8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Ansietas
1. Definisi Ansietas
Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir,atau tidak nyaman
seakan-akan akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman
Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap ssuatu yang berbahaya, sedangkan ansietas adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut (Keliat, 2012). Ansietas merupakan
pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga
orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah ada
sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala
otonomik yang berlangsung beberapa waktu (Stuart dan Laraia,1998)
dalam buku (Pieter,dkk,2011)
Sedangkan menurut (Riyadi&Purwanto,2010) Ansietas adalah
suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan
yang sering disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas
terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang
disebabkan oleh kecemasan tersebut. Kecemasan merupakan suatu
perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan
sebagai reaksi umum dari ketidak mampuan mengatasi suatu masalah atau
9
tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada
umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau
disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah
respon seseorang berupa rasa khawatir , was-was dan tidak nyaman dalam
menghadapi suatu hal tanpa objek yang jelas.
2. Rentang Respon Kecemasan
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
3. Tingkatan Ansietas
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan
bersikap hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami ansietas
ringan akan terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respons-
respons fisiologis orang yang mengalami ansietas ringan adalah
sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah dan
10
nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada
lambung. Respons kognitif orang yang mengalami ansietas
ringan adalah lapang persepsi yang melebar, dapat menerima
rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan dapat
menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respons perilaku
dan emosi dari orang yang mengalami ansietas adalah tidak
dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-
kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan
menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu
juga dan menyampingkan hal-hal lain. Respons fisiologis dari
orang yang mengalami ansietas sedang adalah sering napas
pendek, nadi dan tekanan darah naik mulut kering, anoreksia,
diare, konstipasi dan gelisah.
Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah
lapang persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima,
berfokus pada apa yang menjadi perhatian. Adapun respons
perilaku dan emosi adalah gerakan yang tersentak-sentak,
meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman .
c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit,
individu cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan
11
hal-hal lain. Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan
banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.
Respons-respons fisiologis ansietas berat adalah napas pendek,
nadi dan tekanan darah darah naik, banyak berkeringat, rasa
sakit kepala, penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan.
Respon kognitif pada orang yang mengalami ansietas berat
adalah lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu untuk
menyelesaikan masalah. Adapun respons perilaku dan emosinya
terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan
blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat
sempit dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa
mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apapun walaupun
dia sudah diberikan pengarahan. Respons-respons fisiologis
panik adalah napas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat,
hipotensi dan koordinasi motorik yang sangat rendah. Sementara
respons-respons kognitif penderita panik adalah lapang persepsi
yang sangat pendek sekali dan tidak mampu berpikir logis.
Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat agitasi,
mengamuk dan marah-marah, ketakutan dan berteriak-teriak,
blocking, kehilangan kontrol diri dan memiliki persepsi yang
kacau (Herry Zan Pieter, 2011)
12
4. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang yang dapat menimbulkan kecemasan (Suliswati,2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya
kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu
baik krisis perkembangan atau situasional
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak
terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego
atau antara keinginan dan kenyataan yang menimbulkan
kecemasan pada individu
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak
mampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan
menimbulkan kecemasan
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat
mempengaruhi konsep diri individu
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga
menangani stress akan mempengaruhi individu dalam
berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
13
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap
konflik dan mengatasi kecemasan
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena
benzodizepin dapat menekan neurotransmiter gama amino
butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di
otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang
mengancam integritas fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme
fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan
biologis normal (misalnya hamil).
