Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Olahraga

a. Hakekat Olahraga

Olahraga menjadi sangat penting karena tidak terlepas dari kebutuhan mendasar

manusia itu sendiri dan pada prinsipnya selalu bergerak. Tujuan seseorang berolahraga

adalah untuk meningkatkan derajat sehat dinamis (sehat dalam gerak) dan sehat statis

(sehat dikala diam) prestasi melalui kegiatan olahragapun menjadi suatu alasan

seseorang menekuni olahraga. Olahraga bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan

dimanapun tanpa memandang dan membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras dan

sebagainya. Olahraga mempunyai peran penting dan strategi dalam pembangunan

bangsa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mutohir (2005) hakikat olahraga adalah

sebagai refleksi kehidupan masyrakat suatu bangsa. Didalam olahraga tergambar aspirasi

serta nilai-nilai luhur suatu bangsa yang terpantul lewat hasrat mewujudkan diri melalui

prestasi olahraga.

Istilah olahraga diperoleh dari kata kerja bahasa Inggris jaman pertengahan yang

ditentukan oleh bahasa Perancis sporten, yang berarti mengalihkan dan juga istilah

bahasa Latin desporto, yang secara harfiah berarti bergerak . Maka dari itu,

penekanannya adalah kepada perbedaan, sesuatu yang memberikan kesenangan. Pada

jaman pertengahan olahraga di Inggris berarti berburu berbagai macam binatang.

Lapangan panahan dan balap kuda dapat dilihat sejak abad ke-16. Salah satu identifikasi

budaya dan sejarah kita dengan olahraga adalah Olimpiade Yunani asli yang diadakan

atas bantuan Etiopia pada 686 tahun SM (sebelum Masehi). Menengok lebih jauh

kebelakang, bukti paling awal mengenai keberadaan tinju dicatat dalam hiroglif Etiopia

sekitar 4000 tahun SM. Permainan bola yang paling tua diperkirakan telah dimainkan

pada 1400 tahun sebelum Masehi di Mexico.

Pemahaman tentang konsep olahraga dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan

teknologi. Istilah sport berasal dari bahasa latin “disportare” atau “deporate” didalam

bahasa italia menjadi “diporate” yang artinya menyenangkan, pemeliharaan atau

menghibur untuk bergembira. Istilah olahraga berubah sepanjang waktu namum

mempunyai pengertian yang sama yaitu esensi pengertiannya kebanyakan berkaitan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

dengan tiga unsur pokok yaitu bermain, latihan fisik dan kompetisi. Nuansa usaha keras

mengandung ciri permainan dan konfrontasi melawan tantangan yang tercermin dalam

definisi UNESCO tentang sport yaitu setiap aktifitas fisik berupa permainan yang

berisikan perjuangan melawan unsur-unsur dan orang lain ataupun diri sendiri.

Giriwijoyo (2012:2) Olahraga adalah kagiatan dalam perikehidupan yang tidak hanya

melibatkan aspek jasmani, tetapi juga aspek rohani, aspek sosial dan bahkan aspek

ekonomi. Dengan demikian menjadi semakin jelas betapa luasnya lingkup permasalahan

kesehatan olahraga yaitu benar-benar meliputi seluruh aspek kehidupan

manusia.Mutohir dan Maksum (2007:14) olahraga adalah proses sistematik yang berupa

segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina

potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota

masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak

dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan

Pancasila.

Matveyev 1981 dalam Lutan, (1991 : 12) mengungkapkan olahraga merupakan

satu kegiatan otot yang enerjik dan dalam kegiatan itu atlit memperagakan kemampuan

semaksimal mungkin. Loy 1968 dalam Lutan, (1991:12) mengemukakan olahraga

merupakan peragaan ketangkasan fisik yang terungkap dalam ketrampilan, kesegaran

jasmani atau kombinasi dalam kedua hal itu. Dari beberapa pendapat para ahli olahraga

diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan olahraga adalah : 1) Kegiatan

fisik yang dilakukan oleh perorangan atau sekelompok masyarakat atau regu. 2)

Kegiatan fisik yang dilakukan dengan cara bersenang-senang dalam ruang waktu

bercakap-cakap, hiburan, senda gurau, dan permainan. 3) Kegiatan aktivitas yang

dilakukan setiap hari. 4) Kegiatan ketangkasan fisik yang terdapat dalam ketrampilan

gerak. 5) Kegiatan aktivitas yang dilakukan secara sistematik untuk meningkatkan

kesegaran jasmani, rohani dan sosial. 6) Kegiatan aktivitas yang ada unsur bermain,

peraturan, bertanding, dan juara. 7) Pembentukan karakter seseorang serta peningkatan

prestasi puncak. 8) Kegiatan aktivitas yang memerlukan perjuangan serta dapat

mengendalikan diri dan orang lain.

Olahraga juga memiliki keterbatasan. Keterbatasan yang dimaksud adalah adanya

aturan-aturan yang harus dipatuhi, baik itu dalam olahraga yang bersifat play (bermain),

games maupun sport. Aturan dalam olahraga bersifat tidak terlalu ketat karena play

merupakan aktivitas fisik yang bersifat sukarela dan dilakukan secara bebas. Olahraga

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

yang bersifat games aturannya sudah mulai ketat. Didalam olahraga aturan yang telah

dibuat bukan merupakan suatu hal yang dapat menghambat pengembangan kemampuan

dalam berekspresi atau juga bukan merupakan pengekang kebebasan, melainkan suatu

bentuk tindakan untuk menjadikan olahraga itu menjadi lebih baik, penuh dengan seni

dan etika.

Olahraga adalah gerak yang merupakan kebutuhan hakiki bagi manusia.

Kebutuhan gerak ini adalah gerak spesifik yang dilakukan secara sadar dan mempunyai

tujuan. Secara internal, gerak manusia terjadi secara terus menerus dan secara eksternal

gerak manusia dimodifikasikan oleh pengalaman belajar, lingkungan yang mengitari dan

situasi yang ada. Oleh kerna itu manusia harus disiapkan untuk memahami fisiologis,

psikologis dan sosiologis agar dapat mengenali dan secara efesien menggunakan

komponen-komponen secara keseluruhan. Dengan demikian manusia dan gerak fisik

tidak adapt dipisahkan dari kehidupannya.

b. Ruang Lingkup Olahraga

Undang-undang nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab II

Pasal 4 menetapkan bahwa keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan

meningkatkan kesehatan, kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral

dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan

bangsa memperkokoh ketahanan nasional, serta mengangkat, harkat, martabat dan

kehormatan bangsa. Kemudian pada Bab VI Pasal 17, Ruang lingkup olahraga itu sendiri

mencakup tiga pilar yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi.

Ketiga pilar olahraga ini dilaksanakan melalui pembinaan dan pengembangan olahraga

secara terencana, sistematik, berjenjang, dan berkelanjutan, yang dimulai dari

pembudayaan dengan pengenalan gerak pada usia dini, pemassalan dengan menjadikan

olahraga sebagai gaya hidup, pembibitan dengan penelusuran bakat dan pemberdayaan

sentra-sentra keolahragaan, serta peningkatan prestasi dengan pembinaan olahraga

unggulan nasional sehingga olahragawan andalan dapat meraih puncak pencapaian

prestasi.

1) Olahraga Pendidikan

Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan

sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh

pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.

Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun non formal, biasanya

dilakukan oleh satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan, guru pendidikan

jasmani dengan dibantu oleh tenaga olahraga membimbing terselenggaranya

kegiatan keolahragaan.

Di sekolah atau satuan pendidikan, penjasorkes berperan penting, hal ini terkait

dari dua hal, yakni sisi pendidikan jasmani yang mengarah kepada aspek edukatif

dan sisi olahraga yang mengarah kepada aspek prestasi. Kedua hal ini merupakan hal

yang inheren dalam penjasorkes, karena disitulah ditempa pribadi peserta didik agar

memiliki jasmaniah dan rohaniah yang sehat, segar, dan sekaligus memungkinkan

untuk prestasi, tentu saja termasuk prestasi di bidang olahraga. Disamping itu, masih

ada dimensi terpendam pendidikan jasmani yang bisa mengembangkan dan

membentuk kemampuan serta kepribadian setiap individu misalnya sikap, semangat,

emosi, kejiwaan dan sebagainya. Penjasorkes merupakan pilar dalam membangun

tingkat kebugaran (kesehatan dan kesegaran), karena dimensi gerak sebagai aktivitas

utamanya memiliki implikasi nyata bagi penumbuhan kesehatan

individu/kelompok/masyarakat. Dengan demikian penjasorkes dapat meningkatkan

kualitas hidup masyarakat sehingga tercapai manusia Indonesia yang sehat . Sehat

dalam konteks ini mengacu kepada definisi sehat dari World Health Organization

(WHO) yakni: “Holistic health extends the physical, mental, and social aspects of

the definition to include intellectual and spiritual dimentions”. Di sisi lain,

penjasorkes pada satuan pendidikan menjadi penting, terutama jika dikaitkan dengan

proses pembibitan dan pembinaan dalam rangka peningkatan prestasi olahraga.

Melalui satuan pendidikan ini, jenjang-jenjang pembibitan dan pembinaan

tersebut akan terukur, sistematis, dan terfokus. Hal itu penting diperhatikan karena

melahirkan juara dalam cabang olahraga tersebut membutuhkan pembinaan yang

berjenjang dan memerlukan waktu yang cukup lama. Jika pembibitan dan pembinaan

dilakukan sejak usia dini, yakni sejak usia sekolah dasar secara konsisten dan

terencana, bukan hal yang mustahil dapat lahir olahragawan-olahragawan terbaik

pada cabang-cabang olahraga tersebut.

Adapun ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan jasmani, olahraga dan

kesehatan (Penjasorkes) sesuai Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Tahun

2006 adalah sebagai berikut:

a) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan.

eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan manipulatif,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis

meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.

b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen

kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya

c) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,

ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya

d) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic

serta aktivitas lainnya

e) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan

bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya

f) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,

berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung

g) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-

hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar sehat, merawat

lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat,

mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan

berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan

aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menganggap Pendidikan Jasmani dan

Olahraga penting karena dapat mendukung bagi pencapaian Millenium

Development Goals (MDGs) di bidang kesehatan, pendidikan, dan kemiskinan.

Dalam hal ini penjasorkes dapat menjadi instrumen yang efektif bagi

penanggulangan dan peningkatan secara tidak langsung masalah kesehatan dan

kemiskinan. Misalnya, olahraga dapat menyumbang atau berpengaruh kepada

meningkatnya kebugaran masyarakat. Di Indonesia lebih dikenal dengan nama

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes), hal tersebut sesuai

dengan yang diamanatkan dalam Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19 Tahun

2005 pasal 7 ayat 8 dalam Sugiyanto 2012 ). Selanjutnya dijelaskan bahwa

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan didalamnya terkandung 3 (tiga)

komponen isi yang seharusnya ada, yaitu: Pendidikan Jasmani; Pendidikan

Olahraga; dan Pendidikan Kesehatan.

a. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani memiliki kajian tersendiri namun sebenarnya

merupakan satu kesatuan dalam konsep Penjasorkes. Definisi Pendidikan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Jasmani menurut Charles A. Bucher 1972 dalam Sugiyanto (2012)

menyatakan “Pendidikan Jasmani, suatu bagian integral dari proses

pendidikan total , adalah suatu bidang upaya yang bertujuan mengembangkan

warga negara yang segar (fit) secara fisik, mental, emosi dan sosial melalui

medium aktivitas fisik yang dipilih sesuai sudut pandang perealisasian tujuan

tersebut.

Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang

terdapat dalam program pendidikan umum. Pendidikan jasmani merupakan

suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota

masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai

kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan

ketrampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan dan pembentukan watak.

Dengan demikian dapat dikatakan di sini bahwa pendidikan jasmani sekolah,

bukan semata-mata di tekankan pada pencapaian kesegaran fisik,

pengembangan ketrampilan, kemampuan motorik saja, namun menanamkan

gemar hidup sehat sejak anak-anak. Seseorang yang memiliki pemahaman

sejak usia dini tentang perencanaan program kesegaran, perilaku hidup sehat

yang pada gilirannya akan mampu berpartisipasi aktif dalam segala aktivasi,

termasuk aktivitas olahraga dalam masyarakat luas. Untuk itu pendidikan

jasmani di sekolah hendaknya mampu mengembangkan ketrampilan motorik,

fitness dan karakter secara bersamaan.

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang melibatkan

aktifitas fisik dengan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Lutan

(1998: 113) “Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan via aktivitas

jasmani, permainan dan/atau cabang olahraga yang terpilih dengan maksud

untuk mencapai tujuan pendidikan”. Tujuan yang ingin dicapai bersifat

menyeluruh, mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral.

Berkenaan dengan aspek fisik, tujuan utama pendidikan jasmani adalah untuk

memperkaya perbendaharaan gerak dasar anak-anak dengan aktivitas fisik,

sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.

Sebagai alat pendidikan, pendidikan jasmani bukan hanya bertujuan

untuk mengembangkan kemampuan jasmani siswa, tetapi melalui aktivitas

jasmani dikembangkan pola potensi lainnya, seperti kognitif, afektif dan

psikomotor anak. Pendidikan jasmani berperan penting terhadap pencapaian

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

tujuan belajar mengajar secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani

diharapkan dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan jasmani

siswa, merangsang perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang

seimbang serta keterampilan gerak siswa. Menurut Depdiknas, (2003)

mengemukakan bahwa “Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan

yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik

bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik,

neuromuskuler, perceptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem

pendidikan nasional.

Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada

penguasaan gerak manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap

kecenderungan dan hakikat gerak ini, misalanya melalui teori gerak dan teori

belajar gerak, maka memungkinkan guru lebih memahami tentang kondisi

apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan anak belajar secara efektif.

Tidak dipungkiri bahwa dalam menjalankan proses pendidikan Jasmani di

sekolah, guru mengalami banyak kendala misalnya keterbatasan sarana dan

prasarana olahraga. Dengan kondisi tersebut, guru penjasorkes dituntut untuk

lebih kreatif dan inovatif.

Model-model pembelajaranpun banyak dibuat untuk menanggulangi

keterbatasan tersebut. Salah satu bentuk pembelajaran tersebut berkonsep

pada joyful learning atau belajar yang menyenangkan. Desain atau rancangan

pembelajaran tersebut kemudian dielaborasi konsepnya menjadi konsep

PAIKEM yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan (Kristiyanto, 2012 : 15-16)

b. Pendidikan Olahraga

Pendidikan olahraga merupakan sebuah konsep hasil pengembangan

dari Penjasorkes dimana memiliki tujuan yang lebih spesifik yaitu mengarah

kepada prestasi olahraga dari peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Daryl Siedentop dalam Sugiyanto (2012) mengatakan bahwa model

pendidikan olahraga dinilai memiliki tujuan yang lebih ambisius dibanding

dengan program olahraga didalam pendidikan jasmani. Pendidikan olahraga

berusaha mendidik murid untuk menjadi pemain olahraga yang sebenarnya

dan membantu mereka untuk menjadi olahragawan yang kompeten, pintar

dan antusias. Selanjutnya dijelaskan bahwa olahraga yang kompeten berarti

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

memiliki keterampilan yang memadai untuk berpartisipasi dalam

pertandingan, memahami dan dapat melaksanakan strategi sesuai dengan

kompleksitas permainan dan sebagai pemain yang berpengetahuan.

Olahragawan yang pintar berarti memahami nilai-nilai peraturan, tatacara dan

tradisi dalam olahraga dan dapat membedakan antara praktik olahraga yang

baik dan yang buruk baik pada anak-anak atau olahragawan profesional.

Olahragawan yang antusias berarti berpartisipasi dan berperilaku dalam cara

yang memelihara, melindungi dan mempertinggi budaya olahraga.

Sebagai anggota kelompok olahraga turut mengembangkan olahraga

pada tingkat lokal, nasional dan internasional. Jika mengevaluasi dan

menganalisis dalam berbagai kejuaraan dunia menunjukkan bahwa hanya

atlet tertentu cocok untuk olahraga tertentu dan harus juga memiliki

karakteristik psikologi dan mental yang diperlukan. Selain itu juga memiliki

kondisi fisik yang handal, memiliki teknik dan taktik yang baik serta

memiliki pengalaman dalam berbagai kompetisi yang dapat mencapai

prestasi tinggi. Prestasi semacam ini akan dicapai dengan mengembangkan

aspek-aspek prasyarat pada masa anak-anak.

Pembinaan olahraga yang dilakukan secara sistematis, tekun dan

berkelanjutan pada pelajar SD, SMP dan SMA diharapkan akan

menghasilkan prestasi yang tinggi. Dengan dimulainya pembinaan olahraga

pada usia muda, akan terwujud dalam proses awal dari pembinaan olahraga

sendiri dimulai dari pembinaan pelajar yang salah satunya dengan cara

pemanduan bakat pada usia dini. Usia anak Sekolah Menegah Pertama

merupakan masa-masa yang strategis dalam upaya pembinaan olahraga,

karena pada masa ini anak-anak masih mempunyai waktu dan kesempatan

yang cukup panjang, sehingga dapat meraih prestasi yang maksimal

dikemudian hari.

c. Pendidikan Kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap aktivitas

kehidupan dimana kesehatan harus selalu dijaga dan ditingkatkan. Cara

termurah untuk menjaga kesehatan adalah dengan berolahraga.

Ketidaktahuan akan cara yang benar untuk menjaga kesehatan menjadi salah

satu faktor penyebabnya. Kehidupan sekolah yang terlalu membebankan

kepada tugas-tugas berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah

keadaannya juga demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini,

malah menjebak anak-anak ke dalam lingkungan kurang gerak. Anak

semakin asyik dengan kesenangannya seperti menonton TV atau bermain

video game. Tidak mengherankan bila ada kerisauan bahwa kebugaran anak-

anak semakin menurun.

Seiring semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula

gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak) seperti kegemukan, tekanan darah

tinggi, kencing manis, nyeri pinggang bagian bawah, adalah contoh dari

penyakit kurang gerak . Akibatnya penyakit jantung tidak lagi menjadi

monopoli orang dewasa, tetapi juga sudah menyerang pada anak-anak.

Sejalan dengan itu, pengetahuan dan kebiasaan makan yang tidak sehatpun

semakin memperburuk masalah kesehatan anak-anak. Dengan pola gizi yang

tidak seimbang, mereka menghadapkan diri mereka sendiri pada resiko

penyakit degenaratif (menurunnya fungsi organ) yang semakin besar. Sangat

penting untuk menjaga kesehatan baik jasmani maupun rohani oleh karena

itu pendidikan kesehatan menjadi sangat krusial khususnya untuk pelajar di

sekolah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Giriwijoyo dan Sidik (2012 :

28) bahwa “Olahraga kesehatan meningkatkan derajat sehat dinamis (sehat

dalam gerak), pasti juga sehat statis (sehat dikala diam), tetapi tidak pasti

sebaliknya. Gemar berolahraga : mencegah penyakit, hidup sehat dan

nikmat. Malas berolahraga : mengundang penyakit. Tidak berolahraga :

menelantarkan diri”.

Sugiyanto (2012) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan pada

dasarnya merupakan kajian yang bersifat multidisiplin. Isinya diambil dari

banyak bidang ilmu antara lain kedokteran, kesehatan masyarakat,

kejasmanian, psikologi, biologi dan sosiologi. Lingkup kajiannyapun luas

yang mencakup antara lain hakekat sehat dan penyakit, kegizian, pencegahan

cedera, pertolongan pertama pada kecelakaan, pencegahan penggunaan

narkotika dan obat-obat terlarang, hakekat perilaku dan kebiasaan hidup

sehat dan pemeliharaan kesehatan. Aspek layanan yang termasuk didalamnya

meliputi penanganan kehidupan sekolah yang sehat, layanan kesehatan dan

pengajaran kesehatan.

2) Olahraga Prestasi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan

olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi

untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi

keolahragaan. Selain itu dalam pengembangan olahraga perlu dilakukan sebuah

pendekatan keilmuan yang menyeluruh dengan jalan pemanfaatan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

keolahragaan adalah peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan dan teknologi

yang bertujuan memanfaatkan kaedah dan teori ilmu pengetahuan yang telah

terbukti kebenarannya untuk peningkatan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru bagi

kegiatan keolahragaan.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kristiyanto (2012 : 12) yang

menyatakan bahwa “Dalam lingkup olahraga prestasi, tujuannya adalah untuk

menciptakan prestasi yang setinggi-tingginya. Artinya bahwa berbagai pihak

seharusnya berupaya untuk mensinergikan hal-hal dominan dalam menentukan

prestasi gemilang”. Sudut pandang teknologi berkaitan dengan penerapan prinsip-

prinsip teknik, termasuk mekanika gerak yang terbungkus dalam kajian

biomekanika, dalam bentuk analisis efisien gerak, momentum, akselerasi, dan

sebagainya. Teknologi juga berarti pemutakhiran peralatan-peralatan olahraga yang

sesuai dengan kaidah mekanika gerak tubuh manusia.

Telaahan penting yang diperlukan dalam peningkatan prestasi olahraga

adalah dari bantuan teori-teori sosiologi kedalam pengembangan olahraga.

Telaahan sosiologis perlu dilakukan dalam upaya membantu mensosialisasikan

olahraga kepada berbagai tingkatan usia dan golongan. Teori struktural

fungsionalisme, konflik, dan kritik perlu dimanfaatkan untuk memantapkan posisi

olahraga di masyarakat sehingga masyarakat dapat mengakses dengan mudah

segala kebutuhan untuk berolahraga. Gerakan sosialisasi olahraga ini perlu

dilakukan agar masyarakat dapat memahami makna dan tujuan olahraga yang

sebenarnya. Teori-teori psikologi juga perlu dilakukan dalam peningkatan prestasi

olahraga nasional terutama mendorong atau memicu motivasi berprestasi dalam

bidang olahraga penampilan tingkat tinggi ini. Selain itu, pembelajaran

kepribadian atau personaliti atlet juga perlu dilakukan untuk dapat memahami para

atlet, sehingga pada saat yang sama atlet dapat dikokohkan kepribadiannya melalui

kekuatan fisik, emosional, dan intelektual secara utuh. Pedagogi dapat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

diperbantukan dalam peningkatan prestasi olahraga melalui penerapan kaidah-

kaidah didaktik dan metodik yang akurat pada pembinaan olahraga usia dini dan

olahraga sekolah secara proporsional, selain juga perlu penerapannya dalam

olahraga masyarakat. Karena itu, perlu diproporsikan secara tepat kedudukan

aktivitas jasmani dan olahraga yang ada di sekolah dan di masyarakat.

Olahraga dapat menjadi salah satu alat untuk mencapai kejayaan bangsa.

Kejayaan olahraga nasional yang pernah ditorehkan Indonesia yaitu pada Asian

Games IV tahun 1962 di Jakarta dengan menduduki peringkat kedua setelah

Jepang. Namun beberapa tahun belakang ini, prestasi olahraga Indonesia

mengalami keterpurukan. Bahkan di tingkat Asia Tenggara, prestasi Indonesia

kurang menggembirakan. Prestasi olahraga Indonesia bukan semakin meningkat,

tetapi justru sebaliknya semakin merosot. Merosotnya prestasi olahraga nasional

tercermin dari peringkat Indonesia di ajang SEA Games. Terakhir kali Indonesia

menjadi Juara umum SEA Games pada tahun 1997 di Jakarta. Tahun 2011 kita

kembali menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar se-Asia Tenggara dan telah

berhasil merebut kembali gelar juara umum.

Untuk mendapatkan atlet berprestasi, disamping proses latihan yang harus di

jalankan dengan baik, perlu juga dibarengi dengan menciptakan kompetisi-

kompetisi agar proses latihan yang diterapkan dapat diuji dan dievaluasi melalui

kompetisi-kompetisi yang ada. Oleh karena itu semakin besar volume dan

frekuensi kejuaraan/kompetisi, maka semakin besar peluang untuk menghasilkan

atlet berprestasi. Olahraga prestasi adalah olahraga yang harus dibina dan ditangani

secara serius dan terpantau. Pembinaan olahraga prestasi bertujuan untuk

mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan

melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan

dan teknologi keolahragaan. Keterbatasan dana pemerintah menuntut cabang-

cabang olahraga lain yang belum menjadi prioritas pendanaan pemerintah perlu

menggalang dana kolektif dari masyarakat dan swasta.

Para pemerhati olahraga Indonesia harus segera menyatukan suara dalam

membangun olahraga di Indonesia. Salah satunya adalah menetapkan National

Sport Policy yang akan menjadi acuan bersama, tanpa melihat siapa yang menjadi

penguasaannya, serta menciptakan situasi konduksif untuk efisiensi dan efektivitas

penerapan kebijakan olahraga itu sendiri.

3) Olahraga Rekreasi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan

kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi

dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan,kebugaran, dan

kegembiraan. Pada pasal 19 Bab VI UU nomor 3 tahun 2005 dinyatakan bahwa

“olahraga rekreasi bertujuan untuk memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani dan

kegembiraan, membangun hubungan sosial dan atau melestarikan dan

meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional”. Selanjutnya dinyatakan

bahwa Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat berkewajiban menggali,

mengembangkan dan memajukan olahraga rekreasi.

Kristiyanto (2012 : 6) menyatakan bahwa “olahraga rekreasi terkait erat

dengan aktivitas waktu luang dimana orang bebas dari pekerjaan rutin. Waktu

luang merupakan waktu yang tidak diwajibkan dan terbebas dari berbagai

keperluan psikis dan sosial yang telah menjadi komitmennya”. Secara psikologi

banyak orang di lapangan yang merasa jenuh dengan adanya beberapa kesibukan

dan masalah, sehingga mereka membutuhkan istirahat dari bekerja, tidur dengan

nyaman, bersantai sehabis latihan, keseimbangan antara pengeluaran dan

pendapatan, mempunyai teman bekerja yang baik, kebutuhan untuk hidup bebas,

dan merasa aman dari resiko buruk. Melihat beberapa pernyataan di atas, maka

rekreasi dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan sebagai pengisi

waktu luang untuk satu atau beberapa tujuan, diantaranya untuk kesenangan,

kepuasan, penyegaran sikap dan mental yang dapat memulihkan kekuatan baik

fisik maupun mental.

