Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. LANDASAN PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu berguna sabagai rujukan atau referensi, atau sebagai

bahan untuk membantu penulis dalam proses penyusunan penelitian ini. Beberapa

penelitian terdahulu yang digunakan untuk membantu proses penyusunan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Nama Peneliti, Variabel Penelitian, dan Alat Analisis

Peneliti dan

Tahun Penelitian Variabel Penelitian Alat Analisis

Syahrina Syam

(2015)

Upah, Pertumbuhan Penduduk, dan

Tingkat Pengangguran

Analisis Regresi

Linear Berganda.

Moch Heru

Anggoro (2015)

Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan

Angkatan Kerja, dan Tingkat

Pengangguran

Analisis Regresi

Linear Berganda.

Aditya Barry

Kurniawan (2014)

Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, Upah

Minimum, dan Pengangguran.

Analisis Regresi

Linier Berganda.

Muhammad

Nurcholis (2014)

Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum,

Indeks Pembangunan Manusia, dan

Tingkat Pengangguran.

Analisis Regresi

Data Panel.

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

8

Hasil penelitian Syam (2015), menunjukkan bahwa secara simultan variabel

upah dan pertumbuhan penduduk berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengangguran dengan pengujian secara parsial menunjukkan bahwa upah dan

pertumbuhan penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pengangguran di Kota Makassar.

Penelitian Anggoro (2015), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran

di Kota Surabaya yang berbanding terbalik atau berlawanan. Sedangkan variabel

pertumbuhan angkatan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengangguran di Kota Surabaya. Sementara kedua variabel independen, yakni

pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan angkatan kerja secara bersama-sama

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran di

kota Surabaya.

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2014), menghasilkan bahwa

pertumbuhan ekonomi, upah, minimum, investasi mempunyai pengaruh terhadap

jumlah pengangguran di Kabupaten Gresik. Hal tersebut dapat dibuktikan pada

tingkat kepercayaan 95%, semua variabel bebas yakni pertumbuhan ekonomi,

upah minimum, dan investasi secara simultan mempunyai pengaruh signifikan

terhadap jumlah pengangguran Kabupaten Gresik.

Hasil penelitian Nurcholis (2014) menunjukkan bahwa, pertumbuhan

ekonomi, upah minimum dan indeks pembangunan manusia berpengaruh

signifikan terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur. Variabel pertumbuhan

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

9

ekonomi, dan upah minimum berpengaruh negatif, sedangkan indeks

pembangunan manusia berpengaruh positif. Sedangkan pengujian F hitung,

pertumbuhan ekonomi, upah minimum, dan indeks pembangunan manusia

berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian sekarang dengan

penelitian terdahulu. Persamaannya yaitu, adanya kesamaan dalam menggunakan

variabel pertumbuhan ekonomi dan upah minimum sebagai variabel independen

dan tingkat pengangguran sebagai variabel dependen. Perbedaannya adalah

peneliti sekarang tidak menggunakan variabel pertumbuhan penduduk,

pertumbuhan angkatan kerja, investasi, dan indeks pembangunan manusia, serta

lokasi penelitian sekarang di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2011 sampai

dengan 2015.

B. LANDASAN TEORI

1. Pertumbuhan Ekonomi dalam Pasar Tenaga Kerja

Menurut Sukirno (2004), pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan pada

suatu perekonomian yang menyebabkan barang atau jasa yang diproduksi pada

masyarakat bertambah dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Dalam hal ini,

untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu adanya

perhitungan pendapatan riil menurut harga tetap, yaitu pada harga-harga yang

berlaku di tahun dasar yang dipilih. Jadi, pertumbuhan ekonomi mengukur

prestasi dari perkembangan pada suatu perekonomian, karena itu konsep yang

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

10

sesuai dengan pertumbuhan ekonomi adalah GDP dengan harga konstan. GDP

adalah nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam suatu daerah dalam satu

tahun tertentu (Sukirno, 1994). Menurut Mankiw (2003), untuk mengukur

pertumbuhan ekonomi, para ekonomi menggunakan data produk domestik bruto

(GDP), yang mengukur output barang dan jasa total suatu wilayah dan pendapatan

total setiap orang dalam suatu perekonomian.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Pertumbuhan Ricardian

Model pertumbuhan Ricardian (Ricardian Growth), adalah model

teoritis yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan oleh

David Ricardo, Thomas Malthus, dan Adam Smith di akhir abad 18. Model

klasik ini mempunyai dua unsur penting, yaitu:

1) Sumber daya alam dianggap sebagai hal utama untuk pertumbuhan.