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi
virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan,
kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal
14
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan
internal
a) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan
interpersonal dirumah dan tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan
kelompok, sosial budaya . (Eko Prabowo, 2014)
5. Tanda dan Gejala
Gejala meliputi ( APA, 1994 )
a. Palpitasi, jantung berdebar, atau akselerasi frekuensi jantung
b. Berkeringat
c. Gemetar atau menggigil
d. Perasaan sesak napas dan tercekik
e. Perasaan tersedak
f. Nyeri atau ketidak nyamanan dada
g. Mual atau distres abdomen
h. Merasa pusing, limbung, vertigo, atau pingsan
i. Derealisasi (Perasaan tidak realistis) atau depersonalisasi
(terpisah dari diri sendiri)
j. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
k. Takut mati
15
l. Perestesia (kebas atau kesemutan)
m. Bergantian kedinginan atau kepanasan
Gejala lain gangguan ansietas meliputi :
a. Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih, sulit
berkonsentrasi, iritabilitas, otot tegang, dan gangguan tidur
(gangguan ansietas umum)
b. Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu mengenai
peristiwa traumatis, perasaan menghidupkan kembali trauma
( episode kilas balik ), kesulitan merasakan emosi ( afek datar ),
insomnia dan iritabilitas atau marah yang meledak–ledak
( gangguan stres pasca trauma )
c. Repetitif, pikiran obsesif, perilaku kasar yang berkaitan dengan
kekerasan, kontaminasi, dan keraguan, berulang kali melakukan
aktifitas yang tidak bertujuan, seperti mencuci tangan,
menghitung, memeriksa, menyentuh (gangguan obsesif-
kompulsif)
d. Rasa takut yang nyata dan menetap akan objek atau situasi
tertentu ( fobia spesifik ), situasi performa atau sosial (fobia
sosial), atau berada dalam satu situasi yang membuat individu
terjebak ( agorafobia) (Eko Prabowo, 2014)
16
6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan
Mcfarlan dan Wasli (1997 dalam Shives,1998) mengatakan
bahwa faktor yang berkonstribusi pada terjadinya kecemasan
meliputi ancaman pada:
a. Konsep diri
b. Personal security system
c. Kepercayaan, lingkungan
d. Fungsi peran, hubungan interpersonal, dan
e. Status kesehatan.
Menurut Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI (1994), faktor-
faktor yang memengaruhi kecemasan antara lain sebagai berikut
a. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian seorang dimulai sejak usia bayi
hingga 18 tahun dan bergantung pada pendidikan orang tua
dirumah, pendidikan disekolah dan pengaruh sosialnya, serta
pengalaman dalam kehidupannya.Seseorang menjadi pencemas
terutama akibat prosesdan identifikasi dirinya terhadap kedua
orang tuanya daripada pengaruh keturunannya.
Perkembangan kepribadian akan membentuk tipe
kepribadian seseorang dimana tipe kepribadian tersebut akan
memengaruhi seseorang dalam merespons kecemasan. Dengan
demikian respon kecemasan yang dialami seseorang akan
17
berbeda dari orang lain, bergantung pada tipe kepribadian
tersebut.
b. Tingkat Maturasi
Tingkat maturasi individu akan memengaruhi tingkat
kecemasan. Pada bayi tingkat kecemasan lebih disebabkan
perpisahan dan lingkungan yang tidak dikenal. Kecemasan
pada remaja lebih banyak disebabkan oleh perkembangan
seksual. Pada orang dewasa kecemasan lebih banyak
ditimbulkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan ancaman
konsep diri, sedangkan pada lansia kecemasan berhubungan
dengan kehilangan fungsi, sebagai contoh adalah wanita yang
menjelang menopouse. Mereka akan merasa cemas akibat akan
mengalami penurunan fungsi reproduktif sehingga diperlukan
dukungan sosial untuk mencegah terjadinya kecemasan
tersebut .
c. Tingkat Pengetahuan
Individu dengan tingkat pengetahuannya lebih tinggi akan
mempunyai koping ( penyelesaian masalah ) yang lebih adaptif
terhadap kecemasan daripada individu yang tingkat
pengetahuannya lebih rendah.
d. Karakteristik Stimulus
1) intensitas stressor
18
Intensitas stimulus yang semakin besar, semakin besar
pula kemungkinan respons cemas akan terjadi. Stimulus
hebat akan menimbulkan lebih banyak respons yang nyata
daripada stimulus yang timbul perlahan-lahan. Stimulus ini
selalu memberi waktu bagi seseorang untuk
mengembangkan cara penyelesaian masalah.