Beragam jenis olahraga rekreasi, yang merupakan kekayaan asli dan jati diri

bangsa Indonesia perlu dilestarikan, dipelihara dan diperkenalkan kepada generasi

muda penerus, serta didokumentasikan dengan serius dan cermat, sehingga aset

budaya dan jati diri bangsa Indonesia tidak hilang atau diakui oleh bangsa lain.

Disamping itu, gerakan “Sport for All” yang menjadikan olahraga sebagai bagian

dari upaya mendukung pembangunan kualitas sumber daya manusia, pendidikan,

kesehatan dan kebugaran masyarakat, serta aspek lain yang dibutuhkan oleh

pembentukan karakter dan jati diri suatu bangsa, menjadikannya sebagai kekuatan

yang ampuh dalam upaya mempersatukan bangsa Indonesia dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejalan dengan itu, “Sport for All” di dunia

internasional telah semakin maju dan berkembang menjadi suatu gerakan global,

yang dampaknya secara langsung dan tidak langsung telah mempengaruhi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

perkembangan olahraga di Indonesia, yang terbukti dengan semakin subur dan

meningkatnya partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan dan bentuk olahraga,

baik yang asli berakar dari budaya bangsa dan dalam negeri Indonesia, maupun

yang berasal dari budaya bangsa lain dari manca Negara. Atas dasar pemikiran

bahwa potensi, manfaat dan kekayaan dari olahraga rekreasi dan gerakan “Sport for

All”, tidak hanya dari aspek olahraga, kesehatan dan budaya, akan tetapi juga dari

aspek terkait yang lain dalam kehidupan bangsa Indonesia, maka pengembangan

olahraga rekreasi dan gerakan “Sport for All” di Indonesia, harus ditangani dengan

serius, baik oleh pemerintah di pusat dan daerah, maupun oleh organisasi olahraga

dan masyarakat sendiri, melalui penetapan Visi “Indonesia Bugar 2020”.

Guna mendukung upaya dan semangat kebangkitan bangsa Indonesia yang

dimulai sejak peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional tahun 2008, maka

Kebangkitan Olahraga Nasional melalui upaya pemberdayaan dan pengembangan

olahraga rekreasi dan gerakan “Sport for All” di Indonesia, menjadi salah satu

solusi dan cara yang tepat untuk mendorong percepatan Kebangkitan Bangsa

Indonesia sebagai bangsa yang sehat, bugar, produktif, kuat, mandiri, demokratis,

berjati diri dan berdaya saing di era globalisasi. Atas dasar pemikiran tersebut, Visi

“Indonesia Bugar 2020” harus dapat dijabarkan melalui penyelenggaraan event

berskala nasional yaitu Kongres Nasional Pengembangan Olahraga Rekreasi dan

“Sport for All” di Indonesia dan sekaligus didukung oleh seluruh jajran dan jejaring

Olahraga Rekreasi di Indonesia yang berhimpun dalam Federasi Olahraga Rekreasi

Masyarakat Indonesia (FORMI), yang akan mengindentifikasi dan

menginventarisasi segenap potensi yang terkait, serta menentukan peran, arah dan

sasaran pengembangan olahraga rekreasi dan “Sport for All” di Indonesia dalam

sepuluh tahun kedepan.

2. Olahraga Pencak Silat

a. Sejarah pencak silat

Pencak silat merupakan salah satu unsur budaya peninggalan nenek moyang

bangsa Indonesia yang saat ini sudah berkembang dimanca Negara. Pencak silat adalah

suatu cabang olahraga kebanggaan bangsa dan rakyat Indonesia yang lahir dan

berkembang dibumi pertiwi untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan mencapai

keselarasan hidup, serta meningkatkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pada pesta-pesta olahraga baik tingkat regional, nasional maupun internasional pencak

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

silat sudah sejajar kedudukannyaa dengan cabang olahraga lainnya. Hal ini telah terbukti

dengan terbentuknya persekutuan pencak silat antar bangsa (PERSILAT) yang dipelopori

oleh Eddie M. Nalapraya pada tanggal 11 maret 1980 didukung oleh Negara singapura,

Malaysia dan brunei darusalam. (Lubis & Wardoyo, 2014:2) Dengan demikian pencak

silat bukan saja milik bangsa Indonesia tetapi sudah menjadi milik bangsa-bangsa lain

didunia.

Para pendekar dan perguruan progresif mengupayakan untuk membentuk pencak

silat sebagai olahraga. Perjuangan keras untuk menyakinkan bahwa pencak silat perlu

dikembangkan sebagai olahraga agar tidak musnah dimasyarakat. Alasannya bahwa

dengan berakhirnya masa peperangan pencak silat sudah kehilangan peran sebagai sarana

bela diri. Dalam upaya mencari peran baru yang lebih sesuai dengan perkembangan

zaman pencak silat sebaiknya dicoba untuk dipertandingkan.

Uji coba pertandingan pencak silat pertama diadakan olah pendekar-pendekar

distadion kalisari, semarang tahun 1957. Pada pertandingan ini sangat menggembirakan

karena berjalan dengan lancar tanpa ada kecelakaan, namun uji coba dilakukan ditempat

lainnya tidak begitu berhasil dikarenakan peraturan yang digunakan masih sangat longgar

sehingga kontak antara pesilat tidak dapat dibatasi yang berakibat banyak terjadinya

cedera bahkan sampai mengakibatkan kematian. Selanjutnya pencak silat hanya dijadikan

acara demonstrasi dipekan olahraga nasional I (PON I) tahun 1948 sampai PON VII

tahun 1969. Pencak silat pertama kali tampil sebagai cabang olahraga prestasi dan

dipertandingkan secara resmi terjadi pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta

Sejak saat itu dapat dikatakan pencak silat tanding mengalami perkembangan

pesat, dengan terus memperhalus teknik-teknik agar lebih efektik dan afisien yang sifat

tidak mencelakai, terutama dalam pembinaan dan pelatihan. Pembinaan dan pelatihan

pencak silat semakin disesuaikan dengan ilmu dan prinsip-prinsip olahraga yang secara

umum menitikberatkan pada kemampuan maksimal tubuh. Kemampuan tersebut

dibedakan menjadi beberapa spesifikasi yaitu: 1) strength (kekuatan), 2) endurance (daya

tahan), speed (kecepatan), 3) flexibility (kelentukan), 4)agility (kelincahan), fitness

(kesegaran jasmani) dan reaction (reaksi) kosasih, 1993:21)

b. Hakekat Pencak Silat

Pencak silat adalah olahraga bela diri yang berasal dari Indonesia yang terdiri dari

gerakan jasmani yang lemah gemulai, namun penuh tenaga dan dilandasi dengan rohani

yang berbudi luhur. Dalam pencak silat mengandung unsur bela diri, olahraga, seni, dan

budaya yang berisi teknik pembelaan dan penyerangan. Pencak dapat mempunyai arti

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

sebagai gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar,

latihan, dan pertunjukan. Silat mempunyai pengertian sebagai gerak bela diri yang

sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau

kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau bencana. Dewasa

ini pencak silat mengandung unsur-unsur keolahragaan, seni, bela diri, dan kebatinan

(Setiawan, 2012:76).

Pencak silat merupakan salah satu budaya asli bangsa Indonesia dimana sangat

diyakini oleh para pendekarnya dan pakar pencak silat dan masyarakat Melayu saat itu

menciptakan dan mempergunakan ilmu bela diri ini sejak di masa prasejarah. karena pada

masa itu manusia harus menghadapi alam yang keras dengan tujuan mempertahankan

kelangsungan hidupnya (survive) dengan melawan binatang ganas dan berburu yang pada

akhirnya manusia mengembangkan gerak-gerak bela diri. Lubis (Hasyim dan Dolores,

2014:62) mengemukakan bahwa pencak silat merupakan warisan budaya nenek moyang

bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai luhur dan merupakan salah satu bentuk

bela diri tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat. Setiap daerah

memiliki ciri-ciri khusus dalam mengolah keterampilan gerak dan penggunaan senjata

tradisional dalam pertandingan seni bela diri pencak silat.

Setelah terbentuknya organisasi pencak silat pada tanggal 18 mei 1948 bernama

IPSI (ikatan pencak silat Indonesia) para tokoh pencak silat berikrar untuk menjadikan

wadah tersebut sebagai alat perjuangan dimana tujuananya adalah mempersatukan dan

membina seluruh perguruan pencak silat yang terdapat di Indonesia: menggali,

melestarikan dan mengembangkan pencak silat beserta nilai-nilainya menjadikan sebagai

sarana character and national building serta sarana perjuangan bangsa. Pengembangan

pencak silat sebagai olahraga dan pertandingan telah dirintis sejak tahun 1969, dengan

melalui berbagai percobaan pertandingan di daerah dan di tingkat pusat. Pada tahun 1975,

PON VIII yang berlangsung di Jakarta, pencak silat pertama kali dipertandingkan dan

merupakan kejuaraan tingkat nasional yang pertama kali diselenggarakan.

c. Nilai-Nilai Esensial Olahraga Pencak Silat

nilai adalah sesuatu yang diyakini, dipegang, dan dipahami secara rasional serta

dihayati secara efektif (mendalam) sebagai sesuatu yang berharga dan yang baik untuk

acuan hidup dan motivasi hidup nilai seseorang diukur melalui tindakannya. Sedangkan

falsafah sebagai kegandrungan mencari hikmah kebenaran serta kearifan dan

kebijaksanaan dalam hidup dan kehidupan manusia. Pengertian tersebut berkaitan dengan

kata “phio” yang berarti love atau kegandrungan dan “Sophia” yang berarti wisdom atau

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

kearifan dan kebijaksanaan. Filsafah pada dasarnya adalah pandangan dan kebijaksanaan

hidup manusia dalam kaitan dengan nilai-nilai budaya, nilai sosial, nilai moral, dan nilai

agama yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Falsafah budi pekerti yang luhur

menentukan kebenaran, keharusan, dan kebaikan bagi manusia pencak silat dalam

mempelajari, melaksanakan, dan menggunakan pencak silat maupun dalam bersikap,

berbuat, dan bertingkah laku, serta merupakan jiwa dan sumber motivasi dalam

pelaksanaan dan penggunaan pencak silat.

Dalam falsafah pencak silat kita akan mengenal etika. Istilah etika dan moral

secara etimologis, kata ethics berasal dari yunani, ethike yang berarti ilmu tentang moral

dan karakter. Studi tentang etika secara khas sehubungan dengan prinsip kewajiban

manusia atau studi tentang semua kualitas mental dan moral yang membedakan seseorang

atau suku bangsa. Moral berasal dari kata latin, mos yang artinya sebagai adat istiadat

atau tata karma. Etika adalah suatu pemikiran sistematis tentang moralitas, dimana yang

dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan melainkan suatu pengertian yang lebih

mendasar dan kritis. Dalam pengertian teknis moral menunjukan apakah perbuatan

seseorang baik atau buruk, bijak atau jahat, atau karakter yang bertanggung jawab. Etika

pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberika ajaran,

melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, pandangan-

pandangan moral secara kritis.

Scott kretchmar mengemukakan etika mendasari tentang cara melihat dan

mempromosikan kehidupan yang baik, tentang mendapakannya, merayakannya dan

menjaganya. Etika terkait nilai-nilai pemeliharaannya seperti kebenaran, pengetahuan,

kesempurnaan, persahabatan, dan banyak nilai-nilai lainnya. Selain itu etika juga

mengenai rasa belas kasih dan simpati, tentang memastikan kehidupan baik berbagi

dengan yang lainnya, terkait dengan kepedulian terhadap yang lain, terutama yang tidak

punya kedudukan atau kekuatan yang diperlukan untuk melindungi diri mereka sendiri

atau jalan mereka.(Kohli, 1995 dalam Lubis & Wardoyo, 2014:12)

Istilah moral dikaitkan dengan motif, maksud, dan tujuan berbuat atau melakukan

tindakan. Moral berkaitan dengan niat. Sedangkan etika adalah studi tentang moral. Salah

satu contoh dalam olahraga, penggunaan doping merupakan perbuatan tidak bermoral,

sama dengan bermain “nyabun” dalam sepak bola. Etika mempelajari hal-hal dibalik isu

moral, sementar moral mempersolkan tindakan, motif, dan maksud dari perbuatan. Oleh

karena itu kedua istilah saling berkaitan satu sama lain.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Nilai menurut Sutrisno adalah sesuatu yang diyakini , dipegang, dan dipahami

secara rasional serta dihayati secara efektif (mendalam) sebagai sesuatu yang berharga

dan baik untuk acuan hidup dan motivasi hidup. Selanjutnya Darmaputra menjelaskan

nilai sebagai sesuatu yang dijunjung tinggi serta mewarnai dan menjiwai tindakan

seseorang. Nilai seseorang diukur dengan tindakan. (Lubis & Wardoyo, 2014:12)

Pencak silat sebagai refleksi dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia

merupakan sistem budaya yang dipengaruhi oleh lingkungan alam, dan tidak dapat

dipisahkan dari aktivitas manusia. Dalam kehidupan nyata dimasyarakat, pencak silat

telah digunakan sebagai alat bela diri, pemeliharaan kebugaran jasmani, mewujudkan rasa

estetika, dan menyalurkan aspirasi spiritual manusia. Pada tataran individu, pencak silat

berfungsi membina manusia agar dapat menjadi warga teladan yang mematuhi norma-

norma masyarakat . Pada tataran kolektif pencak silat berfungsi sebagai kekuatan kohesif

yang dapat merangkul individu-individu dalam ikatan hubungan sosial organisasi

perguruan silat, guna mempertahankan persatuan dan kesatuan dengan menciptakan rasa

kesetiakawanan dan kebersamaan diantara anggotanya. (Mulyana, 2013:87)

Seorang pesilat diharuskan menjaga harkat dan martabat diri dan bangsanya serta

bertanggung jawab terhadap ilmu yang diembannya, mengutamakan kepentingan

masyarakat dari pada kepentingan pribadi, rela berkorban untuk kepentingan bersama dan

tidak menggunakan kemampuan beladirinya untuk merugikan orang lain. Semakin luas

dalam kualitas dan kuntitas pengetahuan, keterampilan, dan perilaku seorang pesilat harus

semakin mantap dan pengamalan ajaran budi pekerti luhur.

Notosoejitno (1994) menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk tuhan wajib

mematuhi dan melaksanakan secara konsisten dan konsekuen nilai-nilai ketuhanan dan

keagamaan baik secara vertical maupun horizontal. Lebih lanjut O’on Maryono (1998:79)

mengemukakan bahwa amalan yang terkandung dalam falsafah budi pekerti luhur pencak

silat adalah pengendalian dalam arti: 1) Rasa keterikatan (sence of commitment) kepada

kaidah-kaidah, nilai-nilai dan cita-cita agama dan moral masyarakat; 2) Sikap Tanggap

(responsif) dan arif kepada setiap gelagat perkembangan, tuntutan dan tantangannya; 3)

Sikap Tangguh (firm) dan dapat mengembangkan kemampuan di dalam menhadapi dan

mengatasi tantangan; 4) Sikap disiplin dan tahan uji didalam menghadapi berbagai

godaan dan cobaan; 5) Sikap dinamis dan kreatif dalam upaya mencapai keberhasilan.

Ajaran falsafah budi pekerti dijiwai oleh nilai-nilai pencak silat adalah: 1) Takwa,

beriman teguh kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan melaksanakan printah-Nya dan

menjauhi larangan-Nya; 2) Tanggap; peka, peduli, antisipatif, pro aktif dan mempunyai

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

kesiapan diri terhadap setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi berikut semua

kecendrungan, tuntutan dan tantangan; 3) Tangguh, keuletan dan kesanggupan

mengembangkan kemampuan diri dalam menghadapi dan menjawab setiap tantangan

serta dapat mengatasi setiap persoalan, hambatan dan gangguan; 4) Tanggon, (bahasa

jawa) teguh, tegar, konsisten dan konsekuen dalam memegang prinsip menegakan

keadilan, kejujuran, dan kebenaran; 5) trengginas (dalam bahasa jawa), enerjik, aktif,

kreatif dan inovatif, berpikir luas serta sanggup bekerja keras untuk mengejar kemajuan

yang bermutu dan bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat berdasarkan sikap

kesediaan untuk membangun dan bertanggung jawab atas pembanagunan masyarakatnya.

Falsafah pada dasarnya adalah pandangandan kebijaksanaan hidup manusia dalam

kaitan dengan nilai-nilai budaya, nilai sosial, nilai moral, dan nilai agama yang dijunjung

tinggi oleh masyarakat. Falsafah budi pekerti luhur menentukan ukuran kebenaran,

keharusan dan kebaikan bagi manusia pencak silat dalam mempelajari, melaksanakan dan

menggunakan pencak silat maupun dalam bersikap, berbuat dan bertingkah laku serta

merupakan jiwa dan sumber motivasi dalam pelaksanaan dan penggunaan pencak silat,

karena itu falsafah budi pekerti luhur merupakan falsafahnya pencak silat (Lubis &

Wardoyo, 2014:12)

Pencak silat pada dasarnya adalah beladiri yang mempunyai empat nilai sebagai

satu kesatuan yaitu nilai etis, teknis, estetis dan atletis. Nilai-nilai tersebut selain

merupakan nilai pencak silat juga merupakan corak khas dan keistimewaan pencak silat

yang bersumber dari budaya masrakat rumpun melayu. Menurut Notosoejitno (1997),

nilai etis adalah nilai kesusilaan pencak, secara implisit terkandung nilai agama, nilai

sosial budaya, dan nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Nilai teknis adalah

kedayagunaaan pencak silat ditinjau dari kebutuhan dan kepentingan beladiri berdasarkan

logika. Nilai estetis adalah nilai keindahan pencak silat berdasarkan estetika. Nilai atletis

adalah nilai keolahragaan berdasarkan aturan keolahragaan. Dengan demikian konsep

yang mendasar dari ajaran falsafah budi pekerti luhur, memahami akan makna esensial

dari aspek dan nilai-nilai yang terkandung dalam pencak silat.

Falsafah budi pekerti luhur berkaitan erat dengan pembentukan karakter pesilat,

karena hal tersebur memberikan landasan untuk membentuk sikap dan perilaku pesilat

dalam upaya pencapaian kedisiplinan dan penanaman etika yang baik. Nilai-nilai luhur

pencak silat merupakan dasar untuk membentuk manusia yang beretika tinggi dan

mempunyai disiplin tinggi terhadap diri sendiri dan lingkungannya dalam hal

menjalankan tugas dan kewajiban yang diemban.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

d. Aspek-aspek Pencak Silat

Istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni bela diri dan

kebatinan. Pencak silat adalah hasil budaya manusia untuk membela atau

mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya).

Pembentukan, pembinaan, dan pengembangan watak seseorang menjadi pesilat sejati

yang handal dan bermoral, dilakukan di perguruan atau organisasi pencak silat melalui

proses pengajaran dan pelatihan secara edukatif. Pembentukan pribadi yang bermoral

dalam ukuran seni bela diri pencak silat terkandung dalam empat aspek nilai luhur

pencak silat. Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia atau PB IPSI

(Setiawan, 2012:74-75) menjelaskan bahwa terdapat empat aspek utama dalam pencak

silat yaitu:

1) Aspek mental spiritual.

Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian serta karakter mulia

seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali

harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai

tingkat tertinggi keilmuannya.

2) Aspek seni budaya.

Budaya dan permainan ‘seni’ pencak silat adalah salah satu aspek yang sangat

penting. Istilah pencak pada umumnya menggambarkan seni tarian pencak silat

yang diiringi dentuman suara musik dan busana tradisional.

3) Aspek beladiri.

Kepercayaan dan ketekunan diri adalah sangat penting dalam menguasai ilmu

bela diri dalam pencak silat. Istilah silat cenderung menekankan pada aspek

kemampuan teknis bela diri pencak silat.

4) Aspek olahraga.

Hal ini berarti aspek fisik dalam pencak silat merupakan hal yang sangat

penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Sebagai

kompetisi dari bagian olahraga ini meliputi pertandingan dan demonstrasi

bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda, atau regu.

Menurut Draeger (Kumaidah, 2012:4) senjata dan seni dalam bela diri silat

merupakan hal yang tidak terpisahkan, bukan hanya dalam hal olah tubuh saja, melainkan

juga hubungan spiritual yang terkait dengan kebudayaan Indonesia. Pencak silat menjadi

bagian dari latihan spiritual seseorang. Sebagai aspek mental-spiritual, pencak silat lebih

banyak menitikberatkan pada pembentukan sikap dan watak kepribadian pesilat yang

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

sesuai dengan falsafah budi pekerti luhur. Pada aspek bela diri, pencak silat bertujuan

untuk memperkuat naluri manusia untuk membela diri terhadap berbagai ancaman dan

bahaya. Dari segi ilmu bela diri dan seni tari rakyat, pencak silat berkembang menjadi

bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing.

3. Kebijakan Pemerintah Tentang Pembinaan Olahraga Pencak Silat

Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan seseorang,

kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya

hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau

mewujudkan sasaran yang diinginkan, (friedrich dalam Wahab, 2004:3). Kebijakan

adalah keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan

tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan tertentu, berisikan ketentuan-

ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam (1) pengambilan keputusan lebih

lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana

kebijakan, (2) penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik

dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran

yang dimaksudkan,(Mustopadidjaja). kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk

mencapai tujuan tertentu dan umumnya tujuan tersebut yang ingin dicapai oleh seseorang,

kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan tetapi

harus mencari peluang-peluan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang diinginkan.

Hal tersebut berarti kebijakan-kebijakan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan

praktek-praktek sosial yang ada didalam masyarakat, maka kebijakan tersebut akan

mendapat kendala ketika diimplementasikan. Sebaliknya suatu kebijakan harus mampu

mengakomodasikan nilai-nilai dan praktik-pratik yang hidup dan berkembang di

masyarakat.

Pembinaan adalah suatu proses yang berkesinambungan dan tidak ada rencana

pembinaan bersifat final, tetapi selalu merupakan bahan untuk diadakan perbaikan. Oleh

karena itu pembinaan bukan merupakan hasil daripada proses perencanaan, tetapi hanya

sebagai laporan sementara (interiwn report). Hasil pembinaan adalah spesifikasi dari

tujuan-tujuan/sasaran-sasaran target dari perencanaan yang ditentukan dengan apa yang

ingin dicapai, dan bagaimana mencapainya. Pada suatu deretan, fakta-fakta dan

pandangan untuk waktu yang akan datang, maka harus menyimpulkan apa yang akan

mempengaruhi tujuan dari kegiatan tersebut “hasil yang akan dicapai”. Jelasnya, hasil

pembinaan dengan maksud/tujuan untuk mencapai tujuan organisasi itu adalah

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

merupakan suatu pertimbangan yang pokok dalam halnya pengambilan keputusan, maka

efisiensi sangat diperlukan, karena merupakan perbandingan yang terbaik antar input dan

output (hasil pelaksanaan dengan sumber-sumber yang dipergunakan) jadi tujuan hasil

pembinaan adalah untuk mencapai efektif (berhasil guna) dan efisien (berdaya guna).

Hare, Ed. (1982:21) mengemukakan bahwa pembinaan olahraga yang dilakukan

secara sistematik, tekun dan berkelanjutan diharapkan akan dapat mencapai prestasi yang

bermakna. Proses pembinaan memerlukan waktu yang lama, yakni mulai dari masa

kanak-kanak atau usia dini hingga anak mencapai tingkat efisiensi kompetisi yang

tertinggi. Pembinaan dimulai dari program umum mengenai latihan dasar mengarah pada

pengembangan efisiensi olahraga secara komprehensif dan kemudian berlatih yang

dispesialisasikan pada cabang olahraga tertentu.

Kebijakan pembinaan olahraga memberikan kesempatan kepada semua semua

organisasi induk untuk berkembang, tetapi untuk olahraga prestasi sebaiknya disusun

program prioritas. Cabang olahraga termasuk nomor yang dinilai merupakan ungulan

daerah ditempatkan pada kelompok pertama dan selebinya pada kelompok kedua atau

ketiga. Pada tahun 2005 Pemerintah dengan Perwakilan Rakyat bersama-sama

menyepakati Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional. Undang-undang keolahragaan ini mengamanatkan bahwa masyarakat harus ikut

serta dalam mengembangkan olahraga nasioanal

Pengembangan olahraga harus dilaksanakan secara berkesinambungan,

terprogram, dan menuntut kerja keras agar tecapainya prestasi dan budaya olahraga guna

meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang memiliki tingkat kesehatan dan

kebugaran yang baik. Pembinaan olahraga dimulai dari usia dini baik pada formal dan

lembaga non formal, karena telah dirasakan bahwa olahraga akan memberikan

sumbangan yang berarti terhadap seluruh elemen kehidupan manusia. Pemerintah bahkan

menjadikan olahraga sebagai pendukung terwujudnya manusia Indonesia yang sehat

dengan menempatkan olahraga sebagai salah satu arah kebijakan pembangunan yaitu

menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga

memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup.

Tujuan akhir pembinaan olahraga itu tidak lain untuk meningkatkan kualitas hidup

masyarakat, sehingga secara konsisten perlu menempatkan olahraga sebagai bagian

intergral dari pembangunan. Dengan demikian olahraga ditempatkan bukan sekedar

merespon tuntutan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya tetapi ikut bertanggung jawab

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

untuk memberikan arah perubahan yang diharapkan. Keteguhan terhadap komitmen ini

didukung oleh begitu banyak fakta dan pengalaman bahwa olahraga yang dikelolah dan

dibina dengan baik akan mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat. Seperangkat

nilai dan manfaat dari aspek sosial, kesehatan, ekonomi, psikologis dan pedagogis

merupakan landasan yang kuat untuk mengklaim bahwa olahraga merupakan instrument

yang ampuh untuk melaksanakan pembangunan yang seimbang antara material, mental,

dan spiritual.