2) Populasi meningkat secara endogen dengan output. Jika output

tumbuh, populasi juga akan mengkat sampai rata-rata konsumsi turun

pada tingkat substiten.

Impilikasi pertama dari model pertumbuhan klasik adalah bahwa dari

waktu ke waktu, ekspansi output melambat karena produktivitas marjinal

yang menurun dari tenaga kerja pada lahan tersebut. Semakin banyak tenaga

kerja yang dipekerjakan, maka tambahan output akan terus meningkat

hingga mencapai tinggat subsistensi. Dan pada akhirnya keuntungan juga

tertekan, dengan demikian investasi berhenti (Mahyuddin, 2006).

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

11

Model Lewis (1954), percaya bahwa sebagian besar negara-negara

berkembang memiliki banyak tenaga kerja yang setengah menganggur

dengan tingkat upah sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Tenaga kerja tersebut dapat di tempatkan untuk bekerja dalam sektor baru

yang dinamis untuk menghasilkan pertumbuhan. Lewis mencatat bahwa

sektor pertanian mempunyai banyak surplus tenaga kerja seperti itu. Ketika

pekerja marginal ditransfer dari pertanian ke sektor industri yang lebih

produktif, output agregat mengalami keloncatan peningkatan.

Model Lewis menyiratkan adanya akumulasi modal terus menerus,

paling tidak sampai surplus tenaga kerja dihabiskan. Sepanjang tingkat upah

tetap rendah, ratio modal/tenaga kerja yang digunakan di dalam industri

juga tetap konstan. Jadi, tingkat pengembalian atas modal tetap tinggi,

sehingga memberi harapan investasi terus berlanjut.

b. Model Harrod-Domar

Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua

ekonom sesudah Keynes, yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod.

Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu

proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti

barang-barang modal yang rusak. Namun demikian, untuk menumbuhakan

perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai

tambahan stock modal. Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah

rasio modal-output. Pada teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh,

perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

12

tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian di

investasikan, maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh

(Lincolyn, 2004).

c. Model Solow-Swan

Menurut teori Sollow-Swan, terdapat empat anggapan dasar dalam

menjelaskan pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1) Laju pertumbuhan tenaga kerja.

2) Fungsi produksi Q = f (K,L) berlaku bagi setiap periode (K=Kapita;,

L=Labour).

3) Adanya kecenderungan menabung di masyarakat.

4) Semua tabungan masyarakat diinvestasikan.

d. Teori Hukum Okun

Menurut Mankiw (2006), hukum okun adalah relasi negatif antara

pengangguranh dan pertumbuhan ekonomi. Hukum okun merupakan

pengingat bahwa faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan siklus bisnis

pada jangka pendek sangat berbeda dengan faktor-faktor yang membentuk

pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hukum okun merupakan hubungan

negatif antara pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi, yang mengacu

pada penurunan dalam pengangguran sebesar 1 persen.

3. Teori Upah dalam Pasar Tenaga Kerja

Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena

tingkat kebutuhan hidup di setiap provinsi berbeda. Misalnya, di Provinsi

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

13

Kalimantan Barat penetapan upah minimum menggunakan sistem Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK). Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah upah yang

berlaku di daerah Kabupaten/Kota. Penetapan UMK dilakukan oleh Gubernur,

yang penetapannya harus lebih besar dari Upah Minimum Provinsi. Penetapan

UMK dilakukan setiap 1 tahun sekali dan ditetapkan selambat-lambatnya 40 hari

sebelum tanggal berlakunya yaitu tanggal 1 januari periode yang sama

(Mahyuddin, 2006).

Menurut Mankiw (2003), pengangguran friksional selalu terjadi pada

perekonomian yang selalu berubah. Ketika terjadi perubahan pada komponen

permintaan masyarakat maka akan berdampak pada perubahan struktur produksi

(pergeseran sektoral) pula sehingga mempengaruhi permintaan tenaga kerja.

