BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TINJAUAN TEORI
1. Nyeri persalinan
a. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2006)
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik
yang terkait dengan kontraksi uterus dilatasi dan penipisan serviks serta penurunan
janin selama persalinan. Respon fisiologi terhadap nyeri meliputi peningkatan
tekanan darah, denyut nadi, pernafasa, keringat, diameter pupil, dan ketegangan
otot (Arifin, 2008)
Nyeri Persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan
peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatis. Nyeri yang hebat pada persalinan
dapat menyebabkan perubahan-perubahan fisiologi tubuh seperti; tekanan darah
menjadi naik, denyut jantung meningkat, laju pernafasan meningkat, dan apabila
tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres.
Peningkatan konsumsi glukosa tubuh pada ibu bersalin yang mengalami stres
menyebabkan kelelahan dan sekresi katekolamin yang menghambat kontraksi
uterus, hal tersebut menyebabkan persalinan lama yang akhirnya menyebabkan
cemas pada ibu, peningkatan nyeri dan stres berkepanjangan (Bobak, 2005).
Rasa takut menyebabkan pembuluh-pembuluh arteri yang mengarah ke
rahim berkontraksi dan menegang, sehingga menimbulkan rasa sakit (nyeri). Kalau
tanpa adanya rasa takut, otot-otot melemas dan melentur, servik (leher rahim) dapat
menipis serta membuka secara alami sewaktu tubuh berdenyut secara berirama dan
mendorong bayi dengan mudah sehingga membuat persalinan berlangsung secara
lancar relatif lebih cepat dengan keluhan nyeri yang sangat minimal. Dengan
terbiasanya ibu melakukan relaksasi, jalan lahir untuk janin akan lebih mudah
terbuka sehingga ibu tidak akan terlalu kelelahan saat melahirkan. Jadi dengan
latihan relaksasi yang rutin, ibu akan terbiasa pada kondisi ini dan akan sangat
terbantu dalam proses persalinannya (Andriana, 2007)
b. Teori nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, yaitu :
1) Teori Pemisahan ( Specificiy Theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit
masuk ke medulla spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps
di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur, dan menyilang di garis
median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan
nyeri tersebut diteruskan.
2) Teori Pola ( Pattern Theory), rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion
dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini
mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi,
yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot
berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh
modalitas respons dari reaksi sel T.
3) Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory).
Yang dikemukakan oleh melzak dan wall, teori ini lebih komprehensip dalam
menjelaskan tramisi dan presepsi nyeri, nyeri tergantung dari kerja serta saraf
besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsang
pada serat saraf besar akan mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme
sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut
terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri.
Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui
spinalis serat eferen dan reaksinya memengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan
pada serat kecil akan menghambat aktivitas substansia gelatiosa dan membuka
pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan
menghantarkan rangsangan nyeri.
4) Teori Trasmisi dan Inhibisi, adanya stimulus pada noiciceptor memulai
implus-implus saraf, sehingga transmisi implus nyeri menjadi efektif oleh
neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi
efektif oleh implus-implus pada serabut-serabut besar yang memblok implus-
implus pada serabut lamban dan endogen opiate system supresif (Hidayat,
2006)
c. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri secara umum dan nyeri dalam
persalinan sebagai berikut :
1) Klasifikasi nyeri secara umum, antara lain adalah
a) Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan hilang
setelah penyembuhan.
b) Nyeri kronik yaitu nyeri yang menetap selama lebih dari 3 bulan walaupun
proses penyembuhan sudah selesai (Setyohadi, dkk, 2007).
2) Klasifikasi nyeri persalinan dibagi beberapa nyeri yaitu :
a) Nyeri Viseral bersifat lambat dalam yang tidak terlokalisir. Implus nyeri
selama kala I pada persalinan di trasmisi melalui T11-T12 segment saraf
spinal dan bagian bawah thorak dan bagian atas lumbal saraf simpatis,
dimana uterus dan serviks terjadi pada kala I akibat dari kontraksi uterus
dan pembukaan serviks. Lokasi nyeri ini meliputi bagian segmen abdomen
dan menjalar kedaerah lumbal bagian belakang dan turun sampai dengan
paha.
b) Nyeri somatic bersifat lebih cepat dan tajam menusuk dan lokasi jelas.