Dalam kaitan dengan upaya percepatan peningkatan prestasi olahraga nasional

sesuai amanat UUSKN sudah sewajarnya kementrian Negara pemudah dan olahraga juga

memberikan perhatian dan mengarahkan kebijakan tentang penguatan sub-sub sistem

pembinaan yang lebih menekankan orientasinya pada olahraga prestasi, disamping

olahraga pendidikan dan olahraga rekreasi. Di samping itu kementerian negara pemuda

dan olahraga yang sekaligus menggambarkan arah tindakan yang bersifat strategis, serta

operasionalisasi kebijakan yang tertuang dalam program-program kegiatan.

Pembinaan untuk keserasian kebijakan dalam upaya koordinasi dan sinergi antara

lembaga-lembaga terkait yang menjadi stakeholders utama dalam pembinaan olahraga

perlu terus ditingkatkan. Pada tingkat pusat (dalam hal ini kementerian Negara pemuda

dan olahraga) menentukan kebijakan nasional serta koordinasi dan pengawasan terhadap

pengelolaan terhadap keolahragaan nasional. Pembinaan dan pengembangan olahraga

yang dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah meliputi : pengolahraga,

ketenagaan, pengorganisasian, pendanaan, metode, prasarana dan sarana serta

penghargaan olahraga. Pihak KONI dan pengurus besar induk organisasi cabang olahraga

berfungsi untuk merancang strategi pembinaan olahraga prestasi jangka panjang,

menengah, dan pendek serta menetapkan target-target yang realistis. Berkaitan dengan

fungsi masing-masing forum komunikasi akan menjadi sangat penting seperti forum

komunikasi melalui musyawarah nasioanal, musyawarah daerah guna membangun

komitmen yang berkenaan dengan prioritas pembinaan, target, dan penggalian dana

pendukung yang penggunaannya secara akuntabel dan transparan. (Mutohir & Maksun,

2007)

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan memperhatikan tema kebijakan,

pokok-pokok pikiran, serta berbagai faktor sebagai penguatan sistem pembinaan dan

pengembangan olahraga pencak silat di Nusa Tenggara Timur perlu dilakukan beberapa

arah kebijakan strategi oleh pemerintah daerah sebagai bentuk perhatian dan

pertimbangan tidak hanya berujung pada peningkatan prestasi daerah melainkan sebagai

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

upaya pelestarian budaya bangsa yang semakin terkikis dan pembangunan olahraga

khususnya dalam percepatan peningkatan yang berdampak pada prestasi olahraga

nasioanal.

Olahraga pencak silat merupakan wahana bagi pelaksana proses transformasi

nilai-nilai kebudayaan dan pembentukan peradaban manusia yang didalamnya adalah

proses transformasi atau pembudayaan nilai-nilai kemanusiaan yang sangat mendasar

seperti kejujuran, solidaritas, kesetiakawanan, persaudaraan dan lain-lain. Seperti yang

dikatakan oleh ketua umum pengurus besar ikatan pencak silat Indonesia Prabowa

Subianto dalam sambutan acara pengukuhan personalia pengurus provinsi Nusa Tenggara

Timur periode 2011-2015 mengatakan bahwa olahraga pencak silat merupakan bela diri

budaya bangsa yang patut untuk dilestarikan dan dikembangkan menjadi olahraga yang

mampu bersaing dalam setiap event internasional. Dalam menghadapi persaingan global

kita juga merasa berkepentingan melalui olahraga pencak silat dapat membentuk individu

yang cerdas dalam makna luas, yang diantaranya cakap dalam memecahkan masalah dan

menjadi manusia kreatif, bukan bangsa peniru yang tidak memiliki kepercayaan diri.

Secara efektif olahraga dapat difungsikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara sebagai instrument pembangunan bangsa (national and character building)

Memperhatikan kondisi prestasi olahraga nasional yang memprihatinkan sebagai

akibat rendahnya daya saing dan tema kebijakan olahraga maka bangunan sistem

pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional perlu direstrukturisasi dan

revitalisasi sehingga olahraga menjadi bagian yang penting dalam pembangunan nasional.

Pencak silat di Nusa Tenggara Timur merupakan cabang olahraga unggulan sehingga

campur tangan pemerintah dalam hal pembinaan dilihat dari ketersediaan sumber daya

manusia olahraga pencak silat, Pendanaan, ketersediaan sarana dan prasarana untuk

mendukung proses pembinaan yang berkelanjutan

Dalam dunia olahraga pencak silat untuk mencapai prestasi secara optimal perlu

dikembangkan budaya sinergis berbagai unsur yang berkarakter, antara lain sinergis dari

lembaga pendidikan (perguruan tinggi) lembaga pemerintahan, dan stakeholder. Karena

dalam pencapaian prestasi merupakan sala satu perwujudan dari pilar olahraga prestasi.

Tripilar olahraga sebagai penyangga pencapaian prestasi, kebugaran dan pendidikan anak

bangsa yang berkarakter terdiri dari pengembangan olahraga prestasi, olahraga rekreasi

dan olahraga pendidikan.

Sebagai sebuah fenomena sosial dan kultur, olahraga pencak silat tidak bisa

melepaskan diri dari ikatan moral kemodernan yang kompleks. Penerimaan eksistensinya

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

secara sosiologis dijamin oleh kemampuan menyesuaikan diri dengan masyarakat atau

sebaliknya, masyarakat yang akan menjadikannya sebagai sasaran ekstensifikasinya.

Langkah strategis untuk mengembangkan, penanaman moral dan pembentukan karakter

melalui olahraga pencak silat dengan menjadikan prestasi “ Olahraga Pencak Silat

Sebagai Icon Nation And Character Building”.

Dalam deklarasi pencak silat incorporated kongres Diaspora Indonesia kedua 18-

20 agustus 2013 membangun komitmen bersama bahwa sebagai bagian dari budaya luhur

nenek moyang bangsa, kami seluruh pemangku kepentingan pencak silat baik dari ikatan

pencak silat Indonesia (IPSI), Persekutuan silat antarbangsa (PERSILAT), komite

olahraga nasional Indonesia. Kementrian pemudah dan olahraga (KEMENPORA),

kementerian luar negeri (KEMENLU), asosiasi-asosiasi nasional silat dan pemerhati

pencak silat yang ada diluar negeri, beserta segenap DIASPORA Indonesia sebagai

pewaris dari budaya luhur tersebut, berkomitmen untuk terus memelihara dan

mengembangkan jati diri bangsa dalam bentuk seni bela diri pencak silat. Hal ini tentu

dapat memberikan harapan baru seluruh elemen untuk tetap melestarikan budaya bangsa

dan juga menjadi pekerjaan besar bukan hanya terbatas pada pekerjaan IPSI dan

PERSILAT atau pemerintah saja, namun harus menjadi pekerjaan yang harus dipikul

bersama oleh berbagai pihak

Program pembinaan keolahragaan untuk meningkatkan prestasi olahraga

dikalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat telah dilaksanakan melalui berbagai

kegiatan antara lain: pembinaan olahraga, pemassalan olahraga, pemanduan bakat,

peningkatan mutu tenaga Pembina/pelatih keolaragaan dan pengembangan

prasarana/sarana olahraga. Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh pembangunan

dalam berbagai sarana dan prasarana olahraga disekolah dasar dan sekolah lanjutan

sampai dengan perguruan tinggi. Selain itu penyediaan sarana dan prasarana pada pusat

pendidikan dan latihan pelajar (PPLP) diberbagai propinsi telah ditingkatkan, juga untuk

kalangan mahasiswa melalui pusat pendidikan dan latihan mahasiswa (PPLM) serta pusat

pendidikan dan latihan daerah (PPLD)

pelaksanaan pola dasar pembangunan olahrga ini dituangkan dalam bentuk

kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan nyata dari pemerintah, masyarakat

dan keluarga, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun program jangka panjang

dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku. Sistem pembinaan olahraga

sudah dikenal dengan sistem piramida. Pembinaan olahraga berdasarkan piramida yaitu

mengikuti tahap-tahap pembinaan yang didasari pada teori pirammida, meliputi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

pemasalan, pembibitan, dan peningkatan prestasi yang merupakan suatu rangkaian

kegiatan bertahap, terpadu, terarah, dan berkesinambungan yang menekankan prestasi

yang meluas atau masa dari kalangan warga usia muda. Melakukan upaya serius dalam

pembinaan olahraga menunjukan betapa pentingnya peranan ilmu pengetahuan dalam

pembinaan prestasi olahraga. Membina atlet tidak bisa dilakukan hanya dengan

pengetahuan yang intuitif dan spekulatif.

4. Kebijakan Pemerintah

Thomas R. Dye mengemukakan bahwa kebijakan publik merupakan apapun yang

dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan. Carl Friedrich memandang

kebijakan publik sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau

pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan

peluang-peluang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi

masalah dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu (Winarno, 2012:20-21).

Cochran, dkk., (2009:1-2) mengemukakan bahwa:

Public policy is defined as an intentional course of action followed by a government

institution or official for resolving an issue of public concern. Such a course of action

must be manifested in laws, public statements, official regulations, or widely accepted

and publicly visible patterns of behavior. Public policy is rooted in law and in the

authority and coercion associated with law.

Easton (1969) memberikan pengertian kebijakan publik sebagai pengalokasian

nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaaannya mengikat. Sehingga

cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan

tindakan tersebut merupakan bentuk dan sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang

merupakan bentuk pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat. (Tangkilisan, 2003:2).

Public policy sebagai seuatu keputusan senantiasa berwawasan kehari-depan

(goal-oriented) atau bersifat futuristis. Untuk menanggapi kepentingan masyarakat, yang

dalam kondisi dan dalam situasi tertentu Nampak sebagai masalah (problem), yang

kemudian merupakan “public issue” maka public policy sebagai suatu keputusan

haruslah ditetapkan tepat pada waktunya, tidak boleh tergesa-gesa namun juga tidak boleh

ditetapkan secara terlambat. Ada ungkapan dalam hubungan dengan pembuatan public

policy, bahwa public policy haruslah ditetapkan dan dilaksanakan tepat pada waktunya.

Keinginan-keinginan dan pendapat-pendapat dalam masyarakat itu bermacam-macam,

ada yang sama, ada yang berbeda, malahan ada yang bertentangan. Karena itulah Dimock

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

menekankan definisinya sebagai “Reconciliation” dan “Critallization” dari pendapat-

pendapat dan keinginan-keingnan tersebut. (Soenarko, 2003:44)

Siegel dan Weinberg (Akindele dan Olaopa, 2004:174) mendefinisikan kebijakan

publik sebagai “public policies are shaped (or made) when government or comparable

authorities decide whether or not to alter aspects of community life”. Dengan kata lain,

kebijakan publik dibentuk atau dibuat ketika otoritas pemerintah memutuskan apakah

mengubah aspek kehidupan masyarakat atau tidak. James E. Anderson mendefinisikan

kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah)

atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Kebijakan tidak terlepas dari

kaitannya dengan kepentingan antar kelompok, baik di tingkat pemerintahan maupun

masyarakat secara umum (Indiahono, 2009:17).

Kebijakan publik merupakan kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih

oleh policy makers bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam

implementasinya. Ada banyak variable yang memengaruhi keberhasilan kepada individu

maupun kelompok atau institusi. Implementasi dari suatu program melibatkan upaya-

upaya policy makers. Untuk memengaruhi perrilaku birokrat pelaksanan agar tersedia

memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran. Dalam berbagai sistem

politik, kebijakan publik diimplementasikan oleh badan-badan pemerintah. Badan-badan

tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah dari hari ke hari yang membawa

dampak pada warga negaranya, (Subarsono, 2005:87)

Menurut Woll (1966) kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah

untuk memecahkan maslah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai

lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan publik

terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dan tindakan pemerintah yaitu: 1)

Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah

atau yamg lainnya yang bertujuan menggunakan kebijakan publik untuk mempengaruhi

kehidupan masyarakat, 2) Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan

pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penggaran,

pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan

mempengaruhi kehidupan masyarakat; 3) Adanya dampak kebijakan yang merupakan

efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. (Tangkilisan, 2003:2)

Menurut Charles O. Jones (1977) kebijakan terdiri dari komponen-komponen: 1)

Goal atau tujuan yang diinginkan; 2) Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik

untuk mencapai tujuan; 3) Program, upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan; 4)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Deficion atau keputusan yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan, membuat

rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program; 5) efek, yaitu akibat-akibat dan

program (baik disengaja atau tidak, primer atau skunder). (Tangkilisan, 2003:3)

Winarno (2012:35) mengemukakan bahwa terdapat beberapa tahapan dalam kebijakan

publik yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Tahapan Kebijakan Publik

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa terdapat lima tahapan kebijakan

publik, yaitu (Winarno, 2012:36-37):

a. Penyusunan agenda. Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan

masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah tersebut berkompetisi

terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan, sehingga tidak

semua masalah menjadi fokus perhatian pejabat.

b. Formulasi kebijakan. Masalah yang masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas

oleh para pembuat kebijakan. Masalah tersebut didefinisikan dan dicari

pemecahan masalah terbaik.

c. Adopsi kebijakan. Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh

para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut

dapat diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus direktur

lembaga atau keputusan peradilan.

d. Implementasi kebijakan. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit

administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada

Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi

Evaluasi

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

beberapa impelementasi kebijakan mendapat dukungan dari implementor namun

beberapa yang lain memiliki kemungkinan ditentang oleh para pelaksana.

e. Evaluasi kebijakan. Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai

untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan

masalah. Kebijakan publik pada dasarnya untuk meraih dampak yang diinginkan

masyarakat atau memecahkan masalahnya. Oleh karena itu, perlu ditentukan

ukuran yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih

dampak yang diinginkan.

Sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila

konsep ini dirinci menjadi beberapa kategori (winarno,2014:24-26) antara lain:

a. Tuntutan – tuntutan kebijakan (policy decisions) adalah tuntutan-tuntutan yang

dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat

pemerintah dalam suatu sistem politik. Tuntuan tersebut berupa desakan agar

pejabat pemerintah mengambil tindakan atau tidak mengambil tindakan mengenai

suatu masalah tertentu. Biasanya tuntutan ini diajukan oleh berbagai kelompok

dalam masyarakat dan mungkin berkisar antara desakan secara umum bahwa

pemerintah harus “berbuat sesuatu” sampai usulan agar pemerintah mengambil

tindakan tertentu mengenai suatu persoalan.

b. Keputusan Kebijakan (policy demands) didefinisikan sebagai Keputusan-

keputusan yang dibuat oleh Pejabat-pejabat Pemerintah yang mengesahkan atau

memberi arah dan substansi kepada tindakan-tindakan Kebijakan Publik.

Termasuk dalam kegiatan ini adalah menetapkan Undang-undang, memberikan

Perintah-perintah eksekutif atau Pernyataan-pernyataan resmi, mengumumkan

Peraturan-peraturan administratif atau membuat interpretasi yuridis terhadap

Undang-undang.

c. Pernyataan-pernyataan kebijakan (policy statements) adalah Pernyataan-

pernyataan resmi atau artikulasi-artikulasi Kebijakan Publik. Yang termasuk

dalam kategori ini adalah undang-undang legislatif, Pemerintah-pemerintah dan

Dekrit Presiden, Peraturan-peraturan administrative dan pengadilan, maupun

Pernyataan-pernyataan atau Pidato-pidato pejabat pemerintah yang menunjukan

maksud dan tujuan pemerintah dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai

tujuan-tujuan tersebut.

d. Hasil-hasil Kebijakan (policy outputs) lebih merujuk pada “manifestasi nyata”

dari Kebijakan Publik, yaitu hal-hal yang dilakukan menurut Keputusan-

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

keputusan dan Pernyataan-pernyataan kebijakan. Dengan menggunakan kalimat

yang sederhana, hasil-hasil kebijakan dapat diungkapan sebagai apa yang

dilakukan oleh suatu Pemerintah dan keberadaannya perlu dibedakan apa yang

yang dinyatakan oleh Pemerintah untuk melakukan sesuatu. Penyelidikan

mengenai hasil-hasil kebijakan mungkin akan menunjukan bahwa kebijakan

dalam kenyataannya agak atau sangat berbeda dari apa yang tersirat dari dalam

Pernyataan-pernyataan kebijakan. Dengan demikian kita dapat membedakan

antara Dampak-dampak kebijakan dengan hasil-hasil kebijakan. Hasil-hasil

kebijakan lebih berpijak pada manifestasi nyata kebijakan publik.

e. Dampak-dampak Kebijakan (policy outcomes) lebih merujuk pada akibat-

akibatnya bagi masyarakat baik yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan

yang berasal dari tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah.

Kebijaksanaan adalah sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok,

instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Dengan

kata lain, kebijaksanaan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang,

kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-

hambatan dan kesempatan- kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk

menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan

suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. Hal ini sebenarnya menyangkut suatu dimensi

yang sangat luas, karena kebijakan tidak hanya dipahami sebagai tindakan yang dilakukan

oleh pemerintah, tetapi juga oleh kelompok maupun oleh individu yang ada dalam suatu

komunitas dalam masyarakat (Alam, 2012; 81)

Hal tersebut menunjukkan bahwa analisa kebijakan menggunakan berbagai

metode penelitian dan pengkajian guna menghasilkan informasi-informasi kebijakan yang

relevan guna pemecahan masalah. Dalam konteks ilmu politik, analisa kebijakan disebut

sebagai analisa kebijakan politik, namun kalau disiplin ini ditempatkan pada pengertian

yang luas dan mendalam, maka analisa kebijakan adalah suatu bentuk penelitian terapan

(action) yang dilakukan untuk memahami secara mendalam berbagai permasalahan sosial

guna mendapatkan pemecahan yang lebih baik.

Kegiatan analisis kebijakan merupakan suatu keharusan bagi perumusan

kebijakan, namun tidak terlalu ditekankan pada implementasi kebijakan dan lingkungan

kebijakan, pada implementasi kebijakan dan lingkungan kebijakan biasanya dilakukan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

evaluasi. Namun demikian, evaluasi kebijakan merupakan bagian dari analisis kebijakan

yang lebih bersifat berkenaan dengan prosedur dan manfaat dari kebijakan.

Menurut William N. Dunn (2000) dalam Alam (2012; 83—84) dijelaskan bahwa

hubungan antara komponen-komponen informasi kebijakan dan metode-metode analisis

kebijakan memberikan landasan untuk membedakan tiga bentuk utama analisis kebijakan,

antara lain; analisis kebijakan prospektif, analisis kebijakan restrospektif, dan analisis

kebijakan terintegrasi.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Analisis Kebijakan Prospektif

Analisis ini identik dengan produksi atau transformasi informasi sebelum aksi

kebijakan dimulai dan diimplementasikan cenderung mencirikan cara beroperasi

para ekonom, analisis sistem, dan peneliti operasi. Analisis prospektif seringkali

menimbulkan jurang pemisah yang besar antara pemecahan masalah yang

diunggulkan dan upaya-upaya pemerintah untuk memecahkan.

b. Analisis Kebijakan Retrospektif

Analisis ini dalam banyak hal sesuai dengan deskripsi penelitian kebijakan, juga

dijelaskan sebagai penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan

dilakukan, hal ini mencakup berbagai tipe kegiatan yang dikembangkan oleh tiga

kelompok analis, yaitu : (1) kelompok analis yang berorientasi pada disiplin, (2)

kelompok analis yang berorientasi pada masalah, dan (3) kelompok analis yang

berorientasi pada aplikasi.

c. Analisis Kebijakan yang Terintegrasi

Analisis ini merupakan bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya operasi para

praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi

sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang

terintegrasi tidak hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap

penyelidikan retrospektif dan prospektif, tetapi juga menuntut para analis untuk

terus menerus menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat. Hal

ini berarti bahwa analis dapat terlibat dalam tranformasi komponen-komponen

informasi kebijakan searah dengan perputaran jarum jam berulangkali sebelum

akhirnya pemecahan masalah kebijakan yang memuaskan ditemukan. Analisis ini

mempunyai semua kelebihan yang dimiliki oleh semua metodologi analisis

retrospektif dan prospektif, tetapi tidak satupun dari kelemahan mereka. Analisis

yang terintegarsi melakukan pemantauan dan evaluasi kebijakan secara terus

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

menerus sepanjang waktu, tidak demikian halnya dengan analisis prospketif dan

retrospektif yang lebih sedikit menyediakan informasi dalam berbagai hal

kehidupan sosial.

Pemerintah selalu dihadapkan dengan berbagai masalah mulai dari yang

sederhana sampai permasalahan yang rumit dibutuhkan sebuah kebijakan untuk

mengatasi setiap masalah yang ada. Syarat untuk memecahkan masalah yang rumit adalah

tidak sama dengan syarat untuk memecahkan masalah yang sederhana. Masalah

sederhana memungkinkan analisis menggunakan metode - metode konvensional,

sementara masalah yang rumit menuntut analisis untuk mengambil bagian aktif dalam

mendefenisikan hakekat dari masalah itu sendiri.

Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor atau

bidang pembangunan, seperti kebijakan publik dibidang pendidikan, pertanian, kesehatan,

transportasi, pertahana, dan sebagainya. Di samping itu dilihat dari hirarkinya, kebijakan

publik dapat bersifat nasional, regional maupun lokal, seperti undang-undang, peraturan

pemerintah, peraturan pemerintah propinsi, peraturan pemerintah kabupaten/kota, dan

keputusan bupati/walikota. Kebijakan publik tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai

dan praktik-praktik sosial yang ada dalam masyrakat. Ketika kebijakan publik berisi nilai-

nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat maka kebijakan

publik tersebut akan mendapat resistensi ketika diimplementasikan. Sebagainya, suatu

kebijakan publik harus mampu mengakomodasi nilai-nilai dan praktik-praktik yang hidup

dan berkembang dalam masyarakat, (Subarsono, 2005:3)

Kajian tentang ilmu kebijakan menjadi penting untuk dipahami karena ilmu

kebijakan salah satunya diimplementasikan untuk kepentingan publik. James Anderson

(dalam bambang S, 1994 :23) mengatakan bahwa “publik policies are those policies

develope by govermental bodies and officials” (kebijakan publik adalah kebijakan yang

dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah). Selanjutnya Anderson

menjelaskan implikasi dari pengertian kebijakan publik adalah:

a. Bahwa kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan

tindakan yang berorientasi pada tujuan

b. Bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat

pemerintah

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

c. Bahwa kebijakan itu adalah benar-benar yang dilakukan oleh pemerintah, jadi

bukan merupakan apa yang pemerintah bermaksud akan melakukan sesuatu atau

menyatakan akan melakukan sesuatu

d. Bahwa kebijakan publik bersifat positif dalam arti merupakan beberapa bentuk

tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu yang bersifat negatif dalam

arti merupakan keputusan Pejabat Pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

e. Bahwa Kebijakan Pemerintah dalam arti positif dasarkan atau selalu berlandaskan

pada Peraturan Perundang-Undangan yang bersifat memaksa (otoritif).

a. Kebijakan Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat adalah penyelenggara pemerintahan negara kesatuan

republik Indonesia yakni presiden dengan dibantu oleh seorang wakil presiden dan

oleh menteri-menteri Negara, dengan kata lain pemerintah pusat adalah pemerintah

secara nasional yang berkedudukan di ibukota Negara republik Indonesia. Urusan

yang berkaitan dengan pemerintahan juga beraneka ragam dan tidak semuanya

urusan-urusan tersebut harus diselesaikan oleh pemerintah pusat. UUD 1945

mengatakan bahwa pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota) diberi kewenangan

untuk menjalankan pemerintahan sendiri dengan dengan otonomi yang seluas-luasnya

(bab VI ) pasal 18 ayat 5 UUD 1945 hasil amandemen Otonomi artinya kekuasaan

untuk mengatur daerahnya sendiri.

Indonesia merupakan sebuah Negara demokrasi yang berupa kepualauan yang

bersatu dalam nusantara berdasarkan UUD 1945 pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa

Negara indonesia negara kkeastuan yang berbentuk republik. Sebagai Negara

kesatuan, Indonesia terdiri atas daerah-daerah yang lebih kecil. Sehingga dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan pemerintah pusat membagi kekuasaan kepada

pemerintah daerah untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah.

Pemerintah pusat berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan

terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah dan presiden memegang

tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan

oleh pemerintah pusat.

Urusan pemerintahan yang dimiliki pemerintah pusat terdiri atas urusan

pemerintahan absolute, urusan pemerintahan konkuren, urusan pemerintahan umum.

1) pemerintahan absolute adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi

kewenangan pemerintah pusat

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

2) urusan pemerintahan konkuren merupakan urusan pemerintahan yang dibagi

antara pemerintah pusat dan pemerintahan propinsi dan daerah

kabupaten/kota.

3) Urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan presiden sebagai kepala pemerintahan seperti pembinaan

wawasan kebangsaan, pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa serta

penanganan konflik

Dalam urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintah umum

dilaksanakan oleh pemerintahan daerah atau diberikan kewenangan oleh pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah. Sedangkan untuk urusan pemerintahan absolute

dijalankan oleh pemerintah pusat namun dalam penyeleggaraan urusan tersebut

pemerintah pusat dapat dilaksanakan sendiri atau pun melimpahkan wewenang

kepada instansi vertical yang ada di daerah atau gubernur sebagai wakil pemerintah

pusat berdasarkan asas dekonsetrasi.

Dalam pandangan David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan publik

ketika itu pula pemerintah mengalokasi nilai-nilai kepada masyarakat, karena setiap

kebijakan mengandung seperangkat nilai didalamnya (dikutip Dye, 1981 dalam

Subarsono, 2005:3) sebagai contoh ketika pemerintah pusat menetapkan undang-

undang No. 22 Tahun 1999 dan kemudian diganti dengan undang-undang No. 32

Tahun 2004 tentang pemerintah daerah terlihat bahwa nilai yang akan dikejar adalah

penghormatan terhadap nilai demokrasi dan pemberdayaan terhadap masyarakat lokal

dan pemerintah daerah.

b. Kebijakan Pemerintah Daerah

Pada masa kemerdekaan atau masa Orde Lama, misalnya pernyataan otonomi

tentang otonomi yang seluas -luasnya tercantum dalam UU No. 1 tahun 1945, UU No.