Pergeseran sektoral ini memiliki ciri-ciri bahwa ada sektor produksi lama yang

mengalami kemunduran dan kebangkrutan, tetapi ada pula sektor produksi baru

yang muncul dan berkembang. Pada kondisi ini, maka selalu ada pemutusan

hubungan kerja dan ada pula lowongan kerja baru, karena informasi tidak

sempurna sehingga pencari kerja selalu membutuhkan waktu untuk menemukan

pekerjaan yang sesuai, karena pengangguran friksional selalu terjadi.

Alasan kedua untuk pengangguran menurut Mankiw (2003) adalah karena

kekakuan upah, yaitu gagalnya upah melakukan penyesuaian sampai penawaran

tenaga kerja sama dengan permintaannya. Upah tidak selalu fleksibel

menyeimbangkan penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ketika upah riil berada

di atas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan, jumlah tenaga

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

14

kerja yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta sehingga terjadi

pengangguran.

a. Teori Neoklasik Model Dual Economy

Model dual economy mangasumsikan perekonomian (pasar tenaga

kerja) tersegmentasi menjadi sektor formal dan sektor informal. Penetapan

upah minimum akan mengurangi permintaan tenaga kerja di sektor formal

(atau dalam model yang dinamis akan mengurangi tingkat penciptaan

lapangan pekerjaan) (Sumarsono, 2003). Hal ini terjadi karena, dalam dalam

model ini melihat dari sudut pandang perusahaan atau kemampuan

perusahaan. Artinya ketika upah naik, perusahaan akan lebih selektif lagi

dalam memilih tenaga kerja yang lebih berkualitas dan tingkat

produktivitasnya tinggi, hal tersebut dilakukan agar biaya produksi yang

dikeluarkan tidak terlalu besar, sehingga yang dilakukan perusahaan adalah

melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap tenaga kerja yang

sekiranya kurang dalam segi kualitas dan produktivitas, ini juga akan

menyebabkan daya saing dalam memperoleh pekerjaan akan tinggi artinya

untuk mendapatkan pekerjaan sangatlah sulit sehingga dapat disimpulkan

ketika upah naik maka kesempatan kerja akan turun.

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 13 tahun 2012 faktor

faktor yang dipertimbangankan dalam penetapan upah minimum adalah :

1) Nilai Kebutuhan Kehidupan Layak (KHL)

2) Produktifitas makro (perbandingan jumlah Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) dengan jumlah tenaga kerja di periode yang sama)

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

15

3) Pertumbuhan Ekonomi (Nilai PDRB)

4) Kondisi pasar tenaga kerja (perbandingan jumlah kesempatan kerja

dengan jumlah pencari kerja di daerah tertentu pada periode yang

sama)

5) Kondisi usaha yang tidak mampu (marginal), ditunjukan oleh

perkembangaan keberadaan jumlah usaha marginal di daerah tertentu

pada periode yang sama.

Penetapan upah minimum dihitung didasarkan pada Kebutuhan Fisik

Minimum (KFM), Kemudian terjadi perubahan penghitungan didasarkan

pada Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Perubahan itu disebabkan tidak

sesuainya lagi penetapan upah berdasarkan kebutuhan fisik minimum,

sehingga timbul perubahan yang disebut dengan KHM, tetapi penetapan

upah minimum berdasarkan KHM mendapat koreksi cukup besar dari

pekerja yang beranggapan, terjadi implikasi pada rendahnya daya beli dan

kesejahteraan masyarakat terutama pada pekerja tingkat level bawah.

Beberapa pendekatan dan penjelasan langsung terhadap pekerja, penetapan

upah minimum berdasarkan KHM dapat berjalan dan diterima pihak pekerja

dan pengusaha (Mahyuddin, 2006).

b. Teori Kekakuan Upah

Teori kekakuan upah merupakan kegagalan penyesuaian tingkat upah

terhadap tingkat harga, penurunan harga yang tidak terduga tersebut

meninggalkan beberapa perusahaan yang mengenakan biaya yang lebih

tinggi dari yang diharapkan, sehingga perusahaan menurunkan penjualan

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

16

dan mendorong perusahaan untuk mengurangi jumlah barang atau jasa yang

ditawarkan. Apabila upah minimum meningkat, maka biaya produksi yang

dikeluarkan oleh perusahaan akan meningkat, sehingga kebijakan yang

diambil adalah pengurangan tenaga kerja yang betujuan untuk mengurangi

biaya produksi, yang berdampak pada terjadinya PHK dan akan menambah

pengangguran. Berikut penyebab kekakuan upah, yaitu:

1) Undang-undang upah minimum

Ketika pemerintah mempertahankan upah dengan tujuan tidak

tercapainya tingkat equilibrium, hal itu dapat menimbulkan kekakuan upah.