2) Lama Stressor
Stressor yang menetap dapat menghabiskan energi dan
akhirnya akan melemahkan sumber-sumber penyelesaian
masalah yang ada.
3) Jumlah Stressor
Stressor yang besar akan lebih meningkatkan
kecemasan pada individu daripada stimulus yang lebih
kecil. (Solehati & Kosasih, 2015)
7. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang
bersifat holistik, yaitu mencakup fisik ( somatik ) , psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada
uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
19
3) Olahraga yang cukup
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas
dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan
fungsi gangguan neurotransmiter ( sinyal penghantar syaraf ) di
susunan saraf pusat otak ( limbic system ). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolitic), yaitu
diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspironeHCl,
meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik ( somatik ) sering dijumpai sebagai
gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan
Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik ( fisik ) itu
dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh
yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu,
antara lain:
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi semangat
atau dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa
putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
20
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan
koreksi bila dinilai bahwa ketidak mampuan mengatasi
kecemasan
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksutkan memperbaiki
(re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami
goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif
pasien yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional,
konsentrai dan daya ingat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat
menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadap
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga untuk memperbaiki hubungan
kekeluargaan agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor
penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai
faktor pendukung .
7) Terapi psikoreligius
untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat
hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial. (Eko Prabowo, 2014)
21
e. Napas Dalam
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri atas
pernapasan abdominal (diafragma)
Prosedur :
1) Atur posisi yang nyaman
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasi otot abdomen
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah
tulang iga.
4) Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap
tertutup. Hitung sampai 3 selama inspirasi.
5) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup secara
perlahan – lahan (Asmadi,2008).
8. Aromaterapi Lavender
a. Definisi
Aromaterapi adalah suatu metode dalam relaksasi yang
menggunakan minyak esensial dalam pelaksanaannya berguna
untuk meningkatkan kesehatan fisik, emosi dan spirit seseorang
(Solehati & Kosasih, 2015)
Aromaterapi merupakan terapi modalitas atau pengobatan
alternatif dengan menggunakan sari tumbuhan aromatik murni
berupa bahan cairan tanaman yang mudah menguap dan
senyawa aromatik lain dari tumbuhan. Minyak yang digunakan
dalam terapi komplementer meliputi minyak atsiri, bunga
22
lavender, chamomile, jeruk yang dapat menimbulkan aroma
sedatif, minyak ylang-ylang yang memberikan efek
menenangkan, serta minyak melati yang memberikan efek
relaksasi. Aromaterapi sering diartikan sebagai penggunaan
minyak atsiri untuk meningkatkan kesehatan dan vitalitas tubuh,
pikiran, serta jiwa dengan cara inhalasi, mandi rendam, k
ompres, pemakaian topikal dan pijat (Jaelani, 2009).
Salah satu aromaterapi yang paling digemari adalah lavender.
Berasal dari bunga lavender yang berbentuk kecil dan berwarna
ungu. Bunga lavender dapat digosokkan ke kulit ,aromaterapi
menggunakan minyak lavender dipercaya dapat memberikan
efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang (
carminative) setelah lelah beraktifitas Bunga lavender juga
memiliki efek memberikan rasa kantuk .Bunga lavender
memiliki 25-30 spesies , beberapa diantaranya adalah Lavandula
angustifolia, lavandula lattifolia, lavandula stoechas (DE, 2010)
b. Kandungan Minyak Lavender
Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri
atas beberapa kandungan. Menurut penelitian, dalam 100 gram
bunga lavender tersusun atas beberapa kandungan, seperti :
minyak esensial (1-3%), alpha-pinene (0,22%), camphene
(0,06%), beta myrcene (5,33%), p-cymene(0,3%), limonene
(1,06%), cineol (0,51%), limalool (26,12%), borneol (1,21%),
23
terpinen-4-ol (4,64%), linalyl acetate (26,32%), geranyl acetate
(2,14%), dan caryophyllene (7,55%). Berdasarkan dari data di
atas dapat disimpulkan bahwa kandungan utama dari bunga
lavender adalah linalyl asetat dan linalool . Dapat dikatakan,
linalool adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek
anti cemas ( relaksasi )pada lavender (DE, 2010)
c. Cara Penggunaan
1) Dihirup
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Katylaksa
(2011), aromaterapi bisa dihirup dengan meneteskan 6 tetes
minyak lavender di kapas yang kemudian diletakkan di
depan hidung dengan jarak 2 cm selama 4 menit. Menurut
La Torre (2003), satu sampai lima tetes lavender yang
dihirup dari tisu wajah selama sekitar 5 sampai 10 menit
dapat menenangkan dan merelaksasi. Sedangkan untuk
insomnia, mual, atau depresi, diperlukan waktu 5-10 menit
dalam menghirup aromaterapi .