22 tahun 1948, dan disusul kemudian dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1957.

Setahun sebelumnya juga muncul undang-undang yang mengatur perimbangan

keuangan anatara pusat dan daerah, yakni Undang-Undang No. 52 Tahun 1956. Di era

Pemerintahan Orde Baru, kita mengenal Undang-undang No. 5 Tahun 1974 yang

menegaskan bahwa otonomi daerah dititikberatkan pada daerah tingkat II. Selanjtnya,

pasal 11 undang-undang ini menyebutkan bahwa pelaksanaan otonomi dengan titik

berat pada daerah tingkat tingkat II dilaksanakan dengan memuat tiga aspek utama

yakni aspek administrasi, aspek politik dan aspek kemandirian. Aspek adminidtrasi

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

merujuk pada pemerataan dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan daerah. Aspek politik merujuk pada upaya pendemokrasian

pemerintahan di daerah, sedangkan aspek kemandirian dimaksudkan agar daerah

mampu mandiri, khususnya dalam melaksanakan urusan rumah tangganya sehingga

pemerintah daerah dituntut untuk menciptakan kondisi dimana masyarakat ikut peran

serta, kreatif, dan inovatif dalam pembangunan daerah. Dengan demikan, isu

mengenai otonomi daerah telah lama diperdebatkan dalam tata pemerintah Indonesia,

terutama dalam konteks hubungan pusat dan daerah, (winarno 2014:364).

Namun konsep idieal yang tercantum masing-masing undang-undang,

terutama undang-undang no. 5 tahun 1974 yang menjadi patokan pelaksanaan

desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia pada masa orde baru, belum dapat

dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Asas desentralisasi yang seharusnya

menjadi pijak utama untuk melaksanakan otonomi daerah berada dibawah bayang-

bayang asas dekosentrasi. Pada masa kini, isu desentralisasi dalam konteks hubungan

kekuasaan antara pusat dan daerah terbatas pada distribusi keuangan ke daerah-daerah

dan tidak pernah menyentuh masalah bagi-bagi kekuasaan (power sharing) sebagai

sesuatu yang diperlukan dalam menumbuhkan pembangunan demokrasi di daerah

baik antara pusat dan daerah maupun antara birokrasi dengan masyarakat. Oleh

karena itu menjadi tidak mengherankan jika isu desentralisasi dan otonomi tetap

menjadi isu menarik yang didiskusikan hingga saat ini

Dengan melihat realitas diatas, maka munculnya TAP MPR NO.

XV/MPR/1998 yang mengamanatkan perlu diwujudkan penyelenggaraan otonomi

daerah, pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang

berkeadilan serta perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam

wadah Negara Kesatuan Republic Indonesia, yang ditindaklanjuti dengan

dikeluarkannya produk Undang-undang No. 22 tahun 1998 tentang pemerintahan

daerah dan undang-undag No. 9 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah, hendaknya dilihat dalam konteks ini. Dengan kata lain

keluarnya ketetapan MPR dan undang-undang otonomi daerah ini sebenarnya

ditujukan untuk menjawab kelemahan-kelemahan yang muncul akibat pelaksanaan

Undang-undang No. 5 Tahun 1974.

Otonomi daerah sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 22 Tahun 1999,

adalah kewenangan Daerah Otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Secara filosofi, landasan yang

mendasari Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah adalah otonomi yang

dimaksud untuk meningkatkan Pelayanan Publik dan meningkatakan kesejateraan

masyarakat melalui pemberian kewenangan yang lebih besar kepada masyarakat.

Dengan kata lain, melalui Implementasi Otonomi Daerah ini Pemerintahan Daerah

diharapkan akan semakin mampu bekerja secara efektif dan efisien dalam melayani

dan merespon segala tuntutan masyarakat, dan menyelesaikan permasalahan yang

ada.

Pemerintahan Daerah masa lampau yang bersifat pasif, tidak akuntabel,

kurang responsif, dan tersentralisasikan oleh pusat tidak lagi memadai untuk

menjawab tantangan yang muncul. Singkatnya otonomi daerah yang hendak

dilaksanakan diharapakan akan memberikan manfaat yang besar terhadap daerah

(winarno, 2014:370 ) adalah sebagai berikut: (1) peningkatan efisiensi dan efektivitas

administrasi pemerintahan dan pembangunan daerah, (2) terciptanya hubungan saling

harmonis dan saling membutuhkan antara pemerintah dengan masyarakat, (3)

mempertinggi daya serap aspirasi masyarakat dalam program pembangunan, (4)

terjadinya penanganan masalah secara terpusat dan tepat dari berbagai permasalahan

actual yang berkembang dalam masyarakat, (5) mendorong munculnya partisipasi

masyarakat dalam pemerintahan dan pembangunan di daerah.

Memang, tidak semua birokrasi yang sentralistik gagal dalam mendorong

pembangunan dan industrialisasi. Di korea selatan, Taiwan, dan Hongkong,

sentralisme kekuasaan dan dominasi birokrasi justru membuat proses pengambilan

keputusan berlangsung efektif karena tidak mendapatkan tantangan dari kelompok

oposisi. Namun, hal ini hanya berlaku jika elit-elit politik yang duduk di birokrasi

pemerintahan mempunyai komitmen yang kuat terhadap Kebijakan Pembangunan dan

kesejahteraan rakyat. Sementara di Indonesia, sentralisme dan hegemoni birokrasi

justru menjadi penghambat utama pembangunan. Bahkan dalam kasus Orde Baru

meskipun telah ditetapkan UU No. 5 Tahun 1974 yang menjamin pelaksanaan asas

desentralisasi dan Otonomi Daerah, langka komitmen elite politik untuk

mendesentralisasikan kekuasaan maka yang terjadi adalah hal yang sebaliknya, yakni

sentralisme dan pola hubungan Pusat dan Daerah yang Eksploitatif. Oleh karena itu

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

komitmen elite untuk mau melakukan reformasi birokrasi Karena merekalah yang

mempunyai sumber daya dan otoritas yang menentukan agenda reformasi.

Perubahan mindset merupakan langkah paling krusial dalam melakukan

langka revitalisasi peran birokrasi, Namun hal ini belumlah cukup. Sebelum dilakukan

perubahan mindset, harus dilakukan audit sumber daya manusia birokrasi terlebih

dahulu untuk mengetahui secara pasti potensi dan kelemahan mendasar yang dimiliki

oleh sumber daya manusia birokrasi diluar persoalan-persoalan yang lebih bersifat

kebudayaan. Akhirnya sebuah reformasi haruslah holistic dalam pengertian mampu

mengatasi keseluruhan persoalan yang ada, dan itu dibutuhkan komitmen politik yang

tinggi dari elite-elite yang tidak sebatas pada usaha melanggengkan kekuasaan

mereka.

Tujuan utama pelaksanaan kebijakan otonomi daerah adalah untuk

membebaskan pemerintah pusat dari segala tugas-tugas pemerintahan yang

membebani yang dinilai tidak perlu karena lebih efektif jika ditangani oleh

pemerintah daerah. Dengan demikian pusat akan terfokus dalam mengamati dan

merespon setiap perkembangan yang terjadi di dunia global untuk dijadikan

pertimbangan pada setiap kebijakan yang akan diambil.

Otonomi Daerah merupakan implementasi dari pemberlakuan UU No. 22

tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa banyak perubahan

khususnya dalam paradigma pengelolaan daerah. Salah satu perubahan itu adalah

pemberian wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan beberapa bidang

pemerintahan. Sebagaimana dikemukakan (winarno, 2014, 367) :

“landasan yang mendasari implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomidaerah adalah otonomi yang dimaksudkan untuk meningkatkan pelayananpublik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberiankewenangan yang lebih besar kepada daerah diharapkan akan tumbuh prakarsaatau inisiatif dan kreativitas daerah untuk mendayagunakan potensi setempatdan menjadi semakin responsif terhadap permasalahan-permasalahan yangmereka hadapi”

Indonesia pada dasarnya menganut pemahaman otonomi daerah yang bersifat

administratif, yaitu kebesan untuk menyelenggarakan administrasi pemerintahan

sendiri. Otonomi daerah menunjukan hubungan keterikatan antara daerah yang

memiliki hak untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan kesatuan yang

lebih besar yaitu NKRI. Dengan berlakunya otonomi daerah maka pemerintah berhak

untuk mengatur daerahnya sendiri dan membuat kebijakan local dengan tujuan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

pengembangan dan pembangunan daerah dalam bentuk peraturan daerah (PERDA).

Peraturan daerah merupakan bentuk nyata implementasi kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan yang ada untuk mengembangkan

potensi daerahnya. Melalui otonomi daerah apapun yang dilakukan oleh pemerintah

daerah dapat dengan mudah dinilai bahkan dikritisi oleh masyarakatnya sendiri.

Peraturan daerah merupakan bentuk legitimasi pemda untuk mencapai tujuan-

tujuan pembangunan daerah sah terhadap masyarakat lokal. Dalam Hoessein,

2009:151-156) mengatakan produk hokum hasil pengaturan adalah peraturan daerah

(PERDA) dan peraturan kepala daerah, sedangkan sebuah produk hukum hasil

pengurusan adalah keputusan kepala daerah. Perda adalah keputusan kepala daerah

dengan persetujuan DPRD, sedangkan peraturan kepala daerah adalah keputusan

kepala daerah tanpa persetujuan DPRD. Kedua produk hukum tersebut sebagai norma

hukum umum dan abstrak. Keputusan kepala dearah sebagai produk hukum

pengurusan adalah keputusan yang bersifat penetapan. Sebagai kebijakan publik

tertinggi di daerah PERDA harus menjadi acuan seluruh kebijakan publik yang

dibuatnya termasuk didalamnya sebagai acuan daerah dalam menyusun program

pembangunan daerah. Contoh kongkritnya adalah perda tentang rencana

pembangunan jangka panjang (RPJP) daerah dan rencana pembangunan jangka

menengah (RPJM) atau rencana strategi daerah (RENSTRADA).

Landasan hukum otonomi dearah adalah UUD 1945 pasal 18, UU NO 32

Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU Nomor 33 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Otonomi daerah menurut

UU NO. 32 Tahun 2004 adalah 1) hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan daearah otonom,

2) kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang

mengatur dan mengurus urusan kepemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan asipirasi masyarakat dalam sistem

NKRI.

Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi yang seluas-luasnya

dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan

pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah. Daerah memiliki kewenangan

untuk membuat kebijakan daerah untuk member pelayanan, peningkatan peran serta,

prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

kesejahteraan rakyat. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan

otonomi yang luas, nyata, dan tanggung jawab didaerah secara proposional dan

berkeadilan jauh dari praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme serta adanya

perimbangan antara keuangan pemerintah pusat dan daerah. (Haw. Widjaja, 2007:7-8)

Tujuan otonomi daerah menurut UU NO. 32 Tahun 2004: 1) meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, 2) meningkatkan pelayanan umum, 3) meningkatkan daya

saing daerah. Kewenangan pemerintah daerah meliputi: 1) menyelenggarakan

sendiri sebagian urusan pemerintahan, 2) melimpahkan sebagian urusan pemerintahan

kepada gubernur selaku wakil pemerintah, 3) menugaskan sebagian urusan kepada

pemerintah daerah dan atau terhadap pemerintahan desa berdasarkan asas tugas, 4)

urusan pemerintahan yang diserahkan kepada pemerintahan daerah disertai sumber

pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana sesuai dengan urusan yang

disentralisasikan.

Pasal 1 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 sebagaimana telah

diamandemen dengan undang-undang nomor 12 tahun 2008 tentang pemerintah

daerah mendefinisikan derah otonomi sebagai berikut: daerah otonom selajutnya

disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hokum yang mempunyai batas-batas

wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat dalam sistem Negara kesatuan republik Indonesia

Dalam Mardiasmo (2002:46) mendefinisikan tujuan utama penyelenggaraan

otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan

perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan

otonomi daerah yaitu: 1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan

kesejahteraan masyarakat; 2) Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan

sumber daya daerah, dan 3) Memberdayakan dan meciptakan ruang bagi masyarakat

untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Dengan demikian intinya tujuan

otonomi daerah adalah uuntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara

meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat dan memperdayakan masyarakat

untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Ketika iklim pembangunan mengarah pada kebijakan otonomi daerah, maka

secara serta merta banyak pihak yang kemudian menaruh harapan yang cukup besar

kepada pemerintah daerah untuk lebih mengoptimalkan potensi kedaerahannya dalam

menangani pembangunan bidang olahraga secara lebih maju lagi. Kebijakan

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

pengembangan keolahragaan yang bersifat sentralistik masa lalu, diharapkan akan

lebih berkembang pesat setelah tiap-tiap daerah diberi kewenangan yang leluasa untuk

mengembangkan potensi keolahragaan masing-masing.

Dalam hukum positif di Indonesia dibedakan beberapa produk hukum daerah

otonom, namum baik jenis maupun hirarkinya diatur secara berbeda dalam peraturan

perundang-undangan. UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang pembentukan perundang-

undangan pasal 7 (ayat 1) mengatur jenis hirarki peraturan perundangan-undangan

sebagai berikut: 1) undang-undang dasar repulik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945),

2) undang-undang (UU)/peraturan pemerintah pengganti undang-undang, 3) peraturan

pemerintah (PP), 4) peraturan presiden (perpres), 5) Peraturan daerah (Perda). Pada

hakekatnya peraturan daerah dan kebijakan publik memiliki pengertian yang hampir

sama, diman keduanya merupakan suatu alat intervensi pemerintah yang bertujuan

untuk mengubah kondisi yang ada atau mempengaruhi arah dan kecepatan dari

perubahan yang sedang berlangsung dalam masyarakat guna mewujudkan kondisi

yang dicit-citakan. Intervensi dapat dilakukan melalui serangkaian strategi kebijakan

dengan menggunakan berbagai peralatan atau instrument kebijakan.

Perda adalah produk hukum daerah otonom yang bersifat pengaturan. Perda

merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Perda tidak boleh

bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi. Perda dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan

perundang-undangan. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau

tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan Perda. Persiapan

pembentukan, pembahasan, dan pengesahan rancangan Perda berpedoman kepada

peraturan perundang-undangan

c. Bentuk-bentuk Kebijakan

Kebijakan Pemerintahan dapat didefenisikan sebagai pilihan terbaik usaha

untuk memperoses nilai Pemerintahan yang bersumber pada kearifan Pemerintahan

dan mengikat secara formal, etik dan moral, diarahkan guna menepati pertanggung

jawaban aktor Pemerintahan dalam lingkungan Pemerintahan (Ndraha, 2003: 498).

Dalam rangkaian proses Kebijakan Publik, terdapat beberapa tahapan yang saling

terkait satu dengan yang lainnya. Perumusan atau formulasi kebijakan merupakan inti

dari kebijakan publik yaitu proses memastikan pokok isu dari permasalahan yang

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

sedang dihadapi dengan memperhatikan bahwa rumusan Kebijakan akan menjadi

hukum bagi elemen Negara.

Pimpinan lembaga dalam hal ini adalah pemerintah haruslah mampu membuat

kebijakaan yang baik dan bermanfaat bagi semua. Pada prinsipnya pemerintah adalah

perwujudan dari rakyat yang mempunyai tugas untuk menjalankan roda

kepemerintahan atas dasar kehendak dan kebutuhan rakyat dalam sebuah kenegaraan.

Oleh karena itu, semua tindakan dan keputusan harus dilatarbelakangi oleh

kepentingan rakyat itu sendiri. Menurut kamus besar bahasa Indonesia arti dari

kebijakan adalah “ kepandaian dan kemahiran”. Kebijakan sebagai rangkaian konsep

dan asas yang menjadi garis besar dan dasar pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan dan cara bertindak (pemerintah/organisasi), pernyataan, cita-cita,

tujuan, dan prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam

usaha untuk mencapai sasaran atau garis haluan. Easton dalam santoso, 2008:27

menjelaskan bahwa kebijakan adalah pengalokasian nilai-nilai kepada seluruh

masyarakat secara keseluruhan.

Dalam bentuk yang positif kebijakan publik didasarkan pada undang-undang

dan bersifat otoritatif. Salah satu contoh adalah anggota masyarakat menerima secara

sah bahwa pajak harus dibayar dan undang-undang perkawianan harus dipatuhi.

Kebijakan pemerintah pada dasarnya tidak hanya berupa tindakan yang diambil dalam

sebuah kasus namun bisa bermakna lebih luas lagi. Kebijakan tersebut bisa berupa

ucapan dari seseorang pimpinan, dukungan, perhatian dan lain sebagainya. Setiap

respon atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang pimpinan bisa diartikan sebagai

kebijakan yang dia tetapkan bahkan meskipun pemerintah tidak melakukan sesuatu

terkait sebuah kasus namun hal itu akan tetap menjadi sebuah kebijakan dimana akan

sangat mempengaruhi atau memberi dampak terhadap masyarakat. Hogwood dan

Gunn 1986 Dalam Wahab, 2011:16 mengelompokan kebijakan ke dalam sepuluh

macam yaitu:

1) Policy as a label for a feld of activity (kebijakn sebagai sebuah label atau merk

bagi suatu bidang kegiatan pemerintah

2) Policy as an expression of general purpose or desired state of affairs

(kebijakan sebagai suatu pernyataan mengenai tujuan umum atau keadaan

tertentu yang dikehendaki)

3) Policy as specific proposals (kebijakan sebagai usulan-usulan khusus

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

4) Policy as decision of government (kebijakan sebagai keputusan-keputusan

pemerintah)

5) Policy as formal authorization (kebijakan sebagai bentuk otoritas atau

pengesahan formal)

6) Policy as progamme (kebijakan sebagai program)

7) Policy as output (kebijakan sebagai keluaran)

8) Policy as outcome (kebijakan sebagai hasil akhir)

9) Policy as a theory of model (kebijakan sebagai teori atau model)

10) Policy as proses (kebijakan sebagai proses)

Kebijakan pemerintah yang telah disahkan, tidak akan bermanfaat apabila tidak

diimplementasikan. Hal ini disebabkan kerna implementasi kebijakan pemerintah

berusaha untuk mewujudkan kebijakan yang masih abstrak ke dalam realita nyata.

Implementasi pada sisi lain merupakan fenomena yang kompleks yang dapat

dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran, (output) maupun sebagi suatu dampak

(outcome). Suatu kebijakan pemerintah akan berhasil apabila dilaksanakan dan

menghasilkan dampak positif bagi masyarakat banyak.

Kebijakan sendiri secara umum dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu:

1) Kebijakan umum

Kebijakan umum adalah kebijakn yang menjadi pedoman atau petunjuk pelaksanaan

baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang meliputi keseluruhan

wilayah atau instansi yang bersangkutan. Suatu hal yang perlu diingat adalah

pengertian umum disini bersifat relatif. Maksudnya untuk wilayah Negara,

kebijakan umum mengambil bentuk Undang-Undang atau Peraturan Presiden dan

sebagainya. Sementara untuk suatu provinsi selain dari peraturan dan kebijakan

yang diambil pada tingkat pusat juga ada Keputusan Gubernur atau Peraturan

Daerah yang diputuskan oleh DPRD. Agar suatu kebijakan umum dapat menjadi

pedoman bagi tingkatan kebijakan di bawahnya, ada beberapa kriteria yang harus

dipenuhi: (1) cakupan kebijakan itu meliputi keseluruhan wawasannya, artinya

kebijakan itu tidak hanya meliputi dan ditujukan pada aspek tertentu atau sektor

tertentu, (2) tidak berjangka pendek. Masa berlaku atau tujuan yang ingin dicapai

dengan kebijakan tersebut berada dalam jangka panjang ataupun tidak mempunyai

batas waktu tertentu. Karena itu tujuan yang digambarkan sebagai kebijakan sering

kali dianggap orang yang tidak jelas. Istilah “tidak jelas” ini tidak tepat. Tujuan

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

jangka panjang lebih dapat disebut “samar-samar” karena gambarannya yang

bersifat umum. keadaan ini hampir dapat disamakan dengan penglihatan kita

dimana kita kita sedang melihat seoarang wanita cantik dari jarak dua kilometer

yang sosoknya tidak akan terlihat dengan jelas. Kecantikannya hanya terlihat secara

umum dalam bentuk keseluruhan. Gambaranya jelas ketika berada dalam

penglihatan dengan jarak lima puluh meter. Bahkan dapat dikatakan aneh kalau

pada jarak dua kilo meter dapat terlihat dengan jelas. Dengan kata lain dalam suatu

kebijakan umum tidak tepat untuk menentukan sasarannya secara sangat jelas dan

rumusannya secara teknis. Rumusan demikian akan menghadapi kekakuan dalam

perubahan waktu jangka panjang dan akan mengalami kesulitan untuk diberlakukan

dalam wilayah-wilayah kecil yang berbeda, (3) strategi kebijakan umum tidak

operasional. Seperti halnya pada pengertian umum, pengertian operasional atau

teknis juga bersifat relatif. Sesutu yang dianggap umum untuk tingkat kabupaten

mungkin dianggap teknis atau operasional untuk tingkat provinsi dan sangat

operasional dalam pandangan tingkat nasional. Namum sekalipun suatu kebijakan

bersifat umum, tidak berarti kebijakan tersebut bersifat sederhana. Makin umum

suatu kebijakan makin kompleks dan dinamis kebijakan tersebut. Hal ini disebabkan

karena pada tingkat kebijakan umum banyak aspek yang terlibat, banyak dimensi

ilmu yang diperlukan untuk menganalisisnya dan banyak pihak yang terkait.

Sebaliknya semakin teknis suatu kebijakan, semakin tidak kompleks kebijakan

tersebut.

2) Kebijakan pelaksanaan

Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umun. Untuk

tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan sesuai undang-undang, atau

keputusan menteri yang menjabarkan pelaksanaan presiden adalah contoh dari

kebijakan pelaksanaan. Untuk tingkat provinsi, keputusan bupati atau keputusan

seorang kepala dinas yang menjabarkan keputusan gubernur atau peraturan daerah

bisa jadi suatu kebijakan pelaksanaan.

3) Kebijakan teknis

Kebijakan teknis adalah kebijakan operasional yang berada dibawah kebijakan

pelaksanaan itu. Secara umum dapat disebutkan bahwa kebijakan umum adalah

kebijakan tingkat pertama, kebijakan tingkat pelaksanaan adalah kebijakan tingkat

kedua, dan kebijakan teknis adalah adalah kebijakan tingkat ketiga atau yang

terbawah.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan

publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak

atau tujuan yang diinginkan. Menurut Grindle, (dalam winarno, 2014:149)

memberikan pandangannya tentang implementasi dengan mengatakan bahwa secara

umum tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan (linkage) yang

memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu

kegiatan pemerintah. Oleh karena itu tugas implementasi mencakup terbentuknya “a

policy delivery system” dimana sarana-sarana tertentu dirancang dan dijalankan

dengan harapan sampai tujuan-tujuan yang diinginkan. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting

dalam proses kebijakan.

Sebagaimana dalam pernyataan Udoji dalam Solichin Abdul Wahab (2001)

sebagai berikut “ the executive of policiesis as important if not more important than

policy making policies will remain drean or blue print file jackets unless thry are

implemented” (pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih

penting bagaimana daripada pembuatan kebijakasanaan. Kebijaksanaan-

kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau berencana bagus yang tersimpan rapih

dalam arsip kalau tidak diimplementasikan). Pengertian implementasi kebijakan

menurut Van Meter dan Van Horn (1987) adalah “those actions by public and

private individual (our group) that are directed at the achievement of objective set

fort inprior policy decitions” (tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah baik

secara individu atau kelompok dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagaimana

dirumuskan dalam kebijakan). Mendasar pada pendapat-pendapat diatas maka dalam

hal ini implentasi kebijakan adalah menyangkut keputusan-keputusan pemerintah

dalam rangka mewujudkan tercapainya kebijakan yang telah ditetapkan.

Wewenang membuat kebijakan hanya ada pada jabatan-jabatan yang tinggi.

Ini bisa dimengerti karena pada jabatan-jabatan tersebut terdapat fungsi mengatur

(regulasi) masyarakat. Pada jabatan yang lebih rendah memiliki kewenangan dalam

menjalakan fungsi pelaksanaan teknis. Meskipun birokrasi harus bersikap netral atau

bebas dari politik namum mereka yang menduduki jabatan yang tinggi tidak tidak

boleh melepaskan diri dari pengaruh politik. Tanpa pertimbangan politik dapat

menimbulkan kelemahan dalam memperoleh dukungan masyarakat dari kebijakan

yang dibuatnya. Seoarang birokrat tidak boleh mewakili kepentingan partai, namun

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

dia dapat memahami orientasi politik partai-partai yang ada, sehingga dapat

mengambil keputusan yang mewakili semua aspirasi dalam masyarakat.

Sikap netral seorang pejabat tidak boleh diartikan bahwa keputusan yang

diambil harus lepas dari semua kepentingan partai, karena ini akan berakibat pada

ruang gerak untuk mengidentifikasi alternatif kebijakan menjadi sempit, bahkan

mungkin menjadi tidak ada. Misalnya, didalam masyarakat ada perbedaan pendapat

antara dua atau tiga partai, supaya netral, maka dia mengambil kebijakan di luar dari

ketiga pendirian itu. Jika demikiannya halnya, keadaan tentu saja akan menjadi

semakin parah. Karena dalam sistem multi partai yang ada, variasi pembedaan

pendapat makin banyak. Dalam keadaan demikian seorang pejabat harus mampu

mempertimbangkan atas alasan sendiri, terserah apakah alasan itu dekat dengan salah

satu dari pendapat partai tertentu. Dekat dengan salah satu partai tidak mesti

bertentangan dengan kepentingan rakyat. Dalam keadaan normal partai-partai politik

juga cenderung mengambil keputusan-keputusan yang merakyat.

d. Kebijakan Dalam Bidang Olahraga

Kebijakan bidang keolahragaan diposisikan pada upaya-upaya memotivasi dan

memfasilitasi agar masyarakat dari berbagai lapisan usia gemar berolahraga dan

menjadikan olahraga sebagai gaya hidup. Dalam rangka meningkatkan budaya

olahraga sebagai bagian dari proses dan pencapaian tujuan pembangunan nasional,

keberadaan dan peran olahraga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara harus mendapatkan kedudukan yang sejajar dengan sektor pembangunan

lainnya terutama untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran, pergaulan sosial, dan

kesejahteraan individu, kelompok, atau masyarakat pada umumnya secara terencana

dan sistemik.