Undang-undang upah minimum menetapkan tingkat upah minimum yang

harus dibayar oleh perusahaan kepada karyawannya. Bagi sebagian besar

pekerja, terutama yang tidak terdidik dan kurang berpengalaman, upah

minimum meningkatkan upah mereka di atas tingkat equilibriumnya. Oleh

sebab itu, upah minimum mengurangi sejumlah tenaga kerja yang diminta

oleh perusahaan.

2) Serikat Pekerja dan Posisi Tawar-Menawar Kolektif

Penyebab kekakuan upah yang kedua adalah kekakuan monopoli

serikat kerja. Serikat pekerja juga dapat mengurangi upah yang akan

dibayar. Upah yang akan diberikan bertambah, demikian pula sebaliknya.

3) Upah Efisiensi

Teori upah efisiensi menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat

para pekerja semakin produktif. Pengaruh upah terhadap efisiensi pekerja

dapat dijelaskan dari kegagalan perusahaan untuk menurunkan upah

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

17

meskipun terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja yang dan akan

mengurangi tagihan upah perusahaan, pengurangan upah tersebut akan

memperendah produktifitas dan laba perusahaan.

4. Pengertian Pengangguran

Secara umum, pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang

tergolong dalam angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan atau dalam proses

mencari pekerjaan. Pengangguran adalah angka yang menunjukkan jumlah

angkatan kerja yang sedang aktif untuk mencari pekerjaan (Sukirno, 2008).

Dalam standar pengertian internasional, pengangguran adalah seseorang

yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang sedang aktif mencari

pekerjaan dengan tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan

yang diinginkan. Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang

mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan masalah yang sangat

sulit untuk diatasi. Kehilangan pekerjaan artinya menurunkan standar kehidupan

dan tekanan psikologis. Tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik

yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politisi sering

mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan

lapangan kerja (Mankiw, 2003).

Menurut Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan di mana

seseorang yang termasuk dalam angkatan kerja ingin memperoleh pekerjaan akan

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

18

tetapi belum mandapatkannya. Faktor yang paling utama sebagai penyebab

pengangguran adalah kurangnya pengeluaran agregat yang dilakukan dalam

perekonomian. Semakin besar pengeluaran agregat yang dilakukan, maka semakin

tinggi pula tingkat kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja yang dicapai. Seorang

pengusaha memproduksi barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan, tetapi keuntungan tersebut akan diperoleh jika pengusaha dapat

menjual barang atau jasa yang mereka produksi. Semakin besar permintaan,

semakin besar pula barang atau jasa yang mereka wujudkan. Kenaikan produksi

yang dilakukan tersebut akan menambah penggunaan tenaga kerja yang

berpengaruh terhadap kurangnya jumlah pengangguran.

Menurut Sukirno (2000), dalam suatu perekonomian modern, pengangguran

terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Pengangguuran Normal, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh

keinginan seseorang untuk mencari pekerjaan yang lebih baik atau lebih

sesuai dengan keinginan mereka.

b. Pengangguran Struktural, yaitu perkembangan suatu perekonomian akan

menimbulkan perubahan-perubahan yang tidak selalu baik yang akan

berakibat pada penggunaan tenaga kerja.

c. Pengangguran Kongjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh

kemerosotan kegiatan ekonomi. Hal ini disebabkan akibat kemerosotan

dalam pengeluaran atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu

perekonomian tersebut.

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

19

Gambar 1. Penduduk, Angkatan Kerja dan Pengangguran

Keterangan:

Total Penduduk : Jumlah keseluruhan penduduk Kalimantan Barat

Usia Kerja : Penduduk berumur 15 tahun atau lebih

Bukan Usia Kerja : Penduduk berumur 0-14 tahun

Angkatan Kerja : Penduduk usia kerja 15 tahun ke atas yang bekerja dan

pengangguran.

Bukan Angkatan Kerja: Penduduk usia 15 tahun ke atas yang masih

mengurusRumah Tangga.