Implus nyeri pada kala II ditransmisi melalui S1-S2 saraf spina dan
parasimpatis dari jaringan perinal. Nyeri ini pada akhirnya kala I dan
selama kala II yang merupakan akibat dari penurunan kepala janin yang
menekan jaringan - jaringan maternal dan tarikan perinium dan
Utercocervical selama kontraksi.
c) After pain nyeri selama kala II dimana uterus mengecil, sobek dari hasil
distensi dan laserasi dari serviks, vagina dan jaringan perinal nyeri yang
dirasakan seperti awal kala I dan kala II (Regina, 2011)
d. Faktor - faktor yang mempengaruhi nyeri
Faktor yang mempengaruh nyeri ada 2 macam yaitu faktor nyeri secara umum dan
faktor nyeri dalam persalinan sebagai berikut :
1) Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri sebagai berikut :
a) Arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan
lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis
kelamin, latar belakang sosial, kultural, lingkungan dan pengalaman.
b) Persepsi nyeri merupakan panilaian yang sangat subjektif tepatnya pada
korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor
yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
c) Toleransi nyeri erat dihubungkan dengan adanya intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
adalah alkohol, obat-obatan, hipnosis, gesekan atau garukan, dan pengalihan
perhatian.
d) Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri,
seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. (Hidayat, 2006).
2) Beberapa faktor mempengaruhi nyeri pesalinan adalah
a) Faktor fisiologi nyeri
(1) Pembukaan dan penipisan serviks
(2) Segmen bawah rahim tegang
(3) Ligamen uterus meregang
(4) Periotonium tertarik
(5) Kandung kemih tertekan
(6) Hipoksia
(7) Vagina tertekan
(8) Multi/primpara
b) Faktor Psikologis
(1) Ketakutan
(2) Panik
(3) Harga diri rendah
(4) Marah pada bayi
(5) Takut hamil ganguan aktifitas seksual
c) Faktor persepsi dan toleransi terhadap nyeri
(1) Intensitas persalinan
(2) Kematangan serviks
(3) Posisi janin
(4) Karakteristik panggul
(5) Kelelahan (Regina, 2011)
e. Intensitas nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan
oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran
pasti tentang nyeri itu sendiri. Menurut Smeltzer, S.C & Bare B.G (2002) skala
intensitas nyeri adalah berikut :
1. Skala Intensitas Nyeri Deskritif
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri ringan nyeri sedang Nyeri berat
Nyeri terkontrol dan tidak
(Batbual, 2010)
f. Penatalaksanaanya Nyeri
Pada umumnya untuk mengatasi nyeri selama persalinan digunakan
farmakologi yaitu dengan menggunakan obat-obat yang dapat mengurangi nyeri.
Cara farmokologi adalah dengan pemberian obat-obatan analgesik yang disuntikan,
melalui infus intra vena yaitu syaraf yang menghantarkan nyeri selama persalinan.
Tindakan farmokologi masih menimbulkan pertentangan karena pemberian obat
selama persalinan dapat menembus sawar plasenta, sehingga dapat berefek pada
aktifitas rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi secara langsung
maupun tidak langsung (Bonica, 2002)
Metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi sangat penting karena
tidak membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika
diberikan kontrol nyeri yang kuat, tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat.
Metode nonfarmakologi dibagi menjadi tiga komponen yang saling berinteraksi
sehingga mempengaruhi respon terhadap nyeri menurut Melzack, yaitu strategi
motivasi-efektif (interpretasi setral dari pesan yang berada diotak yang dipengaruhi
oleh perasaan, memori, pengalaman dan kultur seseorang), kognitif-evaluati
(interpretasi dari pesan nyeri yang dipengaruhi oleh pengetahuan, perhatian
seseorang, penggunaan strategi kognitif dan evaluasi kognitif dari situasi) dan
sensori-diskriminatif (pemberian informasi keotak menurut sensasi fisik)(Batbual,
2010)
2. Hipnosis
a. Pengertian Hipnosis
Hipnosis adalah suatu metode komunikasi yang efektif untuk memasukan
informasi atau ide baru ke dalam pikiran bawah sadar seseorang termasuk diri
sendiri (Adiyanto, 2010). Hipnosis adalah metode penanaman sugesti saat otak
telah berada dalam kondisi rileks, tetapi bukan berarti tertidur atau tidak sadar diri
saat praktik (Andriana, 2007).