Dalam pembangunan olahraga, hasil utama yang telah dicapai adalah

terumuskannya konsep kebijakan yang mendukung perkembangan olahraga nasional

dan pedoman mekanisme pembinaan olahraga dan kesegaran jasmani; dan

tersusunnya Rancangan Undang-Undang Olahraga untuk mendukung perkembangan

olahraga nasional, dan tersusunnya Sport Development Index (SDI). Selain itu, untuk

meningkatkan upaya pemanduan bakat dan pembibitan olahraga telah dilaksanakan

pembinaan olahraga di kalangan pelajar termasuk pelajar penyandang cacat,

organisasi olahraga dan masyarakat dan meningkatnya jumlah pelatih, peneliti,

praktisi, dan teknisi olahraga yang mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

standar kompetensi serta meningkatnya jumlah dan mutu bibit olahragawan.

Selanjutnya, untuk meningkatkan prestasi olahraga termasuk olahraga bagi

penyandang cacat telah berhasil ditingkatkan pembinaan peserta didik dalam cabang

olahraga prestasi, dan meningkatnya penyelenggaraan kompetisi olahraga secara

berjenjang dan berkesinambungan.

Sedangkan dalam pembangunan pemuda, hasil-hasil yang telah dicapai adalah

tersusunnya data dan informasi kepemudaan, meningkatnya kemampuan manajerial

usaha muda, meningkatnya jumlah wirausahawan muda yang mengikuti pelatihan

keterampilan dan manajemen, terlaksananya upaya untuk meningkatkan peran aktif

pemuda dalam penanggulangan narkoba, HIV/AIDS, kriminalitas termasuk tawuran

di kalangan pelajar dan pemuda dan terlaksananya upaya untuk meningkatkan

pemahaman dan penghormatan terhadap supremasi hukum dan HAM.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007

Tentang Penyelenggaraan Keolahragaan Pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi keolahragaan adalah peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan dan

teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaedah dan teori ilmu pengetahuan yang

telah terbukti kebenarannya untuk peningkatan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru bagi

kegiatan keolahragaan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007, telah dijelaskan bahwa

Standarisasi Nasional Keolahragaan bertujuan untuk menjamin mutu penyelenggaraan

Sistem Keolahragaan Nasional melalui pencapaian Standar Nasional Keolahragaan.

Lingkup Standar Keolahragaan, meliputi: (1) Standar Kompetensi Tenaga

Keolahragaan, (2) Standar Isi Program Penataran/Pelatihan Tenaga Keolahragaan, (3)

Standar Sarana Dan Prasarana Olahraga, (4) Standar Pengelolaan Organisasi

Keolahragaan, (5) Standar Penyelenggaraan Keolahragaan, dan (6) Standar Pelayanan

Minimal Keolahragaan.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 Pasal 18 menejelaskan Dalam

melaksanakan tanggung jawab penyelenggaraan keolahragaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), gubernur mempunyai tugas:

1. melaksanakan kebijakan nasional keolahragaan;

2. menyusun dan melaksanakan rencana dan program pembinaan dan

pengembangan keolahragaan sebagai bagian integral dari rencana dan program

pembangunan provinsi;

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

3. mengembangkan dan memantapkan sistem koordinasi dan pengawasan

pengelolaan keolahragaan;

4. membina dan mengembangkan industri olahraga;

5. menerapkan standardisasi keolahragaan;

6. menggalang sumber daya untuk memajukan keolahragaan;

7. memfasilitasi kegiatan pembinaan dan pengembangan kualitas dan kuantitas

tenaga keolahragaan;

8. memfasilitasi kegiatan komite olahraga provinsi, organisasi cabang olahraga

tingkat provinsi, dan organisasi olahraga fungsional tingkat provinsi;

9. mengoordinasikan kegiatan pengelolaan cabang olahraga unggulan yang

bertaraf nasional dan/atau internasional;

10. meningkatkan kualitas keolahragaan dengan mengacu kepada standar nasional

keolahragaan;

11. mengembangkan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana

olahraga;

12. menjamin akses berolahraga bagi masyarakat;

13. mencegah dan mengawasi doping dalam olahraga;

14. mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi

keolahragaan;

15. menyediakan dan mendayagunakan sistem informasi keolahragaan; dan

16. melakukan evaluasi dan pengawasan atas penyelenggaraan keolahragaan tingkat

provinsi.

Selain itu berdasarkan ketentuan dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun

2007 Pasal 20 Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab melaksanakan

pembinaan dan pengembangan olahraga yang meliputi pembinaan dan pengembangan

pengolahraga, tenaga keolahragaan dan organisasi olahraga, penyediaan dana

olahraga, penyusunan metode pembinaan dan pengembangan olahraga, penyediaan

prasarana dan sarana olahraga, serta pemberian penghargaan di bidang keolahragaan,

meliputi:

1. Pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20

dilaksanakan melalui tahap pengenalan olahraga, pemantauan, pemanduan,

pengembangan bakat dan peningkatan prestasi dalam jalur keluarga, jalur

pendidikan, dan jalur masyarakat.

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

2. Pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

dilakukan sebagai proses yang terpadu, berjenjang, dan berkelanjutan.

3. Tahap pengenalan olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

melalui gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat,

yang diarahkan dalam rangka menyadarkan, memahami, dan menghayati

manfaat olahraga, membangkitkan minat masyarakat untuk berolahraga

sepanjang hayat, serta menguasai gerak dasar olahraga.

4. Tahap pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

pengamatan yang terencana dan sistematis untuk memahami, mendeteksi, dan

menemukan sumber potensi bibit olahragawan berbakat.

5. Tahap pemanduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

penelusuran sumber potensi bibit olahragawan berbakat secara terencana dan

sistematis untuk melakukan identifikasi dengan menggunakan tes dan

pengukuran, seleksi, dan/atau pengamatan dalam pertandingan /perlombaan

serta kejuaraan.

6. Tahap pengembangan bakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

melalui pendidikan dan pelatihan bibit olahragawan berbakat secara terencana,

sistematis, berjenjang dan berkelanjutan untuk menghasilkan olahragawan

berpotensi.

7. Tahap peningkatan prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

melalui pelatihan olahragawan berpotensi secara intensif, terencana, sistematis,

berjenjang dan berkelanjutan untuk menghasilkan olahragawan berprestasi.

Permasalahan dan tantangan program pembangunan pemuda dan olahraga

adalah lemahnya sumber daya manusia di bidang pemanduan bakat, lemahnya

manajemen olahraga, kurang intensifnya upaya-upaya pembibitan, menurunnya

pembinaan dan kurangnya penerapan dan pemanfaatan iptek secara tepat dan benar

dalam olahraga, minimnya sarana dan prasarana umum untuk berolahraga sehingga

masyarakat enggan berolahraga, kurangnya kompetisi olahraga baik dalam skala

nasional maupun regional, masih rendahnya tingkat pendidikan di kalangan pemuda

dan minimnya ruang-ruang publik bagi kalangan pemuda untuk mengekspresikan

dirinya.

Tindak lanjut yang diperlukan dalam pembangunan pemuda dan olahraga

adalah: melaksanakan peningkatan kapasitas (capacity building) di bidang

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

pembangunan olahraga, mengembangkan olahraga rekreasi, olahraga lanjut usia,

olahraga penyandang cacat, dan olahraga tradisional, melakukan pembinaan olahraga

usia dini, kelas olahraga, klub olahraga pelajar dan mahasiswa, dan kelompok berlatih

olahraga, melakukan bimbingan dan kompetisi olahraga pelajar secara berjenjang dan

teratur dalam rangka menanamkan disiplin, nilai-nilai sportivitas, dan menggali bakat

olahraga, meningkatkan kepedulian masyarakat dan dunia usaha mengenai pentingnya

dukungan pendanaan olahraga terutama olahraga prestasi, meningkatkan keterampilan

dan keahlian tenaga kerja pemuda, mengembangkan kewirausahaan pemuda,

meningkatkan partisipasi lembaga kepemudaan dalam pembangunan ekonomi,

memperluas kesempatan pemuda terdidik untuk berpartisipasi dalam pembangunan di

pedesaan, mengembangkan jaringan kerjasama pemuda antar daerah, antar propinsi

dan antarbangsa, meningkatkan peran aktif pemuda dalam penanggulangan masalah

penyalahgunaan narkoba, minuman keras (miras), penyebaran penyakit HIV/AIDS

serta penyakit menular seksual, dan kriminalitas di kalangan pemuda

5. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan elemen yang sangat penting dalam satu organisasi.

Kegagalan mengelola sumber daya manusia dapat mengakibatkan timbulnya gangguan dalam

pencapaian tujuan dalam organisasi, baik dalam kinerja, profit, maupun kelangsungan hidup

organisasi itu sendiri. Kondisi umum saat ini menunjukkan bahwa perusahaan masih lemah

dalam beberapa hal, antara lain: manajemen yang tidak efisien, keterbatasan dana dan

teknologi serta kualitas SDM yang belum memadai.

SDM merupakan penopang kemajuan sebuah bangsa. Bangsa yang maju secara

ekonomi akan simetris dengan kemajuan tingkat pendidikan dan indeks SDM-nya. Jika

negara secara ekonomi maju, tetapi tingkat pendidikannya rendah, dapat dipastikan aset

kekayaan tersebut banyak dikuasai oleh orang luar. Karena itu, upaya meningkatkan kualitas

mutu SDM telah menjadi kebijakan strategik yang harus diupayakan secara nasional. Upaya

secara nasional yang dimaksudkan juga menyangkut keterlibatan daerah-daerah tingkat

kabupaten/kota dan provinsi di seluruh Indonesia. Sejak pemberlakuan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun

1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, keterlibatan daerah dalam upaya

membangun dan meningkatkan SDM Indonesia merupakan suatu keniscayaan. Oleh karena

itu, masing-masing daerah dapat bertindak lokal dengan berwawasan nasional dan global

untuk merespons perkembangan dan perubahan kearah perbaikan dan restorasi (Huda, 2011;

433-434)

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Masalah SDM merupakan masalah yang paling mendasar dibicarakan bahkan

diperdebatkan, sehingga merupakan isu nasional bahkan internasional; pemerintah

memegang peranan kunci di dalam memperbaiki kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan

pemerintahan dan pembangunan pada dasarnya tergantung pada dua faktor, yaitu SDM dan

SDA. Indonesia tidak kekurangan SDA, tetapi kurang dalam mutu dan kualitas SDM. Upaya

meningkatan mutu SDM di Indonesia masih bersifat politis dan sangat kurang bersifat ilmiah.

Dalam keterkaitan ini, diperlukan dua hal, yaitu segi struktural atau eksternal serta segi

kultural atau internal. Segi eksternal dengan memperbaiki akses SDM terhadap struktur,

lembaga, dan manajemen dalam berbagai aspek, sedangkan meningkatkan mutu SDM dari

segi internal kultural adalah menciptakan suatu kepribadian (personality) yang bersifat lurus

dan kuat secara moral serta profesional (Huda, 2011; 437)

Sampai di sini sangat jelas sekali bahwa, kualitas SDM yang kurang memadai di

Indonesia tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat bawah, tetapi juga di lingkungan

birokrasi pemerintahan mulai pusat hingga pemerintahan desa. Rendahnya kualitas SDM

birokrasi pemerintahan telah memberikan dampak kepada kualitas kerja para birokrat yang

rendah yang bermuara kepada kesengsaraan rakyat secara ekonomi, politik, sosial, keamanan,

dan ketertiban karena tidak mendapatkan pelayanan terbaik dari para birokrasi. Rendahnya

kualitas kerja birokrasi pemerintahan telah memberikan dampak secara langsung maupun

tidak langsung kepada tidak tercapainya tujuan dan sasaran organisasi pemerintahan mulai

dari pusat, provinsi, kabupaten, hingga pemerintahan Kecamatan dan Desa. Dan di level

Organisasi Pemerintahan Desa inilah kualitas SDM sangat rendah.

“A man behing the gun” adalah sebuah ungkapan bijak yang telah diakui secara

universal bahwa unsur manusia merupakan hal yang paling penting dan menentukan dalam

berbagai hal. Sistem apapun yang hendak diterapkan, semuanya akan banyak bergantung

pada kualitas sumber daya manusia yang ada didalam sistem yang diterapkan tersebut.

Kualitas hasil juga dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian

manajemen sumber daya manusia (SDM) merupakan manajemen sumber daya (resources)

yang amat mendasar dan memerlukan perhatian yang khusus. Manajemen sumber daya pada

dasarnya me-mange manusia, sehingga keberhasilan dan kegagalan yang ditimbulkannya

akan memliki dampak yang signifikan, Kristiyanto, 2012:145)

Menurut Nawawi (2001) ada tiga pengertian sumber daya manusia yaitu:

a. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu

organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan)

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

b. Sumber daya manusia adalah potensi duniawi sebagai penggerak organisasi

dalam mewujudkan eksistensinya

c. Sumber daya manusia adalah potensi yang yang merupakan aset dan berfungsi

sebagai modal (non material/non financial) didalam organisasi bisnis, yang

dapat mewujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik

dalam mewujudkan eksistensi organisasi.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia

adalah suatu proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi, agar

potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi maksimal bagi pencapaian tujuan

organisasi (lembaga). Disamping itu manusia adalah makhluk tuhan yang kompleks dan unik

serta dalam intergrasi dua subsistem yang tidak berdiri sendiri yaitu tubuh fisik/jasmani)

sebagai unsur materi dan jiwa yang bersifat non materi. Hubungan kerja yang paling intensif

dilingkungan organisasi adalah antara pemimpin dengan para pekerja (staf) yang ada

dibawahnya. Hubungan kerja semakin penting artinya dalam usaha organisasi mewujudkan

eksistensinya dilingkungan tugas yang lebih luas dan kompetitif pada masa yang akan datang.

Sumber daya manusia memiliki keinginan harga diri, pikiran, hak asasi, ingin dihormati dan

lain-lain. Oleh karena itu sumber daya manusia harus diperlakukan sama secara hati-hati dan

penuh kearifan.

Sumber daya manusia keolahragaan, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam

UUSKN, dikenal dengan tenaga keolahragaan. Tenaga keolahragaan merupakan istilah

memiliki makna serupa dengan sumber daya manusia keolahrgaan merupakan investasi

manusiawi untuk menunjang secara langsung produktivitas hasil pembangunan keolahragaan.

UUSKN No 3 Tahun 2005, pasal 63 menyatakan Tenaga keolahragaan terdiri atas pelatih,

guru dan dosen, wasit, juri, manajer, promotor, administrator, pemandu, penyuluh, instruktur,

tenaga medis, non medis, ahli gisi, ahli biomekanika, psikolog, atau sebutan lain yang sesuai

dengan kekhususannya serta partisipasi dalam menyelenggarakan kegiatan olahraga

Dalam pandangan new capitalism, Gary Dessler (dalam Mutohir & Maksun, 2007:42)

mengatakan bahwa setiap individu dalam setiap unit kerja – antara manajemen dengan setiap

unsur atau individu yang ada dalam unit kerja bersangkutan harus ada dalam satu sistem yang

simbiosis mutualis. Berdasarkan pandangan tersebut maka kegiatan olahraga seharusnya

dikelola dengan baik dalam sebuah sistem yang kondusif yang melibatkan secara aktif (

sinergis) baik dalam olahraga prestasi seperti pelatih, olahraga rekreasi seperti instruktur dan

olahraga pendidikan seperti guru pendidikan jasmani. Karena itu sumber daya manusia dalam

sistem pembinaan olahraga tidak dapat dipisahkan dari peran guru pendidikan jasmani,

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

pelatih olahraga, dan instruktur olaharaga. Tersedianya komponen SDM olahraga tersebut

dalam jumlah yang memadai akan berdampak pada kegiatan olahraga masyarakat baik yang

menyangkut kuantitas maupun kualitas

Ketersediaan SDM olahraga tidak dapat dipisahkan dari lembaga perguruan tinggi

yang menghasilkan sumber daya olahraga seperti fakultas ilmu keolahragaan (FIK), FPOK,

JOPK. Peran ini menjadi penting terutama kegiatan pembangunan olahraga bukan lagi hanya

merupakan kegiatan praktis melainkan melibatkan IPTEK olahraga sehingga tidak dapat

ditangani oleh setiap orang. Terutama jika ingin mencapai prestasi olahraga tingkat tinggi dan

ikut memasuki ajang kompetisi olahraga pasti dibutuhkan sumber daya manusia yang juga

memiliki kompetensi khusus pada kualifikasi pendidikan tertentu.

Hakikat dasar dari adanya SDM keolahragaan adalah menjamin bahwa semua

penyelenggara kegiatan olahraga didukung oleh tenaga keolahragaan yang memiliki

kompetensi yang dapat dipertanggunjawabkan secara etik profesional dan landasan

akademik. Sebaikanya lembaga perguruan tinggi berbasis keolahragaan segera berbenah dan

mulai menyiapkan tenaga-tenaga keolahragaan yang sesuai dengan tuntutan undang-undang,

agar cita-cita pembangunan olahraga untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa bukan

hanya sebatas mimpi (Mutohir & Maksun, 2007:45)

Pengembangan sumber daya manusianya sebagai pelaksana di lapangan. Kualitas dan

kompetensi SDM yang menangani olahraga harus dapat diberdayakan untuk mendukung

pembinaan dan pengembangan olahraga di tingkat daerah, nasional, baik untuk olahraga

prestasi ataupun olahraga masyarakat. Berdasarkan kebutuhan dari pengguna (user) maka

jenis SDM yang harus dikembangkan dan ditingkatkan kualitas dan kompetensinya adalah:

a. Guru /Dosen Pendidikan Jasmani (Physical Educator)

Guru pendidikan jasmani adalah SDM yang menangani pendidikan

jasmani yang dibutuhkan di sekolah-sekolah mulai dari SD, SLTP sampai

SMU dan di perguruan tinggi. Di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

guru/Dosen pendidikan jasmani bertanggung jawab dalam menjabarkan

kurikulum pendidikan jasmani(intra kurikulernya) di sekolah bagi upaya

peningkatan kualitas fisik, kesehatan dan kesegaran jasmani, pengenalan dan

pemahaman dasar olahraga, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan

fisik, pemantauan bakat olahraga, pembinaan sportifitas, disiplin dan budaya

berolahraga pada siswa. Untuk itu di suatu sekolah mutlak harus terdapat guru

pendidikan jasmani yang memiliki kualitas dan standart kompetensi yang

sesuai.

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

b. Pelatih Olahraga sekolah(School Coach)

Idealnya pelatih olahraga di sekolah berbeda dengan guru pendidikan

jasmani, tetapi karena pertimbangan keterbatasan biasanya pelatih olahraga ini

sering dirangkap oleh guru pendidikan jasmani. Dalam melaksanakan

tugasnya pelatih olahraga ini bertanggung jawab terhadap proses pembinaan

dan pengembangan bakat siswa dalam berolahraga di beberapa cabang

olahraga sesuai dengan tingkatan usia dan kekhususan kecabangannya yang

dilaksanakan di luar jam pelajaran dalam bentuk ekstrakurikuler. Sehingga

dengan adanya lagkah ini akan mendukung munculnya atlet berbakat dalam

proses talent scouting (pemanduan bakat).

c. Pelatih Olahraga Klub atau Cabang Olahraga(Sport coach)

Pelatih olahraga di Klub atau perkumpuan adalah SDM yang tugasnya

melatih cabang olahraga tertentu yang bertanggung jawab untuk melatih baik

dari fisik, teknik ataupun strategi bertandingnya yang didapatkan

kompetensinya melalui pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi yang sah.

d. Penggerak Olahraga (Sport Motivator)

Pengerak olahraga adalah SDM yang tugasnya memasyarakatkan,

membudayakan, menggerakkan dan menggalakkan masyarakat untuk

berolahraga baik di kota maupun di pedesaan. Idealnya seorang penggerak

olahraga memiliki pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan tentang berbagai

jenis olahraga masyarakat dengan prinsip yang 5-M yaitu Murah, Meriah,

Massal, Menarik dan Manfaat juga memiliki kualitas sebagai pemberi contoh

atau instruktur olahraga masyarakat yang baik.

e. Instruktur Olahraga (Instructor)

Intruktur olahraga adalah SDM yang tugasnya memberikan intruksi

untuk melakukan satu atau beberapa jenis kegiatan olahraga yang populer di

masyarakat.Dalam melaksanakan tugasnya instruktur bertanggung jawab

untuk memimpin atau memberi aba-aba pada kegiatan olahraga yang sifatnya

massal misalnya Senam Aerobik, Instruktur senam jantuing sehat, instruktur

senam kesegaran jasmani, Instruktur senam Tera, dsb.

f. Manajer Olahraga (Sport Manager)

Manajer Olahraga adalah SDM yang tugasnya menangani atau mejadi

pengelola suatu kegiatan olahraga misalnya menyelenggarakan kompetisi,

memimpin Tim ke suatu event, menangani atlet, mengelola suatu pemusatan

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

latihan dsb. Seorang manejer Tim harus menguasai prinsip-prinsip menejemen

olahraga yang spesifik dan profesional.

g. Administrator Olahraga (Sport Management)

Administratur olahraga adalah SDM yang tugasnya menangani atau

melakukan tugas keadministrasian/kesekretariatan dalam suatu organisasi atau

kegiatan olahraga. Seorang administratur olahraga harus memiliki kualitas

sebagai tenaga pelaksana administrasi suatu organisasi atau kegiatan olahraga,

baik di tingkat, klub, induk cabang olahraga maupun di jajaran KONI

h. Promotor Olahraga (Sport Promotor)

Promotor olahraga adalah SDM yang tugasnya menangani atau

melakukan upaya promosi kegiatan/event olahraga dengan melibatkan

partisipasi kalangan olahraga dan dunia usaha.

i. Manajer fasilitas Olahraga(Sport Facility Manager)

Manajer Fasilitas olahraga adalah SDM yang tugasnya menangani atau

melakukan pengelolaan suatu fasilitas olahraga misalnya pada sport club, sport

center, recreation center, fasilitas olahraga di hotel, resort, country club dsb.

j. Wasit Olahraga(Sport Umpire)

Wasit olahraga adalah SDM yang tugasnya mewasiti dan menjadi

penentu keputusan dalam suatu kompetisi/pertandingan olahraga. Seorang

wasit harus memiliki kualifikasi, lisensi, sertifikasi perwasitan dari induk

cabang olahraga yang sesuai serta mampu mempimpin

pertandingan dengan fair dan tidak memihak.

k. Dokter /Paramedis Olahraga (Sport Medicine)

Dokter spesialis Olahraga/Para medis kesehatan olahraga adalah SDM

yang tugasnya membantu dalam pembinaan dan pengembangan olahraga

berbasiskan Iptek kesehatan olahraga, harus memiliki kualitas dan memenuhi

standart kompetensi sebagi dokter olahraga yang diperoleh melalui

pendidikain formal kedokteran olahraga atau sertifikasi penyetaraan

berjenjang melalui penataran/pelatihan yang dilakukan oleh organisasi profesi

kesehatan/kedokteran olahraga.

l. Psikolog Olahraga (Sport Psychologist)

Psikolog Olahraga adalah SDM yang tugasnya membantu dalam

pembinaan dan pengembangan olahraga yang berbasiskan Iptek psikologi

olahraga. Seorang psikolog olahraga atau psikolog yang berkecimpung

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

didunia olahraga harus memiliki kuaitas dan kompetensi yang memadai yang

didapatkan melalui jalur formal pendidikan

m. Ahli Gizi Olahraga(Sport Nutritionist)

Ahli gizi olahraga adalah SDM yang tugasnya membantu dalam

pembinaan dan pengembangan olahraga berbasiskan Iptek gizi olahraga.Ahli

gizi olahraga inilah yang mengatur menu makanan olahragawan latihan, pra

pertandingan, saat pertandingan maupun pasca pertandingan yang

kompetensinya diperoleh lewat jalur pendidikan formal ataupun

penataran/palatihan yang dilaksanakan oleh organisasi profesi ahli gizi

olahraga.

n. Teknisi Olahraga (Sports tehcnician)

Teknisi olahraga adalah SDM yang tugasnya membantu dalam

pembinaan dan pengembangan olahraga di lapangan atau di laboratorium

Iptek Olahraga, harus memiliki kemampuan teknis sebagai operator untuk

pemeliharaan dan perawatan peralatan olahraga yang diperoleh melalui

pendidikan maupun pelatihan-pelatihan.

o. Peneliti Olahraga (Sport Research)

Peneliti Olahraga adalah SDM yang tugasnya melakukan pengkajian

atau penelitian di bidang olahraga di lapangan maupun di laboratorium Iptek

olahraga yang secara terus menerus hasil penelitiannya itu dimanfaatkan untuk

pengembangan dunia olahraga yang akan menghasilkan atlet-atlet berkualitas

maupun hasil pada aspek yang lainnya.

Tercukupinya sumber daya manusia keolahragaan dengan kualitas yang baik maka

akan sangat membantu pemerintah dalam proses pembinaan dan pengembangan olahraga di

setiap daerah. Komunitas olahraga tersebut merupakan kumpulan SDM olahraga yang dalam

bahasa teknis UUSKN disebut sebagai pelaku olahraga, yang meliputi: (1) Pengolahraga,

yakni orang yang berolahraga dalam usaha mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan

sosial; (2) Olahragawan, yakni pengolahraga yang mengikuti pelatihan secara teratur dan

kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk mencapai prestasi; (3) Pembina olahraga, yakni orang

yang memiliki minat dan pengetahuan kepemimpinan, kemampuan managerial dan/atau

pendanaan yang didedikasikan untuk kepentingan pembinaan dan pengembangan

olahraga;(4) Tenaga Keolahragaan, yakni setiap orang yang memiliki kualifikasi dan

sertifikat kompetensi dalam bidang olahraga.