2) Penguapan
Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi
dengan cara penguapan biasanya terbuat dari keramik atau
tanah liat. Alat ini mempunyai rongga seperti gua untuk
meletakkan lilin kecil atau lampu minyak dan bagian atas
terdapat cekungan seperti cangkir biasanya terbuat dari
24
kuningan untuk meletakkan sedikit air dan beberapa tetes
minyak esensial (Sharma, 2009)
3) Pijatan
Pijat merupakan salah satu bentuk pengobatan yang sangat
sering dikolaborasikan dengan aromaterapi. Beberapa tetes
minyak esensial dicampurkan dalam minyak untuk pijat
sehingga dapat memberikan efek stimulan antara terapi
sentuhan dan terapi wangi-wangian. Pijatan dapat
memperbaiki peredaran darah, mengembalikan kekenyalan
otot, membuang racun dan melepaskan energi yang
terperangkap di dalam otot. Wangi-wangian memicu rasa
senang dan santai.
4) Topikal atau dioles
Menurut penelitian Ballard (2002), penggunaan essensial oil
dengan cara dioles terbukti mampu menurunkan agitasi
pada pasien demensia. Minyak Melisa dicampur dengan
lotion standart yang sudah diuji formulasi dan keamanannya
sesuai dengan dosis. Kemudian lotion tersebut dioleskan ke
wajah dan lengan pasien dengan kurun waktu 2 kali sehari
dalam 4 minggu. Tidak ditemukan efek samping dalam
penelitian tersebut.
25
5) Semprotan untuk ruangan
Minyak esensial bersifat lebih alami daripada aerosol yang
dapat merusak ozon dalam penggunaannya sebagai pewangi
ruangan. Penggunaannya adalah dengan menambahkan
sekitar 10-12 tetes minyak esensial ke dalam setengah liter
air dan menyemprotkan campuran tersebut ke seluruh
ruangan dengan bantuan botol penyemprot (Hapsari, 2011).
6) Mandi dengan berendam
Mandi dengan berendam merupakan cara yang paling
mudah untuk menikmati aromaterapi. Tambahkan beberapa
tetes minyak aroma ke dalam air berendam, kemudian
berendamlah selama 20 menit . Minyak esensial akan
berefek pada tubuh dengan cara memasuki badan lewat
kulit. Campurkan minyak esensial dengan cara yang tepat,
karena beberapa minyak aroma tidak mudah larut dalam air
( Sharma, 2009)
d. Kerja Aromaterapi Lavender
Minyak lavender dengan kandungan linaloolnya adalah salah
satu minyak aromaterapi yang banyak digunakan saat ini, baik
secara inhalasi ( dihirup ) ataupun dengan teknik pemijatan pada
kulit. Aromaterapi yang digunakan dengan cara dihirup akan
masuk ke sistem limbic dimana nantinya aroma akan diproses
sehingga kita dapat mencium baunya . Pada saat kita menghirup
26
suatu aroma, komponen kimianya akan masuk ke bulbus
factory,kemudian ke limbic sistem pada otak sistem limbic
sebagai pusat nyeri, senang, marah, takut , depresi, dan berbagai
emosi lainnya. Sistem limbic menerima semua informasi dari
sistem pendengaran , sistem penglihatan , dan sistem penciuman
Efek aromaterapi lavender untuk relaksasi kecemasan ,
mood, dan kewaspadaan pada aktivitas EEG ( Electro Enchepalo
Gram) menunjukkan terjadinya penurunan kecemasan ,
perbaikan mood, dan terjadi peningkatan kekuatan gelombang
alpha dan beta pada EEG yang menunjukkan peningkatan
relaksasi.