b. Mekanisme kerja otak
Pikiran sadar dan bawah sadar manusia saling berkomunikasi dan bekerja
dalam waktu bersamaan secara paralel. Dalam sistem kerja pikiran sadar dan
pikiran bawah sadar, ada sebuah ruang dimana sugesti, nasihat, serta program
apapun dapat bekerja efektif. Akan tetapi, hal ini baru biasa terjadi jika area RAS
(reticular activating system) terbuka. RAS terbuka apabila kita sedang mengalami
emosi yang kuat, saat terkejut, serta pada waktu menjelang, dan sesaat setelah
bangun tidur. Pada saat seperti itulah, sugesti yang dimasukan dapat bekerja
efektif.
Riset yang dilakukan terhadap kondisi hypnosis menunjukkan adanya
perubahan pada gelombang otak yang sangat mempengaruhi perilaku manusia.
Manusia memiliki empat jenis gelombang otak, yaitu:
1) Beta, berada diantaRA 24-14/cps/gelombang per detik, kondisi bangun sadar.
Kondisi beta (12-40) adalah keadaan sadar seperti yang kita rasaka sehari-hari.
Dalam kondisi manusia merespon segala yang terjadi berdasarkan pengalaman
yang dialaminya.
2) Alfa, berada diantara 14-7/cps/gelombang per detik, kondisi sadar. Alfa (8-
12Hz) berhubungan dengan kondisi pikiran yang rileks dan santai. Dalam
kondisi alfa, pikiran dapat melihat gambaran mental secara sangat jelas dan
dapat merasakan sensasi dengan lima indera apa yang terjadi atau dilihat dalam
pikiran. Alfa adalah pintu bawah sadar.
3) Theta, berada diantara 7-3,5/cps/gelombang per detik, kondisi sadar. Theta (4-
8Hz) adalah gelombang yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar
(subconsicious mind) ketika kita bermimpi dan terjadi REM (rapid eyes
movement). Pikiran bawah sadar menyimpan memori jangka panjang kita dan
merupakan gudang inspirasi kreaktif.
4) Delta, berada diantara 3,5-0,5/cps/gelombang/ per detik, kondisi tanpa
kesadaran (normal sleep). Delta (4-0,1Hz) merupakan frekuensi pikiran nirsadar
(unconscious mind). Saat kita tertidur lelap, otak hanya menghasilkan
gelombang delta agar kita dapat istirahat dan memulihkan kondisi fisik
(Kuswandi, 2009)
c. Hipnotis dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, masing-masing (Andrian, 2007)
1) Formal Hipnosis yaitu aktivitas hipnotis yang di gambarkan dengan:
melambaikan tangan, mengayunkan pendulum, memandu relaksasi, merupakan
bentuk dari hipnotis formal, atau direchypnosis, terkadang disebut sebagai
genuine hypnosis.
2) Informal hipnosis atau indirecthypnosis biasanya berupa pola komuni kasih
alamiah sehari- hari, tetapi dapat membuat filter seseorang menjadi terbuka.
Teknis hipnotis informal ini biasanya di terapkan dalam kehidupan sehari – hari.
Walaupun mungkin secara tidak didasari, misalnya oleh para penjual handal
yang mampu menggerakkan calon pembeli, dari semula tidak tertarik, menjadi
mempertimbangkan, dan ahkirnya melakukan pembelian. Pada saat ini hipnotis
informal juga mulai di kembangkan dibidang-bidang nontherapeutic, misalkan
hypnosis for selling , hypnosis for parenting, dan lain-lain.
d. Syarat subyek yang dihipnosis secara umum setiap orang yang dihipnotis.
Akan tetapi jika mengacu kepada Informan Hipnosis, maka mereka yang dapat
dihipnotis harus memenuhi 3 persyaratan utama, yaitu:
1) Tidak menolak Filter pikiran
bawah sadar secara otomatis akan tertutup jika seseorang dalam kondisi tidak
nyaman. Oleh karena itu seseorang yang menolak dihipnotis maka tidak akan
dapat dihipnotis. Dengan kata lain Informal Hipnosis membutuhkan kerja sama
yang baik antara Hipnotis dengan pihak yang akan dihipnotis.