PENDUDUK

TENAGA

KERJA BUKAN TENAGA KERJA

BUKAN

ANGKATAN KERJA ANGKATAN KERJA

ANAK SEKOLAH PENSIUNAN PENGANGGURAN PEKERJA

IBU RUMAH TANGGA

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

20

5. Teori Pengangguran dalam Pasar Tenaga Kerja

Keseimbangan pasar tenaga kerja mencerminkan adanya kesesuaian antara

penawaran tenaga kerja (labor supply) dengan permintaan tenaga kerja (labor

demand). Dinamika pasar tenaga kerja ditentukan oleh perubahan-perubahan yang

terjadi pada kedua sisi dari pasar tenaga kerja tersebut. Sacara umum, pasar tenaga

kerja dapat dipengaruhi oleh tingkat upah, pertumbuhan penduduk atau angkatan

kerja, migrasi, inflasi, pendapatan masyarakat (PDB/PDRB), pertumbuhan

ekonomi, dan sebagainya (Mahyuddin, 2006). Berikut ini adalah Uraian teori dari

berbagai komponen pada pasar tenaga kerja, yaitu:

a. Penawaran Tenaga Kerja

Pengaruh tingkat upah terhadap penawaran tenaga kerja ditentukan

oleh pengaruh efek pendapatan (income effect) dan efek subtitusi

(subtitution effect). Menurut McConnell dan Brue, (1995), jika efek

pendapatan positif terhadap upah dan lebih kecil dari kekuatan efek subtitusi

yang negatif, maka efek total akan menjadi negatif yang artinya bahwa

pekerja akan mengurangi konsumsi waktu luang dan menambah waktu jam

kerjanya sehingga kurva penawaran akan memiliki kemiringan positif.

Sebaliknya jika efek total positif maka akan terjadi penurunan pada kurva

penawaran tenaga kerja yang artinya bahwa pekerja akan mengurangi

kerjanya dengan peningkatan upah.

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

21

Gambar 2 Kurva Penawaran Tenaga Kerja

b. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja didasarkan pada permintaan produsen

(pengusaha) terhadap input tenaga kerja sebagai salah satu input dalam

proses produksi. Untuk memproduksi suatu barang, maka produsen

mempekerjakan seseorang untuk menghasilkan barang dan jasa untuk dijual

kepada konsumen. Jika permintaan konsumen terhadap suatu barang atau

jasa meningkat, maka pengusaha akan meningkatkan produksinya melalui

penambahan input, termasuk input tenaga kerja sehingga mengurangi

pengangguran, selama manfaat dari penambahan produksi tersbeut lebih

tinggi dari tambahan biaya karena penambahan input. Oleh karena itu,

permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan dari konsumen

(Mahyuddin, 2006).

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

22

Gambar 3. Kurva Permintaan Tenaga Kerja

c. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Keseimbangan pasar tenaga kerja adalah suatu kondisi yang

menggambarkan adanya kesesuaian antara permintaan dan penawaran

tenaga kerja. Kondisi keseimbangan dalam pasar tenaga kerja, memiliki

makna yang sangat berarti dalam suatu perekonomian, karena kondisi

tersebut mencirikan tidak adanya faktor produksi tenaga kerja yang

menganggur. Akan tetapi, pengangguran senantiasa wujud dalam

perekonomian, hal ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja sulit untuk

mecapai keseimbangan atau terjadi kegagalan pasar tenaga kerja. Kegagalan

pasar tenaga kerja menuju titik keseimbangan ditentukan oleh banyak

faktor. Di antaranya karena sektor-sektor produksi memiliki permintaan

tenaga kerja yang rendah, sementara penawaran tenaga kerja selalu

bertambah. Faktor lain penyebab kegagalan pasar tenaga kerja adalah tidak

seimbangnya spesifikasi tenaga kerja yang diinginkan oleh suatu perusahaan

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

23

dengan karakteristik tenaga kerja yang tersedia, seperti perbedaan

keterampilan, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya (Mahyuddin, 2006).

