam karya ini terbentuk dari gabungan garis lengkung objek celeng
tersebut.
Komposisi yang ditampilkan disusun secara terbuka, sangat terlihat
jelas objek-objek celeng tersebut muncul diluar frame. Dari segi tekstur yang
digunakan dalam pengerjaan karya ini adalah tekstur semu. Penggunaan
tekstur semu ini dalam berkarya supaya permukaan tampak terasa halus.