2) Dapat Berkomunikasi, hipnosis adalah seni komunikasi. Oleh karena itu jika
seseorang tidak dapat menerima atau memahami komunikasi yang disampaikan
oleh seorang Hipnosist maka tidak akan dapat dihipnosis.
3) Memiliki Kemampuan Fokus. Fokus merupakan komponen utama untuk
membuka filter pikiran bawah sadar. Oleh karena itu bagi seseoarang yang
benar- benar tidak memiliki kemampuan untuk fokus, akan sangat sulit untuk
dihipnotis (Adiyanto, 2010).
e. Proses hipnosis dapat dicapai dalam beberapa tahap yaitu:
1) Pre Induction. Merupakan proses untuk mempersiapkan suatu kondisi yang
bersifat kondusif antara penghipnotis (Hypnosist) dengan orang yang akan
dihipnotis (subyek). Dalam hal ini seorang ahli hypnosis berusaha mengenal
subyek dan memperkenalkan dirinya dengan subyek sehingga tercipta
kedekatan secara mental.
2) Induction (induksi) adalah tehnik untuk membawa subyek berada dalam kondisi
hipnosis atau membawaa subyek untuk berpindah dari Conscious mind ke Sub
Consciousv mind. Secara sederhana, verbal induction adalah suatu rangkaian
sugesti yang dibawa secara persuasif, sehingga membawa subyek berpindah
dari Concious mind ke sub conciousmind yang perlu diperhatikan oleh
penghipnosis adalah teknik dan jenis induksi menyesuaikan tingkat sugestifitas
dari subyek seorang penghipnosis harus terampil dalam memilih tehnik induksi
yang sesuai.
Teknik komunikasi hipnosis diantaranya:
(a) Authotarian yaitu komunikasi bersifat perintah, dan umumnya diterapkan
kepada seorang subyek yang dianggap memiliki kepatuhan tinggi dan
sugestif. Subyek menaruh respek yang tinggi terhadap penghipnosis.
(b) Permissive bersifat ajakan atau pemberdayaan (Empowerment) dan
umumnya diterapkan ketika subyek dianggap sama tinggi dengan
penghipnosis. Teknik ini umumnya di pergunakan dalam hypnoterapi.
3) Deepening, setelah induksi sering kali langsung diikuti oleh suatu panduan
imajinasi untuk membimbing subyek memasuki kedalaman (deepening).
Konsep dasar dari deepening ini adalah membimbing subyek untuk berimajinasi
melakukan suatu kegiatan atau berada suatu tempat yang mudah dirasakan oleh
subyek. Rasa mengalami secara dalam ini akan membimbing subyek memasuki
Trance level lebih dalam
4) Termination adalah suatu tahapan untuk mengkhiri proses hipnosis. Konsep
dasar termination adalah memberikan sugesti atau perintah agar seseorang atau
subyek tidak mengalami kejutan psikologis ketika terbangun dari tidur hipnosis.
Standar dari proses termination adalah membangun sugesti positif yang akan
membuat tubuh seseorang subyek menjadi lebih besar dan rileks, kemudian di
ikuti dengan regresi beberapa detik untuk membawa klien kekondisi normal
kembali. Hipnosis untuk ibu hamil dan Bersalin (Hypnobirthing)
f. Hypnbirthing
Hypnobirthing dicetuskan berdasarkan buku yang ditulis oleh pakar
ginekologi Dr. Grantly Dick-Read, yang mempublikasikan buku Childbirth
Without Fear pada 1944. Terapi hypnobirthing selanjutnya dikembangkan oleh
Marie Mongan, pendiri HypnoBirthing Institute. hypnobirthing berasal dari kata
hypno (hypnos dari bahasa Yunani yang artinya "tidur") dan birthing dari bahasa
Inggris yaitu "proses melahirkan". Hypnobirthing adalah science and art (ilmu
pengetahuan dan keterampilan dengan bahasan secara ilmiah).