e. Manfaat Aromaterapi Lavender
Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal
memiliki efek sedatif, hypnotic dan anti neurodepresive baik
pada hewan maupun manusia karena minyak lavender dapat
memberi rasa tenang, sehingga dapat digunakan sebagai
manajemen stress. Beberapa tetes minyak aromaterapi lavender
dapat membantu menanggulangi insomnia, memperbaiki mood
seseorang, menurunkan tingkat kecemasan, meningkatkan
tingkat kewaspadaan dan tentunya dapat memberikan efek
relaksasi .
27
B. Pengkajian Fokus
1. Data Yang Perlu Dikaji
a. Perilaku
Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata, jelek,
gelisah, melihat sekilas sesuatu , pergerakan berlebihan (seperti; foot
shuffling, pergerakan lengan/tangan), Ungkapan perhatian berkaitan
dengan merubah peristiwa dalam hidup, insomnia, perasaan gelisah
b. Afektif
Menyesal, iritabel,kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita
berlebihan, nyeri dan ketidak berdayaan meningkat secara menetap,
gemertak, ketidak pastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri
sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin
dan mencemaskan
c. Fisiologis
Suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-goyang, respirasi
meningkat, kesegeraan berkemih ( parasimpatis), nadi meningkat, dilasi
pupil, refleks-refleks meningkat, nyeri abdomen, gangguan tidur,
perasaan geli pada ekstrimitas, eksitasi kardiovaskuler, peluh
meningkat, wajah tegang, anoreksia, jantung berdebar-debar , diarhea,
keragu-raguan berkemih kelelahan, mulut kering, kelemahan, nadi
berkurang, wajah bergejolak, vasokontriksi supervisial, berkedutan,
tekanan darah menurun mual, keseringan berkemih, pingsan, sukar
bernafas, tekanan darah meningkat .
28
d. Kognitif
Hambatan berfikir, bingung, preokupasi, pelupa, perenungan, perhatian,
lemah, lapang persepsi menurun, takut akibat yang tidak khas,
cenderung menyalahkan orang lain, sukar berkonsentrasi, kemampuan
berkurang terhadap:( memecahkan masalah dan belajar) , kewaspadaan
terhadap gejala fisiologis .
e. Faktor yang berhubungan
Terpapar toksin, konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai /
tujuan hidup, hubungan kekeluargaan / keturunan, kebutuhan yang
tidak terpenuhi, interpersonal-transmisi/penularan, krisis situasional,
maturasi, ancaman terhadap konsep diri, stress, penyalah gunaan
zat,ancaman terhadap atau perubahan dalam : status peran status
kesehatan , pola interaksi, fungsi peran, lingkungan , status ekonomi (
NANDA 2005-2006:9-11)
2. Masalah Keperawatan
a. Ansietas
b. Harga diri rendah
c. Gangguan citra tubuh
d. Koping individu inefektif
e. Kurangnya pengetahuan
3. Diagnosa Keperawatan
Pembentukan diagnosa keperawatan mengharuskan perawat menentukan
kualitas (kesesuaian) dari respon pasien, kuantitas (tingkat) dari ansietas
29
pasien dan sifat adaptif atau maladaptif dari mekanisme koping yang
digunakan .( Direja, 2011).
4. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Hasil
Ansietas
Sedang
TUK 1
Klien dapat
menjalin dan
membina
hubungan
saling
percaya
Ekspresi wajah
bersahabat,
menunjukkan rasa
senang, ada kontak
mata, mau berjabat
tangan, mau
menyebutkan nama,
mau menjawab
salam, klien mau
duduk berdampingan
dengan perawat , mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi
Bina hubungan
saling percaya
dengan
mengungkapkan
prinsip
komunikasi
terapeutik :
1. Sapa klien
dengan
ramah, baik
verbal
maupun non
verbal
2. Perkenalkan
diri dengan
sopan
3. Tanyakan
nama
lengkap
klien dan
nama
panggilan
yang disukai
klien
4. Jelaskan
tujuan
pertemuan
5. Jujur dan
menepati
Hubungan saling
percaya merupakan
dasar untuk
kelancaran
hubungan interaksi
selanjutnya
30
janji
6. Tunjukkan
sikap empati
dan
menerima
klien apa
adanya
TUK 2
Klien dapat
mengidenfik
asi dan
menggambar
kan perasaan
tentang
ansietas
1. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
dan menguraikan
perasaannya
2. Validasi
kesimpulan dan
asumsi terhadap
klien
3. Gunakan
pertanyaan
terbuka untuk
mengalihkan dari
topik yang
mengancam ke
hal yang berkaitan
dengan konflik
4. Gunakan
konsultasi
Untuk mengadopsi
respons koping
yang baru, pasien
pertama kali harus
menyadari
perasaan dan
mengatasi
penyangkalan dan
resistens yang
disadari atau tidak
disadari
TUK 3
Klien dapat
mengidentifi
kasi
penyebab
ansietas
1. Bantu klien
menjelaskan
situasi dan
interaksi yang
dapat segera
menimbulkan
ansietas
2. Bersama klien
meninjau
kembali
penilaian klien
Mengenali keadaan
yang dapat
menyebabkan
munculnya ansietas
Memperluas
kesadaran tentang
perkembangan
ansietas
31
terhadap stressor
yang dirasakan
mengancam dan
menimbulkan
konflik
3. Kaitkan
pengalaman yang
baru terjadi
dengan
pengalaman
masa lalu yang
relevan
TUK 4
Klien dapat
menguraikan
respons
koping
adaptif dan
maladaptif
1. Gali cara klien
mengurangi
ansietas di masa
lalu
2. Dorong klien
untuk
menggunakan
respons koping
adaptif yang
dimilikinya
3. Bantu klien
untuk menyusun
kembali tujuan
hidup,
memodifikasi
tujuan,
menggunakan
sumber dan
menggunakan
koping yang baru
4. Bantu klien
secara aktif
untuk
mengaitkan
hubungan sebab
Respon koping
adaptif dapat
dipelajari melalui
analisa mekanisme
koping yang
digunakan di masa
lalu
Koping yang baru
dapat mengatasi
stress dan mengatur
distress emosional
yang menyertai .
32
dan akibat
sambil
mempertahankan
ansietas dalam
batas yang
sesuai.
TUK 5
Klien dapat
mengimplem
entasikan
respons
adaptif
untuk
mengatasi
ansietas
1. Dorong pasien
melakukan
aktivitas fisik
untuk
mengeluarkan
energinya
2. Libatkan orang
terdekat sebagi
sumber dan
dukungan sosial
dalam membantu
klien mempelajari
respons koping
yang baru
3. Ajarkan klien
teknik relaksasi
nafas dalam
untuk
meningkatkan
kontrol dan rasa
percaya diri
4. Dorong klien
untuk
menggunakan
relaksasi nafas
dalam
Klien dapat
mengatasi stres
dengan mengatur
distres emosional
yang
menyertainya
melalui
pengguanaan
teknik
pelalsanaan stres.
Tekhnik relaksasi
nafas dalam dapat
menurunkan
ansietas
Melatih untuk
selalu mengontrol
ansietas
TUK 6
Klien dapat
menurunkan
ansietas
a. Berikan terapi
aroma bunga
lavender
Terapi aroma
lavender sebagai
tekhnik non
farmakologi
untuk
33
menurunkan
ansietas