Gambar 4. Kurva Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Pada gambar 2.4 menunjukkan bahwa keseimbangan pasar tenaga

kerja tercapai pada jumlah tenaga kerja yang akan ditawarkan oleh individu

sama dengan besarnya yang diminta oleh pengusaha, yaitu pada tingkat

upah ( ) penawaran tenaga kerja lebih tinggi dari jumlah upah ( ). Pada

tingkat upah tertinggi ( ), penawaran tenaga kerja lebih tinggi dari jumlah

yang diminta. Perbedaan dari jumlah penawaran tenaga kerja dan

permintaan tenaga kerja ini merupakan kelompok tenaga kerja yang mencari

kerja (menganggur) dari angkatan kerja (L), selebihnya adalah kelompok

tenaga kerja yang terserap dalam pasar tenaga kerja. Semakin besar angka

pengangguran, maka semakin ketat persaingan di antara mereka untuk

mendapatkan lowongan kerja yang tersedia sehingga dapat mendorong upah

akan turun ke arah titik keseimbangan. Fenomena di mana banyaknya

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

24

pencari kerja bersedia bekerja meskipun tingkat upah yang rendah akan

mendorong semakin banyaknya pengangguran terselubung (Nicholson,

1998 & Kasliwal, 1995).

Beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang teori-teori

pengangguran di suatu daerah, yaitu:

1) Teori Klasik

Teori Klasik menjelaskan pandangan bahwa pengangguran dapat

dicegah melalui sisi penawaran dan mekanisme harga di pasar bebas agar

dapat menjamin adanya permintaan yang akan menyerap semua penawaran.

Menurut pandangan klasik, pengangguran terjadi karena mis-alokasi

sumber daya yang bersifat sementara karena dapat diatasi dengan

mekanisme harga. Jadi dalam teori klasik, apabila terjadi kelebihan

penawaran tenaga kerja, maka upah akan turun dan hal tersebut

mengakibatkan produksi perusahaan menjadi turun. Sehingga permintaan

akan tenaga kerja akan terus meningkat karena perusahaan mampu

melakukan perluasan produksi akibat keuntungan yang diperoleh dari

rendahnya biaya. Peningkatan tenaga kerja selanjutnya mampu menyerap

kelebihan tenaga kerja yang di pasar, apabila harga relatif stabil (Tohar,

2000).

2) Teori Keynes

Untuk menanggapi masalah pengangguran, Teori Keynes mengatakan

hal yang berlawanan dengan Teori Klasik. Menurut Teori Keynes, masalah

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

25

pengangguran terjadi akibat permintaan agregat yang rendah. Sehingga

terhambatnya pertumbuhan ekonomi bukan disebabkan oleh rendahnya

produksi, akan tetapi rendahnya konsumsi. Menurut Keynes, hal ini dapat

dilimpahkan pada mekanisme pasar bebas. Ketika tenaga kerja meningkat,

upah akan turun hal ini akan mengakibatkan kerugian, karena penurunan

upah berarti menurunkan daya beli masyarakat terhadap barang atau jasa,

sehingga produsen akan mengalami kerugian dan tidak dapat menyerap

tenaga kerja.

Keynes menganjurkan adanya campur tangan pemerintah dalam

mempertahankan tingkat permintaan agregat agar sektor pariwisata dapat

menciptakan lapangan pekerjaan. Pemerintah hanya bertugas untuk menjaga

tingkat permintaan agregat, sementara yang menyediakan lapangan kerja

adalah sektor wisata, dengan tujuan untuk mempertahankan pendapatan

masyarakat agar daya beli masyarakat dapat terjaga. Sehingga tidak

menambah resesi serta diharapkan mampu untuk mengatasi pengangguran

akibat resesi (Soesastro, dkk, 2015).

3) Teori Kependudukan dari Malthus

Teori Malthus menjelaskan bahwa pertumbuhan penduduk cenderung

melampaui pertumbuhan persediaan makanan. Menurut Malthus, kualitas

manusia akan terjerumus ke dalam kemiskinan dan kelaparan. Dalam waktu

jangka panjang, kemajuan teknologi tidak ada yang mampu untuk

mengalihkan keadaan karena kenaikan supply makanan terbatas, sedangkan

pertumbuhan penduduk terus bertambah dan bumi tidak mampu

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

26

menyediakan makanan untuk kelangsungan hidup manusia. Hal ini

menimbulkan penduduk akan saling bersaing dalam menjamin

kelangsungan hidupnya dengan cara mencari sumber makanan, dengan

adanya persaingan ini maka akan ada sebagian penduduk yang tersisih serta

tidak mampu untuk memperoleh bahan makanan atau kebutuhan hidup.

Pada masyarakat modern, semakin banyaknya jumlah penduduk akan

menghasilkan tenaga kerja yang semakin banyak, tetapi hal tersebut tidak

diimbangi dengan adanya kesempatan kerja yang ada. Jika jumlah

kesempatan kerja sedikit, maka penduduk saling bersaing untuk

memperoleh pekerjaan dan tersisih dalam persaingan tersebut menjadi

golongan penganggur (Mahyuddin, 2006).