Hypnobithing berasal dari kata hypno dan birthing. Hypno dalam bahasa
Yunani berarti tidur sedangkan birthing berarti kelahiran mengartikan hipnosis
sebagai sebuah pengaruh yang alami terhadap konsentrasi relaksasi, dimana
disampaikannya gagasan kepada alam bawah sadar, yang akan mempengaruhi cara
berfikir, apa yang dirasakan dan pilihan yang dibuat. Hypnobirthing adalah metode
yang unik dan merupakan kombinasi terbaik antara proses kelahiran alami dengan
hipnosis yang memberikan alat-alat dan teknik yang dibutuhkan untuk pengalaman
kelahiran bayi yang lebih mudah dan jauh lebih nyaman. Ibu akan mampu untuk
bekerja dengan tubuhnya dan sensasi persalinan dibandingkan berjuang
melawannya (Mongan, 2007).
Jadi setiap ibu hamil dapat belajar dan berlatih agar terampil untuk
meningkatkan ketenangan diri selama hamil dan pada saat melahirkan.
Hypnobirthing merupakan perkembangan dari hipnosis, yang sama sekali bukan
magic seperti anggapan yang berkembang di masyarakat. Banyak orang yang tidak
tahu bahwa hipnosis merupakan bagian dari ilmu kedokteran dan bahkan yang
menemukannya adalah seorang dokter bernama Dr Frans Anton Mesmer
berkebangsaan Austria.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hypnobirthing
merupakan kombinasi antara proses kelahiran alami dengan hipnosis untuk
membangun persepsi positif dan rasa percaya diri serta menurunkan ketakutan,
kecemasan, tegang dan panik sebelum, selama, dan setelah persalinan.
Hypnobirthing merupakan sebuah paradigma baru dalam pengajaran melahirkan
secara alami. Teknik ini mudah dipelajari, melibatkan relaksasi yang mendalam,
pola pernapasan lambat dan petunjuk cara melepaskan endorfin dari dalam tubuh
(relaksan alami tubuh) yang memungkinkan calon ibu menikmati proses kelahiran
yang aman, lembut, cepat.
1) Manfaat Hypnobirthing
Ketenangan diri saat proses persalinan. Emosi dan jiwa tenang memungkinkan
ibu untuk tidak berteriak/mengamuk/menjerit kala menahan sakit akibat
kontraksi. Karena ibu sudah siap secara mental (Lany, 2007).
a) Manfaat Untuk Ibu :
(1) Menghilangkan rasa takut, tegang, dan panik saat bersalin.
(2) Mempersingkat masa proses bersalin, pasca bersalin cepat kembali
pulih.
(3) Ikatan batin ibu terhadap bayi dan suami juga jadi lebih kuat.
(4) Meningkatkan produksi ASI. Kerena Relaksasi meningkatkan
vasikularisasi diseluruh tubuh.
(5) Mengurangi komplikasi medis dalam melahirkan.
b) Manfaat Untuk Janin
(1) Getaran tenang dan damai akan dirasakan oleh janin yang merupakan
dari perkembangan jiwa (SQ).
(2) Pertumbuhan janin lebih sehat karena keadaan tenang akan
memberikan hormon-hormon yang seimbang ke janin lewat plasenta.
c) Manfaat Untuk Suami
Merasa lebih tenang dalam mendampingi proses kelahiran, dan hubungan
suami istri menjadi lebih hangat.
2) Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan teknik hypnobirthing.
Dalam hypnobirthing akan dipelajari teknik-teknik relaksasi dan visualisasi
yang akan membantu ibu selama bersalin dan dengan cepat memulihkan
tingkat energi setelah persalinan. Agar dapat mengkondisi diri sendiri untuk
masuk dengan cepat ke dalam relaksasi dan visualisasi. Berikut hal-hal yang
perlu dipersiapkan untuk melatih teknik Hypnobirthing
a) Waktu
Memilih waktu untuk relaksasi di mana tidak terdapat gangguan.