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Pembangunan SDM dilakukan melalui peningkatan pembangunan pendidikan dan

kesehatan serta mencukupi kebutuhan masyarakatnya (ekonomi). Selain melalui

pembangunan pendidikan, upaya peningkattan kualitas sumber daya manusia juga dilakukan

melalui pembangunan olahraga. Sumber daya manusia keolahragaan sebagaimana dijelaskan

dalam undang-undang sistem keolahragaan nasioanal dikenal dengan tenaga keolahragaan.

Tenaga keolahragaan merupakan istilah yang memiliki makna dan merupakan investasi

manusiawi untuk menunjang secara langsung produktivitas pembangunan olahraga

(Kristiyanto, 2012:146).

Dimensi sumber daya manusia sebagai unsur prasarat dan dasar profesi mengacu pada

ketersediaan tenaga keolahragaan olahraga. Pelatih olahraga orang yang memiliki kualifikasi

sebagai pelatih cabang olahraga dan menjalankan fungsinya di lapangan. Pembinaan dan

pengembangan yang merupakan bagian dari upaya peningkatan sumber daya manusia

diarahkan kepada peningkatan kesehatan jasmani, mental, dan rohani masyarakat;

pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sprotivitas yang tinggi serta peningkatan

prestasi dapat membangkitkan kebanggaan nasional. Guna membantu daerah dalam

pembibitan dan pembinaan calon-calon olahragawan dalam pencapaian prestasi, pemerintah

harus memberikan perhatian yang memadai.

Dalam olahragapun tentunya kita sepakat bahwa atlet diharapkan dapat berbuat sebaik

–baiknya, selain kemampuan pribadinya dapat berfungsi baik dalam suatu tingkat integrasi

tertentu, juga menunjukkan kematangan emosional serta dapat menguasai dirinya. Kita

berharap bahwa olahraga dapat memberi dampak positif pada individu seperti peningkatan

tanggung jawab, kejujuran dalam bermain, kerjasama, memperhatikan orang lain,

kepemimpinan, menghargai para pelatih, wasit dan pembina, setia, toleran, disiplin yang

akhirnya dapat diharapkan menjadi warga negara yang baik. Selain itu kita juga berharap

tentu saja tugas pelatih bukan sekedar hanya membantu atlet untuk meraih prestasi, akan

tetapi pelatih juga harus menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam olahraga.

Semua itu bisa terwujud apabila setiap pelatih bisa memahami sifat-sifat kepribadiannya

sendiri untuk dapat menyadari kelemahan-kelemahannya, dan selanjutnya berusaha mencapai

target yang ditetapkannya, untuk mencapai prestasi lebih tinggi, memenangkan pertandingan

atau memecahkan rekornya sendiri.

Pencapaian prestasi olahraga pada dasarnya merupakan akumulatif dari berbagai

aspek/unsur yang mendukung terwujudnya prestasi. Salah satu satu kunci utama keberhasilan

para atlet terletak pada kemampuan pelatih dalam memimpin atletnya. Pelatih mempunyai

tugas sebagai perencana, pemimpin, teman, pembmbing, dan pengontrol program

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

latihan.sedangkan atlet mempunyai tugas mengikuti latihan sesuai program yang telah

ditentukan pelatih. Atlet merupakan Indikator penting dalam pembinaan prestasi, tentunya

tidak terlepas dari peranan pelatih yang memiliki kemampuan (skill). Pelatih harus bisa

menganalisis setiap teknik dan menjelaskan kepada atlet secara profesional. Regenerasi atau

pencarian bibit atlet Pencak Silat Nusa Tenggara Timur merupakan salah bentuk pembinaan

tehadap prestasi atlet.

pencak silat yang merupakan salah satu cabang olahraga asli bangsa Indonesia, dari

berbagai cabang olahraga yang harus dikembangkan. Sejarah panjang pencak silat, mulai dari

zaman kolonialisme hingga sekarang telah membuat olahraga ini menjadi olahraga yang

mendunia. Melalui olahraga pencak silat yang tersebar di berbagai pelosok tanah air dan

memiliki berbagai aliran dan nama, tentunya olahraga ini telah memberi kontribusi yang

besar bagi pembangunan nasional bangsa Indonesia khusunya dalam bidang pembangunan

manusia. Mereka yang mengikuti olahraga pencak silat tidak hanya dilatih dan dididik secara

lahir dan fisik agar menjadi sehat, kuat dan terampil, namun juga hampir semua aliran pencak

silat mengajarkan budi pekerti, membina karakter dan perilaku anggotanya.

6. Pendanaan Olahraga

Dalam setiap anggaran dapat dilihat perkiraan angka-angka penerimaan dan

pengeluaran yang masing-masing disusun menurut jenisnya secara sistematis. Jumlah

penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan tercapai dalam anggaran tersebut

menggambarkan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh aparat organisasi

(pemerintah atau swasta) yang menyusun anggaran tersebut. Perincian kegiatan-kegiatan

biasanya dicantumkan dalam penjelasannya pada pos-pos pembukuan anggaran. Dalam

anggaran pemerintah, tercantum penerimaan dan pengeluaran yang seimbang dalam jumlah

uang tertentu. Jumlah penerimaan mencerminkan kegiatan aparat pemerintah yang bertugas

dalam penerimaan uang pemerintah misalnya pemungutan pajak dan retribusi, sedangkan

pengeluaran merupakan

kegiatan dalam rangka tugas pelayanan terhadap kepentingan masyarakat serta biaya

yang diperlukan misalnya dalam pembangunan ekonomi, sosial, prasarana fisik, keamanan

dan ketertiban, pembiayaan keperluan dengan segala aspeknya didalam kategori untuk

masyarakat. Anggaran dinyatakan dalam jangka panjang maupun jangka pendek, yang dalam

prakteknya anggaran jangka panjang akan dituangkan dalam pelaksanaan operasional melalui

anggaran tahunan (jangka panjang). Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa anggaran adalah

bagian integral daripada rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek sebagai alat

penghubung (rencana) dalam mengantar pada pelaksanaan (implementasi). Dalam anggaran

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

tahunan sekaligus juga bertindak sebagai alat yang mempertemukan perkiraan atau ramalan-

ramalan kemampuan dalam proses perencanaan dengan kemampuan yang paling mendekati

kenyataan.

Pendanaan menjadi salah satu faktor penting dalam pembinaan keolahragaan nasional.

Meskipun dana bukan segala-galanya, tetapi tanpa adanya pendanaan yang cukup, sulit

rasanya mengharapkan prestasi olahraga nasional tumbuh dan berkembang sesuai dengan

yang diharapkan. Pertanyaannya, apakah selama ini pendanaan olahraga tidak diatur dalam

sistem budgeting yang jelas? Dalam pasal 69 ayat (1) UUSKN disebutkan bahwa “pendanaan

olahraga menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan

masyarakat.” Kemudian pada pasal (2) disebutkan bahwa “pemerintah dan pemerintah

daearah wajib mengalokasikan anggaran keolahragaan melalui anggaran pendapatan dan

belanja Negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah”. Adanya payung hukum yang

kuat diharapkan dapat mendorong sistem pendanaan olahraga menjadi lebih luas, baik pada

tingkat nasional maupun daerah. Pemerintah tidak punya alasan lagi untuk tidak memasukan

anggaran olahraga dalam setiap penyusunan APBN/APBD, (Mutohir & Maksun, 2007:135)

Pada bagian penjelasan umum atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional ditegaskan keterbatasan sumber

pendanaan merupakan permasalahan khusus dalam kegiatan keolahragaan di Indonseia. Hal

ini semakin terasa dengan perkembangan olahraga modern yang menuntut pengelolaan

pembinaan dan pengembangan keolahrgaan didukung oleh angggaran yang memadai.

Kebijakan tentang Sistem Pengalokasian Dana dalam APBN dan APBD dalam bidang

keolahragaan sesuai dengan kemampuan anggaran harus dilaksanakan agar pembinaan dan

pengembangan keolahragaan nasional dapat berjalan lancar. Selain itu, sumber daya dari

masyarakat perlu dioptimalkan antara lain melalui peran serta masyarakat dalam Pengadaan

Dana, Pengadaan/Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Olahraga.

Berdasarkan UUSKN Nomor 3 Tahun 2005 Bab XII, pendanaan keolahrgaan menjadi

tanggung jawab bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah dan masyarakat dan

selanjutnya dipertegas lagi melalui PP NO. 18 Tahun 2008 mengatakan Pemerintah dan

pemerintah daerah daerah wajib mengalokasikan anggaran keolahragaan melalui Angaran

Pendapatan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Sumber pendanaan

ditentukan berdasarkan prinsip kecukupan dan berkelanjutan. Selain itu sumber penadanaan

dapat diperoleh dari (1) masyarakat melalui kegiatan-kegiatan berdasarkan ketentuan yang

berlaku, (2) kerja sama yang saling menguntungkan, (3) bantuan luar negeri yang tidak

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

mengikat, (4) hasil usaha industri olahraga, dan (5) sumber lain yang sah berdasarkan

ketentuan undang-undang.

Dana merupakan salah satu penunjang dalam melaksanakan pola pembinaan tanpa

karena tanpa adanya dana yang cukup maka proses pembinaan akan macet. Pemerintah dalam

hal ini sebagai penunjang kemajuan pembangunan keolahragaan dapat melakukan upaya

untuk membantu dalam pengalokasian ke setiap cabang olahraga. Pembiayaan atau

pendanaan suatu organisasi merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan begitu juga dalam

pembiayaan pembangunan olahraga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pengelolaan

dana keolahragaan dilakukan berdasarkan pada prinsip keadilan, efeisiensi, transparansi, dan

akuntabilitas publik. Dana keolahragaan dialokasikan dari pemerintah dan pemerintah daerah

dapat diberikan secara hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengaturan pajak

untuk pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilakukan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan dalam bidang perpajakan.

7. Sarana dan Prasarana Olahraga

Olahraga telah dijadikan sebagai gerakan nasional dan merupakan implenmentasi dari

pembangunan olahraga di Indonesia. Sejalan dengan itu maka dicetuskanlah slogan “tiada

hari tanpa olahraga” dengan harapan olahraga dapat tumbuh dan mengakar dalam kehidupan

sehari-hari masyarakat disegala lapisan, mulai dari dari perkotaan sampai ke pedesaan.

Ketika olahraga telah menjadi kebutuhan setiap orangdalam hidupnya maka timbulah sebuah

permasalahan yaitu kebutuhan akan fasilitas yang bisa menunjang fasilitas olahraga. Demi

kenyaman dan kelancaran dalam aktifitas melakukan olahraga tersebut maka diperlukan pula

fasilitas yang baik dan memenuhi Standar Keolahragaan.

Peningkatan minat masyarakat tehadap olahraga sering tidak diimbangi dengan

peningkatan kualitas maupun kuantitas fasilitas olahraga bahkan terjadinya menurunnya

kualitas fasilitas olahraga disebabkan kurangnya perawatan. Bahkan saat ini banyak klub-

klub atau kelompok-kelompok olahraga yang tidak tertampung kegiatannya sehingga mereka

berlatih dengan fasilitas seadanya atau berlatih ditempat-tempat yang kurang representatif.

Fenomena ini dapat menjadi penghambat perkembangan olahraga baik dari aspek kualitas

maupun kuantitas. Hal ini dapat menjadi perhatian pemerintah untuk menyediakan fasilitas

yang mampu mewadahi kegiatan-kegiatan tersebut dalam satu lokasi yang terpadu misalnya

dengan dibangunnya sport center.

Sarana dan prasarana olahraga di Indonesia secara umum masih sangat lemah

sehingga tidak memungkinkan untuk dapat dikembangkan standar pelatihan bermutu

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

tinggi. Indonesia telah merintis pendirian sentra olahraga seperti pendirian pusat

pendidikan dan latihan pelajar (PPLP), pusat pendidikan dan latihan mahasiswa (PPLM),

yang tersebar diseluruh Indonesia. Pusat pelatihan daerah yang idealnya ada disetiap

propinsi memerlukan pembenahan. Tujuan adalah untuk menyediakan, mengadakan, dan

membangun sarana dan prasarana olahraga untuk mendukung kegiatan pembinaan dan

pengembangan olahraga, serta pencapaian prestasi olahraga.

Pembangunan maupun pengembangan fasilitas olahraga harus melalui kajian yang

seksama agar kelak fasilitas tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Fasilitas olahraga memerlukan suatu ruang luas dan mengharuskan menggunakan sistem

struktur bentang lebar agar kegiatan yang berlangsung baik, kegiatan fisik maupun

kegiatan visual tidak terganggu. Gedung olahraga yang tertutup harus dapat memberikan

citra dan daya tarik visual bagi yang mengamatinya. Memberikan keindahan (nilai

estetika) pada penampilan bangunannya, dengan menonjolkan struktur tanpa ditutu-

tutupi. Sistem struktur dan rangkaian elemen-elemen yang saling terkait satu dengan

yang lain dapat mewujudkan kestabilan, kekakuan dan kekuatan sehingga bangunan

tersebut dapat berdiri dengan kokoh. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam pembangunan fasilitas olahraga di suatu tempat yaitu: (1) tinjauan

terhadp iklim, (2) tinjauan terhadap lokasi tapak dan (3) studi banding

Hal yang paling pokok dan dipahami oleh arsitek adalah iklim setempat. Hal ini

dikarenakan arsitektur yang baik adalah arsitektur yang dapat memanfaatkan dampak

positif dan mangatasi masalah iklim. Lokasi tapak berada didarah dengan iklim tropis,

yang pada umumnya medan memiliki perbedaan musim panas dan musim hujan yang

kecil. Untuk daerah yang beriklim tropis lembab hal yang perlu diperhatikan adalah curah

hujan, menghindari dari radiasi matahari dan pemanfaatan angin untuk ventilasi.

Bagaiman menyesuikan iklim terhadap bangunan, yaitu dengan cara lay out banguna

harus memperhatikan lintasan matahari, perlindungan panas matahari dengan sistem

bayangan, contonya adalah dengan diberikan kisi-kisi (sunscreen). Keadaan alam di

sekitar tapak tidak menujukan adanya potensial alam berupa pohon-pohon, dan

sebagainya.

Dalam hal ini pemerintah sebagai pembuat kebijakan mengenai kewajiban dan

tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan fasilitas tersebut sebagaimana yang telah

diamanatkan dalam undang-undang sistem keolahragaan nasional No. 3 Tahun 2005.

Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan suatu kewajiban bagi pemerintah dan

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

olahraga pada dasarnya mempunyai peran yang sangat penting dan sangat besar

sumbangannya bagi daerah/kota/provinsi serta meningkatkan sumber daya manusia. Oleh

karena itu, strategi kebijakan pembangunan olahraga pendidikan merupakan sebuah

anjuran besar yang mampu mengakomodasi kemajuan secara simultan.

Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai makna dan

tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya suatu proses. Sarana adalah alat fisik untuk menyampaikan

pembelajaran. Dengan kata lain, sarana prasarana adalah sumber daya pendukung yang

terdiri dari segala bentuk jenis bangunan/tanpa bangunan beserta dengan

perlengkapannya dan memenuhi persyaratan untuk pelaksanaan kegiatan Sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-undang Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005 Bab

XI pasal 67 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

a) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab dalam

pengawasan prasarana olahraga

b) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin ketersediaan prasarana

olahraga sesuai dengan standar dan kekkbutuhan pemerintah dan pemerintah

daerah

Prasarana atau fasilitas adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam aktifitas

jasmani, bersifat permanen atau tidak dapat dipindah, kebutuhan sarana dan prasarana

olahraga dalam pembelajaran sangat penting, karena dalam pembelajaran harus

menggunakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam pembelajaran

pendidikan jasmani prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau

memperlancar proses. Salah satu sifat yang dimiliki oleh prasarana jasmani adalah

sifatnya relatif permanen atau susah untuk dipindah (Arman, 2014; 2)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, prasarana adalah segala sesuatu yang

merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses usaha, pembangunan proyek

dan lain sebagainya”. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penunjang untuk

mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan sarana dan prasarana yang memadai sangat penting untuk meningkatkan dan

mengembangkan kualitas proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Kelengkapan

sarana dan prasarana pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan besar sekali manfaatnya

bagi guru dan siswa, sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar serta tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Namun sebaliknya sarana dan prasarana yang

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

tidak lengkap atau tidak sesuai dengan kurikulum akan menyulitkan guru dan siswa

sehingga materi tidak dapat disampaikan pada siswa dan tujuan pembelajaran tidak dapat

tercapai.

Dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan tentunya melewati berbagai proses

antara lain adanya prosedur, pemerataan, ketersediaan, dan ketercukupan, dalam hal

penyediaan fasilitas olahraga di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pemerintah sebagai

pembuat kebijakan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memenuhi

kebutuhan fasilitas tersebut sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Sistem

Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005. Wirjasantosa (1984: 157) mengungkapkan

bahwa, “Fasilitas olahraga adalah suatu bentuk yang permanen, baik untuk ruangan di

dalam maupun di luar. Misalnya: gymnasium (ruang senam), kolam renang, lapangan-

lapangan permainan, dan sebagainya”.

Fasilitas olahraga didalamnya terdiri dari sarana dan prasarana penunjang aktivitas

olahraga. Sarana sendiri merupakan salah satu unsur penting yang harus tersedia dalam

olahraga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 999) dijelaskan bahwa Sarana

adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan”.

Dalam olahraga sendiri terdapat banyak alat yang digunakan baik untuk bermain, berlatih

maupun bertanding dalam event olahraga. Sedangkan Soepartono (1999/2000: 6)

menyatakan bahwa: “Istilah sarana olahraga adalah terjemahan dari facilitie yaitu sesuatu

yang dapat digunakan atau dimanfaatkan dalam proses pembelajaran pendidikan

jasmani”.

Sarana olahraga dapat dibedakan menjadi dua kelompok:

a) Peralatan (apparatus)

Peralatan ialah sesuatu yang digunakan contoh: peti lompat, palang tunggal,

gelang-gelang dan sebagainya.

b) Perlengkapan (device) ialah:

1) Semua yang melengkapi kebutuhan prasarana misalnya: net,

bendera untuk tanda, garis batas

2) Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau

kaki misalnya: bola, raket, pemukul

a. Ruang Terbuka

Ketika berbicara masalah sarana dan prsarana olahraga, maka yang ada

dibenak kita adalah “sarana dan prsarana olahraga yang tersedia minim kualitas dan

Page 62: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

kuantitas”. Hal tersebut sangat memprihatinkan mengingat misi yang selalu diusung

oleh Pemerintah yaitu pembangunan olahraga di Indonesia. Namun kemudian muncul

pertanyaan, seberapa jauh keberhasilan pembangunan olahraga yang telah

dilaksanakan. Melihat kenyataan dilapangan, nampaknya sulit untuk mencapai tujuan

tersebut dimana kurangnya perhatian Pemerintah akan hal-hal yang mendukung

terlaksananya program bahkan yang kita rasakan yaitu semakin merosotnya dunia

olahraga di Indonesia jika kita lihat dari sudut pandang perkembangan prestasi

olahraga dan pola management keolahragaan yang ada saat ini. Menanggulangi hal

tersebut, para pelaku olahraga dan ahli olahraga di Indonesia telah melakukan kajian

mengenai pembangunan olahraga versi Sport Development Index (SDI). Salah satu

dimensi inti kajian dalam SDI yaitu ruang terbuka yang dapat mengukur seberapa

jauh keberhasilan pembangunan olahraga disuatu wilayah.

Untuk melakukan aktivitas fisik maka dibutuhkan sebuah ruang terbuka yang

bisa diakses oleh masyarakat. Menurut Mutohir dan Maksum (2007 : 37) bahwa :

“Ruang terbuka merujuk pada suatu tempat yang diperuntukkan bagi kegiatanolahraga oleh sejumlah orang (masyarakat) dalam bentuk bangunan dan/ataulahan. Bangunan dan/atau lahan tersebut dapat berupa lapangan olahraga yangstandar atau tidak, yang tertutup (in-door) maupun terbuka (out-door) atauberupa lahan yang memang diperuntukkan untuk kegiatan berolahragamasyarakat. Angka ruang terbuka diukur berdasarkan rasio luas rung terbukadengan jumlah penduduk usia 7 tahun keatas di suatu wilayah”.Sebagai bahan perbandingan, Unesco juga telah merekomendasikan bahwa

“Ruang gerak statis yang ideal adalah lebih kurang 2m2 per orang. Jika olahraga

membutuhkan ruang gerak yang bukan statis melainkan dinamis, maka dapat

dianalogikan ruang gerak yang diperlukan adalah dua kali ruang gerak statis yaitu

lebih kurang 4m2.” Sementara itu, Clerici (1976) dalam Kristiyanto, (2012:193)

berpendapat bahwa angka standar ruang terbuka adalah 3,5m2 per orang. Hal ini

didasarkan pada argumentasi bahwa kelompok penduduk yang terdiri dari 3500

orang dapat menggunakan sekurang-kurangnya 12.000m2 ruang terbuka untuk

kegiatan olahraga. Tampaknya pendapat Clerici inilah yang kemudian diadopsi oleh

Komite Olimpiade sebagai standar Internasional.

Seiring perkembangan jaman, keberadaan ruang terbuka saat ini semakin

terkikis sebagai dampak dari pembangunan gedung atau perumahan warga. Semakin

bertambahnya jumlah penduduk maka semakin bertambah pula kebutuhan wilayah

atau tempat untuk dijadikan daerah pemukiman. Disisi lain, semakin berkurang pula

Page 63: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

wilayah terbuka atau lapangan-lapangan yang bisa digunakan untuk aktivitas

olahraga. Badan usaha yang bergerak dalam bidang pembangunan perumahan dan

permukiman berkewajiban menyediakan prasarana olahraga sebagai fasilitas umum

dengan standar dan kebutuhan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Setiap orang dilarang

meniadakan atau mengalihfungsikan prasarana olahraga yang telah disediakan tanpa

rekomendasi dan persetujuan dari yang berwenang sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Oleh karenanya penting untuk meyediakan ruang terbuka untuk aktivitas

olahraga. Menurut Mutohir dan Maksum (2007 : 38) bahwa :

“Untuk dapat dikatakan sebagai ruang terbuka olahraga harus memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut:

1) Didesain untuk olahraga

Syarat ini merujuk pada pengertian bahwa prasarana yang ada memang

sengaja dirancang untuk kegiatan olahraga. Banyak tempat yang digunakan

masyarakat untuk melakukan aktivitas olahraga, tetapi sebenarnya tempat itu

bukan didesain untuk kegiatan olahraga. Misalnya, taman-taman di

perkotaan, badan jalan, lahan kosong di sekitar pemukiman dan sebagainya.

Aktivitas olahraga dilakukan bukan pada tempatnya, selain dapat merusak

fungsi sebenarnya dari tempat tersebut, juga bisa jadi berbahaya bagi pelaku

olahraga sendiri.

2) Digunakan untuk olahraga

Syarat ini sangat jelas bahwa tempat yang disebut ruang terbuka tersebut

digunakan untuk kegiatan olahraga. Pertanyaannya, apakah ada tempat yang

didesain untuk olahraga? Jawabannya ada, yaitu tempat olahraga yang telah

beralih fungsi. Meskipun secara fisik tidak berubah, tetapi tempat tersebut

lebih banyak digunakan untuk kegiatan selain olahraga. Misalnya untuk

kegiatan jual-beli atau pasar, tempat parkir dan lain-lain.

3) Bisa diakses oleh masyarakat luas

Syarat ini pada hakikatnya melekat pada makna dari ruang terbuka itu

sendiri. Artinya tempat tersebut harus dapat digunakan oleh masyarakat

umum dari berbagai latarbelakang sosial, ekonomi, budaya serta dapat

diakses oleh berbagai kondisi fisik manusia. Dengan syarat ini, tempat-

tempat olahraga seperti lapangan golf, kolam renang pribadi dan jogging

track pribadi yang tidak dapat diakses oleh masyarakat luas tidak termasuk

dalam definisi ruang terbuka.

Page 64: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

b. Jenis Sarana dan Prasarana Olahraga

Sarana dan prasarana olahraga merupakan salah satu item dalam sebuah

penjaminan mutu keberhasilan pembangunan olahraga. Keberadaan, jenis, jumlah dan

kualitas dari sarana dan prasarana olahraga ini tergantung dari kebutuhan dan kondisi

masing-masing daerah serta arah kebijakan Pemerintah Daerah tersebut. Tidak semua

sarana dan prasarana olahraga mampu disediakan oleh suatu daerah, oleh karena itu

perlu kecermatan dan kejelian Pemerintah dalam menentukan kebijakan penyediaan

fasilitas olahraga disuatu daerah agar kebijakan yang ditetapkan dapat benar-benar

tepat sasaran sehingga dapat digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat yang

membutuhkan.

Menurut Harsuki (2012: 183) Fasilitas olahraga dapat dibagi kedalam beberapa

macam atau tipe, yaitu :

a) Fasilitas tunggal, artinya fasilitas itu umumnya hanya digunakan untuk satu

cabang olahraga saja, misalnya stadion baseball, bowling valley, kolam

renang, lapangan golf, sirkuit motor dan rnobil, trek lapangan balap kuda, dan

lain-lain.

b) Fasilitas serba guna. Dapat dalam kategori indoors maupun outdoors. Yang

termasuk indoors, misalnya istana olahraga (Istora) di Kompleks Gelora Bung

Karno, Senayan, Jakarta, dapat dikategorikan serba guna, karena dapat untuk

bermain dan bertanding, bola basket, bola voli, bulu tangkis, sepak takraw,

olahraga bela diri, dan lain-lain. Untuk lapangan terbuka, misalkan dapat

digunakan untuk motor cross, show untuk kendaraan, rekreasi, konser, dan

lain-lain. Termasuk dalam serba guna ini juga antara lain Gedung Fitness

Centre, yang dapat digunakan untuk senam, tenis, renang, joging, dan lain-

lain.

c) Fasilitas pada rumah klab (club house), seperti yang banyak kita dapati di

negara-negara Eropa, diperlengkapi dengan fasilitas terbuka maupun tertutup,

dan diperlengkapi dengan kotak penyimpanan barang (locker), toilet, shower,

restoran, dan toko alat peralatan olahraga.

d) Fasilitas olahraga yang besar, tidak hanya menyediakan ruangan untuk

berpraktik olahraga saja, tetapi juga menyediakan ruangan untuk para

penonton. Misalnya Stadion Utama Gelora Bung Karno mempunyai kapasitas

tempat duduk untuk 100.000 orang, sedangkan Istana Olahraga memiliki

tempat duduk 10.000 orang, Sedangkan Hall Basket di Senayan berkapasitas

Page 65: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

tempat duduk 3.000 orang. Khusus untuk gedung olahraga, IAKS

(Internationaler Arbeitskreis Sport-und Freizeiteinrichtungen.