4) Teori Sosiologi Ekonomi No-Marxian

Dalam perkembangan analisis Marx, para tenaga kerja tidak

mempunyai alat produksi sama sekali, sehingga segolongan orang terpaksa

menjual tenaga mereka kepada sebagian kecil orang yang mempunyai alat

produksi. Adanya pergantian antara sistem kapitalis kompetitif menjadi ke

arah sistem kapitalis monopoli, maka akan terdapat sebagian perusahaan

yang masih tidak mampu bersaing dan menjadi terpuruk. Jika semua proses

produksi dan pemasaran terpengaruh oleh sebuah perusahaan besar saja,

maka akan mengakibatkan sebuah perusahaan kecil menjadi sangat sulit

dalam hal pemasaran, kemungkinan perusahaan kecil tersebut mengalami

kerugian dan tidak mampu menggaji pekerjanya. Setelah perusahaan kecil

tersebut tidak mampu beroperasi lagi, maka para pekerja yang semula

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

27

bekerja dalam perusahaan tersebut menjadi tidak mempunyai pekerjaan lagi

yang pada akhirnya pekerja tersebut menjadi pengangguran (Mahyuddin,

2006).

6. Kerangka Pemikiran

Kerangka pikir dibuat untuk memberikan gambaran penelitian yang akan

dilakukan, yaitu mengenai analisis pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Upah

Minimum terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Kalimantan Barat

tahun 2011-2015. Berdasarkan teori dan penelitian-penelitian terdahulu, maka

dapat digambarkan kerangka pikir pada penelitian ini sebagaimana gambar

berikut:

Gambar 5. Kerangka Pikir

Tingkat

Pengangguran

Terbuka (Y)

Upah Minimum (X2)

Pertumbuhan

Ekonomi (X1)

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

28

a. Hubungan Pengangguran dengan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kinerja yang

menggambarkan hasil dari pembangunan yang telah dicapai. Indikator ini

penting bagi suatu daerah karena dapat digunakan sebagai bahan evaluasi

bagi pemerintah daerah atas keberhasilan pembangunan yang telah dicapai

sekaligus sebagai dsar perencanaan dan pengambilan kebijakan di masa

yang akan datang. Arsyad (2000), menyatakan bahwa pertumbuhan

ekonomi suatu daerah diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar

atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan

struktur ekonomi mengalami perubahan atau tidak. Semakin tinggi

pertumbuhan ekonomi, maka jumlah pengangguran akan menurun. Dalam

hal ini, diartikan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung

ataupun tidak langsung akan menciptakan lapangan pekerjaan yang akan

mengurangi tingkat pengangguran.

b. Hubungan Pengangguran dengan Upah Minimum

Upah merupakan wujud nyata dari sebuah bentuk pertukaran yang

terjadi antara pengguna jasa (perusahaan) dengan pemberi jasa (rumah

tangga). Teori yang dignifikan untuk menjelaskan kondisi perekonomian di

Provinsi Kalimantan Barat adalah teori kekakuan upah. Teori ini

menjelaskan bahwa gagalnya upah melakukan penyesuaian sampai

penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya. Di dalam teori

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. LANDASAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/37164/3/jiptummpp-gdl-rizkinasep-50874...Penetapan Upah minimun di setiap provinsi berbeda beda besarnya, kerena tingkat

29

permintaan tenaga kerja, di mana jika tingkat upah tinggi atau dinaikkan,

maka akan berakibat pada turunnya permintaan tenaga kerja karena

penyedia lapangan kerja akan meminta lebih sedikit lapangan kerja akan

meminta lebih sedikit lapangan kerja dibandingkan sebelumnya.

7. Hipotesis

Hipotesis adalah prediksi suatu fenomena dan merupakan dugaan yang akan

diuji kebenarannya dengan fakta yang ada (Jogiyanto, 2004). Pada penelitian ini,

hipotesis didasarkan pada teori dari beberapa penelitian sebelumnya, sehingga

hipotesis tersebut diharapkan cukup valid untuk diuji kebenarannya. Hipotesis

berdasarkan uraian di atas adalah:

Diduga bahwa pertumbuhan ekonomi dan upah minimum berpengaruh

terhadap tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2011-

2015.


Top Related