Menyisihkan waktu yang sama setiap hari. Bisa pagi, siang, atau malam
hari.
b) Tempat
Memilih tempat latihan yang nyaman, tenang, bersuhu sejuk, dan dengan
pencahayaan lembut temaram dan menjadikan tempat itu sebagai tempat
latihan sehari-hari.
c) Alat
Menggunakan kaset dan CD musik atau lagu kesayangan yang memiliki
nada atau irama berulang-ulang, tenang, serta lembut untuk menimbulkan
respon tubuh terbaik.
d) Yang berlatih
Memastikan kandung kemih kosong sehingga tidak perlu bolak-balik ke
toilet dan menggunakan busana yang longgar dan mengenakan kain lembut
untuk menutupi tubuh sehingga akan terasa nyaman.
e) Yang melatih/Terapis
Ibu akan dilatih oleh terapis baik bidan ataupun yang lain yang telah
mendalami ilmu hipnoterapi spesifik pada bidang kehamilan.
f) Posisi Relaksasi
Memilih posisi yang dianggap paling nyaman dengan mencoba sesantai
mungkin. Bisa dalam posisi duduk atau berbaring sambil memejamkan
mata. (Morgan, 2007, Andriana, 2007).
(1) Posisi berbaring terlentang
Beberapa hal yang dapat membantu untuk menyamankan posisi
berbaring terlentang
Gambar 2.1 Posisi Berbaring Terlentang
Sumber: Hypnobirthing The Mongan Method
(2) Posisi menyamping
Posisi menyamping (lateral) terutama dipilih oleh ibu hamil saat
menjalani persalinan tahap akhir dan sering kali untuk mengeluarkan
bayi mereka. Ini juga merupakan posisi tidur bagi ibu yang sedang
hamil.
Gambar 2.2 Posisi Menyamping
g) Empat langkah sebelum latihan hypnobirthing:
(1) Memutar kepala dengan posisi miring ke atas bahu sebanyak 8 kali
hitungan. Meletakkan jari-jemari kiri dan kanan di atas bahu, lalu
memutar ke belakang sebanyak 8 kali dan ke depan 8 kali.
(2) Untuk merelaksasi otot, berbaring santai. Meluruskan lengan kanan dan
kiri sejajar tubuh. memposisikan telapak kanan menghadap ke atas.
Menegangkan telapak kaki hingga merambat ke betis, paha, pinggul,
dan dada. Menarik pundak ditarik ke atas dan kedua telapak tangan
dikepal kuat-kuat. Mengerutkan dahi, tarik lidah ke arah langit-langit.
(3) Selanjutnya relaksasi pernapasan. Ketika berbaring, napas akan
terdorong ke arah perut. Menarik napas panjang lewat hidung sambil
hitung sampai 10. Menghembuskan perlahan-lahan lewat mulut.
Lakukan 10 kali.
(4) Merelaksasi pikiran. Memejamkan mata sejenak lalu buka perlahan-
lahan sambil memandang ke satu titik yang tepat di atas mata, makin
lama kelopak mata makin relaks, berkedip, dan pada hitungan ke-5,
mata akan menutup. Ketika kondisi sudah nyaman, masukkan pikiran
positif yang akan terekam dalam alam bawah sadar. Contoh program
positif, “Saya dan janin di dalam kandungan akan tumbuh sehat. Dan
saat persalinan akan menghadapinya dengan tenang.”
h) Teknik Dasar HypnoBirthing, Hypnobirthing akan mengajarkan teknik-
teknik yang dibutuhkan untuk membantu ibu tetap tenang dan bahagia
selama kehamilan dan untuk menciptakan kegembiraan, hal-hal positif
tentang kelahiran, dan membuat suatu perbedaan besar terhadap kesehatan
emosi dan fisik bayi. Ada empat teknik dasar hypnobirthing, yaitu
pernapasan, relaksasi, visualisasi, dan pendalaman. Setiap teknik memiliki
beberapa alternatif di mana dapat dipilih salah satunya atau lebih yang
dianggap paling efektif dan paling disukai. Belajar menggunakan keempat
teknik ini, sehingga keempatnya menjadi sebuah kebiasaan, dan akan
membantu mempersiapkan tubuh dan pikiran bagi proses persalinan.
Teknik ini dapat dipelajari di kelas hypnoBirthing, dan melalui kaset atau
CD yang diberikan oleh instruktur sehingga dapat berlatih setiap hari di
rumah. Pendamping persalinan juga akan mendapatkan naskah untuk
digunakan saat ibu dan pendamping persalinan berlatih bersama dua atau
tiga kali seminggu (Morgan, 2007, pp.86-88).