Koln (dalam Harsuki, 2012 : 184), memperkenalkan tiga gedung olahraga

sebagai berikut:

a) Gedung olahraga untuk Penggunaan Multifungsi (Sport Hall for Multi-

Fungsional Use), yaitu suatu gedung olahraga yang melayani berbagai macam

penggunaan.

b) Gedung olahraga untuk penggunaan berbagai penggunaan olahraga (Sport

Hall for Games Use, atau Games Half), yaitu suatu gedung olahraga yang

dipergunakan terutama untuk olahraga seperti senam, latihan fisik yang

menggunakan perlengkapan kecil (seperti bangku Swedia, kotak lompatan,

parallel bar, uneven bar, ring, dan sebagainya), dan permainan guna pengisian

waktu luang. Gedung olahraga yang serbaguna (Sport Hall with Multi-Purpose

Use, atau Multi Purpose Hall), yang adalah suatu gedung multifungsi atau

gedung permainan (games hall), khususnya untuk masyarakat kecil, dengan

fasilitas tambahan yang memadai dapat digunakan dari waktu kewaktu untuk

sosial dan artistik even serta even kebudayaan lainnya.

Sarana penunjang gedung olahraga harus memenuhi ketentuan sebagai

berikut:

1) Ruang Ganti Atlet

Penempatannya harus dapat langsung menuju lapangan melalui koridor yang

berada dibawah tempat duduk. Kelengkapan ruang ganti atlet antara lain berupa

toilet, ruang bilas dan ruang ganti pakaian.

2) Ruang Ganti Pelatih & Wasit:

Lokasinya harus dapat langsung menuju lapangan melalui koridor yang ada

dibawah tempat duduk penonton. Kelengkapan ruang sama dengan kelengkapan

ruang ganti atlet.

3) Lokasi ruang P3K:

Harus berada dekat dengan ruang ganti atau ruang bilas dan direncanakan untuk

tipe A, B dan C minimal 1 unit dapat melayani 2000 penonton dengan luasan

minimal 15 m

4) Ruang pemanasan:

Direncanakan untuk tipe A minimal 150 m2, tipe B minimal 81 m2 dan maksimal

196 m2 sedangkan tipe C minimal 81 m2.

Page 66: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

5) Toilet penonton:

Direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan perbandingan penonton wanita dan

pria adalah 1:4.

6) Ruang mesin:

Dengan luas ruangan sesuai dengan kapasitas mesin yang dibutuhkan dan lokasi

mesin tidak menimbulkan suara bising yang mengganggu ruang arena dan

penonton.

7) Ruang kantin:

Direncanakan hanya untuk tipe A

8) Ruang pers:

Harus disediakan kabin untuk awak TV dan film. Perlu disediakan ruang telepon

dan ruang telex

9) Tempat parker:

Jarak maksimal dari tempat parkir, pool atau tempat pemberhentian kendaraan

umum menuju pintu masuk gedung olahraga adalah 15 m. 1 ruang parkir mobi

dibutuhkan minimal untuk 4 orang pengunjung pada saat jam sibuk.

10) Toilet penyandang cacat:

Toilet untuk pria dipisahkan dengan toilet wanita. Toilet harus dilengkapi dengan

pegangan untuk perpindahan dari kursi roda ke kakus duduk yang diletakkan

didepan dan disamping kakus duduk setinggi 80 cm.

11) Jalur sirkulasi untuk penyandang cacat:

Tanjakan harus mempunyai kemiringan 8% dengan panjang maksimal 10m.

Permukaan lantai selasar tidak boleh licin, harus terbuat dari bahan-bahan yang

keras dan tidak boleh ada genangan air. Pada ujung tanjakan harus disediakan

bagian datar minimal 180 cm. Selasar harus cukup lebar untuk melakukan

perputaran kursi roda 180o.

12) Kompartemensi penonton:

Daerah penonton harus dibagi dalam kompartemen masing-masing mampu

menampung minimal 1000 orang maksimal 3000 orang. Antara dua kompartemen

yang bersebelahan harus dipisahkan dengan pagar permanent transparan minimal

setinggi 1,2 m maksimal 2 m

13) Tata cahaya:

Tingkat penerangan horizontal pada orang 1 m diatas permukaan lantai untuk

Page 67: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

ketiga tipe. Untuk atihan dibutuhkan minima 200 lux.Untuk pertandingan

dibutuhin minimal 300 lux. Untuk pengambilan video dokumen dibutuhkan

minimal 300 lux. Sumber cahaya lampu atau bukaan harus diletakkan dalam satu

area pada langit-langit yang menghubungkan sumber cahaya tersebut dengan

titik yang terjauh dari arena setinggi 1,5 m garis horisontalnya minimal 30o.

Apabila menggunakan tata cahaya buatan, harus disediakan generator set yang

kapasitas dayanya minimum 10% dari daya terpasang generator harus dapat

bekerja maksimal 10 detik pada saat aliran PLN padam.

14) Tata Udara:

Tata udara dapat mempergunakan ventilasi alami atau mekanis dengan memenuhi

ketentuan: apabila menggunakan ventilasi alami harus diatur mengikuti

pergerakan udara siang Luas bukan minimum adalah 6% dariu luas lantai efektif.

(http://27maret.blogspot.com)

c. Penyediaan fasilitas olahraga

Mengkaji tentang pelayanan publik, maka tidak terlepas dari pembahasan

tentang teori-teori kebijakan secara umum maupun implementasi kebijakan publik itu

sendiri. Penyediaan sarana dan prsarana olahraga merupakan salah satu bentuk

kebijakan publik yang mana telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan

Nasional Nomor 3 Tahun 2005. Kebijakan publik yang baik tidak terlepas dari proses

perumusan kebijakan yang mencerminkan kebutuhan masyarakat. Pemerintah sebagai

pelaksana program-program kegiatan pemerintahan berkewajiban untuk mampu

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat maupun kepada publik.

Melalui otonomi daerah memberikan kesempatan bagi pemerintah

kabupaten/kota untuk lebih mampu memberikan kualitas pelayanan yang semakin

baik kepada masyarakat di wilayahnya. Disamping itu, pemeritah kabupaten/kota juga

mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam membuat suatu kebijakan

yang mengatur tentang penyediaan sarana dan prsarana olahraga. Hal ini sejalan

dengan isi Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (UUSKN) Nomor 3 Tahun

2005, Pasal 12 ayat 1dan 2 menyatakan: 1) Pemerintah mempunyai tugas menetapkan

dan melaksanakan kebijakan serta standardisasi bidang keolahragaan secara nasional.

2) Pemerintah daerah mempunyai tugas untuk melaksanakan kebijakan dan

mengordinasikan pembinaan dan pengembangan keolahragaan serta melaksanakan

standardisasi bidang keolahragaan di daerah.

Page 68: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

UUSKN Nomor 3 Tahun 2005 juga menjelaskan mengenai kewajiban

pemerintah untuk menyediakan prasarana olahraga. Sebagai mana yang tertuang

dalam Pasal 67 ayat 2 yang berbunyi “Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin

ketersediaan prasarana olahraga sesuai dengan standar dan kebutuhan pemerintah dan

pemerintah daerah”. Tentunya pemerintah harus memperhatikan asas desentralisasi,

otonomi, peran serta masyarakat, keprofesionalan, kemitraan, transparansi, dan

akuntabilitas. Sistem pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan keolahragaan

nasional diatur dengan semangat kebijakan otonomi daerah guna mewujudkan

kemampuan daerah dan masyarakat yang mampu secara mandiri mengembangkan

kegiatan keolahragaan. Dengan demikian merupakan sebuah keharusan bagi

pemerintah daerah untuk menyusun suatu kebijakan dalam upaya penyediaan sarana

dan prsarana olahraga di Nusa Tenggara Timur sesuai yang diamanatkan dalam

UUSKN Nomor 3 Tahun 2005.

1) Perencanaan sarana dan prasarana

Perencanaan merupakan proses awal untuk memutuskan tujuan dan cara

pencapaiannya. Perencanaan merupakan hal yang sangat esensial karena dalam

kenyataanya perencanaan memegang peranan lebih bila dibanding dengan

fungsi-fungsi manajemen yang lainnya, seperti pengorganisasian, pengarahan,

dan pengawasan. Penyusunan sebuah rencana hendaknya didasarkan pada

latarbelakang yang jelas misalnya menyangkut kebutuhan dan tujuan atau cita-

cita yang hendak dicapai oleh pembuat rencana. Menurut Siagian (1994:108)

dalam (http://id.shvoong.com), perencanaan dapat didefinisikan sebagai

keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal

yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan

yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Terry 1986 (dalam Harsuki 2012 : 85)

bahwa:

“Perencanaan yang pada dasarnya adalah penyusunan sebuah pola tentang

aktivitas-aktivitas masa yang akan datang yang terintegrasi dan

dipredeterminasi. Hal tersebut mengharuskan adanya kemampuan untuk

meramalkan, memvisualisasikan dan melihat ke depan yang dilandasi dengan

tujuan-tujuan tertentu”.

Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun sebuah

perencanaan. Salah satu dimensi yang tidak terpisahkan dari perencanaan itu

Page 69: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

sendiri yaitu dimensi waktu. Menurut Harsuki (2012:87-88) bahwa rencana

yang dikaitkan dengan waktu dapat dibagi sebagai berikut:

1) Perencanaan jangka pendek (SR = Short Range) yang biasanyamencakup waktu kurang dari 1 tahun

3) Perencanaan jangka menengah (IR = Intermediate Range) yangmeliputi waktu 1 tahun lebih, namun kurang dari 5 tahun.

4) Perencanaan jangka panjang (LR = Long Range) yang meliputi waktulebih dari 5 tahun.

Perencanaan jangka panjang dalam hal ini tentang penyediaan fasilitas

olahraga, hendaknya mengacu pada sebuah Grand Desain di suatu

daerah/wilayah yang didalamnya juga mencakup rencana pengembangan

wilayah atau perkotaan sehingga akan terjadi sinkronisasi antara penyediaan

fasilitas olahraga dan pengelolaan kota yang baik. Perencanaan tipe ini biasanya

lebih bersifat administratif dan berkenaan dengan perencanaan strategik.

Perencanaan jangka menengah lebih bersifat penunjang yang diarahkan untuk

mencapai tujuan utama yaitu terlaksananya perencanaan jangka panjang.

Sedangkan perencanaan jangka pendek, didalamnya memuat tentang butir-butir

operatif mengenai hal-hal penting yang harus segera dilaksanakan/dilakukan

sebagai langkah awal mensukseskan rencana jangka menengah.

Menurut Internasional Olympic Committee dalam Harsuki (2012:90)

Pengembangan sebuah perencanaan menggunakan terminologi/tipe-tipe

perencanaan sebagai berikut:

a) Strategic Plan yang memberikan pengertian misi (mission), maksud

(goals) dan tujuan (objective) serta tujuan taktis (tactical end) dengan

apa mereka mencapai tujuannya dan memberikan evaluasi.

b) Business Plan yang menjabarkan suatu strategic plan dengan cara

menerangkan bagaimana melangkah ke depan, memperhitungkan

resiko, tantangan, aktivitas yang spesifik dan program, biaya dari

berbagai kegiatan, ketepatan waktu, tanggung jawab siapa berbagai

bagian yang harus melaksanakan perencanaan dan unsur lainnya lagi.

Rencana strategik atau yang biasa disebut renstra merupakan sebuah

rencana yang dibuat sebagai acuan dalam menentukan tujuan jangka panjang

dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang dimiliki, oleh karena itu para

pembuat kebijakan harus menyiapkan berbagai rencana strategik yang akan

dilaksanakan. Pendekatan yang digunakan dalam proses perencanaan tentunya

Page 70: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

harus melalui beberapa tahapan agar perencanaan tersebut dapat berjalan dengan

baik dan sesuai

Unsur-unsur dalam sebuah perencanaan menurut Harsuki (2012:91-93)

sebagai berikut:

a) Pernyataan deskriptif (Deskriptive Statement)

b) Pernyataan visi (Vision Statement)

c) Pernyataan misi (Mission Statement)

d) Filsafat yang jadi pedoman

e) Prinsip-prinsip pengoperasian (Operating Principles)

f) Tujuan (Objectives)

g) Tanda-tanda keberhasilan

h) Program

Kompleksitas dan dinamika perencanaan penyediaan sarana dan prasarana

olahraga semakin mengemuka pada era otonomi daerah yang dewasa ini ditandai

dengan pelimpahan kewenangan yang besar kepada daerah Kabupaten/Kota. Dengan

kata lain, kewenangan yang luas dan nyata telah menimbulkan tantangan tersendiri

yang perlu mendapatkan perhatian dalam perencanaan penyediaan sarana dan

prasarana olahraga. Sarana dan prasarana yang bermutu didukung dengan program

berkualitas yang dimulai dengan perencanaan yang seksama. Ada kriteria umum yang

harus dipatuhi dalam perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan. Kriteria umum

untuk perencanaan sarana dan prasarana olahraga menurut Handoko, (1999 : 32)

adalah:

a) Melayani kebutuhan yang telah teridentifikasi

b) Konstruksi yang bermutu dan mempertimbangkan keselamatan.

c) Multiguna

d) Lokasi yang strategis

e) Mudah dijangkau f)

f) Harga yang efektif g)

g) Mudah disupervisi

h) Pemeliharaan/penjagaan yang efisien

i) Bisa diperluas

j) Memperhatikan segi keindahan

Page 71: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Perencanaan sarana dan prasarana olahraga yang dibuat oleh Pemerintah suatu

Kabupaten juga harus memperhatikan beberapa hal diantaranya didasarkan pada

potensi dan kemampuan yang dimiliki daerah tersebut. Potensi setiap daerah berbeda-

beda, karena secara khusus karakteristik daerahnya juga berbeda mulai dari letak

geografis, kebudayaan masyarakat sampai pola hidup masyarakat, sehingga menuntut

pemerintah untuk jeli melihat potensi-potensi yang tumbuh dan berkembang di

masyarakat. Dari aspek kemampuan daerah juga perlu diperhatikan karena tidak

mungkin sebuah daerah mampu menyediakan semua jenis sarana dan prasarana yang

diperlukan oleh masyarakat. Oleh sebab itu perlu adanya suatu prioritas pada cabang-

cabang olahraga unggulan yang memang harus dipenuhi sarana dan prasarananya

dengan baik. Hal tersebut bisa berdasarkan pada minat masyarakat maupun cabang

olahraga yang diunggulkan.

Prinsip dan garis besar menejemen untuk perencanaan sarana dan prasarana

yang akan diaplikasikan dalam semua level pendidikan serta organisasi menurut

Bruce dan Krotee, (2002) dalam Harsuki, (2012: 200-201) sebagai berikut:

a) Sarana dan prasarana harus dirancang terutama bagi peserta dan kelompok

pengguna.

b) Sarana dan prasarana harus dirancang untuk penggunaan secara bersama

dengan mempertimbangkan pola dan arah secara potensial.

c) Semua perencanaan harus didasarkan pada tujuan bahwa pengenalan

lingkungan baik fisik maupun non fisik haruslah aman, terjamin, menarik,

nyaman, bersih, praktis, dapat dijangkau, dapat menyesuaikan dengan

kebutuhan individu.

d) Sarana dan prasarana haruslah ekonomis dan mudah untuk dioperasikan,

dikontrol dan dipelihara.

e) Perencanaan harus memasukkan pertimbangan sarana dan prasarana

pendidikan jasmani dan olahraga bagi masyarakat secara terpadu. Program

dan fasilitas dari beberapa area bergabung secara berdekatan dan

perencanaan harus dikoordinasikan dan erat kaintannya, yaitu yang

berdasarkan pada kebutuhan dari masyarakat secara keseluruhan.

f) Perencanaan sarana dan prasarana harus mempertimbangkan perlindungan

bagi masyarakat misalnya lalu lintas, pengeras suara dan lampu penerangan.

Sarana dan prasarana harus dapat dijangkau bagi kelompok pengguna

meskipun terisolasi sehingga aktivitas tidak terganggu oleh program yang

Page 72: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

lain.

g) Sarana dan prasarana harus dapat menggerakkan kesehatan, keamanan dan

serta kode standar legal yang sangat penting dalam melindungi kesehatan,

kesejahteraan dan keselamatan para kelompok pengguna dan juga

lingkungan.

h) Sarana dan prasarana harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat

diakses dengan mudah dan aman bagi semua individu termasuk para

penyandang cacat.

i) Perencanaan sarana dan prasarana harus berjangka panjang penggunanya dan

termasuk kesanggupan untuk penyesuaian, mudah diubah, dan diperluas guna

memenuhi kebutuhan masyarakat yang berubah.

j) Sarana dan prasarana memainkan satu bagian dalam lingkungan yang sehat.

Yang perlunya organisasi menyediakan ruang bermain yang cukup aman,

dilengkapi dengan situasi dan ventilasi yang memadai, serta kebersihan yang

pada gilirannya akan menentukan sebesar keefektifan kesehatan dan

kesejahteraan dipromosikan.

2) Realitas Penyediaan Sarana dan Prasarana

Pada umumnya masyarakat cenderung lebih mementingkan membangun

prasarana perekonomian dari pada prasarana umum untuk olahraga. Disisi lain

masyarakat juga belum menjadikan kegiatan olahraga sebagai kebutuhan hidup

sehari-hari, apalagi untuk berprestasi, sehingga partisipasi masyarakat dalam

keolahragaan masih terbilang kurang. Olahraga yang terarah dan terbina memerlukan

waktu dan keseriusan dari pihak-pihak yang berkompeten di bidang olahraga baik

pemerintah, praktisi olahraga maupun pelaku olahraga, sehingga waktu luang pemuda

dapat dialihkan untuk berolahraga dengan didukung pengembangan sarana dan

prasarana olahraga yang memadai.

Usaha untuk merealisasikan penyediaan sarana dan prasarana olahraga oleh

pemerintah hendaknya memperhatikan rasio penduduk dan konsep ruang terbuka,

dimana jumlah penduduk disuatu wilayah harus diimbangi dengan ruang terbuka yang

dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk beraktifitas olahraga bagi masyarakat. Satu

hal yang juga harus menjadi pertimbangan pemerintah dalam merealisasikan

perencaan tersebut, yaitu bagaimana caranya agar penyediaan sarana dan prasarana

Page 73: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

tersebut dapat terealisasikan dengan baik dan tepat guna.

Dalam upaya penyediaan fasilitas olahraga untuk masyarakat dibutuhkan suatu

perangkat yang disebut dengan evaluasi kebutuhan. Menurut Harsuki (2012: 188)

bahwa “secara dijelaskan bahwa evaluasi kebutuhan ialah perangkat yang digunakan

untuk menentukan apakah fasilitas baru sudah diperlukan, jika sudah diperlukan,

bagaimana tipe dan spesifikasi fasilitas tersebut”.

Selanjutnya dijelaskan bahwa fokus dari evaluasi kebutuhan adalah:

(1) Harapan masyarakat

(b) Sejarah olahraga setempat

(c) Harapan dan kebutuhan masyarakat

(2) Akses dan kesempatan

(a) Agar dikaji bagaimana masyarakat dapat mengakses fasilitas

(b) Memastikan seluruh komponen masyarakat mempunyai

kesempatan menggunakan fasilitas.

(3) Demografi

Mempertimbangkan angka pertumbuhan penduduk yang dapat

mempengaruhi penggunaan fasilitas, misalnya:

(a) Dalam 10 tahun mendatang bagaimana perbandingan antara

usia muda dan usia lanjut

(b) Bagaimana kecenderungan perpindahan penduduk dari desa ke

kota

(4) Keberlanjutan

(a) Apakah dapat diperoleh pemasukan yang memadai untuk biaya

operasional

(b) Memastikan bahwa peralatan yang rusak maupun kadaluwarsa

dapat diganti, sehingga fasilitas selalu dapat digunakan sesuai

desain yang telah dirancang.

(5) Mempertimbangkan lingkungan lokal

(a) Jika iklimnya panas, pertimbangkan pembangunan fasilitas

untuk aquatics.

Page 74: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

(b) Jika iklimnya berangin, pertimbangkan fasilitas parasailing,

layang-layang dan lain-lain

(6) Perubahan iklim

Selalu pertimbangkan pola cuaca, seperti banjir tahunan, angin

kencang dan lain-lain.

Menurut Harsuki, (2003 : 384) penyiapan prasarana olahraga selalu

dikaitkan dengan kegiatan olahraga yang mempunyai sifat:

(a) Horisontal, dalam arti bersifat menyebar atau meluas yang sesuai dengan

konsep “Sport For All” atau dengan semboyan yang kita miliki

“Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat” yang

tujuannya untuk kebugaran dan kesehatan.

(b) Vertikal, dalam arti bersifat mengarah keatas dengan tujuan mencapai

prestasi tertinggi dalam cabang olahraga tertentu, baik untuk tingkat

daerah, nasional maupun internasional.

Selanjutnya dijelaskan pula bahwa guna memenuhi dua arah

kegiatan tersebut, kebutuhan prasarana olahraga perlu memperhatikan tiga

faktor, yaitu:

(a) Kuantitas.

Guna menampung kegiatan pemassalan olahraga perlu prasarana olahraga

yang jumlahnya mencukupi sesuai dengan kebutuhan seperti yang

ditentukan didalam pedoman penyiapan prasarana. Tersebar secara

merata di seluruh wilayah.

(b) Kualitas.

Guna menampung kegiatan olahraga prestasi, prasarana olahraga yang

disiapkan perlu memenuhi kualitas sesuai dengan syarat dan ketentuan

masing-masing cabang olahraga:

(1) Memenuhi standar ukuran internasional

(2) Kualitas bahan/material yang dipakai harus memenuhi syarat

internasional

(c) Dana.

Untuk menunjang kedua faktor diatas, diperlukan dana yang cukup

sehingga dapat disiapkan prasarana yang mencukupi jumlahnya serta

kualitasnya memenuhi syarat.

Adapun standar sarana dan prasarana olahraga menurut Peraturan Pemerintah

Page 75: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Nomor 16 Tahun 2007 pasal 89 tentang penyelenggaraan keolahragaan sebagai

berikut:

(1) Standar prasarana dan sarana olahraga terdiri atas standar prasarana olahraga dan

standar sarana olahraga.

(2) Standar prasarana olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup

persyaratan:

a. Ruang dan tempat berolahraga yang sesuai persyaratan teknis cabang

olahraga

b. Lingkungan yang terbebas dari polusi air, udara, dan suara

c. Keselamatan yang sesuai dengan persyaratan keselamatan bangunan

d. Keamanan yang dinyatakan dengan terpenuhinya persyaratan sistem

pengamanan

e. Kesehatan yang dinyatakan dengan tersedianya perlengkapan medik dan

kebersihan.

3) Standar Sarana Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup

persyaratan:

a. Perlengkapan dan peralatan yang sesuai persyaratan teknis cabang olahraga

b. Keselamatan yang sesuai dengan persyaratan keselamatan perlengkapan dan

peralatan

c. Kesehatan yang dinyatakan dengan dipenuhinya persyaratan kebersihan dan

higienis

d. Pemenuhan syarat produk yang ramah lingkungan

Klasifikasi dan penggunaan bangunan gedung olahraga sebagai berikuta:

a) Type A, menyediakan minimal:

1 lapangan bola basket

1 lapangan bola voli

5 lapangan buku tangkis

1 lapangan tennis

Ukuran minimal hall: 50 x 30 dengan tinggi 12,5 m

Kapasitas penonton: diatas 3.000 orang

b) Type B, menyediakan minimal:

1 lapangan bola basket

1 lapangan bola voli

3 lapangan buku tangkis

Page 76: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Ukuran minimal hall: 32 x 22 dengan tinggi 12,5 m

Kapasitas penonton: 1000 - 3.000 orang

c) Type C, menyediakan minimal:

1 lapangan bola basket

1 lapangan bola voli

Ukuran minimal hall: 24 x 16 dengan tinggi 9 m

Kapasitas penonton: 1000 orang. (http://rinarchilicious.blogspot.

com/2012/12/gedung-olah-raga.html)

Selanjutnya dijelaskan bahwa, berdasarkan skala pelayanannya, gedung olahraga

dibagi atas:

a) Skala Nasional

Sarana dan prasarana olahraga ini menampung atau melayani kegiatan-

kegiatan di antaranya kompetisi utama, pertandingan, latihan dan mengajar

dengan standar internasional seperti PON, Sea Games, dan sejenisnya.

Contoh : Gedung Istora Senayan Jakarta

b) Skala Regional

Sarana dan prasarana olahraga yang melayani satu atau beberapa daerah

denga populasi sebesar 200.000 sampai dengan 350.000 penduduk dan

merupakan fasilitas pelengkap di suatu daerah atau wilayah.