(1) Teknik Pernapasan
(a) Pernapasan tidur mudah dikuasai, dapat digunakan secara teratur di
kelas ibu hamil dan sewaktu berlatih di rumah. Akan dirasakan
bahwa relaksasi datang lebih mudah dan lebih cepat setiap kali
melakukannya. Setelah beberapa kali dilakukan, tubuh akan
terbawa ke dalam keadaan relaksasi sebagai persiapan bagi upaya
pendalaman selanjutnya.
(b) Pernapasan lambat terdiri dari penghirupan udara secara perlahan,
tenang, dan lama dari perut yang mengarahkan kembali fokus pada
apa yang sedang terjadi di sekitar bayi dan membantu menghadapi
setiap kontraksi rahim. Teknik ini akan dibutuhkan selama
persalinan untuk mengimbangi setiap kontraksi rahim. Saat
berkontraksi, rahim akan terangkat. Pernapasan lambat membantu
ibu untuk bekerja sama dengan gerakan ke atas rahim sewaktu
menghirup hingga perut naik setinggi mungkin, seperti mengisi
balon di dalam perut. Hal ini memaksimalkan gelombang otot-otot
vertikal, menyebabkan otot-otot ini bekerja lebih efisien dalam
menarik ke atas otot-otot melingkar di bagian bawah, serta
menipiskan dan membuka leher rahim. Bantuan yang diberikan
kepada kedua kelompok otot ini akan memperpendek durasi
gelombang, serta durasi persalinan.
(c) Pernapasan Persalinan digunakan saat mengembuskan bayi agar
keluar pada fase persalinan. Bernapas ini ditujukan untuk
membantu Refleks Mendorong Alami (Natural Expulsive
Reflex/NER) dari tubuh untuk secara lembut menggerakkan bayi
ke arah luar.
(2) Teknik Relaksasi
(a) Relaksasi Progresif
Bayangkan setiap bagian tubuh, dari ubun-ubun hingga ujung kaki,
diberi angka yang sesuai dengan ilustrasi berikut.
Gambar 2.3 : Relaksasi Progresif
Sumber: Hypnobirthing The Mongan Method
3. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR, 2008).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu dalam buku Harianto ( 2010) dan Yanti (2009).
Didefinisiskan sebagai suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Partus normal
/ partus biasa adalah proses bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala
/ ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai
ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24
jam (Prima, 2010). Sedangkan Partus abnormal adalah persalinan pervagina
dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan seksio sesaria (Muctar,
2006).
b. Tanda – tanda sebelum persalinan
Sebelum persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelum wanita memasuki
“bulan”atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor).
Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Lightening atau settling atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fudus uteri turun
3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polaksuri) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit diperut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah
dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor pain”
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah biasa
bercampur darah (bloody show) (Muctar, 2007).
c. Sebab-sebab mulainya persalinan
Beberapa sebab mulainya persalinan yaitu sebagai berikut
1) Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasai otot-otot rahim sebaiknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his
2) Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.
3) Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya
teregangan oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya
kehamilan makin teregangan otot-otot rahim makin renta.
4) Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan
oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5) Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan (Yanti, 2009)
d. Tanda-tanda persalinan
Tanda – tanda persalinan merupakan seseorang ibu bersalin memasuki persalinan,
tanda – tanda tersebut meliputi :
1) His persalinan
Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat-sifat sebagai
berikut :
a) Nyeri Melingkar dari punggung memancar ke perut depan.
b) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya
c) Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
d) Mempunyai pengaruh pada pembukaan cerviks
2) Bloody show ( Lendir disertai darah dari jalan lahir )
Dengan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan
sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput
janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capiler darah
terputus.
3) Premature Rupture of membrane adalah keluarnya cairan banyak dengan
sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau
selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau
hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang
lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil,
malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun
demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban
keluar (Yanti, 2009)
e. Faktor yang mempengaruhi persalinan
1) Power (Tenaga atau Kekuatan) adalah kekuatan yang mendorong janin keluar.
Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi
otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligman, dengan kerjasama
yang baik dan sempurna.
His (kontraksi uterus) adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat : kontraksi simestris,
fundus dominan, kemudian diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim
mengucup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih
kecil mendorong janin dan kantong amnion kearah bawah rahim dan serviks.
Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal-hal yang harus diperhatikan
dari his adalah :
a) Frekuensi his : jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau per
10 menit
b) Intensitas his : kekuatan his ( adekuat atau lemah )
c) Durasi (lama his) : lama setiap his berlangsung dan ditentukan dengan detik
misalnya 50 detik
d) Interval his : jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang
tiap 2-3 menit
e) Datangnya his : apakah sering, teratur atau tidak (Yanti, 2009)
2) Passage (Jalan Lahir). Keadaan jalan lahir baik jalan lahir lunak terdiri dari
otot-otot, jaringan-jaringan, ligament-ligament dan jalan lahir keras terdiri dari
tulang-tulang panggul (rangka panggul)
3) Passanger (Janin). Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah
faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian
terbawah, dan posisi janin.
a) Sikap (Habitus), menunjukan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu
janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap
fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi,
lengan bersilang di dada.
b) Letak (Situs) adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu
misalnya letak lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu.
Letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak
kepala atau letak sungsang.
c) Presentasi, dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada dibagian bawah
rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya
presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan lain-lain.
d) Bagian Terbawah Janin sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas
istilahnya.
e) Posisi Janin
4) Perubahan Psikologis yang sering dialami oleh ibu bersalin meliputi persepsi
terhadap rasa sakit, takut dan cemas, kepribadian, kelelahan, pengharapan.
f. Kala dalam persalinan
Dalam persalinan dapat dibagi menjadi 4 kala (stages) sebagai berikut:
1) Kala I : mulai dari his teratur sampai pembukaan lengkap. Dimulai pada waktu
serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama,
makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-
lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Berakhir pada waktu
pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks
tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat
akhir kala I. Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
a) Fase laten :
(1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara lengkap.
(2) Berlangsung hingga serviks membuka sampai 3cm
(3) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
(4) Kontrasi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-30 detik
b) Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
(1) Fase akselerasi ( fase cepat ), pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang
dicapai 2 jam.
(2) Fase dilatasi maksimal, pembukaan 4 cm sampai 9 cm dicapai sekitar 2
jam.
(3) Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10
cm) selama 2 jam (Yanti, 2009, p.6).
2) Kala II : mulai dari pembukaan lengkap sampai keluarnya janin
Dalam kala II terdapat tanda – tanda yaitu :
a) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik, datangnya tiap 2
– 3 menit.
b) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan
kekuningan – kekuningan sekoyong – konyong dan banyak.
c) Pasien mulai mengejan.
d) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah samapai dasar
panggul, perineum menonjol, dan rektum terbuka.
e) Lama kala II pada primi 50 menit pada multi 20 menit.
B. KERANGKA TEORI
Tabel 2.1 Kerangka teori
Sumber : Modifikasi Yanti (2009) dan Adiyanto (2010)
: Yang tidak diteliti
: Yang diteliti
Faktor yang
mempengaruhi
persalinan :
1. 1. Janin
2. 2. Jalan Lahir
3. 3. Tenaga
4. 4. Psikologis
Proses
Persalinan
1. Kala I
2. Kala II
3. Kala III
4. Kala IV
Mengurangi
rasa nyeri
proses
persalinan
Faktor yang
mempengaruhi nyeri
persalinan :
1. Fisiologi
2. Psikologi
3. Persepsi dan toleransi
4. Reaksi nyari
Intensitas nyeri
1. Kala I
Pendekatan
nonfarmakologi :
1. Posisi dan perubah
ibu
2. Pijatan (Massage)
3. Tekan (Pressure)
4. Distraksi
5.
Hipnosis diri
C. KERANGKA KONSEP
Tabel 2.2 Kerangka konsep
D. HIPOTESIS
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis
ini dirumuskan dalam bentuk hubungan variabel, variabel bebas dan variabel terikat.
Pengaruh hipnosis terhadap intensitas nyeri kala I pada persalinan normal ibu multipara
di BPM M dan N Grobogan.
Ha : Ada pengaruh hipnosis intensitas nyeri dan lama kala I pada persalinan normal ibu
multipara.
Variabel independen :
Hipnosis
Variabel Dependen
Nyeri dalam persalinan
Variabel kontrol :
Multipara