Contoh: Gelanggang Olahraga Penjaringan, Gelanggang Olahraga Grogol.

c) Skala Lingkungan

Sarana dan prasarana olahraga yang melayani satu lingkungan, dalam hal ini

lingkungan pemukiman dengan populasi 2.000 sampai dengan 10.000 orang,

dan biasannya disediakan dalam suatu kompleks perumahan sebagai satu

pelengkap sarana.Contoh: Kelapa Gading Sport Club di kompeks perumahan

Kelapa Gading. Bimantara Sport Club di kompleks perumahan Green

Village. Persada Sport Centre di kompleks AURI Halim.

d) Skala Sekolahan

Sarana dan prasarana olahraga ini melayani olahraga di suatu sekolahan,

biasanya berbentuk aula, serbaguna dan dapat berbentuk lapangan terbuka

serta digunakan hanya untuk latihan olahraga standar saja.

e) Skala Khusus

Sarana dan prasarana olahraga yang menangani olahraga jenis tertentu yang

sifatnya komersial atau yang diperuntukkan khusus bagi penyandang cacat,

Page 77: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

biasanya dibentuk oleh pihak swasta.(sumber:

http://rinarchilicious.blogspot.com/2012/12/gedung-olah-raga.html)

3) Pemanfaatan sarana dan prasana olaharaga

Pembangunan fasilitas olahraga merupakan sebuah keharusan agar dapat

mendukung proses pemassalan olahraga bagi masyarakat. Adanya sebuah

perencanaan yang baik serta sistem penyediaan yang maksimal harus diiringi pula

dengan pola pemanfaatan yang tepat, karena jika salah dalam pola pemanfaatannya

maka akan berdampak negatif bagi perkembangan olahraga itu sendiri. Kesalahan

dalam pemanfaatan fasilitas olahraga misalnya dengan mengeluarkan kebijakan untuk

memberikan ijin penggunaan fasilitas olahraga seperti stadion sepakbola untuk

kegiatan di luar olahraga misalnya untuk kampanye atau hiburan.

Kebijakan seperti ini tidak baik bagi kelangsungan fasilitas olahraga karena

fasilitas yang digunakan tersebut bisa rusak bahkan beralih fungsi. Hal ini harus

disadari oleh pembuat kebijakan di suatu wilayah Salah satu tujuan disediakannya

fasilitas olahraga yaitu agar dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan sehingga

menunjang perkembangan olahraga di suatu wilayah namun harus tetap

memperhatikan prosedur-prosedur dalam pemanfaatannya.

Konsumen fasilitas olahraga adalah pelaku olahraga itu sendiri, mulai dari

pelaku olahraga prestasi, olahraga rekreasi sampai olahraga pendidikan. Pola

pemanfaatan setiap ruang lingkup olahraga berbeda tergantung dari hakekat dan

tujuan masing-masing namun dengan satu harapan bahwa olahraga dapat

memasyarakat dan menjadi pola hidup bagi setiap orang.

i. Pemanfaatan Fasilitas Olahraga Prestasi.

Olahraga prestasi yang cenderung menitik beratkan pada pencapaian prestasi

yang setinggi-tingginya membutuhkan fasilitas dengan kualitas yang baik pada

setiap cabang olahraga yang ada sehingga dapat menunjang pencapaian

prestasi cabang olahraga tersebut. Fasilitas olahraga prestasi lebih dikhususkan

untuk prestasi, dalam artian bukan untuk fasilitas yang bisa diakses secara

umum karena jika fasilitas tersebut salah dalam penggunaannya maka fasilitas

tersebut akan menjadi rusak, sehingga tidak semua orang bisa mengakses

fasilitas olahraga prestasi kecuali mereka yang berkecimpung di olahraga

prestasi.

ii. Pemanfaatan Fasilitas Olahraga Rekreasi

Page 78: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Pemanfaatan fasilitas olahraga rekreasi memiliki keunikan sendiri dimana

fasilitas tersebut dirancang sedemikian rupa dengan tujuan agar mampu

menarik minat masyarakat sebanyak-banyaknya sehingga mau melakukan

olahraga yang aktifitasnya dikemas dalam sebuah permainan atau bersifat

rekreasi. Untuk fasilitas olahraga rekreasi, semua orang memiliki kesempatan

yang besar untuk mengaksesnya dan semakin banyak masyarakat yang

memanfaatkannya maka semakin baik.

iii. Pemanfaatan Fasilitas Olahraga Pendidikan

Pemanfaatan fasilitas olahraga pendidikan di sekolah disesuaikan dengan

tujuan dari pembelajaran. Dalam pemanfaatannya, fasilitas tersebut bisa

dimanfaatkan oleh siswa dan guru untuk mendukung proses belajar mengajar.

iv. Pemanfaatan Fasilitas Olahraga bagi Masyarakat Umum

Untuk mendukung program memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan

masyarakat maka hal yang harus menjadi perhatian adalah tingkat kemudahan

bagi masyarakat untuk mengakses dan memanfaatkan fasilitas olahraga yang

ada. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menciptakan sebanyak-

banyaknya fasilitas olahraga dan dapat memfasilitasi masyarakat dalam

berolahraga. Pola pemanfaatannya harus mengedepankan kemudahan untuk

mengakses tanpa harus dipersulit dengan prosedur tertentu dan akan lebih baik

lagi jika fasilitas tersebut bisa diakses secara gratis oleh masyarakat.

Contohnya yaitu sebuah lapangan terbuka, alun-alun dan Car Free Day yang

dapat menampung banyak orang untuk beraktifitas olahraga.

Berbagai kemajuan pembangunan dibidang keolahragaan bermuara pada

meningkatnya budaya dan prestasi olahraga. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh

tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga terutama

dalam lingkup satuan pendidikan mengalami peningkatan sebagaimana ditunjukkan

oleh data Susenas 2003 dan 2006 bahwa persentase penduduk berumur 10 tahun ke

atas yang melakukan olahraga di sekolah meningkat dari 54,1% pada tahun 2003

menjadi 58,2% pada tahun 2006. Partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan

olahraga semakin meningkat yang ditunjukkan dengan peningkatan partisipasi

masyarakat pada Indeks Pembangunan Olahraga (SDI) dari 0,345 pada tahun 2005

menjadi 0,422 pada tahun 2006, dimana pengukuran SDI sesungguhnya meliputi

perkembangan banyaknya anggota masyarakat suatu wilayah yang melakukan

kegiatan olahraga. Luasnya tempat yang diperuntukkan untuk kegiatan berolahraga

Page 79: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

bagi masyarakat dalam bentuk lahan, bangunan, atau ruang terbuka yang digunakan

untuk kegiatan berolahraga dan dapat diakses oleh masyarakat luas, kebugaran

jasmani yang merujuk pada kesanggupan tubuh untuk melakukan aktivitas tanpa

mengalami kelelahan yang berarti, serta jumlah pelatih olahraga, guru Pendidikan

Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes), dan instruktur olahraga dalam suatu wilayah

tertentu. Hal ini tercermin dari tingkat kemajuan pembangunan olahraga Indonesia

yang hanya mencapai 34 % (Sports Development Index) pada tahun 2004. Indeks ini

dihitung berdasarkan angka indeks partisipasi, ruang terbuka, sumber daya manusia,

dan kebugaran.

Dalam rangka menumbuhkan budaya olahraga untuk meningkatkan kemajuan

pembangunan olahraga, beberapa permasalahan yang harus diatasi adalah belum

terwujudnya peraturan perundang-undangan tentang keolahragaan, rendahnya

kesempatan untuk beraktivitas olahraga karena semakin sempitnya ruang terbuka

serta sarana dan prasarana untuk berolahraga, dan lemahnya koordinasi lintas lembaga

dalam hal penyediaan ruang publik untuk sarana dan prasarana olahraga bagi

masyarakat umum dan tempat permukiman.

Kegiatan fisik (physical activity) yang dilakukan secara teratur dan

berkesinambungan merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat untuk menjaga dan

meningkatkan kesehatan. Dari sekian banyak jenis dan bentuk kegiatan fisik, kegiatan

olahraga merupakan bentuk kegiatan fisik yang paling banyak memiliki kelebihan.

Selain berfungsi untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan, olahraga juga berfungsi

sebagai aktivitas untuk rekreasi atau hiburan dan sekaligus sebagai sarana untuk

mencapai prestasi. Sejalan dengan itu, sebagai salah satu upaya dalam rangka

peningkatan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat serta pembudayaan perilaku

hidup sehat masyarakat, pemerintah menyelenggarakan berbagai program untuk

meningkatkan partisipasi olahraga di masyarakat.

4) Pengelolaan Sarana dan Prasarana Olahraga

Pengelolaan fasilitas olahraga erat kaitannya dengan bagaimana konsep

managemen dalam pengelolaan itu sendiri. Pengelolaan fasilitas olahraga

sebagaimana terdapat dalam managemen pada umumnya. Menurut Harsuki,

(2012: 206-207) bahwa “Managemen olahraga pada dasarnya dapat dibagi

menjadi dua bagian besar yaitu managemen olahraga pemerintah dan managemen

olahraga swasta”. Kemudian Terry 1977 (dalam Harsuki 2012: 79) menerangkan

Page 80: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

bahwa fungsi managemen diklasifikasikan dalam empat bagian yaitu:

Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Penggerakan

(Actuating), Pengawasan (Controlling).

Menurut Parks, Quarterman dan Thibault (dalam Harsuki, 2012: 197-198)

bahwa secara umum, tiga posisi yang terdapat dalam manajemen fasilitas terdiri

dari:

1. Direktur Fasilitas

Direktur fasilitas seringkali disebut sebagai manager fasilitas atau

CEO (Chief executive Officer), mempunyai tanggung jawab

menyeluruh atas semua fasilitas. Pejabat ini terutama bertanggung

jawab atas pengadministrasian yang tepat dan pembuatan prosedur

operasi yang baku akan fasilitas (fasility’s standard operating

procedurs, SOPs)

2. Manager Operasi

Manager operasi melapor langsung kepada direktur fasilitas dan

bertanggung jawab akan semua karyawan, prosedur dan kegiatan

yang terkait dengan fasilitas. Tugasnya yaitu merumuskan peranan,

tanggung jawab dan wewenang dari staf fasilitas.

3. Koordinator Event

Koordinator even juga melapor kepada direktur fasilitas, bertanggung

jawab kepada pengelolaan even individual yang dilaksanakan di

dalam fasilitas. Tanggung jawabnya meliputi transportasi, memasang,

mendirikan dan menyimpan alat-alat; menciptakan sistem kontrol

untuk venue dan logistik peralatan; perekrutan, pelatihan dan

memberikan supervisi pada karyawan khusus, memberikan bantuan

dalam memelihara venue dan peralatannya selama berlangsungnya

even; memfasilitasi penjualan karcis dan pendistribusian karcis di

dalam venue; serta mengevaluasi pengoperasian venue dan

peralatannya.

Sarana dan prasarana yang dipelihara dan diatur dengan baik

merupakan faktor yang menentukan untuk menarik kedatangan pengguna atau

konsumen. Beberapa hal yang juga harus diperhatikan dalam pengelolaan

sarana dan prasarana olahraga yaitu:

Page 81: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

a) Pedoman Kebijakan.

Sebuah pedoman kebijakan tertulis dalam dokumen merupakan sesuatu

yang perlu untuk menjalankan sarana dan prasarana. Persyaratan-

persyaratan yang mengatur hal-hal sebagai berikut perlu ditetapkan. (1)

kebijakan umum, (2) prosedur penjadwalan dan waktu penggunaan

fasilitas, (3) ketersediaan fasilitas dan peralatan, dan (4) pengaturan

penyewaan dan persetujuan kontrak.

b) Supervisi dan Keam anan Fasilitas.

Untuk menjamin layanan yang efektif bagi setiap pengguna perorangan

dan kelompok besar, beberapa hal perlu diperhatikan. Perangkat aturan

tertulis yang mengatur pemanfaatan dan keamanan fasilitas. Perangkat

aturan terpampang di semua pintu masuk dan tempat strategis. Tim

supervisor dan keamanan mudah dikenali Sikap yang ramah dan

membantu harus ditampilkan oleh anggota tim supervisor dan keamanan.

c) Pemeliharaan Fasilitas.

Untuk memperpanjang keawetan fasilitas dan menurunkan keharusan

perbaikan, pemeliharan yang tetap perlu dikerjakan. Agar pekerjaan

pemeliharaan berjalan dengan baik perlu dipilih koordinator pemeliharaan

yang tepat.

d) Pengontrolan (inventory control).

Melakukan pengawasan yang cermat terhadap segala fasilitas dan

peralatan yang dimiliki oleh organisasi.

e) Penjadwalan Fasilitas.

Jadwal pemakaian harus ditata dengan baik sehingga memberi

kenyamanan bagi pengguna. Contoh daftar prioritas penggunaan fasilitas

olahraga yang dimiliki oleh sekolah: (a) pelajaran pendidikan jasmani

terjadwal, (b) kegiatan latihan dan perlombaan/pertandingan olahraga, (c)

kegiatan olahraga rekreasi dan intramural, (d) kelompok akademik dalam

sekolah, (e) kelompok nonakademik dalam kampus, (f) kelompok luar

kampus.

Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan Nasional

Pasal 38 ayat 1, menyatakan bahwa “Pengelolaan olahraga pada tingkat

kabupaten/kota dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dengan dibantu oleh

komite olahraga kabupaten/kota”. Dengan demikian, pengelolaan sarana dan

Page 82: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

prasarana olahraga yang dibangun dengan menggunakan APBN perlu dikelola dengan

baik karena sarana dan prasarana olahraga merupakan aset yang dapat mendorong

perkembangan olahraga di suatu daerah dan sebagai cerminan seberapa besar

perhatian pemerintah daerah terhadap olahraga di daerahnya masing-masing. Oleh

karenanya sarana dan prasarana olahraga perlu didokumentasikan dengan baik,

dipelihara dan dimanfaatkan secara efektif, efisien dan terintegrasi melalui sebuah

sistem pengelolaan yang jelas. Adapun ciri-ciri sarana dan prasarana yang dikelola

dengan baik menurut Harsuki, (2012 : 187) yaitu:

a) Beroperasi pada jam yang ditentukan setiap harinya dengan memberikan

pelayanan yang ramah

b) Pelanggan baru diterima secara baik dan mereka mendapat petunjuk

sehingga dapat menggunakan fasilitas sebaik-baiknya.

c) Karyawan yang terlatih dengan baik, peran dan tanggung jawabnya dapat

dikenali oleh setiap pengguna.

d) Prosedur keselamatan, PPPK, pertolongan darurat dan lain-lain telah

didokumentasikan dan siap untuk beroperasi.

e) Melalui pengoperasiannya, fasilitas dapat menghasilkan manfaat ekonomi.

Sarana dan prasarana olahraga perlu didayagunakan dan dikelola untuk

berbagai kepentingan olahraga. Pengelolaan tersebut bertujuan memberikan layanan

secara profesional berkaitan dengan penggunaan fasilitas olahraga agar dapat berjalan

lancar, efektif dan efisien dalam waktu yang lama. Adapun Administrasi atau

pengelolaan sarana dan prasarana olahraga meliputi:

a) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Olahraga

Menurut Hisyam, (1991 : 31-32) bahwa “Tujuan pemeliharaan atau

peralatan dalam kegiatan olahraga adalah untuk menentukan dan

meyakinkan bahwa alat-alat dalam keadaan aman dan memuaskan untuk

digunakan kegiatan-kegiatan tersebut”. Selanjutnya dijelaskan bahwa

prinsip-prinsip dalam pemeliharaan sarana dan prasarana olahraga yaitu:

(1) Kebijaksanaan dan tata cara memelihara sarana olahraga harus

direncanakan untuk memperpanjang umur peralatan sedemikian rupa

sehingga mungkin akan menghasilkan modal lagi yang maksimal.

(2) Pemeliharaan hendaknya direncanakan untuk menjamin keselamatan

bagi semua orang yang menggunakan alat-alat.

(3) Hanya orang-orang yang berhak hendaknya diberi kedudukan sebagai

Page 83: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

pemimpin, kepala tata usaha.

(4) Alat-alat seharusnya diawasi secara periodik untuk memperoleh dan

mencapai keselamatan dan kondisi alat-alat.

(5) Perbaikan dan pemulihan kembali kondisi peralatan dibenarkan apabila

alat alat atau bahan yang diperbaiki atau dibangun dengan biaya yang

murah.

(6) Menutupi dan melindungi peralatan yang layak dapat menolong dan

menjamin pemeliharaan secara ekonomis dan aman.

b) Inventarisasi Sarana dan Prasarana Olahraga

Inventarisasi adalah upaya untuk mencatat dan membuat pembukuan

keberadaan sarana prasarana olahraga. Inventarisasi akan memudahkan

pengelolaan sarana dan prasarana olahraga dan mencegah hilang serta

rusaknya sarana prasarana olahraga. Langkah-langkah melakukan

inventarisasi sebagai berikut:

(1) Siapkan buku inventarisasi

(2) Inventarisasi dilakukan seorang yang ahli dan teliti.

(3) Lakukan pelabelan dan tanda register semua sarana prasarana dengan

teliti dan Benar

(4) Buat papan data keadaan sarana prasarana yang bisa diketahui semua

orang.

(5) Pemeliharaan barang merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan

dari kerusakan suatu sarana prasarana olahraga, sehingga sarana

prasarana tersebut dalam kondisi baik dan siap pakai. Pemeliharaan

dilakukan secara kontinyu terhadap semua barang-barang inventaris.

Dewasa ini, perkembangan olahraga cukup pesat dan sudah mulai merambah

ke dunia bisnis, hal ini dikarenakan olahraga sudah merupakan konsumsi bagi

masyarakat umum dan dengan sendirinya bermunculan bisnis-bisnis baru dalam dunia

olahraga untuk memenuhi kebutuhan olahraga dalam berbagai jenis sehingga perlu

sebuah sistem pemasaran yang baik akan produk-produk dan jasa yang dikomersilkan.

Begitu pula halnya dengan pengelolaan sarana dan prasarana olahraga, demi menjaga

kelangsungan dan keawetan sarana dan prasarana olahraga yang sudah tersedia maka

diperlukan sebuah sistem managemen pemasaran olahraga yang baik. Di Indonesia

istilah pemasaran olahraga mulai dikembangkan khususnya pada cabang-cabang

olahraga yang popular di masyarakat. Mullin (1985) dalam Harsuki, (2012:210)

Page 84: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

memberikan pengertian pemasaran olahraga sebagai berikut:

“Pemasaran olahraga terdiri dari semua aktivitas yang terencana untuk memenuhikebutuhan dan keinginan pelanggan pada partisipasi pertama, kedua dan ketigadan penonton pertama, kedua dan ketiga melalui proses pertukaran. Oleh karenaitu, pemasaran olahraga telah berkembang dengan dua arah yaitu: a. Pemasaranproduk dan service olahraga kepada pelanggan olahraga. Pemasaran yangmenggunakan olahraga sebagai suatu wahana promosi untuk pelanggan danservice serta produk industri”.

Proses pemasaran olahraga didalamnya memerlukan beberapa komponen

penting, diantaranya yaitu: strategi pemasaran, taktik pemasaran dan value pemasaran

yang harus disusun secara seksama dan baik. Strategi pemasaran olahraga adalah cara

untuk mencapai tujuan jangka panjang, dalam ruang lingkup strategi pemasaran

olahraga ada tiga konsep yang harus diperhatikan diantaranya communitization,

confirmation dan clarification. Taktik pemasaran olahraga adalah rentetan dari

pelaksanaan pekerjaan dari suatu strategi, agar mencapai tujuan, dalam ruang lingkup

taktik pemasaran olahraga ada enam konsep yang harus diperhatikan diantaranya

codification, co-creation, currency, communual activation, conversation and

commercialization. Value pemasaran olahraga adalah kemapuan yang dapat diberikan

produsen kepada konsumen untuk memuaskan konsumen itu sendiri. Dalam ruang

lingkup value yang harus diperhatikan antara lain character, care and collaboration.

Bila kita lihat dari sudut pandang produk industri olahraga, maka yang menjadi ruang

lingkup pemasaran olahraga antara lain: sarana dan prasarana yang diproduksi,

diperjualbelikan dan/atau disewakan, barang-barang olahraga seperti peralatan dan

perlengkapan olahraga, dan Jasa penjualan kegiatan olahraga.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti mengenai

kebijakan pemerintah tentang ketersediaan fasilitas olahraga dan pengembangan sumber

daya manusia keolahragaan adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1 Nama : Agus Kristiyanto

Judul : Kajian Fasilitas Olahraga Prestasi “Warisan” Penyelenggaraan

Pekan Olahraga Nasional PON XVII Tahun 2008 Di

Kalimantan Timur

Tahun : 2012

Sumber : Buku Pembangunan Olahraga Untuk Kesejahteraan Rakyat dan

Page 85: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Kejayaan Bangsa

Tujuan dari penelitian adalah untuk menyusun kebijakan

manajemen berbasis kearifan lokal yang mengulas tentang

dasar yuridis pengembangan fasilitas olahraga dan survey

kelayakan fasilitas olahraga prestasi “Warisan”

penyelenggaraan pekan olahraga nasional (PON XVII tahun

2008 di Kalimantan timur). Hasil penelitian tersebut terungkap

bahwa tersedianya fasilitas olahraga merupakan prasarat aksi

dalam mendorong terlaksananya aktivitas olahraga dikalangan

masyarakat dan suatu keharusan karena akan dilaksankannya

penyelenggaraan event olahraga seperti pekan olahraga pelajar

nasional (POPNAS), pekan olahraga nasional (PON) bahkan

Sea Games dan Asian Games.

Dari hasil kajian yang dilakukan, terbukti adanya beberapa

kebijakan pemerintah yang mendukung dalam usaha

penyediaan fasilitas olahraga disetiap daerah. Selain itu,

berdasarkan hasil analisis kelayakan pada 5 (lima) fasilitas

olahraga di Balikpapan yakni (1) Balikpapan Sport dan

Convention Center, (2) Lapangan Tenis Suwarna, (3) Waduk

Manggar, (4) Gedung Olahraga Squash; (5) Lapangan Tembak

Raider merupakan representatif dalam memenuhi standar

keolahragaan nasional.

2 Nama : Toktong Parulian Harahap

Judul : Pengembangan Sumber Daya Manusia Keolahragaan di

Kabupaten Tapanuli

Tahun : 2012

Dari hasil penelitian terungkap bahwa ketersediaan sumber

daya manusia keolahragaan yang merupakan sebagai

penunjang kemajuan pembangunan dan pengembangan

olahraga masih sangat minim, sehingga proses yang dilakukan

pemerintah dalam upaya peningkatan prestasi olahraga sedikit

terhambat karena kurangnya tenaga-tenaga ahli dalam bidang

keolahragaan.

Page 86: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

C. Kerangka berpikir

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berfikir.

Kebijakan pemerintah tentang olahraga diwujudkan dalam bentuk perundang-undangan atau

Peraturan Daerah (PERDA) yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah bersangkutan yang

mengatur salah satunya tentang Pembinaan dan Pengembangan Olahraga sebagaimana yang

tercantum dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005.

Kebijakan merupakan suatu keputusan atau upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi

atau menyelesaikan suatu permasalahan atau untuk mencapai tujuan tertentu. Kebijakan

Pemerintah Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur sendiri mempunyai tanggung jawab yang

serupa untuk melaksanakan pembangunan masyarakat yang sesuai dengan konteks

pengembangan daerah. Dalam hal pembinaan masyarakat terutama dibidang olahraga,

mempunyai tanggung jawab dan kewenangan dapat menjalankan koordinasi yang sinergis

secara vertikal dan horisontal dalam rangka pengelolaan, pembinaan dan pengembangan

keolahragaan daerah melalui peningkatan kualitas keolahragaan.

Sebuah kebijakan memerlukan rencana yang baik mengenai hal-hal yang harus

dijalankan untuk mendukung Implementasi Kebijakan tersebut, misalkan dalam bentuk

Sistem PendanaanKelayakan SumberDaya Manusia

Sarana dan PrasaranaOlahraga Pencak Silat

Kebijakan Pemerintah

dal

PembinaanOlahraga Pencak

Silat

Page 87: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,

Renstra (Rencana Strategis). Rencana tersebut merupakan sbuah proyek konkrit yang akan

dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu dimana target-target harus dapat dipenuhi sesuai

patokan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan perencanaan yang baik maka diharapkan

implementasinya juga baik dimana akan terwujudnya Pembinaan Olahraga Pencak Silat di

Nusa Tenggara Timur.

Prestasi yang dicapai oleh atlet pencak silat merupakan cerminan bagaimana

pembinaan yang dilakukan. Pembinaan atlet pencak silat perlu dilakukan dalam

mempertimbangkan tumbuh kembang dan pengembangan gerak secara menyeluruh. Program

latihan jangka panjang merupakan acuan untuk menentukan target prestasi dan latihan-latihan

pada satuan waktu di bawahnya. Pertumbuhan dan perkembangan sering diabaikan dalam

proses latihan, penempatan kemenangan menjadi prioritas dan dijadikan tolak ukur

keberhasilan latihan. Untuk menunjang proses pembinaan olahraga pencak silat menjadi

suatu keharusan yang tidak dapat dihindarkan adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang

memadai, selanjutnya bagaimana sarana dan prasarana dapat dikelola serta dimanfaatkan

dengan baik untuk mendukung kemajuan dalam pencapaian pembinaan olahraga pencak silat.

Fasilitas yang tersedia semestinya dimanfaatkan sesuai dengan kegunaannya yaitu untuk

kepentingan olahraga. Dalam pengelolaan fasilitas, pada umumnya diserahkan pada lembaga-

lembaga pemerintahan dari berbagai jenjang sampai yang paling rendah., bahkan tidak jarang

dilimpahkan kepada pihak swasta dengan tetap melakukan pengawasan.

Sumber daya manusia merupakan elemen yang sangat penting dalam satu organisasi.

Kegagalan mengelola sumber daya manusia dapat mengakibatkan timbulnya gangguan dalam

pencapaian tujuan dalam organisasi, baik dalam kinerja, profit, maupun kelangsungan hidup

organisasi itu sendiri. Sumber daya manusia yang kompeten dalam pembinaan olahraga

pencak silat diharapkan dapat membawa dampak terhadap suatu kemajuan karena sumber

daya manusia keolahragaan merupakan investasi manusiawi untuk menunjang secara

langsung produktivitas hasil pembangunan keolahragaan. Bantuan pendanaan oleh

pemerintah hendaknya mampu memberikan kontribusi nyata dalam pelaksanaan olahraga

pencak silat baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang. Maka dari itu, dapat

terciptanya sebuah sistem pengelolaan yang baik juga memiliki peranan penting dalam

pelaksanaan kebijakan pemerintah tentang pembinaan olahraga pencak silat.


Top Related